Peningkatan Nilai Impak Baja Hadfield MN 12 Melalui Proses Perlakuan Panas Homogenisasi Bertahap

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

JETM: Jurnal Energi dan Teknologi Manufaktur p-ISSN: 2620-8741

Vol. 01, No. 02, Bulan Desember Tahun 2018, hal. 09 – 14 e-ISSN: 2620-7362

JURNAL ENERGI DAN TEKNOLOGI MANUFAKTUR (JETM)


Homepage jurnal: http://jetm.polinema.ac.id/

Peningkatan Nilai Impak Baja Hadfield Mn 12 Melalui Proses Perlakuan Panas


Homogenisasi Bertahap
Ery Hidayat1 dan Beny Bandanadjaja1,*
1
Jurusan Teknik Pengecoran Logam, Politeknik Manufaktur Bandung
Jl. Kanayakan 21 Dago Bandung 40135, Indonesia
*Penulis korespondensi: benybj@yahoo.com

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK


Naskah Diterima 31/10/2018 Hadfield manganese steel is the steel with a composition of 1.0-1.4% C and 10-14% Mn,
Naskah Direvisi 26/12/2018 where the C: Mn ratio is made at 1:10. In as-cast conditions, the steel has a structure of
Naskah Disetujui 27/12/2018 carbide (Fe, Mn) 3C at the grain boundary, formed during slow cooling in the sand mold.
Naskah Online 31/12/2018 The carbide existence can cause brittle properties of the material and needs to be
eliminated by a heat treatment process that is homogenization (or solution treatment). In
this study, a stepped heat treatment process was carried out by giving preheating at
temperatures below the austenitizing temperature of 600 °C and 700 °C. The austenitizing
temperature is given lower than the conventional method which usually uses 1050 °C,
wherein this study austenitizing heating was given at 980 °C. Rapid quenching is
performed using water with agitation or stirring to ensure that the cooling rate is fast
enough to generate a 100% austenite structure. The results achieved that the sample with
a stepped heat treatment process with a preheating temperature of 600 °C and followed
by austenitizing of 980 °C could perform finer austenite grains, with the highest impact
value of 255 Joules. A fracture of the impact sample resulting very ductile behavior which
can be seen that the impact sample is not completely broken.

Kata kunci: Austenite, Carbide, Hadfield Steel, Homogenization, Stepped Heat


Treatment

1. PENDAHULUAN dan arah geser kristal yang lebih banyak dibandingkan BCC,
sehingga mampu mengalami elongasi yang besar [1], [4].
Baja Hadfield Mn 12 atau baja mangan 12 (manganese Sifat ketahanan aus baja terkait dengan kemampuan untuk
steel) adalah besi yang memiliki komposisi 1,0-1,4% C dan mengalami pengerasan regangan dengan cepat apabila
10-14% Mn dimana rasio komposisi C:Mn dipertahankan diberikan deformasi plastis. Dalam studi sebelumnya,
sebesar 1:10 [1]–[3]. Baja ini ditemukan pada tahun 1883 dilaporkan bahwa pengerasan regangan pada baja ini
oleh Sir Robert Hadfield dari Sheffield Inggris [1], [2]. disebabkan oleh transformasi yang dipengaruhi regangan
Mangan berperan sebagai penstabil fasa austenit di (strain induced) dari struktur  atau α kepada -martensit [6].
temperatur kamar [1], [4]. Dengan demikian mikrostruktur Smith et al [7] telah melaporkan bahwa transformasi strain-
yang terbentuk dalam baja ini adalah austenitik dan sehingga induced yang terjadi karena proses dekarburisasi atau
baja ini juga bersifat non-magnetik. segregasi mangan secara lokal menyebabkan kondisi austenit
yang terbentuk tidak stabil sehingga mudah berubah menjadi
Baja mangan 12 telah terkenal di industri Baja karena martensit yang keras dan tahan aus.
karakter khusus mereka yaitu ketangguhan tinggi, keuletan
tinggi, kemampuan work hardening yang tinggi dan Baja mangan 12 secara luas digunakan dalam industri
ketahanan aus yang sangat baik. Karena kombinasi yang pertambangan, penggalian, pengeboran minyak, pembuatan
sangat baik dari sifat-sifat ini, maka baja ini telah banyak baja, kereta api, pengerukan, kapal laut dan peralatan
dimanfaatkan sebagai bahan untuk part teknik dan rekayasa penambangan mineral [8]. Dalam memproduksi baja mangan
yang sangat berguna [1], [2]. Sifat ketangguhan tersebut 12, ada dua hal yang utama, yaitu: pertama adalah proses
terkait dengan keberadaan struktur austenit yang dihasilkan pencairan bahan baku baja dan pemenuhan komposisi C dan
setelah perlakuan panas [1], [2], [5]. Dimana peranan struktur Mn yang ditargetkan. Perbandingan 1:10 menjadi hal yang
matriks austenit dengan bentuk kristal FCC memiliki bidang penting untuk dicapai. Kemudian yang kedua adalah

9
JETM: Jurnal Energi dan Teknologi Manufaktur p-ISSN: 2620-8741
Vol. 01, No. 02, Bulan Desember Tahun 2018, hal. 09 – 14 e-ISSN: 2620-7362

pemberian perlakuan panas yang tepat untuk mendapatkan variabel yang mempengaruhi kadar karbida dan ukuran butir
struktur mikro 100 % austenit. Struktur mikro baja mangan dipengaruhi oleh temperatur austenisasi, laju pendinginan
12 dalam kondisi as-cast berupa austenit dengan keberadaan (quenching rate) dan waktu austenisasi. Kekerasan optimal
karbida (Fe,Mn)3C dan kadang dijumpai sebagian kecil diperoleh pada temperatur austenisasi sebesar 1050 oC dan
perlit. Karbida terbentuk dan tumbuh pada batas butir dan waktu austenisasi 1,5 jam pada sampel berbentuk silinder.
diantara dendrit. Keberadaan karbida tersebut berakibat baja Hosseini, S [5] menambahkan garam NaCl pada media
mangan 12 bersifat getas. Untuk itu perlu diberikan quenching untuk meningkatkan laju pendinginan. Widyanto,
perlakuan panas homogenisasi (solution treatment) sehingga B dan Sambas, A [15] meneliti pengaruh perlakuan panas
karbida dapat melarut kedalam matriks austenit dan bertahap (step heating) terhadap lama waktu yang diperlukan
diperoleh ketangguhan yang lebih baik [2]. pada temperatur austenisasinya. Dilakukan simulasi untuk
menentukan waktu pemanasan dengan menerapkan step
Metode perlakuan panas solution treatment atau heating pada temperatur 575 oC dilanjutkan 1050 oC.
homogenisasi dilakukan untuk dapat menguraikan karbida Hasilnya diperoleh waktu austenisasi yang lebih singkat
tersebut secara konvensional dilakukan dengan memberikan selama 1,9 jam dibanding tanpa step heating.
temperatur austenisasi pada temperatur 30 hingga 50 °C di
atas dari Acm [9]. Rekomendasi secara empirik diberikan Dari studi literatur diatas dapat disimpulkan bahwa
pada temperatur 1010 °C hingga 1120 °C [9]. Pemanasan menurunnya laju keausan baja mangan 12 diakibatkan
diupayakan dilakukan secara lambat untuk mencegah retakan adanya pembentukan martensit dipermukaan karena
internal. Kemudian untuk pendinginannya diperlukan hilangnya unsur mangan selama proses pemanasan. Selain itu
kecepatan pendinginan atau quenching yang tinggi agar ketebalan benda mempengaruhi proses pemanasan dan laju
karbida tidak sempat terbentuk lagi saat pendinginan pendinginan yang menghasilkan sisa karbida di dalam
sehingga hilang atau jumlahnya sangat minimal [9]. Tanpa struktur mikro. Untuk menghindari hilangnya mangan
pemberian gas pelindung (atmosfir inert) maka akan terjadi selama proses pemanasan maka waktu penahanan pada
proses dekarburisasi permukaan sehingga terjadi kehilangan temperatur austenisasi yang tinggi perlu dilakukan dalam
mangan, hal itu mendorong pembentukan α-martensit pada waktu tidak terlalu lama. Hal tersebut dapat dicapai dengan
lapisan permukaan pada saat pendinginan [10]. Dalam proses melakukan tahap pemanasan awal pada temperatur yang
pemanasan bagian tebal memiliki konduktivitas panas yang lebih rendah sebelum mencapai temperatur austenisasi atau
relatif rendah. Sehingga berakibat pada capaian temperatur melakukan proses perlakuan panas bertahap (step heat
yang tidak cukup tinggi untuk melarutkan karbida. Dengan treatment). Dengan pemanasan awal maka bagian tebal
demikian sebagian karbida akan mengendap pada batas butir benda juga akan mendapatkan pemanasan awal. Sehingga
atau dalam kondisi transgranular [5], [9] sehingga waktu pemanasan yang diperlukan pada temperatur
menurunkan ketahanan impak material baja mangan 12 austenisasi yang tinggi lebih sedikit. Dan dapat secara efektif
tersebut [11]. Dalam kondisi lain bila tebal benda terlalu memanaskan benda secara keseluruhan dengan lebih cepat.
besar maka pada bagian tengah dimungkinkan terjadinya Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sifat impak baja
transformasi austenit ke struktur lain seperti perlit. Dari mangan 12 dengan cara perlakuan panas homogenisasi
kondisi tersebut maka ukuran ketebalan benda kerja untuk secara bertahap. Dengan metode perlakuan panas bertahap
baja mangan 12 tidak boleh terlalu tebal, maksimal 6 in (152 ini akan mengefektifkan proses pemanasan sehingga
mm) [9]. menurunkan jumlah sisa karbida dan memperhalus butir
yang terjadi sehingga harga impaknya menjadi naik.
Beberapa peneliti melakukan eloborasi proses siklus heat
treatment untuk mengoptimasikan bentuk dan distribusi dari 2. METODE PENELITIAN
presipitat pada baja mangan 12 dengan melakukan 1.1 Material
modifikasi komposisinya dengan menambahkan unsur
Sampel uji dibuat dengan cara pengecoran dalam bentuk
Vanadium [4], [7]. Srivastava, AK [4] menyatakan bahwa
silinder dengan diameter 20 mm sesuai standar JIS G 0307.
pada permukaan baja mangan 12 terdiri dari martensit dan
Komposisi kimia material diperiksa menggunakan OES
pada bagian tengah adalah austenit yang memiliki
(optical emission spectrometry). Tabel 1. menunjukkan
kemampuan strain hardening yang tinggi. Hal itu karena
komposisi kimia yang terjadi.
terjadinya proses kehilangan mangan pada saat pemanasan di
temperatur austenisasi. Sehingga laju keausan baja menjadi Tabel 1. Komposisi Kimia Baja Mangan 12
menurun, sehingga sebaiknya proses perlakuan panas tidak
C Si Mn P S Cr
dilakukan dalam udara terbuka. Parameter proses yang
berpengaruh terhadap hasil solution treatment adalah 1.11 0.4 13.25 0.05 0.017 0.9
temperatur austenisasi, waktu penahan dan laju pendinginan.
Beberapa peneliti menerapkan metode Taguchi [12], [13] Komposisi C sebesar 1.11% dan Mn sebesar 13.25
untuk menentukan waktu dan temperatur yang paling tepat memiliki rasio 1:11,94 ini sedikit bergeser dari syarat
untuk dapat menghasilkan jumlah karbida yang paling perbandingan 1:10 yang ditentukan sesuai literatur [1].
minimal dan besar butir austenit yang halus. Dengan Namun secara umum komposisi C dan Mn masuk ke dalam
menerapkan metode Taguchi, maka waktu yang diperlukan range yang ditentukan yaitu C 1,0 – 1,4 dan Mn 11 -14.
untuk investigasi eksperimental dapat dikurangi secara
signifikan [14]. Limooei, MB [9] menyatakan bahwa

10
JETM: Jurnal Energi dan Teknologi Manufaktur p-ISSN: 2620-8741
Vol. 01, No. 02, Bulan Desember Tahun 2018, hal. 09 – 14 e-ISSN: 2620-7362

Struktur mikro as-cast diamati menggunakan mikroskop 4. Kode sampel - HT 3: Perlakuan panas tahap I pada
optik dan SEM, diperoleh seperti yang ditunjukkan pada 600 oC ditahan 10 jam – dinaikan ke temperatur
Gambar. 1. Nampak karbida (Fe,Mn)3C pada batas butir yang 980 oC ditahan 2 jam - pendinginan air diagitasi
menyebabkan sifat getas material. Karbida ini akan
dihilangkan dengan perlakuan panas. Untuk proses pendinginan dilakukan menggunakan air
dengan agitasi, hal ini agar dapat terjamin laju pendinginan
yang cukup cepat untuk menghindari terbentuknya karbida.
Temperatur austenisasi divariasikan untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap pertumbuhan butir. Semakin rendah
temperatur austenisasi maka laju pertumbuhan butir semakin
rendah. Dengan demikian diharapkan akan menghasilkan
butir yang lebih halus.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


1.4 Sifat Mekanik

Gambar 2. Nilai Kekerasan (Brinell)


Gambar. 2 menunjukkan data nilai kekerasan masing-
masing sampel. Berdasarkan referensi kekerasan baja
Gambar 1. Struktur mikro As-Cast Baja Mn 12 mangan 12 berkisar 200 HB atau bila dikonversi ke Rockwell
menjadi 92 HRB [1].
1.2 Pengujian Mekanik dan Metalografi
Pengujian kekerasan dilakukan dengan menggunakan Hasil nilai kekerasan tidak terlalu berbeda jauh berkisar
metode Hardness Rockwell B (HRB) sesuai standar JIS Z dalam rentang 188-195 HB. Nilai tersebut termasuk lunak
2245 dan dikonversi ke nilai kekerasan Brinell menggunakan dikarenakan struktur mikro utamanya adalah austenit. Untuk
standar ASTM E 140 – 02. Pengujian impak menggunakan sampel as-cast memiliki nilai yang lebih tinggi dikarenakan
metode Charpy standar JIS Z 2242. Jenis sample uji yang adanya karbida sementara nilai sampel HT 3 juga relatif lebih
digunakan adalah V – notch dengan spesifikasi sesuai standar tinggi karena struktur mikronya lebih halus.
JIS Z 2202. Pengujian metallografi dilakukan untuk
mengamati struktur mikro yang terdapat pada material baik
as-cast maupun yang telah mengalami proses perlakuan
panas. Bahan etsa yang digunakan adalah Nital 3 % dengan
waktu etsa 5 detik untuk as-cast dan 30 detik untuk material
yang telah mengalami proses perlakuan panas. Pengamatan
dilakukan menggunakan mikroskop optik dan SEM
(Scanning Electron Microscope).
1.3 Perlakuan Panas
Proses perlakuan panas dilakukan dengan menerapkan
perlakuan panas bertahap. Variasi perlakuan sebagai berikut:

1. Kode sampel - As-cast: Tanpa perlakuan panas


2. Kode sampel - HT 1: Perlakuan panas pada 1100 Gambar 3. Hasil Uji Impak
o
C ditahan 2 jam – pendinginan air diagitasi Gambar. 3 menunjukkan hasil pengujian impak. Nilai
3. Kode sampel - HT 2: Perlakuan panas tahap I pada impak mengalami kenaikan dengan diberikannya proses
700 oC ditahan 3 jam – dinaikan ke temperatur homogenisasi. Nilai impak yang rendah pada sampel as-cast
1000 oC ditahan 1,5 jam - pendinginan air diagitasi terkait dengan keberadaan karbida pada batas butir yang
menyebabkan sifat getas pada material. Nilai tertinggi

11
JETM: Jurnal Energi dan Teknologi Manufaktur p-ISSN: 2620-8741
Vol. 01, No. 02, Bulan Desember Tahun 2018, hal. 09 – 14 e-ISSN: 2620-7362

dimiliki sampel HT 3 yaitu sebesar 255 Joule, nilai yang


tinggi tersebut dihasilkan karena struktur mikro yang
terbentuk 100 % austenit dengan besar butir yang lebih halus.
Kombinasi tersebut menghasilkan ketangguhan material
yang cukup baik.

Gambar 4. Penampang Patahan Sampel Impak As-Cast dan HT


3
Gambar 4. Menunjukkan penampang patahan sampel as-
cast dibandingkan sampel HT 3. Perilaku getas dan ulet
material dapat dianalisis dari tipe patahannya. Pada gambar
4 sampel as-cast sebelah kiri patahan nampak rata dan
menunjukkan patahan getas [5], [9]. Pada gambar 4 sampel
HT 3 (sebelah kanan) dengan nilai impak tertinggi memiliki
patahan sampel yang tidak putus, menunjukkan bahwa
material tersebut sangat ulet dan mampu menyerap energi
impak dengan baik [5].
1.5 Struktur mikro Gambar 6. Struktur mikro dari sampel HT 2

Gambar 5. Struktur mikro dari sampel HT 1 Gambar 7. Struktur mikro dari sampel HT 3
Dibandingkan dengan struktur mikro as-cast maka
seluruh sampel yang telah diberikan proses perlakuan panas
tidak memiliki karbida . Gambar. 5, 6 dan 7 menunjukkan
struktur mikro sampel baja mangan 12 yang telah diberikan
proses perlakuan panas solution treatment, tanpa dan dengan
perlakuan panas bertahap. Proses pendinginan cepat yang
diberi agitasi dapat menghindari terbentuknya karbida di
batas butir [9] dan menghasilkan struktur austenit.

12
JETM: Jurnal Energi dan Teknologi Manufaktur p-ISSN: 2620-8741
Vol. 01, No. 02, Bulan Desember Tahun 2018, hal. 09 – 14 e-ISSN: 2620-7362

Nampak ukuran butir untuk sampel HT 3 lebih halus “Eutectic decomposition in Ca-Si modified austenite
dibandingkan dengan sampel lainnya. Ukuran butir dihitung medium Mn steel after solidification,” J. Mater. Sci., vol. 40,
dengan menggunakan metode intercept. Ukuran butir sampel no. 8, pp. 2081–2084, 2005.
HT 1 adalah 151 mikron, HT 2 sebesar 70 mikron dan HT 3 [12] P. W. Mason and P. S. Prevey, “Iterative Taguchi Analysis:
optimizing the austenite content and hardness in 52100
sebesar 68 mikron. Hal ini terjadi karena pada temperatur steel,” J. Mater. Eng. Perform., vol. 10, no. 1, pp. 14–21,
pemanasan austenisasi diberikan lebih rendah dibandingkan 2001.
yang lain yaitu 980 oC dengan demikian proses pertumbuhan [13] M. J. Davidson, K. Balasubramanian, and G. R. N. Tagore,
butir tidak terlalu besar. Pemberian pemanasan awal “Experimental investigation on flow-forming of AA6061
mendukung terpenuhinya keseragaman temperatur sampai ke alloy—A Taguchi approach,” J. Mater. Process. Technol.,
bagian tengah pada saat austenisasi. Dengan demikian target vol. 200, no. 1–3, pp. 283–287, 2008.
struktur austenit 100 % dapat tercapai [12], [13]. [14] A. Çiçek, T. Kıvak, and G. Samtaş, “Application of Taguchi
method for surface roughness and roundness error in drilling
of AISI 316 stainless steel,” Strojniški vestnik-Journal Mech.
4. KESIMPULAN
Eng., vol. 58, no. 3, pp. 165–174, 2012.
Dari hasil eksperimen diperoleh bahwa proses perlakuan [15] B. Widyanto and A. Sambas, “Pengaruh Waktu Austenitisasi
panas bertahap dengan pemanasan awal 600 °C dan Pada Proses Pelarutan Karbida Baja Mangan Austenitik,”
temperatur austenisasi 980 °C memberikan nilai impak yang Mesin, vol. 22, no. 1, pp. 1–11, 2017.
tertinggi, yaitu sebesar 255 Joule. Hal ini menunjukkan
bahwa pengaruh proses pemanasan awal memberikan
dampak yang positif, dimana proses pemanasan pada tahap
austenisasi lebih efisien. Waktu yang diperlukan tidak terlalu
lama sehingga dapat dicapai kondisi austenit 100 %.
Temperatur austenisasi 980 °C terbukti efektif dalam
menghasilkan struktur mikro yang lebih halus terkait dengan
pertumbuhan butir yang tidak tinggi dibandingkan dengan
temperatur pemanasan konvensional sebesar 1050 °C.

5. DAFTAR PUSTAKA

[1] D. K. Subramanyam, A. E. Swansiger, and H. S. Avery,


“Austenitic manganese steels,” ASM Int. Met. Handbook.
Tenth Ed., vol. 1, pp. 822–840, 1990.
[2] D. K. Subramanyam, G. W. Grube, and H. J. Chapin,
“Austenitic manganese steel castings,” ASM Handbook., vol.
9, pp. 237–241, 1985.
[3] E. Curiel-Reyna et al., “Effect of carbide precipitation on the
structure and hardness in the heat-affected zone of Hadfield
steel after post-cooling treatments,” Mater. Manuf. Process.,
vol. 23, no. 1, pp. 14–20, 2007.
[4] A. K. Srivastava and K. Das, “Microstructural
characterization of Hadfield austenitic manganese steel,” J.
Mater. Sci., vol. 43, no. 16, pp. 5654–5658, 2008.
[5] S. Hosseini and M. B. Limooei, “Optimization of heat
treatment to obtain desired mechanical properties of high
carbon Hadfield steels,” World Appl. Sci. J., vol. 15, no. 10,
pp. 1421–1424, 2011.
[6] T. S. Wang, B. Lu, M. Zhang, R. J. Hou, and F. C. Zhang,
“Nanocrystallization and α martensite formation in the
surface layer of medium-manganese austenitic wear-resistant
steel caused by shot peening,” Mater. Sci. Eng. A, vol. 458,
no. 1–2, pp. 249–252, 2007.
[7] R. W. Smith and W. B. F. Mackay, “Austenitic Manganese
Steels–Developments For Heavy Haul Rail Transportation,”
Can. Metall. Q., vol. 42, no. 3, pp. 333–342, 2003.
[8] W. S. Owen and M. Grujicic, “Strain aging of austenitic
Hadfield manganese steel,” Acta Mater., vol. 47, no. 1, pp.
111–126, 1998.
[9] M. B. Limooei and S. Hosseini, “Optimization of heat
treatment in Manganese Steel by Taguchi Method,” in
Applied Mechanics and Materials, 2014, vol. 598, pp. 43–
46.
[10] S. B. Sant and R. W. Smith, “A study in the work-hardening
behaviour of austenitic manganese steels,” J. Mater. Sci.,
vol. 22, no. 5, pp. 1808–1814, 1987.
[11] G.-F. Liang, C.-J. Song, X.-Y. Liu, J.-G. Li, and Z.-M. Xu,

13
JETM: Jurnal Energi dan Teknologi Manufaktur p-ISSN: 2620-8741
Vol. 01, No. 02, Bulan Desember Tahun 2018, hal. 09 – 14 e-ISSN: 2620-7362

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

14

You might also like