Professional Documents
Culture Documents
1 PB
1 PB
1 PB
Berdasarkan tabel 6 diatas dapat dilihat interpretasikan bermakna karena RP > 1 dan nilai
bahwa prevalensi ibu batita umur > 30 tahun CI tidak mencakup angka 1, hal ini menunjukkan
yang memberikan imunisasi dasar yang tidak bahwa umur ibu merupakan faktor risiko terhadap
lengkap sebesar 64,2%, sedangkan prevalensi kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa
Ibu batita umur <30 tahun yang memberikan Hutaimbaru Kec. Halongonan tahun 2016.
imunisasi dasar yang tidak lengkap sebesar Ibu yang berumur <30 tahun, yang baru
38,5%. memiliki anak cenderung memberikan perhatian
lebih terhadap anaknya, termasuk membawa anaknya
Hasil analisis statistik dengan uji chi- untuk diimunisasi. Peningkatan umur ibu mungkin
square diperoleh nilai p.<0,05 , artinya ada saja diikuti dengan bertambahnya jumlah anak dan
hubungan yang bermakna antara umur ibu kesibukan ibu dalam bekerja, ataupun hal lain
dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita sehingga perhatian ibu akan terpecah dan tidak
di Desa Hutaimbaru Kecamatan Halongonan memiliki waktu lagi membawa anaknya untuk
tahun 2016 dan Ratio Prevalence (RP) = 1,668 diimunisasi. Hal ini didukung dengan data yaitu
(95% CI: 1,120-2,484). Nilai RP tersebut di
78,8% ibu yang berumur <30 tahun memiliki paritas imunisasi yang tidak lengkap semakin menurun pada
<2 orang anak. ibu dengan pendidikan tinggi. Ibu yang berpendidik-
Hal ini berbeda dengan teori yang an tinggi cenderung akan membawa anaknya untuk
dikemukakan oleh Hurlock (1999), Ibu yang relatif diimunisasi dibandingkan dengan ibu yang berpendi-
muda cenderung kurang memiliki pengetahuan dan dikan rendah. Ibu yang berpendidikan lebih baik
pengalaman dalam mengasuh anak sehinga cenderung lebih besar keterlibatannya dalam
umumnya mereka mengasuh dan merawat anak program pelayanan kesehatan, karena diduga
didasarkan pada pengalaman orang tuanya terdahulu. memiliki pengertian yang lebih baik tentang
Sebaliknya pada ibu yang lebih berumur cenderung pencegahan penyakit dan mempunyai kesadaran
akan menerima dengan senang hati tugasnya sebagai yang lebih tinggi terhadap masalah-masalah
ibu sehingga akan mempengaruhi pula terhadap kesehatan. Kesadaran ini dapat mendorong ibu untuk
kualitas dan kuantitass pengasuhan anak. ikut serta dalam program kesehatan seperti imunisasi.
Perubahan ini terjadi diduga karena Pendidikan sangat penting bagi seseorang
meningkatnya tingkat pendidikan para wanita untuk meningkatkan kemampuan dalam berfikir,
terutama pada ibu dengan usia <30 tahun pada tahun menelaah dan memahami informasi yang diperoleh
2016, jika dibandingkan para ibu pada tahun 1999, dengan pertimbangan yang lebih rasional.
karena menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan Pendidikan yang baik akan memberikan
sangat penting bagi seseorang untuk meningkatkan kemampuan yang baik pula kepada seseorang
kemampuan dalam berfikir, menelaah dan dalam mengambil keputusan dalam hal kesehatan
memahami informasi yang diperoleh dengan keluarga terutama imunisasi anak. Pendidikan
pertimbangan yang lebih rasional. Pendidikan yang secara umum merupakan segala upaya yang
baik akan memberikan kemampuan yang baik pula
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain,
kepada seseorang dalam mengambil keputusan dalam
individu, kelompok, atau masyarakat sehingga
hal kesehatan keluarga terutama imunisasi anak.
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka
diharapkan pengetahuan meningkat. pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003).
Hal ini sejalan dengan penelitian Silvana Pendidikan dapat mempengaruhi ibu dalam
(2011), ada hubungan yang signifikan antara usia ibu kelengkapan imunisasi, semakin tinggi pendidikan
dengan status imunisasi bayi dengan nilai p=0,001 ibu, maka semakin mudah dalam menerima
dan nilai OR=0,088. Hal ini berbeda dengan hasil informasi, sehingga peluang untuk ibu
penelitian Wati (2009), yang memperoleh hasil uji memberikan imunisasi pada bayinya akan semakin
statistik p= 0,109, artinya tidak ada perbedaan yang baik (Mulyanti,2013). Pendidikan ibu yang tinggi
signifikan antara usia ibu dengan kelengkapan akan membuat akses ke pelayanan kesehatan anak
imunisasi dasar. semakin baik(Ningrum, 2008). Hal ini sesuai
Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dilihat dengan penelitian Wati(2009) dengan desain cross
bahwa prevalensi ibu batita dengan pendidikan sectional, hasil penelitiannya ibu dengan
rendah yang memberikan imunisasi dasar tidak pendidikan rendah mempunyai risiko 3,14 kali
lengkap sebesar 85,2%, sedangkan prevalensi lebih besar status imunisasi anaknya untuk tidak
ibu batita dengan pendidikan tinggi yang lengkap dibanding-kan dengan ibu pendidikan
memberikan imunisasi dasar yang tidak lengkap tinggi.
sebesar 39,7%. Berdasarkan tabel 6 diatas dapat dilihat
Hasil analisis statistik dengan uji chi- bahwa prevalensi ibu batita bekerja yang
square diperoleh nilai p.<0,05, artinya ada memberikan imunisasi dasar tidak lengkap sebesar
hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu 70,2%, sedangkan prevalensi ibu batita tidak
dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita bekerja yang memberikan imunisasi dasar tidak
lengkap sebanyak 29,2%.
di Desa Hutaimbaru Kecamatan Halongonan
Hasil analisis statistik dengan uji chi-square
tahun 2016 dan Ratio Prevalence (RP) = 2,143
diperoleh nilai p.<0,05, artinya ada hubungan yang
(95% CI: 1,564-2,938). Nilai RP tersebut di
interpretasi-kan bermakna karena RP > 1 dan nilai
bermakna antara pekerjaan ibu dengan
CI tidak mencakup angka 1, hal ini menunjukkan kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa
bahwa pendidikan ibu merupakan faktor risiko Hutaimbaru Kecamatan Halongonan tahun 2016
terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada batita di dan RP= 2,406 (95% CI: 1,500-3,858). Nilai RP
Desa Hutaimbaru Kec. Halongonan tahun 2016. tersebut diinter-pretasikan bermakna karena RP
Berdasarkan tabel 6 diatas, terdapat trend > 1 dan nilai CI tidak mencakup angka 1, hal ini
kenaikan terhadap imunisasi yang lengkap menunjukkan bahwa ibu yang bekerja merupakan
berdasarkan tingkat pendidikan, semakin tinggi faktor risiko terhadap kelengkapan imunisasi dasar
tingkat pendidikan ibu proporsi imunisasi yang pada batita di Desa Hutaimbaru Kecamatan
lengkap semakin besar, begitu juga pada proporsi Halongonan tahun 2016.
Ibu yang bekerja memiliki waktu luang yang mendatangi tempat pelayanan imunisasi menjadi
sedikit bila dibandingkan dengan ibu yang tidak tidak banyak.
bekerja, sehingga pada ibu yang bekerja biasanya Berdasarkan alasan ketidaklengkapan yang
kelengkapan imunisasi akan lebih sulit dilakukan terbanyak adalah malas (35,2%), hal itu diduga
daripada ibu yang tidak bekerja. karena kelelahan mengurus rumah tangga dengan
Berdasarkan tabel 6 diatas, peneliti paritas >2 orang dan status ibu yang juga bekerja
menganali-sis bahwa pekerjaan ibu dapat di luar rumah, yakni 70,2% ibu yang bekerja
berdampak pada kelengkapan imunisasi anaknya, memiliki anak dengan status imunisasi tidak
karena pada ibu yang tidak bekerja memiliki lengkap. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
waktu luang yang lebih banyak dibandingkan ibu Silvana (2011) dengan desain cross sectional,
yang bekerja, sehingga ibu yang tidak bekerja menyatakan bahwa ada hubungan yang
memiliki peluang yang lebih besar untuk signifikan antara jumlah anak ibu dengan status
kelengkapan imunisasi pada anaknya. imunisasi bayi dengan nilai p= 0,0001.
Seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
waktu yang cukup padat akan mempengaruhi penelitian Wati (2009), yang menyatakan bahwa
ketidakhadiran dalam pelaksa-naan posyandu. Pada tidak ada hubungan jumlah anak dengan
umumnya orang tua tidak mempunyai waktu luang, kelengkapan imunisasi dengan nilai p=0,434.
sehingga semakin tinggi aktivitas pekerjaan orang tua Berdasarkan tabel 6 diatas dapat dilihat
semakin sulit datang ke posyandu (Kurnia, 2011). bahwa prevalensi ibu batita bersalin di bukan
Hasil penelitian ini sesuai dengan Wati (2009), fasilitas kesehatan yang memberikan imunisasi
menyatakan bahwa ternyata di kalangan ibu tidak dasar tidak lengkap sebesar 54,0%, sedangkan
bekerja sikap dan perilaku mereka tentang imunisasi prevalensi ibu batita bersalin di fasilitas
lebih baik dibanding ibu yang bekerja. Dengan kata kesehatan yang memberikan imunisasi dasar tidak
lain ibu yang tidak bekerja lebih sering membawa lengkap sebesar 40,5%.
bayinya imunisasi, sehingga status imunisasi dasar
Hasil analisis statistik dengan uji chi-square
pada bayinya lebih lengkap dibandingkan ibu yang
diperoleh nilai p.>0,05, artinya tidak ada
bekerja.
hubungan yang bermakna antara tempat bersalin
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Istriyati (2011), yang menyatakan bahwa ada ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada
hubungan antara status pekerjaan ibu dengan batita di Desa Hutaimbaru Kecamatan Halongonan
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Desa tahun 2016 dan RP = 1,415 (95% CI: 0,910-
Kumpulrejo Kota Salatiga (p = 0,0001). 2,198). Nilai RP tersebut diinterpretasikan tidak
Berdasarkan tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa bermakna karena nilai CI mencakup angka 1.
prevalensi ibu batita dengan paritas >2 orang Berdasarkan tabel 6 diatas, jika ditinjau dari
yang memberikan imunisasi dasar tidak lengkap semua jenis imunisasi dasar secara keseluruhan
sebesar 66,7%, sedangkan prevalensi ibu batita memang tempat bersalin tidak berhubungan
dengan paritas <2 orang yang memberikan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita,
imunisasi dasar tidak lengkap sebesar 33,3%. tetapi terdapat kecenderungan bahwa responden
yang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
Hasil analisis statistik dengan uji chi-
70,3% sudah imunisasi HB0, sedangkan 29,7%
square diperoleh nilai p.<0,05, artinya ada
lainnya yang juga bersalin di fasilitas kesehatan
hubungan yang bermakna antara paritas ibu tidak imunisasi HB0.
dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita Berdasarkan teori, fasilitas kesehatan
di Desa Hutaimbaru Kecamatan Halongonan merupakan salah satu sarana dan prasarana untuk
tahun 2016 dan RP = 2,000 (95% CI: 1,288-3,106). terjadinya perilaku kesehatan (Notoatmodjo,
Nilai RP tersebut diinter-pretasikan bermakna 2010). Diharapkan tempat bersalin dapat menjadi
karena RP > 1 dan nilai CI tidak mencakup angka 1, akses seorang ibu menuju imunisasi dasar yang
hal ini menunjukkan bahwa paritas ibu >2 orang
lengkap. Hal ini terkait ketersedian fasilitas, jika
merupakan faktor risiko terhadap kelengkapan
seorang ibu melakukan persalinan di Fasilitas
imunisasi dasar pada batita di Desa Hutaimbaru
kesehatan (Praktik Bidan, Rumah sakit) maka
Kecamatan Halongonan tahun 2016.
Jumlah anak dapat mempengaruhi ada kemungkinan untuk diimunisasi HB0, BCG, dan
tidaknya waktu, bagi ibu meninggalkan rumah guna Polio akan lebih besar, dibandingkan ibu yang
mendapatkan pelayanan imunisasi untuk anaknya. melakukan persalinan di Rumah tempat tinggal
Jumlah anak yang banyak, membutuhkan waktu (Kemenkes, 2013).
yang lebih banyak bagi ibu untuk mengurus Selain ketersedian fasilitas, tempat
keluarga, sehingga ketersediaan waktu bagi ibu untuk bersalin akan menentukan siapa yang menolong
persalinan. Peran penolong persalinan menjadi
faktor yang cukup penting bagi pemberian
imunisasi dasar. Ibu yang melakukan persalinan Hasil penelitian ini berbeda dengan Idwar
di rumah tempat tinggal memiliki peluang untuk (2000), salah satu faktor yang mempengaruhi
ditolong oleh bukan tenaga medis, tetapi dalam pencapaian kesehatan individu/masyarakat
penelitian ini terdapat 95,6% ibu yang melakukan (imunisasi) adalah keterjangkauan sarana
persalinan di rumah tempat tinggal ditolong oleh pelayanan kesehatan oleh individu/ masyarakat.
tenaga medis yakni bidan. Ketersedian sarana dan prasarana yang dimaksud
Walaupun ibu melakukan persalinan di yakni fasilitas pelayanan kesehatan seperti
bukan fasilitas kesehatan penolong persalinan pukesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,
terbanyak adalah oleh tenaga medis (bidan). polindes, pos obat desa, dokter, atau bidan praktek
Walaupun responden ditolong oleh tenaga medis desa.
(bidan) (95,6%), cakupan imunisasi yang lengkap Analisis Multivariat
tergolong rendah yakni 48,6%, hal ini di duga
Tabel 7 Tabulasi Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik
kerena tenaga medis (bidan) tidak menberikan dengan Beberapa Langkah
penyulu-han tentang program post natal terutama Exp. 95% C.I for
Variabel Koef. (B) p.
informasi mengenai program imunisasi, atau (B) Exp (B)
karena faktor penolong persalinan kurang memiliki Taha1 Pekerjaan ibu 1,743 0,0001 5,714
2,461-13,266
Konstanta -0,887 0,005 0,412
kesadaran untuk memberikan imunisasi pada bayi
Taha2 Tingkat
tersebut. 1,985 0,001 7,280 2,167-24,459
Pendidikan ibu
Hal ini juga diduga terjadi karena ibu batita Pekerjaan ibu 1,590 0,001 4,903
1,997-12,037
khawatir bayinya akan sakit setelah diimunisasi, Konstanta -1,234 0,001 0,291
serta diduga ibu tidak mengetahui perlakuan apa
saja yang diberikan oleh penolong persalinan Hasil dari uji regresi logistik berganda
kepada bayinya, termasuk didalamnya ibu tidak dengan metode forward yang dilakukan melalui
mengetahui jika bayinya telah atau belum proses 2 tahap. Proses akan berhenti ketika tidak
diberikan imunisasi sesaat setelah bayi dilahirkan. ada lagi variabel yang dapat dimasukkan ke dalam
Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Wati analisis. Berdasarkan tabel 7 di atas (tahap 2),
(2009) dengan desain cross sectional, dapat diketahui bahwa faktor yang paling
menyebutkan bahwa terdapat hubungan bermakna dominan berhubungan dengan kelengkapan
antara bayi yang dilahirkan di tempat fasilitas imunisasi dasar pada batita di Desa Hutaimbaru
kesehatan dengan bayi yang dilahirkan di tempat Kecamatan Halongonan tahun 2016 adalah
bukan fasilitas kesehatan terhadap kelengkapan pendidikan ibu diikuti pekerjaan ibu. Kekuatan
imunisasi dasar lengkap dengan nilai p=0,0001. hubungan dari yang terbesar ke yang terkecil
Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dilihat dapat dilihat dari nilai Exp(B) adalah pendidikan
bahwa prevalensi ibu batita yang jarak tempat ibu (Exp{B}= 7,280), dan pekerjaan ibu
tinggal ke pelayanan imunisasi > 1 km (Exp{B}= 4,903).
menberikan imunisasi dasar tidak lengkap sebesar Berdasarkan tabel 7 diatas dapat diketahui
80,0%, sedangkan prevalensi ibu batita yang jarak bahwa faktor yang paling dominan berhubungan
tempat tinggal ke pelayanan imunisasi < 1 km dengan kelengkapan imunisasi pada batita di Desa
memberikan imunisasi dasar tidak lengkap Hutaimbaru Kecamatan Halongonan tahun 2016
sebesar 50,0%. adalah tingkat pendidikan ibu p.= 0,001 dan Exp
Hasil analisis statistik dengan uji Fisher’s (B) sebesar = 7,280.
Exact Test diperoleh nilai p.>0,05, artinya tidak Persamaan yang didapatkan adalah :
ada hubungan yang bermakna antara jarak tempat y = konstanta + a1x1 + a2x2 +.........+ aixi
tinggal responden ke pelayanan imunisasi dengan y= -1,234 + 1,985 (Tingkat pendidikan) + 1,590
kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa (Pekerjaan ibu)
Hutaimbaru Kecamatan Halongonan tahun 2016 Nilai konstanta dan nilai koefisien untuk
dan RP = 1,600 (95% CI: 0,990-2,586). Nilai RP setiap variabel tersebut dapat dilihat pada tabel 7
tersebut diinterpretasikan tidak bermakna karena bagian kolom koef. (B). Nilai variabel bebas dapat
nilai CI mencakup angka 1. dilihat pada categorial variabel coding. Tingkat
Faktor jarak tidak menjadi masalah bagi pendidikan bernilai 1 jika “Tinggi” dan bernilai 0
responden tetapi cakupan imunisasi dasar yang jika “Rendah”. Pekerjaan ibu bernilai 1 jika
lengkap masih tergolong rendah, hal ini diduga “Tidak Bekerja” dan bernilai 0 jika “bekerja”.
karena beberapa faktor yakni malas (35,2%), Aplikasi dari persamaan yang diperoleh
tidak tahu/lupa jadwal imunisasi (31,5%), anak adalah untuk memprediksi probabilitas seseorang
sedang sakit (14,8%), ketakutan akan efek samping (batita) untuk mengalami imunisasi yang lengkap
(13,0%), dan sibuk/tidak sempat (5,5%). dengan menggunakan rumus :
p =1/ (1+e-y), dimana : g. Tidak ada hubungan yang bermakna antara
p= probabilitas untuk terjadinya suatu kejadian tempat bersalin dengan kelengkapan imunisasi
(masalah penyakit atau masalah kesehatan) dasar pada Batita di Desa Hutaimbaru
e= bilangan natural = 2,7 Kecamatan Halongonan tahun 2016 (p=0,100).
y= konstanta + a1x1 + a2x2 +.........+ aixi h. Tidak ada hubungan yang bermakna antara
a= nilai koefisien tiap variabel jarak tempat tinggal ke tempat pelayanan
x= nilai variabel bebas imunisasi dengan kelengkapan imunisasi dasar
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa pada Batita di Desa Hutaimbaru Kecamatan
pendidikan memegang peranan yang sangat Halongonan tahun 2016 (p=0,364).
penting dalam pencapaian derajat kesehatan, yang i. Variabel yang paling dominan berhubungan
dalam hal ini yakni kelengkapan imunisasi dasar dengan kelengkapan imunisasi dasar pada
pada anak usia 0-11 bulan. Batita di Desa Hutaimbaru Kecamatan
Population Report (1988) dalam Wati Halongonan tahun 2016 yaitu tingkat
(2009), pendidikan adalah hal yang penting pendidikan ibu (Exp{B}=7,280).
dalam merubah perilaku terutama dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan karena wanita SARAN
yang berpendidikan lebih tinggi cenderung untuk a. Pelaksanaan Posyandu sebaiknya menerapkan
meningkatkan status kesehat-an keluarganya sistem 1 tanggal saja, agar para ibu lebih mudah
dengan mencari pelayanan yang lebih baik mengingatnya.
termasuk untuk mengimuni-sasikan anaknya. b. Banyaknya ibu yang melakukan persalinan di
Hasil tersebut sesuai dengan pendapat bukan fasilitas kesehatan berdampak pada
Notoadmodjo (2003), yang menyatakan bahwa randahnya cakupan imunisasi, terutama
pendidikan menentukan pola pikir dan wawasan imunisasi HB0, maka sebaiknya pihak
seseorang. Semakin tinggi pendidik-an seseorang puskesmas menerapkan sistem Jemput Bola
maka diharapkan pengetahuan meningkat. dalam memberikan imunisasi dasar, yakni
mendatangi setiap rumah yang memiliki bayi
Kesimpulan dan Saran usia 0-11 bulan, karena mengingat luas
Kesimpulan pemukiman desa Hutaimbaru yang tidak begitu
a. Proporsi tiap komponen imunisasi dasar luas serta masih dapat dengan mudah untuk
lengkap pada batita di Desa Hutaimbaru dijangkau.
Kecamatan Halongonan yakni HB0 (55,2%), c. Melihat masih tingginya proporsi imunisasi
BCG/Polio1 (90,5%), DPT-HB-Hib1/Polio2 dasar batita yang tidak lengkap pada ibu dengan
(75,2%), DPT-HB-Hib2/Polio3 (63,8%), DPT- paritas >2 orang (63,5%) maka perluh
HB-Hib3/Polio4 (57,1%), dan campak (50,5%). ditingkatkan kegiatan Keluarga Berencana.
b. Proporsi Imunisasi dasar pada batita di Desa
Daftar Pustaka
Hutaimbaru Kecamatan Halongonan tahun
Anoraga, Pandji., 2005. Psikologi Kerja. Rineka
2016 yaitu lengkap (48,6%), tidak lengkap
Cipta. Jakarta. Hal. 120.
(44,7%), dan belum pernah diimunisasi (6,7%).
Dinkes Provinsi Sumatera Utara., 2015. Profil
c. Ada hubungan yang bermakna antara umur ibu
Kesehatan Sumatera Utara tahun 2014.
dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
di Desa Hutaimbaru Kecamatan Halongonan
Medan .
tahun 2016 (p=0,008).
Dinkes Daerah Padang Lawas Utara.,2015. Profil
d. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan ibu dengan kelengkapan imunisasi Kesehatan Kabupaten Padang Lawas
Utara tahun 2014.Dinkes Daerah Padang
dasar pada Batita di Desa Hutaimbaru
Lawas Utara.Gunung tua.
Kecamatan Halongonan tahun 2016 (p=0,003)
Gulo, Mery.K., 2012. Faktor-faktor yang
dan (p=0,0001).
e. Ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan berhubungan dengan kelengkapan
ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada imunisasi dasar pada batita di Desa Mudik
Kecamatan Gunung Sitoli tahun 2012.
Batita di Desa Hutaimbaru Kecamatan
Skripsi FKM USU.
Halongonan tahun 2016 (p=0,0001).
Hurlock, E.B.,1999. Perkembangan Anak. Alih
f. Ada hubungan yang bermakna antara paritas
Bahasa oleh soejarmo & Istiwidayanti.
dengan kelengkapan imunisasi dasar pada
Jakarta. Penerbit Erlangga.
Batita di Desa Hutaimbaru Kecamatan
Idwar.,2000.Faktor-faktor yang berhubu-ngan
Halongonan tahun 2016 (p=0,001).
dengan Status Imunisasi Hepatitis B pada
Bayi 0-11 Bulan di Kabupaten Aceh Besar
Provinsi Daerah Istimewah Aceh. FKM news.php?catid= 23&mid =5&
Universitas Indonesia. Jakarta. nid=1930.(Diakses tgl 18 Feb 2016 Pukul
Istriyati, Elly.,2011. Faktor-Faktor yang 09.41).
Berhubungan dengan Kelengkapan Pratiwi, Luriana N.,2012. Faktor-faktor yang
Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Berhubungan dengan Status Imunisasi
Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo Kota Dasar pada Balita Umur 12-23 Bulan di
Salatiga. Skripsi. FIK UNS. Semarang. Indonesia Tahun 2010 (Analisis Data
Kemenkes RI., 2013. Peraturan Menteri Riskesdas 2010). Skripsi FKM UI. Depok.
Kesehatan RI Nomor 42 Tahun 2013 Puskesmas Hutaimbaru.,2015. Laporan hasil
Tentang Penyelenggaraan Imunisasi. imunisasi bayi di Puskesmas Hutaimbaru
Kemenkes RI., 2013. Riset Kesehatan Dasar tahun 2015. SP2TP Puskesmas Hutaimbaru.
tahun 2013. Kementerian Kesehatan RI. Hutaimbaru.
Jakarta. Savitri,Ika.,2009. Faktor yang Berhubungan
Kemenkes RI.,2015. Rencana Strategi dengan Imunisasi Dasar Lengkap Tepat
Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 Waktu Pada Anak Usis 12 Bulan di 16
(Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor Kabupaten Propinsi NTT.Tesis FKM
HK.02.02/ MENKES/ 52/2015). UI.http:www.lontar.ui.ac..id /file?
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. file=digital/124645T% 2026 122-F aktor%
Kemenkes RI., 2015. Profil Kesehatan 20yang% 20berhubunganLiteratur.pdf(diakses
Indonesia tahun 2014. Kementerian tgl 17 juni 2016
Kesehatan RI. Jakarta. Sedioetama, Achmad Djaeni.,2006. Imu Gizi Jilid
.,2009. Undang-Undang Republik untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II.
Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Penerbit Dian Rakyat. Jakarta
Kesehatan. Penerbit Buku Laksana. Jakarta. Silvana,Emilia.2011.Faktor-Faktor Yang
., Undang-Undang RI No 20 tahun 2003, Mempe-ngaruhi Ibu Terhadap Status
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Imunisasi Dasar Pada Bayi Usia 12-24
Jakarta. Bulan Di Desa Siabal-Abal Ii Kecamatan
Kurnia, Nita.,2011. Faktor-faktor yang Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara.
Berhubu-ngan dengan Partisipasi Ibu Karya Tulis Ilmiah. Program D-Iv Bidan
Balita Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Pendidik Fakultas Keperawatan. USU.
Gizi Balita Di PosyanduKelurahan Soetjiningsih.,2012. Tumbuh Kembang Anak.
Sukasari Kecamatan TangerangKota Cetakan 2012, Penerbit Buku Kedokteran.
Tangerang Tahun 2011. Skripsi UIN Syarif Jakarta
Hidayatullah, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Wati,Lienda.,2009.Faktor-faktor yang Berhubu-
Kesehatan. Jakarta. ngan dengan Kelengkapan Imunisasi pada
Mulyanti, Yanti.,2013. Faktor-faktor Internal Anak Usia 12-23 Bulan di Jawa Barat dan
yang berhubungan dengan kelengkapan Jawa Tengah Tahun 2007 (Analisis Data
Imunisasi Dasar Balita Usia 1-5 Tahun di Sekunder Survei Demografi dan Kesehatan
wilayah Kerja Puskesmas Situ Gintung Indonesia Tahun 2007). Skripsi FKM UI.
Ciputat tahun 2013. Skripsi FK& Ilmu Depok.
Kesehatan UIN Syarif Hidayahtullah. Jakarta. WHO.,2015.World Health Statistics
Ningrum.,2008.Faktor-Faktor yang Mempe- 2015.www.who.int. Diakses pada tanggal 15
ngaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasar Februari 2016.
Pada Bayi Di Puskesmas Banyudono WHO.,2016. Global Immunization Coverage
Kabupaten Boyolali. Berita Ilmu (Fact Sheet NO.378.Updated Sept 2015).
Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 01. No.1. www.who.int. Diakses pada tanggal 15
Noor, Nur nasry.,2008. Epidemiologi. Penerbit Februari 2016.
Rineka Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo.,2003. Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo.,2010. Promosi Kesehatan: Teori
dan Aplikasi. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
(Edisi Revisi 2010).
Pusat Data dan Informasi Persi.,2015. Indonesia
termasuk Negara yang tak capai Target
Imunisasi.http:// pdpersi.co.id/ content/