Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Volume 2, Nomor 1, April 2018 ISSN 2623-1573 (Online)

ISSN 2623-1581 (Print)

FAKTOR RISIKO IBU BERSALIN YANG MENGALAMI KETUBAN


PECAH DINI DI RSUD BANGKINANG TAHUN 2017

NIA APRILLA

Dosen S1 Keperawatan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

ABSTRACT

One of the highest causes of AKI is infection. Most infections are caused
by the KPD on maternity. The incidence of KPD ranges from 10% of all
pregnancies. At term pregnancy the incidence varies between 6-19%, whereas in
preterm pregnancy the incidence is 2% of all pregnancies. The aim of the study
was to determine the risk factors for maternal births with early ruptured
membranes in Bangkinang Hospital in 2017. The design of this study was
descriptive. The population in this study were all women who had premature
ruptured membranes recorded in the medical record of Bangkinang Hospital,
which numbered 55 people, with a sample of 55 women who had premature
rupture of membranes. Sampling technique with total population. The data
collection tool used is medical record data using a check list sheet. The analysis
used is univariate analysis. The results of the study were found to be mostly in the
risk category namely <20 and> 35 years old (58.18%), with multiparous parity
(56.36%), had experienced KPD (58.18%) and were not pregnant (63, 64%).
Based on the results of research on the description of risk factors for KPD in
Bangkinang Hospital in 2017, it can be concluded that most women who
experience premature rupture of membranes are at the age of risk, those aged <20
and> 35 years, non-risky multiparity, risky KPD history that is, having had KPD
and multiple pregnancies is not at risk, namely not multiple pregnancy. It is
expected that health workers will provide information about the risk factors for
premature rupture of membranes, especially in pregnant women during an
antenatal care visit.

Keywords : age, parity, history of KPD, multiple pregnancy

PENDAHULUAN menyeluruh didasarkan atas tinggi


Kemampuan suatu negara rendahnya Angka Kematian Ibu
untuk memberikan pelayanan (AKI) pada negara tersebut. AKI
obstetrik yang bermutu dan juga dapat dipergunakan sebagai

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 48


Volume 2, Nomor 1, April 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

suatu gambaran kesejahteraan Penyebab AKI di Indonesia adalah


masyarakat di negara tersebut perdarahan 25%, partus lama 17%,
(Elfindri, 2011). AKI merupakan infeksi 13%, aborsi tidak aman 13%,
indikator untuk melihat derajat eklamsia 12%, dan lain-lainnya 20%.
kesehatan perempuan. AKI Infeksi merupakan penyebab ketiga
merupakan salah satu tujuan dalam tingginya AKI. Penyebab terjadinya
SDG’s yaitu tertuang pada tujuan infeksi karena proses yang dilalui
13.1 pada tahun 2030 mengurangi selama kehamilan maupun dalam
AKI hingga kurang dari 70 per persalinan seperti KPD 65%, febris
100.000 kelahiran hidup (SDG’s, 17%, amnionitis 0,5-1,5%, infeksi
2015). Menurut World Health saluran kemih 15%. KPD merupakan
Organization (WHO) tahun 2014, urutan pertama penyebab infeksi
AKI di dunia yaitu 289.000 jiwa. yang dapat menyebabkan AKI
Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, (Supartini, 2011). Ketuban Pecah
Afrika Utara 179.000 jiwa, dan Asia Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban
Tenggara 16.000 jiwa. AKI di sebelum proses persalinan
negara-negara Asia Tenggara yaitu berlangsung (Prawirohardjo, 2007).
Indonesia 214 per 100.000 kelahiran Penyebab dari KPD masih belum
hidup, Filipina 170 per 100.000 jelas, maka tindakan preventif tidak
kelahiran hidup, Vietnam 160 per dapat dilakukan, kecuali dalam usaha
100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 menekan terjadinya infeksi.
per 100.000 kelahiran hidup, Brunei Walaupun ketuban sering pecah
60 per 100.000 kelahiran hidup, dan spontan sebelum persalinan semakin
Malaysia 39 per 100.000 kelahiran lama selaput tersebut pecah sebelum
hidup (WHO, 2014). Berdasarkan kelahiran akan semakin besar risiko
Survei Demografi dan Kesehatan infeksi pada janin maupun ibunya
Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI (Manuaba, 2010). Insidensi KPD
menunjukkan peningkatan yang berkisar antara 10% dari semua
signifikan yaitu menjadi 359 kehamilan. Pada kehamilan aterm
kematian ibu per 100.000 kelahiran insidensinya bervariasi antara 6-19%.
hidup yang berkaitan dengan Sedangkan pada kehamilan preterm
kehamilan, persalinan, dan nifas insidensinya 2% dari semua
(Profil Dinkes Provinsi Riau, 2015). kehamilan. Hampir semua KPD pada
Berdasarkan data Dinas kehamilan preterm akan lahir
Kesehatan Provinsi Riau tahun 2015, sebelum aterm atau persalinan akan
penyebab AKI tertinggi yaitu terjadi dalam satu minggu setelah
perdarahan 30,3%, hipertensi 27,1%, selaput ketuban pecah (Surasmi,
infeksi 7,3%, sebab lain 40,8% salah 2009). Ketuban Pecah Dini
satunya Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah penting dalam
(Profil Dinkes Provinsi Riau, 2015). obstetrik berkaitan dengan penyulit

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 49


Volume 2, Nomor 1, April 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

kelahiran prematur dan terjadinya masih bagus dan alat reproduksi siap
infeksi korioamnionitis sampai untuk menerima kehamilan dan
sepsis, yang dapat menimbulkan persalinan. Pada grandemultipara
morbiditas dan mortalitas pada ibu KPD lebih banyak terjadi karena
maupun bayi (Prawirohardjo, 2008). daya tahan alat reproduksi ibu sudah
Adapun faktor risiko dari Ketuban mulai melemah dan terlalu seringnya
Pecah Dini adalah umur, paritas, ibu melahirkan sehingga apabila ibu
riwayat KPD, kehamilan ganda. hamil kembali maka uterus akan
Wanita yang melahirkan anak pada semakin merenggang serta kekuatan
usia di bawah 20 tahun atau lebih jaringan ikat dan vaskularisasi
dari 35 tahun merupakan faktor berkurang sehingga menyebabkan
risiko terjadinya ketuban pecah dini rapuh yang bisa mempengaruhi
yang dapat mengakibatkan kematian terjadinya ketuban pecah dini
maternal. Pada usia dibawah 20 (Puspita, 2015). Riwayat KPD
tahun fungsi reproduksi seorang sebelumnya berisiko 2-4 kali
wanita belum berkembang dengan mengalami ketuban pecah dini
matang sehingga belum dapat kembali. Wanita yang mengalami
menerima kehamilan dan persalinan KPD pada kehamilan sebelumnya,
dengan baik, sedangkan pada usia maka pada kehamilan berikutnya
diatas 35 tahun fungsi reproduksi akan lebih berisiko mengalaminya
seorang wanita sudah mulai kembali antara 3-4 kali dari pada
berkurang kemampuannya dalam wanita yang tidak mengalami KPD
menerima kehamilan dibandingkan sebelumnya, karena komposisi
fungsi reproduksi normal sehingga membran yang menjadi mudah rapuh
kemungkinan untuk terjadinya dan kandungan kolagen yang
komplikasi pasca persalinan terutama semakin menurun pada kehamilan
KPD akan lebih besar (Masnida, berikutnya (Tahir, 2012). Kehamilan
2013). Wanita dengan paritas ganda dapat memberikan risiko yang
primipara akan lebih berisiko lebih tinggi baik bagi janin maupun
mengalami ketuban pecah dini dari ibu. Wanita dengan kehamilan ganda
pada wanita yang berstatus paritas berisiko tinggi mengalami KPD. Hal
multipara dikarenakan keadaan ini biasanya disebabkan oleh
kandungan yang masih elastis dan peningkatan massa plasenta dan
alat reproduksi yang belum siap produksi hormon yang dapat
menerima untuk mengandung janin, memungkinkan ketegangan rahim
sehingga penyesuaian dibutuhkan meningkat sehingga sewaktu-waktu
pada kandungan wanita. Sedangkan selaput ketuban dapat pecah secara
wanita dengan paritas multipara tidak tiba-tiba yang dapat diidentifikasi
berisiko mengalami ketuban pecah sebagai KPD (Varney, 2008).
dini dikarenakan kekuatan serviks Berdasarkan data yang diperoleh

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 50


Volume 2, Nomor 1, April 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

peneliti dari RSUD Bangkinang dapat dilihat pada tabel berikut :


tahun 2017 jumlah kasus obstetri
Tabel 1.1 10 Kasus Obstetri di RSUD Bangkinang tahun 2016
No Jenis Penyakit Jumlah Presentase
1 Post Date 80 18,26 %
2 Bekas Sc 66 15,09 %
3 Ketuban Pecah Dini 55 12,56 %
4 Hyperemesis Gravidarum 52 11,87 %
5 Preeklampsia Berat 47 10,73 %
6 Partus Tak Maju 35 7,99 %
7 Letak Sungsang 30 6,85 %
8 Abortus Inkomplit 27 6,16 %
9 Retensio Plasenta 27 6,16 %
10 Abortus Imminens 19 4,33 %
Jumlah 438 100 %
Sumber : Rekam Medis RSUD Bangkinang 2017

Berdasarkan tabel 1.1 diketahui Populasi dalam penelitian ini adalah


bahwa angka kejadian KPD di keseluruhan Ibu bersalin yang
RSUD Bangkinang pada tahun 2017 mengalami ketuban pecah dini di
yaitu sebanyak 55 orang (12,56%). RSUD Bangkinang tahun 2016 yaitu
Kejadian ketuban pecah dini sebanyak 55 orang.
mengalami peningkatan, pada tahun
2016 kejadian ketuban pecah dini HASIL PENELITIAN
tidak termasuk ke dalam 10 kasus Penelitian ini dilakukan dari
obstetri di RSUD Bangkinang, tanggal 09-17 Juni tahun 2017 di
sedangkan pada tahun 2017 kejadian ruang rekam medik RSUD
ketuban pecah dini menduduki Bangkinang dengan sampel sebanyak
urutan ke 3 dari 10 kasus obstetri 55 orang pada tahun 2016. Data yang
terbanyak di RSUD Bangkinang. diambil pada penelitian ini meliputi
umur, paritas, riwayat KPD dan
METODE PENELITIAN kehamilan ganda. Dari hasil
Desain penelitian yang digunakan pengumpulan data disajikan sebagai
dalam penelitian ini adalah berikut :
deskriptif. Penelitian ini bertujuan A. Analisa Univariat
untuk mengetahui faktor risiko ibu Analisa Univariat dilakukan untuk
bersalin yang mengalami ketuban menggambarkan distribusi frekuensi
pecah dini di RSUD Bangkinang umur, paritas, riwayat KPD dan
tahun 2017. kehamilan ganda. Hasil analisa dapat
Penelitian ini dilakukan pada tanggal dilihat pada tabel dibawah ini :
09-17 Juni 2017 di bagian rekam 1.Umur
medik RSUD Bangkinang
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di RSUD
Bangkinang Tahun 2017

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 51


Volume 2, Nomor 1, April 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

No Umur Frekuensi Presentase (%)


1 Berisiko (<20 dan >35) 32 58,18
2 Tidak berisiko (20-35) 23 41,82
Total 55 100
Sumber : Data Rekam Medik RSUD Bangkinang Tahun 2017
2. Paritas
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas di RSUD
Bangkinang Tahun 2017
No Paritas Frekuensi Presentase (%)
1 Berisiko (Primipara dan
24 43,64
grandemultipara)
2 Tidak berisiko (Multipara) 31 56,36
Total 55 100
Sumber : Data Rekam Medik RSUD Bangkinang Tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat paritas multipara sebanyak 31 orang
bahwa sebagian besar responden (56,36%).
pada kategori tidak berisiko yaitu
3. Riwayat KPD
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan riwayat KPD di RSUD
Bangkinang Tahun 2017
No Riwayat KPD Frekuensi Presentase (%)
1Berisiko (Pernah mengalami KPD
32 58,18
sebelumnya)
2 Tidak berisiko (Tidak pernah
23 41,82
mengalami KPD sebelumnya)
Total 55 100
Sumber : Data Rekam Medik RSUD Bangkinang Tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat mengalami KPD sebanyak 32 orang
bahwa sebagian besar responden (58,18%).
pada kategori berisiko yaitu pernah
4. Kehamilan Ganda
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kehamilan ganda di RSUD
Bangkinang Tahun 2017
No Kehamilan ganda Frekuensi Presentase (%)
1Berisiko (Ibu hamil ganda) 20 36,36
2Tidak berisiko (Ibu tidak hamil
35 63,64
ganda)
Total 55 100
Sumber : Data Rekam Medik RSUD Bangkinang Tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat tidak hamil ganda sebanyak 35 orang
bahwa sebagian besar responden (63,64%).
pada kategori tidak berisiko yaitu ibu

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 52


Volume 2, Nomor 1, April 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

PEMBAHASAN tahun tergolong usia yang terlalu tua


Penelitian ini dilakukan untuk melahirkan sehingga berisiko
dibagian rekam medik RSUD tinggi mengalami ketuban pecah
Bangkinang tahun 2017 dengan dini. Pada umur dibawah 20 tahun,
jumlah sampel sebanyak 55 orang. dianggap kehamilan berisiko tinggi
Ulasan dari hasil penelitian dapat karena alat reproduksi belum siap
dilihat pada pembahasan berikut ini : untuk proses kehamilan, sehingga
1. Umur mempengaruhi selaput ketuban
Dari hasil penelitian dapat menjadi abnormal (Nugroho, 2010).
diketahui bahwa sebagian besar Pada usia diatas 35 tahun merupakan
responden pada kategori berisiko masa awal memasuki periode risiko
yaitu umur <20 dan >35 tahun tinggi dari segi reproduksi untuk
sebanyak 32 orang (58,18%). Hasil menjalankan fungsinya. Keadaan ini
penelitian ini sesuai dengan teori akan berpengaruh pada proses
yang menyatakan bahwa wanita yang embriogenesis sehingga selaput
melahirkan pada usia dibawah 20 ketuban lebih tipis yang
tahun atau lebih dari 35 tahun kemungkinan untuk terjadinya
merupakan faktor risiko terjadinya komplikasi selama kehamilan dan
ketuban pecah dini yang dapat persalinan akan lebih besar
mengakibatkan kematian maternal. (Prawirohardjo, 2010). Hal ini sesuai
Hal ini dikarenakan pada usia dengan hasil penelitian yang
dibawah 20 tahun fungsi reproduksi dilakukan Khayati (2013) didapatkan
seorang wanita belum berkembang dari 388 responden ibu bersalin
dengan matang sehingga belum dapat dengan kategori berisiko < 20 tahun
menerima kehamilan dan persalinan atau > 35 tahun sejumlah 250 orang
dengan baik, sedangkan pada usia (64,43%) dan tidak berisiko (20-35
diatas 35 tahun fungsi reproduksi tahun) sejumlah 138 orang (35,57%).
wanita sudah mulai berkurang Jadi persalinan yang paling banyak
kemampuannya dalam menerima di RSUD Ambarawa Tahun 2013
kehamilan dibandingkan fungsi terjadi pada ibu berisiko. Hal ini
reproduksi normal sehingga sesuai dengan hasil penelitian yang
kemungkinan terjadinya komplikasi dilakukan oleh Fitria (2014) yang
pasca persalinan terutama KPD akan menunjukkan bahwa terdapat
lebih besar (Masnida, 2013). Usia sebagian besar responden umur
ibu yang <20 tahun termasuk usia berisiko < 20 tahun atau > 35 tahun
yang terlalu muda dengan keadaan yaitu sebanyak 52 orang (61,2 %).
uterus yang kurang matang untuk Menurut asumsi peneliti umur <20
melahirkan sehingga rentan dan >35 meningkatkan terjadinya
mengalami ketuban pecah dini. ketuban pecah dini dikarenakan
Sedangkan ibu dengan usia >35 belom matangnya uterus serta alat

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 53


Volume 2, Nomor 1, April 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

reproduksi yang sudah semakin Hasil penelitian ini sesuai dengan


rentan sehingga tidak mampu untuk penelitian yang dilakukan oleh Siti
menahan kehamilan yang Aisyah (2012) di RSUD Lamongan
memungkinkan komplikasi ketuban yang menyatakan bahwa paritas
pecah lebih besar dibandingkan yang multipara (80%) yang mempengaruhi
berumur 20-35 tahun. kejadian ketuban pecah dini
dibandingkan paritas primipara
2. Paritas (65%). Hasil ini sesuai dengan
Dari hasil penelitian dapat penelitian yang dilakukan oleh
diketahuibahwa sebagian besar Pujiningsih (2012) yang
responden pada kategori tidak membuktikan bahwa sebagian besar
berisiko yaitu paritas multipara kejadian ketuban pecah dini terjadi
sebanyak 31 orang (56,36%). pada ibu bersalin dengan paritas
Hasil penelitian ini tidak sesuai multipara sebanyak 101 orang
dengan teori yang menyatakan (59,20%). Menurut asumsi peneliti
bahwa paritas primipara dan tidak semua paritas multipara dapat
grandemultipara merupakan salah menyebabkan ketuban pecah dini.
satu faktor terjadinya ketuban pecah Banyak faktor-faktor yang
dini. Pada teori, wanita dengan mempengaruhi ketuban pecah dini
paritas primipara akan lebih berisiko seperti umur, riwayat KPD dan
mengalami ketuban pecah dini kelainan letak janin. Multipara
daripada wanita yang berstatus memiliki risiko tinggi, hal ini
paritas multipara dikarenakan disebabkan multipara sudah
keadaan kandungan yang masih mengalami persalinan lebih dari satu
elastis dan alat reproduksi yang kali yang dapat mempengaruhi
belum siap menerima untuk berkurangnya kekuatan otot uterus
mengandung janin, sehingga sehingga rentan terjadinya ketuban
penyesuaian dibutuhkan pada pecah dini.
kandungan. Sedangkan pada
grandemultipara KPD lebih banyak 3. Riwayat KPD
terjadi karena daya tahan alat Dari hasil penelitian dapat
reproduksi ibu sudah mulai melemah diketahui bahwa sebagian besar
dan terlalu seringnya ibu melahirkan responden pada kategori berisiko
sehingga apabila ibu hamil kembali yaitu pernah mengalami KPD
maka uterus akan semakin sebanyak 32 orang (58,18%).
merenggang serta kekuatan jaringan Hasil penelitian sesuai dengan teori
ikat dan vaskularisasi berkurang yang menyatakan Riwayat KPD
sehingga menyebabkan rapuh yang sebelumnya berisiko 2-4 kali
bisa mempengaruhi terjadinya mengalami ketuban pecah dini
ketuban pecah dini (Puspita, 2015. kembali. Patogenesis terjadinya KPD

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 54


Volume 2, Nomor 1, April 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

secara singkat adalah akibat yang mengakibatkan ketuban pecah


penurunan kandungan kolagen dalam dini, maka ibu dengan riwayat KPD
membran sehingga memicu berkemungkinan akan mengalami
terjadinya ketuban pecah dini ketuban pecah dini pada kehamilan
(Nugroho, 2010) Wanita yang berikutnya.
mengalami KPD pada kehamilan
sebelumnya, maka pada kehamilan 4. Kehamilan Ganda
berikutnya akan lebih berisiko Dari hasil penelitian dapat
mengalaminya kembali antara 3-4 diketahui bahwa sebagian besar
kali dari pada wanita yang tidak responden pada kategori tidak
mengalami KPD sebelumnya, karena berisiko yaitu ibu yang tidak hamil
komposisi membran yang menjadi ganda sebanyak 35 orang (63,64%).
mudah rapuh dan kandungan kolagen Hasil penelitian ini tidak sesuai
yang semakin menurun pada dengan teori yang menyatakan
kehamilan berikutnya (Tahir, 2012). bahwa ibu yang hamil ganda
Hasil penelitian ini sama dengan mengakibatkan ketuban pecah dini.
penelitian yang dilakukan oleh Tahir Pada teori menjelaskan Ibu hamil
(2012) menunjukkan bahwa ibu yang ganda berisiko tinggi mengalami
mengalami KPD proporsinya lebih ketuban pecah dini. Hal ini
kecil (22,8%) pada ibu yang pernah disebabkan oleh peningkatan massa
mengalami KPD sebelumnya plasenta dan produksi hormon yang
dibandingkan dengan yang tidak dapat memungkinkan ketegangan
pernah mengalami KPD sebelumnya rahim meningkat sehingga sewaktu-
(77,2%). Hal ini sesuai dengan waktu selaput ketuban dapat pecah
penelitian Haryo (2013) yang secara tiba-tiba yang dapat
menunjukkan bahwa responden yang diidentifikasi sebagai KPD (Varney,
memiliki riwayat kejadian KPD pada 2008).
kehamilan sebelumnya sebanyak 73 Penelitian ini sejalan dengan
responden (58,9%) dan yang tidak penelitian yang dilakukan oleh Nurul
mempunyai riwayat kejadian KPD Huda mengenai faktor-faktor yang
pada kehamilan sebelumnya mempengaruhi ketuban pecah dini di
sebanyak 51 responden (41,1%). RS PKU Muhammadiyah Surakarta
Menurut asumsi peneliti riwayat tahun 2013 yang menunjukkan
KPD pada ibu bersalin yang pernah bahwa sebanyak 4 responden (3,2%)
mengalami KPD sebelumnya dengan hamil ganda, sedangkan yang
cenderung akan mengalaminya tidak hamil ganda sebanyak 121
kembali. Hal ini dikarenakan pada (96,8%) dari total keseluruhan 125
ibu dengan riwayat KPD akan responden. Hasil penelitian ini tidak
mempengaruhi komposisi membran sama dengan penelitian yang
pada uterus sehingga menjadi rapuh dilakukan Lismawati (2012) yang

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 55


Volume 2, Nomor 1, April 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

menunjukan bahwa ibu dengan DAFTAR PUSTAKA


kehamilan ganda mempengaruhi Aisyah, 2012. Perbedaan Kejadian
terjadinya KPD sebanyak 33 orang Ketuban Pecah Dini Antara
(73,33%) sedangkan yang tidak Primipara Dan Multipara. Karya
hamil ganda sebanyak 12 orang Tulis Ilmiah
(26,67%). Menurut asumsi peneliti Dewi, 2016. Faktor risiko.
bahwa tidak semua kehamilan ganda http://www.faktorrisiko.go.id.
berpotensi menyebabkan ketuban diakses tanggal 11 juni 2017
pecah dini. Meskipun demikian Dinkes Provinsi Riau, 2015. Profil
peneliti tidak bisa menyatakan bahwa Kesehatan Provinsi Riau. Pekanbaru
kehamilan ganda bukan merupakan Hidayat, 2009. Asuhan Patologi
faktor risiko dari kejadian ketuban Kebidanan. Yogyakarta : Nuha
pecah dini, karena disadari Medika
kelemahan data sekunder. Hal ini Ida Ayu, 2008. Gawat Darurat
memberikan gambaran kepada kita Obstetric Ginekologi Untuk Profesi
bahwa faktor predisposisi terjadinya Bidan. Jakarta : EGC
ketuban pecah dini bukan hanya Manuaba, 2008. Pengantar Kuliah
dipengaruhi oleh faktor kehamilan Obstetri. Jakarta : EGC
ganda tetapi faktor lain seperti umur , (2010). Pengantar Kuliah
dan paritas. Obstetri. Jakarta : EGC
Maryunani, 2016. Buku Praktis
KESIMPULAN Kehamilan Dan Persalinan Patologis
1.Sebagian besar ibu bersalin yang Dalam Kebidanan. Jakarta : Trans
mengalami ketuban pecah dini Info Media
terdapat pada kategori berisiko yaitu Moedjito, 2015. Ciri Air Ketuban
umur <20 dan >35 tahun. Pecah Dini.
2.Sebagian besar ibu bersalin yang https://www.Ketubanpecahdini.
mengalami ketuban pecah dini co.id. diakses tanggal 6 maret 2017
terdapat padakategori tidak berisiko Nugroho, 2010. Kasus Emergency
yaitu paritas multipara. Kebidanan. Yogyakarta : Nuha
3.Sebagian besar ibu bersalin yang Media
mengalami ketuban pecah dini Prasetyo, (2010). Ilmu Kebidanan.
terdapat pada kategori berisiko yaitu Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
pernah mengalami KPD. Sarwono Prawirohardjo
4.Sebagian besar ibu bersalin yang , (2011). Ilmu Kebidanan.
mengalami ketuban pecah dini Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
terdapat pada kategori tidak berisiko Sarwono Prawirohardjo
yaitu ibu tidak hamil ganda. , (2014). Ilmu Kebidanan.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 56


Volume 2, Nomor 1, April 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

Rukiyah, 2011. Asuhan Kebidanan


IV (Patologi Kebidanan). Jakarta :
Trans Info Media
RSUD Bangkinang, 2017. Data
penyakit Obstetri. Bangkinang :
Rekam Medik RSUD
Sukarni, 2013. Kehamilan,
Persalinan dan Nifas. Yogyakarta :
Nuha Medika
Sujiyatini, 2009. Asuhan Patologi
Kebidanan. Yogyakarta : Nuha
Medika
Varney. H, 2006. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan. Jakarta
, (2008). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan. Jakarta
Wiknjosastro, 2007. Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 57

You might also like