Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih Di Pe San Tren

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

PENGAJARAN KITAB-KITAB FIQIH DI PE­SAN­TREN

Oleh Husen Hasan Basri*)

Abstract

In addition to clerics and values, yellow books are essential elements of an Islamic boarding
school. Yellow Books are Islamic boarding school instructional materials that have been used for a
long time. One area of yellow book that has been long taught is jurisprudence (fiqh) field. Teaching
of fiqh books starts from the low level books, such as Safinahan-Najah to the high level books, such
as Al-Muhadzdzab. Teaching methods used were Bandongan and Sorogan methods. In line with
diversified development of forms and types of education in Islamic boarding schools, such as formal
education (madrassas and schools) and vocational education, it is expected that teaching of yellow
books, including books of fiqh, was changing, either books taught, teaching methods used, number of
meetings in teaching, and teaching level. Through a survey of 951 schools in 15 provinces of 72 books
of fiqh chosen by the researchers, there were 5 books of 72 books of fiqh included in a group of the most
widely taught books of fiqh, namely: Taqrib, Safinah an-Najah, Fath al-Mu’in, Fath al-Qarib, and
Sullam at-Taufiq. Besides Fath al-Mu’in, these books are elementary books of fiqh.

Keywords: Teaching of Yellow Books, Fiqh Books, Islamic Boarding School

Abstrak

Selain Kyai dan tata nilai, kitab kuning me­ru­pa­kan unsur pokok dari sebuah pondok pe­san­
tren. Kitab kuning ada­lah bahan ajar pe­san­tren yang sudah lama di­gu­na­kan. Salah satu bidang kitab
kuning yang sudah lama diajarkan ada­lah bidang fiqih. Pengajaran kitab-kitab fiqih dimu­lai dari
kitab tingkat rendah seperti kitab Safinah an-Najah sampai kitab tinggi seperti kitab al-Muhadzdzab.
Metode pengajarannya meng­gu­na­kan metode bandongan dan sorogan. Seiring de­ngan munculnya
diversifikasi pengembangan bentuk dan jenis-jenis Pen­di­dik­an di pe­san­tren seperti Pen­di­dik­an formal
(madrasah dan sekolah) dan Pen­di­dik­an ke­te­ram­pil­an, diduga pengajaran kitab kuning, termasuk
kitab-kitab fiqih, mengalami pe­ru­bah­an pengajaran kitab, baik kitab-kitab yang diajarkan, metode
pengajaran yang di­gu­na­kan, jumlah pertemuan da­lam pengajaran, dan tingkat pengajaran. Me­la­lui
survei pada 951 pe­san­tren di 15 propinsi ter­ha­dap 72 kitab fiqih hasil pilihan peneliti, terda­pat 5 kitab
dari 72 kitab fiqih yang termasuk ke­lom­pok kitab fiqih yang banyak diajarkan, yaitu: Taqrib, Safinah
an-Najah, Fath al-Mu’in, Fath al-Qarib, dan Sullam at-Taufiq. Kecuali, Fath al-Mu’in, kitab-kitab
ter­se­but me­ru­pa­kan kitab-kitab fiqih elementer.
Kata kunci: Pengajaran Kitab Kuning, Kitab-Kitab Fiqih, Pe­san­tren

*) Peneliti Muda Pada Puslitbang Pen­


di­
dik­
an
Agama dan Ke­aga­ma­an. hhasanbasri@yahoo.com,
081319157303

Naskah diterima 10 Januari 2012. Revisi pertama, 2 Februari 2012, revisi kedua 27 Februari 2012,
revisi ketiga 2 April 2012

14 EDUKASI Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012


Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih di Pe­san­tren

PENDAHULUAN kuning, di lingkungan pe­ san­tren sejak


tahun 1990-an telah berkembang metode
Latar Belakang diskusi. Metode ini lebih sering di­ gu­
na­kan
di tingkat kiai-ulama atau pengasuh pe­san­
Kitab kuning me­ru­pa­kan salah satu elemen tren untuk, antara lain, mem­ ba­has isu-isu
penting dari sebuah pe­ san­
tren. Kitab kontemporer de­ ngan bahan-bahan pe­ mi­
kuning telah menjadi bahan ajar pe­san­tren kir­an yang bersumber dari kitab kuning. 2
da­lam waktu yang lama sehingga kitab
Tradisi pengajaran kitab kuning itu
kuning me­ mi­
li­
ki posisi dan peran yang
ber­orien­ta­si pada: pertama, kitab kuning
sig­ni­fi­kan di pe­san­tren. Walaupun telah
diajarkan secara berjenjang dari mu­
berkembang Pen­di­dik­an Islam formal,
lai kitab elementer sampai kitab tingkat
tidak berlebihan kalau kekuatan Pen­ di­
tinggi. Kedua, kitab kuning elementer
dik­an Islam pada masa lalu masih berada
banyak diajarkan, dan kitab kuning tinggi
pada sistem pe­ san­
tren. Hal ini sebagian
menjadi rujukan kaum santri tingkat
disebabkan oleh suksesnya lembaga ter­
tinggi atau ustadz atau kyai da­ lam forum
se­but menghasilkan sejumlah ulama
pengkajian kitab seperti bahtsul masail,
yang berkualitas tinggi. Kesuksesan ini
dan ketiga, pengajaran kitab kuning di pe­
tidak terlepas dari faktor kealiman kyai,
san­tren tidak variatif (variasinya yang
pengajaran kitab kuning, dan sistem nilai.
rendah). Kitab kuning tidak perlu diajarkan
Kalaupun dikenal sistem pemberian ijazah,
semua, kyai pe­ san­
tren cukup mengajarkan
kompetensi lulusan santrinya diukur
beberapa kitab yang perlu dikuasai, se­ te­
berdasarkan pada sejauhmana seorang
lah menguasai santri dibebaskan untuk
santri telah menyelesaikan pelajarannya
mempelajari kitab lain secara mandiri.
de­ngan baik tentang suatu kitab tertentu
sehingga si santri ter­ se­
but dianggap Kondisi saat ini, menurut sebagian
menguasai dan mengajarkannya kepada praktisi dan pemerhati pe­ san­tren, tradisi
orang lain. pengajaran kitab kuning termasuk kitab-
kitab fiqih, diduga mengalami pe­ ru­
bah­
Kitab Kuning di pe­ san­tren lebih di­
do­
an pengajaran kitab, baik kitab-kitab yang
mi­na­si oleh teks-teks keilmuan yang lebih
diajarkan, metode pengajaran yang di­gu­na­
kental de­ ngan nuansa fiqih ketimbang
kan, jumlah pertemuan da­ lam pengajaran,
bidang lain seperti tafsir, tasawwuf,
maupun tingkat pengajaran seiring de­ngan
teologi, usul fiqih dan lain-lain. Fiqih ada­
munculnya diversifikasi pengembangan
lah primadona kaum santri dan salah satu
bentuk dan jenis-jenis Pen­di­dik­an di pe­san­
disiplin keilmuan Islam yang paling dimi­
tren seperti Pen­di­
dik­
an formal (madrasah
nati. Kitab-kitab fiqih yang menjadi bahan
dan sekolah) dan Pen­di­dik­an ke­te­ram­pil­an
kajian di pe­ san­
tren lebih banyak berasal
serta munculnya sumber be­la­jar baru yang
dari aliran Syafi’iyah khususnya kitab-kitab
berasal dari perkembangan tek­no­lo­gi in­for­
yang ditulis pada abad keenam sampai
ma­si.
abad kesepuluh Hijriah.1
Memang saat membuka Pen­ di­
dik­
Kitab-kitab fiqih di pe­san­tren dipelajari
an formal, pe­ san­
tren tetap mengajarkan
me­la­lui metode bandongan dan sorogan.
kitab kuning. Tetapi, apakah de­ngan waktu
Selain kedua metode ter­ se­but, sejalan de­
yang terbagi de­ngan materi pelajaran pada
ngan usaha kontekstualisasi kajian kitab

1 Imam Nakhai, Peranan Kitab-Kitab Fiqih da­ 2 Lihat Affandi Mochtar, “Tradisi Kitab Kuning:

lam Menciptakan Budaya Damai da­lam Konteks Negara Sebuah Observasi Umum”, da­lam Marzuki Wahid,
Bangsa: Telaah ter­ha­dap Budaya Damai da­lam Kitab-kitab dkk (penyunting), Pe­san­tren Masa Depan: Wacana
Kuning Otoritatif di Dunia Pe­san­tren, tidak diterbitkan, Pemberdayaan dan Transformasi Pe­san­tren, 1999,
2011. Bandung: Pustaka Hidayah, hal. 224

Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 15


Husen H asan B asr i

Pen­di­
dik­an formal akan cukup untuk Tujuan Pe­ne­li­ti­an
pengajaran kitab kuning. Mungkin untuk
pe­san­tren-pe­san­tren yang tetap fokus pada Pe­ne­li­ti­an ini bertujuan untuk men­
pengajaran kitab kuning (pe­san­tren sa­la­fi­ des­krip­sikan:
yah murni atau sa­ la­
fi­
yah tradisional) tidak 1. Kitab-kitab fiqih yang banyak diajarkan
ada masalah, barangkali untuk pe­ san­
tren- di pe­san­tren
pe­san­tren yang membuka Pen­di­dik­an 2. Metode pengajaran kitab-kitab fiqih
formal muncul masalah da­ lam pembagian yang di­gu­na­kan
waktu antara meng­ ikuti aturan-aturan 3. Jumlah pertemuan pengajaran kitab-
formal (standar nasional Pen­ di­
dik­
an) de­ kitab fiqih
ngan pengajaran kitab kuning. 4. Tingkat pengajaran kitab-kitab fiqih
Saat ini banyak pe­san­tren yang meng­
ikuti Pen­di­dik­an formal tetapi pe­san­tren- Manfaat Pe­ ne­li­ti­an
pe­san­tren ter­se­but tetap mengajarkan kitab
kuning. Tahun 2009-2010, terda­ pat 24.206 Me­la­lui pe­ne­li­ti­an ini diharapkan da­
pe­san­tren de­ ngan 3.647.719 santri. Dari pat tergambarkannya peta kitab-kitab fiqih
jumlah ter­se­but, 13.477 (56%) buah ada­lah yang banyak diajarkan di pe­san­tren, metode
pe­san­tren sa­la­fi­yah dimana kitab kuning dan jumlah pertemuan pengajaran kitab-
menjadi fokus pengajarannya, dan 7.564 kitab fiqih, dan tingkatan pengajaran kitab-
(31%) buah ada­ lah pe­
san­tren Kombinasi kitab fiqih (ula, wustha, ‘ulya, dan Ma’had
dimana selain be­la­jar kitab kuning juga me­ ‘Aly). Selan­ jutnya data ini da­ pat menjadi
nye­leng­ga­ra­kan Pen­di­dik­an formal.3 Jika dasar pembuatan pedoman standarisasi
pe­san­tren-pe­san­tren ter­se­but—setidaknya penyetaraan Pen­di­dik­an pe­san­tren berbasis
87% pe­ san­tren—mengajarkan kitab ku­ kitab kuning, serta da­ pat melengkapi dan
ning, apakah da­ lam pengajaran kitab memperkuat buku Pedoman Standarisasi
kuning itu masih meng­ gu­na­
kan tradisi Kurikulum Pen­di­dik­an Pe­san­tren yang telah
pengajaran kitab kuning yang sudah lama dibuat oleh Direktorat Pen­ di­
dik­
an Diniyah
diperaktekkan atau menerapkan tradisi dan Pondok Pe­san­tren.
lain da­ lam pengajaran kitab kuning. Maka
da­lam konteks itulah pe­ne­li­ti­an tentang
pengajaran kitab kunig di pe­ san­
tren di­
la­ Metode Pe­ne­li­ti­an
ku­kan.
Metode pengumpulan data meng­
gu­ na­kan metode kuantitatif de­ ngan jenis
Pertanyaan Pe­ne­li­ti­an
survei. Jenis survei ini dipilih karena
1. Kitab-kitab fiqih apa yang banyak dianggap tepat untuk menda­ patkan peta
diajarkan di pe­san­tren? kitab-kitab fiqih yang banyak diajarkan,
2. Apa metode yang di­gu­na­kan da­lam metode pengajaran, jumlah pertemuan, dan
pengajaran kitab-kitab fiqih? tingkat pengajaran kitab-kitab fiqih. Survei
3. Berapa jumlah pertemuan pengajaran di­la­ku­kan pada bulan Mei-Juni 2011.
kitab-kitab fiqih? Target po­ pu­
la­
si yang menjadi sasaran
4. Kitab-kitab fiqih itu diajarkan pada pe­ne­li­ti­an seluruh pe­san­tren di 15 propinsi
tingkat apa? di Indonesia, yaitu: Jabar, Jatim, Jateng,
Banten, DIY, Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel,
Jambi, Lampung, Kalsel, Kalbar, NTB,
dan Sulsel. Secara nasional, di lima belas
3 EMIS, Statistik Pen­ di­
dik­
an Diniyah dan propinsi ini mencakup 23.065 pe­ san­
tren
Pondok Pe­san­tren, Tahun ajaran 2009-2010. atau (95,3%) dari 24.206 pe­ san­
tren. Kelima

16 EDUKASI Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012


Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih di Pe­san­tren

belas propinsi ter­se­but dipilih karena me­ Data yang terkumpul di­ la­
ku­kan va­
mi­li­ki jumlah pe­san­tren yang banyak. li­da­si dan coding serta di­la­ku­kan proses
Untuk memenuhi Margin Error +/- 3,1% entry. Selan­ jutnya, data ditabulasi dan
ditetapkan besaran sampel survei sekitar disajikan da­ lam bentuk tabel dan grafik.
996 pe­ san­
tren. Kerangka sampel meng­ gu­ Data yang telah terkategorisasi selan­ jutnya
na­kan nama-nama pondok pe­ san­
tren yang dianalisa de­ ngan statistik deskrptif untuk
terdaftar pada EMIS tahun 2008-2009. menda­ patkan hasil temuan yang diajukan
sebe­ lumnya. Berdasarkan masukan data
Sebe­lum penarikan pe­san­tren secara
dari hasil entry, tabulasi, uji statistik, selan­
random, ditetapkan terlebih dahulu
jutnya paparan temuan di­sam­pai­kan secara
kate­gori pe­san­tren sa­la­fi­yah, pe­san­
deskriptif.
tren kombinasi dan pe­ san­ tren ashriyah
untuk masing-masing propinsi. Langkah
selan­jutnya ada­ lah pada masing-masing KERANGKA KONSEP
propinsi dipilih kabupaten-kabupaten
yang mewakili kabupaten yang me­ mi­li­ Kitab-Kitab Fiqih
ki kategori pe­san­tren sa­la­fi­yah terbanyak,
sedang, dan rendah; kabupaten-kabupaten Pendefinisian istilah kitab kuning
yang mewakili kabupaten yang me­ mi­li­ beragam. Pendefinisian kitab kuning itu
ki kategori pe­ san­ tren ashriyah terbanyak, ada yang dibatasi de­ngan tahun karangan,
sedang dan rendah; juga kabupaten- mazhab teologi, istilah mu’tabarah, dan
kabupaten yang mewakili kabupaten yang sebagainya. Selain istilah kitab kuning,
me­mi­li­ki kategori pe­san­tren kombinasi untuk menyebut jenis kitab yang sama
terbanyak, sedang dan rendah. beredar istilah ‘kitab klasik’(al-kutub al-
qadimah), ‘kitab gundul’, dan ‘kitab kuno’.
Se­te­lah itu mendaftar pe­san­tren di
Pengertian yang umum beredar di kalangan
masing-masing kabupaten terpilih. Ke­
pemerhati masalah pe­ san­
tren ada­lah bah­
mu­ dian secara random dipilih pe­ san­
tren-
wa kitab kuning selalu dipandang sebagai
pe­san­tren di masing-masing kabupaten
kitab-kitab ke­aga­ma­an berbahasa Arab,
terpilih sesuai de­ngan jumlah sampel yang
atau berhuruf Arab, sebagai produk pe­
telah ditentukan berdasarkan proporsi po­
mi­kir­
an ulama-ulama masa lampau (as-
pu­la­
si masing-masing kabupaten yang
salaf ) yang ditulis de­ngan format khas pra-
mewakili. Berdasarkan jumlah sampel 996
modern, sebe­ lum abad ke-17-an M. Da­ lam
pe­san­tren, sebanyak 951 sampel akhir pe­
Ru­mus­ an yang lebih rinci, definisi kitab
san­tren yang berasal dari 89 kabupaten dan
kuning ada­ lah kitab-kitab yang: a) ditulis
kota. 951 pe­san­tren itu terdiri dari 530 pe­
oleh ulama-ulama ‘asing’ tetapi secara
san­tren sa­la­fi­yah, 300 pe­san­tren kombinasi,
turun-temurun menjadi rujukan yang
dan 121 pe­san­tren ‘ashriyah.
dipedomani oleh para ulama Indonesia, b)
Sumber data survei ini ada­lah pim­pin­ ditulis oleh ulama Indonesia sebagai karya
an dan santri pe­san­tren. Untuk mengambil tulis yang ‘independen’, dan c) ditulis oleh
sumber data atau responden survei di­la­ku­ ulama Indonesia sebagai komentar atau
kan metode berikut. Dari 951 pe­san­tren yang terjemahan atas kitab karya ulama ‘asing’4.
terjaring, dida­
pat 951 pim­ pin­
an dan 2146 Menurut Azyu­ mardi Azra, kitab kuning
santri sebagai sumber data (responden). ada­lah kitab-kitab ke­aga­ma­an berbahasa
Untuk kyai ditanyakan tentang kitab-kitab Arab, Melayu atau Jawa atau bahasa-bahasa
fiqih apa yang banyak diajarkan dan tingkat
4 Affandi Mochtar, “Tradisi Kitab Kuning:
pengajaran kitab-kitab fiqih. Sementara
Sebuah Observasi Umum”, da­lam Marzuki Wahid,
untuk santri ditanyakan tentang metode dkk (penyunting), Pe­san­tren Masa Depan: Wacana
dan jumlah pertemuan pengajaran kitab- Pemberdayaan dan Transformasi Pe­san­tren, 1999,
kitab fiqih. Bandung: Pustaka Hidayah, hal. 222

Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 17


Husen H asan B asr i

lokal lain di Indonesia de­


ngan meng­gu­
na­ Al-Wahab sebuah syarah karya Zakariya
kan aksara Arab, yang selain ditulis oleh Anshari atas karangan sendiri Manhaj Al-
ulama di Timur Tengah, juga ditulis oleh Tullab. Mir’at Al-Tullab karya Abdurrauf
ulama Indonesia sendiri.5 Al-Singkili me­ru­pa­kan terjemahan Fath Al-
Wahhab da­lam bahasa Melayu.
Studi Van den Berg (1886) me­ru­pa­kan
survei paling terperinci mengenai kitab- Dari Taqrib lahir syarah-syarahnya
kitab yang umum dipelajari di pe­ san­
tren seperti Fath Al-Qarib (Ibn Qasim), Kifayatul
Jawa. Van den Berg me­ nye­but­
kan lima Al-Akhyar (Dimasyqi), dan Iqna’ (Khatib
puluh judul kitab. Selan­ jutnya Bruinessen Syarbini). Dari Qurrah Al-ain disyarahi oleh
mencantumkan ada sekitar 900 buku Malibari sendiri menjadi Fath Al-Mu’in.
(kitab) yang di­gu­na­kan di pe­san­tren (buku Dan Nawawi Banten menulis syarah Qurrah
teks) dan kemungkinan buku-buku ter­ se­ Al-‘Ain yakni Nihayah Al-Zain. Hasyiyah
but masih dicetak dan di­ gu­na­
kan sampai atas Fath Al-Mu’in ada­lah I’anah al-Thalibin
saat ini. Menurut Bruinessen, bidang fiqih karya Sayid Bakri bin Muhammad Syatha
me­ ru­
pa­kan satu disiplin ilmu yang paling Al-Dimyati dan Tarsyih Al-Mustafidin karya
banyak diajarkan di pe­ san­tren. Karena itu Alwi Al-Saqqaf.6
dari sekitar 900 judul kitab kuning yang
Garis lain kitab-kitab fiqih yaitu kitab
beredar di pe­ san­
tren, 20% (sekitar 180
al-Muqaddimat al-Hadhramiyyah karya
kitab) yang bersubstansikan fiqih.
Abdullah bin Abdul Karim Bafadhal. Dari
Menurut Bruinessen, karya-karya garis ini lahir tiga kitab kuning baru, yaitu:
fikih yang paling populer ada­ lah Taqrib Minhaj al-Qawwim, yang pada abad ke-18
dan syarahnya Fath Al-Qarib. Hampir tidak melahirkan kitab Hawashi al-Madaniyah. Dua
ada pe­san­tren yang tidak meng­gu­na­kan kitab komentar lagi atas kitab al-Muqadimah
paling tidak salah satu dari kedua kitab ada­ lah, pertama, sebuah kitab komentar
ini. Lebih lanjut Bruinessen mengatakan yang ditulis da­ lam bahasa Arab oleh
ada beberapa “keluarga” kitab fikih Syafii ulama Indonesia, Mahfudz bin Abdullah
dan hubungan antara ang­ go­
ta keluarga at-Tarmisi (w.1338 H/1919 M), dan kedua,
ini, yaitu Muharrar karangan Rafi’i (w.625 kitab Busyr al-Karim bi Syarah Masail at-
H/1226 M), Taqrib (atau Mukhtashar) oleh Ta’lim ‘ala Muqadimah al-Hadramiyah (karya
Abu Syuja’ Al-Isfahani (w.593 H/1197 M)), Sa’id bin M. Bahsin). Selain kitab-kitab
dan Qurrah Al-‘Ain karangan Malibari fiqih yang mem­ pu­ nyai hubungan de­ ngan
(w.kira-kira 975 H/1567 M). Muharrarnya empat garis asal-muasal di atas, masih
Imam Rafi’i pertama-tama disingkat oleh banyak kitab-kitab fiqih yang terkenal di
Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Al-Nawawi lingkungan pe­ san­ tren. Untuk menyebut
menjadi Minhaj At-Thalibin. Karya ini telah beberapa contoh, diantaranya ada­ lah kitab
melahirkan banyak syarah, diantaranya Sullam at-Taufiq (Abdullah bin Husayn bin
lima yang paling penting yaitu: Kanz Al- Thahir Ba’alawi, w.1271/1855M), kitab
Raghibin (Muhalli), Manhaj Al-Thullab Safinah an-Najah (Salim bin Abdullah bin
(Zakariya Al-Anshari), Tuhfah Al-Muhtaj Sumayr, tinggal di Ja­ kar­
ta pertengahan
(Ibn Hajar Al-Haitami), Nihayatul Muhtaj abad ke 19 M), kitab Muhadzdzab karangan
(Samsudin Ramli), dan Mughni Al-Muhtaj Ibrahim asy-Syirazi al-Fayruzabadi (w.467
(Sayrbini). Dari kitab Kanz Al-Raghibin lahir H/1083 M), kitab Bughyah al-Mustarsyidin
hasyiyah Qalyubi dan ‘Umaira. Dan Fath (sebuah koleksi fatwa ulama abad ke-
19/20 M, karya Abdurahman bin Husayn
5 Azra, Azyumardi. “Kitab Kuning: Tradisi Ba’alawi), dan kitab ‘Uqud al-Lujayn fi
dan Epistemologi Keilmuan Islam di Indonesia”,
Azyumardi AZra, Pendidikn Islam: Tradisi dan 6 Bruinessen, Martin Van.. Kitab Kuning, Pe­ san­
Modernisasi Menuju Milenium Baru”, 2002, Ja­kar­ta, tren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia, 1999,
Logos, hal 111 Bandung, Mizan, hal. 131-132.

18 EDUKASI Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012


Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih di Pe­san­tren

Huquq az-Zawjayn karya Syaikh Nawawi li­


ti­
an berasal dari (a) studi Martin Van
al-Bantani. Bruinessen, (b) Appendix C Daftar Kitab-
kitab da­ lam Sudjoko Prasodjo, dkk, (c)
Pe­ne­li­ti­an Mastuhu tahun 1994 sekitar
Lampiran 2: Daftar Kitab yang Dikaji da­
kitab yang di­gu­na­kan pada 6 pe­san­tren
lam Pe­ san­tren da­lam Mastuhu, (d) Studi
terkemuka di Jawa (Guluk-guluk, Sukorejo,
Puslitbang Lektur Ke­ aga­
ma­ an tahun 2006,
Blok Agung, Tebuireng, Paciran dan Gontor)
(e) Kitab-kitab standar Ma’had Aly, Kitab
terda­
pat sekitar 7 bidang kajian agama
Standar Pokok Jurusan Fiqh dan Ushul
Islam (tauhid, tafsir, hadis, fikih, usul fikih,
Fiqh Ma’had Aly, dan Kutub Al-Maraji’ Al-
tasawuf, nahu/ saraf/balagah, mantik dan
Muqarrarah Ma’had Aly, (f ) Acuan kitab-
ahlak) dan meng­gu­na­kan 112 macam kitab.
kitab dan/atau yang sederajat sesuai Surat
Kitab-kitab fiqih yang dikaji pada 6 pe­san­
edaran Direktorat Jenderal Kelembagaan
tren itu yaitu: pertama, pe­ san­
tren Guluk-
Agama Islam, No­ mor: Dj.II.II/V/PP.007/
guluk; Minhaj Al-‘Abidin, Fath Al-Wahhab,
AZ/28/04 tanggal 9 Januari 2004, pada
Fath Al-Mu’in, Fath Al-Qarib, Sullam At-
tahun 2008 Direktorat Jenderal Pen­ di­
dik­
an
Taufiq, Fath Al-Jawad, dan Minhaj Al-Qawim.
Islam Departemen Agama RI menetapkan
Kedua, pe­san­tren Sukorejo; Safinat An-
kebijakan ter­ ha­dap lulusan pondok pe­
Najah, Sullam At-Taufiq, Fath Al-Qarib, Fath
san­tren dan Pen­di­dik­an diniyah yang
Al-Mu’in, Fath Al-Wahhab, Minhaj Al-Abidin,
meliputi pengakuan kesetaraan lulusan
Minhaj Al-Qawim, Kifayat Al-Akhyar, dan Al-
dan legalisasi ijazah/syahadah pondok
Iqna fi Al-Fadli Abi Syuja’. Ketiga, pe­san­tren
pe­san­tren dan Pen­di­dik­an diniyah. Kitab-
Blok Agung; Al-Iqna fi Al-Fadli Abi Syuja’,
kitab fiqih yang dijadikan sasaran sebagai
Fath Al-Wahhab, Kasyifat As-Saja, Fath Al-
pilihan peneliti sebanyak 72 kitab.
Mu’in, Sullam As-Safinah, Kifayat Al-Akhyar,
Fath Al-Qarib, Bahjat Al-Wasail, Bugyat Al-
Mustarsyidin, Minhaj Al-Qawim, Sullam At- Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih
Taufiq, Al-Asybah wannadhoir, dan Sullam
Al-Munajat. Keempat, pe­san­tren Tebuireng; Pengajaran kitab kuning ada­lah proses
Mabadi’ Al-Fiqh, Taqrib, Fathul Mu’in, Fath be­la­jar mengajar yang meng­gu­na­kan kitab
Al-Wahhab, Al-Muhadzdzab, Al-Asybah kuning sebagai sumber be­ la­
jarnya. Da­
lam
wannadhoir, Mizan Al-Kubra, dan Minhaj Al- ke­giat­an be­la­jar mengajar kitab kuning
‘Abidin. Kelima, pe­san­tren Paciran; Bidayat melibatkan beberapa komponen, yakni
Al-Mujtahid. Keenam, pe­san­tren Gontor; santri yang be­ la­
jar, kyai atau ustadz yang
Pengantar Fiqih, Al-Fiqh Al-Wadih 1,2,3, dan mengajar, isi pelajaran, metode, sistem
Bidayat Al-Mujtahid.7 pengajaran, bahasa pengantar, dan evaluasi.
Da­lam pe­ne­li­ti­an ini kitab-kitab fiqih Hampir setiap pe­ san­
tren mengajarkan
ada­lah kitab-kitab ke­aga­ma­an berbahasa kombinasi kitab yang ber­ be­
da-beda, dan
Arab, Melayu atau Jawa atau bahasa-bahasa banyak kyai terkenal sebagai spesialis
lokal lain di Indonesia de­ ngan meng­ gu­na­ kitab tertentu. Pe­san­tren ber­be­da de­ngan
kan aksara Arab, yang selain ditulis oleh madrasah da­ lam hal, disamping beberapa
ulama di Timur Tengah, juga ditulis oleh hal lainnya, tidak adanya keseragaman
ulama Indonesia sendiri yang berisikan da­lam kurikulum.8 Banyak kyai yang
keilmuan fiqih. mengkhususkan diri menekuni salah satu
Daftar nama-nama kitab-kitab fi­ cabang ilmu, atau bahkan salah satu kitab
qih yang dijadikan bahan dasar pe­
ne­ tertentu. Karena alasan ini pula, banyak

8 Steenbrink, Karel A., Pe­san­tren, Madrasah,


7 Mastuhu. Dinamika sistem Pen­di­dik­an Pe­san­ Sekolah: Pen­di­dik­an Islam da­lam Kurun Moderen, 1994,
tren, 1994, INIS, Ja­kar­ta, hal. 170-173 Ja­kar­ta, LP3ES. hal 166-167.

Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 19


Husen H asan B asr i

para santri yang berpindah dari satu pe­ berulang-ulang dan bertahun-tahun selama
san­tren ke pe­san­tren lainnya untuk be­la­jar meng­ikuti Pen­di­dik­an di pe­san­tren.10
sejumlah kitab tertentu secara menyeluruh.
Selama kurun waktu yang panjang,
Tidak ada satu pun pe­ san­
tren yang
pe­san­ tren telah memperkenalkan dan
memberikan kurikulum yang mewakili
menerapkan beberapa metode: bandongan,
semua.
sorogan, hafalan, dan diskusi.11 Semua
Jenis Pen­di­dik­an ‘pe­san­tren’ bersifat metode ini di­la­ku­kan da­lam sistem halaqah12
non formal hanya mempelajari agama maupun klasikal (madrasah). Metode ban­
yang bersumber pada kitab-kitab klasik dong­an ada­ lah cara penyampaian kitab
(kitab kuning) meliputi bidang-bidang kuning di mana seorang guru atau ustadz
studi: Tauhid, Tafsir, Hadits, Fiqih, Ushul membacakan dan menjelaskan isi kitab
Fiqih, Tasawuf, Bahasa Arab (Nahwu, kuning, sementara santri, murid, atau
Sharaf, Balaghah dan Tajwid), Mantiq, sis­
wa mendengarkan, memberi makna,
dan Akhlaq. Kurikulum da­ lam jenis Pen­ dan menerima. Da­ lam metode ini, guru
di­dik­an ‘pe­san­tren’ berdasarkan tingkat berperan aktif, sementara murid bersikap
kemudahan dan kompleksitas ilmu atau pasif. Adapun metode sorogan ada­lah
masalah yang dibahas da­lam kitab, jadi ada murid membaca dan guru mendengarkan
tingkat awal, tingkat menengah dan tindak sambil memberi catatan, komentar, atau
lan­jut, misalnya pe­ san­
tren Blok Agung bimbingan bila diperlukan. Catatan itu
berkeyakinan bah­wa sebe­lum seorang anak bisa berupa syakl atau makna mufrodat
be­la­jar lebih lan­jut, minimal me­re­ka harus atau penjelasan. Metode bandongan atau
mempelajari kitab-kitab awal ke­aga­ma­an sorogan me­ mi­li­
ki ciri penekanan yang
fiqih-sufistik.9 sangat kuat pada pemahaman tekstual
atau literal. Metode hafalan ada­ lah be­la­
Diantara kitab kuning yang diajarkan
jar sendiri secara individual de­ ngan jalan
secara intensif berasal dari “gen”. “Gen” atau
menghapal. Metode ini telah menjadi ciri
matan (matn) ini kemudian dikembangkan
dan cap yang melekat pada sistem Pen­
menjadi komentar (syarh), catatan pinggir
di­dik­an tradisional, termasuk pe­san­tren.
(hasyiyah), bahkan adakalanya muncul da­
Da­ lam pengajaran kitab kuning di­ gu­
na­
lam bentuk ringkasan (mukhtashar) dan
kan metode diskusi (munazharah). Metode
syair (nazham). Kitab kuning da­ lam pe­
ini ada­ lah penyajian bahan pelajaran de­
san­tren berjalan da­lam siklus yang tetap:
ngan cara murid atau santri mem­ba­hasnya
mengem­ bang, menyempit, berputar,
bersama-sama me­la­lui tukar penda­pat
dan berulang. Beberapa contoh da­ pat
tentang suatu topik atau masalah tertentu
disebutkan, misalnya, da­ lam fikih: At-
Taqrib, Fathu al-Qarib karya al-Bajuri,
Qurrah al-‘Ayn, Fath al-Mu’in, I’anatuh ath- 10 Husen Muhammad, “Kontekstualisasi Kitab
Tahalibin atau Nihayah az-Zayn. Contoh da­ Kuning: Tradisi Kajian dan Metode”, dalam Marzuki
lam bidang nahwu ada­ lah: Al-Ajurumiyah, Wahid, dkk (penyunting), Pesantren Masa Depan:
Wacana Pengembangan dan Transformasi Pesantren,
al-Asymawi, ad-Dahlan, al-Khalid, al-Kafrawi, 1999, Bandung, Pustaka Hidayah, hal. 270-271
al-Mutammimah, al-‘Imrithi hingga Alfiyah 11 Mastuhu mengistilahkan de­ngan lalaran.
Ibn Malik dan Ibn ‘Aqil. Sebuah cabang ilmu Metode lalaran ada­ lah be­la­
jar sendiri secara
boleh jadi dikupas dan diringkas da­ lam individual de­
ngan jalan menghapal, biasanya di­ la­
ku­kan di mana saja seperti di dekat makam, serambi
puluhan kitab kuning. Semuanya diajarkan Mesjid, serambi kamar dan sebagainya. Lihat
Mastuhu, op.cit., hal. 144
12 Mastuhu dan Affandi Mochtar mengartikan

istilah halaqah bukan sebagai sistem tetapi sebagai


metode pegajaran. Keduanya mengartikan istilah
9 Mastuhu, op. cit., 142 halaqah yaitu metode seminar atau diskusi. Mochtar,
op.cit., hal.223 dan Mastuhu, op.cit., hal. 144.

20 EDUKASI Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012


Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih di Pe­san­tren

yang ada da­lam kitab kuning. Di beberapa santri tingkat tinggi dan mengenai kitab-
pe­san­tren, mengaji kitab kuning de­ ngan kitab besar dan masyhur.
metode munazharah berjalan cukup baik dan
Hasil pe­ne­li­ti­an Puslitbang Lektur Ke­
bahkan mampu memacu para santri untuk
aga­ ma­ an tahun 2004 tentang pergeseran
melakukan telaah (muthala’ah) atas kitab
literatur ke­aga­ma­an di pe­san­tren sa­la­fi­
yang besar-besar. Di masa lalu, mengaji de­
yah di pulau Jawa, me­ nye­
but­
kan adanya
ngan metode munazharah menjadi sebuah
pergeseran-pergeseran da­ lam penggunaan
tradisi para ulama.13
literatur baik dari sisi materi, bidang
Selain metode-metode di atas, penga­ kajian, penyampaian, de­ngan ber­ba­gai
jar­an kitab kuning da­pat di­la­ku­kan me­la­lui penyebabnya. Pe­ne­li­ti­an Puslitbang Lektur
metode penulisan ilmiah, sekurang-ku­ rang­ Ke­aga­ma­an diteruskan tahun 2005 de­ngan
nya de­ ngan menulis resume atau ikhtisar judul “Pergeseran Literatur di Pondok
atas topik yang ada da­lam kitab kuning, dan Pe­san­tren Sa­la­fi­yah” sebagai lan­jutan
metode evaluasi da­ lam bentuk penilaian dari kajian yang sama pada tahun sebe­
atas tugas, kewajiban dan pekerjaan. Cara lumnya (2004). Pe­ ne­
li­
ti­
an ini di fokuskan
ini di­la­ku­kan se­te­lah kajian kitab kuning pada 9 daerah de­ ngan sampel 21 pe­ san­
selesai dibacakan atau di­ sam­
pai­
kan. Di tren de­ ngan pertimbangan bah­ wa pe­san­
masa lalu, cara ini disebut imtihan, yakni tren ini masih dianggap bersifat sa­ la­
fi­
suatu pengujian santri me­la­lui munaqasyah yah untuk daerah-daerahnya dan masih
oleh para guru atau kyai di hadapan forum konsisten meng­gu­na­kan pola-pola lama
terbuka. Selesai munaqasyah, ditentukanlah de­ ngan literatur klasiknya. Temuan pe­
kelulusan. Kepada santri yang “lulus” da­ ne­li­ti­an itu me­nye­but­kan bah­wa nilai-
pat diberikan ijazah lisan maupun diploma nilai sa­la­fi­yah da­lam meng­gu­na­kan kitab
alimiyyah atau sejenisnya.14 kuning sangat dipegang teguh oleh pe­
san­ tren, penghormatan atas sikap para
Evaluasi keberhasilan pengajaran di
ulama pe­ san­
tren terdahulu masih tetap
pe­san­tren ditentukan oleh kemampuan
dianut, konsep tikrari, sawabit dan qauli da­
mengajarkan kitab kuning kepada orang
lam penggunaan kitab yang diaji masih
lain. Jika audiennya merasa puas, maka hal
tetap di­ la­
ku­
kan. Oleh karenanya secara
itu santri yang bersangkutan telah lulus.
substansi da­ pat dikatakan tidak ada pe­
Sebagai legalisasi kelulusannya ada­lah restu
ru­bah­an da­lam penggunaan literaturnya
kyai bah­wa santri yang bersangkutan boleh
kecuali da­lam cara pem­be­la­jar­anya yaitu
pindah mempelajari kitab lain yang lebih
menambah de­ ngan cara klasikal dan tidak
tinggi tingkatannya dan boleh mengajarkan
meninggalkan cara lama yaitu bandongan,
kitab yang telah dikuasai kepada orang
sorogan, wetonan dan lalaran. Pergeseran
lain.15 Kalaupun dikenal sistem pemberian
da­ lam penggunaan literatur hanya bersifat
ijazah, kompetensi lulusan santrinya diu­
teknis dan terbatas pada alih bidang kajian,
kur berdasarkan pada sejauhmana seorang
bahasa terjemah, penambahan kitab da­
santri telah menyelesaikan pela­jar­an­nya
lam bahsul masail dan penerbitan majalah
de­ngan baik tentang suatu kitab tertentu
serta kajian kitab khusus atas keinginan
sehingga si santri ter­ se­
but dianggap me­
ma­sya­ra­kat. Hal lain dari temuan pe­ne­li­
ngua­sai dan mengajarkannya kepada orang
ti­an ter­se­but ber­kait­an de­ngan pe­nga­ruh
lain. Dan menurut Dhofier, pemberian
kitab kuning ter­ ha­ dap lingkungan pondok
ijazah ini hanya dikeluarkan untuk santri-
pe­ san­ tren yang memperlihatkan adanya
pe­ nga­ ruh yang nampak terutama da­ lam
13 Husen Muhammad, op.cit., hal. 280-283 sikap antara santri dan kyai, kebersamaan,
14 Ibid, hal. 283-284
ketentraman, kepatuhan dan kerelaan.
15 Op.cit.,
Hal-hal ter­se­but kadangkala me­ru­pa­
hal. 145

Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 21


Husen H asan B asr i

kan kendala bagi lingkungan pe­ san­


tren tingkat awaliyah (ula), wustha, ‘ulya, dan
yang dianggap sebagai jumud dan agen Ma’had Aly.
kemunduran. Namun de­mi­ki­an tuduhan
Pengajaran kitab-kitab fiqih da­lam pe­
ter­
se­
but tidak semuanya tepat karena
ne­li­ti­an ini ada­lah proses be­la­jar mengajar
banyak para santri yang ada di pe­ san­
yang meng­ gu­
na­ kan kitab-kitab fiqih seba­
tren meng­ ikuti perkuliahan di perguruan
gai sumber be­la­jarnya. Proses be­la­jar
tinggi agama atau umum yang berada di
mengajar kitab-kitab fiqih da­lam pe­ne­li­ti­an
wilayahnya.16
ini difokuskan pada: (1) nama kitab-kitab
Bruinessen membuat tingkat kesulitan fiqih (72 kitab) yang banyak diajarkan, (2)
kitab kuning. Untuk itu ia meng­ gu­
na­ metode yang di­gu­na­kan da­lam pengajaran
kan nama-nama tingkatan madrasah, kitab-kitab fiqih, (3) jumlah pertemuan da­
yaitu ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah dan lam pengajaran kitab-kitab fiqih, dan (4)
khawash. Kitab-kitab fiqih yang diajarkan tingkat pengajaran kitab-kitab fiqih.
ada­lah: pada tingkat tsanawiyah yaitu,
Metode pengajaran kitab kuning ada­
Taqrib, Safinah, Sullam al-Taufiq, Uqud al-
lah metode sorogan, bandongan, lalaran,
Lujain, Mabadi Fiqhiyah, dan Fiqh Wadhih.
dan diskusi. Sedangkan jumlah pertemuan
Pada tingkat Aliyah, yaitu Fath Al-Qarib,
pengajaran kitab-kitab fiqih ada­ lah se­
Minhaj Al-Thalibin, Fathul Wahab, Mahalli,
be­rapa kali kitab-kitab fiqih ter­ se­
but
Tahrir. Kitab Kifayatul Akhyar diajarkan
diajarkan, apakah setiap hari, satu minggu
pada tingkat Tsanawiyah dan Aliyah. Kitab
satu kali, satu minggu dua kali, dan satu
kuning I’anah Thalibin, Bajuri, Iqna, Minhaj
minggu tiga kali. Ada juga kitab-kitab
al-Thullab, Minhajul Qawim, Kasifat al-Saja,
fiqih tertentu diajarkan setiap pasaran. Arti
Syarah Sittin, Muhadzab, dan Bughyat al-
pasaran di sini ada­ lah da­
lam satu waktu
Mustarsyidin tidak disebutkan tingkat
(misalnya satu bulan) satu kitab fiqih
pengajarannya.17
tertentu ditamatkan. Selan­ jutnya, istilah
Apa yang digambarkan Bruinessen yang di­ gu­na­
kan untuk menyebut tingkat
di atas tentunya bukan berlaku untuk pengajaran kitab-kitab fiqih ada­ lah tingkat
seluruh pe­ san­
tren di Indonesia. Karena ula, wustha, ulya dan ma’had Aly.
tingkat pengajaran kitab kuning di pe­ san­
tren ber­be­da satu pe­san­tren de­ngan pe­san­
Pondok Pe­san­tren
tren yang lain. Istilah tingkat yang di­gu­na­
kan pun ber­ be­
da-beda. Ada yang meng­
Pondok Pe­san­tren ada­lah lem­
gu­ na­
kan istilah tingkat itu mengadopsi
baga Pen­ di­
dik­
an tradisional Islam untuk
sistem madrasah yang sudah ada seperti
mem­pelajari, memahami, meng­ha­ya­ti,
ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah seperti yang
dan mengamalkan ajaran Islam de­ ngan
di­gu­na­kan Bruinessen da­lam studinya.
menekankan pentingnya moral ke­ aga­ma­
Saat ini tingkatan pengajaran pada Pen­ di­
an sebagai pedoman perilaku sehari-hari.18
dik­an diniyah dan pe­ san­ tren sudah diatur
Da­lam perkembangannya, pondok pe­ san­
da­lam PP No 55 Tahun 2007 tentang Pen­di­
tren mengalami variasi dilihat dari orientasi
dik­an agama dan Pen­di­dik­an ke­aga­ma­an.
dan serta stra­te­gi pem­be­la­jar­annya. Ada
Da­lam PP itu disebutkan ada tingkat dasar,
tiga kategori pondok pe­ san­
tren: pondok
menengah, dan tinggi. Selain itu ada istilah
pe­san­tren sa­la­fi­yah, pondok pe­san­tren
khalafiyah atau ashriyah, dan pondok pe­
16 Fadhal A.R. Bafadal dan Syatibi (ed.), Per­ san­tren kombinasi.
geseran Literatur di Pondok Pesantren Salafiyah,
2006, Jakarta, Puslitbang Lektur Keagamaan, Keme­
nag RI
17 Bruinessen, op.cit., hal. 115 18 Mastuhu, op.cit., hal 55

22 EDUKASI Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012


Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih di Pe­san­tren

Pondok pe­san­tren sa­la­fi­yah me­ru­pa­ dari sekitar 900 judul kitab kuning yang
kan jenis pondok pe­ san­tren yang hanya beredar di pe­ san­
tren, 20% (sekitar 180
me­nye­leng­ga­ra­kan atau mengutamakan kitab) yang bersubstansikan fiqih.
pengajian kitab dan tidak me­ nye­
leng­ga­
Da­
lam survei ini, dari 72 kitab fiqih,
ra­kan Pen­di­dik­an formal, atau pondok
kitab Taqrib menempati urutan teratas de­
pe­san­tren yang ber­orien­ta­si mengajarkan
ngan frekuensi pengajaran sebesar 661 atau
pe­nge­ta­hu­an agama se­pe­nuh­nya (tafaquh
(7,2%) dan kitab al-Majmuat ar-Rawiyah
fi addin), de­ ngan metoda sorogan atau
menempati urutan terbawah de­ ngan
bandongan. Pondok pe­san­tren sa­la­fi­yah
frekuensi pengajaran sebesar 3 atau (0,03%).
sering dikategorikan sebagai pondok pe­
san­ tren tradisional karena menekankan Jika diklasifikasikan ke da­lam ke­
lom­
pada pengajaran kitab kuning (karya-karya pok pengajaran kitab fiqih, yaitu: ke­ lom­
besar produk abad keemasan peradaban pok kitab yang sedikit diajarkan (0,0%-
Islam pada abad 9-13 Masehi). Pe­ san­
tren 2,4%), ke­lom­pok kitab yang cukup banyak
khalafiyah/Ashiriyah--yang juga disebut diajarkan (2,5%-4,8%), dan ke­ lom­pok kitab
pondok pe­san­tren modern--me­ru­pa­kan yang banyak diajarkan (4,9%-8,4%), Tabel
jenis pe­san­tren yang hanya me­nye­leng­ga­ra­ 1 me­ nun­juk­
kan ada lima kitab fiqih yang
kan Pen­ di­
dik­
an formal yang mengajarkan termasuk ke­ lom­ pok kitab yang banyak
pe­nge­ta­hu­an umum (yang dianggap dasar diajarkan, yakni: Taqrib, Safinah al-Najah,
dan penting, seperti bahasa Inggeris, Fath al-Muin, Fath al-Qarib, dan Sullam al-
Bahasa Indonesia, dan pe­nge­ta­hu­an umum Taufiq.
lainnya) di samping pe­nge­ta­hu­an agama.
Di antara pondok pe­ san­tren khalafiyah, Tabel 1
banyak pula pondok pe­ san­tren yang me­ Ke­lom­pok Kitab Yang Banyak Diajarkan
nye­leng­ga­ra­kan Pen­di­dik­an persekolahan
de­ngan meng­gu­na­kan kurikulum Depag Nama Kitab
Banyaknya Kyai
Persentase (%)
Mengajarkan
atau Depdiknas. Sementara, pondok pe­san­ Taqrib 661 7,21
tren kombinasi me­ ru­
pa­ kan jenis pondok Safinah al-Najah 651 7,10
pe­ san­tren yang be­ la­
jar kitab kuning dan
Fath al-Mu’in 613 6,69
Fath al-Qarib 607 6,62
me­nye­leng­ga­ra­kan Pen­di­dik­an formal. Sullam al-Taufiq 501 5,47
Pe­
san­
tren yang dimaksud da­ lam pe­ Sumber: data survei pengajaran kitab kuning
ne­li­
ti­
an ini ada­lah seluruh pondok pe­
san­ tren yang terdata pada EMIS Ke­ men­
te­
ri­
an Agama RI yang jumlahnya 24. 206 Menurut Tabel 1, kitab Taqrib dan
pada tahun 2008/2009. Semua pe­ san­
tren syarahnya Fath al-Qarib yang menurut
ini dikategorikan oleh EMIS ke­ men­ te­
ri­ Bruinessen sebagai kitab fiqih yang
an Agama RI ke da­ lam pe­san­
tren Sa­ la­
fi­ dahulu paling populer dan hampir tidak
yah (12.477 pe­san­tren atau 56%), pe­san­tren ada pe­san­tren yang tidak meng­gu­na­kan
Ashriyah (3.165 pe­ san­
tren atau 13%), dan kedua kitab ter­ se­
but, saat ini masih tetap
pe­san­tren Kombinasi (7.564 pe­san­tren atau diajarkan di pe­ san­tren. Selain Taqrib dan
31%). Fath al-Qarib, yang termasuk ke­lom­pok
kitab yang banyak diajarkan ada­lah Safinah
al-Najah, Fath al-Mu’in dan Sullam al-Taufiq.
KITAB-KITAB FIQIH YANG BANYAK Kitab Safinah al-Najah, misalnya, ditulis oleh
DIAJARKAN DI PE­SAN­TREN Salim bin ‘Abdullah bin Sumayr di Ja­ kar­
ta,
se­te­
lah kedatangannya dari Makkah pada
Menurut Bruinessen, bidang fiqih me­ tahun 1850 M. Penulisnya sangat membenci
ru­
pa­
kan satu disiplin ilmu yang paling tarekat yang pada masa itu berkembang di
banyak diajarkan di pe­
san­
tren. Karena itu

Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 23


Husen H asan B asr i

Ja­
kar­
ta dan sekitarnya. Da­ pat diperkirakan ini, berada di luar ke­lom­
pok kitab yang
bah­wa kehadiran Safinah pun di­mak­sud­ banyak diajarkan. Berikut ada­
lah frekuensi
kan, antara lain, untuk mengembalikan pengajaran masing-masing nama kitab-
umat pada syariat (Moctar, 1999: 244). kitab fiqih itu.
Kitab Muharrarnya Imam Rafii per­
Tabel 2 tama-tama disingkat oleh Abu Zakariya
Ke­lom­pok Kitab Yang Cukup Banyak Yahya bin Syaraf Al-Nawawi menjadi
Diajarkan Minhaj At-Thalibin. Frekuensi pengajaran
kitab Minhaj at-Thalibin sebesar 1,59%. Kitab
Nama Kitab
Banyaknya Kyai Persentase Minhaj at-Thalibin ini telah melahirkan
Mengajarkan (%)
Kasyifat al-Saja 363 3,96 banyak syarah, diantaranya lima yang
Kifayat al-Akhyar 358 3,91
I’anah at-Thalibin 310 3,38
paling penting yaitu: Kanz Al-Raghibin
Riyad al-Badi’ah 273 2,98 (Muhalli) yang frekuensi pengajarannya
Sulam al-Munajat 272 2,97
Uqud al-Lujain 251 2,74 sebesar 0,29%, Manhaj At-Thullab (Zakariya
Bidayah al-Hidayah 250 2,73 Anshari) sebesar 0,64%, Tuhfah Al-Muhtaj
Nasoih al-’Ibad 243 2,65
(Ibn Hajar Al-Haitami) sebesar 0,42%,
Sumber: data survei Pengajaran Kitab Kuning
Nihayatul Muhtaj (Samsudin Ramli) sebesar
Tabel 2 me­nun­juk­kan bah­wa ada 8 kitab 0,47%, dan Mughni Al-Muhtaj (Syarbini)
fiqih yang termasuk ke­lom­pok yang cukup sebesar 0,12%.
banyak diajarkan. Kitab-kitab Kasyifat al- Dari kitab Kanz al-Raghibin lahir
Saja, Sulam al-Munajat dan Uqud al-Lujain hasyiyah Qalyubi dan ‘Umaira. Dan Fath
me­ru­pa­kan produk ulama Indonesia. al-Wahab sebuah syarah karya Zakariya
Kitab Kifayatul Al-Akhyar (Dimasyqi), kitab Anshari atas karangan sendiri Manhaj Al-
I’anah at-Thalibin (hasyiyah atas kitab Fath Tullab, frekuensi pengajarannya sebesar
al-Mu’in) yang me­ ru­
pa­
kan salah satu 2,21%. Mir’at Al-Tullab karya Abdurrauf
kitab fiqih otoritatif, dan kitab Riyadh al- Al-Singkili me­ru­pa­kan terjemahan Fath
Badi’ah yang me­ ru­
pa­kan salah satu teks Al-Wahhab da­ lam bahasa Melayu sebesar
yang diperkenalkan kepada kaum Muslim 0,07%. Kecuali Taqrib dan Fath al-Qarib dari
Indonesia oleh Nawawi Banten. Selain 6 keluarga Taqrib yang masuk ke­lom­pok kitab
kitab fiqih diatas, kitab Bidayah al-Hidayah yang banyak diajarkan, kitab Iqna’ (Khatib
dan kitab Nasoih al-‘Ibad juga termasuk ke­ Syarbini) frekuensi pengajarannya sebesar
lom­pok kitab yang cukup banyak diajarkan 1,56%. Hanya Fath al-Muin (syarah Qurrah
di pe­ san­tren. Sedangkan kitab-kitab fiqih al-‘Ain) yang masuk ke­ lom­
pok kitab yang
yang termasuk ke­lom­pok kitab yang sedikit banyak diajarkan dari keluarga Qurrah al-
diajarkan berjumlah 59 kitab. Kelima puluh ‘Ain.
sembilan kitab fiqih itu terda­ pat beberapa
kitab fiqih yang tergolong kitab tinggi dan Nawawi Banten menulis syarah Qurrah
kitab otoritatif. al-‘Ain yakni Nihayah al-Zain yang frekuensi
pengajarannya sebesar 2,18%. Kitab Tarsyih
Mengaitkan de­ ngan beberapa “ke­ Al-Mustafidin karya Alwi Al-Saqqaf menda­
luar­
ga” kitab fiqih Syafii dan hubungan pat frekuensi sebesar 0,60%.
antara ang­go­ta keluarga ini, yaitu Muharrar
karangan Rafi’i, Taqrib (atau Mukhtashar) Satu keluarga kitab fiqih lagi yaitu Al-
oleh Abu Syuja’ Al-Isfahani, dan Qurrah Muqaddimah Al-Hadramiyah karya Abdullah
Al-‘Ain karangan Malibari, hanya beberapa Ba-fadhl. Kitab ini frekuensi pengajaran
kitab fiqih saja yang termasuk ke­ lom­pok sebesar 0,28%. Ibnu Hajar Al-Haitami
kitab yang banyak diajarkan. Sebagian menulis syarah atas kitab ini, Minhaj al-
besar kitab dari keluarga kitab fiqih Syafii Qawim yang frekuensi pengajaran sebesar
dan hubungan antara ang­ go­ta keluarga 1,49%. Dan kemudian mufti Syafi’i Madinah

24 EDUKASI Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012


Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih di Pe­san­tren

Sulaiman Al-Kurdi menulis catatan-catatan Tabel 3: Lima Kitab Fiqh Teratas


luas, Al-Hawasyi Al-Madaniyah, menda­pat Yang Diajarkan di Masing-Masing Propinsi
frekuensi pengajaran sebesar 0,10%. Syarah
lain dari Al-Muqaddimah Al-Hadramiyah Propin- Lima Kitab Fiqih Teratas Yang Diajarkan
No
yang ditulis Sa’id ibn M.Ba’syin yakni si 1 2 3 4 5
kitab Busyra Al-Karim menda­ pat frekuensi 1 Jabar Safinah Taqrib Fath al- Sullam Fath al-
al-Najah Mu’in al-TaufiqQarib
pengajaran sebesar 0,51%. Sedangkan kitab 2 Banten Taqrib Fath al- Fath al- Safinah Kasyifat
Syarh ‘ala Ba-Fadhl yang ditulis Mahfudz Al- 3 Jatim Taqrib
Qarib
Fath al-
Mu’in
Safinah
al-Najah
Sullam
al-Saja
Fath al-
Tarmasi, frekuensi pengajarannya sebesar Qarib al-Najah al-TaufiqMu’in
4 Jateng
Fath al- Safinah Taqrib Fath al- Sullam
0,26%. Qarib al-Najah Mu’in al-Taufiq
5 Sumsel Fath al- Fath al- Safinah Taqrib Sullam
Kitab Tahrir Tanqib li Al-Lubab fi Fiqh Al- Qarib Mu’in al-Najah al-Taufiq
6 NAD Fath al- Taqrib I’anah Fath al- Hasyiyah
Imam Al-Syafii karya Zakariya Al-Anshari Mu’in athalibin Qarib Bajuri
menda­ pat frekuensi pengajaran sebesar 7 Lam- Fath al- Safinah Fath al- Taqrib Sullam al-
pung Qarib al-Najah Mu’in Munajat
0,63%. Sedangkan sebuah syarah atas 8 NTB Fath al- Taqrib Safinah Fath al- Kifayatu
Tahrirnya, yakni Tuhfah at-Tulab menda­ Qarib al-Najah Mu’in al-Akhyar
9 Kalsel Fath al- Taqrib Fath al- Hasyiyah I’anah
pat frekuensi pengajarannya sebesar Mu’in Qarib Bajuri athalibin
10 DIY Safinah Sullam Taqrib Dirarulba- Fath al-
0,38%. Syarah Riyadh Al-Badi’ah ada­lah al-Najah al-Taufiq hiyah Qarib
Tsamar Al-Yaniah yang ditulis Nawawi 11 Kalbar Safinah Taqrib Fath al- Sullam Fath al-
al-Najah Qarib al-Taufiq Mu’in
Banten, frekuensi pengajarannya sebesar 12 Jambi Safinah Taqrib Fath al- Sullam Fath al-
0,28%. Safinah as-Shalah sendiri yang al-Najah
13 Sumbar Fath al- I’anah
Qarib
Taqrib
al-Taufiq Mu’in
Fath al- Minhaj al-
disyarahi da­lam Sullam Munajat frekuensi Mu’in athalibin Qarib Thalibin
14 Sumut Fath al- Hasyiyah Al-Tadhib Kifayatul I’anah
pengajarannya sebesar 0,54%. Syarah Sittin Mu’in Bajuri fi Adilati al-Akhyar athalibin
ada­lah sebuah teks singkat tipe perukunan Matn Al-
Goyah wa
yang populer di Jawa pada abad ke-19, Taqrib
15 Sulsel Fath al- Fath al- Tarikh Al-Fiqh Safinah
dan judulnya disebut da­ lam Serat Centini Mu’in Qarib Tasyri’ ‘ala Maza- al-Najah
menda­ pat frekuensi pengajaran sebesar hib al-
Arba’ah
1,61%.
Bughyah al-Mustarsyidin ada­lah sebuah Dilihat dari masing-masing propinsi,
koleksi fatwa oleh ulama abad ke-19/20, Tabel 3 me­nun­juk­kan kitab-kitab fiqih yang
yang dihimpun oleh Mufti Hadhramaut menempati urutan teratas terlihat ber­ be­
‘Abd Al-Rahman ibn Muhammad ibn da. Kecuali di Banten dan Jatim yang sama
Husain Ba’alawi sebesar 1,24%. Kitab al- secara nasional menempatkan kitab Taqrib
Fiqh al-Wadih yang me­ ru­
pa­
kan buku teks sebagai urutan teratas. Kitab Safinah al-
mutakhir da­ lam bahasa Arab sederhana Najah menempati urutan teratas di Jabar,
dan ditulis ulama Minangkabau, Mahmud DIY, Kalbar dan Jambi. Sedangkan di Jateng,
Yunus, frekuensi pengajarannya sebesar Sumsel, Lampung, dan NTB menempatkan
1,31%. Kitab Bidayatul Mujtahid karya Ibnu kitab Fath al-Qarib sebagai urutan teratas.
Rusyd yang tergolong pe­ nga­
ruh gerakan Kitab Fath al-Mu’in menempati urutan
modernis frekuensi pengajarannya sebesar teratas di NAD, Kalsel, Sumbar, Sumut,
0,52%. dan Sulsel.
Dilihat dari ke­ lom­pok kitab yang
banyak diajarkan secara nasional (Taqrib,
Safinah al-Najah, Fath al-Mu’in, Fath al-Qarib,
dan Sullam al-Taufiq) di beberapa propinsi
juga terjadi, yakni: Jabar, Jateng, Jatim,
Sumsel, Kalbar, dan Jambi. Sedangkan di
Banten kitab Sullam al-Taufiq digeser oleh

Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 25


Husen H asan B asr i

kitab Kasyifat as-Saja. Di NAD dan Kalsel NAD (23 kitab), Lampung (25 kitab), NTB
kitab I’anah at-Thalibin dan Hasyiyah Bajuri (27 kitab), Kalsel (29 kitab), DIY (30 kitab),
menggeser kitab Safinah al-Najah dan Sullam Kalbar (38 kitab), Jambi, Sumbar, Sumut,
al-Taufiq. Di Lampung kitab Sullam al-Taufiq dan Sulsel (55 kitab). Propinsi-propinsi
digeser oleh kitab Sullam al-Munajat. Di yang menjadi basis pe­san­tren seperti Jatim,
NTB kitab Kifayat al-Akhyar menggeser Jateng, dan Banten memperlihatkan adanya
kitab Sullam al-Taufiq. Di Sumbar kitab kitab-kitab fiqih yang tidak diajarkan. Pe­
Safinah al-Najah dan Sullam al-Taufiq digeser san­tren sasaran di Jatim tidak mengajarkan
oleh kitab I’anah at-Thalibin dan Minhaj at- 4 kitab fiqih, yaitu: Nihayah al-Muhtaj, al-
Thalibin. Di Sulsel kitab Tarikh Tasyri dan Majmuat al-Rawiyah, al-Fiqh ‘ala Mazahib al-
Al-Fiqh ‘ala Mazahib al-Arba’ah menggeser Khamsah, dan Mughni al-Muhtaj. Pe­san­tren
kitab Taqrib dan Sullam al-Taufiq. Selain Fath sasaran di Jateng tidak mengajarkan 5 kitab
al-Mu’in, di Sumut yang termasuk ke­ lom­ fiqih, yaitu: al-Majmuat al-Rawiyah, Tuhfah
pok kitab yang banyak diajarkan ada­ lah: al-Infinaniyah, Sabil al-Muhtadin, Mir’at
Hasyiyah Bajuri, Al-Tadhib fi Adilati Matn al-Thullab, dan Mughni al-Muhtaj. Pe­san­
Al-Ghoyah wa Taqrib, Kifayat al-Akhyar, dan tren sasaran di Banten tidak mengajarkan
I’anat at-Thalibin. 3 kitab fiqih, yaitu: al-Majmuat al-Rawiyah,
Mughni al-Muhtaj, dan Tanwir al-Hija’.
Tabel 4: Jumlah Kitab Fiqih Diajarakan
atau Tidak diajarkan Tabel 5: Lima Kitab Fiqih Teratas
di Masing-Masing Propinsi Yang Diajarkan di Masing-Masing Tipologi
Pe­san­tren
No Propinsi Diajarkan Tdk Diajarkan
1 Jabar 72 0 Lima Kitab Fiqih Teratas Yang Diajarkan
2 Banten 69 3 No Propinsi
1 2 3 4 5
3 Jatim 68 4 1 Sa­la­fi­yah Taqrib Safinah Fath al- Fath al- Sullam
4 Jateng 67 5 al- Mu’in Qarib al-
Najah Taufiq
5 Sumsel 54 18 2 Kombinasi Taqrib Fath al- Safinah Fath al- Sullam
6 NAD 49 23 Mu’in al- Qarib al-
7 Lampung 47 25 Najah Taufiq
3 Ashriyah Fath al- Safinah Fath al- Taqrib Kifayah
8 NTB 45 27 Qarib al- Mu’in al-
9 Kalsel 43 29 Najah Akhyar
10 DIY 42 30
11 Kalbar 34 38
Berdasarkan tipologi pe­san­tren,
12 Jambi 17 55
13 Sumbar 17 55
Tabel 5 me­nun­juk­kan bah­wa kitab Taqrib
14 Sumut 17 55 menempati urutan teratas di pe­san­tren Sa­
15 Sulsel 17 55 la­fi­yah dan pe­san­tren Kombinasi, dan kitab
Fath al-Qarib menempati urutan teratas
Berapa jumlah kitab fiqih yang di pe­ san­
tren ashriyah. Dilihat dari lima
diajarkan atau tidak diajarkan di masing- urutan kitab fiqih teratas di masing-masing
masing propinsi. Ada perbedaan jumlah tipologi, kitab Sullam al-Taufiq termasuk
kitab fiqih yang diajarkan atau tidak pada tipologi sa­ la­
fi­
yah dan kombinasi.
diajarkan di masing-masing propinsi. Kitab Sullam at-Taufiq tidak termasuk ke
Tabel 4 me­nun­juk­kan bah­wa 72 kitab yang da­ lam urutan lima teratas pada tipologi
disurvei seluruhnya diajarkan di pe­san­tren- ashriyah, dan sebagai gantinya ada­ lah
pe­san­tren di Jawa Barat. Kitab-kitab fiqih kitab Kifayah al-Akhyar.
yang tidak diajarkan di masing-masing Sebagian besar kitab fiqih—jumlahnya
propinsi ada­lah: Banten (3 kitab), Jatim (4 67 kitab—yang tidak termasuk ke­
kitab), Jateng (5 kitab), Sumsel (18 kitab), lom­
pok kitab yang banyak diajarkan

26 EDUKASI Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012


Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih di Pe­san­tren

mengindikasikan adanya sebuah bentuk de­ngan se­ te­


lah pengadopsian sistem Pen­
atau pola pengajaran kitab-kitab fiqih, di­dik­an formal.
yaitu: semakin kitab-kitab fiqih itu tingkat
tinggi, maka sedikit pe­san­tren yang meng­ METODE PENGAJARAN KITAB-
ajarkannnya. Sebaliknya, semakin kitab- KITAB FIQIH
kitab fiqih itu tingkat rendah, maka banyak
pe­san­tren yang mengajarkannya. Selama waktu yang panjang, pe­san­tren
Temuan survei ini membenarkan asum­ telah memperkenalkan beberapa metode
si tradisi pengajaran kitab kuning yang pengajaran kitab kuning, yaitu bandongan
sudah lama dipraktekkan, yaitu: pertama, atau weton, sorogan, lalaran atau hapalan,
kitab kuning elementer banyak diajarkan, dan diskusi atau musyawarah. Semua
dan kitab kuning tinggi menjadi rujukan metode ini tetap dipertahankan da­ lam
kaum santri tingkat tinggi atau ustadz sistem klasikal (madrasah) maupun non
atau kyai da­ lam forum pengkajian kitab klasikal (halaqoh).
seperti bahtsul masail. Kedua, pengajaran Metode weton atau bandongan atau
kitab kuning di pe­ san­
tren tidak variatif balagan ada­ lah cara penyampaian kitab
(variasinya yang sedikit). Kitab kuning kuning dimana seorang guru, kiai, atau
tidak perlu diajarkan semua, kyai pe­san­tren ustadz membacakan dan menjelaskan isi
cukup mengajarkan beberapa kitab yang kitab kuning, sementara santri, murid, atau
perlu dikuasai, se­ te­
lah menguasai santri sis­
wa mendengarkan, memberi makna,
dibebaskan untuk mempelajari sendiri. dan menerima. Metode sorogan ada­ lah
Survei ini juga sekaligus membantah murid membaca dan guru mendengarkan
asumsi yang menyatakan bah­ wa kitab- sambil memberi catatan, komentar, atau
kitab-kitab fiqih yang diajarkan mengalami bimbingan bila diperlukan. Metode diskusi
pe­ru­bah­
an. Artinya dari dulu sampai atau musyawarah ada­ lah be­ la­
jar bersama
sekarang kitab-kitab fiqih yang diajarkan secara diskusi untuk saling mencocokokan
tidak mengalami pe­ru­bah­an. Kitab-kitab pemahaman mengenai arti terjemahan dari
fiqih seperti Taqrib, Safinah al-Najah, Fath isi kitab. Hapalan atau lalaran ada­lah be­la­
al-Muin, Fath al-Qarib, dan Sullam al-Taufiq jar sendiri secara individual de­ ngan jalan
itulah yang da­lam hasil survei ini termasuk menghafal, biasanya di­la­ku­kan dimana saja
ke­lom­pok kitab yang banyak diajarkan dan misalnya di serambi masjid atau serambi
juga termasuk kitab dasar—kecuali kitab kamar.
Fathul Mu’in—yang dari dahulu sampai
sekarang diajarkan. Sedangkan sebagian Grafik 1: Metode Pengajaran Kitab-Kitab
besar kitab-kitab menengah dan tinggi Fiqih
yang da­ lam hasil survei ini termasuk ke­
lom­ pok yang sedikit diajarkan menjadi
referensi saja. Namun de­mi­ki­an, bagaimana
kualitas penguasaan santri ter­ ha­dap kitab-
kitab fiqih diatas. Apakah ada perbedaan
antara dahulu de­ ngan sekarang ter­ ha­
dap penguasaan kitab-kitab fiqih ter­ se­
but.
Tentunya perlu di­la­ku­kan kajian-kajian
selan­jutnya. Misalnya membandingkan
kemampuan santri di pe­ san­
tren da­ lam
penguasaan kitab-kitab fiqih de­ ngan pen­
de­kat­an sejarah (time seris) antara sebe­lum
pengadopsian sistem Pen­di­dik­an formal

Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 27


Husen H asan B asr i

Grafik 1 menunjukan bah­ wa penga­ Tabel 6: Lima Urutan Teratas Metode


jaran 72 kitab fiqih rata-rata meng­gu­na­kan Pengajaran Pada ke­lom­pok kitab Fiqih
metode bandongan yang menempati urutan yang Banyak Diajarkan
teratas. Urutan selan­jutnya ada­
lah metode
sorogan; metode sorogan dan bandongan; No
Nama Lima Urutan Teratas Metode Yang Di­gu­na­kan
Kitab
metode diskusi; metode lalaran; metode I II III IV V
1 Taqrib bandongan Sorogan sorogan Lalaran bandongan
bandongan dan diskusi; metode sorogan dan ban- dan diskusi
dongan
dan lalaran; metode sorogan dan diskusi; 2 Safinah bandongan Sorogan sorogan Lalaran sorogan
metode sorogan, bandongan, dan diskusi; an-Najah dan ban- dan lalaran
dongan
dan metode lalaran dan diskusi. 3 Fath bandongan Sorogan sorogan Diskusi bandongan
al-Muin dan ban- dan diskusi
Kitab-kitab fiqih apa saja yang me­nem­ dongan
4 Fath al- bandongan Sorogan sorogan Lalaran Diskusi
patkan metode bandongan sebagai urutan Qarib dan ban-
dongan
teratas. Metode bandongan menempati
urutan teratas hampir di semua pengajaran
5 Sullam bandongan Sorogan sorogan Lalaran Diskusi
kitab fiqih, kecuali kitab al-Fiqh ‘ala at-Taufiq dan ban-
madzahib al-khomsah dan Mughni al-Muhtaj dongan

yang metode pengajaran teratasnya ada­lah


metode sorogan, dan kitab Manhaj at-Tullab Bagaimana de­ngan metode pengajaran
dan kitab Tuhfah al-Muhtaj yang metode pada ke­ lom­ pok kitab fiqih yang banyak
pengajaran teratasnya ada­ lah metode diajarkan. Tabel 6 me­nun­juk­kan metode
sorogan dan bandongan. bandongan menempati urutan teratas pada
ke­lom­pok kitab fiqih yang banyak diajarkan:
Meskipun tidak menempati urutan Taqrib, Safinah an-Najah, Fath al-Mu’in, Fath
teratas, metode diskusi menempati urutan al-Qarib dan Sullam at-Taufiq. Urutan kedua
kedua pada 10 pengajaran kitab fiqih, yaitu: dan ketiga ditempati metode sorogan dan
Tarsyih al-Mustafidin, Nihayah al-Muhtaj, “metode sorogan dan bandongan”. Metode
Tausyikh Ibn Wahaj, Al-Mahali, Qaidah lalaran menempati urutan keempat pada
al-Fiqhiyah, Mizan al-Kubra, Bidayah al- ke­lom­pok kitab yang banyak diajarkan,
Mujtahid, Tuhfah al-Infinaniyah, dan Mughni kecuali kitab Fath al-Mu’in yang meng­
al-Muhtaj. Metode diskusi juga menempati gu­ na­
kan metode diskusi. Urutan kelima
urutan ketiga pada 10 pengajaran kitab ditempati metode yang ber­ be­da. Untuk
fiqih, yaitu: Tuhfah al-Ahbab, Samar al- kitab Taqrib dan Fath al-Mu’in meng­gu­
Yani’ah, Inaratuddaji, Zuhrah al-Bahiyah, Al- na­kan metode bandongan dan diskusi.
Tadhib fi Adilati Matn al-Ghoyah wa al-Taqrib, Untuk kitab Fath al-Qarib dan Sullam at-
Mabadi al-Fiqhiyah,Tahrir, Muhadzab, Sabil al- Taufiq mengunakan metode diskusi. Dan
Muhtadin, dan Hidayat al-Muhtadi. untuk kitab Safinah an-Najah meng­gu­na­kan
Metode lalaran yang juga tidak metode “sorogan dan lalaran”.
menempati urutan teratas pada seluruh Deskripsi diatas memberikan gam­
kitab, tetapi metode ini menempati urutan bar­an bah­ wa dari dulu sampai sekarang
kedua pada 6 pengajaran kitab fiqih, metode bandongan dan sorogan ini masih
yaitu: Dirar al-Bahiyah, Mawahib as-Shamad, dominan di­gu­na­kan da­lam pengajaran
Inaratuddaji, Zuhrah al-Bahiyah, Mir’at al- kitab-kitab fiqih. Masih adanya metode
Tullab, dan Tanwir al-Hija’. Metode lalaran lalaran yang di­gu­na­kan da­lam pengajaran
juga menempati urutan ketiga pada 3 kitab-kitab fiqih menjelaskan bah­wa masih
pengajaran kitab fiqih, yaitu: Zubad, Nailu adanya pe­ nga­ruh ahl al-hadits da­ lam
al-Author, dan Safinat as-Shalah. pengajaran kitab-kitab fiqih. Meskipun be­
lum dominan penggunaan metode diskusi
da­lam pengajaran kitab-kitab fiqih, metode

28 EDUKASI Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012


Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih di Pe­san­tren

ini ke depan kecenderungannya akan terus Grafik 3:


meningkat. Jumlah Pertemuan Pengajaran
Ke­lom­pok Kitab Fiqih Yang Banyak
JUMLAH PERTEMUAN PENGAJAR­ Diajarkan
AN KITAB-KITAB FIQIH

Berapa kali kitab-kitab fiqih diajarkan;


setiap hari, seminggu sekali, seminggu
dua kali, seminggu tiga kali, atau setiap
pasaran. Grafik 2 me­nun­juk­kan bah­wa dari
72 kitab fiqih, 31 kitab (43%) diajarkan tiap
hari yang menempati urutan teratas, 35
kitab (49%) diajarkan 1 minggu 1 kali yang Dari lima kitab-kitab fiqih itu, Safinah
menempati urutan teratas, 4 kitab (5%) an-Najah menempati urutan teratas. Kitab
diajarkan 1 minggu 2 kali yang menempati Taqrib dan Fathu al-Mu’in menempati urutan
urutan teratas, dan 2 kitab (3%) diajarkan kedua. Adapun kitab Fathu al-Qarib dan
setiap ke­ giat­
an pasaran yang menempati Sullam at-Taufiq menempati urutan ketiga.
urutuan teratas. Data ini me­ nun­
juk­
kan Kitab Sullam at-Taufiq antara diajarkan
bah­wa kitab fiqih diajarkan 1 minggu 1 kali tiap hari dan 1 minggu 1 kali tidak jauh
jumlahnya terbanyak dibanding de­ ngan perbedaannya.
jumlah kitab fiqih yang diajarkan setiap
hari, 1 minggu 2 kali, dan pasaran.
TINGKAT PENGAJARAN KITAB-KI­
TAB FIQIH
Grafik 2:
Jumlah Pertemuan Pengajaran Kitab-Kitab Untuk me­ nen­tu­kan tingkat apa (ula,
Fiqih wustha, ulya dan ma’had aly) kitab-kitab
fiqh itu diajarkan. Pertama-tama, nama
kitab-kitab fiqih dilihat seberapa banyak pe­
san­tren (kyai) mengajarkannya. Kemudian
dari jumlah pe­ san­tren yang mengajarkan
dilihat berapa pilihan pe­ san­
tren (kyai)
antara yang menginginkan adanya jenjang
de­ngan yang tidak berjenjang. Jika pilihan
kyai lebih banyak pada opsi berjenjang
Bagaimana de­ ngan jumlah pertemuan dari pada opsi tidak berjenjang maka suatu
pengajaran pada ke­lom­pok kitab fiqih yang kitab ter­ se­
but akan ditentukan sebagai
banyak diajarkan (Taqrib, Safinah al-Najah, kitab yang akan dijenjangkan. Sebaliknya,
Fath al-Muin, Fath al-Qarib, dan Sullam jika pilihan kyai lebih banyak pada opsi
al-Taufiq). Grafik 3 me­nun­juk­kan bah­wa tidak berjenjang maka suatu kitab tertentu
kelima kitab fiqih itu diajarkan setiap hari tidak dijenjangkan.
sebagai urutan teratas.
Dari 72 kitab fiqih, 55 kitab dijenjangkan
dan 17 kitab tidak dijenjangkan. Kitab-kitab
fiqih yang termasuk kategori dijenjangkan,
selan­jutnya ditentukan pada jenjang
apa diajarkannya. Penentuan satu kitab
tertentu masuk jenjang tertentu didasarkan
pada pilihan terbanyak kyai ter­ ha­dap

Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 29


Husen H asan B asr i

jumlah kitab-kitab fiqih. Tiga kitab pilihan Pada tingkat Aliyah, yaitu Fath Al-
terbanyak akan diambil menjadi pilihan Qarib, Minhaj Al-Thalibin, Fathul Wahab,
tingkat pengajaran kitab kuning. Alasan Mahalli, Tahrir sebagaimana temuan
pemilihan tiga kitab pilihan terbanyak Bruinesen, hanya Fathul Muin yang
untuk memberikan alternatif bagi termasuk tingkatan ‘ulya. Meskipun
penentuan pengakuan kesetaraan Pen­ di­ keterpilihannya kepada tingkatan ‘ulya,
dik­an pe­san­tren berbasis pengajaran kitab- kitab-kitab Fathul Wahab, Mahalli, Tahrir
kitab fiqih. keterpelihan kepada tingkatan itu masing-
masing hanya sebanyak 50 pe­san­tren untuk
Tabel 7: fathul wahab, 28 pe­san­tren untuk Mahalli,
Tingkat Pengajaran Kitab Fiqih dan 13 pe­san­tren untuk tahrir.
Kitab I’anah Thalibin, Bajuri, Iqna,
Tingkat
Nama Kitab Manhaj al-Thullab, Minhajul Qawim, Kasifat
I II III al-Saja, Syarah Sittin, Muhadzab, dan Bughyat
Ula Safinah al- Taqrib Mabadiu al- al-Mustarsyidin tidak disebutkan oleh
Najah Fiqhiyah
Wustha Fath al-Qarib Taqrib Sullam at- Bruinessen tingkat pengajarannya, temuan
Taufiq
‘Ulya Fath al-Mu’in I’anah at- Fath al-Qarib survei memasukan I’anah at-Thalibin, Iqna,
Thalibin Manhaj al-Thullab, dan Minhajul Qawim ke
Ma’had aly Fath al-Mu’in Fath al-Wah- I’anah at-
hab Thalibin tingkatan ‘ulya.

Tabel 7 diatas me­nun­juk­kan bah­wa PENUTUP


kitab Safinah al-Najah, Taqrib, dan Mabadiu
al-Fiqhiyah diajarkan pada jenjang ula. Kitab Kesimpulan
Fath al-Qarib, Taqrib, dan Sullam at-Taufiq
1. Ke­ lom­pok kitab fiqih yang banyak
diajarkan pada jenjang wustha. Adapun
diajarkan ada­lah kitab-kitab fiqih
jenjang ‘ulya, kitab yang diajarkan ada­ lah:
standar. Sedangkan kitab-kitab fiqih
Fath al-Mu’in, I’anah at-Thalibin, dan Fath
menengah dan tinggi atau otoritatif
al-Qarib. Sedangkan untuk jenjang Ma’had
termasuk ke da­lam ke­lom­pok kitab yang
Aly, kitab-kitab fiqih yang diajarkan ada­
cukup banyak dan sedikit diajarkan.
lah: Fath al-Mu’in, Fath al-Wahhab, dan
Temuan survei ini membenarkan dan
I’anah at-Thalibin. Ada suatu kitab yang
memperkuat asumsi tradisi pengajaran
terus menerus diajarkan di ber­ba­gai tingkat kitab kuning di pe­ san­ tren yang sudah
seperti kitab-kitab Taqrib, Fath al-Qarib, Fath lama diperaktekkan.
al-Mu’in, dan I’anah at-Thalibin. 2. Metode bandongan masih mendominasi
Data tentang tingkatan pengajaran metode pengajaran kitab-kitab fiqih
kitab fiqih ini me­ ngu­at­
kan sekaligus di pe­san­tren di­ban­ding­kan de­
meruntuhkan beberapa temuan studi ngan metode-metode lain. Masih
Bruinessen tentang kitab kuning yang adanya metode lalaran yang di­ gu­
di­la­ku­kan tahun 1980-an. Da­lam fiqih, na­kan da­ lam pengajaran kitab fiqih
Bruinesen memasukan kitab-kitab Taqrib, menjelaskan bah­wa pe­nga­ruh ahl al-
Safinah, Sullam al-Taufiq, Uqud al-Lujain, hadits da­ lam pengajaran kitab fiqih
Mabadi Fiqhiyah, dan Fiqh Wadhih untuk masih ada. Meskipun be­ lum dominan
tingkat tsanawiyah. Hasil survei ini penggunaan metode diskusi da­ lam
memasukan tiga kitab dari lima kitab fikih, pengajaran kitab fiqih, metode ini ke
yakni Safinah,Taqrib, dan Mabadiu al-Fiqhiyah depan kecenderungannya akan terus
untuk tingkatan ula. Kitab Taqrib dan Sullam meningkat.
al-Taufiq untuk tingkatan wustha. 3. Kitab fiqih diajarkan 1 minggu 1
kali yang menempati urutan teratas

30 EDUKASI Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012


Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih di Pe­san­tren

jumlahnya terbanyak dibanding de­ ngan de­ngan yang menginginkan menjadi


jumlah kitab fiqih yang diajarkan setiap ulama murni tanpa ada pengaturan dari
hari, 1 minggu 2 kali, dan pasaran. luar pe­san­tren.
4. Kitab-kitab fiqih diajarkan baik ber­ 3. Adanya pengulangan pengajaran kitab
jenjang maupun tidak berjenjang. fiqih tertentu pada tingkat tertentu
Tetapi sebagian besar kitab fiqih perlu de­ngan tujuan penda­ laman materi
dijenjangkan. Terda­ pat perbedaan pen­ kitab fiqih perlu dikaji ulang de­ ngan
jenjangan beberapa kitab fiqih antara penuntasan pengajaran kitab fiqih pada
temuan Bruinessen de­ ngan hasil survei satu tingkat tertentu.
ini. 4. Hasil survei ini da­pat dijadikan data awal
(base data) da­lam pengambilan kebijakan
Rekomendasi Pemerintah, khususnya Ke­men­te­ri­
an Agama da­ lam menyusun kebijakan
1. Rendahnya kuantitas (variasi kitab) pengembangan Pen­di­dik­an pe­san­tren,
pengajaran kitab-kitab fiqih de­ ngan seperti penyusunan bahan instrumen
melihat frekuensi keterpilihan kitab penilaian khusus yang tercantum da­
yang diajarkan, kami menyarankan: lam PP 19 Tahun 2005 tentang SNP pasal
a. Pim­pin­an Pe­san­tren (kyai) meng­ 93 ayat (2) da­ lam rangka standarisasi
usahakan upaya kongkrit untuk kurikulum dan kompetensi lulusan
me­ning­kat­kan mutu pengajaran santri pe­san­tren sa­la­fi­yah.
kitab-kitab fiqih da­ lam hal kualitas 5. Sebaiknya ada satu kajian dilan­
penguasaan kitab-kitab fiqih. Pe­ jutkan untuk mengungkap kualitas
ning­ katan mutu pengajaran itu (penguasaan) kitab kuning umumnya
dimu­ lai oleh kyai sebagai pengajar dan khususnya kitab-kitab fiqih di pe­
sehingga mempe­nga­ruhi ter­ha­dap san­tren.
peningkatan kualitas pengajaran
kitab fiqih baik ustadz maupun SUMBER BACAAN
santri. Dan ustadz yang direkrut
untuk mengajar pe­ san­tren harus Azra, Azyumardi. 2002. “ Kitab Kuning:
mampu mengajarkan kitab-kitab Tradisi dan Epistemologi Keilmuan
fiqih. Islam di Indonesia”, Azyumardi AZra,
b. Kepada Direktorat Pen­di­dik­an Pendidikn Islam: Tradisi dan Modernisasi
Diniyah dan Pondok Pe­san­tren harus Menuju Milenium Baru”, Ja­kar­ta, Logos.
membuat pedoman pengajaran kitab
Bafadal, Fadhal A.R. dan M. Syatibi. 2006.
kuning umumnya, dan khususnya
Pergeseran Literatur Pondok Pe­ san­
tren
kitab-kitab fiqih, di pe­ san­tren. Bagi
Sa­la­fi­yah di Indonesia, Departemen
pe­san­tren yang me­nye­leng­ga­ra­kan
Agama Ri, Badan Litbang dan Diklat
Pen­di­dik­an formal perlu diperkuat
Puslitbang Lektur Ke­aga­ma­an.
sistem boarding dan menambah
alokasi waktu da­ lam bentuk “jam Bruinessen, Martin Van.1999. Kitab Kuning,
wajib be­ la­
jar kitab kuning” Bagi Pe­san­tren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi
pe­san­tren yang tidak me­nye­leng­ Islam di Indonesia, Bandung, Mizan.
ga­ra­kan Pen­di­dik­an formal (pe­san­ Dhofier, Zamakhsyari. 1982. Tradisi Pe­san­
tren sa­ la­
fiy­ah murni) ditambah jenis tren: Studi tentang Pandangan Hidup
kitab yang diajarkan. Kyai, Ja­kar­ta, LP3ES.
2. Pemerintah me­mi­li­ki kewajiban EMIS, Statistik Pen­ di­
dik­ an PD Ponten,
mengayomi aspirasi Pen­ di­
dik­
an di pe­ Tahun ajaran 2009-2010.
san­tren de­ ngan memberikan kebebasan
memilih antara menda­ pat pengakuan Mastuhu.1994. Dinamika sistem Pen­di­dik­an
dari negara (pengakuan kesetaraan) Pe­san­tren, INIS, Ja­kar­ta.

Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 31


Husen H asan B asr i

Mas’udi, Masdar F. 1985. “Mengenal Pe­ Steenbrink, Karel A. 1994. Pe­san­tren,


mi­kir­an Kitab Kuning”, M. Dawam Madrasah, Sekolah: Pen­di­dik­an Islam da­
Rahardjo (editor), Pergulatan Dunia Pe­ lam Kurun Moderen, Ja­kar­ta, LP3ES.
san­tren: Membangun Dari Bawah, Ja­kar­ Surat edaran Direktorat Jenderal
ta, P3M. Kelembagaan Agama Islam, No­ mor:
Mochtar, Affandi. 1999. “Tradisi Kitab Dj.II.II/V/PP.007/AZ/28/04 tanggal
Kuninng: Sebuah Observasi 9 Januari 2004
Umum,” da­ lam Marzuki Wahid, dkk Wahid, Abdurahman. 2010. Menggerakkan
(penyunting), Pe­san­tren Masa Depan: Tradisi: Esai-Esai Pe­san­tren, Yogyakarta,
Wacana Pemberdayaan dan Transformasi LkiS.
Pe­san­tren, Bandung, Pustaka Hidayah.

32 EDUKASI Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012

You might also like