Pengembangan Resiliensi Masyarakat Terhadap Risiko Bencana Tanah Longsor Di Desa Kayuambon Kabupaten Bandung Ruman Syahfudin

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Volume 13 Nomor 1, Juni 2014

PENGEMBANGAN RESILIENSI MASYARAKAT TERHADAP


RISIKO BENCANA TANAH LONGSOR
DI DESA KAYUAMBON KABUPATEN BANDUNG

Ruman Syahfudin
Badan Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Tebo
Jl. Lintas Tebo-Bungo Km 12,5
Kompleks Perkantoran Seentak Galah Serengkuh Dayung
Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten Tebo Provinsi Jambi
srumansyahfudin@yahoo.com

Abstract
Kayuambon village has a high vulnerability to disaster and also occured landslide, it is amplified by
disaster recapitulation data in Kayuambon village which is collected during the practicum showed
that the frequent landslide in Kayuambon village.
This research started by practicum focused on the community participation enhancement to prevent
landslide, whereas this research aimed to expand participation through community resilience in
facing landslide.
The formulation of the research problem is how the community resilience development to landslide
risk in Sukaampat Gadog Hamlet, Kayuambon Village, Lembang Subdistrict, West Bandung District.
This research showed the community knowledge improvement about disaster risk and potential and
the development of community in organizing themselves to landslide threat and the improvement of
adaptation ability of community to prepare disaster mechanism to face landslide. This research also
resulted practical implication that is community resilience development model on disaster risk.
Theoritically, this research confirmed several assumptions from Folke about resilience development.

Keywords : resilience, risk, landslide disaster

Abstrak

Desa Kayuambon memiliki kerentanan yang tinggi terhadap bencana dan juga telah terjadi beberapa
kejadian tanah longsor. Fakta ini diperkuat oleh data Rekapitulasi kejadian bencana di Desa Kayuambon.
Penelitian ini dimulai dengan praktikum, yang berfokus pada peningkatan partisipasi masyarakat
dalam mencegah bencana tanah longsor. Penelitian ini memperluas peningkatan partisipasi yang
dilakukan saat praktikum melalui pengembangan resiliensi masyarakat dalam menghadapi bencana
tanah longsor.
Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengembangan resiliensi masyarakat terhadap
risiko bencana tanah longsor di Kampung Sukaampat Gadog Desa Kayuambon Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung Barat. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian
tindakan (action research). Penelitian ini menunjukkan hasil adanya peningkatan pengetahuan
masyarakat mengenai potensi dan risiko bencana melalui kegiatan sosialisasi, meningkatnya
kemampuan masyarakat dalam mengorganisir diri terhadap ancaman bencana tanah longsor melalui
kegiatan restrukturisasi dan pembuatan tupoksi forum penanggulangan bencana dan meningkatnya
kemampuan adaptasi masyarakat dalam menyiapkan mekanisme menghadapi bencana tanah
longsor melalui kegiatan penghijauan. Penelitian ini juga menghasilkan implikasi praktis berupa
model pengembangan resiliensi masyarakat terhadap risiko bencana. Secara teoritik, penelitian ini juga
mengkonfirmasi beberapa asumsi dari folke tentang pengembangan resiliensi.

Kata kunci: resiliensi, risiko, bencana tanah longsor

42
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Volume 13 Nomor 1, Juni 2014

Pendahuluan Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut,


peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam
Lembang merupakan salah satu Kecamatan di tentang resiliensi masyarakat terhadap risiko
Kabupaten Bandung Barat yang memiliki bencana tanah longsor di Desa Kayuambon
tingkat risiko menengah-tinggi terhadap Kampung Sukaampat Gadog. Pertanyaan
pergerakan tanah. Berdasarkan data dari Pusat penelitian yang diajukan adalah “Bagaimana
Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi pada Pengembangan Resiliensi Masyarakat
bulan Agustus-Desember 2011 tingkat Terhadap Risiko Bencana Tanah Longsor di
pergerakan tanah di Kecamatan Lembang Kampung Sukaampat Gadog Desa
adalah menengah-tinggi dan kemungkinan Kayuambon Kecamatan Lembang Kabupaten
disertai dengan banjir bandang Bandung Barat”?
(http://www.vsi.esdm.go.id). Salah satu
wilayah rawan longsor di kecamatan Lembang Lebel (2001) mendefinisikan resiliensi sebagai
yang juga merupakan lokasi yang akan potensi dari konfigurasi tertentu suatu sistem
dijadikan oleh peneliti sebagai lokasi untuk memelihara fungsi dan struktur sistem
penelitian adalah Desa Kayuambon. Desa dalam menghadapi gangguan, serta
Kayuambon pada beberapa titik lokasi kemampuan sistem untuk mereorganisasi diri
merupakan wilayah yang rawan terjadi sehubungan dengan tekanan perubahan yang
longsor. mengganggu. Pengertian tersebut
menggarisbawahi pandangan tentang
Desa Kayuambon termasuk dalam kategori kemampuan sistem dalam mengorganisasi diri
menengah tinggi, hal ini dapat dilihat dari menghadapi tekanan luar yang bersifat
gambaran umum desa yang dipeoleh dari mengganggu. Jika sistem tersebut merupakan
profil Desa Kayuambon 2011 dimana secara masyarakat, maka dapat disimpulkan bahwa
geografis Desa Kayuambon merupakan daerah resiliensi masyarakat adalah kemampuan
yang berbukit dengan ketinggian masyarakat dalam mengorganisasi diri
1.200dpl/mdl diatas permukaan laut, tingkat menghadapi tekanan lingkungan sosial.
kemiringan 500 dan suhu mencapai 18-200C
Folke (2006) dalam “Resilience: The
dengan curah hujan 2.500 mm dimana dengan
emergence of a perspective for social-
kondisi seperti ini dapat memicu terjadinya
ecological system analyses” yang menjelaskan
bencana tanah longsor.
karakteristik dominan yang membentuk
resiliensi, yaitu a) pengetahuan sistem tentang
Catatan kejadian bencana di Desa Kayuambon
risiko yang dihadapi; yaitu besarnya tekanan
dapat diuraikan sebagai berikut : (1) Bencana
sosial yang dihadapi, dimana besarnya tekanan
yang pernah menimpa Desa Kayuambon
yang dihadapi merupakan suatu perseptual
adalah bencana kebakaran, banjir, gempa bumi
individu yang bersangkutan dalam memahami
dan longsor. (2) Wilayah longsor di RW 12
besaran tekanan yang dihadapi dan
dan RW 01, terjadi longsor tahun 2011 di RW
memperkirakan bagaimana kemungkinan
12 dengan korban meninggal 1 orang, korban
berulangnya tekanan sosial dimasa yang akan
meninggal tertimpa longsoran tanah saat
datang dilihat dari pengetahuan masyarakat
memancing. Lokasi longsor di RW 12 agak
akan potensi dan risiko bencana, serta
jauh dari pemukiman warga. Longsor di RW
kerentanan sosial ekonomi yang dimiliki, b)
01 tahun 2010 merusak 1 rumah warga dan
kemampuan sistem dalam mengorganisasi
beberapa longsor yang menyebabkan lantai
dirinya sendiri, dan c) kemampuan sistem
rumah retak-retak, rumah sudah mepet sekali
tersebut dalam belajar dan melakukan adaptasi
dengan tepi lereng. Rekap kejadian bencana
menyiapkan mekanisme menghadapi risiko.
longsor selama lima tahun terakhir di Desa
Kayuambon telah terjadi 9 kali bencana Risiko (Risk) oleh Bastian Affeltranger (2006)
longsor dengan tingkat intensitas sedang adalah probabilitas timbulnya konsekuensi
hingga berat. yang merusak atau kerugian yang sudah

44
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Volume 13 Nomor 1, Juni 2014

diperkirakan (hilangnya nyawa, cederanya merupakan fenomena meluncurnya tanah


orang-orang, terganggunya harta benda, pada lereng dan bebatuan sebagai akibat
penghidupan dan aktivitase konomi, atau getaran-getaran yang terjadi secara alami,
rusaknya lingkungan) yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan secara langsung,
interaksi antara bahaya yang ditimbulkan kandungan air, hilangnya dukungan yang
alam atau diakibatkan manusia serta kondisi berdekatan, pengisian beban, pelapukan atau
yang rentan, lebih lanjut Bastian Affeltranger manipulasi manusia terhadap jalur-jalur air
(2006) mengungkapkan bahwa strategi- dan komposisi lereng.
strategi pengurangan risiko bencana
mencakup, yang pertama dan paling utama, Proses terjadinya tanah longsor dapat
pengkajian kerentanan dan risiko serta diterangkan sebagai berikut: air yang meresap
pengkajian sejumlah kemampuan kedalam tanah akan menambah bobot tanah.
kelembagaan dan kecakapan operasional. Jika air tersebut menembus sampai tanah
kedap air yang berperan sebagai bidang
Menurut PP No. 21 tahun 2008, risiko gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah
bencana adalah potensi kerugian yang pelapukan diatasnya akan bergerak mengikuti
ditimbulkan akibat bencana pada suatu lereng dan keluar lereng.
wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat
Tujuan penelitian dimaksudkan untuk: (1)
berupa kematian, luka, sakit jiwa terancam,
Untuk mengetahui gambaran awal resiliensi
hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan
masyarakat terhadap risiko bencana tanah
atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
longsor. (2) Mengetahui gambaran sosial
masyarakat. Tindakan kesadaran tentang
ekonomi masyarakat. (3) Mengetahui
risiko sangat tergantung pada kuantitas dan
pengetahuan masyarakat terhadap risiko
kualitas informasi yang tersedia dan pada
bencana tanah longsor. (4) Mengetahui
perbedaan persepsi orang-orang tentang
kemampuan masyarakat mengorganisasi diri
risiko. Orang lebih rentan jika mereka tidak
dalam menghadapi risiko bencana tanah
sadar akan bahaya yang menimbulkan suatu
longsor. (4) Mengetahui kemampuan adaptasi
ancaman bagi hidup dan harta benda mereka.
masyarakat dalam menghadapi risiko bencana
tanah longsor. (5) Untuk mengetahui
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
kebutuhan masyarakat dalam pengembangan
dalam BNPB (2008) mendefinisikan
resiliensi masyarakat terhadap risiko bencana
bencana sebagai “peristiwa atau rangkaian
tanah longsor. (6) Merancang program
peristiwa yang mengancam dan mengganggu
pengembangan resiliensi masyarakat terhadap
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
risiko bencana tanah longsor kepada
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
komunitas yang menjadi populasi penelitian.
faktor non alam maupun faktor manusia
(6) Mengimplementasikan model intervensi
sehingga mengakibatkan timbulnya korban
kepada komunitas yang menjadi populasi
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
penelitian. (7) Melakukan evaluasi dan
harta benda, dan dampak psikologis”.
refleksi mengenai model intervensi yang telah
Sementara menurut Perserikatan Bangsa-
diimplementasikan.
Bangsa (PBB) dalam Bastian Affeltranger dan
kawan-kawan (2007:29): bencana merupakan
suatu gangguan serius terhadap keberfungsian Metode
suatu komunitas sehingga menyebabkan
kerugian meluas yang meluas pada kehidupan Penelitian ini menggunakan pendekatan
manusia dari segi materi, ekonomi atau kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan
lingkungan dan yang melampaui kemampuan adalah penelitian tindakan (action research).
komunitas tersebut untuk mengatasi dengan Penelitian tindakan dipilih karena penelitian ini
menggunakan sumber daya sendiri. Dalam dimulai dengan adanya refleksi awal dari hasil
Lina dan kawan-kawan (2010) tanah longsor praktikum sebelumnya (model awal) yang

45
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Volume 13 Nomor 1, Juni 2014

selanjutnya dilakukan tahap perencanaan pengurus BPD, aparat desa dan forum
kemudian tindakan observasi dari kegiatan yang penanggulangan bencana di Desa Kayuambon.
telah direncanakan hingga tersusun suatu model Analisa data dalam penelitian ini dilakukan
pengembangan resiliensi masyarakat terhadap dengan; (1) Pengumpulan data, (2) Reduksi
risiko bencana. Menurut Kemmis dalam Nurul data, (3) Penyajian data, (4) Penarikan
Zuriah (2006) menyatakan bahwa penelitian kesimpulan.
tindakan merupakan upaya mengujicobakan
ide-ide kedalam praktik untuk memperbaiki Hasil Penelitian
atau mengubah sesuatu agar memperoleh
dampak nyata dari situasi. Selanjutnya Kemmis 1. Gambaran Desa Kayuambon
dan Taggart dalam Nurul Zuriah (2006) juga Desa Kayuambon berada di dekat pusat Ibu
menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah Kota Kecamatan Lembang. Luas Wilayah
suatu bentuk penelitian reflektif diri yang secara Desa Kayuambon adalah 180,210 Ha. Terdiri
kolektif dilakukan peneliti dalam situasi dari 12 RW dan 34 RT dengan penggunaan
sosial untuk meningkatkan penalaran dan lahan antara lain; (1) Lahan Perumahan dan
keadilan praktik dan terhadap situasi tempat pemukiman penduduk 61.260 Ha, (2) Lahan
dilakukan praktik-praktik tersebut. Perusahaan/ perkantoran 41,22 Ha, (3)
Sarana umum lainnya 73,23 Ha, (4) Lahan
Penelitian ini dilakukan di Desa Kayuambon Pekarangan 2,3 Ha.
Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Batas-batas wilayah Desa Kayuambon antara
Barat. Sumber data yang digunakan dalam lain sebelah utara berbatasan dengan Desa
penelitian ini adalah : (1) Sumber data primer. Cibogo Kec. Lembang, di sebelah selatan
Sumber data dipilih secara purposive, artinya berbatasan dengan Desa Pagerwangi Kec.
keterwakilan sesuai tujuan penelitian. Dalam Lembang, disebelah timur berbatasan dengan
penelitian ini sumber data primer adalah Tokoh Desa Lembang Kec. Lembang dan, di sebelah
Masyarakat, Pengurus RT, pengurus PKK, barat berbatasan dengan Desa Langensari Kec.
pengurus BPD, Aparat Desa dan Pengurus Lembang. Berdasarkan hasil observasi dan
Forum Penanggulangan Bencana. (2) Sumber hasil kegiatan praktikum sebelumnya
data sekunder. Sumber data diperoleh lewat diketahui bahwa wilayah rawan bencana tanah
dokumen seperti laporan hasil praktikum yang longsor yang ada di Desa Kayuambon adalah
telah dilakukan sebelumnya, profil dan data Kampung Sukaampat Gadog.
Desa Kayuambon, laporan hasil penelitian, Kampung Sukaampat Gadog merupakan
buku-buku literatur yang relevan dengan perkampungan yang berada di RW 01 Desa
pengembangan resiliensi. Kayuambon. Masyarakat yang tinggal di
dalamnya umumnya merupakan masyarakat
Penggumpulan data menggunakan teknik; (1) pendatang. Di wilayah rawan longsor ini
Observasi berperan serta (participan tinggal ± 50 KK atau ± 300 jiwa penduduk
tobservation), (2) Wawancara mendalam (in- yang sebagian besar bekerja pada sektor
depth interview), (3) Studi Dokumentasi, (4) informal. Jenis pekerjaannya antara lain, buruh
Focus Group Discussion (FGD). Sedangkan bangunan, pembantu rumah tangga, tukang
pemeriksaan data dilakukan: (1) Uji realibilitas ojek dan buruh tani. Penghasilan yang
yang meliputi perpanjangan pengamatan, diperoleh dari pekerjaan sektor informal sering
peningkatan ketekunan, triangulasi, (2) tidak menentu dan belum mencukupi
Transferability, (3) Depend ability,(4) kebutuhan harian rumah tangga mereka.
Konfirmability. Untuk analisis data dilakukan Kondisi ini mencerminkan bahwa masyarakat
melalui analisis data kualitatif meliputi tahapan: Kampung Sukaampat Gadog juga rawan sosial
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, ekonomi.
penarikan kesimpulan. Informan dalam
penelitian ini adalah masyarakat, tokoh 2. Gambaran Awal Resiliensi Masyarakat
masyarakat, pengurus RT, pengurus PKK, Kampung Sukaampat Gadog

46
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Volume 13 Nomor 1, Juni 2014

Berdasarkan hasil penelitian yang telah kemampuan masyarakat mengorganisasi diri


dilakukan terdapat beberapa gambaran awal ditemukan bahwa telah terdapat organisasi
tentang resiliensi masyarakat yakni berupa penanggulangan bencana yang dibentuk oleh
pengetahuan masyarakat tentang risiko komunitas masyarakat yang tinggal di wilayah
bencana tanah longsor, kemampuan rawan bencana tanah longsor di Desa
masyarakat mengorganisasi diri dan Kayuambon. Organisasi penanggulangan
kemampuan adaptasi masyarakat dalam bencana tersebut dibentuk dengan nama Forum
menyiapkan mekanisme menghadapi bencana Penanggulangan Bencana Kampung
tanah longsor. Adapun hasil penelitian Sukaampat Gadog. Forum penangggulangan
bersebut antara lain: bencana berdasarkan keterangan dari hasil
(1) Pengetahuan masyarakat tentang wawancara dan FGD mengalami kevakuman
risiko bencana tanah longsor. Berdasarkan organisasi. Organisasi yang dibentuk ada tetapi
hasil wawancara dan FGD bersama tidak melakukan kegiatan-kegiatan
masyarakat diketahui bahwa pengetahuan penanggulangan bencana sebagaimana
masyarakat tentang risiko bencana tanah mestinya.
longsor masih rendah. John Twigg (2007) Beberapa alasan yang menyebabkan
menjelaskan bahwa komponen-komponen yang kevakuman organisasi berdasarkan hasil
membentuk resiliensi masyarakat salah satunya penelitian adalah karena masyarakat dan
adalah pengetahuan dan pendidikan. pengurus organisasi disibukan dengan
Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pekerjaan sehari-hari mereka. Selain itu,
risiko bencana tanah longsor berarti masyarakat sebelumnya juga belum terbiasa
mengindikasikan rendahnya kesadaran berorganisasi, belum memahami peran dan
masyarakat, kurangnya pertukaran informasi, fungsi dalam beroganisasi, berkumpul dan
kurangnya pendidikan dan pelatihan menyampaikan pendapat.
penanggulangan bencana, budaya masyarakat (3) Kemampuan adaptasi masyarakat
belum mendukung budaya masyarakat tangguh dalam menyiapkan mekanisme menghadapi
bencana, sikap, motivasi masyarakat dalam bencana tanah longsor. Berdasarkan hasil
penanggulangan bencana belum terbentuk penelitian diperoleh informasi bahwa
dengan baik. Pendapat JohnTwigg(2007) ini kemampuan adaptasi masyarakat Kampung
berkesuaian dengan hasil penelitian di Sukaampat Gadog dalam menghadapi risiko
lapangan di mana masyarakat belum memiliki bencana tanah longsor masih belum optimal.
kesadaran yang tinggi untuk melakukan Beberapa kegiatan yang dilakukan juga belum
penanggulangan bencana. Folke (2006) dalam menunjukan ketangguhan dan daya tahan
“Resilience: The emergence of a perspective masyarakat terhadap risiko bencana tanah
for social-ecological system analyses” longsor. Kegiatan yang telah dilakukan oleh
menjelaskan bahwa karakteristik dominan masyarakat dalam menyiapkan mekanisme
yang membentuk resiliensi, yaitu (a) menghadapi bencana tanah longsor adalah
Pengetahuan sistem mengenai risiko bencana, melakukan sosialisasi tentang penanggulangan
(b) kemampuan sistem dalam mengorganisasi bencana tanah longsor, pembentukan forum
diri, dan (c) kemampuan sistem tersebut dalam penanggulangan bencana dan pembuatan
melakukan adaptasi. Dengan demikian, tanggul penahan tanah longsor. Berdasarkan
gambaran resiliensi masyarakat dapat dilihat observasi dan wawancara yang dilakukan
salah satunya melalui pengetahuan masyarakat terhadap beberapa partisipan, kegiatan ini
mengenai potensi dan risiko bencana tanah belum mencukupi untuk menjadikan
longsor. Adapun gambaran pengetahuan masyarakat tahan menghadapi bencana.
masyarakat tentang risiko bencana tanah
longsor di Desa Kayuambon masih rendah. 3. Kebutuhan Pengembangan Resiliensi
(2) Kemampuan masyarakat Masyarakat Kampung Sukaampat Gadog
mengorganisasi diri. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan dalam menilai

47
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Volume 13 Nomor 1, Juni 2014

Berdasarkan hasil penelitian yang telah tanah longsor.Berdasarkan hasil penelitian,


dilakukan terdapat beberapa kebutuhan kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan
tentang pengembangan resiliensi masyarakat. adaptasi masyarakat dalam menyiapkan
Adapun hasil penelitian tersebut antara lain: mekanisme menghadapi bencana tanah
longsor adalah dengan kegiatan penghijauan.
(1) Kebutuhan untuk meningkatkan
Menilik kegiatan sebelumnya dalam
pengetahuan masyarakat tentang risiko
menyiapkan mekanisme menghadapi bencana
bencana tanah longsor. Berdasarkan hasil
tanah longsor, kegiatan yang dilakukan belum
penelitian diketahui bahwa yang menjadi
mempertimbangkan aspek mata pencaharian
kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan
masyarakat. Sehingga pekerjaan tidak dapat
pengetahuannya adalah dengan memberikan
dilanjutkan secara berkesinambungan. Dalam
sosialisasi risiko bencana tanah longsor.
resiliensi menurut Coastal Community
Sosialisasi ini diberikan kepada PKK Desa
Resiliance (CCR) aspek mata pencaharian
Kayuambon, Forum Penanggulangan Bencana
terdapat dalam elemen ekonomi dan sosial.
Kampung Sukaampat Gadog dan masyarakat
Sehingga aspek mata pencaharian menjadi
yang tinggal di wilayah rawan bencana.
penting untuk diperhatikan dalam kegiatan-
Pengertian sosialisasi secara umum dapat
kegiatan penanggulangan bencana. Kegiatan
diartikan sebagai proses belajar individu untuk
penghijauan dibutuhkan oleh masyarakat
mengenal dan menghayati norma-norma serta
karena memuat beberapa aspek penting
nilai-nilai sosial sehingga terjadi pembentukan
sekaligus. Terdapat beberapa aspek seperti;
sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan
aspek pencegahan bencana tanah longsor,
atau perilaku masyarakatnya. Diharapkan
aspek peningkatan partisipasi serta aspek
dengan kegiatan sosialisasi nantinya
ekonomi dan sosial. Kegiatan penghijauan
masyarakat dapat memahami norma atau nilai-
nantinya diharapkan dilakukan dengan
nilai sosial agar berperilaku sesuai tuntutan
menanam pohon yang memiliki nilai ekonomi
masyarakat yakni perilaku sadar dan peduli
dan produktif. Kegiatan penghijauan
penanggulangan bencana.
memberikan harapan untuk masa depan yang
(2) Kebutuhan untuk meningkatkan lebih baik. Selain terlindung dari bencana
kemampuan masyarakat dalam longsor, kayu yang telah ditanam sewaktu-
mengorganisasi diri. Berdasarkan hasil waktu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan
penelitian, kebutuhan untuk meningkatkan masyarakat bersama.
kemampuan masyarakat dalam
4. Perencanaan Pengembangan Resiliensi
mengorganisasi diri dilakukan dengan
Masyarakat Kampung Sukaampat Gadog.
melakukan restrukturisasi organisasi dan
Kegiatan-kegiatan yang direncanakan
perumusan tugas pokok dan fungsi organisasi
bersama masyarakat untuk mengembangkan
forum penanggulangan bencana. Kegiatan ini
resiliensi masyarakat adalah:
menjadi penting dan berarti bagi masyarakat
(1) Peningkatan pengetahuan
karena struktur organisasi yang telah ada
masyarakat mengenai risiko bencana tanah
belum berfungsi dengan baik. Tugas pokok
longsor. Adapun kegiatan yang dilakukan
dan fungsi organisasi forum penanggulangan
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
bencana juga belum dirumuskan. Sehingga
mengenai risiko bencana longsor adalah
kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan
dengan melakukan kegiatan sebagai berikut :
masyarakat dalam mengorganisasi diri
(a) Sosialisasi risiko bencana tanah longsor
berporos pada dua hal yakni pertama
kepada PKK Desa Kayuambon. Pelaksana
melakukan restrukturisasi organisasi dan
kegiatan sosialisasi adalah Pusat Vulkanologi
kedua membuat tugas pokok dan fungsi
dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)
organisasi.
Kementerian ESDM RI. (b) Sosialisasi risiko
(3) Kebutuhan untuk meningkatkan bencana tanah longsor kepada Forum
kemampuan adaptasi masyarakat dalam Penanggulangan Bencana Kampung
menyiapkan mekanisme menghadapi bencana

48
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Volume 13 Nomor 1, Juni 2014

Sukaampat Gadog. Dilaksanakan oleh peneliti resiliensi masyarakat terhadap risiko bencana
sendiri. berjalan dengan baik. Adapun perubahan yang
(2) Peningkatan kemampuan dirasakan oleh warga masyaraka adalah
masyarakat dalam mengorganisasi diri. bertambahnya pengetahuan dan keterampilan
Adapun kegiatan yang dilakukan untuk masyaraka ttentang penanggulangan bencana
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam tanah longsor, adanya kerjasama dengan
mengorganisasi diri adalah dengan organisasi desa dalam penanggulangan
meningkatkan kapasitas pengurus organisasi bencana dan terbuatnya mekanisme pertahanan
dengan restrukturisasi dan menyusun tupoksi diri masyarakat menghadapi risiko bencana
pengurus dengan jelas. tanah longsor dengan penghijauan dan tanggul
(3) Peningkatan kemampuan adaptasi penahan longsor.
masyarakat dalam menyiapkan mekanisme Merujuk kepada kegiatan yang telah dilakukan
menghadapi risiko bencana tanah longsor. sebagaimana hasil evaluasi dan refleksi,
Adapun kegiatan yang dilakukan untuk bahwa terlihat adanya perubahan dari ketidak-
meningkatkan kemampuan adaptasi pahaman warga dalam penanggulangan
masyarakat dalam menyiapkan mekanisme bencana menjadi lebih mengerti dan memiliki
menghadapi risiko bencana tanah longsor keterampilan. Masyarakat juga memiliki
adalah dengan melakukan penghijauan mekanisme pertahanan diri dalam
dengan menanam pohon bernilai ekonomi dan pengurangan risiko bencana.
produktif. Sasaran kegiatan ini adalah
masyarakat Kampung Sukaampat Gadog. Pembahasan

5. Implementasi Program Pengembangan Penelitian yang dilakukan terhadap resiliensi


Resiliensi Masyarakat. masyarakat terhadap risiko bencana tanah
Implementasi merupakan pelaksanaan kegiatan longsor di Desa Kayuambon Kecamatan
yang telah direncanakan. Adapun kegiatan yang Lembang Kabupaten Bandung Barat memiliki
dilaksanakan antara lain : (1) Sosialisasi kepada implikasi dari hasil penelitian. Implikasi hasil
pengurus PKK Desa Kayuambon. (2) penelitian ini merupakan konsekuensi dari
Sosialisasi kepada warga Kampung Sukaampat hasil penelitian yang menghasilkan temuan-
Gadog dan pengurus forum penanggulangan temuan yang memberikan kontribusi bagi
bencana. (3) Restrukturisasi forum suatu perbaikan yang akhirnya akan
penanggulangan bencana. (4) Membuat tugas menghasilkan perbaikan model dari model
pokok dan fungsi dalam struktur kepengurusan sebelumnya. Hal ini dilakukan melalui
forum penanggulangan bencana. (5) Melakukan evaluasi terhadap model resiliensi masyarakat
penghijauan. terhadap risiko bencana tanah longsor yang
dilakukan saat kegiatan praktikum.
6. Evaluasi dan Refleksi Dilanjutkan dengan evaluasi melakukan revisi
model berdasarkan hasil temuan-temuan
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa : (1)
dalam penelitian yang dilaksanakan.
Kegiatan penanggulangan bencana dalam
Adapun implikasi hasil penelitian secara
rangka mempersiapkan masyarakat yang
teoritis terhadap pengembangan resiliensi
memiliki ketahanan atau resilience merupakan
adalah: (1) Model resiliensi yang telah
hal yang baru dilakukan warga, sehingga perlu
dilakukan bersama dengan warga di Desa
kelanjutan yang rutin agar masyarakat sadar
Kayuambon sejalan dengan Renas (Rencana
dan memiliki ketahanan diri menghadapi
Nasional) Penanggulangan Bencana.
ancaman bencana tanah longsor. (2) Minimnya
Program sejalan yang telah dilakukan selama
pengalaman masyarakat dalam berorganisasi.
melakukan penelitian adalah program
(3) Belum ada perencanaan pembangunan
peningkatan partisipasi masyarakat dan para
desa yang memperhatikan aspek ancaman
pemangku kepentingan lainnya dalam PRB.
bahaya longsor. (4) Evaluasi di atas tentunya
Program pendidikan melalui kegiatan
harus menjadi perhatian agar pengembangan

49
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Volume 13 Nomor 1, Juni 2014

sosialisasi mengenai bencana tanah longsor. pengetahuan yang telah diberikan diharapkan
Program pencegahan dan mitigasi bencana warga masyarakat sudah memiliki
melalui pembuatan tanggul penahan longsor pengetahuan-pengetahuan penting seputar
dan penghijauan. (2) Model resiliensi yang bencana tanah longsor dan memiliki
telah dilakukan bersama warga juga sejalan kesadaran untuk melakukan tindakan
dengan Kerangka Aksi Hyogo yakni dengan pencegahan atau pengurangan risiko bencana
mengidentifikasi, mengkaji dan memantau tanah longsor. (c) Masyarakat mampu
risiko bencana melalui proses penelitian. mengorganisasikan diri dengan baik dalam
Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan menghadapi bencana tanah longsor.Forum
pendidikan untuk membangun kesadaran penanggulangan bencana dibentuk sebagai
keselamatan diri dan ketahanan terhadap wadah masyarakat untuk melakukan
bencana melalui kegiatan sosialisasi dan perencanaan kegiatan dan pelaksanaan
memperkuat kesiapan menghadapi bencana kegiatan. Struktur organisasi yang ada di
dengan meningkatkan kemampuan dalamnya juga berperan penting dalam
masyarakat mengorganisasi diri melalui kehidupan atau keberlanjutan organisasi.
restrukturisasi dan pemberian tupoksi sesuai Dilakukan restrukturisasi pengurus organisasi
standar kebutuhan peanggulangan bencana untuk menyegarkan kembali organisasi dan
pada forum penanggulangan bencana memenuhi pos-pos yang dibutuhkan dalam
Kampung Sukaampat Gadog. penanggulangan bencana. Forum penanggu-
langan bencana juga diberikan petunjuk
Berdasarkan hasil penelitian, temuan berupa tugas pokok dan fungsi yang
permasalahan atau kebutuhan yang dirasakan semestinya harus dilakukan. Hal ini agar
oleh warga dapat dijawab dengan melakukan pengurus menyadari posisi dan perannya serta
kegiatan berikut sebagai berikut: dapat mengoptimalkan perannya pada tugas
yang telah diberikan. (d) Terbentuk
(1) Nama Model. Nama model yang mekanisme penanggulangan bencana. Adanya
digunakan adalah pengembangan resiliensi pengetahuan dan organisasi tentang
masyarakat terhadap bencana tanah longsor di penanggulangan bencana diimbangi dengan
Kampung Sukaampat Gadog Desa pembuatan mekanisme mencegah terjadinya
Kayuambon. bencana tanah longsor. Mekanisme
pencegahan yang dilakukan adalah dengan
(2) Nama kegiatan; (a) Peningkatan penghijauan melalui penanaman pohon yang
pengetahuan masyarakat terhadap risiko memiliki nilai ekonomi produktif.
bencana tanah longsor. (b) Peningkatan
kemampuan masyarakat dalam (3) Sasaran; Adapun sasaran dari
mengorganisasi diri menghadapi risiko kegiatan ini adalah PKK Desa Kayuambon,
bencana tanah longsor dan (c) Peningkatan forum penanggulangan bencana dan
kemampuan adaptasi masyarakat dalam masyarakat yang tinggal di daerah rawan
menyiapkan mekanisme menghadapi bencana bencana longsor di Desa Kayuambon
tanah longsor. (2) Tujuan; (a) Masyarakat Kecamatan Lembang.
memahami dan sadar tentang bencana tanah
longsor. (b) Mengenalkan kepada masyarakat (4) Pelaksana; Penanggungjawab
ciri-ciri bencana tanah longsor, penyebab kegiatan adalah forum penanggulangan
terjadinya tanah longsor, tanda-tanda akan bencana yang telah dibentuk. Forum
terjadinya longsor, upaya-upaya pencegahan penanggulangan bencana yang dibentuk
dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan untuk merupakan forum yang terdiri dari unsur
menjadi terjadinya bencana tanah longsor. masyarakat Kampung Sukaampat Gadog,
Selain itu, masyarakat juga diberikan pengurus RT dan Pemerintah Desa
informasi singkat melalui pemutaran film Kayuambon.
simulasi bencana tanah longsor. Dengan

50
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Volume 13 Nomor 1, Juni 2014

(5) Strategi; Strategi yang bersama masyarakat menyiapkan mekanisme


dilaksanakan pada kegiatan ini adalah mencegah terjadinya bencana tanah longsor.
kolaborasi. Kolaborasi adalah merupakan
relasi kerjasama diantara pelaksana perubahan (7) Indikator Keberhasilan; Indikator
dan warga masyarakat yang setuju dengan keberhasilan sangatlah penting untuk
perubahan serta dukungan alokasi sumber. dirumuskan untuk melihat sampai sejauhmana
Sedangkan taktik yang digunakan adalah melihat atau mengukur tingkat keberhasilan
implementasi, taktik ini digunakan karena dari suatu program, indikator yang
sistem kegiatan dan sistem sasaran digunakana dalam indikator masukan (input),
bekerjasama. Ketika sistem ini setuju proses (process), keluaran (output) dan
dibutuhkan perubahan dan mereka manfaat (outcome) serta dampak (impact).
mengalokasikan sumber yang didukung oleh
pembuatan keputusan, yaitu perubahan perlu (8) Indikator Masukan; Masukan
untuk diimplementasikan. adalah faktor utama yang digunakan sebagai
input bagi pelaksanaan kegiatan, antara lain:
(6) Metode; Metode yang digunakan (a) Ketepatan pemilihan lokasi rawan bencana
adalah metode Community Organization/ sehingga kegiatanyang dilaksanakan dapat
Community Development (CO/CD). CO/CD berjalan dengan baik. (b) Kesediaan warga
adalah merupakan bentuk metode intervensi yang tinggal di daerah yang rawan dalam
langsung yang dirancang dalam rangka bekerjasama melaksanakan kegiatan. (c)
melakukan perubahan secara terencana pada Kesediaan pemerintah desa dalam berperan
permasalahan masyarakat berkaitan dengan serta. (d) Keterlibatan peneliti memberikan
bencana tanah longsor yang sering terjadi. dukungan bagi warga.
Community Organization merupakan suatu
proses untuk menciptakan dan (9) Indikator Proses; Proses adalah
mempertahankan keseimbangan diantara kegiatan yang dilaksanakan selama program
kebutuhan-kebutuhan akan kesejahteraan berjalan, indikator proses meliputi: (a)
sosial dan sumber-sumber yang dapat Terlaksananya refleksi awal yang dimulai dari
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan- identifikasi masalah sampai pada penentuan
kebutuhan itu di dalam suatu lingkungan kebutuhan. (b) Terlaksananya kegiatan
geografis atau disuatu bidang tertentu. Tujuan sosialisasi yang dilaksanakan di Aula Kantor
dari metode in iadalah meningkatkan Desa Kayuambon untuk TP-PKK Desa
pengetahuan masyarakat mengenai risiko Kayuambon dan di rumah salah satu warga
bencana tanah longsor. Kampung Sukaampat Gadog untuk warga
Untuk mengoptimalkan kegiatan ini, masyarakat Kampung Sukaampat Gadog.
metode CO/CD dipandang tepat untuk (c) Terlaksananya restrukturisasi dan
digunakan. Metode ini merupakan salah satu pembinaan organisasi melalui pembuatan
metode pokok pekerjaan sosial yangt ujuan tugas pokok dan fungsi pengurus dalam forum
utamanya adalah untuk memperbaiki kualitas penanggulangan bencana. (d) Terlaksananya
hidup masyarakat. Kualitas hidup masyarakat kegiatan penghijauan berbasis ekonomi
diawali dengan pengetahuan yang baik pula di produktif.
dalam diri masyarakat. Ketika pengetahuan
masyarakat terhadap bencana tanah longsor (10) Indikator Keluaran; Keluaran
sudah tepat dan sesuai dengan harapan maka merupakan hasil langsung yang diperoleh dari
upaya penanggulangan bencana akan menjadi kegiatan, yang merupakan indikator hasil fisik
lebih mudah. Selanjutnya dibentuk dan dari pencapaian tujuan spesifik, yang
dilakukan pembinaan terhadap organisasi meliputi: (a) Adanya peningkatan
forum penanggulangan bencana yang telah pengetahuan TP-PKK Desa Kayuambon dan
dibentuk. Pada tahap akhirnya peneliti warga Kampung Sukaampat Gadog dalam
menghadapi bencana tanah longsor. (b)

51
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Volume 13 Nomor 1, Juni 2014

Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk Pelaksanaan kegiatan pada bagan1


melakukan kegiatan pencegahan bencana membutuhkan metode, teknik, teknologi dan
tanah longsor melalui keterlibatan masyarakat peran pekerja sosial. Metode, teknik, teknologi
dalam pertemuan lanjutan dan penghijauan. dan peran pekerja sosial di atas sangat
(c) Meningkatnya keterlibatan masyarakat mendukung terlaksananya kegiatan-kegiatan
dalam kegiatan organisasi forum yang telah direncanakan bersama masyarakat
penanggulangan bencana. (d) Wilayah rawan dan forum penanggulangan bencana. Hasil
longsor telah ditanami pohon-pohon Jati putih dari kegiatan berupa output sebagaimana
yang diharapkan nantinya dalam menahan tertera pada bagan 1.
tanah agar tidak longsor.
Setelah melakukan rangkaian kegiatan yang
(11) Indikator Manfaat; (a) didasarkan pada input/refleksi akhir kegiatan
Meningkatnya pemahaman masyarakat praktikum, maka diperoleh refleksi akhir pada
tentang risiko bencana tanah longsor meliputi kegiatan penelitian yang menegaskan bahwa
pemahaman tentang ciri-ciri bencana tanah resiliensi masyarakat di Kampung Sukaampat
longsor, penyebab, tindakan pencegahan dan Gadog Desa Kayuambon mengalami
larangan-larangan yang harus dijauhi agar peningkatan. Peningkatan resiliensi
tidak terjadi bencana tanah longsor. masyarakat tentu merupakan sebuah hasil
(b) Meningkatnya pemahaman dan kesediaan positif dan sangat diharapkan.
organisasi desa yakni BPD dan PKK Desa
Kayuambon untuk berperan aktif dalam Model bagan 1 merupakan model pendekatan
penanggulan bencana tanah longsor. (c) pengembangan resiliensi masyarakat yang
Terjalinnya relasi yang baik dengan instansi lebih mengutamakan keterlibatan warga
terkait (PVMBG Kementerian ESDM) dalam secara aktif dimana masyarakat dapa menjadi
memperoleh sumber yang dapat dimanfaatkan pelaku utama sekaligus dapat juga berpotensi
dalam penanggulangan bencana tanah menjadi korban bagi mereka yang tinggal di
longsor. (d) Adanya dukungan dari daerah yang rawan bencana. Dengan
pemerintah Desa Kayuambon dalam program demikian, pengembangan resiliensi
pengembangan resiliensi masyarakat. masyarakat sangat relevan dengan pekerjaan
sosial masyarakat.
(12) Indikator Dampak. Dampak yaitu
akibat yang timbul karena adanya suatu
intervensi kegiatan, biasanya dalam jangka
waktu yang lebih lama dari manfaat langsung
dan merupakan indikator pencapaiantujuan,
yang meliputi: (a) Meningkatnya ketahanan
masyarakat lokal dalam mengahadapi bencana
tanah longsor. (b) Meningkatnya kemandirian
masyarakat. (c) Meningkatnya jumlah warga
yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang
disusun untuk pengembangan resiliensi.
Setelah melakukan evaluasi terhadap model
resiliensi yang dilakukan saat praktikum,
diperoleh refleksi akhir yang digunakan
sebagai input untuk melakukan kegiatan pada
model akhir pengembangan resiliensi
masyarakat. Perhatikan bagan 1 berikut ini.

52
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Volume 13 Nomor 1, Juni 2014

INPUT PROSES OUTPUT REFLEKSI


AKHIR

Hasil refleksi akhir kegiatan praktikum


dalam model awal resiliensi masyarakat Kegiatan :
terhadap risiko bencana tanah longsor di 1. Kerjasama dengan tokoh 1. Terjadinya kerjasama dengan
kampong Sukaampat Gadog Desa masyarakat tokoh masyarakat
Kayuambon : 2. Restrukturisasi forum 2. Warga masyarakat memiliki
1. Belum semua anggota masyarakat penanggulangan bencana pengetahuan dan keterampilan
memahami/menyadari masalah Kampung Sukaampat penaggulangan bencana
penanggulangan bencana Gadog 3. Munculnya kesadaran dan
2. Kurangnya kemampuan masyarakat 3. Pembuatan tupoksi forum partisipasi masyarakat dalam
mengorganisasi diri menghadapi penanggulangan bencana menyukseskan kegiatan Resiliensi masyarakat
bencana 4. Sosialisasi penanggulangan 4. Terbentuknya forum terhadap risiko
3. Kurangsiapnya mekanisme pencegahan bencana tanah longsor penanggulangan bencana yang bencana tanah longsor
bencana tanah longsor 5. Penghijauan telah direstrukturisasi meningkat
berdasarkan standar kebutuhan
penanggulangan bencana
5. Tersusunnya tupoksi pengurus
Sumber Tersedia: Metode: Community forum penanggulangan bencana
1. Sumber informal atau alamiah: Organization/Community sebagai pedoman pelaksanaan
dukungan keluarga, teman, kerabat, Development (CO/CD). tugas
tetangga, serta donator seperti Pak Teknik: 6. Meningkatnya kemampuan
Aditya (Kombes), Pak Peter(Direktur 1. Implementasi masyarakat mengorganisasi diri
Bank NISP), Pak Gunawan (Pemilik 7. Tertanammya pohon jati putih di
2. Pengembangan kapasitas
kebun sayur) wilayah rawan tanah longsor
Teknologi :
2. Sistem sumber formal : 1. MPA 8. Adanya komitmen dukungan dari
dukungan/ bantuan organisasi formal 2. ToP Pemerintah Desa, BPD, dan PKK
seperti Pemerintah Desa, Ketua Rt/Rw, Desa Kayuambon
Peran Pekerja Sosial :
Pemuda Karang Taruna, Koperasi Enabler, broker, support
Usaha Teguh, PKK worker, fasilitator, social
3. Sistem sumber kemasyarakatan: planner & public
lembaga yang memberikan pelayan- an
masyarakat, seperti Sespin Polri, Darul
Hikam, Rumah Makan “Sambel Hejo”,
BBPP, Tahu “Tauhid”.
Bagan 1
Model Akhir Pengembangan Resiliensi Masyarakat pada Risiko Bencana Tanah Longsor
di Kampung Sukaampat Gadog Desa Kayuambon

- 53 -
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Volume 13 Nomor 1, Juni 2014

Simpulan melakukan reasesmen ketika proses penelitian.


(c) Membatasi penelitian hanya pada
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas pengembangan resiliensi masyarakat
peneliti memberikan rekomendasi dalam menghadapi bencana tanah longsor.
penerapan model agar model dapat berjalan (3) Rekomendasi penyempurnaan model. Agar
dengan baik, agar model penelitian ini dapat model menjadi lebih baik, perlu dilakukan
direplikasikan dan penyempurnaan model dan beberapa hal sebagai berikut: (a) Melakukan
refleksi model : pembinaan lanjutan kepada masyarakat yang
(1) Rekomendasi penerapan model agar sudah diberikan penyuluhan agar terus aktif,
berjalan dan diterapkan dengan baik maka kreatif dan produktif dalam melakukan upaya
perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut: penanggulangan bencana. (b) Membuat
(a) Melibatkan kelompok masyarakat yang ada sebuah kebijakan penanggulangan bencana
di Desa Kayuambon agar menentukan dan desa baik yang menyangkut upaya preventif
memecahkan masalah mereka sendiri. (b) maupun tanggap darurat antara lain dengan
Menggunakan metode dan teknik yang sama lebih meningkatkan pengawasan dan
sebagaimana yang digunakan oleh peneliti pemeriksaan pembangunan dan
dalam penerapan model. (c) Memaksimalkan mengalokasikan dana untuk penanggulangan
peran pekerja sosial terutama pada fungsi bencana. (c) Menjalin kerjasama secara
enabler, broker, fasilitator dan publiceducator. permanen dengan lembaga-lembaga terkait
(d) Menjalin kerjasama dengan tokoh seperti BPBD, Dinas Kesejahteraan Sosial,
masyarat, aparat pemerintah dan dinas instansi PVMBG, Pihak Perhutani dan lembaga
terkait dalam penelitian pengembangan lainnya dalam upaya penanggulangan
resiliensi masyarakat. (2) Rekomendasi agar bencana. (d) Melakukan koordinasi yang
model dapat direplikasikan. Agar model dapat intensif dengan pihak-pihak terkait baik dalam
direplikasikan sesuai dengan hasil yang rangka upaya preventif, tanggap darurat
diharapkan maka perlu dilakukan beberapa hal maupun pasca bencana. (e) Memanfaatkan
sebagai berikut: (a) Memilih tempat yang data dan informasi yang diberikan oleh pihak
memiliki karakteristik yang sama meliputi; terkait dalam upaya penanggulangan bencana
potensi resiko bencana yang dimiliki, kondisi seperti misalnya mempertimbangkan peta
sosial ekonominya dan budaya yang gerakan tanah yang dikeluarkan oleh PVMBG
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. (b) dalam upaya pemanfaatan lahan. (f) Membuat
Melakukan kegiatan community involvement kebijakan penanggulangan bencana dan
bersama masyarakat, artinya ketika proses mempertimbangkan aspek dampak bencana
kontak dibangun, dilakukan pendekatan yang mungkin ditimbulkan dari sebuah
dengan berbaur bersama-sama kegiatan kebijakan misalnya kebijakan pembangunan
masyarakat setempat. (c) Melakukan tahapan atau pemanfaatan lahan.
yang dilakukan peneliti dimulai dari kegiatan
praktikum dengan melakukan asesmen dan

Daftar Pustaka

Aribowo. 2009. Praktek Pekerjaan Sosial Masyarakat dalam Pengembangan Kapital Sosial Bagi
Penanggulangan Bencana. Strategi Pengurangan Resiko Bencana. Bandung: Pusat Kajian
Bencana dan Pengungsi STKS Bandung.

Bastian Affeltranger. 2007. Hidup Akrab dengan Bencana. MPBI. Jakarta

Folke. 2006. Resilience: The emergence of a perspective for social ecological sistem analyse
“Global Environmental change 16:253-267. Department of Sistems Ecology, Stockholm
University, Stockholm, Sweden.

54
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Volume 13 Nomor 1, Juni 2014

John Twigg, dialihbahasakan oleh Theresia Wuryantari. 2007. Karakteristik Masyarakat yang
Tahan Bencana. Oxfam GB dan Plan Internasional.

Louis Lebel, John M. Anderies, Bruce Campbell, Carl Folke, Steve Hatfield-Dodds, T. P. Hughes,
and James Wilson. 2001. Governance and the Capacityto Manage Resilience in Regional
Social-Ecological Sistems. Resilience Alience

Nurul Zuriah. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan,

Netting, Ellen F, Peter M, Steven L. McMurtry. 2004. Social Work Macro Practice. Pearson
Education, Inc.

55

You might also like