Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Jurnal Kesehatan Indonesia (The Indonesian Journal of Health), Vol. X, No.

2, Maret 2020

Efektifitas Penulisan Dokumentasi Triase Emergency Severity Index (ESI) dengan


Canada Triage Acuity Scale (CTAS) terhadap Ketepatan Prioritas Triase Pasien oleh
Mahasiswa Ners STIKES Cahaya Bangsa di IGD RSUD Ulin Banjarmasin

(The Effectiveness of Writing the Emergency Severity Index (ESI) Triage Documentation with
Canada Triage Acuity Scale (CTAS) on the Accuracy of Patient Triage Priority by Student of
Ners STIKES Cahaya Bangsa in IGD RSUD Ulin Banjarmasin)

Doni Wibowo
Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cahaya Bangsa
Jl. A. Yani No.KM 17, Malintang Baru, Kec. Gambut, Banjar, Kalimantan Selatan 70122
‫٭‬Korespondensi : ns.doniwibowo@gmail.com

Abstract
Nursing education is the end of the nursing profession education process which will carry out
its work as a nurse profession in the health care services. Emergency department (IGD) is one
of the main entrances of inpatients, so that patient visits in the ER is quite high, and it cause
the overcrowded. It needs a triage system and documentation based on evidence to increase
success in the management of patients with emergency conditions. The purpose of this study
is to study the effectiveness of the Emergency Severity Index triage discussed with the
Canadian Triage Acuity Scale on the accuracy of patient triage priorities. This study use the
Quasi Experimental method using the Mann Whitney test. The sampling technique uses
accidental sampling with a total of 50 Emergency Severity Index triage documentation samples
and 50 Canada Triage Acuity Scale documentation samples. The results showed accuracy in
determining the priority of triage in 46 tragedy Emergency Severity Index (92%) and 38
documentation of Canadian Triage Acuity Scale (76%). There is a difference in the accuracy
of the triage priorities of patients between the triage documentation of the Emergency Severity
Index and the Canada Triage Acuity Scale with a p value of 0.030. It is time for the Emergency
Department (IGD) to implement evidence-based triage systems and documentation by
adopting or developing scientifically tested triage systems and documentation.

Keywords : Documentation, Triage, Nursing Students


Pendahuluan Triase yang tidak tepat dapat
Instalasi gawat darurat memiliki peran menyebabkan keterlambatan pasien dan
dalam menyediakan akses cepat bagi pasien meningkatkan biaya untuk tindakan pasien di
dengan kondisi gawat darurat. Triase instalasi gawat darurat (1). Keterlambatan
merupakan suatu proses penggolongan terjadi ketika tidak adanya algoritma yang
pasien berdasarkan tipe dan tingkat jelas, sehingga pengambilan keputusan
kegawatan kondisinya, dimana pasien dalam dalam menentukan level/prioritas triase
kondisi gawat akan ditempatkan di tempat pasien hanya berdasarkan indikator pada
yang tepat, dan sumber daya yang tepat setiap prioritas triase. Peningkatan biaya
sehingga manajemen kegawat daruratan, pasien terjadi jika ketidak tepatan dalam
dan kualitas hidup pasien tersebut akan lebih menentukan prioritas triase pasien sehingga
baik. Kunjungan pasien yang tidak terjadwal akan terjadi perubahan pada penempatan
dan tidak terduga baik pada pasien dengan pasien saat awal kedatangan dengan saat
kebutuhan tindakan life saving, high risk dilakukan tindakan. Kondisi tersebut dapat
situation, danger zone vital maupun non- menyebabkan penurunan kualitas
urgent, sehingga dalam kondisi tersebut manajemen pasien gawat darurat, dan
triase akan memprioritaskan pasien kualitas hidup pasien. Biaya yang meningkat
berdasarkan kegawatan klinis pasien dan juga dapat disebabkan karena tindakan yang
memastikan bahwa perawatan disediakan tidak tepat, atau tindakan yang diulang akibat
secara aman dan tepat waktu (1). belum teridentifikasinya masalah pasien
secara spesifik.

60
Doni Wibowo

Sistem triase yang optimal, dan prioritas akan menghasilkan data yang lebih
memakai algoritma yang sistematis dapat spesifik.
menurunkan waktu tunggu sampai 50% (2). Canada Triage and Acuity Scale
Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya (CTAS) telah terbukti memiliki keandalan
ketepatan dalam mengkaji dan yang baik (4). CTAS dikembangkan pada
memprioritaskan pasien berdasarkan kondisi akhir 1990-an oleh Canadian Association of
kegawatannya, sehingga dibutuhkan adanya Emergency Physicians and National
sistem triase yang berbasis bukti, teruji Emergency Nurses’ Affiliation. CTAS
secara ilmiah dan dapat digunakan secara mengklasifikasikan pasien dalam urutan:
optimal oleh perawat dan dokter di ruang level 1, resusitasi; level 2, darurat; level 3,
gawat darurat, dan dapat meningkatkan mendesak; level 4, kurang mendesak; dan
kualitas pelayanan kegawat daruratan. level 5, tidak mendesak. Pedoman CTAS
Joint Comission on Acreditation of Merekomendasikan waktu untuk penilaian
Health Organization (JCAHO) melaporkan yang dilakukan oleh perawat dan dokter
pada tahun 2002 bahwa lebih dari 50% berdasarkan indikator pada setiap level
pasien yang mendapat perawatan di Instalasi triase.
Gawat Darurat mengalami kematian dan Triase CTAS memiliki kelemahan yang
cacat permanen akibat keterlambatan akan membuat perawat/dokter triase harus
penanganan (2). Golden periode sering berfikir lebih kritis dan memakan waktu,
disebut sebagai waktu yang sangat baik apalagi jika triase CTAS akan diterapkan di
untuk pasien dalam kondisi kegawatan Indonesia dengan jumlah kunjungan pasien
tertentu untuk dilakukan penanganan secara ke tempat pelayanan gawat darurat yang
medis, dimana kondisi perburukan terus tinggi. Kelemahan tersebut seperti; triase
berlangsung, sehingga waktu adalah bagian CTAS tidak memiliki algoritma yang
yang sangat berarti bagi kualitas hidup pasien seharusnya dapat membantu dengan cepat
dengan penanganan yang cepat dan tepat. dan tepat dalam mempertimbangkan prioritas
Pedoman dan format dokumentasi triase berdasarkan hasil pengkajian. CTAS
triase merupakan dasar dalam pelaksanaan hanya memiliki indikator-indikator pada setiap
triase yang dapat diaplikasikan di rumah level/prioritas triase berupa keluhan atau
sakit. Sebagian rumah sakit besar di keadaan pasien. Kondisi tersebut yang
Indonesia sudah masuk pada sebuah memungkinkan terjadinya kesalahan/ketidak
paradigma baru bahwa sebelumnya rumah tepatan dalam penentuan prioritas triase
sakit mengadopsi sistem triase klasik yaitu pasien (5).
triase bencana yang diaplikasikan di rumah Triase Emergency Severity Index
sakit terdiri dari 4 kategori dengan simbol merupakan triase yang dikembangkan di
warna merah, kuning, hijau, hitam. Dippenaar Amerika Serikat. Triase ESI juga memiliki 5
& Bruijns mengatakan bahwa sistem triase level/prioritas keakutan yaitu level 1,
berbasis bukti di rumah sakit mulai resusitasi; level 2, darurat; level 3, mendesak;
dikembangkan di berbagai negara sesuai level 4, kurang mendesak; dan level 5, tidak
dengan kebutuhan masing-masing dan mendesak. Menurut Kurniasari ada beberapa
dijadikan pedoman dalam pelaksanaannya alasan mengapa triase ESI lebih mudah
(3). Triase di rumah sakit berkembang diterapkan di Indonesia yaitu perawat lebih
menggunakan skala prioritas, seperti mudah menilai prioritas/level triase dengan
Australian Triage System (ATS), Canadian melihat kondisi keparahan pasien, perawat
Triage Acuity System (CTAS), Manchester lebih mudah ketika harus memikirkan
Triage System (MTS), Emergency Severity kebutuhan sumber daya apa saja yang
Index (ESI), South African Triage System dibutuhkan pasien (6). Sistem triase ESI juga
(SATS) , dan Patient Acuity Categoriy Scale menggunakan skala nyeri 1 – 10 sama
(PATS). Selama dekade terakhir, beberapa dengan yang secara umum digunakan di
studi telah menyelidiki ketepatan antara tiga, Indonesia. Tidak adanya Batasan waktu bagi
empat dan lima prioritas triase. perawat atau dokter untuk melakukan
Trise dengan 5 skala prioritas memiliki penanganan pada pasien diruang gawat
ketajaman/ketepatan yang tinggi dibanding 4 darurat, jadi penanganan tersebut menjadi
atau 3 skala prioritas karena dengan 5 skala fleksibel, dapat dilakukan sesegera mungkin
dengan mempertimbangkan prioritas triase,

61
Doni Wibowo

jumlah pasien. Triase ESI memiliki algoritma karena puncak kunjungan pasien di IGD
yang jelas, simpel dan memiliki validitas yang Rumah Sakit memiliki hubungan dengan
tinggi dalam menentukan prioritas triase ketepatan dalam pelaksanaan triase. Kondisi
pasien. tersebut sejalan dengan hasil penelitian
Faktor pengetahuan merupakan faktor Nonutu yang menyatakan bahwa terdapat
dominan dalam mendukung pengambilan hubungan antara jumlah kunjungan pasien
keputusan penentuan prioritas triase pasien dengan ketepatan pelaksanaan triase(8).
(7). Mahasiswa Profesi Ners merupakan Penelitian tentang triase modern perlu
mahasiswa yang sedang belajar dan dikembangkan dengan membandingkan
menempuh pendidikan akademik ditingkat beberapa teori triase intra-hospital untuk
profesi dan merupakan lanjutan dari melihat keefektifan pengkategorian triase di
pendidikan sarjana. Proses pembelajaran Indonesia khususnya Kalimantan Selatan
mahasiswa profesi ners hampir secara (12). Pentingnya sebuah sistem, dan
keseluruhan dilakukan di lahan praktik baik di dokumentasi triase terhadap ketepatan
rumah sakit, puskesmas, komunitas, panti dalam menentukan prioritas triase pasien
werdha, sehingga pada tahapan inilah demi peningkatan kualitas pelayanan pasien
mahasiswa memiliki kesempatan lebih gawat darurat.
banyak untuk mendapatkan pengetahuan Berdasarkan latar belakang diatas perlu
dan keterampilan tentang keilmuan dilakukan penelitian tentang efektifitas
khususnya keperawatan gawat darurat penulisan dokumentasi triase emergency
seperti pengetahuan tentang triase. severity index (ESI) dengan canada triage
Pengetahuan dan keterampilan yang cukup acuity scale (CTAS) terhadap ketepatan
tentang triase, menjadikan mahasiswa lebih prioritas triase pasien oleh mahasiswa ners
siap untuk berinovasi mengimplementasikan STIKES Cahaya Bangsa di IGD RSUD Ulin
ilmunya di dunia kerja, sehingga akan Banjarmasin.
berdampak pada kepuasan keluarga dan Perlu adanya sebuah sistem dan
kualitas hidup pasien. dokumentasi triase yang memiliki ketepatan
Triase modern di Kalimantan Selatan tinggi dalam memutuskan sebuah prioritas
juga sudah mulai diaplikasikan di IGD Rumah triase pasien yang berbasis bukti diantara
Sakit. Hasil diskusi dengan kepala ruang IGD kedua sistem triase Emergency Severity
RSUD Ulin Banjarmasin sekaligus sebagai Index atau Canada Triage Acuity Scale.
Ketua HIPGABI Kalimantan Selatan bahwa
triase modern sudah diaplikasikan sekitar 2 Metode Penelitian
tahun di IGD Rumah Sakit tersebut. Format Penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi triase dilakukan evaluasi, dan Quasi Experimental dengan menggunakan uji
revisi demi meningkatkan kualitas triase. Mann Whitney. Teknik pengambilan sampel
Data kunjungan pasien di IGD RSUD Ulin menggunakan Accidental Sampling dengan
Banjarmasin pada tahun 2017 sebanyak jumlah 50 sampel dokumentasi triase
24.941 pasien, tahun 2018 sebanyak 23.294 Emergency Severity Index dan 50 sampel
pasien, dan jumlah kunjungan Januari – dokumentasi Canada Triage Acuity Scale.
Oktober 2019 sebanyak 19.871 pasien. Penulisan dokumentasi triase ini
Jumlah kunjungan pasien berdasarkan triase dilaksanakan selama 4 minggu oleh
prioritas I sebanyak 120 pasien, prioritas II mahasiswa Profesi Ners STIKES Cahaya
sebanyak 3.804 pasien, prioritas III sebanyak Bangsa dimulai dari tanggal 20 Agustus – 15
168 pasien pada bulan Agustus - September September 2018. Data dianalisis dan diolah
2018. selama 2 bulan dari tanggal 02 September -
RSUD Ulin Banjarmasin merupakan 31 Oktober 2019. Instrumen penelitian yang
rumah sakit pusat rujukan di Kalimantan digunakan berupa lembar observasi dari
Selatan dan sebagian wilayah Kalimantan guideline triase modern berbasis bukti untuk
Tengah, sehingga kunjungan pasien sangat menilai ketepatan dalam menentukan
tinggi. Tingginya angka kunjungan di IGD prioritas triase.
RSUD Ulin Banjarmasin menyebabkan
terjadinya overcrowding pada waktu tertentu
yaitu pada jam dinas siang antara pukul
18.00-21.00 Wita. Kondisi overcrowding

62
Doni Wibowo

Hasil masuk dalam kategori tepat yaitu sebanyak


Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik data 38 sampel 76 %.
berdasarkan prioritas triase pasien
pada dokumentasi triase emergency Tabel 5 Distribusi frekuensi efektifitas penulisan
severity index. dokumentasi triase Emergency Severity
Kategori % Index dengan Canada Triage Acuity
Scale terhadap ketepatan prioritas triase
Prioritas 1 18 36
pasien.
Prioritas 2 26 52
Triase ESI CTS Nilai
Prioritas 3 6 12
P
Total 50 100 % %
Tepat 46 92 38 76 0,030
Berdasarkan Tabel 1 menyatakan
bahwa sebagian besar prioritas triase pasien Tidak Tepat 4 8 12 24
masuk dalam kategori prioritas 2 yaitu 52 %.
Total 50 100 50 100
Tabel 2 Distribusi frekuensi karakteristik data
berdasarkan prioritas triase pasien Berdasarkan Tabel 5 menunjukan
pada dokumentasi Canada Triage
adanya perbedaan efektifitas penulisan
Acuity Scale.
dokumentasi triase Emergency Severity
Kategori %
Index dengan Canada Triage Acuity Scale
Prioritas 1 20 40 terhadap ketepatan prioritas triase pasien
Prioritas 2 25 50 dengan nilai p value 0,030. Jumlah ketepatan
Prioritas 3 5 10 prioritas triase pada penulisan dokumentasi
Total 50 100 triase Emergency Severity Index lebih banyak
yaitu 92%, dibanding jumlah ketepatan
Berdasarkan Tabel 2 menyatakan prioritas triase pada penulisan dokumentasi
bahwa sebagian besar prioritas triase pasien Canada Triage Acuity Scale yaitu 76%.
masuk dalam kategori prioritas 2 yaitu 50 %.
Pembahasan
Tabel 3 Distribusi frekuensi ketepatan prioritas
triase pada dokumentasi triase
Efektifitas Penulisan Dokumentasi
emergency severity index. Triase Emergency Severity Index Dengan
Canada Triage Acuity Scale Terhadap
Kategori (%)
Ketepatan Prioritas Triase Pasien.
Tepat 46 92 % Berdasarkan Tabel 5 menunjukan adanya
Tidak tepat 4 8% perbedaan efektifitas penulisan dokumentasi
Total 50 100 triase Emergency Severity Index dengan
Canada Triage Acuity Scale terhadap
Berdasarkan Tabel 3 menunjukan ketepatan prioritas triase pasien dengan nilai
bahwa sebagian besar prioritas triase pada p value 0,030. Jumlah ketepatan prioritas
dokumentasi triase emergency severity index triase pada penulisan dokumentasi triase
masuk dalam kategori tepat yaitu sebanyak Emergency Severity Index lebih banyak yaitu
46 sampel 92 %. 46 (92%), sedangkan jumlah ketepatan
prioritas triase pada penulisan dokumentasi
Tabel 4 Distribusi frekuensi ketepatan prioritas Canada Triage Acuity Scale sebanyak 38
triase pada dokumentasi Canada Triage (76%). Hasil tersebut sejalan dengan hasil
Acuity Scale. penelitian yang dilakukan oleh Ng CJ yang
Kategori (%) menyatakan bahwa penulisan dokumentasi
Tepat 38 76 %
Taiwan Triage System (TTS) memiliki
ketepatan lebih tinggi yaitu 58,7 % dibanding
Tidak tepat 12 24 %
dengan dokumentasi Canada Triage Acuity
Total 50 100
Scale (CTAS) yaitu 27,9%(1).
Perbedaan yang mendasar pada kedua
Berdasarkan Tabel 4 menunjukan
sistem triase ESI dan CTAS yaitu tentang
bahwa sebagian besar prioritas triase pada
ketersediaan algoritma. ESI memiliki
dokumentasi Canada Triage Acuity Scale
algoritma yang sangat jelas, detail, dan

63
Doni Wibowo

memiliki validitas tinggi dalam menentukan Kecepatan dan ketepatan dalam sebuah
prioritas triase pasien. ESI juga memiliki pelayanan kegawat daruratan menjadi prinsip
standar klasifikasi dalam penggunaan utama, tidak mentolerir sedikitpun adanya
sumber daya. Kebutuhan sumber daya sudah kesalahan dalam sebuah proses manajemen
sangat jelas tertulis didalam algoritma bahwa kegawat daruratan, hal ini sejalan dengan
kebutuhan sumber daya diklasifikasikan hasil penelitian Prasetyantoro yang
berdasarkan prioritas/level triase. Jenis – menunjukan hasil bahwa ada hubungan yang
jenis sumber daya yang tertulis dalam sistem cukup berarti antara ketepatan penilaian
triase ESI sudah ditetapkan dan digunakan triase dengan tingkat keberhasilan pasien
sesuai kondisi pasien (9). dengan cedera kepala (13).
Algoritma dalam sebuah sistem triase Pengetahuan juga menjadi dasar dalam
menjadi faktor yang sangat penting terhadap proses pelaksanaan triase. Menurut Khairina
waktu dan ketepatan dalam penentuan faktor pengetahuan merupakan faktor
prioritas triase, karena dalam kondisi pasien dominan dalam mendukung pengambilan
gawat darurat seorang perawat atau dokter keputusan penentuan prioritas triase pasien
harus melakukan triase dan memutuskan (7). Perawat triase harus memiliki
prioritas triase pasien dengan cepat dan tepat pengetahuan-pengetahuan dasar yang
mengingat pasien harus dilakukan sangat komprehensif seperti pengetahuan
penanganan dengan segera, ditempat dan tentang pengkajian, pemeriksaan fisik dan
sumber daya yang tepat sesuai dengan pengetahuan tentang kebutuhan sumber
kondisi pasiennya, dengan itu maka daya pasien sesuai dengan kondisinya,
manajemen kegawat daruratan pasien akan sehingga perawat harus mendapatkan
berjalan dengan baik. Pernyataan tersebut pengetahuan tersebut sejak dalam proses
sesuai dengan hasil penelitian Tsu-Wang & pendidikan yaitu pada tahap profesi ners,
Sen bahwa dengan adanya sistem triase sehingga ketika lulus akan menjadi seorang
yang optimal dan memakai algoritma yang ners yang profesional dan siap untuk bekerja.
sistematis dapat menurunkan waktu tunggu Pengalaman bekerja menjadi salah satu
sampai 50% (2). faktor yang berhubungan dengan kualitas
Berbeda dengan CTAS, sistem triase ini pelayanan yang dalam hal ini dapat
hanya terdapat indikator-indikator pada tiap ditunjukan dengan kualitas dalam melakukan
prioritas/level triase, indikator tersebut pelayanan keperawatan gawat darurat
merupakan kondisi pasien pada setiap khususnya proses triase. Pengalaman yang
prioritas triase (5). Sistem triase CTAS cukup akan menjadikan seorang perawat
memakan waktu yang sedikit lebih lama bagi lebih percaya diri, memiliki wawasan yang
perawat atau dokter untuk dapat menentukan luas, kecepatan dan ketepatan dalam
prioritas triase pasien berdasarkan menghasilkan sebuah keputusan. Menurut
kondisinya yang didapat dari hasil Wibowo semakin lama bekerja, seorang
wawancara dan pemeriksaan fisik. Perawat perawat triase akan mendapatkan banyak
atau dokter harus menyamakan data hasil pengetahuan dan kemampuannya dalam
pengkajian pasien dengan indikator pada melakukan pengkajian, menganalisis
setiap prioritas triase guna memutuskan masalah pasien berdasarkan patofisiologi,
prioritas triase pasien. menganalisis kebutuhan sumber daya yang
Kondisi-kondisi tersebut harus menjadi dibutuhkan berdasarkan kondisi pasien
perhatian tentang pentingnya waktu dan sehingga hal tersebut akan berdampak pada
ketepatan dalam menentukan prioritas pasien ketepatan penulisan dokumentasi triase (12).
yang akan berdampak terhadap kualitas Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil
manajemen pasien. Menurut Ng CJ yang penelitian Fujino pada 1.395 perawat yang
menyatakan bahwa proses triase yang bekerja di Rumah Sakit Umum di Jepang
lambat dan ketepatan yang rendah dalam bahwa semakin lama bekerja maka kinerja
jumlah pasien yang besar dapat perawat menjadi semakin baik (10).
membahayakan keselamatan pasien (1).
Hasil penelitian menunjukan pentingnya Kesimpulan
sebuah sistem dan dokumentasi triase Penulisan dokumentasi triase
sehingga berpengaruh pada ketepatan dalam Emergency Severity Index lebih efektif
menentukan prioritas triase pasien. terhadap ketepatan prioritas triase pasien

64
Doni Wibowo

dibanding dengan Canada Triage Acuity 8. Nonutu P.T, Mulyadi, Malara R,


Scale dengan nilai p value 0,030. Penelitian Hubungan Jumlah Kunjungan Pasien
ini hanya untuk melihat efektifitas dari dengan Ketepatan Pelaksanaan Triase
dokumentasi triase Emergency Severity di Instalasi Gawat Darurat RSUP
Index dengan Canada Triage Acuity Scale PROF. DR. R.D. Kandou Manado. J
terhadap ketepatan prioritas triase pasien, KEPERAWATAN. 2015;3(2).
sehingga perlu dilakukan penelitian lebih 9. Gilboy N, Tanabe P, Travers D. A
lanjut tentang efektifitas dokumentasi triase Triage Tool for Emergency Department
Emergency Severity Index maupun Canada Care. Agency Healthc Res Qual
Triage Acuity Scale terhadap keberhasilan [Internet]. 2012;31(2):93–7. Available
manajemen pasien gawat darurat. from:
https://www.ahrq.gov/sites/default/files/
Daftar Pustaka wysiwyg/professionals/systems/hospita
1. Ng CJ, Hsu KH, Kuan JT, Chiu TF, l/esi/esihandbk.pdf
Chen WK, Lin HJ, et al. Comparison 10. Fujino Y, Tanaka M, Yonemitsu Y,
between Canadian Triage and Acuity Kawamoto R. The relationship between
Scale and Taiwan Triage System in characteristics of nursing performance
emergency departments. J Formos Med and years of experience in nurses with
Assoc [Internet]. 2010;109(11):828–37. high emotional intelligence. Int J Nurs
Available Pract. 2015;21(6):876–81.
from:http://dx.doi.org/10.1016/S0929- 11. Sumarno M.S, Ismanto A.Y, Bataha Y.
6646(10)60128-3 Hubungan Ketepatan Pelaksanaan
2. Wang ST. Construct an optimal triage Triase Dengan Tingkat Kepuasan
prediction model: A case study of the Keluarga Pasien Di Instalasi Gawat
emergency department of a teaching Darurat RSUP PROF. DR. R. D.
hospital in Taiwan. J Med Syst. Kandou Manado. J Keperawatan.
2013;37(5). 2017;5(1).
3. Dippenaar E, Bruijns S. Triage is easy, 12. Wibowo D, Gambaran Ketepatan
said no triage nurse ever. Vol. 29, Penulisan Dokumentasi Triage
International Emergency Nursing. 2016. Emergency Severity Index (Esi) oleh
p. 1–2. Mahasiswa Ners STIKES Cahaya
4. Foley A. Triage Process and Bangsa di IGD RSUD Ulin
Department Practice are Different. J Banjarmasin. 2019
Emerg Nurs. 2017;43(2):185–6. 13. Prasetyantoro I. Hubungan Ketepatan
5. Nwg C. THE CANADIAN TRIAGE AND Penilaian Triase dengan Tingkat
ACUITY SCALE Combined Keberhasilan Penanganan Pasien
Adult/Paediatric Educational Program Cedera Kepala di IGD RSU PKU
PARTICIPANT’S MANUAL Triage Muhammadiyah Bantul. STIKES
Training Resources. 2007;(January ‘Aisyiyah Yogyakarta. 2013
2007). Available from:
http://caep.ca/sites/caep.ca/files/caep/p
articipant_manual_v2.5b_november_2
013_0.pdf
6. Kurniasari R. Hubungan Antara Level
Emergency Severity Index (ESI)
dengan Kepuasan Pasien di Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Sido
Waras. J Adm Kesehatan Indonesia.
2016;4(2):97.
7. Khairina I, Malini H, Huriani E. Faktor-
Faktor yang Berhubungan dengan
Pengambilan Keputusan Perawat
Dalam Ketepatan Triase Di Kota
Padang. Indonesia J Heal Sci.
2018;2(1):1–6.

65

You might also like