Professional Documents
Culture Documents
2 PB
2 PB
php/jmagr
Terakreditasi SK Menristek Dikti 12/M/Kp/II/2015 Nomor DOI: 10.17358/JMA.13.3.169
ABSTRACT
Competitiveness of a country’s export commodities is one of the indicators used to measure its
economic progress. This study aims to analyze the competitiveness of Indonesian rattan furniture
in China and the ASEAN region, along with the influencing factors and to conclude appropriate
strategies to improve its competitiveness. The analysis was conducted by utilizing Diamond's Porter,
Normalized Revealed Comparative Advantage (NRCA), and panel data regression. The results
showed that the competitiveness of Indonesian rattan furniture in the ASEAN region and China,
in the period of 2001 to 2014, is fluctuated with small level of competitiveness. This notion can be
seen from all of the positive NRCA index values. In the Fixed Effects Model (FEM), the independent
variables that significantly influence NRCA include the export prices and volumes, global prices of
rattan furniture and raw rattan, the number of rattan industries, production of real rattan, production
value of rattan, investment of rattan industry, direct labor of rattan industry, interest rate of Bank
loans, implementation of ACFTA and violation policy of raw and semi-finished rattan exports. To
increase the competitiveness of Indonesian rattan furniture, the government is urged to establish a
development or training center for the innovative designs and improvement of quality standard of
Indonesian rattan furniture. This is also supported by a guarantee of rattan raw material availability
and technological improvement of rattan processing industry. Thus, the third step to perform is the
improvement of infrastructure and distribution chain, improvement of market information systems,
and strengthening of brand image of rattan furniture in Indonesia.
ABSTRAK
Daya saing komoditas ekspor negara merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
mengukur kemajuan ekonomi suatu negara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing
furniture rotan Indonesia di kawasan ASEAN Tiongkok serta faktor-faktor yang memengaruhinya
dan kemudian menyimpulkan strategi yang tepat untuk meningkatkan daya saingnya. Analisis
dilakukan dengan menggunakan Diamond’s Porter, Normalized Revealed Comparative Advantage
(NRCA) dan regresi data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya saing furniture rotan
Indonesia di kawasan ASEAN dan Tiongkok dalam kurun waktu 2001 hingga 2014 berfluktuasi
dan sebenarnya masih mempunyai daya saing meskipun kecil, hal ini dapat dilihat dari semua
nilai indeks NRCA nilainya positif. Pada Fixed Effect Model (FEM), variabel independen yang
berpengaruh signifikan terhadap NRCA adalah harga ekspor, volume ekspor, harga furniture rotan
dunia, harga rotan mentah dunia, jumlah perusahaan industri rotan di Indonesia, produksi rotan riil
di Indonesia, nilai produksi rotan di Indonesia, investasi industri rotan di Indonesia, tenaga kerja
langsung industri rotan, besarnya suku bunga pinjaman Bank, pemberlakuan ACFTA dan kebijakan
pelarangan ekspor rotan mentah maupun setengah jadi. Untuk mampu meningkatkan daya saing
furniture rotan Indonesia, pemerintah harus mendirikan pusat pengembangan atau pelatihan dan
pengembangan desain yang inovatif maupun standart mutu furniture rotan Indonesia. Hal ini
juga didukung dengan adanya jaminan ketersediaan bahan baku rotan dan peningkatan teknologi
industri pengolahan rotan. Hal ketiga yang perlu dilakukan adalah perbaikan infrastruktur maupun
rantai distribusi, perbaikan sistem informasi pasar rotan serta penguatan brand image furniture
rotan Indonesia.
Kata Kunci: daya saing furniture rotan, diamond’s porter, normalized revealed comparative
advantage, fixed effect model
1
Alamat Korespondensi:
Email: rudy.voo@gmail.com
Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 13 No. 3, November 2016 169
P-ISSN: 1693-5853 E-ISSN: 2407-2524 Tersedia online http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmagr
Terakreditasi SK Menristek Dikti 12/M/Kp/II/2015 Nomor DOI: 10.17358/JMA.13.3.169
Rotan merupakan komoditas hasil hutan non-kayu yang Penelitian yang terkait dengan analisis daya saing dan
sempat menjadi primadona dunia. Namun, ketenaran strategi pengembangan industri rotan Indonesia telah
rotan semakin menurun dengan semakin banyaknya dilakukan oleh Syahresmita (2000), dimana alternatif
pesaing yang berasal dari rotan sintetis dan berbagai strategi yang lebih diprioritaskan adalah menciptakan
isu lingkungan yang berkembang menyertainya. iklim usaha kondusif, diikuti oleh peningkatan promosi
Kehadiran rotan sintetis yang terbuat dari bahan dan informasi pasar serta penguatan keterkaitan
plastik Polyethilene dan Polyvinyl Chloride (PVC) aktivitas dalam rantai nilai.
Gambar 1. Negara pengekspor industri furniture rotan dunia tahun 2014 (UN Comtrade Database 2015)
Gambar 2. Nilai ekspor furniture rotan Indonesia ke ASEAN dan Tiongkok (UN Comtrade Database 2015)
Industri furniture rotan di dalam negeri memang harus 2012), yaitu Factor Condition (FC), Demand Condition
mengalami perjuangan berat menghadapi persaingan di (DC), Related and Supporting Industries (RSI), Firm
pasar global. Salah satu kendala besar yang dihadapi Strategy, Structure, and Rivalry (FSSR). Selain itu
adalah tingkat ketersediaan bahan baku rotan di dalam terdapat komponen lain yang terkait dengan keempat
negeri yang kadang membuat frustasi para pengusaha komponen utama tersebut yaitu peran pemerintah dan
furniture rotan seiring dengan bertumbuhnya produk kesempatan.
rotan sintetis dengan harga yang lebih murah. Hal ini
mengakibatkan industri furniture rotan dalam negeri Indeks Revealed Comparative Advantage (RCA)
lebih memilih bahan baku rotan sintetis daripada bahan menggambarkan keunggulan komparatif atau daya
baku rotan asli dari Indonesia yang terkenal dengan saing ekspor dari suatu negara dalam suatu komoditas
kualitas rotan unggulan yang dimilikinya. terhadap dunia. Namun demikian, RCA memiliki
keterbatasan, menurut Yeats (1985) dalam Hermawan
Penelitian ini bertujuan: 1) menganalisis daya saing (2012) nilai RCA ini terdapat masalah ketika melakukan
produk ekspor furniture rotan Indonesia di kawasan perbandingan nilai ordinal dan cardinal. Ada beberapa
ASEAN dan Tiongkok; 2) menganalisis faktor-faktor penelitian lanjutan terkait modifikasi indeks RCA
yang memengaruhi daya saing produk furniture dan salah satu yang cukup terkini adalah indikator
rotan Indonesia di kawasan ASEAN dan Tiongkok; Normalized Revealed Comparative Advantage (NRCA)
3) menentukan strategi kompetitif yang tepat untuk yang diakukan oleh Yu et al. (2009). Nilai indeks NRCA
mendukung peningkatan daya saing industri furniture lebih baik dan akurat hasilnya berdasarkan penelitian
rotan Indonesia di kawasan ASEAN dan Tiongkok. yang dilakukan oleh Sanidas dan Shin (2010). NRCA
memiliki rumusan sebagai berikut:
METODE PENELITIAN
Data panel merupakan gabungan dari data cross section Melalui serangkaian tahapan beberapa metode analisis
dan data time series sehingga jumlah pengamatan kuantitatif dan kualitatif, kerangka pemikiran dalam
menjadi sangat banyak. Ada tiga teknik untuk penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
mengestimasi model regresi data panel (Nachrowi,
2006) dalam (Silalahi et al. 2014), yaitu: Hipotesis Penelitian
1. Common Effect Model (CEM) adalah metode regresi Berdasarkan permasalahan dan alur kerangka pemikiran,
yang hanya mengkombinasikan data time series dan maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini,
cross section dalam bentuk pool, mengestimasinya antara lain yaitu sebagai berikut:
dengan menggunakan pendekatan kuadrat terkecil 1. Industri furniture rotan Indonesia mempunyai
(pooled Least square). Persamaan metode ini dapat daya saing yang tinggi di kawasan ASEAN dan
ditulis sebagi berikut: Tiongkok.
2. Industri furniture rotan Indonesia memiliki
peningkatan kinerja ekspor di pasar Internasional.
3. Seluruh variabel bebas memiliki pengaruh terhadap
2. Fixed Effect Model (FEM) adalah metode regresi variabel tidak bebas (daya saing furniture rotan
yang mengestimasi data panel dengan menambahkan Indonesia/ NRCA).
variabel Dummy. Model ini mengasumsikan bahwa
terdapat efek yang berbeda antar individu.
HASIL
a. Kondisi faktor produksi rotan di Indonesia Secara umum, tenaga kerja yang dipakai dalam industri
furniture rotan di Indonesia masih kurang terdidik.
Kondisi faktor yang berpengaruh terhadap daya saing Rendahnya tingkat pendidikan pelaku bisnis furniture
furniture rotan Indonesia: rotan mengakibatkan rendahnya motivasi dan inovasi
furniture rotan di Indonesia.
Indonesia adalah produsen utama bahan Peluang furniture rotan Indonesia cukup
baku rotan dan kualitas rotan yang berasal besar untuk dapat masuk di pasar internasional
dari Indonesia diakui dunia
35/M-DAG/PER/11/2011
3. Sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi c. Industri terkait dan pendukung industri furniture
rotan indonesia
Penguasaan teknologi dari mulai pemanenan,
distribusi hingga produksi pada akhirnya berdampak Pada industri terkait ekspor furniture rotan meliputi
pada peningkatan daya saing industri furniture rotan industri penyediaan bahan baku rotan mentah maupun
Indonesia. Di sisi lain, teknologi pengolahan rotan setengah jadi. Pada industri pendukung memiliki peran
di Indonesia masih menggunakan teknologi yang dalam pengembangan produk furniture rotan. Industri
tradisional. Begitu juga penerapan teknologi informasi furniture rotan tentunya sangat tergantung pada
yang diharapkan mampu menyebarluaskan informasi kemampuan industri hulu menyediakan bahan baku
yang dibutuhkan bagi para pelaku dan konsumen yang unggul. Namun, permasalahan yang ada sekarang
produk. adalah susahnya mencari pemasok bahan baku maupun
rotan setengah jadi untuk pembuatan furniture rotan
4. Sumberdaya modal itu sendiri. Mahalnya harga bahan penunjang untuk
memproduksi furniture rotan juga menjadi kendala
Sejumlah upaya dilakukan pemerintah untuk dalam pengembangan industri furniture rotan di
meminimalisasi dampak dari pelarangan ekspor bahan Indonesia.
baku rotan dalam jangka pendek. Di antaranya dorongan
ke arah optimalisasi produksi industri pengolahan d. Strategi, struktur, dan rivalitas industri furniture
rotan di dalam negeri, sehingga bisa menyerap rotan rotan di Indonesia
dari pengumpul/pengepul sebanyak mungkin. Hal ini
dilakukan untuk mengembangkan industri furniture Pengembangan industri furniture rotan di Indonesia
rotan di Indonesia. seharusnya menjadi perhatian khusus dari pemerintah
apabila ingin berhasil dalam mengembangkan daya
5. Sumberdaya infrastruktur saing furniture rotan Indonesia di pasar Internasional.
Turunnya daya saing furniture rotan Indonesia dari
Sarana dan prasarana fisik ini meliputi sarana dan segi strategi disebabkan oleh kualitas furniture rotan
prasarana pemanenan rotan, sarana dan prasarana Indonesia masih rendah apabila dibandingkan dengan
penyimpanan dan pengangkutan, transportasi dan furniture rotan dari negara lain, marketing campaign
telekomunikasi. Sarana dan prasarana tersebut furniture rotan Indonesia belum bagus, brand image
merupakan syarat mutlak bagi sektor hulu dan hilir furniture rotan Indonesia kurang bagus, informasi
dari industri furniture rotan dalam hal pendistribusian permintaan pasar dan regulasi negara tujuan ekspor
bahan baku maupun produk olahan rotan. belum tersedia bagi eksportir furniture rotan Indonesia,
serta promosi ekspor dan layanan purna jual untuk
b. Kondisi permintaan furniture rotan Indonesia furniture rotan Indonesia masih buruk.
Kondisi industri furniture rotan Indonesia saat ini Strategi pengembangan industri furniture rotan
kalah bersaing dengan barang sejenis asal Tiongkok Indonesia harus direncanakan dengan baik sejak
dan Eropa, baik itu dipasar domestik maupun ekspor. sekarang. Strategi tersebut perlu dirancang menjadi
Padahal Indonesia mempunyai bahan baku rotan suatu struktur usaha yang dikelola dan berorientasi
yang melimpah. Masalah utamanya ternyata adalah pada pengembangan industri dari hulu sampai ke hilir
lemahnya penguasaan desain, finishing, hingga sehingga siap menghadapi berbagai perubahan yang
branding pada furniture rotan tersebut. Desain furniture terjadi. Program penguatan struktur industri dilakukan
rotan Indonesia memang belum berkembang. Saat melalui sinergi dan koordinasi dari berbagai pihak,
ini, desain dari furniture rotan Indonesia yang dijual baik antar kementerian terkait dari pihak pemerintah
masih mengikuti permintaan pasar. Selain itu, belum maupun para pelaku usaha seperti pemungut rotan,
adanya ketersediaan desain asli produk furniture rotan pedagang, pengolah, eksportir dan asosiasi, termasuk
Indonesia atas permintaan dari luar negeri. lembaga perbankan dan LSM. Keterlibatan para
pemangku kepentingan ini akan menjadi kunci sukses
pengembangan industri furniture rotan di Indonesia,
karena mengingat struktrur industri rotan di Indonesia
terjadi anomali, dimana harga rotan di petani yang
masih sangat rendah dan mahalnya bahan baku rotan semua komoditas yang diperdagangkan mendapat
setengah jadi untuk produksi furniture rotan. Oleh perlakuan sama di kawasan tersebut. Selain ACFTA,
karena itu, mengakibatkan supply rotan menjadi tidak perbandingan tingkat suku bunga pinjaman Bank di
stabil. Indonesia dengan negara ASEAN dan Tiongkok juga
memengaruhi daya saing furniture rotan Indonesia di
Adanya persaingan industri furniture rotan di kawasan kawasan ASEAN dan Tiongkok.
ASEAN dan Tiongkok juga dapat meningkatkan daya
saing furniture rotan Indonesia. Persaingan yang ketat Tingkat Daya Saing Furniture Rotan Indonesia di
akan mendorong industri furniture rotan dari Indonesia Kawasan ASEAN dan Tiongkok
semakin meningkatkan kemampuannya dalam aspek
sumber daya modal, inovasi dan teknologi, efisiensi dan Pada Gambar 4 walaupun nilai NRCA tidak ada yang
produktifitas, kualitas dan layanan, diversifikasi produk negatif. Namun, angkanya cukup kecil, bahkan kurang
furniture rotan dan akses pasar ke luar negeri. Ancaman dari 0,0025. Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa selama
pesaing yang merupakan pendatang baru dalam bahasa periode 2001 sampai 2014, nilai NRCA furniture rotan
Porter adalah industri furniture rotan yang berasal dari Indonesia nilainya tidak ada yang negatif. Nilai tertinggi
Hongkong, Vietnam, Taiwan, dan Tiongkok. Industri adalah NRCA ke pasar Malaysia diikuti ke pasar
furniture rotan yang berasal dari empat negara itu Vietnam. Artinya, daya saing furniture rotan Indonesia
dikatakan sebagai pendatang baru karena industri- di pasar Malaysia dan Vietnam adalah kuat. Nilai
industri tersebut tumbuh setelah industri bahan baku NRCA furniture rotan Indonesia ke pasar Tiongkok,
rotan Indonesia tumbuh. Dalam sudut pandang yang Philipina, Thailand dan Singapore nilainya kecil.
lain dapat dikatakan bahwa sesungguhnya Indonesialah NRCA yang terkecil adalah ke pasar Filipina. Hal ini
yang menjadi pendatang baru dalam industri furniture dapat dikatakan daya saing furniture rotan Indonesia di
rotan dunia (Sumardjani, 2009). Hal penting yang harus pasar Filipina adalah paling lemah, mengingat Filipina
diperhatikan adalah harga produk yang cenderung juga termasuk negara penghasil rotan di dunia.
semakin bersaing sehingga mengakibatkan permintaan
furniture rotan yang beralih ke produk furniture rotan Estimasi Faktor-faktor yang Diduga Memengaruhi
artificial atau synthetic rattan yang bahan bakunya Daya Saing Furniture Rotan Indonesia di Kawasan
adalah polyethylene serta adanya diversifikasi produk ASEAN dan Tiongkok
furniture dari negara penghasil rotan.
Hasil estimasi model regresi FEM terhadap variabel
e. Peran pemerintah dependen NRCA menunjukkan bahwa nilai probabilitas
variabel harga ekspor furniture rotan Indonesia
Pemerintah dapat memfasilitasi lingkungan industri ke ASEAN dan Tiongkok (HEX), volume ekspor
yang mampu memperbaiki kondisi penentu daya furniture rotan Indonesia ke ASEAN dan Tiongkok
saing sehingga perusahaan-perusahaan yang berada (VEX), harga furniture rotan dunia (HFW), harga rotan
dalam industri mampu mendayagunakan faktor-faktor mentah dunia (HRW), jumlah perusahaan pengolahan
penentu tersebut secara efektif dan efisien. Pemerintah rotan Indonesia (IND), produksi riil rotan Indonesia
dapat memengaruhi aksesibilitas pelaku-pelaku industri (PRD), nilai produksi rotan Indonesia (VAL), investasi
furniture rotan terhadap berbagai sumberdaya melalui pengolahan rotan Indonesia (INV), tenaga kerja
kebijakan-kebijakannya, seperti sumberdaya alam, langsung industri rotan Indonesia (LBR) perbandingan
tenaga kerja, pembentukan modal serta sumberdaya lending rate dengan Negara tujuan ekspor (LDR),
ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi (IPTEK). pemberlakuan ACFTA yang dimulai pada tahun 2010
(ACF) dan kebijakan ekspor rotan di Indonesia (PLC)
f. Peran kesempatan mempunyai nilai yang lebih kecil dari taraf nyata
5%. Hal ini menunjukan bahwa 12 variabel tersebut
Perdagangan bebas ASEAN-China Free Trade berpengaruh signifikan terhadap daya saing furniture
Area (ACFTA) yang dimulai pada awal tahun 2010 rotan Indonesia di kawasan ASEAN dan Tiongkok.
mengadopsi sistem baru, yaitu sistem yang bebas Model yang diperoleh dari Regresi FEM dengan
hambatan. Tarif dan bea masuk yang selama ini pembobotan cross-section SUR selengkapnya dapat
dianggap sebagai penghambat telah dihapuskan agar dilihat pada Tabel 2.
Gambar 4. Nilai NRCA Furniture Rotan Indonesia di Kawasan ASEAN dan Tiongkok UN Comtrade Database
2015 (diolah)
Multikolinearitas disebabkan oleh nilai R-squared NRCA juga semakin tinggi di pasar Internasional.
yang tinggi, tetapi variabel-variabel independennya Probabilitas variabel harga ekspor furniture rotan
hanya sedikit yang tidak signifikan (Bell et al. 2014). Indonesia ke negara tujuan menunjukan pengaruh
Dalam Ratnasari et al. (2014) dan Akbar et al. yang signifikan dan positif pada taraf nyata 5%. Hal
(2011), Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan ini menunjukan bahwa variabel harga ekspor produk
membandingkan nilai probabilitas dan matrik korelasi olahan rotan Indonesia merupakan salah satu faktor
antar variabel. Pada model daya saing furniture rotan yang memengaruhi daya saing furniture rotan Indonesia.
Indonesia nilai R-squared adalah 0,9975 dan 12 dari 15 Nilai koefisien harga ekspor adalah 0,00012. Artinya,
variabel bebas yang siginifikan, menunjukkan bahwa jika harga ekspor furniture rotan Indonesia naik sebesar
model terbebas dari masalah multikolinearitas. Nilai 1% maka daya saing furniture rotan Indonesia akan
R-squared ini menunjukkan bahwa 99,75% keragaman meningkat sebesar 0,00012% (ceteris paribus).
variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-
variabel independennya yang terdapat dalam model, 2. Volume ekspor furniture rotan Indonesia ke ASEAN
sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel independen dan Tiongkok (VEX)
diluar model.
Hasil estimasi data panel, dapat diketahui bahwa
Hasil estimasi model daya saing furniture rotan volume ekspor furniture rotan berpengaruh positif
Indonesia menunjukkan bahwa Sum Square Residual terhadap daya saing produk olahan rotan Indonesia.
pada Weighted Statistics sebesar 45.903 jauh lebih Nilai koefisien sebesar 1,53 x 10-10 menandakan bahwa
besar dari Sum Square Residual pada Unweighted setiap kenaikan 1% volume ekspor furniture rotan akan
Statistics sebesar 2,6 x 10-6. Artinya, dapat disimpulkan meningkatkan daya saing furniture rotan Indonesia
bahwa pada model daya saing furniture rotan Indonesia sebesar 1,53 x 10-10% (ceteris paribus). Volume
terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Pembobotan ekspor furniture rotan menggambarkan permintaan
dengan cross-section SUR pada FEM dalam neraga ASEAN dan Tiongkok terhadap furniture rotan
Pusakasari (2014) dapat digunakan untuk mengatasi Indonesia. Semakin tinggi volume ekspor furniture
heterokedastisitas dan korelasi antar unit cross-section rotan maka hasil produk furniture rotan Indonesia
yang terdapat pada data pengamatan tentang NRCA di akan semakin diminati di pasar ASEAN dan Tiongkok.
enam negara tersebut. Hal ini akan berdampak pada peningkatan daya saing
furniture rotan Indonesia.
Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan melihat nilai
Durbin Watson (DW). Dengan jumlah observasi 66, 3. Harga furniture rotan dunia (HFW)
jumlah variabel independen sebanyak 15 dan α sebesar
5% maka diperoleh nilai Durbin-Watson tabel dengan Hasil estimasi menunjukkan harga furniture rotan dunia
DL sebesar 1,098, DU sebesar 2,176 dan Durbin- berpengaruh negatif dan signifikan terhadap daya saing
Watson stat dengan Weighted Statistics sebesar 1,804. furniture rotan Indonesia dengan nilai probabilitas
Maka nilai DW berada diantara DL<DW<DU. Artinya, variabel harga furniture rotan dunia lebih kecil dari
tidak dapat disimpulkan apakah masalah autokorelasi taraf nyata 5%. Peningkatan harga furniture rotan dunia
terdapat pada model, namun karena sudah diboboti justru membuat daya saing furniture rotan Indonesia
masalah autokorelasi ini dapat diabaikan. di kawasan ASEAN dan Tiongkok semakin menurun.
Setiap kenaikan harga ekspor furniture rotan dunia
1. Harga ekspor furniture rotan Indonesia ke ASEAN sebesar 1%, justru menurunkan daya saing furniture
dan Tiongkok (HEX) rotan Indonesia sebesar 0,000195% (ceteris paribus).
Harga furniture rotan dunia dapat dikatakan menjadi
Pada dasarnya, harga ekspor furniture rotan pesaing dari harga furniture rotan dari Indonesia.
menggambarkan mutu dan kualitas furniture rotan itu Mengingat semakin tinggi harga furniture rotan dunia
sendiri. Semakin tinggi harga ekspor furniture rotan menandakan bahwa mutu dan kualitas furniture rotan
Indonesia menandakan bahwa mutu dan kualitas selain dari Indonesia semakin baik sehingga daya saing
furniture rotan Indonesia semakin baik sehingga daya Indonesia menjadi menurun.
saing Indonesia yang direpresentasikan dengan indeks
4. Harga rotan mentah dunia 5%. Hal ini menunjukan bahwa variabel produksi riil
rotan di Indonesia berpengaruh signifikan terhadap
Peran industri furniture rotan Indonesia tidak mampu daya saing furniture rotan Indonesia. Variabel produksi
menyerap seluruh bahan baku rotan yang ada. riil rotan di Indonesia memiliki pengaruh yang negatif
Akibatnya, sisa rotan mentah diekspor ke pasar dunia terhadap daya saing furniture rotan Indonesia dimana
secara ilegal dan dapat menekan harga jual rotan mentah dari model regresi didapatkan hasil bahwa dengan
sehingga menyebabkan harga rotan mentah jatuh, menambah produksi rotan di Indonesia ternyata tidak
petani dirugikan dan perekonomian industri rotan sulit menambah daya saing furniture rotan Indonesia di pasar
untuk berkembang. Hasil estimasi data panel, harga Internasional. Hal ini disebabkan, jumlah produksi
rotan mentah dunia berpengaruh positif terhadap daya ditambah, tetapi konsumsi rotan yang digunakan
saing produk olahan rotan Indonesia. Variabel harga untuk industri furniture rotan tidak ditingkatkan.
rotan mentah di dunia yang ditunjukkan pada model Sebaliknya, melimpahnya bahan baku rotan mentah
regresi mempunyai pengaruh positif dan signifikan membuat harganya semakin menurun. Petani enggan
terhadap daya saing furniture rotan Indonesia dengan memanen rotan di dalam hutan dengan alasan tidak
nilai probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata 5%. lagi menguntungkan. Meskipun, mempunyai pengaruh
Artinya, peningkatan jumlah perusahaan pengolahan yang negatif dan signifikan, pengaruh produksi riil rotan
rotan di Indonesia sebesar 1% dapat meningkatkan Indonesia mempunyai pengaruh yang kecil terhadap
produksi rotan di Indonesia dan imbasnya pada daya saing furniture rotan Indonesia. Nilai koefisien dari
peningkatan daya saingnya sebesar 1,56 x 10-4% regresi untuk variabel produksi riil rotan di Indonesia
(ceteris paribus). yang sangat kecil, yaitu hanya sebesar 1,26 x 10-8 yang
menjadi parameternya. Artinya, dengan bertambahnya
5. Jumlah perusahaan pengolahan rotan di Indonesia produksi rotan mentah di Indonesia sebesar 1% justru
(IND) menurunkan daya saing furniture rotan Indonesia hanya
sebesar 1,26 x 10-8% (ceteris paribus).
Pada dasarnya potensi rotan Indonesia masih belum
terberdayakan secara penuh. Sebagai gambaran, 7. Nilai produksi furniture rotan Indonesia (VAL)
potensi rotan di Indonesia mencapai 17.217.442 ton
(Kemenperin, 2012). Tetapi, hingga saat ini baru Hasil estimasi pada model regresi dapat diketahui
sekitar 170 ribu ton hasil produksi rotan per tahun yang bahwa nilai produksi furniture rotan Indonesia
mampu diproduksi oleh industri rotan dalam negeri. berpengaruh positif dan signifikan terhadap daya saing
Oleh sebab itu, ada potensi besar dari rotan yang belum furniture rotan Indonesia meskipun memiliki nilai
terberdayakan. Jika pemerintah mampu mengubah koefisien yang sangat kecil, yaitu sebesar 5,91 x 10-12.
potensi rotan menjadi suatu produk jadi olahan rotan Hal ini menandakan bahwa setiap kenaikan 1% nilai
dengan cara menambah jumlah perusahaan pengolahan produksi furniture rotan Indonesia dapat meningkatkan
rotan, maka nilai perdagangan Internasional dari daya saing furniture rotan Indonesia sebesar 5,91 x
industri furniture rotan dalam negeri akan dapat 10-12% (ceteris paribus). Besarnya nilai produksi dari
meningkat. Variabel jumlah perusahaan pengolahan industri furniture rotan Indonesia tersebut dipengaruhi
rotan Indonesia yang ditunjukkan pada model regresi oleh adanya sumber daya tenaga kerja yang cukup
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap dan pasokan bahan baku rotan yang cukup pula untuk
daya saing furniture rotan Indonesia dengan nilai pengembangan industri furniture rotan yang ada di
probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata 5%. Artinya, Indonesia. Semakin tinggi nilai produksi rotan di
peningkatan jumlah perusahaan pengolahan rotan di Indonesia mengindikasikan bahwa semakin banyaknya
Indonesia sebesar 1% dapat meningkatkan produksi produksi furniture rotan. Hal ini berdampak pada
rotan di Indonesia dan imbasnya pada peningkatan peningkatan daya saing furniture rotan Indonesia.
daya saingnya sebesar 0,0000225% (ceteris paribus).
8. Investasi pengolahan rotan Indonesia (INV)
6. Produksi riil rotan di Indonesia (PRD)
Nilai probabilitas variabel investasi pengolahan rotan
Hasil estimasi pada model menunjukkan bahwa nilai Indonesia, yaitu sebesar 0,0000 dimana lebih kecil dari
probabilitas variabel produksi riil rotan di Indonesia taraf nyata 5%. Hal ini menunjukan bahwa variabel
bernilai 0,0000. Artinya, lebih kecil dari taraf nyata investasi pengolahan rotan Indonesia berpengaruh
positif dan signifikan terhadap daya saing furniture bahwa nilai probabilitas variabel perbandingan tingkat
rotan Indonesia. Nilai koefisien investasi pengolahan suku bunga Indonesia dengan Negara pesaing sebesar
rotan di Indonesia memiliki nilai 2,10 x 10-11. Artinya, 0,0016 dimana lebih kecil dari taraf nyata 5%. Hal ini
akibat adanya peningkatan investasi pengolahan rotan menunjukan bahwa variabel perbandingan tingkat suku
di Indonesia sebesar 1% dapat meningkatkan daya bunga Indonesia dengan Negara pesaing berpengaruh
saing furniture rotan Indonesia meskipun hanya sebesar signifikan terhadap daya saing furniture rotan
2,10 x 10-11%, ceteris paribus. Dengan ditingkatkannya Indonesia. Nilai koefisien perbandingan tingkat suku
jumlah investasi terhadap pengolahan rotan di Indonesia bunga Indonesia dengan Negara pesaing memiliki nilai
dapat menumbuhkan perusahaan pengolahan rotan -0,000182. Artinya, setiap peningkatan perbandingan
di Indonesia. Hal ini berpengaruh langsung terhadap tingkat suku bunga Indonesia dengan Negara pesaing
peningkatan daya saing furniture rotan Indonesia di sebesar 1% dapat dapat menurunkan daya saing
kawasan ASEAN dan Tiongkok. furniture rotan Indonesia sebesar 0,000182%, ceteris
paribus.
9. Tenaga kerja langsung industri rotan Indonesia
(LBR) 11. Dummy diberlakukannya ASEAN-China Free Trade
Agreement (ACF)
Variabel tenaga kerja industri rotan Indonesia memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap daya saing Perjanjian ACFTA merupakan penandatangan kerja
furniture rotan Indonesia. Variabel ini memengaruhi sama antara negara-negara ASEAN dan Tiongkok yang
besarnya daya saing furniture rotan Indonesia ke dimulai pada Tahun 2010 untuk mengurangi hambatan
ASEAN dan Tiongkok dengan nilai koefisien sebesar perdagangan, salah satunya dengan penurunan tarif.
-5,46 x 10-9. Ternyata, menambah tenaga kerja Biaya masuk suatu produk barang akan menjadi
langsung pada industri furniture rotan Indonesia justru lebih murah ketika biaya tarif diturunkan sehingga
menurunkan daya saing furniture rotan itu sendiri. Dari menyebabkan harga produk menjadi lebih murah dan
nilai koefisien tersebut menunjukkan bahwa apabila semakin kompetitif. Semakin murah harga suatu produk
terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja langsung akan memberikan insentif bagi konsumen untuk terus
pada industri rotan di Indonesia sebesar 1% justru meningkatkan permintaan mereka sehingga ekspor
menyebabkan penurunan daya saing fueniture rotan furniture rotan Indonesia juga semakin meningkat.
Indonesia ke ASEAN dan Tiongkok sebesar 5,46 x 10-9% Hasil pengujian pada model menunjukan bahwa
dari jumlah sebelumnya, ceteris paribus. Sebagaimana nilai probabilitas variabel dummy ACFTA sebesar
kita ketahui, teknologi yang digunakan dalam proses 0,0000. Hal ini menjelaskan bahwa pemberlakuan
produksi furniture rotan di Indonesia masih sederhana ACFTA berpengaruh signifikan terhadap perubahan
dan masih tergantung terhadap cuaca sehingga daya saing furniture rotan Indonesia. Nilai koefisien
memengaruhi kualitas dan kuantitas produk furniture dummy ACFTA sebesar -0,000511. Artinya, akibat
rotan Indonesia. Menambah tenaga kerja langsung pada diberlakukannya ACFTA, daya saing furniture rotan
industri rotan sementara teknologi proses produksi Indonesia justru menjadi lebih rendah 0,000511 kali rata-
furniture rotan yang digunakan masih sederhana justru rata daya saing furniture rotan Indonesia dibandingkan
membuat biaya pada tenaga kerja menjadi semakin sebelum diberlakukan ACFTA, ceteris paribus. Hal itu
besar daripada keuntungan peningakatan jumlah menandakan bahwa dengan adanya ACFTA, industri
produksi furniture rotan Indonesia. furniture Indonesia belum bisa bersaing.
10. Perbandingan lending rate dengan Negara j (LDR) 12. Dummy kebijakan domestik pemerintah Indonesia
(PLC)
Akhir-akhir ini, pengusaha furniture rotan masih
mengeluhkan tingginya tingkat suku bunga di Nilai probabilitas dummy kebijakan pemerintah,
Indonesia. Suku bunga perbankan erat kaitannya yaitu 0,0000 lebih kecil dari taraf nyata 5%. Hal ini
dengan kelayakan usaha yang dilakukan, semakin menunjukan bahwa dummy kebijakan pemerintah
tinggi tingkat suku bunga perbankan (suku bunga atas ditutupnya aliran ekspor bahan baku mentah
pinjaman) maka para pemilik modal akan enggan rotan maupun setengah jadi berpengaruh signifikan
menanamkan modalnya pada usaha industri furniture terhadap daya saing furniture rotan Indonesia. Nilai
rotan. Hasil pengujian pada model regresi menunjukan koefisien dummy kebijakan pemerintah sebesar 0,0013.
Artinya, akibat kebijakan pemerintah atas pelarangan pembudidayaan rotan masih dilakukan secara terbatas.
mengekspor rotan mentah maupun setengah jadi, Faktor jumlah industri pengolahan rotan di Indonesia,
daya saing furniture rotan Indonesia meningkat jumlah investasi, produksi riil rotan dan nilai produksi
sebesar 0,0013 kali dari rata-rata daya saing furniture rotan tersebut dalam pembahasan regresi FEM
rotan Indonesia dibandingkan sebelum diberlakukan diketahui memengaruhi daya saing furniture rotan
kebijakan pemerintah tersebut, ceteris paribus. Indonesia. Dengan kondisi saat ini bahwa pengambilan
Dilarangnya ekspor bahan baku rotan mentah ke bahan baku rotan masih bergantung sepenuhnya dari
luar negeri akan membuat pasokan bahan baku rotan hutan, pemerintah diharapkan lebih giat lagi dalam
digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku upaya pengelolaan hutan di Indonesia serta mendukung
industri pengolahan rotan Indonesia sehingga dapat program pembudidayaan tanaman rotan.
meningkatkan daya saing furniture rotan Indonesia.
Dalam hal proses pengolahan rotan, teknologi yang
Rekomendasi Strategi Peningkatan Daya Saing digunakan saat ini masih tradisional sehingga hal
Furniture Rotan Indonesia di Kawasan ASEAN dan inilah yang menjadi salah satu kendala furniture rotan
Tiongkok Indonesia belum bisa bersaing di level Internasional.
Faktor tenaga kerja langsung dalam regresi FEM
a. Pendirian pusat pengembangan atau pusat pelatihan mempunyai pengaruh yang negatif. Artinya, dalam
dan pengembangan desain yang inovatif maupun peningkatan daya saing furniture rotan di Indonesia
standart mutu furniture rotan Indonesia saat ini, industri-industri furniture rotan Indonesia harus
dapat mengurangi jumlah tenaga kerja langsung dan
Melihat dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap menggantinya dengan teknologi pengolahan rotan yang
daya saing furniture rotan Indonesia berdasarkan FEM lebih modern dan tidak bergantung kepada cuaca.
terhadap variabel dependen NRCA, yaitu harga ekspor,
volume ekspor, harga furniture rotan dunia dan harga c. Perbaikan infrastruktur maupun rantai distribusi,
rotan mentah dunia. Oleh karena itu, pengembangan perbaikan sistem informasi pasar rotan Serta
desain yang inovatif dan standart mutu yang tinggi perlu penguatan brand image furniture rotan Indonesia
dilakukan agar dapat meningkatkan daya saingnya.
Menurut Maharani & Handojo (2012), minimnya Penghentian ekspor bahan baku rotan ternyata
desain yang dibuat secara independen oleh industri ini belum membuat industri furniture rotan di Indonesia
membuat nilai jual produk furniture rotan Indonesia mendapat pasokan bahan baku yang memadai.
masih tergantung dan dikontrol oleh buyer. Sejumlah pengrajin di daerah asal bahan baku rotan
seperti Cirebon, Semarang, Surabaya, Jakarta dan
Selain desain, aspek sumber daya manusia juga sangat daerah industri pengolah bahan baku rotan tetap
berpengaruh terhadap desain furniture rotan yang baru kekurangan bahan baku. Kesulitan mendapatkan bahan
dan inovatif. Penelitian Sriwarno (2004) menunjukkan baku ini disebabkan oleh kelangkaan yang terjadi
bahwa banyak sekali tenaga kerja perusahaan furniture karena sistem perdagangan dan distribusi antar pulau
rotan yang kurang terdidik. Aspek rendahnya kualitas yang kurang baik, sehingga rotan dari Sumatera,
pendidikan akan berpengaruh terhadap perilaku dan Kalimantan dan Sulawesi sulit masuk ke Pulau Jawa
apresiasi masyarakat terhadap desain furniture rotan. (Dewi, 2015). Pemerintah daerah asal bahan baku rotan
Pengembangkan pusat pelatihan dan desain dengan diharapkan dapat membangun industri hulu yang dapat
menggandeng perguruan tinggi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasokan bahan baku industri
memecahkan masalah sumberdaya manusia saat ini. hilir. Bagi pengusaha industri furniture rotan, jaringan
pendistribusian bahan baku rotan ini saja belum cukup
b. Menjamin ketersediaan bahan baku rotan dan untuk meningkatkan daya saing furniture rotan di
peningkatan teknologi industri pengolahan rotan pasar Internasional. Perlu perbaikan sistem informasi
pasar serta pembentukan brand image furniture rotan
Potensi rotan dari hutan alam sangat tergantung pada Indonesia. Pembentukan brand image rotan Indonesia
kondisi hutannya. Kerusakan hutan dan pengalihan adalah suatu hal yang tidak mudah. Perlu modal besar
fungsi kawasan dapat menjadi ancaman bagi tanaman untuk keperluan promosi dan layanan penjualannya.
rotan. Akibat terganggunya habitat rotan maka potensi Dengan kondisi tingginya pinjaman bunga Bank di
rotan dapat terus menurun, sedangkan di sisi lain Indonesia saat ini dapat mengakibatkan para pemilik
Pusakasari AS. 2014. Regresi panel dengan metode Silalahi D, Sitepu R, Tarigan G. 2014. Analisis ketahanan
weighted cross-section SUR pada data pangan provinsi Sumatera Utara dengan metode
pengamatan gross domestic product dengan regresi data panel. Saintia Matematika 2(3):
heterokedastisitas dan korelasi antar individu 237–251.
(cross-section correlation). Jurnal Mahasiswa Sriwarno. 2004. Konteks usaha pengembangan desain
Statistik 2(6):477–480. mebel rotan di lingkungan industri rotan Cirebon
Ratnasari NPAM, Kencana IPEN, Gandhiadi GK. 2014. dan penerapan sistem HKI (Hak Kekayaan
Aplikasi regresi data panel dengan pendekatan Intelektual). Jurnal Desain 2d3D 1(2): 99–124.
Fixed Effect Model (studi kasus: PT PLN Sumardjani L. 2009. Konsep lima kekuatan Porter untuk
Gianyar). E-Jurnal Matematika 3(1):1–7. membedah kondisi industri rotan Indonesia.
Sanidas E, Shin Y. 2010. Comparison of Revealed Jurnal Manajemen Hutan Tropika 15(1):41–44.
Comparative Advantage Indices with Application Yu R, Cai J, Leung PS. 2009. The normalized revealed
to Trade Tendencies of East Asian Countries. comparative advantage index. The Annals of
9th Korea and the World Economy Conference. Regional Science 43(1):267–282.
Incheon.