Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

HUBUNGAN BMI (Body Mass Index) DENGAN KEJADIAN

DYSMENORRHEA PRIMER PADA SISWA SMA AK ABDURRAB


PEKANBARU TAHUN 2017

NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana

Diajukan oleh:
Yogi Hermawan
13101051

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2017
NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN BMI (Body Mass Index) DENGAN KEJADIAN


DYSMENORRHEA PRIMER PADA SISWA SMA AK ABDURRAB
PEKANBARU TAHUN 2017

Oleh :
Yogi Hermawan
NIM : 13101051

Kepada Prodi Kedokteran Fakultas Kesehatan Dan Ilmu Kesehatan

Universitas Abdurrab

Disetujui Oleh :

Pembimbing

dr. Feriandri Utomo


NIK : 112011010020
ABSTRACT

RELATION Body Mass Index (BMI) WITH DYSMENORRHEA PRIMARY


EVENTS AT STUDENTS SMK AK ABDURRAB PEKANBARU IN 2017

Yogi Hermawan

Background: The prevalence of dysmenorrhea in the world is still high at around


50% experiencing primary dysmenorrhea, the prevalence of dysmenorrhea in
Indonesia 64.25%. Researchers have previously conducted a study between BMI
(Body Mass Index) relationship to primary dysmenorrhea. Some researchers
claim there was a relationship between BMI with dysmenorrhea and other
researchers stated no relationship. SMA AK Pekanbaru a little different from
general SMA because have long time study and has some chemical practice.
Objective: In this study to determine the relationship of abnormal BMI status that
is underweight, overweight, and obesity with the incidence of primary
dysmenorrhea in SMA AK Abdurrab Pekanbaru.

Methods: This research is a cross sectional study using 126 students as research
respondents and using random sampling. To know the status of BMI (Body Mass
Index) on the student then measured height and body weight, while to know
dysmenorrhea at student then given questionnaire. In this study used chi-square
test by looking for BMI relationship with dysmenorrhea incidence and calculate
ratio prevalence to find how much BMI can cause primary

Results: there was a relation between abnormal BMI and primary dysmenorrhea
with p value 0,015 and prevalence rate (PR) : 1,58 that mean women with an
abnormal BMI 1,58 times are at higher to get primary dysmenorrhea than women
who have normal BMI (normoweight).
Conclusion: There was a significant correlation between abnormal BMI and the
incidence of primary dysmenorrhea in students of SMA AK Abdurrab Pekanbaru
Riau.

Keyword : Body Mass Index (BMI), dysmenorrhea primer, obesitas, overweight,


underweight.
PENDAHULUAN belum jelas dan masih dilakukan

Dysmenorrhea merupakan penelitian mengenai hal ini (Naik et

fenomena yang sering terjadi pada al, 2015).

remaja paling sering diabaikan. Prevalensi dysmenorrhea di

Dysmenorrhea merupakan nyeri dunia yaitu lebih dari 50% wanita

yang terjadi pada saat menstruasi. disetiap negara mengalami

Dysmenorrhea ada 2 tipe yaitu dysmenorrhea primer, sedangkan 40-

primer dan sekunder, dysmenorrhea 95% wanita memiliki gangguan pada

primer merupakan nyeri pada saat saat menstruasi (Silvana, 2013). Pada

menstruasi tanpa adanya gangguan studi epidemiologi mendapatkan

dari organ lain sedangkan sekunder sekitar 59.7% mengalami

adalah nyeri pada saat menstruasi dysmenorrhea primer pada wanita

yang disebabkan oleh organ lain. berusia 12-17 tahun dan

Beberapa penyebab yang umum mengganggu kegiatan sehari-hari

yang menyebabkan dysmenorrhea (Lestari, 2013). Wanita yang

adalah seperti stress, mengalami nyeri dysmenorrhea berat

ketidakseimbangan hormon dan juga mencapai 12%, nyeri sedang 37%,

faktor prostaglandin (Naik, 2015). sedangkan nyeri ringan mencapai

Gejala yang dirasakan pada 49% (Lestari, 2013). Prevalensi

dysmenorrhea adalah rasa kram pada dysmenorrhea di Asia cukup tinggi,

perut bagian bawah yang dirasakan dalam penelitian Silvana (2012)

dalam waktu 12-72 jam atau sekitar mengatakan 75,2% wanita di Taiwan

3 hari dan bisa menimbulkan gejala- mengalami dysmenorrhea primer.

gejala gastrointestinal seperti mual Dysmenorrhea primer

dan muntah (Khodakarami et al, merupakan fenomena yang sering

2015). Dysmenorrhea dapat dialami oleh wanita pada saat haid.

menyebabkan penyakit lain apabila Sekitar 34-50% pekerja wanita

terjadi secara terus-menerus seperti mengalami dysmenorrhea pada

endometriosis tapi mengenai setiap bulannya, sekitar 40% anak

hubungan antara kedua ini masih usia sekolah mengalami


dysmenorrhea setiap bulannya yang Disease Control and Prevention,
dikarenakan oleh beberapa faktor 2015). Keadaan BMI yang tidak
penyebab. Amerika Serikat normal merupakan faktor risiko dari
melaporkan kasus dysmenorrhea ini berbagai macam penyakit seperti
dapat merugikan jam kerja sebanyak penyakit kardiovaskular dan
600 jam kerja dan merugikan penyakit-penyakit yang berhubungan
penghasilan sekitar 2 juta dolar dengan sindroma metabolik seperti
Amerika setiap bulannya. Iran diabetes melitus (Suprasetyo, 2015).
melaporkan sekitar 22-40% Hubungan BMI dengan
mengalami dysmenorrhea setiap dysmenorrhea masih kontrovesi,
bulannya yang disebabkan oleh Penelitian tentang dysmenorrhea
beberapa faktor penyebab yaitu Body pernah dilakukan di Thailand dengan
Mass Index (BMI). Prevalensi responden pelajar berusia 16-19
dysmenorrhea di Indonesia masih tahun (Tangchai et al, 2004).
tinggi yaitu sekitar 64,25% Khodakarami et al (2015)
diantaranya 54,89% mengalami menyimpulkan bahwa tidak ada
dysmenorrhea primer dan 9,36% hubungan signifikan antara BMI dan
mengalami dysmenorrhea sekunder Dysmenorrhea sedangkan singh et al
(Madhubala et al, 2012). (2008) mengatakan sebaliknya.
Pengukuran BMI merupakan Singh et al (2008) menyatakan
indikator paling sering digunakan bahwa proporsi kejadian
untuk mengukur status gizi populasi dysmenorrhea pada wanita
pada orang dewasa. Untuk penelitian overweight dan obesitas lebih besar
epidemiologi digunakan BMI yaitu dibandingkan dengan kelompok
berat badan dalam kilogram (kg) dan wanita underweight sedangkan
tinggi badan dalam meter kuadrat Fujiwara dan Nakata (2010) dalam
(m2). Ada 4 kategori dari BMI untuk Khodakarami et al, (2015)
dewasa yaitu apabila hasil menyatakan bahwa wanita
perbandingan berat badan dan tinggi underweight memiliki risiko lebih
badan underweight, ideal, besar untuk mengalami
overweight dan obesitas (Centers for dysmenorrhea. Madhubala et al
(2012) menyimpulkan bahwa wanita sebanding dengan SMA (Sekolah
remaja dengan intake nutrisi yang Menengah Atas).
kurang berisiko besar untuk METODE PENELITIAN
terjadinya dysmenorrhea. Jenis penelitian yang akan
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan ini merupakan studi
peneliti tertarik untuk melakukan observasi analitik yaitu dengan
penelitian tentang hubungan BMI desain studi secara cross sectional.
(underweight, overweight, dan Dimana peneliti melakukan
obesitas) terhadap kejadian observasi atau pengukuran variabel
dysmenorrhea pada siswa SMA AK sekali dan sekaligus pada waktu
karena remaja merupakan faktor yang sama (Siswanto et al, 2013).
risiko terhadap kejadian Populasi target pada penelitian ini
dysmenorrhea primer. adalah seluruh siswa SMA AK
Dysmenorrhea primer tidak terjadi Abdurrab dengan jumlah 251 siswa,
pada awal remaja menstruasi setelah digunakan rumus Slovin
(menarche) tetapi terjadi pada masa dengan error tolerance 5% maka
remaja (Silvana, 2012). Estrogen didapatkan sampel 154 siswa.
menyebabkan umpan balik negatif Populasi terjangkau pada penelitian
terhadap Follicle Stimulating ini adalah siswa SMK Analisis
Hormone (FSH) sedangkan terhadap Kesehatan Abdurrab berusia 16-18
Luteinizing Hormone (LH), estrogen tahun, dengan menggunakan simple
menyebabkan umpan balik negatif random sampling dan menggunakan
jika kadarnya rendah dan umpan rumus slovin sebagai berikut :
balik positif jika kadarnya tinggi
N
perbandingan antara SMK dan SMA n= =…
1+ Nd 2
terletak pada jumlah aktivitas yang
dimiliki oleh derajat tersebut. SMK Keterangan :

merupakan suatu strata pendidikan n: Jumlah Sampel


setara SMA yang memiliki lebih N: Jumlah Populasi
banyak aktivitas fisik seperti d: Batas Toleransi Kesalahan (error
banyaknya praktikum, yang tidak tolerance)
251 Persentasi
n= =¿ Dysmenorrhea Frekuensi
1+251 ( 0,05 )2 (%)

n=154 Tidak Sakit 58 46.0

didapatkan dengan Sakit 68 54.0


menggunakan total sampling.
Total 126 100
HASIL PENELITIAN
1. Analisis univariat
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan tabel 2 dalam
Berdasarkan BMI
penelitian ini untuk melihat angka
Persentasi kejadian dysmenorrhea primer pada
BMI Frekuensi
(%) responden. Setelah dilakukan
Normal 57 45.2 pengambilan data menggunakan
Tidak kuesioner maka didapatkan responden
69 54.8
Normal yang mengalami dysmenorrhea primer
Total 126 100 sebanyak 68 sresponden (54,0%) dan
terdapat 58 responden tidak
Berdasarkan tabel 1 dalam mengalami dysmenorrhea primer
penelitian ini untuk melihat status (46,0%).
BMI yang terdapat pada siswa SMA
tersebut. Pada hasil penelitian ini
didapatkan sebanyak 57 responden
dengan BMI yang normal (45,2%)
dan 69 siswa memiliki status BMI
yang tidak normal (54,8%). tahun
yang lebih banyak dari pada yang
masa kerja ≤ 4 tahun .

2. Analisis Bivariat
Tabel 2 Distribusi Responden
Tabel 3 Hubungan Antara BMI
Berdasarkan Kejadian
dengan Dysmenorrhea
Dysmenorrhea
Selain itu hasil PR = 1,58 dapat
Dysmenorrhea disimpulkan bahwa wanita yang memiliki
Primer BMI tidak normal 1,58 kali lebih tinggi
Total
SAKIT TIDAK mengalami dysmenorrhea primer
SAKIT dibandingkan siswa yang memiliki BMI
TIDAK 44 25 69 normal.
NORMAL
BMI Pada penelitian ini terdapat
NORMAL 24 33 57
hubungan yang signifikan karena
Total 68 58 126 kejadian dysmenorrhea sangat tinggi
pada BMI yang tidak normal
Uji yang digunakan adalah uji (underweight). Hasil penelitian
chi-square, dengan p value Madhubala, et al (2012) mendapatkan
menunjukan angka 0,015, oleh lebih banyak BMI yang tidak normal dari
karena p value <0,05 maka terdapat pada BMI yang normal. Pada penelitian
hubungan yang bermakna antara Madhubala et al (2012) dapat
BMI yang tidak normal dengan disimpulkan bahwa kejadian
terjadinya dysmenorrhea, yaitu dari dysmenorrhea pada BMI yang
nilai prevalence rate (PR) = 1,58, underweight lebih tinggi dibandingkan
artinya pada penelitian ini seorang BMI yang overweight dan obesitas.
wanita yang memiliki BMI yang Underweight dapat menyebabkan
tidak normal memiliki peluang 1,58 dysmenorrhea karena kekurangan intake
kali lebih berisiko mengalami nutrisi (Madhubala et al, 2012).
dysmenorrhea dari pada yang BMI Kekurangan intake gizi pada underweight
normal. dapat menyebabkan anemia dimana
3. Pembahasan Analisis Bivariat tubuh akan kekurangan zat besi yang
1. Hubungan BMI dengan Kejadian akan berdampak kepada okesigen menuju
Dysmenorrhea Primer ke miometrium berkurang yang akan
Hasil pada penelitian ini terdapat menyebabkan hypoxia pada miometrium
hubungan antara BMI yang tidak normal menstimulus kontraksi myometrium yang
dengan kejadian dysmenorrhea primer berlebihan dan mengakibatkan keluarnya
secara signifikan dengan p value 0,015. prostaglandin yang akan menyebabkan
dysmenorrhea (Fitriana dan Rahmayani, diabaikan maka dampaknya akan terjadi
2013 dalam Febriyani, 2015). Selain itu keluhan – keluhan yang menimbulkan
Dyah (2009) mengatakan bahwa terdapat rasa ketidaknyaman selama siklus haid
hubungan antara BMI yang tidak normal (Paath, 2004 dalam Dyah, 2009).
dengan kejadian dysmenorrhea, dan pada Penelitian lain yang sejalan
penelitian Dyah (2009) didapatkan siswa dengan penelitian ini adalah penelitian
yang memiliki BMI underweight lebih Nohara et al (2011) yang mendapatkan
berisiko mengalami dysmenorrhea dari terdapat hubungan antara BMI dan
pada BMI normal maupun overweight. kejadian dysmenorrhea primer. Penelitian
Hal ini disebabkan karena makanan Nohara et al (2011) didapatkan bahwa
bergizi itu sangat penting karena faktor stress lebih berpengaruh dari pada
makanan bergizi akan mempengaruhi BMI. Oleh karena itu pada penelitian
pertumbuhan dan juga pertumbuhan Nohara et al (2011) menyimpulkan faktor
organ reproduksi juga akan terganggu. stress lebih berisiko menyebabkan
Selain itu juga pada beberapa remaja dysmenorrhea primer dari pada BMI. Hal
keluhan ini akan hilang apabila tersebut terjadi karena adanya peran
mengkonsumsi makanan bergizi dan sistem saraf dan endokrin. Hal ini
diiringi oleh aktivitas fisik yang cukup disebabkan karena stress merupakan
(Paath, 2004 dalam Dyah, 2009). Selain suatu masalah psikologis yang akan
itu juga pada penelitian Andriani (2015) mengganggu sirkulasi darah didalam
mendapatkan nutrisi sangat penting pada tubuh yang akan menjadi vasokontriksi.
remaja perempuan karena sangat Vasokontriksi pada pembuluh darah akan
dibutuhkan pada saat haid, terutama pada menyebabkan kurangnya darah ke organ-
fase luteal, sehingga terjadi peningkatan organ salah satunya dibagian
kebutuhan nutrisi. Fase luteal adalah fase myometrium yang bisa menyebabkan
setelah ovulasi karena pada fase ini iskemia (Ismail et al, 2015). Beberapa
terjadi pembentukan dan pemeliharaan peneliti menyatakan bahwa vasopressin
korpus luteum, sehingga terjadi dan katekolamin menimbulkan kontraksi
peningkatan asupan energi pada fase otot, vasokontriksi pembuluh darah arteri
luteal dibandingkan fase folikel sebesar spiralis, ischemia endometrium, bahkan
87 – 500 Kkal/hari. Apabila hal ini bisa merusak jaringan yang akan
mengeluarkan fosfolipid. Makin banyak salah satu faktor risiko terbesar terjadinya
terbentuk katekolamin dan vasopressin dysmenorrhea primer (Naik et al, 2015).
menyebabkan kontraksi otot uterus makin Pada penelitian ini
kuat, dan tekanan intrauterine semakin menggunakan kuesioner sebagai acuan
tinggi. Kontraksi otot makin kuat dan untuk menegakkan diagnosis
akan menstimulus saraf-saraf yang ada dysmenorrhea primer pada siswa SMA
disekitar yang dapat menyebabkan nyeri, yang diisi langsung setelah mendengarkan
rangsangannya akan dialirkan melalui penjelasan dari peneliti. Pada saat mengisi
serabut saraf simpatik dan parasimpatik, kuesioner subjektivitas responden begitu
sehingga terjadinya dysmenorrhea tinggi. Pada penelitian selanjutnya
(Manuaba, 2010 dalam Yuniyanti, 2014). diharapkan dapat menggunakan alat ukur
Penelitian yang tidak sejalan yang lebih objektif lagi. Pada penelitian
dengan penelitian ini adalah penelitian ini sampel yang seharusnya adalah 154
yang dilakukan oleh Purnawati et al responden tetapi pada saat hari dilakukan
(2015) yang mendapatkan hasil bahwa penelitian sampel yang didapatkan hanya
tidak ada hasil yang signifikan antara 126 responden, karena ketidakhadiran
hubungan BMI dengan terjadinya responden. Pada penelitian selanjutnya
dysmenorrhea. Hal ini disebabkan diharapkan bisa menambahkan variabel
mungkin ada faktor lain yang lain yaitu faktor-faktor yang berhubungan
menyebabkan dysmenorrhea seperti usia dengan kejadian dysmenorrhea primer.
menarche, stress, durasi menstruasi, Selain itu juga ada faktor risiko penyebab
merokok, dan aktivitas fisik. dysmenorrhea primer lain seperti stress,
Pada penelitian ini didapatkan karena menurut beberapa penelitian stress
adanya hubungan antara BMI tidak merupakan salah satu risiko terbesar
normal dengan kejadian dysmenorrhea, terjadinya dysmenorrhea primer tetapi
tetapi didapatkan pula 24 sampel dengan peneliti tidak menggunakan alat ukur
BMI normal yang mengalami stress sebagai tambahan.
dysmenorrhea primer. Hal tersebut
disebabkan karena adanya faktor lain
seperti stress. Menurut beberapa 4. Kesimpulan
penelitian bahwa stress juga merupakan
Berdasarkan hasil penelitian 2. Bagi Institusi Pendidikan
terdapat hubungan BMI yang tidak Kepada sekolah diharapkan
normal dengan kejadian dysmenorrhea untuk selalu memberikan pendidikan
primer, dengan p value 0,015 dan PR: dan pengetahuan kepada siswa
1,58 sehingga dapat diartikan BMI yang perempuan tentang berat badan.
tidak normal berisiko 1,58 kali Karena berat badan yang tidak ideal
mengalami dysmenorrhea primer dari merupakan faktor risiko terjadinya
pada yang memiliki BMI normal. selain dyemenorrhea primer.
itu juga didapatkan bahwa pada siswa 3. Bagi Responden
SMA banyak didapatkan BMI yang tidak Pada responden diharapkan
normal 69 (54,8%) dibandingkan yang agar bisa mengontrol berat badan
BMI normal 57 (45,2%). Sedangkan yang ideal untuk membantu
kejadian dysmenorrhea juga cukup tinggi mencegah dysmenorrhea primer.
yaitu 68 siswa mengalami dysmenorrhea
DAFTAR PUSTAKA
primer dan 58 siswa tidak mengalami
dysmenorrhea primer. Andriana, F. (2012). Hubungan
5. Saran Sindrom Premenstruasi dan
Dysmenorrhea dengan Motivasi
1. Bagi Dinas Kesehatan
Belajar pada Mahasiswa D-III
Diharapkan kepada staf dinas Kebidanan Stikes Karya Husada
kesehatan agar selalu memberikan Pare Kediri. Tesis tidak
edukasi terhadap masyarakat khususnya diterbitkan.Surakarta ; PSKK
kepada anak perempuan dan para remaja USM.
perempuan yang memiliki Pendidikan Andriani, Y.(2015). Hubungan
SMP, dan SMA untuk menjaga berat Indeks Massa Tubuh, Tingkat
badan, Karena berat badan yang kurang Stress, dan Aktivitas Fisik
ataupun berlebih merupakan salah satu Dengan Tingkat Disminore
faktor risiko terjadinya dysmenorrhea Pada Mahasiswa DIII
primer. Kebidanan Semester II STIKES
‘AISYIYAH Yogyakarta. Skripsi
Tidak Diterbitkan. Yogyakarta:
STIKES ‘AISYIYAH Obstetrics, (24th edition). United
Yogyakarta. States. Mc Graw Hill Education.
Beddu, S., Mukarramah, S., Dyah, T dan Tinah.(2009).
Lestahulu, V. (2015). Hubungan Hubungan Indeks Massa Tubuh
Status Gizi dan Usia Menarche <20 Dengan Kejadian
Dengan Disminore Primer Pada Dismenore Pada Remaja Putri di
Remaja Putri. The Southeast SMA Negeri 3 Sragen. Jurnal
Asian Journal Midwifery; Vol. Kebidanan. Vol.1(2).
1(1);16-21. Febriyani, N.M.W., Adhi, K.T.
Boodhana, G. (2013). Children’s (2015). Hubungan Indeks Massa
Body Mass Index, Overweight, Tubuh Terhadap Umur (IMT/U)
and Obesity.The Health and dan Status Anemia dengan
Social Clare Information Kejadian Dysmenorrhea pada
Centre; 1(11). Siswi Kelas X SMA Negeri di
Calis, K.A. (2015). Dysmenorrhea. Kota Denpasar Tahun
Medscape Reference. (Diakses 2015.Community Health: Vol.
pada 10 Agustus 2016) 2(1).
CDC Healthy Weight. (2015). About Grandi, G., Ferrari, S., Xholi, A.,
Adult BMI. (Diakses 27 Cannoletta, M., Palma, F.,
September 2016) Romani, C., Volpe, A.,
Chinedu, S.N dan Emiloju , O.C. Cagnacci, A. (2012).
(2014). Underweight, Prevalence of Menstrual Pain
Overweight, And Obesity in Young Women: What is
Amongst Young Adults in Ota, Dysmenorrhea?.Journal of
Nigeria. Journal of Public Pain Research; Vol. 5:169-
Health and Epidemiology : Vol. 174.
6(7):235-238. Ismail, I.F., Kundre, R., Lolong, J.
Cunningham, F.G., Leveno, K.J., (2015). Hubungan Tingkat
Spong, C.Y., Dashe, J.S., Stress Dengan Kejadian
Hoffman, B.L., Casey, B.M., Dismenorea Pada Mahasiswi
Shefield, J.S. (2014). William Semester VII Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Madhubala, C. dan Jyoti, K. (2012).
Kedokteran Universitas Sam Relation Between
Ratulangi Manado. Ejournal Dysmneorrhea and Body Mass
Keperawatan; Vol.3(2). Index in Adolescents with Rural
Joslin Diabetes Center. (2016). BMI Versus Urban Variation.The
for Asian and Asian American Journal of Obstetrics and
Adults. Asian American Gynecology of India; Vol. 62
Diabetes Initiative (Diakses (4):442-445.
pada 10 Agustus 2016). Mohamed, E.M. (2012).
Khodakarami, B., Masoumi, S.J., Epidemiology of
Faradmal, J., Nazari. M., Dysmenorrhea among
Saadati, M., Sharifi, F., Adolescent Students in Assiut
Shakhbabaei, M. (2015). The City, Egypt. Life Science
Safety of Dysmenorrhea and its Journal; 9(1):348-353.
Relationship with Body Mass Naik, P., Tanna, A.S., Mudaliat,
Index among Female P.N., Tari, A.D. (2015).
Adolescents in Hamdan, Variation of Dysmenorrhea
Iran.Journal of Midwifery & During Stress and Non Stress
Reproductive Health; Vol. 3 Condition in College Going
(4):444-450. Girls in Belgium City: A Cross
Larsen, F dan Moyer, M. (2015). The Sectional Study.International
State of Obesity. Robert Wood Journal of Physiotherapy and
Johnson Foundation. (Diakses Research; Vol. 3(2):1012-16.
pada 2 Desember 2016) Nohara, M., Momoeda, M., Kubota,
Lefebvre, G. dan Pinsonneailt, O. T., Nakabayashi, M. (2011).
(2005). Primary Dysmenorrhea Menstrual Cycle and Menstrual
Consensus Guideline.SOGC Pain Problems and Related
Clinical Practice Guideline; Risk Factors among Japanese
Number 169. Female Workers. Industrial
Lestari, N.M.S.D. (2013). Pengaruh Health; Vol 49:228-234.
Dismenorea Pada Remaja.
Novia, I dan Puspitasari, N. (2008). Produk Susu dengan
Faktor Risiko Yang Dysmenorrhea Primer pada
Mempengaruhi Kejadian Mahasiswi FIK dan FKM UI
Disminore Primer. The Depok Tahun 2012. Skripsi tidak
Indonesian Journal of Public diterbitkan.Depok : FKM UI.
Health; Vol.4(2):96-104. Singh, A., Kiran, D., Singh, H., Nel,
Osayande, A.S. dan Meholic, S. B., Singh, P., Tiwari, P. 2008.
(2014). Diagnosis and Initial Prevalence and severity of
Management of dysmenorrhea : a problem
Dysmenorrhea. American related to menstruation, among
Family Physican; Vol. 89(5). first and second year female
Pinson, R.D. (2011). Body Mass medical students.Indian J
Index : Interrelated Physiol Pharmacol; Vol.
Comorbidities. (Diakses pada 3 52(4):389–397
November 2016) Singh, K., Srivastava, D., Misra, R.,
Rahmadhayanti, E dan Rohmin, A. Tyagi, M. (2015). Relation
(2016). Hubungan Status Gizi Between Primary
dan Usia Menarche Dengan Dysmenorrhea and Body
Disminorhea Primer Pada Consumption Parameters in
Remaja Putri Kelas XI SMA Young Females. International
Negeri 15 Palembang. Jurnal Journal of Health Sciences and
Kesehatan: Vol.7(2):255-259 Research; Vol. 5(7).
Rustam, E. (2014). Gambaran Suprasetyo, A. (2015). Status Gizi
Pengetahuan Remaja Puteri Anak Tunagrahita Berdasarkan
Terhadap Nyeri Haid Indeks Massa Tubuh di SLB
(Disminore) dan cara Tunas Bhakti Pleret. Skripsi
Penanggulangannya. Jurnal tidak diterbitkan.Yogyakarta :
Kesehatan Andalas; Vol. 3(1). FIK UNY.
Silvana, P.D. (2012). Hubungan Tangchai, K., Titapant.,
Antara Karakteristik Individu, Boriboonhirunsarn, D. (2004).
Aktifitas fisik, dan Konsumsi Dysmenorrhea in Thai
Adolescents:Prevalence,
Impact and Knowledge of
Treatment.J Med Assoc Thai;
Vol. 87:69-73.
WHO. (2011) Overweight and
Obesity Fact Sheet. (Diakses
pada 10 Agustus 2016).
Yuniyanti, B., Masini., Salim, H,H,S.
(2014). Hubungan Tingkat
Stress Dengan Tingkat
Dysmenorrhea Pada Siswi Kelas
X dan XI SMK Bhakti
Karyakota Magelang Tahun
2014. Jurnal Kebidanan.
Vol.3(7).

You might also like