Professional Documents
Culture Documents
Rama Sebagai Penjaga Kehidupan Dalam Relief Ramayana Prambanan
Rama Sebagai Penjaga Kehidupan Dalam Relief Ramayana Prambanan
Rama Sebagai Penjaga Kehidupan Dalam Relief Ramayana Prambanan
net/publication/319163696
CITATIONS READS
0 600
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Hanggar Budi Prasetya on 18 August 2017.
ABSTRACT
This study describes four reliefs of Ramayana Prambanan which depicts the event that Ade been
experienced and performed by Rama as affirmation that he is the incarnation of Vishnu ―the god of the
preserver. The designer and sculptor of those reliefs considered that this event was important. From
the twenty-four of Ramayana’s relief panels, there are four relief panels which depict this event. Data
was collected by observing the entire Ramayana reliefs in Shiva temple and Brahma, in the Prambanan
complex. Relief was read by using the Flat Time Space (RWD) theory and compared with the text
of the Old Javanese Ramayana (RJK). RJK text was used as a comparison, because the manufacture
and the writings of RJK relief were made in the same period in nine centuries. It was conceivable that
both of them were made from the same source. Based on the result, it can be concluded that the event
performed by Rama asserts that he is the incarnation of Vishnu. As the incarnation of Vishnu, Rama is
able to purify and to preserve life.
ABSTRAK
Penelitian ini mendeskripsikan empat relief Ramayana Prambanan yang menceritakan peristiwa yang
dialami dan dilakukan oleh Rama sebagai penegasan bahwa dirinya sebagai titisan Wisnu – dewa
pemelihara kehidupan. Oleh pembuat dan perancang relief, peristiwa ini dianggap penting. Sekitar
dua puluh empat panel relief Ramayana, ada empat panel relief yang melukiskan peristiwa ini.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati seluruh relief Ramayana yang ada di Candi
Siwa dan Candi Brahma kompleks Candi Prambanan. Relief dibaca menggunakan teori Ruang Waktu
Datar (RWD) dan dibandingkan dengan teks Ramayana Jawa Kuna (RJK). Teks RJK digunakan sebagai
pembanding karena masa pembuatan relief dan penulisan teks RJK berada pada periode yang sama,
yaitu pada abad ke sembilan. Ada kemungkinan keduanya dibuat dari sumber yang sama. Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peristiwa yang dilakukan oleh Rama menegaskan bahwa dia
adalah titisan Wisnu. Sebagai titisan Wisnu, Rama mampu meruwat dan memelihara kehidupan.
300
Hanggar Budi Prasetya -- Rama sebagai Penjaga Kehidupan dalam Relief Ramayana Prambanan
301
Kawistara, Vol. 6, No. 3, 22 Desember 2016: 300-308
seperti cara membaca foto atau gambar hasil Dalam gambar 1, walaupun dalam satu
pemotretan, tetapi seperti cara membaca film frame, setidaknya terdapat beberapa kejadian
atau kartun yang berseri. Untuk melakukan yang waktunya dapat bersamaan dan berbeda.
pembacaan relief, penelitian ini menggunakan Pada bagian kiri Sita yang sedang duduk dijaga
teori Ruang Waktu Datar atau RWD yang oleh Laksmana, adik iparnya. Pada saat yang
disampaikan oleh Tabrani (2005) berikut: bersamaan di tempat yang berbeda, Rama
sedang memburu kijang emas permintaan
Sistem RWD menggambar dari aneka arah, Sita yang sebetulnya jelmaan dari Kalamarica.
aneka jarak, dan aneka waktu. Yang digambar
menjadi sekuen yang bisa terdiri dari Berikutnya, pada waktu yang berbeda, kijang
sejumlah adegan dan objek-objek bergerak berhasil dipanah kemudian lenyap dan berganti
dalam ruang dan waktu. Media yang bisa ber- wujud menjadi Kalamarica. Dengan demikian,
cerita adalah media bermatra waktu: musik, walaupun dalam relief terlihat ada kijang dan
drama, tari, sastra. Karena sistem RWD ada Kalamarica, sebetulnya kejadiannya pada
memiliki matra waktu, maka ia juga dapat
bercerita dengan memanfaatkan cara wimba waktu yang berbeda. Kejadian yang pertama
dan tata ungkapnya, bukan keindahannya. Rama bertemu dengan kijang, kejadian
RWD dengan bahasa rupanya memang berikutnya Rama bertemu dengan Kalamarica.
lebih mementingkan pesannya, ceritanya, Relief-relief yang lain juga dibaca
komunikasinya (Tabrani, 2005: 131). seperti ini. Dalam satu frame bisa terdiri
atas beberapa sekuen. Untuk membaca dan
Teori Tabrani tersebut berbeda dengan
menafsirkan relief ini digunakan pembanding
seni rupa yang pada umumnya disebut dengan
teks Ramayana Jawa Kuna (RJK) yang telah
Natural Perspective Momen Opname (NPM) yang
berhasil diterjemahkan oleh Poerbatjaraka
‘statis’ karena tidak bermatra waktu.
dari bahasa Sansekerta menjadi Bahasa
Sistem NPM menggambar dari satu Indonesia. Teks RJK digunakan sebagai
arah, jarak, waktu. Apa yang digambar pembanding dengan asumsi bahwa antara
di-‘abadi’-kan jadi sebuah adegan yang pembuatan relief Ramayana dan penulisan
berupa gambar mati (still picture), di mana RJK dilakukan pada periode yang sama
objek-objek dipenjarakan dalam frame.
Gambar kehilangan matra waktu walaupun
yaitu pada abad IX, yang memungkinkan
memperoleh ilusi ruang yang kuat. NPM keduanya dibuat dari sumber yang sama
mencandera apa yang digambar seperti apa (Haryono, 2012: 14-15).
adanya (Tabrani, 2005: 131).
Relief Rama sebagai Titisan Dewa
Berdasarkan teori RWD dapat diketahui
Pemelihara Kehidupan
bahwa dalam satu frame relief tidak hanya
Rama sebagai titisan Wisnu, dewa
terjadi pada ruang dan waktu yang sama,
pemelihara dunia dapat digolongkan men-
tetapi bisa dalam ruang dan waktu yang
jadi dua kategori yaitu ketika Rama melin-
berbeda. Sebagai contoh lihat gambar 1.
dungi makhluk lain dari serangan yang
membahayakan kehidupan dan ketika Rama
berhasil meruwat makhluk, sehingga kem-
bali pada asal mulanya.
302
Hanggar Budi Prasetya -- Rama sebagai Penjaga Kehidupan dalam Relief Ramayana Prambanan
yang menunjukkan Rama melindungi hutan Marica yang terdapat pada relief yang
Dandaka saat diganggu oleh Wirada. lain (Gambar 1) berbeda. Kedua pendapat
tersebut dapat disandingkan dengan teks
Melindungi Pertapaan Wismawitra RJK seperti berikut.
Dalam RJK diceritakan bahwa ketika
masih muda, Rama diminta oleh Wismamitra
untuk menjaga pertapaan. Diceritakan bahwa
pertapaan Wismamitra selalu diganggu dan
didatangi oleh Tataka. Seringkali Tataka me-
rusak dan mengganggu pertapaan. Semula,
Dasarata (ayah Rama) tidak membolehkan
Rama membantu Wismamitra, karena
Gambar 2 Rama masih muda dan belum memiliki pe-
Rama Melindungi Pertapaan Wismamitra ngalaman perang sama sekali. Sementara itu,
Membunuh Tataka dan Rahu (Dari kiri ke kanan: Begawan Wismamitra yang terkenal kuat
Resi I, Resi II, Wismamitra, Tokoh?, Rama, saja kewalahan menghadapi Tataka. Akan
Laksmana, Tataka, dan Rahu) tetapi, Wismamitra mendesak Dasarata
Sumber Foto: Hanggar dan Wisma Nugraha, untuk meminta bantuan Rama. Begawan
2014. Wismamitra berhasil meyakinkan Dasarata
dan bertanggung jawab akan keselamatan
Bahasa rupa gambar 2 menunjukkan ada Rama. Akhirnya Dasarata dengan berat hati
tiga peristiwa. Peristiwa pertama, para resi memperbolehkan Rama mengikuti Wisma-
di pertapaan Wismamitra sedang melakukan mitra dan menjaga pertapaannya dari
pemujaan (kiri), bersamaan itu pula Rama serangan musuh.
dan Laksmana menjaga keamanan pertapaan Kedatangan Rama dan Laksmana di
(kanan). Peristiwa kedua, di sekitar pertapa- pertapaan Wismamitra disambut oleh para
an Rama dan Laksmana membunuh Tataka. resi. Di pertapaan ini Rama dan Laksmana
Peristiwa ketiga, di sekitar pertapaan Rama diajarkan memanah dan diberi senjata panah
dan Laksmana membunuh Rahu. yang sakti.
Dua penulis terdahulu yaitu Jordan (2009:
229) dan Hermanu (2012: 42) memberi tafsiran “Māsih ta saṅ rĕṣi maweh ta sirāstra diwyan.
yang berbeda pada relief tersebut. Jordan Saṅ Rama Lakṣmaṇa parĕṅ winarah maṅajya.
menafsirkan relief tersebut dengan judul Widyātidurjaya jayā wijayā jayānti. Yeki n
paweh ri sira dibya amoghaçakti” (RJK Sarga II:
“Rama membunuh buta-buta”, sedangkan
22-23)
Hermanu memberi judul relief tersebut
“Rama membunuh Kala Marica”. Tidak (Resi Wismamitra sangat mengasihi mereka
diketahui sumber yang digunakan Jordan berdua. Beliau memberi mereka berdua
untuk menafsir relief tersebut. Meskipun senjata mulia. Rama dan Laksmana bersama-
demikian, tafsiran Jordan ini mendekati apa sama diajar untuk mempelajari ilmu yang
sulit supaya dapat menang total. Inilah
yang kami temukan. Buta-buta yang disebut pemberian sang resi kepada beliau supaya
Jordan tidak lain adalah Tataka dan Rahu. tidak gagal).
Hal ini dikarenakan cara melihat relief dari
perspektif NPM, maka Jordan tidak secara “Sāmpun tikāṅ aji kabeh tama denirāwās,
spesifik menyebut Tataka dan Rahu, karena māmĕṅṅ-amĕn sira rikāṅ wanadeça rāmya,
nton rākṣasī tĕka mamatyana donya tan len,
peristiwa membunuh kedua raksasa tersebut wadwāniraṅ prabhu Daçaṣya si Tāṭakākyā”.
terjadi pada waktu yang berbeda. (RJK Sarga II: 23)
Sumber yang digunakan Hermanu
adalah hasil karya Sutterheim (1925). Tafsiran (Sesudah ilmu itu semua masuk, mereka
Hermanu ini perlu diuji kebenarannya, berdua bercengkerama ke hutan. Ia melihat
raksasa perempuan datang yang akan
karena kalau dibandingkan dengan Kala
303
Kawistara, Vol. 6, No. 3, 22 Desember 2016: 300-308
membunuh semaunya. Ia adalah rakyatnya bahyang di udara bagai awan yang sedang
Dasamuka, namanya Tataka). menggantung, datang makhluk yang sangat
besar giginya seperti kilat. Makhluk itu ber
Setelah menguasai ilmu yang diberikan nama Rahu. Begitu melihat itu, Laksmana
oleh Resi Wismamitra, Rama dan Laksmana segera memasang panah dan panahnya bisa
berhasil membunuh Tataka. menghancurkan Rahu tersebut.
“Saṅ Rāma yatna inayatnira taṅ sudhanwa. “Tĕṇḍasnya ghoratara Rāhu paḍanya rodra,
Gaṇḍewa dibya tumihaṅ warayaṅ malanḍĕp, çabdanya bhiṣaṇa rikaṅ gaganān paṅohan, lāwann
tĕṅgeknya yeṅarah-arahnira tan papiṅ-rwan, awaknya maṅawandha tibā gumĕntĕr, sakwehniraṅ
mūrcchān tibā maguliṅan ta si Tāṭṭakākya” (RJK tapa kabeh matakut tumon ya” (RJK Sarga II: 35)
Sarga II: 24)
(Kepalanya menakutkan, bersamaan dengan
(Sang Rama berhati-hati, dipasangnya Rahu. Suaranya menakuti, di udara mereka
busurnya. Gandewa mulia diangkatnya, bergerombol dan badannya sebagai kabanda
panah yang tajam dipasangnya. Yang jatuh seperti geluduk, semua petapa takut
dituju adalah lehernya. Si Tataka jatuh mati melihatnya).
bergelimangan).
Kematian Rahu membuat Marica marah.
Tataka ini sangat mengganggu dan
Ia datang dan akan merusak pertapaan, akan
merusak pertapaan. Tidak hanya Resi
tetapi oleh Rama ia dipanah menggunakan
Wisma mitra yang takut, tetapi semua isi
panah angin sehingga Marica terlempar
hutan, termasuk binatang buas pun takut
tidak bisa kembali.
terhadap Tataka. Kematian Tataka membuat
lingkungan petapaan menjadi aman. Rama “Nā liṅnirār adĕgakĕn ta larasnirāgöṅ, Bāyawya
dan Laksmana dihormati oleh para resi. yeka pamanahira bāyu mādrĕs, Mārica rakṣasa
Wismamitra berkata: kapuk juga tan pasāra. Kontal katub ya tamatan
papulih mulih ya” (RJK Sarga II: 43)
“He Rāma Lakṣmaṇa anakku nihan rĕṅönta.
Nārāyaṇānça kita Wiṣṇu awakta jāti, Sakweh (Begitu katanya, beliau mengangkat
nikaṅ bhuwana ṅūni dhināraṇanta, Rākṣan ta busurnya yang besar. Ia menggunakan
yajṅā mami denta kamīky ayajña” (RJK Sarga panah Bayawya atau angin deras, Raksasa
II: 30) Marica bagaikan kapuk yang tak berdaya,
terbuang tertiup angin dan tidak bisa
(Hei anakku Rama, Laksmana, dengarkanlah. kembali lagi).
Kamu adalah sebagian dari Sang Narayana,
badanmu adalah kelahiran sang Wisnu. Semenjak peristiwa tersebut pertapaan
Segala dunia dahulu “ditanggung” olehmu. menjadi aman, tidak ada gangguan lagi.
Kamu harus menjaga keselamatan kami).
Hubungan antara Wismamitra dan Rama
semakin dekat. Oleh karena, hubungan
Kata-kata Wismamitra di atas mene
yang dekat inilah, kelak Wiswamitra jugalah
guhkan bahwa Rama memang titisan Wisnu
yang mendesak dan mengajak Rama untuk
―dewa yang menjaga kehidupan. Rama dan
mengikuti sayembara mengangkat busur
Laksmana selalu menjaga pertapaan dari
panah di Mantili. Dalam sayembara itu,
segala gangguan.
Rama berhasil mengangkat busur panah dan
Tidak terlalu lama pertapaan terasa
memutuskannya, sehingga Rama mendapat
aman, ada pengganggu lagi yang datang.
kan Sita.
Suatu hari ketika para resi sedang bersem
304
Hanggar Budi Prasetya -- Rama sebagai Penjaga Kehidupan dalam Relief Ramayana Prambanan
305
Kawistara, Vol. 6, No. 3, 22 Desember 2016: 300-308
“Hana rāksasa kāçcarya, bahūnya madawa tĕmĕn. Berdasar kutipan di atas, dapat dipahami
Malapā maharĕp māṅsā, ya pinaṅguhnireṅ alas”
(RJK Sarga VI: 75). bahwa Rama adalah titisan Dewa Wisnu.
Seperti diketahui bahwa Wisnu adalah ayah
(Ada raksasa hebat, lengannya sangat Surya. Rama berhasil memanah Dirgabahu,
panjang. Ia lapar dan hendak memakan sehingga ia kembali menjadi Dewa Surya.
semua yang dijumpai di hutan) Rama berhasil meruwatnya. Dewa Surya
“Mushniṅ satwa yeṅ daṅū, Dirghabāhu ṅ
inilah yang memberi petunjuk Rama agar
arannika. Ya ta maṅsö sira krūra, r-unus taṅ kelak mencari Sugriwa dan membantu
kadga tikṣna ya” (RJK Sarga VI: 76) . Sugriwa mengalahkan Subali yang sedang
bertengkar karena memperebutkan Dewi
(sudah lama tidak makan binatang, namanya Tara. Setelah memberi petunjuk Rama, Dewa
Dirgabahu. Ia menyerang Rama, marah,
Surya kembali ke kayangan.
menghunuis kerisnya yang tajam)
306
Hanggar Budi Prasetya -- Rama sebagai Penjaga Kehidupan dalam Relief Ramayana Prambanan
307
Kawistara, Vol. 6, No. 3, 22 Desember 2016: 300-308
308