68 230 1 PB PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.3, No.

1, Maret 2015

HUBUNGAN ANTARA KELENGKAPAN PENGISIAN KUESIONER


AUTOPSI VERBAL DENGAN KEAKURATAN PENENTUAN SEBAB
DASAR KEMATIAN DI PUSKESMAS WILAYAH SURAKARTA

Ninawati1, Sri Sugiarsi2


1
Karyawan Dinas Kesehatan Surakarta,
2
Dosen Prodi DIII RMIK STIKES Mitra Husada Karanganyar
Email: 1Na_Dira_Kyut@Yahoo.com, 2Sri_Sugiarsi@Yahoo.com

Abstract

Verbal autopsy (AV) is a new technique that is fairly representative and can be trusted to record and determine
the cause of the deaths that occurred outside of health care facilities. This study is aims to get an overview
of the completeness of filling the verbal autopsy questionnaire and the relationship of the determination
accuracy with the main causes of death in Surakarta health centers. Analytic observation with the correlation
study which find a relationship between the completeness fillings of the verbal autopsy questionnaire with the
accuracy of the determination of the main causes of death. The sample size is 65 people taken by multistage
random sampling technique with a 2058 population, of the entire document of 17 health centers in the region
of the city of Surakarta. The researcher collected the data by questionnaires. Analytical analysis is using Chi-
square test. The results of the research showed that only found 52% of charging the symptoms of death was
completed by nurses. The highest completeness is in the item description summary cause of death is filled by
a doctor who will determine the cause of death. In summary item complete history of disease progression by
54%, while the percentage of completeness of health care items received by patients is 66%. And there is a
significant relationship between the filling completeness of the verbal autopsy with the accuracy determination
of the cause of death.

Keywords: Verbal autopsy, accuracy

Abstrak

Autopsi Verbal (AV) merupakan teknik baru yang cukup representatif dan dapat dipercaya untuk mencatat
dan menentukan penyebab kematian yang terjadi di luar sarana pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan
mendapatkan gambaran tentang kelengkapan pengisian kuesioner autopsi verbal dan hubungannya dengan
keakuratan penentuan sebab utama kematian di puskesmas Surakarta. observasi analitik dengan studi
korelasi yakni mencari hubungan antara kelengkapan pengisian kuesioner autopsi verbal dengan keakuratan
penentuan sebab utama kematian. Besar sampel adalah 65 orang yang diambil dengan teknik multistage
random sampling dengan jumlah populasi 2058 dokumen dari keseluruhan 17 puskesmas di wilayah kerja
Kota Surakarta. Pengumpulan data melalui kuesioner. Analisis analitik menggunakan uji Chi-square. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ditemukan hanya 52% pengisian gejala kematian yang diisi lengkap oleh
perawat. Kelengkapan tertinggi adalah pada item ringkasan keterangan sebab kematian yang diisi oleh dokter
yang nantinya akan menentukan sebab kematian. Pada item ringkasan riwayat perjalanan penyakit lengkap
sebanyak 54%, sedangkan persentase kelengkapan item pelayanan kesehatan yang diterima pasien sebesar
66%. Dan ada hubungan yang signifikan antara kelengkapan pengisian autopsi verbal dengan keakuratan
penentuan sebab dasar kematian.

Kata Kunci : Autopsi Verbal, keakuratan

38 38
Ninawati, dkk. hubungan antara kelengkapan pengisian ...

PENDAHULUAN penentuan sebab utama kematian di puskesmas


Surakarta.
Angka kematian merupakan data statistik yang dapat
digunakan untuk menentukan masalah-masalah
kesehatan, menentukan prioritas masalah, sehingga METODE PENETILIAN
dapat juga digunakan untuk menentukan seberapa
jauh dan bagaimana intervensi dalam bidang Penelitian ini merupakan penelitian observasi
kesehatan masyarakat sebagai penyelesaiannya. analitik dengan studi korelasi yakni mencari
Angka kematian tersebut bersumber dari data hubungan antara kelengkapan pengisian kuesioner
kematian dan penyebab utama kematian (underlying autopsi verbal dengan keakuratan penentuan sebab
cause of death). Akan tetapi, pada kenyataannya utama kematian. 65 sampel diambil dengan teknik
masih banyaknya penduduk yang berada di garis multistage random sampling dengan jumlah populasi
kemiskinan menyebabkan banyaknya kematian yang 2058 dokumen dari keseluruhan 17 puskesmas di
terjadi di luar fasilitas kesehatan sehingga pencatatan wilayah kerja Kota Surakarta. Pengumpulan data
kematian menjadi tidak lengkap. Data di Dinas melalui kuesioner. Analisis analitik menggunakan
Kesehatan Kota Surakarta menunjukkan bahwa uji Chi-square.
selama tahun 2009 ada 2969 kasus kematian dan
2546 kasus diantaranya adalah warga yang tinggal di
Surakarta. Hanya 37% diantaranya yang meninggal HASIL DAN PEMBAHASAN
di sarana pelayanan kesehatan, sisanya meninggal
Deskripsi Kelengkapan pengisian kuesioner
di rumah. Sedangkan menurut laporan kematian
autopsi verbal
Disdukcapil pada tahun yang sama, terdapat 3724
kasus kematian usia lebih dari 5 tahun, namun Hasil penelaahan dokumen terhadap kelengkapan
hanya 19% (731 kasus) yang lengkap identitasnya. pengisian kuesioner autopsi verbal kematian usia di
Sisanya (81%) terdapat pencatatan identitas yang atas 5 tahun, yang dilakukan oleh perawat puskesmas
tidak lengkap atau ada kasus-kasus kematian usia 5 dapat dijelaskan dalam tabel berikut.
tahun ke atas yang belum dicatat karena meninggal
Tabel 1. Kelengkapan pengisian lembar kuesioner
di rumah.
autopsi verbal
Sistem Registrasi Kematian Indonesia (Indonesian
Mortality Registration System Strengthening Project) Tidak
Lengkap
No Observasi Dokumen lengkap
merupakan sistem pencatatan dan pelaporan data
n % n %
kematian terpadu yang dilaksanakan oleh pemerintah
1. Pelayanan kesehatan 43 66 22 34
untuk mendapatkan angka kematian yang valid. yang diterima
Sebagai terobosan untuk mendapatkan data kematian 2. Gejala yang menyertai 34 52 31 48
dan sebab kematian di Indonesia, dikembangkan kematian
sistem pencatatan kematian melalui Autopsi Verbal 3. Ringkasan riwayat 35 54 30 46
(AV). Teknik AV ini dapat menjadi teknik baru perjalanan penyakit
yang cukup representatif dan dapat dipercaya untuk 4. Ringkasan keterangan 60 92 5 8
sebab kematian
mencatat dan menentukan penyebab kematian yang
terjadi di luar sarana pelayanan kesehatan.
Hasil penelaahan ditemukan hanya 52% pengisian
Autopsi verbal dalam kenyataannya di Surakarta, gejala kematian yang diisi lengkap oleh perawat.
dilakukan oleh paramedis puskesmas dengan Kelengkapan tertinggi adalah pada item ringkasan
melakukan kunjungan rumah ke kediaman keluarga keterangan sebab kematian yang diisi oleh dokter
dekat almarhum.ah untuk mencari penyebab kematian. yang nantinya akan menentukan sebab kematian.
akan tetapi, dalam pelaksanaanya memperlihatkan Pada item ringkasan riwayat perjalanan penyakit
masalah tentang kelengkapan pengisian kuesioner lengkap sebanyak 54%, sedangkan persentase
autopsi verbal. Hal ini menyulitkan dokter dalam kelengkapan item pelayanan kesehatan yang diterima
menentukan penyebab dasar kematian almarhum/ pasien sebesar 66%.
ah. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran
tentang kelengkapan pengisian kuesioner autopsi Ketidaklengkapan pengisian item gejala yang
verbal dan hubungannya terhadap keakuratan menyertai kematian salah satunya dipengaruhi oleh

39
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.3, No.1, Maret 2015

kurang telitinya perawat dalam melengkapi setiap terbuka, diterangkan bahwa almarhum/ah menderita
pertanyaan dalam kuesioner AV. Penggalian informasi penyakit maag kronis, tetapi tidak disebutkan pada
yang kurang lengkap juga menjadi penyebab rincian jenis penyakit yang pernah menyerang
ketidaklengkapan pengisian kuesioner AV. Sebagai almarhum/ah serta berapa lama menderita penyakit
contoh,almarhum/ah dengan sebab kematian stroke, tersebut. Ada juga dalam yang menyebutkan bahwa
tidak menunjukkan gejala kelumpuhan pada anggota almarhum/ah menderita komplikasi penyakit
badan. Akan tetapi pada ringkasan riwayat perjalanan antara hipertensi, diabetes, dan TB paru. Akan
peyakit perawat menuliskan bahwa almarhum/ah tetapi, pada kuesioner terbuka pewawancara tidak
tidak mampu lagi bergerak menjelang kematiannya. menuliskannya, serta tidak dijelaskan lebih rinci
Hal ini menunjukkan ketidakkonsistenan pengisian pada grup gejala yang menyertai. Sehingga, sekali
kuesioner autopsi verbal. Dalam kuesioner autopsi lagi kekonsistenan pengisian data dalam kuesioner
verbal juga, terdapat grup pertanyaan yang secara autopsi verbal akan menunjukkan juga kelengkapan
khusus diperuntukkan pada almarhum/ah wanita usia autopsi verbal.
10 – 54 tahun, akan tetapi banyak perawat yang tidak
mau mengisi karena terlalu banyak pertanyaan dalam Persentase kelengkapan tertinggi adalah pada
kuesioner. Perawat jga tidak melakukan pemeriksaan grup ringkasan keterangan sebab kematian, yakni
terhadap kelengkapan pengisian setiap pertanyaan sebesar 92%. Pada item pertanyaan yang merupakan
dalam kuesioner apabila terdapat pertanyaan yang jenis kuesioner terbuka, dilengkapi dan diisi oleh
terlewati. dokter yang akan menentukan sebab kematian.
Sehingga pada kenyataannya, tugas membuat resume
Perawat juga kurang konsisten didalam menggali perjalanan penyakit dan tanda dan gejala serta
keterangan mengenai pelayanan kesehatan apa keterangan sebab kematian yang dapat diidentifikasi
yang pernah diterima oleh almarhum/ah. Sebagai dilakukan oleh dokter, bukan pewawancara/perawat.
contoh pada kuesioner terubuka dimana perawat Hal ini tidak sesuai dengan tupoksi yang ada.
menceritakan riwayat perjalanan penyakit almarhum/
ah, perawat menyatakan bahwa almarhum/ah Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
sebelumya berobat ke praktik dokter swasta, pelaksanaan autopsi verbal yang dilakukan oleh
sebelum akhirnya meninggal. Akan tetapi, pada perawat yang bekerja di puskesmas wilayah Kota
grup pertanyaan tentang pelayanan kesehatan yang Surakarta hanya untuk sekedar kelengkapan syarat
diterima, tidak terisi. administrasi. Mereka hanya ingin menunjukkan bahwa
program telah dikerjakan, akan tetapi pelaksanaannya
Tugas pewawancara autopsi verbal salah satunya masih belum sesuai dengan standar. Pelaksanaan
adalah menggali keterangan tentang riwayat autopsi verbal hanya bersifat normatif untuk
perjalanan penyakit almarhum/ah, apakah sudah memenuhi kebijakan yang telah digariskan oleh dinas
pernah berobat sebelumnya ke sarana pelayanan kesehatan bahwa setiap kematian rumah di Surakarta
kesehatan dan menanyakan keterangan penyakit harus terlapor dan dilaksanakan autopsi verbal.
almarhum/ah lengkap dengan hasil pemeriksaan Beban kerja dan beban program yang banyak menjadi
penunjang. Beberapa perawat yang “profesional” kendala yang umum dialami oleh perawat untuk
dapat menggali informasi lebih jauh mengenai hasil melaksanakan autopsi verbal secara serius dan teliti.
tersebut. Sebagai contoh almarhum/ah yang menderita
penyakit diabetes mellitus selama ± 8 tahun, ternyata Deskripsi keakuratan penentuan penyebab dasar
terdeteksi sakit ginjal dengan hasil kreatinin tinggi kematian (underlying cause of death)
(>4) serta terdapat pembengkakan pada anggota Hasil penelaahan terhadap kuesioner autopsi verbal,
tubuhnya. Maka dokter dapat menyimpulkan dari didapatkan bahwa dalam menentukan penyebab
keterangan pendukung lainnya bahwa almarhum/ah dasar kematian almarhum/ah belum dilaksanakan
menderita gagal ginjal. secara optimal. Hal ini ditunjukka dari persentase
Penelaahan dilakukan terhadap kuesioner autopsi keakuratan penentuan sebab dasar kematian, 54%
verbal dimana pada grup pertanyaan tentang riwayat diantaranya sudah akurat sesuai dengan peraturan
perjalanan penyakit tidak terisi dengan lengkap. di dalam ICD-10. Sisanya yakni 46% belum akurat
Hasil penelitian menunjukkan masih terdapat 46% disebabkan kesalahan dalam memilih sebab kematian
keusioner tidak terisi lengkap pada item riwayat sebagai penyebab dasar atau penyebab antara. Dokter
perjalanan penyakit. Pada kuesioner pertanyaan menentukan sebab kematian berdasarkan kesimpulan
yang memuat tentang sebab kematian.

40
Ninawati, dkk. hubungan antara kelengkapan pengisian ...

Dari hasil penelaahan kuesioner autposi verbal juga sebab kematian. Semua informasi diramu, dianalisis
diperoleh kesimpulan bahwa kematian terbanyak sehingga didapatkan sebab kematian yang sesuai.
adalah dikarenakan penyakit degenerasi/senility,
sehingga dokter merasa sulit untuk menentukan sebab Hasil penelaahan tentang penentuan sebab dasar
dasar yang paling tepat untuk mewakili keterangan kematian menunjukkan 46% belum akurat sesuai
yang sesuai dengan autopsi verbal. Berikut disajikan dengan petunjuk yang terdapat dalam ICD-10
penyebab dasar kematian yang diteliti. tentang mortality coding. Sebagai contoh, dalam
menentukan penyebab dasar kematian almarhum/
ah dengan riwayat kehilangan nafsu makan selama
beberapa hari, selama itu pula pasien mengalami
diare berat, hingga pasien lemas, tidak mempunyai
energi dan dehidrasi tinggi. Pasien mempunyai
penyakit hipertensi dalam jangka waktu yang lama.
Pada sertifikat medis penyebab kematian dituliskan
penyebab kematia sebagai berikut.

I. Penyebab langsung a) volume depletion


Gambar 1 Penentuan sebab dasar kematian berdasarkan autopsi
Penyebab antara b) anorexia
verbal c) GEA
Dari gambar 1 terlihat bahwa penyebab dasar Penyebab dasar d) hipertensi
yang paling banyak diatara penyebab dasar yang II. Kondisi lain yang berkonstribusi : Gastritis acute
lain adalah kasus stroke, disusul oleh sebab lain Sesuai dengan keterangan yang terdapat dalam ICD-
– lain diantaranya hipertensi, fall in some level, 10 vol 2 yang menjadi penyebab dasar adalah yang
gastroenteritis acute, COPD dan lain – lain. Apabila tertulis pada Part I (d) yakni hipertensi. Penentuan
penyebab dasar ini dikelompokkan ke dalam masing penyebab dasar tersebut kurang tepat sesuai dengan
– masing sistem tubuh maka dijelaskan dalam grafik rule of mortality coding. Sebagai contoh dalam
berikut. menentukan sebab dasar kematian (underlying
cause of death) apabila terdapat diagnosis volume
depletin (E86) dengan diagnosis yang tersebut lain
berada pada rentang blok A00 – A09, maka yang
seharusnya menjadi penyebab dasar kematian adalah

yang tersebut pada rentang A00 – A09 (code to be).
Sehingga dalam kasus ini yang menjadi underlying
cause of death adalah GEA (A09).

Masih adanya penentuan sebab utama kematian


Gambar 2 penentuan sebab dasar kematian berdasarkan kelompok yang kurang tepat salah satunya disebabkan oleh
penyakit dokter yang belum memahami betul peraturan
untuk menentukan diagnosis kematian dalam ICD-
Berdasarkan gambar 2 menunjukkan bahwa
10. Hal ini disebabkan karena tidak semua dokter
penyebab dasar paling banyak adalah disebabkan
mendapatkan petlatihan bagaimana menentukan
karena penyakit jantung dan pembuluh darah, yakni
sebab dasar kematian berdasarkan ICD-10.
sebesar 37%, selanjutnya kasus penyakit terkait
Begitupula dengan kuesioner autopsi verbal sendiri,
metabolism tubuh sebesar 16%, dan kasus – kasus
yang termasuk ke dalam grup senility and ill-defined dokter merasa bahwa sulit menentukan sebab
sebesar 15%. dasar kematian dengan autopsi verbal yang kurang
lengkap informasinya. Sebagai contoh, pasien yang
Penentuan sebab dasar kematian dilakukan dengan meninggal tanpa sebab – sebab yang pasti dan tertulis
mencermati semua keterangan yang terdapat pada pada autopsi verbal, pasien yang tidak mempunyai
kuesioner autopsy verbal yang meliputi gejala riwayat penyakit apapun, dalam hal ini dokter
dan tanda, riwayat perjalanan penyakit, pelayanan sulit untuk menentukan penyebab dasar kematian
kesehatan yang pernah diterima, sebab kematian (unknown identifiying cause of death). Maka bagi
menurut pewawancara dan ringkasan keterangan dokter, kelengkapan informasi yang terdapat pada

41
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.3, No.1, Maret 2015

autopsi verbal sangat membantu dalam mereka informasi lebih dalam tentang riwayat penyakit serta
menentukan sebab dasar kematian. keterangan sebab kematian mutlak diperlukan.

Hubungan antara kelengkapan pengisian autopsi


verbal dengan penentuan sebab dasar kematian DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan
uji fisher exact dihasilkan nilai p = 0.001 (< 0.005), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
sehingga H0 ditolak. Kesimpulan dari uji statistik Depkes RI. 2006. Peningkatan Sistem
diatas adalah terdapat hubungan yang signifikan Registerasi Kematian di Indonesia. Pedoman
antara kelengkapan pengisian autopsi verbal dengan Pewawancara Autopsi Verbal. Jakarta :
keakuratan penentuan sebab dasar kematian. Hal ini Depkes RI.
sesuai dengan WHO (2008) dimana kelengkapan
Depkes RI. 2010. Peraturan Bersama Menteri
informasi yang diperoleh dalam wawancara autopsi
Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor
verbal akan berpengaruh terhadap keakuratan
15 tahun 2010 dan Nomor 162/Menkes/
penentuan sebab utama kematian.
PB/I/2010 tentang Pelaporan Kematian dan
Pelaksanaan autopsi verbal belum sesuai dengan Penyebab Kematian.
standar disebabkan salah satunya adalah keterbatasan Depkes RI. 2008. Bekerjasama dengan WHO. Buku
dana. Sesuai dengan ketentuan, untuk mendapatkan Panduan Penentuan Kode Penyebab Kematian
keterangan yang lengkap tentang penyebab kematian menurut ICD-10. Jakarta : Direktorat Jendral
dalam autopsi verbal, seharusnya kunjungan Pelayanan Medik Depkes RI.
rumah tidak hanya dilakukan sekali saja. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan kematangan data Naga, M. A. 2001. Pemanfaatan Kodefikasi
yang telah diperoleh sebelumnya pada kunjungan Diagnosis Sistem ICD-X bagi Kepentingan
rumah/wawancara pertama dengan keterangan Informasi Medis. Kumpulan Makalah
pada wawancara kedua tentunya dengan situasi Lokakarya Nasional Rekam Medis (untuk
wawancara yang berbeda. Karena situasi wawancara kalangan sendiri).
juga mempengaruhi hasil wawancara.
Soleman N, Chandramohan D, Shibuya K. 2006.
Verbal Autopsy : Current Practices and
Challenges. Bulletin WHO 84:239-245.
SIMPULAN
Tugiyarti U. 2009. Analisis Sistem Monitoring
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan kesimpulan Terhadap Persepsi Mutu Pelaporan Autopsi
ada hubungan antara kelengkapan pengisian Verbal oleh Bidan pada Kasus Kematian Bayi
kuesioner autopsi verbal dengan keauratan penentuan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009. Tesis.
sebab utama kematian. Hasil penelaahan dokumen Semarang : Universitas Diponegoro.
autpsi verbal didapatkan persentase kelengkapan
pengisian terendah adalah pada grup isian tentang WHO. 2004. International Statistical Classification
gejala dan tanda yang menyertai kematian. Banyak of Disease and Related Health Problems
pertanyaan yang harus diisi membuat perawat enggan Tenth Revision Volume 2 second edition.
untuk mengisi dengan lengkap, serta adanya ketidak Geneva: World Health Organization.
konsistenan perawat dalam mengisi kuesioner antara Wibawa S, Wirawan W, Purnama C, Hasanbasri
pertanyaan terbuka dan tertutup. Dalam penentuan M. 2007. Otopsi Verbal Kematian Maternal-
sebab dasar kematian, dokter merasa kesulitan Perinatal Stufdi Kasus Menindaklanjuti
karena belum pernah mendapat pelatihan tentang Temuan-Temuan Lapangan di Pesisir Selatan
bagaimana mendapatkan diagnosis yang benar untuk Sumatera Utara. Jurnal Working Paper
menentukan sebab dasar kematian sesuai dengan Series No.9 Juli 2007, first draft. Yogyakarta
peraturan dalam ICD-10, melalui autopsy verbal. : KPMK Universitas Gadjah Mada.
Bagi mereka, kelengkapan informasi dan penggalian

42

You might also like