Anmal Nafrah Sken C Blok 24

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 22

Analisis Masalah

1. Dr. Amril baru bertugas 9 bulan sebagai Kepala Puskesmas “RAMBA”. Puskesmas “RA
MBA” berada di kecamatan “PADANG MERAH” yang terdiridari 4 Desa, yang total pen
duduk 45 ribujiwa. 4 Desa di PADANG MERAH ini terletak dilereng gunung yang dikelil
ingi oleh Hutan Cemara. Dilereng gunung mengalir sungai kecil yang memiliki air yang je
rnih dan penuh bebatuan, hampir semua penduduk disini bekerja dengan memecah batu u
ntuk kemudian dijual ke kota.
a. Apa hazard dari pemecahan batu dan bagaimana dampaknya bagi kesehatan?
(11, 10, 9)

Chemical hazards (occupational poisoning)

Workers in different occupations are exposed to thousands of chemicals, some


of which can cause occupational diseases. For the sake of discussion, these
chemicals are classified according to their physical state, chemical composition
or physiological action.

Pulmonary dust diseases

Silicosis: silicosis results from the inhalation of respirable particles of free


crystalline silica (SiO2). Exposure occurs in mining and quarrying operations,

stone cutting and shaping, foundry operations, glass and ceramics manufacture,
sandblasting and manufacture of abrasive soaps. It takes many years to develop
the disease (7-10 years, sometimes less) and this depends on the concentration
of the dust at the workplace, its silica content, the particle size and on
individual susceptibility. The dust particles settle in the lungs and cause small
nodules of fibrosis that progressively become more numerous, enlarge and
coalesce causing fibrosis and progressive loss of lung function and disability.
There may be coughing and expectoration. In the early stages there may be
signs detectable by X-ray but later on the worker complains of increasing
dyspnoea on exertion. Complications include pulmonary tuberculosis and
cardiac or respiratory failure. The disease can be detected even before the
symptoms appear by X-ray examination which shows numerous bilateral
nodular shadows of different sizes or large masses of fibrosis.
b. Bagaimana proporsionalitas wilayah kerja puskesmas ramba dengan wilayah
kerja 4 desa dengan 45rb penduduk? (10, 9, 8)
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor 34 tahun 2015 tentang Kriteria Daerah Kabupaten/Kota
Peduli Hak Asasi Manusia
Rasio Puskesmas terhadap penduduk adalah merupakan perbandingan ideal
antara jumlah ketersediaan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) terhadap
jumlah penduduk dengan Rasio ideal sebesar 1 : 16.000
Di kasus ini 1:45000, yang berarti belum ideal.

2. Mereka juga memanfatkan sungai ini untuk MCK sehingga tidak jarang ada saat musim p
anas, air sungai surut dan bersamaan dengan itu terjadi Diarrhae pada sebagaian besar pen
duduk disini. Ke 4 Desa telah menerima “picuan” Jamban dari pemerintah, tapi jamban itu
tidak dimanfaatkan dengan baik dan penduduk disini masih menggunakan Sungai dengai s
umber MCK mereka
a. Bagaimana kriteria MCK yang ideal? (9, 8, 7)
b. apa hubungan MCK dengan diare pada kasus? (8, 7, 6)
c. apa dampak digunakannya air sungai sebagai sumber air MCK? (7, 6, 5)
- Mencemari air sungai akibat aktivitas mandi, cuci, dan buang air
- Mengganggu bahkan merusak keseimbangan ekosistem perairan
- Timbulnya eutrofikasi
- Kualitas air sungai menjadi semakin menurn
- Menampilkan pemandangan yang kurang enak dipandang karena daerah
terkesan jorok dan kumuh
- Timbulnya berbagai penyakit
-Keberadaan bakteri coliform dapat menularkan jenis penyakit tertentu
utamanya penyebab terjadinya penyakit pada perut, antara lain: disentri,
tipus dan kolera.
d. bagaimana hubungan antara musim panas dan surutnya air sungai dengan
kejadian diare? (6, 5, 4)

Laporan Tutorial Skenario C Blok 24 G3 Page 2


Diare lebih tinggi di musim kemarau karena konsentrasi kuman
di air minum lebih banyak. Misalnya sungai, dalam kondisi di musim
hujan kan airnya banyak dan mengalir. Kalau sudah makin kering
airnya mengalir lebih lambat, konsentrasi kuman makin banyak
Air dapar menjadi media dalam penyebaran penyakit yang di kenal
dengan water borne diseases, tidak terkecuali air minum (Rose et al., 2001).
Diare merupakan salah satu penyakit yang dapat ditularkan melalui air.
Sumber air bersih masih menjadi isu prioritas utama di wilayah pasifik,
termasuk negara Indonesia. Kurangnya cakupan air bersih merupakan salah
satu faktor penting dalam kejadian penyakit diare (Singh, et al., 2001).
Vektor borne diseases yang menjadi perhatian terkait dengan perubahan iklim
adalah penyakit malaria, demam berdarah dengue, dan yellow fever. Selain
itu, perubahan iklim juga berdampak terdahap penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui hewan pengerat (rodent-borne diseases) dan penyakit
diare. (WHO, 2003; Heines et al., 2006).
WHO (2004) dalam Kolstad & Johansson (2011) memperkirakan bahwa
peningkatan suhu 1 derajat C akan menyebabkan peningkatan kasus diare
sebsar 5% dan diestimasikan perubahan suhu sebesar 1 0C menyebabkan
peningkatan kasus diare sebesar 0-10%. Lebih dari 90% kasus kematian
karena penyakit diare terjadi di Afrika, Eastern Mediterania, dan Asia
Tenggara (WHO, 2008) dan sekitar 17% dari kematian tersebut terjadi pada
anak – anak (Kolstad & Johansoon, 2011).
Waterborne disease seperti penyakit kolera dan beberapa penyakit diare
seperti giardiasis, salmonellosis dan cryptosporidiosis terjadi pada
kontaminasi air minum dan frekuensinya meningkat pada kondisi iklim yang
lebih panas.
Dampak lain yang mulai terlihat adalah terjadinya kekeringan di berbagai
wilayah. Hampir 90% kasus diare yang terjadi diakibatkan oleh akses air
bersih yang kurang, air minum yang tidak aman, dan sanitasi yang kurang
bagus (WHO, 2009).

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312878-S%2043169-Hubungan%20perubahan-full
%20text.pdf

Laporan Tutorial Skenario C Blok 24 G3 Page 3


e. Bagaimana cara mengedukasi masyarakat supaya mau menggunakan jamban
dr pemerintah? (5, 4, 3)
1) Memberikan informasi yang baik kepada kepada masyarakat. Artinya
dengan mendengarkan apa yang disampaikan oleh masyarakat khususnya
tentang jamban berarti petugas kesehatan mendengarkan informasi apa
saja yang dibutuhkan oleh setiap masyarakat dan dalam memberikan
informasi petugas kesehatan menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti oleh klien,
2) Menghindari pemberian informasi yang berlebihan. Masyarakat
membutuhkan penjelasan untuk menentukan pilihan (informed choice).
Namun tidak semua mayarakat dapat menangkap semua informasi
tentang berbagai manfaat dari menggunakan. Dengan kata lain terlalu
banyak informasi yang diberikan maka akan menyebabkan kesulitan bagi
klien dalam mengingat informasi tersebut. Sehingga perlunya petugas
kesehatan harus memberikan waktu bagi klien untuk berdiskusi,bertanya
dan mengajukan pendapat tentang pentingnya jamban bagi kesehatan dan
lingkungan.
3) Petugas kesehatan atapun tokoh penyuluh lainnya menyediakan metode
yang diingini oleh klien dengan maksud petugas membantu klien
membuat keputusan ataupun petugas kesehatan memberikan konseling
tentang menggunakan jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan
sekaligus petugas mendorong klien untuk berpikir melihat persamaan
yang ada dan membandingkan dengan buang air besar disembarang
tempat sehingga dengan cara demikian maka klien akan menggunakan
jamban tersebut dengan baik.
4) Membantu masyarakat untuk mengerti dan mengingat cara menggunakan
jamban dengan sehat. Petugas kesehatan memberi contoh dan
menjelaskan pada klien bagaimana cara-cara pemakaiannya. Petugas juga
memperlihatkan dan menjelaskan dengan flip charts, poster, pamflet atau
halaman bergambar. Petugas juga perlu melakukan penilaian bahwa klien
telah mengerti,jika memungkinkan klien dapat membawa bahan-bahan
tersebut ke rumah. Ini akan membantu klien mengingat apa yang harus

Laporan Tutorial Skenario C Blok 24 G3 Page 4


dilakukan dan juga dapat memberi tahu kepada orang lain sebagaimana
apa yang menjadi tujuan dari promosi kesehatan.
Didalam kebijakan nasional promosi kesehatan telah menetapkan tiga
strategi dasar promosi kesehatan yaitu penggerakaan dan
pemberdayaan,bina suasana dan advokasi. Ketiga strategi tersebut
diperkuat oleh kemitraan serta metode dan sarana komunikasi yang tepat.
Strategi tersebut harus dilaksanakan secara lengkap dan
berkesinambungandalam mengubah perilaku baru masyarakat menjadi
lebih baik yang diperlukan oleh program kesehatan
https://media.neliti.com/media/publications/37234-ID-faktor-faktor-
yang-mempengaruhi-perilaku-masyarakat-tentang-penggunaan-jamban-
di.pdf

f. Bagaimana pemanfaatan / pemeliharaan kebersihan sungai yang baik? (4, 3,


2)

3. Puskesmas “RAMBA” adalah Puskesmas Kecamatan yang mempunyai SDM Kesehatan


yang cukup lengkap. Puskesmas ini memiliki Struktur Manajemen yang baik dan selalu
mendapat pujian dari Dinas Kesehatan Kabupaten khususnya pada penanganan Penyakit-
penyakit menular Lingkungan. Data terakhir yang dilaporkan pada Dinkes Kabupaten, pa
da setiap Desa terdapat penderita TB MDR, 2 orang penderita pada salah satu Desa telah
dinyatakan Sembuh dari TB.
a. bagaimana struktur mananjemen puskesmas yang baik? (3, 2, 1)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.75 tahun 2014 pasal 33 ayat (1),
puskesmas dipimpin oleh seorang kepala puskesmas. Sementara itu, organisasi
puskesmas dijelaskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.75 tahun 2014
pasal 34 ayat (1) dan (2). Pada ayat (1) dijelaskan bahwa Organisasi
Puskesmas disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/kota berdasarkan kategori,
upaya kesehatan dan beban kerja Puskesmas. Organisasi Puskesmas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas:
a. kepala Puskesmas;
b. kepala sub bagian tata usaha;
c. penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat;

Laporan Tutorial Skenario C Blok 24 G3 Page 5


d. penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium; dan
e. penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan.
Manajemen Pelayanan Puskesmas
1. Perencanaan
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana Puskesmas untuk mengatasi
masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Rencana Puskemas dibedakan
atas dua macam yaitu Rencana Usulan Kegiatan (RUK) untuk kegiatan pada
setahun mendatang dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) pada tahun
berjalan. Perencanaan Puskesmas disusun meliputi upaya kesehatan wajib,
upaya kesehatan pilihan dan upaya inovatif baik terkait dengan pencapaian
target maupun mutu Puskesmas. Istilah RUK dan RPK merupakan istilah
umum, adapun istilah/terminologi yang dipergunakan dalam perencanaan
disesuaikan dengan pedoman penganggaran di daerah.
Proses perencanaan Puskesmas harus disesuaikan dengan mekanisme
perencanaan yang ada baik perencanaan sektoral maupun lintas sektoral
melalui Musrenbang di setiap tingkatan administrasi.
a. Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Rencana Usulan Kegiatan adalah perencanaan kegiatan Puskesmas untuk tahun
mendatang, sering disebut dengan istilah H+1. Perencanaan disusun dengan
mengacu pencapaian indikator Kecamatan Sehat dalam mewujudkan
pencapaian indikator SPM.
b. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)/ Plan of Action (POA)
Rencana Pelaksanaan Kegiatan disusun setelah Puskesmas mendapatkan
alokasi anggaran. Penyusunan RPK berdasarkan RUK tahun yang lalu dengan
dilakukan penyesuaian (adjustment) terhadap target, sasaran dan sumberdaya.
RPK disusun dalam bentuk matrik Gantt Chart dan dilengkapi dengan
pemetaan wilayah (mapping).
Contoh Gantt Chart Usulan Kegiatan

Laporan Tutorial Skenario C Blok 24 G3 Page 6


Contoh Gantt Chart Pelaksanaan Kegiatan (POA)
Upaya pelaksanaan …

Contoh Pemetaan Wilayah Upaya Kesehatan (Mapping)

Laporan Tutorial Skenario C Blok 24 G3 Page 7


2. Pelaksanaan Pengendalian
Pelaksanaan dan pengendalian adalah proses penyelenggaraan, pemantauan
serta penilaian terhadap kinerja penyelenggaraan rencana tahunan Puskesmas,
baik rencana tahunan upaya kesehatan wajib maupun rencana tahunan upaya
kesehatan pilihan, dalam mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas. Langkah-langkah pelaksanaan dan pengendalian adalah sebagai
berikut :
a. Pengorganisasian
Untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan Puskesmas perlu dilakukan
pengorganisasian. Ada dua macam pengorganisasian yang harus dilakukan.
Pertama, pengorganisasian berupa penentuan para penanggungjawab dan para
pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah kerja.
Dengan perkataan lain, dilakukan pembagian tugas seluruh program kerja dan
seluruh wilayah kerja kepada seluruh petugas Puskesmas dengan
mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya. Penentuan para
penanggungjawab ini dilakukan melalui penggalangan tim pada awal tahun
kegiatan.
Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim secara lintas
sektoral. Ada dua bentuk penggalangan kerjasama yang dapat dilakukan :
1) Penggalangan kerjasama dua pihak yakni antara dua sektor terkait,
misalnya antara Puskesmas dengan sektor Sosial/ Kesra pada waktu
penyelenggaraan upaya kesehatan usia lanjut (Usila).
2) Penggalangan kerjasama banyak pihak yakni antar berbagai sektor terkait,
misalnya antara Puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor agama, pada
penyelenggaraan upaya kesehatan sekolah (UKS).
Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat dilakukan :
1) Secara langsung yakni antar sektor terkait
2) Secara tidak langsung yakni dengan memanfaatkan pertemuan koordinasi
kecamatan.
b. Penyelenggaraan
Setelah pengorganisasian selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah
menyelenggarakan rencana kegiatan Puskesmas, dalam arti para

Laporan Tutorial Skenario C Blok 24 G3 Page 8


penanggungjawab dan para pelaksana yang telah ditetapkan pada
pengorganisasian. Untuk dapat terselenggaranya rencana tersebut perlu
dilakukan kegiatan sebagai berikut :
1) Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah disusun terutama yang
menyangkut jadwal pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah kerja dan
rincian tugas para penanggungjawab dan pelaksana.
2) Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk tiap petugas sesuai dengan
rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disusun. Beban kegiatan Puskesmas
harus terbagi habis dan merata kepada seluruh petugas.
3) Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Dalam penyelenggaraannya harus memperhatikan :
a) Azas Penyelenggaraan Puskesmas
Penyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus menerapkan keempat azas
penyelenggaraan Puskesmas yaitu pertanggungjawaban wilayah,
pemberdayaan masyarakat, keterpaduan dan rujukan.
b) Standar dan pedoman Puskesmas
Dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas harus mengacu pada standar dan
pedoman Puskesmas, baik yang bersifat teknis program, manajemen maupun
administratif.
c) Kendali mutu
Penyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus menerapkan kendali mutu, yaitu
kepatuhan terhadap standar dan pedoman pelayanan serta etika profesi.
d) Kendali biaya
Penyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus menerapkan kendali biaya yaitu
kepatuhan terhadap standar dan pedoman pelayanan serta etika profesi dan
terjangkau oleh pemakai jasa pelayanan.
c. Pemantauan
Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan kegiatan pemantauan yang
dilakukan secara berkala. Kegiatan pemantauan mencakup hal-hal sebagai
berikut :
1) Melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai baik
secara internal maupun eksternal.

Laporan Tutorial Skenario C Blok 24 G3 Page 9


a) Telaahan internal yaitu telaahan bulanan terhadap penyelenggaraan
kegiatan dan hasil yang dicapai oleh Puskesmas, dibandingkan dengan rencana
dan standar pelayanan. Data yang dipergunakan diambil dari SIMPUS.
Kesimpulan dirumuskan dalam bentuk kinerja (cakupan, mutu dan biaya)
Puskesmas dan masalah/ hambatan. Telaahan bulanan ini dilakukan dalam
forum Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas.
b) Telaahan eksternal yaitu telaahan tribulanan terhadap hasil yang dicapai
oleh sarana pelayanan kesehatan primer serta sektor lainnya yang terkait di
wilayah kerja Puskesmas. Telaahan eksternal ini dilakukan dalam forum
Lokakarya Mini Tribulan Puskesmas.
2) Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan
pencapaian kinerja Puskesmas serta masalah dan hambatan yang ditemukan
dari hasil telaahan bulanan dan triwulan.
d. Penilaian
Kegiatan penilaian dilakukan pada akhir tahun anggaran dengan cara Penilaian
Kinerja Puskesmas yang diukur menggunakan indikator kinerja Puskesmas.
Kegiatan tersebut mencakup :
1) Melakukan penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang
dicapai, dibandingkan dengan rencana tahunan dan standar pelayanan. Sumber
data yang dipergunakan dalam penilaian yaitu sumber data primer dari
SIMPUS dan sumber data sekunder yaitu hasil pemantauan bulanan dan
tribulanan, serta data lain yang dikumpulkan secara khusus.
2) Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan
pencapaian serta masalah dan hambatan yang ditemukan untuk rencana tahun
berikutnya.
3) Melaporkan hasil kegiatan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota pada
akhir tahun berjalan.
3. Pengawasan pertanggungjawaban
Pengawasan dan pertanggungjawaban adalah proses memperoleh kepastian
atas kesesuaian penyelenggaraan dan pencapaian tujuan Puskesmas terhadap
rencana dan peraturan perundang-undangan serta berbagai kewajiban yang
berlaku. Untuk terselenggaranya pengawasan dan pertanggungjawaban
dilakukan kegiatan :

Laporan Tutorial Skenario C Blok 24 G3 Page 10


a. Pengawasan
Pengawasan dibedakan menjadi internal dan eksternal. Pengawasan internal
dilakukan secara melekat oleh atasan langsung, adapun pengawasan eksternal
dilakukan oleh masyarakat, dinas kesehatan kabupaten/kota serta berbagai
institusi pemerintah terkait. Pengawasan mencakup aspek administratif,
keuangan dan teknis pelayanan. Apabila ditemukan adanya penyimpangan baik
terhadap rencana, standar, peraturan perundangan maupun berbagai kewajiban
yang berlaku perlu dilakukan pembinaan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
b. Pertanggungjawaban
Pada setiap akhir tahun anggaran, Kepala Puskesmas harus membuat laporan
pertanggungjawaban tahunan yang mencakup pelaksanaan kegiatan, serta
perolehan dan penggunaan berbagai sumberdaya termasuk keuangan dan
laporan akuntabilitas (LAKIP). Laporan tersebut disampaikan kepada Dinas
kesehatan kabupaten/kota serta pihak terkait lainnya, termasuk masyarakat
melalui forum masyarakat. Apabila terjadi penggantian Kepala Puskesmas
ataupun penanggungjawab program, maka Kepala Puskesmas dan
penanggungjawab program yang lama diwajibkan membuat laporan
pertanggungjawaban masa jabatannya.

b. Bagaimana manajemen penanganan penyakit menular yang baik? (2, 1, 11)


c. SDM apa saja yang ada di dalam puskesmas? (1, 11, 10)
d. Apa saja yang dapat menyebabkan TB MDR? (11, 10, 9)
e. apa saja tindakan yang dilakukan oleh puskesmas sehingga dapat mencegah
penularan dari TB MDR? (10, 9, 8)
f. apa saja laporan puskesmas yang harus dilaporkan ke dinas kesehatan
kabupaten/kota? (9, 8, 7)
Pelaporan terpadu Puskesmas menggunakan tahun kalender yaitu dari bulan
Januari sampai dengan Desember dalam tahun yang sama. Adapun formulir
Laporan yang digunakan untuk kegiatan SP2TP adalah: 1) Laporan bulanan,
yang mencakup: Data Kedakitan (LB.1), Data Obat-Obatan (LB.2), Gizi, KIA,
Imunisasi dan Pengamatan Penyakit menular (LB.3) serta Data Kegiatan
Puskesmas (LB.4); 2) laporan Sentinel, yang mencakup: Laporan Bulanan
Sentinel (LB1S) dan, Laporan Bulanan Sentinel (LB2S); 3) Laporan Tahunan,

Laporan Tutorial Skenario C Blok 24 G3 Page 11


yang mencakup: Data dasar Puskesmas (LT-1), Data Kepegawaian (LT-2) dan,
Data Peralatan (LT-3). Laporan Bulanan (LB) dilakukan setiap bulan dan
baling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dikirim ke Dinas Kesehatan Dati II.
Laporan bulanan sentinel LB1S dan LB2S setiap tanggal 10 bulan berikutnya
dikirim ke Dinas Kesehatan Dati II, Dati I dan Pusat (untuk LB1S ke Ditjen
PPM dan LB2S ke Ditjen Binkesmas), sedangkan Laporan Tahunan (LT)
dikirim selambat-lambatnya tanggal 31 januari tahun berikutnya. Khusus untuk
laporan LT-2 (data Kepegawaian) hanya di isi bagi pegawai yang baru/belum
mengisi formulir data Kepegawaian (Ahmad, 2005).
g. Apa saja contoh "penyakit-penyakit menular lingkungan" ? (8, 7, 6)

4. Dr. Amril sejak bertugas di Puskesmas RAMBA ini, mendapat laporan tentang banyak pa
sien ODGJ dan ditemukan 2 orang yang di pasung pada salah satu Desa. Untuk menanggu
langi hal ini, Dr Amril melakukan inovasi dengan mendirikan Poliklinik Khusus Jiwa pad
a Puskesmas RAMBA yang bekerjasama langsung dengan RSJ yang ada di Provinsi, sehi
ngga pasien-pasien ODGJ dapat dikontrol dengan baik dan minimal sebulan satu kali men
dapat kunjungan Dokter-dokter Residen yang sedang pendidikan Spesialis Kesehatan Jiwa
dan dr. Amril memanfaatkan kerjasama tersebut dengan membuat juga Program Promosi
Kesehatan Jiwa.
a. Apa saja faktor yang dapat menyebabkan gangguan jiwa? (7, 6, 5)
Menurut Maramis 2010 dalam Buku Ajar Keperawatan Jiwa, sumber penyebab
gangguan jiwa dapat dibedakan atas :
1. Faktor Somatik (Somatogenik), yaitu akibat gangguan pada
neuroanatomi, neurofisiologi,dan nerokimia, termasuk tingkat
kematangan dan perkembangan organik, serta faktorpranatal dan
perinatal.
2. Faktor Psikologik (Psikogenik), yaitu keterkaitan interaksi ibu dan
anak, peranan ayah,persaingan antara saudara kandung, hubungan
dalam keluarga,pkerjaan, permintaan masyarakat. Selain itu, faktor
intelegensi, tingkat perkembangan emosi, konsep diri, dan pola adaptasi
juga akan mempengaruhi kemampuan untuk menghadapi masalah.
Apabila keadaan tersebut kurang baik, maka dapat menyebabkan
kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa bersalah yang berlebihan.

Laporan Tutorial Skenario C Blok 24 G3 Page 12


3. Faktor Sosial Budaya, yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola
mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok
minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, dan
kesejahteraan yang tidak memadai, serta pengaruh mengenai
keagamaan
Sedagangkan Menurut Faris tahun 2016 faktor-faktor penyebab gangguan jiwa
diantaranya :
1. Usia
Pada usia menginjak dewasa,dimana pada usia ini merupakan usia yang
produktif, dimana seseorang dituntut untuk menghadapi dirinya sendiri
secara mandiri, masalah yang dihadapi juga semakin banyak, bukan
hanya masalah dirinya sendiri tetapi juga harus memikirkan anggota
keluarganya.
2. Tidak bekerja
Tidak mempunyai pekerjaan mengakibatkan seseorang tidak
mempunyai penghasilan dan gagal dalam menunjukan aktualisasi
dirinya, sehingga seseorang tidak bekerja tdak mempunyai kegiatan dan
memungkinkan mengalami harga diri rendah yang berdampak pada
gangguan jiwa.
3. Kepribadian yang tertutup
Seseorang yang memiliki kepribadian tertutup cenferung menyimpan
permasalahannya sendiri sehingga masalah yang dihadapi akan semakin
menumpuk. Hal ini yang membuat seseorang tidak bisa menyelesaikan
permasalahan dan enggan mengungkapkan sehingga menimbulkan
depresi dan mengalami gagguan jiwa.
4. Putus obat
Pada beberapa penelitian menunjukan bahwa seseorang dengan
gangguan jiwa harus minum obat seumur hidup, terkadang klien merasa
bosan, dan kurang pengetahuan akan menghentikan minum obat dan
merasa sudah sembuh.
5. Pengalaman yang tidak menyenangkan

Laporan Tutorial Skenario C Blok 24 G3 Page 13


Pengalaman tidak menyenangkan yang daialami misalnya adanya
aniaya seksual, aniaya fisik, dikucilkan oleh masyarakat atau kejadian
lain akan memicu seseorang mudah mengalami ganguan jiwa
6. Konflik dengan teman atau keluarga
Seseorang yang memepunyai konflik dengan keluarga misalnya karena
harta warisan juga dapat membuat seseorang mengalami gangguan
jiwa. Konflik yang tidak terselesaikan dengan teman atau keluarga akan
memicu stressor yang berlebihan. Apabila seseorang mengalami
stressor yang berlebihan namun mekanisme kopingnya buruk, maka
kemungkinan besar seseorang akan mengalami gangguan jiwa.

b. bagaimana cara mengedukasi masyarakat tentang ODGJ? (6, 5, 4)

- Memberikan pengetahuan mengenai kesehatan mental atau kejiwaan


(termasuk psikososial) kepada masyarakat maka secara bertahap.

Edukasi dapat dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk pekerja sosial


dan tenaga kesejahteraan sosial atau pun relawan, sebagai upaya kampanye
dan promosi yang dilakukan dengan berbagai metode yaitu curah pendapat,
demonstrasi, ceramah dan bermain peran. Proses edukasi tentang pemasungan
pada ODGJ perlu didukung oleh ketersediaan media edukasi, misalnya
Kementerian Kesehatan telah menyediakan berbagai leaflet, brosur, lembar
balik dan lain-lain.

Media edukasi yang dapat digunakan meliputi media cetak, media


elektronik dan media papan. Media cetak diantaranya adalah booklet, leaflet,
flyer (selebaran) seperti leaflet tapi tidak dilipat, flip chart (lembar balik),
rubrik (tulisan pada surat kabar), poster yang di tempel di tembok/tempat
umum, dan foto yang mengungkap informasi kesehatan. Media elektronik
dapat memanfaatkan televisi dan radio, juga internet. Sedangkan media papan
(billboard) digunakan untuk menempelkan informasi kesehatan jiwa yang
dibaca semua orang.

Media edukasi disusun berdasarkan pada lima kerangka tugas


kesehatan keluarga yaitu mengenali kondisi sehat atau adanya masalah
kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat untuk
mempertahankan kesehatan atau mengatasi masalah kesehatan, menyediakan
asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit, cacat atau yang
beresiko, mempertahankan kondisi lingkungan rumah yang kondusif untuk
mempertahankan kesehatan dan perkembangan personal masing-masing
anggota keluarga serta memanfaatkan sumbersumber pelayanan kesehatan
yang ada di masyarakat.

Laporan Tutorial Skenario C Blok 24 G3 Page 14


Isi media edukasi adalah tentang wawasan kesehatan jiwa, yang salah
satunya mengenai penanganan pemasungan ODGJ berbasis masyarakat.
Stigma (stigma diri, stigma orang lain dan stigma professional) dan rendahnya
wawasan keluarga dan masyarakat tentang kesehatan jiwa merupakan
hambatan utama dalam proses edukasi. Bidang sosial pun dapat mengambil
peran dalam edukasi keluarga.

Indikator pendukung proses edukasi pemasungan dapat dilihat dari


pemahaman keluarga tentang dampak pemasungan terhadap pasien dan
kesediaan keluarga memberi ijin untuk melepas pasung saat dikunjungi oleh
tim kesehatan jiwa puskesmas.

c. Apa saja program promosi kesehatan jiwa di puskesmas? (5, 4, 3)


1. Metode Promosi Individual (Perorangan)
Dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan
untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada
suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini
karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan
dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui
dengan tepat serta membantunya maka perlu menggunakan metode (cara) ini. Bentuk
pendekatan ini, antara lain:
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)
Dengan cara ini, kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang
dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan
dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima
perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b. Wawancara (interview)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan penyuluhan. Wawancara
antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak
atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk
mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai
dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan
yang lebih mendalam lagi.
2. Metode Promosi Kelompok
Dalam memilih metode promosi kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran
serta tingkat pendidikan formal daro sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya

Laporan Tutorial Skenario C Blok 24 G3 Page 15


akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitasnya suatu metode akan tergantung pula
besarnya sasaran pendidikan.a.
a. Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar di sini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih
dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah dan
seminar.
• Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah antara lain:
Persiapan:
- Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasaai materi apa yang
akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri.
- Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun
dengan diagram atau skema.
- Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide,
transparan, sound sistem, dan sebagainya.
Pelaksanaan:
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat
menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis),
penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
- Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan
gelisah.
- Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
- Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
- Berdiri di depan (di pertengahan), seyogyanya tidak duduk.
- Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.
• Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah
ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa
orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di
masyarakat.
b. Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok

Laporan Tutorial Skenario C Blok 24 G3 Page 16


kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain:
• Diskusi Kelompok
Dalam suatu kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi
dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga
mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya
dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk diantara
peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Dengan kata lain
mereka harus merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok
mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan
yang dapat berupa pertanyaan-pertanyaan atau kasus sehubungan dengan topik yang
dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus
mengarahkan dan mengatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat
kesempatan berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang
peserta.
• Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi dari metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama
dengan metode diskusi kelompk. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok
memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban
atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut
ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta
mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari siapapun. Baru setelah semua
anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya
terjadi diskusi.
• Memainkan Peranan (Role Play)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran
tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai
perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau
anggota masyarakat.
Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau berkomunikasi sehari-
hari dalam melaksanakan tugas.
3. Metode Promosi Massa
Metode pendidikan atau promosi kesehatan secara massa dipakai untuk

Laporan Tutorial Skenario C Blok 24 G3 Page 17


mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang
sifatnya massa atau publik. Dengan demikian cara yang paling tepat ialah pendekatan
massa. Oleh karena sasaran promosi ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan
golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan
sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini biasanya
digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaran masyarakat terhadap suatu
inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku. Namun
demikian, bila kemudian dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku juga merupakan
hal yang wajar. Pada umumnya bentuk pendekatan massa ini tidak langsung. Biasanya
dengan menggunakan atau melalui media massa. Beberapa contoh metode promosi
kesehatan secara massa ini, antara lain:
1) Ceramah umum (public speaking)
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri
Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato di hadapan massa rakyat untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu
bentuk pendekatan massa.
2) Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV
maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
3) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya
tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan pendekatan
pendidikan kesehatan massa.
4) Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya
jawab atau konsultasi tentang kesehatan dan penyakit adalah merupakan bentuk
pendekatan promosi kesehatan massa.
5) Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga
merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh: billboard Ayo ke Posyandu.

d. Apa dampak pasung bagi kesehatan? (4, 3, 2)


e. Apa syarat mendirikan poliklinik baru di puskesmas? (3, 2, 1)

5. Sejak 2 bulan terakhir dalam Suasana Pandemik Covid-19, Camat Kecamatan PADANG
MERAH mengistruksikan seluruh masyarakat dalam wilayah kerja Kecamatan PADANG

Laporan Tutorial Skenario C Blok 24 G3 Page 18


MERAH untuk mematuhi dan mengikuti semua instruksi Pemerintah Pusat dalam usaha
memutus rantai penularan Covid-19 di Indonesia. Namun 3 hari yang lalu, ada laporan sal
ah satu Lurah dikecamatan PADANG MERAH yang melaporkan ada Anak dari salah satu
Warganya “Pulang Mudik” dari Jakarta. Mendapat laporan itu, Camat Kecamatan PADA
NG MERAH langsung berkordinasi dengan dr. Amril dan seluruh Pemangku Kepentingan
se-Kecamatan, untuk melakukan tatalaksana penanganan Covid-19 termasuk membuat per
encanaan program promosi kesehatan dan tatalaksana rujukan ke RS rujukan Covid-19 di
Provinsi. Camat mengharapkan Covid-19 jangan sampai meluas mengenai seluruh pendud
uk yang ada di 4 Desa didalam kecamatan PADANG MERAH tersebut.
a. Bagaimana usaha pemerintah memutus rantai penularan covid-19? (2, 1, 11)
Kegiatan lockdown menjadi kebijakan Gubernur DKI Jakarta
berdasarkan nomor 5 tahun 2020 tentang Peniadaan Sementara Kegiatan
Peribadatan dan Keagamaan Di Rumah Ibadah Dalam Rangka Mencegah
Penyebaran Wabah corona virus disease (COVID-19).6 Dalam seruan ini
pemerintah menyampaikan peniadaan kegiatan peribadatan dan kegiatan
keagamaan lainnya yang mengumpulkan orang banyak yang dilaksanakan di
Masjid, Gereja, Pura, Wihara, Klenteng dan tempat ibadah lainnya termasuk
diantaranya ibadah shalat jumat, kebaktian, ibadah dan misa minggu, majelis
taklim, perayaan hari besar dan lain-lainnya. Selanjutnya disiapkan dan
disebarkan panduan bagi penyelenggara ibadah untuk melaksanakan ibadah di
rumah sebagai pengganti kegiatan yang ditiadakan. Seruan ini berlaku selama
14 hari sejak ditetapkan dan bisa diperpanjang bila diperlukan. Selain itu
diberikan kesadaran untuk peningkatan kewaspadaan dan disiplin guna
mencegah resiko COVID-19 dengan menjaga jarak aman dalam berinteraksi.
Pemda DKI Jakarta juga mensosialisasikan situs resmi
https://corona.jakarta.go.id guna mengetahui perkembangan penyebaran virus
corona secara benar. Selain itu mensosialisasikan panduan terkait
penanggulangan covid-19 berupa poster, stand banner, dan lain-lain yang dapat
diunduh melalui tautan https://bit.ly/PublikasiCoronaDKI. Seruan ini juga
didasarkan pada fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 14 tahun 2020 tentang
penyelenggaraan Ibadah Dalam Situasi terjadi wabah corona.
Terkait kebijakan lockdown, sebenarnya juga sudah diatur dalam
UndangUndang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.

Laporan Tutorial Skenario C Blok 24 G3 Page 19


Karantina adalah pembatasan kegiatan atau pemisahan seseorang yang terpapar
penyakit menular sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan, meskipun belum menunjukkan gejala apapun atau sedang berada
dalam masa inkubasi, atau pemisahan peti kemas, alat angkut, atau barang
apapun yang diduga terkontaminasi dari orang atau barang yang mengandung
penyebab penyakit atau sumber bahan kontaminasi lain untuk mencegah
kemungkinan penyebaran ke orang atau Barang di sekitarnya.

WHO pun memberikan rekomendasi spesifik kepada Indonesia dalam


penanganan penyebaran Covid-19 yaitu:

1) Aktivasi emergensi nasional dan membentuk Tim Khusus yang memiliki


kewenangan mengambil keputusan berbasis bukti-bukti.
2) Memperluas deteksi kasus secara intensif serta pelacakan kontak untuk
mengetahui secara pasti di wilayah Indonesia mana saja yang terjadi
penularan aktif;
3) Mendorong desentralisasi kapasitas laboratorium terutama pada
laboratorium yang mempunyai kapasitas serta meningkatkan kapasitas lab
yang ada.
4) Mengumumkan kasus terkonfirmasi dan menyampaikan perincian
pelacakan kontak segera kepada WHO agar dapat di analisa dan
memberikan advise kepada pemerintah;
5) Opsi containment antara lain: meliburkan sekolah;  membatalkan
pertemuan dalam jumlah besar; menghindari perjalanan ke tempat umum;
6) Mempromosikan dan menjaga jarak ketika bersosialisasi tidak boleh
berjabat tangan, mencium atau memeluk dan langkah-langkah
perlindungan dasar lain (mencuci tangan dan masker). 
7) Menyarankan orang yang menunjukkan gejala pernapasan untuk tetap
tinggal di rumah, mengisolasi diri, dan segera memeriksakan diri ke
fasilitas pelayanan kesehatan.
8) Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam jumlah besar di
132 RS rujukan. Sarana dan prasarana ini meliputi stok Alat Pelindung
Diri, ventilator, respirator, dan bahan dan sarpras medis lainnya. Selain itu
perlu kantong-kantong mayat dan tata cara pemakaman yang aman untuk
setiap orang yang meninggal akibat infeksi saluran pernapasan.

b. Bagaimana cara mengedukasi masyrakat mengenai covid-19? (1, 11, 10)


- Memperbaharui informasi tentang Covid-19 secara reguler dan
menempatkan di area yang mudah dilihat oleh pengunjung. Menyediakan
media komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mengenai pencegahan
dan pengendalian Covid-19 di lokasi strategis di setiap tempat umum.

Laporan Tutorial Skenario C Blok 24 G3 Page 20


- Mempromosikan Gerakan Masyarakat Sehat (Germas) dengan cara
memasang poster mengenai pentingnya cuci tangan dan tata cara cuci tangan
yang benar.
- Mempromosikan lewat internet seperti Instagram, whatsapp, line.

http://promkes.kemkes.go.id/kumpulan-flyer-pencegahan-virus-corona

c. Siapa saja yang dimaksud dengan pemangku kepentingan pada kasus? (11, 10,
9)
d. Bagaimana tatacara melakukan proses perujukan untuk pasien COvid-19 ke
RS rujukan di provinsi? (10, 9, 8)

6. Anda sebagai dr. Amril yang telah mendapat ilmu Epidemiologi penyakit menular, bertek
ad untuk meningkatkan drajad kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas RAMB
A, melalui penurunan angka kesakitan dari penyakit-penyakit yang ada dan menjaga agar
Covid-19 tidak meluas di wilayah kerja Puskesmas tempat dr. Amril bekerja.
a. Bagaimana cara meningkatkan derajat kesehatan? (9, 8, 7, 6, 5, 3, 2, 1)
1. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat ditujukan
memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat agara mampu
menumbuhkan perilaku hidup bersih dan sehat, dengan indikatif kegiatan
pokok
2. Program Lingkungan Sehat : ditujukan utk mewujudkan lingkungan sehat
melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakan
pembangunan lintas sektor yang berwawasan kesehatan
3. Upaya Kesehatan Masyarakat : ditujukan utk meningkatkan jumlah,
pemerataan dan kualitas yankes melalui puskesmas dan jaringannya
meliputi puskesmas, pustu, pusk keliling dan bidan di desa
4. Upaya Kesehatan Perorangan
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
6. Perbaikan Gizi Masyarakat
7. Program Sumber Daya Kesehatanàditujukan utk meningkatkan jumlah,
mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai kebutuhan pembangunan
kesehatan
8. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan ditujukan untuk menjamin
ketersediaan, peme-rataan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan
kesehatan termasuk obat tradisional, perbekalan kes rumah tangga dan
kosmetika.
9. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan ditujukan
untuk mengembangakan kebij. dan manajemen pembangunan keehatan
guna mendukung penyelenggaraan sistem kesehatan.
10. Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan: ditujukan untuk
meningkatkan penelitian dan pengembangan iptek kesehatan sebagai
masukan perumusann kebijakan dan program kesehatan

Laporan Tutorial Skenario C Blok 24 G3 Page 21


Untuk melaksanakan semua progam pembangunan kesehatan ini maka Dinas
Kesehatan Propinsi membuat Grand Strategi :
1. Menggerakan dan Memberdayakan Masyarakat Untuk Hidup Sehat
2. Meningkatkan Akses Masyarakat terhadap Pelayanan Kesehatan yang
berkualitas
3. Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas SDM Kesehatan
4. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan
5. Meningkatkan pembiayaan kesehatan

Laporan Tutorial Skenario C Blok 24 G3 Page 22

You might also like