Professional Documents
Culture Documents
2010 Ial
2010 Ial
IRAWAN ALHAM
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Gross Tonage (GT) Hubungannya
dengan Tenaga Penggerak (HP) pada Kapal Pukat Cincin (Purse Seiner) di
Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan adalah karya saya sendiri dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis yang lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian Tesis ini.
Irawan Alham
NIM C451080031
ABSTRACT
IRAWAN ALHAM. Gross tonage (GT) value towards horse power (HP) of Purse
Seiners in Takalar Regency, South Celebes. Supervised by Budhi Hascaryo
Iskandar and Mohammad Imron.
The waters of Takalar Regency provide a good fishing area for pelagic
fish such as kembung, layang, tembang, teri, lemuru, cakalang, and belanak.
There are various types of vessels with fishing equipment of different sizes in the
area, one of which is purse seiner, a purse seine vessel which dominates the area.
The objective of this study is to determine the values of HP and GT of purse
seiners in Takalar. An initial step was taken to directly measure several vessels.
Measuring the main dimensions was performed to determine the value of GT
vessel compared to the value of GT stated in the vessel documents and the data
from the listed engine power compared to the actual engine power during
operation. The analysis was conducted descriptively, numerically, and
comparatively on the purse seiners in Takalar regency based on naval architecture
method. The success of a purse seine fishing depends on the speed of setting and
the speed of putting nets in circle. The result for a vessel with the biggest IHP of
330 HP and the lowest IHP of 115 HP. Based on those IHP value, a speed of
10.56 knots could be generated for the largest IHP and 2.50 knots for the lowest.
The simulation results for 8 vessels show that HP, should be 20 times from the GT
value. Since the highest GT value is 20-30 GT, so the IHP value of 400-600 HP.
Kata kunci : gross tonage (GT), tenaga penggerak (HP), kapal purse seine.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
GROSS TONAGE (GT) HUBUNGANNYA DENGAN TENAGA
PENGGERAK (HP) PADA KAPAL PUKAT CINCIN
(PURSE SEINER) DI KABUPATEN TAKALAR,
PROVINSI SULAWESI SELATAN
IRAWAN ALHAM
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Teknologi Perikanan Tangkap
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Yopi Novita, S.Pi., M.Si
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui :
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si
Ketua Anggota
Mengetahui,
Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya
sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tesis ini merupakan tugas akhir pada
Program Magister Sains di Sekolah Pascasarjana IPB, pada Mayor Teknologi
Perikanan Tangkap. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak
Juli hingga Desember 2009 adalah Gross Tonage (GT) Hubungannya dengan
Tenaga Penggerak (HP) pada Kapal Pukat Cincin (Purse Seiner) di
Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan. Jenis data yang dikumpulkan
adalah Horse Power (HP) kapal, berat jenis air laut dan Gross Tonage (GT),
meliputi volume ruang tertutup diatas dek dan volume ruang tertutup di bawah
dek.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Ir. Budhi Hascaryo
Iskandar, M.Si, Bapak Dr.Ir. Mohammad Imron, M.Si selaku komisi pembimbing
yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Yopi Novita, S.Pi., M.Si sebagai penguji
luar komisi pada ujian tesis yang dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2010 yang
telah banyak memberikan saran-saran yang sangat berarti bagi perbaikan tesis ini.
Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman
angkatan 2008 yang telah membantu dan mendukung terselesaikannya tesis ini.
Terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada ayah Alimuddin, ibunda Hj.
Hamidah, istri tersayang Erniwati serta seluruh keluarga atas do’a dan kasih
sayangnya.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu saran-saran untuk perbaikan tesis ini akan sangat penulis hargai. Semoga karya
ini dapat memberikan manfaat.
Irawan Alham
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xv
DAFTAR SIMBOL DAN ISTILAH ...................................................................... xvi
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 3
1.5 Hipotesis Penelitian ................................................................................. 3
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 3
1.7 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 4
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karateristik Kapal Perikanan.................................................................... 5
2.2 Kapal Purse seine ................................................................................... 7
2.3 Hubungan Tingkah Laku Ikan dengan Alat Tangkap Purse Seine ......... 9
2.4 Dimensi Utama Kapal ............................................................................. 12
2.5 Koefisien Balok (Coeffisien of block) ...................................................... 15
2.6 Gross Tonage (GT) .................................................................................. 18
2.7 Mesin Kapal ............................................................................................. 20
2.8 Tahanan, Kecepatan dan Daya Penggerak Kapal .................................... 21
3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................... 23
3.2 Peralatan Penelitian .................................................................................. 23
3.3 Metode Penelitian .................................................................................... 23
3.3.1 Jenis data ...................................................................................... 23
3.3.2 Metode pengumpulan data ........................................................... 24
3.3.3 Pengolahan data............................................................................ 24
LAMPIRAN ............................................................................................................ 50
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Koefisien bentuk untuk masing-masing jenis kapal berdasarkan alat tangkap
yang dioperasikan ................................................................................................ 18
2 Hasil pengukuran dimensi utama dan pengukuran dari ruang tertutup diatas
dek ....................................................................................................................... 32
3 Nilai IHP, BHP, SHP dan EHP pada 8 kapal yang diteliti ................................. 34
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Kerangka pemikiran pendekatan studi................................................................. 4
2 Ilustrasi kemungkinan ikan yang meloloskan diri pada saat pelingkaran alat
tangkap pukat cincin ........................................................................................... 8
3 Ilustrasi kemungkinan ikan yang meloloskan diri pada saat penarikan tali kolor
pada alat tangkap pukat cincin ........................................................................... 8
4 Posisi kapal dan bentuk purse seine pada saat akan hauling .............................. 8
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Tabel data pengukuran ...................................................................................... 50
2. Contoh perhitungan........................................................................................... 52
After perpendicular (AP) (m); garis tegak yang terdapat buritan, garis tersebut
berada tepat di tiang kemudi kapal.
Area water plan (Aw) (m2); luas potongan membujur pada tinggi garis air (garis
sarat) tertentu.
Breadth (B) (m); lebar terlebar kapal dan umumnya terdapat pada bagian midship.
Coefficient of block/ fineness of displacement (Cb); rasio antara volume badan kapal
di bawah permukaan air terhadap volume balok dengan panjang (L), lebar (B)
dan dalam (D) yang sama.
Coefficient of Midships (C⊗); perbandingan antara area penampang melintang
tengah kapal dengan lebar (B) dan draft (d) kapal.
Coefficient of water area (Cw); perbandingan antara luas area waterplan dengan
panjang (L) dan Lebar (B) kapal.
Coefficient of prismatic (Cp); perbandingan antara kapasitas displacement dengan
luas area penampang melintang tengah dengan panjang (L) kapal.
Coefficient of vertikal prismatic (Cvp); perbandingan antara volume displacement
dengan penampang melintang dan draft kapal.
Draught /Draft (d) (m); tinggi badan kapal yang terendam dalam air, diukur dari
upper keel dan umumnya terdapat pada bagian midship.
Displacement /Ton displacement (Δ) (ton); volume air dalam ton atau meter kubik
yang dipindahkan saat kapal terapung pada tinngi sarat tertentu.
Depth (D) (m); tinggi kapal yang diukur dari upper keel hingga deck terendah dan
umumnya terdapat di bagian midship.
Fishing ground; daerah penangkapan ikan.
Fishing base; pangkalan penangkapan, dimana kapal melakukan aktivitas tambat
labuh, bongkar muat.
Freeboard (Fb) (m); jarak antara draft hingga garis geladak.
Gross tonage (GT) (ton); volume ruangan tertutup dan dianggap kedap air.
Horse Power (HP); satuan besar tenaga penggerak mesin, 1 HP = 0,746 KW
xvii
Lines plan (m); gambar yang menunjukkan bentuk-bentuk penampang melintang dan
membujur badan kapal.
Longitudinal (m); ukuran memanjang kapal dari midship ke haluan atau buritan.
Length over all (LOA=L) (m); panjang keseluruhan dari haluan hingga ke buritan.
Length perpendicular (Lpp) (m); panjang badan kapal antara dua garis tegak AP
(Apter Perpendicular) dan FP (Fore Perpendicular).
Length of water line (LWL) (m); panjang badan kapal pada batas air tertinggi yang
setara dengan tinggi draft maksimum.
Volume displacement (∇ ) (m3); volume badan kapal yang terendam di dalam air.
Rasio L/B; nilai perbandingan antara panjang (L) dengan lebar kapal (B).
Rasio L/D; nilai perbandingan panjang kapal (L) dengan dalam kapal (D).
Rasio B/D; nilai perbandingan lebar kapal (B) dengan dalam kapal (D).
1 PENDAHULUAN
tidak saja dinyatakan seperti apa yang kita lihat dalam ukuran fisiknya, tetapi juga
dari kemampuan kapal tersebut mengangkut muatan. Sebagai contoh dapat
dikemukakan bahwa kapal perikanan dan kapal tanker dengan daya angkut yang
sama akan kelihatan berbeda, baik dalam ukuran panjang, lebar maupun
dalamnya.
Guna dari ukuran-ukuran ini ialah untuk mengetahui besar kecilnya sebuah
kapal, besar kecilnya daya angkut kapal dan sekaligus mengetahui berapa
kekuatan mesin yang ideal untuk digunakan pada ukuran-ukuran kapal tersebut.
Kesesuaian yang optimal antara kekuatan tenaga penggerak (HP) dan Gross
Tonage (GT) yang digunakan, perlu dikaji untuk mendapatkan nilai yang lebih
sesuai. Hal ini disebabkan karena secara umum pemilik kapal menentukan ukuran
mesin yang dipasang pada kapalnya hanya berdasarkan modal yang dimiliki.
Dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat ke arah
tujuan dimaksud.
1) Analisis GT.
Langkah awal yang dilakukan adalah pengukuran langsung pada beberapa
kapal, pengukuran pada nilai rasio dimensi utama dilakukan untuk
mengetahui nilai GT kapal dibandingkan dengan GT yang ada pada surat
kapal
2) Analisis HP.
Data dari kekuatan mesin yang tertera dibandingkan dengan kecepatan (V)
Permasalahan:
Nilai HP dan GT kapal purse seine
tidak beraturan
Analisis HP dan GT
1. Kekuatan mesin tertera dan kekuatan
mesin yang nyata
2. Ukuran kapal pada surat ukur kapal dan
ukuran kapal sebenarnya
3. Kekuatan mesin pada berbagai nilai GT
4. Ukuran kapal pada berbagai nilai HP
2 TINJAUAN PUSTAKA
3) Kelaiklautan:
Laik berlayar dalam operasi penangkapan ikan dan cukup tahan untuk
menerima terpaan angin, gelombang, memiliki stabilitas yang baik dan daya
apung yang cukup, beberapa kriteria tersebut diperlukan untuk menjamin
keselamatan dalam pelayaran pada kondisi palka kosong bahan bakar penuh
dan palka penuh ikan dan bahan bakar yang relatif sedikit.
4) Luas area pelayaran:
Sifat ikan yang dinamis mengakibatkan daerah pelayaran kapal ikan menjadi
tidak dapat dipastikan, pergerakan ikan yang dipengaruhi faktor-faktor
lingkungan mengakibatkan area pelayaran kapal ikan menjadi luas dan hingga
saat ini belum dapat di prediksi dengan pasti keberadaan jenis ikan tertentu
pada daerah tertentu.
5) Konstruksi kasko:
Konstruksi kasko kapal harus kuat, karena dalam operasi penangkapan akan
menghadapi kondisi alam yang berubah ubah, konstruksi kapal harus disiapkan
untuk kondisi cuaca yang ekstrim dan tahan terhadap getaran yang disebabkan
oleh kerja mesin.
6) Daya dorong mesin:
Kemampuan daya dorong mesin yang cukup besar, dengan volume mesin yang
relatif kecil, getaran mesin yang kecil untuk menjaga konstruksi agar tidak
cepat rusak, dibutuhkan untuk mendukung kecepatan kapal yang efektif pada
operasi penangkapan.
7) Fasilitas penyimpanan dan pengolahan ikan:
Penyimpanan hasil tangkapan dalam ruang tertentu dengan pasilitas ruang
pendingin, ruang pembekuan atau dengan es untuk menghindari kontaminasi
dari luar, yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas/mutu ikan. Pengolahan
ikan membutuhkan mesin–mesin untuk pengolahan (pengalengan, pengolahan
tepung ikan).
8) Mesin–mesin penangkapan:
Kapal-kapal ikan umumnya dilengkapi dengan mesin-mesin yang digunakan
sebagai alat bantu penangkapan untuk kelancaran operasi penangkapan.
7
diharapkan dan penarikan alat tangkap lebih mudah dilakukan (lambung rendah)
dan agar memiliki kemampuan olah gerak dan berputar yang baik (Fyson 1985).
ÖÖ
Ö
Ö
Ö Ö
Ö
Ö
Ö
Gambar 2 Ilustrasi kemungkinan ikan yang meloloskan diri pada saat
pelingkaran alat tangkap pukat cincin
(Sumber : DKP Kabupaten Maluku, 2006)
Ö
Ö
ÖÖ
Ö
Ö
ÖÖÖÖ
Gambar 3 Ilustrasi kemungkinan ikan yang meloloskan diri pada saat penarikan
tali kolor pada alat tangkap pukat cincin
(Sumber : DKP Kabupaten Maluku, 2006)
Gambar 4 Posisi kapal dan bentuk purse seine pada saat akan hauling
(Sumber : DKP Kabupaten Maluku, 2006)
9
2.3 Hubungan Tingkah Laku Ikan dengan Alat Tangkap Purse Seine
Baskoro dan Effendy (2005) mengemukakan bahwa jenis ikan yang
menjadi tujuan penangkapan dengan purse seine adalah ikan yang mempunyai
tingkah laku hidup bergerombol di permukaan air, baik bergerombol dalam jenis
dan ukuran yang sama ataupun bergerombol dalam jenis berbeda ukuran. Jenis-
jenis ikan yang hidup pada lapisan permukaan, yang mana pada lapisan
permukaan itu adalah merupakan, merupakan lapisan perairan yang banyak
menerima cahaya matahari, maka ikan-ikan yang biasa pada lapisan ini
mempunyai daya, kemampuan dan kekuatan penglihatan yang sangat baik serta
mempunyai indera pendengaran, indera penciuman dan peranan gurat sisi yang
lebih sempurna.
Penglihatan yang baik pada jenis ikan ini dikarenakan susunan anatomi
matanya yang cukup sempurna yang pada retina matanya dilengkapi dengan sel
10
con, rod, tapeta lucida dan pigmen melamin serta mampu melangsungkan
terjadinya retina movement. Adanya con menjamin bahwa radopsin yang ada
disitu mampu membedakan warna-warna, sedangkan adanya ujung-ujung syaraf
berbentuk rod, memungkinkan ikan-ikan pelagis mampu membedakan dan
beradaptasi pada keadaan gelap dan terang dengan baik, dan juga dengan adanya
tapeta lucida, yang biasa berperan sebagai reflektor serta adanya pigmen melamin
yang membantu dan berperan melindungi mata dari terpaan cahaya yang terlalu
kuat, sehingga ketajaman penglihatan akan dapat terus diusahakan dan
diupayakan dengan maksimal.
Retina movement atau pergerakan retina adalah pengaturan pada retina
dengan pengertian bahwa apakah con yang ditonjolkan berperan atau rod yang
harus lebih ditampilkan peranannya. Dengan demikian maka ikan-ikan permukaan
selain mampu memperjelas pandangan yang ada disekitarnya, juga mampu
mendeteksi hadirnya predator dan adanya mangsa yang mereka buru.
Pada ikan permukaan gurat sisi berkembang dengan baik, hal ini menjadikan
ikan permukaan mampu mempertahankan posisinya terhadap ikan-ikan lain pada
kelompoknya yang ada disekitarnya, dan bersama-sama dengan indera
pendengaran mampu mendeteksi adanya gelombang, getaran maupun tekanan
yang berbeda dari biasanya dengan cepat, dengan demikian ikan permukaan dapat
dengan segera bisa mendeteksi kehadiran predator maupun benda-benda asing
lannya, termasuk alat tangkap yang berada dekat ataupun datang menghampiri.
Pada ikan permukaan umumnya mempunyai tingkah laku untuk
berkelompok, hal ini karena adanya dorongan untuk dapat memperoleh
kemudahan dalam melakukan ruaya ataupun pergerakan, kemudahan dalam
menghindar atau menyelamatkan diri dari predator, kemudahan untuk mencari
dan memperoleh makanan serta kemudahan dalam mencari habitat ataupun
keadaan lingkungan yang lebih ideal.
Pada umumnya ikan permukaan mempunyai kecepatan renang yang tinggi.
Kemampuan tersebut diperlukan untuk bisa memburu mangsa, menghindar dan
menyelamatkan diri dari predator, mencari lingkungan yang lainnya, serta
diperlukan untuk melaukukan ruaya sehubungan dengan masa pemijahannya.
11
Panjang garis air atau LWL (Length of Water Line) adalah jarak horizontal
pada kapal yang dihitung dari titik perpotongan antara garis air (water
line) dengan linggi haluan sampai dengan titik perpotongan antara garis air
dengan linggi buritan (Gambar 7).
Koefisien kapal akan sangat erat hubungannya dengan bentuk dan bobot
kapal tersebut. Nilai koefisien bentuk kapal berbeda-beda tergantung dari jenis
kapalnya. Nilai tersebut menunjukkan kelangsingan bentuk kapal dan erat
hubungannya dengan stabilitas. Koefisien bentuk kapal juga dipengaruhi oleh luas
bagian lambung kapal yang terbenam dalam air, bentuk lambung kapal yang
terbenam di air berbeda-beda sesuai dengan jenis kapal, dimana kapal yang
memerlukan kecepatan tinggi maka bentuk lambungnya lebih langsing
dibandingkan dengan jenis kapal yang kurang memerlukan kecepatan tinggi.
Bentuk lambung kapal ini berhubungan dengan koefisien bentuk. Dibawah
ini disajikan nilai koefisien bentuk yang dikemukakan oleh Nomura dan
Yamazaki (1977), pada Tabel 1.
Tabel 1 Koefisien bentuk untuk masing-masing jenis kapal berdasarkan alat
tangkap yang dioperasikan
Kisaran nilai
Kelompok kapal
Cb Cp C⊗ Cw
Alat tangkap yang ditarik 0,58-0,67 0,66-0,72 0,88-0,93 -
Alat tangkap pasif 0,63-0,72 0,83-0,90 0,65-0,75 0,91-0,97
Alat tangkap yang dilingkarkan 0,57-0,68 0,76-0,94 0,67-0,78 0,91-0,95
Keterangan :
V adalah jumlah isi dari ruangan dibawah geladak utama ditambah dengan
ruangan-ruangan diatas geladak atas yang tertutup sempurna yang
berukuran tidak kurang dari 1 m3.
20
Daya yang dibutuhkan untuk mengatasi tahanan tersebut disebut effective horse
power (EHP), dalam penentuan HP dikenal beberapa istilah, yaitu :
1) Indicated horse power (IHP), tenaga yang dihasilkan untuk menggerakkan
torak;
2) Brake horse power (BHP), tenaga yang digunakan untuk memutar roda gila;
3) Shaft horse power (SHP), tenaga yang digunakan untuk memutar poros
baling-baling; dan
4) Effective horse power (EHP), tenaga yang efektif yang digunakan untuk
menggerakkan kapal.
3 METODOLOGI PENELITIAN
Y Y
GT Tertera
HP
X =Y
GT Pengukuran X GT X
1) Tahapan persiapan
Sebelum kapal berlayar, maka semua bahan yang dibutuhkan untuk pelayaran
maupun operasi penangkapan sudah harus disiapkan, seperti bahan bakar,
makanan dan air minum, ABK (kru kapal), jaring yang sudah diatur rapih di
bagian sisi kiri kapal, semua peralatan tali temali, rumpon dan sebagainya.
Selain itu kapal harus dalam keadaan baik dan dapat digunakan. Setelah segala
sesuatunya lengkap barulah kapal bisa bertolak menuju fishing ground.
Keberangkatan kapal dari pelabuhan umumnya pada waktu sore menjelang
malam dengan perhitungan pada waktu pagi harinya sudah bisa tiba di daerah
penangkapan;
2) Pemasangan rumpon
Setelah tiba di daerah penangkapan yang dianggap baik, mulailah pekerjaan
pertama dilakukan yaitu pemasangan rumpon. Biasanya satu kapal membawa
7 sampai 9 buah rumpon untuk kebutuhan dua trip penangkapan.
Rumpon terdiri dari daun-daun kelapa yang diikatkan pada seutas tali dan
diletakkan secara vertikal ke bawah dengan memakai jangkar/pemberat dari
batu serta pelampung dari bambu yang disebut “bulo”. Jarak pemasangan
antara rumpon yang satu dengan rumpon yang lainnya, sejauh sampai 3 jam
pelayaran;
3) Menunggu rumpon
Setelah pemasangan rumpon selesai, diperlukan waktu sekitar 4 hari untuk
menunggu agar ikan-ikan dapat berkumpul disekitar rumpon. Selama waktu
ini, kapal dibiarkan berlabuh dan ini merupakan kesempatan baik bagi nelayan
untuk memancing di malam hari.
Kapal berlabuh cukup jauh dari tempat pemasangan rumpon sehingga setelah
4 hari berlalu dibutuhkan lagi waktu untuk mencari rumpon;
4) Mencari rumpon
Mencari rumpon sama artinya dengan mencari gerombolan ikan. Pencarian
rumpon dilakukan dengan mata telanjang dengan arah arus dan haluan kapal
pada waktu pemasangan rumpon. Pencarian rumpon ini dilakukan pada siang
hari;
29
Rumpon dapat diketahui, dengan adanya pelampung bambu atau tendak yang
mencuat ke atas permukaan air. Setelah terlihat adanya tendak (sebatang
bambu yang diikat pada antang), maka kapal bergerak ke arah tendak untuk
melihat apakah ada gerombolan ikan ataukah tidak. Bila gerombolan ikan
dianggap cukup menguntungkan untuk ditangkap maka operasi penangkapan
akan segera dilakukan pada sore harinya. Untuk mengetahui besar tidaknya
gerombolan ikan, dapat ditaksir melalui pengalaman-pangalam dengan
melihat adanya ikan yang muncul atau berloncatan ke permukaan air ataupun
riak-riak air di sekitar tendak.
Apabila gerombolan ikan yang dijumpai dianggap tidak menguntungkan,
maka pada rumpon dipasang pelampung tambahan yang agak tinggi letaknya
yang disebut “umbul”. Hal ini untuk mempermudah pencarian kembali,
kemudian pencarian rumpon diteruskan lagi.
Bila operasi tidak dapat dilakukan pada sore hari, maka pada rumpon selain
dipasang umbul, ditambah lagi dengan sebuah penerangan yang biasanya
digunakan lentera atau kadang–kadang juga petromak. Pemasangan lampu ini
bertujuan agar mudah untuk mencarinya dengan tujuan penangkapan pada
pagi hari, juga sebagai peransang agar ikan berkumpul di sekitar rumpon.
5) Penebaran dan pengangkatan jaring
Bila gerombolan ikan yang ditemukan dalam jumlah yang besar maka operasi
penangkapan segera simulai.
Mula-mula kapal bergerak mendekati rumpon kemudian bulo dan bagian
rumpon yang lainnya dinaikkan keatas kapal. Sampai setengah dari bagian
rumpon naik ke kapal, maka tali rumpon dipotong dan pada bagian yang
pertama diberi pemberat yang cukup, kemudian bagian ini diturunkan lagi,
sedangkan bagian lainnya (bagian yang setengah) yang merupakan sisanya
diangkut diatas kapal. Pekerjaan ini dilakukan oleh 3 orang nelayan.
Tujuan meletakkan kembali bagian rumpon yang pertama ini agar ikan tetap
berkumpul disekitarnya. Selain itu pada waktu penarikan tali kolor, rumpon
tidak merupakan penghalang. Setelah sebagian rumpon diletakkan kembali,
maka kapal menjauh dari rumpon, dengan perhitungan jarak bila gerombolan
ikan dilingkari, kedua ujung jaring bisa bertemu. Bagian rumpon yang
30
ditinggalkan tadi dijaga oleh seorang nelayan yang disebut ‘juru tarik rumpon’
dengan menggunakan perahu jukung. Juru tarik rumpon inilah yang kemudian
memberi kode kepada nahkoda bahwa ikan telah berkumpul kembali. Apabila
tanda sudah diberikan maka atas perintah nahkoda maka jaring mulai
ditebarkan. Bertepatan dengan itu maka seorang juru renang menyebur kelaut
dan memegang ujung jaring yang pertama.
Kapal akan bergerak dengan kecepatan penuh pada waktu melingkari
gerombolan ikan. Setelah kedua ujung jaring bertemu maka penarikan jaring
dengan menarik tali kolor (purse line). Penarikan purse line ini menggunakan
winch atau garden. Untuk menata tali kolor digunakan 3 sampai 4 orang
tenaga kerja. Selesai penarikan tali kolor, maka rumpon dinaikkan ke atas .
selanjutnya tubuh jaring ditarik dengan menggunakan tenaga manusia.
Penarikan tubuh jaring ini dilakukan oleh 15 sampai 20 orang tenaga kerja.
Apabila ikan sudah terkumpul pada bagian kantong, maka pengangkatan
dilakukan dengan stenjor (derek) bila hasil tangkapan banyak dan tidak
sanggup ditarik langsung oleh manusia. Selanjutnya hasil tangkapan ini
dimasukkan kedalam basket yang sudah disediakan, diberi es dan disimpan
dalam palka.
Operasi penangkapan ini dilakukan beberapa kali sampai sirasakan hasil
tangkapan sudah cukup, barulah kapal kembali lagi ke pelabuhan.
4.2 Dimensi Utama Kapal dan Volume Ruang Tertutup di Atas Dek
Dimensi utama (LOA, LWL, B, D, d) kapal purse seine di Kabupaten
Takalar sebagian besar memiliki ukuran yang relatif sama. Ukuran yang relatif
sama dapat menunjukkan bahwa kapal-kapal yang dibuat dan dibangun memiliki
keseragaman dalam penentuan besar kecilnya dimensi. Penentuan dimensi yang
relatif sama banyak dipengaruhi oleh pengalaman para pembuat kapal dan
pemesan kapal yang tidak mempertimbangkan kelayakan desain dan
pembangunan kapal.
Ruang diatas dek yang meliputi ruang ABK (anak buah kapal) dan ruang
navigasi. Sebagai hasil pengukuran di lapangan dimensi utama dan ruang tertutup
di atas dek 8 buah kapal purse seine yang diteliti dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Hasil pengukuran dimensi utama dan pengukuran dari ruang tertutup
diatas dek
Sinar Minasa Minasa Cahaya Kurnia
Dimensi Utama Bone 1 Bone 2 Taruna
Bahagia 3 5 Bone 1 1
LOA (m) 21,40 21,30 21,00 19,30 20,50 16,70 20,40 20,35
Ldek (m) 19,89 20,20 20,10 18,30 19,20 15,20 18,90 18,20
LWL (m) 18,98 19,10 19,40 17,05 18,20 14,40 16,50 16,80
B max (m) 4,20 4,34 4,40 3,91 4,13 4,07 4,31 4,10
B moulded (m) 4,06 4,22 4,17 3,64 3,87 3,68 4,13 3,75
D (m) 1,65 2,10 2,10 2,60 2,60 2,50 1,94 1,75
d (m) 0,92 1,40 1,40 1,80 1,80 2,00 1,26 1,00
p (m) 6,35 6,27 6,50 6,30 5,78 4,82 6,96 5,25
l (m) 1,87 2,04 2,05 2,15 2,16 1,86 2,21 2,28
t (m) 1,28 1,40 1,45 1,62 1,47 1,42 1,73 1,43
33
Tabel 3 Nilai IHP, BHP, SHP, dan EHP pada 8 buah kapal yang diteliti
Sinar Minasa Minasa Cahaya Kurnia
HP Bone 1 Bone 2 Taruna
Bahagia 3 5 Bone 1 1
IHP 300 115 115 300 300 330 190 300
BHP 240 92 92 240 240 264 152 240
SHP 225,6 86,48 86,48 225,6 225,6 248,16 142,88 225,6
EHP 51,8 19,8 19,8 51,8 51,8 57,7 32,8 51,8
Mekanik
k l
Daya putar
IHP
600
B HP
500
SHP
400
HP
300 EHP
900
800
IHP
700
B HP
600
500 SHP
HP 400 EHP
300
IHP KM . M inasa 3
200
EHP KM . M inasa 3
100
0
0 5 10 15
V (knot)
400 EHP
IHP KM . M inasa 5
200
EHP KM . M inasa 5
0
0 5 10 15
V (knot)
1000
900
800 IHP
700
B HP
HP 600
500 SHP
400 EHP
300
IHP KM . B o ne 1
200
100 EHP KM . B o ne 1
0
0 5 10 15
V (knot)
600 SHP
HP
400 EHP
IHP KM . B o ne 2
200
EHP KM . B o ne 2
0
0 5 10 15
V (knot)
1000
900
800 IHP
700
B HP
600
HP 500 SHP
400 EHP
300
IHP KM . Taruna
200
100 EHP KM . Taruna
0
0 5 10 15
V (knot)
500 B HP
400 SHP
HP
300 EHP
600
500 IHP
B HP
400
HP SHP
300
EHP
200
IHP KM / Kurnia 1
100
EHP KM . Kurnia 1
0
0 5 10 15
V (knot)
kapal cepat perbandingannya lebih dari 1,2 dan untuk kapal-kapal lambat nilai ini
kurang dari 0,8. Tabel 4 memperlihatkan bahwa perbandingan antara kecepatan
kapal dan panjang kapal.
12
Sinar Bahagia
10 Minasa 3
Kecepatan kapal (knot)
Minasa 5
8
Bone 1
6 Bone 2
Taruna
4
Cahaya Bone 1
2 Kurnia 1
V / √L =0.8
0
V / √L =1
0 5 10 15 20 25 30
V / √L =1.2
Panjang kapal (m)
untuk pengukuran dan penentuan tonase kapal yang berukuran panjang kurang
dari 24 m (dua puluh empat meter). Metode pengukuran internasional dilakukan
untuk pengukuran dan penentuan tonase kapal yang berukuran panjang 24 m (dua
puluh empat meter) atau lebih. Metode pengukuran khusus dilakukan untuk
pengukuran dan penentuan tonase kapal yang akan melewati terusan tertentu.
Purbayanto et al. (2004) menyebutkan bahwa pengukuran GT kapal baik secara
internasional maupun dalam negeri bukanlah merupakan hal yang mudah
dilakukan. Terlebih jika pengukurannya diterapkan secara langsung pada kapal.
Selain kesulitan-kesulitan teknis, pengukuran GT di lapang membutuhkan waktu
dan tingkat ketelitian yang tinggi.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka tonage kapal dapat dianggap
sebagai pemberi penghasilan sebuah kapal, sehingga pajak-pajak yang dibebankan
pada sebuah kapal tergantung dari tonage sebuah kapal. Adapun GT yang tertera
pada kapal yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 5.
Ukuran besarnya kapal tidak hanya tergantung dari panjang atau lebar kapal
melainkan tergantung dari panjang, lebar dan tinggi kapal, karena ukuran
besarnya kapal merupakan kapasitas/daya muat. Sehingga dalam kegiatan
penangkapan, sebaiknya dipikirkan bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan dalam
eksploatasi suatu kapal harus sebanding dengan kemampuan kapal dalam
memberikan penghasilan.
Hasil perhitungan GT pengukuran dari ruang tertutup di atas dek meliputi
panjang (p), lebar (l), dan tinggi (t) serta ruang tertutup dibawah dek meliputi
panjang total kapal (LOA), panjang garis tegak kapal (LPP/LBP), panjang sarat
air kapal (LWL), lebar kapal (B), dalam kapal (D).
Hasil perhitungan pada persamaan (1) GT untuk pengukuran sangat berbeda
dengan GT yang tertera pada surat ukur kapal, ditunjukkan pada Gambar 27.
42
35
GTp = GT t
30 Sinar B ahagia
GT tertera
25 M inasa 3
M inasa 5
20 B o ne 1
15 B o ne 2
Taruna
10
Cahaya B o ne 1
5 Kurnia 1
0
0 10 20 30 40
GT pengukuran
Seorang pemilik kapal apabila kapalnya telah selesai dibuat maka ia harus
memikirkan mesin apa yang cocok dengan ukuran kapal yang telah ia buat agar
sesuai dan efisien. Dussardier (1960) menyarankan agar mesin yang digunakan
pada kapal sebaiknya mempunyai tenaga sekitar 3,0-3,5 dari gross tonage (GT)
kapal tersebut. Hubungan GT dan HP ditunjukkan pada Gambar 28.
Nilai GT yang ditunjukkan pada Gambar 28 adalah antara 15–33 GT. Untuk
nilai HP 3,0 kali dari nilai GT adalah 45-99, sedangkan nilai HP 3,5 kali dari nilai
GT adalah 52,5-115,5.
43
140
120
100
80
HP 1= 3.0 x GT
HP
60
` HP 2 = 3.5 x GT
40
20
0
0 5 10 15 20 25 30 35
GT
Gambar 28 Hubungan GT dan HP
300 12
V2
250 10
200 8
Δ = V2-V1
HP
150 6
V
100 4
50 2
V1
0 0
0 10 20 30
GT
HP1= Teoritis HP2= Hasil penelitian
yang ada dilokasi penelitian memiliki kecepatan (V1) sebesar 2-3 knot. Untuk
memenuhi kecepatan pengejaran ikan tersebut sebesar 10 knot (V2) maka
dibutuhkan penambahan 8 knot. Dengan demikian kapal-kapal yang ada dilokasi
penelitian sebaiknya mempunyai nilai HP 10 kali dari nilai GT yaitu dengan nilai
20-23 GT mempunyai nilai HP adalah sebesar 200-230 HP.
3.5
2.5
Nilai Indeks
2
GT/TonD
1.5
TonD/GT
1
0.5
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Gross Tonage
Dari gambar tersebut terlihat bahwa nilai GT berkisar pada nilai indeks
setengah kali nilai displacement ton, sementara itu dari ratio displacement ton
terhadap GT nilai indeks berkisar antara 1,8-2,9. Sehingga jika nilai displacement
ton dipertimbangkan sebagai faktor penentu kecepatan kapal maka koefisien
pengali nilai GT menjadi setidaknya 2 kali dari nilai yang sudah didapatkan diatas
(HP sama dengan 10 kali nilai GT), setara dengan 20 kali nilai GT. Nilai HP
tersebut merupakan nilai IHP (tenaga penggarak torak). Tabel 6 memperlihatkan
perbandingan nilai GT dan HP
45
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1) Sebagai kapal purse seine, kecepatan KM. Minasa 3 dan KM. Minasa 5 perlu
ditingkatkan dengan menambah kekuatan mesin atau mengatur rasio gigi
reduksi (gear box)
2) Pada pembangunan kapal purse seine faktor kecepatan harus dipertimbangkan
3) Penelitian lanjutan tentang padanan kekuatan mesin darat dan mesin laut perlu
untuk dikaji
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri, Bogor.
Ayodhyoa AU, Sondita MFA. 1996. Tinjauan terhadap dimensi utama kapal
purse seine di beberapa tempat di Indonesia. Fakultas Perikanan, Institut
Pertanian Bogor. Buletin PSP 5(2): 46 – 55.
Barani HM. 2005. Profil Pendapatan Usaha Penangkapan Berdasarkan Jenis Alat
Tangkap di Perairan Sulawesi Selatan Bagian Selatan. Fakultas Perikanan,
Institut Pertanian Bogor. Buletin PSP 14(2): 40 – 46.
Fyson J. 1985. Design of Small Fishing Vessels. England : Fishing News Book.
320 hal.
48
Iskandar BH. 2007. Stabilitas Statis dan Dinamis Kapal Latih Stella Maris.
Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Buletin PSP 16(1): 31 – 49.
Iskandar BH., Novita Y. 2000. Tingkat Teknologi Pembangunan Kapal Ikan Kayu
Tradisional di Indonesia. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor.
Buletin PSP 9(2): 53 - 67.
Mudjiono E. 1986. Bangunan Kapal untuk Strata =A=. Politeknik Ilmu Pelayaran
Makassar. Makassar. 191 hal.
Panjaitan JP. 1992. Integrating Design and Evaluation of Fishing Vessel for a
Developing Country. Departement of Marine Technology University of
Newcastle. Upon Tyne, UK.
Schmid PGJr. 1960. Purse Seining: Deck design and Equipment in Fishing Boat
of The World 2. Editor. London: by Jan Olof Traung: Fishing News.
49
Lanjutan Lampiran 1.
4) (1) Brake Horse Power (BHP), tenaga yang digunakan untuk menggerakkan roda
gila;
BHP
= 0,80
IHP
BHP = 0,80 x 300 = 240 HP
(2) Shaft horse power (SHP), tenaga yang digunakan untuk memutar baling-
baling;
SHP
= 0,94
BHP
SHP = 0,94 x 240 = 225,6 HP
(3) Efective horse power (EHP), tenaga efektif yang digunakan untuk
menggerakkan kapal
EHP
= 0,23
SHP
EHP = 0,23 x 225,6 = 51,888
54
Lanjutan Lampiran 3
BHP
Vs = LWL / 3 ( knot)
Δ
2. KM. Minasa 3
Vs Δ ton LWL / 3 IHP BHP SHP EHP
1 65,42 1,45 56,13 44,90 42,21 9,70
2 65,42 1,45 112,27 89,81 84,43 19,41
3 65,42 1,45 168,41 134,72 126,64 29,12
4 65,42 1,45 224,54 179,63 168,86 38,83
5 65,42 1,45 280,68 224,54 211,07 48,54
6 65,42 1,45 336,82 269,45 253,29 58,25
7 65,42 1,45 392,96 314,36 295,50 67,96
8 65,42 1,45 449,09 359,27 337,72 77,67
9 65,42 1,45 505,23 404,18 379,93 87,38
10 65,42 1,45 561,37 449,09 422,15 97,09
11 65,42 1,45 617,51 494,00 464,36 106,80
12 65,42 1,45 673,64 538,91 506,58 116,51
13 65,42 1,45 729,78 583,82 548,79 126,22
14 65,42 1,45 785,92 628,73 591,01 135,93
57
Lanjutan lampiran 4.
3. KM. Minasa 5
Vs Δ ton LWL / 3 IHP BHP SHP EHP
1 67,37 1,46 57,35 45,88 43,13 9,92
2 67,37 1,46 114,71 91,77 86,26 19,84
3 67,37 1,46 172,07 137,66 129,40 29,76
4 67,37 1,46 229,43 183,54 172,53 39,68
5 67,37 1,46 286,79 229,43 215,66 49,60
6 67,37 1,46 344,15 275,32 258,80 59,52
7 67,37 1,46 401,51 321,20 301,93 69,44
8 67,37 1,46 458,86 367,09 345,07 79,36
9 67,37 1,46 516,22 412,98 388,20 89,28
10 67,37 1,46 573,58 458,86 431,33 99,20
11 67,37 1,46 630,94 504,75 474,47 109,12
12 67,37 1,46 688,30 550,64 517,60 119,04
13 67,37 1,46 745,66 596,53 560,73 128,96
14 67,37 1,46 803,02 642,41 603,87 138,89
4. KM. Bone 1
Vs Δ ton LWL / 3 IHP BHP SHP EHP
1 67,64 1,37 61,43 49,14 46,20 10,62
2 67,64 1,37 122,87 98,29 92,40 21,25
3 67,64 1,37 184,31 147,44 138,60 31,87
4 67,64 1,37 245,74 196,59 184,80 42,50
5 67,64 1,37 307,18 245,74 231,27 53,13
6 67,64 1,37 368,62 294,89 277,20 63,75
7 67,64 1,37 430,05 344,04 323,40 74,38
8 67,64 1,37 491,49 393,19 369,60 85,00
9 67,64 1,37 552,93 442,34 415,80 95,63
10 67,64 1,37 614,36 491,49 462,00 106,26
11 67,64 1,37 675,80 540,64 508,20 116,88
12 67,64 1,37 737,24 589,79 554,40 127,51
13 67,64 1,37 798,67 638,94 600,60 138,13
14 67,64 1,37 860,11 688,09 646,80 148,76
58
Lanjutan lampiran 4.
5. KM. Bone 2
Vs Δ ton LWL / 3 IHP BHP SHP EHP
1 76,27 1,42 67,04 53,63 50,41 11,59
2 76,27 1,42 134,09 107,27 100,83 23,19
3 76,27 1,42 201,13 160,91 151,25 34,78
4 76,27 1,42 268,18 214,54 201,67 46,38
5 76,27 1,42 335,23 268,18 252,09 57,98
6 76,27 1,42 402,27 321,82 302,51 69,57
7 76,27 1,42 469,32 375,46 352,93 81,17
8 76,27 1,42 536,37 429,09 403,35 92,77
9 76,27 1,42 603,41 482,73 453,77 104,36
10 76,27 1,42 670,46 536,37 504,18 115,96
11 76,27 1,42 737,51 590,00 554,60 127,56
12 76,27 1,42 804,55 643,64 605,02 139,15
13 76,27 1,42 871,60 697,28 655,44 150,75
14 76,27 1,42 938,65 750,92 705,86 162,34
6, KM, Taruna
Vs Δ ton LWL / 3 IHP BHP SHP EHP
1 66,08 1,26 65,30 52,24 49,10 11,29
2 66,08 1,26 130,60 104,48 98,21 22,58
3 66,08 1,26 195,90 156,72 147,32 33,88
4 66,08 1,26 261,20 208,96 196,42 45,17
5 66,08 1,26 326,50 261,20 245,53 56,47
6 66,08 1,26 391,80 313,44 294,64 67,76
7 66,08 1,26 457,11 365,68 343,74 79,06
8 66,08 1,26 522,41 417,92 392,85 90,35
9 66,08 1,26 587,71 470,17 441,96 101,65
10 66,08 1,26 653,01 522,41 491,06 112,94
11 66,08 1,26 718,31 574,65 540,17 124,24
12 66,08 1,26 783,61 626,89 589,28 135,53
13 66,08 1,26 848,92 679,13 638,38 146,82
14 66,08 1,26 914,22 731,37 687,49 158,12
59
Lanjutan lampiran 4.
8. KM. Kurnia
Vs Δ ton LWL / 3 IHP BHP SHP EHP
1 38,83 1,36 35,52 28,42 26,71 6,14
2 38,83 1,36 71,05 56,84 53,43 12,28
3 38,83 1,36 106,58 85,26 80,14 18,43
4 38,83 1,36 142,10 113,68 106,86 24,57
5 38,83 1,36 177,63 142,10 133,58 30,72
6 38,83 1,36 213,16 170,52 160,29 36,86
7 38,83 1,36 248,68 198,95 187,01 43,01
8 38,83 1,36 284,21 227,37 213,72 49,15
9 38,83 1,36 319,74 255,79 240,44 55,30
10 38,83 1,36 355,26 284,21 267,16 61,44
11 38,83 1,36 390,79 312,63 293,87 67,59
12 38,83 1,36 426,32 341,057 320,59 73,73
13 38,83 1,36 461,84 369,47 347,31 79,88
14 38,83 1,36 497,37 397,90 374,02 86,02
60
Foto pengukuran ruang diatas dek Foto pengukuran ruang diatas dek
62
Lanjutan lampiran 5.
Lanjutan lampiran 5.
Lanjutan lampiran 5.