Professional Documents
Culture Documents
Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih Di Pe San Tren
Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih Di Pe San Tren
Pengajaran Kitab-Kitab Fiqih Di Pe San Tren
Abstract
In addition to clerics and values, yellow books are essential elements of an Islamic boarding
school. Yellow Books are Islamic boarding school instructional materials that have been used for a
long time. One area of yellow book that has been long taught is jurisprudence (fiqh) field. Teaching
of fiqh books starts from the low level books, such as Safinahan-Najah to the high level books, such
as Al-Muhadzdzab. Teaching methods used were Bandongan and Sorogan methods. In line with
diversified development of forms and types of education in Islamic boarding schools, such as formal
education (madrassas and schools) and vocational education, it is expected that teaching of yellow
books, including books of fiqh, was changing, either books taught, teaching methods used, number of
meetings in teaching, and teaching level. Through a survey of 951 schools in 15 provinces of 72 books
of fiqh chosen by the researchers, there were 5 books of 72 books of fiqh included in a group of the most
widely taught books of fiqh, namely: Taqrib, Safinah an-Najah, Fath al-Mu’in, Fath al-Qarib, and
Sullam at-Taufiq. Besides Fath al-Mu’in, these books are elementary books of fiqh.
Abstrak
Selain Kyai dan tata nilai, kitab kuning merupakan unsur pokok dari sebuah pondok pesan
tren. Kitab kuning adalah bahan ajar pesantren yang sudah lama digunakan. Salah satu bidang kitab
kuning yang sudah lama diajarkan adalah bidang fiqih. Pengajaran kitab-kitab fiqih dimulai dari
kitab tingkat rendah seperti kitab Safinah an-Najah sampai kitab tinggi seperti kitab al-Muhadzdzab.
Metode pengajarannya menggunakan metode bandongan dan sorogan. Seiring dengan munculnya
diversifikasi pengembangan bentuk dan jenis-jenis Pendidikan di pesantren seperti Pendidikan formal
(madrasah dan sekolah) dan Pendidikan keterampilan, diduga pengajaran kitab kuning, termasuk
kitab-kitab fiqih, mengalami perubahan pengajaran kitab, baik kitab-kitab yang diajarkan, metode
pengajaran yang digunakan, jumlah pertemuan dalam pengajaran, dan tingkat pengajaran. Melalui
survei pada 951 pesantren di 15 propinsi terhadap 72 kitab fiqih hasil pilihan peneliti, terdapat 5 kitab
dari 72 kitab fiqih yang termasuk kelompok kitab fiqih yang banyak diajarkan, yaitu: Taqrib, Safinah
an-Najah, Fath al-Mu’in, Fath al-Qarib, dan Sullam at-Taufiq. Kecuali, Fath al-Mu’in, kitab-kitab
tersebut merupakan kitab-kitab fiqih elementer.
Kata kunci: Pengajaran Kitab Kuning, Kitab-Kitab Fiqih, Pesantren
Naskah diterima 10 Januari 2012. Revisi pertama, 2 Februari 2012, revisi kedua 27 Februari 2012,
revisi ketiga 2 April 2012
1 Imam Nakhai, Peranan Kitab-Kitab Fiqih da 2 Lihat Affandi Mochtar, “Tradisi Kitab Kuning:
lam Menciptakan Budaya Damai dalam Konteks Negara Sebuah Observasi Umum”, dalam Marzuki Wahid,
Bangsa: Telaah terhadap Budaya Damai dalam Kitab-kitab dkk (penyunting), Pesantren Masa Depan: Wacana
Kuning Otoritatif di Dunia Pesantren, tidak diterbitkan, Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, 1999,
2011. Bandung: Pustaka Hidayah, hal. 224
Pendi
dikan formal akan cukup untuk Tujuan Penelitian
pengajaran kitab kuning. Mungkin untuk
pesantren-pesantren yang tetap fokus pada Penelitian ini bertujuan untuk men
pengajaran kitab kuning (pesantren salafi deskripsikan:
yah murni atau sa la
fi
yah tradisional) tidak 1. Kitab-kitab fiqih yang banyak diajarkan
ada masalah, barangkali untuk pe san
tren- di pesantren
pesantren yang membuka Pendidikan 2. Metode pengajaran kitab-kitab fiqih
formal muncul masalah da lam pembagian yang digunakan
waktu antara meng ikuti aturan-aturan 3. Jumlah pertemuan pengajaran kitab-
formal (standar nasional Pen di
dik
an) de kitab fiqih
ngan pengajaran kitab kuning. 4. Tingkat pengajaran kitab-kitab fiqih
Saat ini banyak pesantren yang meng
ikuti Pendidikan formal tetapi pesantren- Manfaat Pe nelitian
pesantren tersebut tetap mengajarkan kitab
kuning. Tahun 2009-2010, terda pat 24.206 Melalui penelitian ini diharapkan da
pesantren de ngan 3.647.719 santri. Dari pat tergambarkannya peta kitab-kitab fiqih
jumlah tersebut, 13.477 (56%) buah adalah yang banyak diajarkan di pesantren, metode
pesantren salafiyah dimana kitab kuning dan jumlah pertemuan pengajaran kitab-
menjadi fokus pengajarannya, dan 7.564 kitab fiqih, dan tingkatan pengajaran kitab-
(31%) buah ada lah pe
santren Kombinasi kitab fiqih (ula, wustha, ‘ulya, dan Ma’had
dimana selain belajar kitab kuning juga me ‘Aly). Selan jutnya data ini da pat menjadi
nyelenggarakan Pendidikan formal.3 Jika dasar pembuatan pedoman standarisasi
pesantren-pesantren tersebut—setidaknya penyetaraan Pendidikan pesantren berbasis
87% pe santren—mengajarkan kitab ku kitab kuning, serta da pat melengkapi dan
ning, apakah da lam pengajaran kitab memperkuat buku Pedoman Standarisasi
kuning itu masih meng guna
kan tradisi Kurikulum Pendidikan Pesantren yang telah
pengajaran kitab kuning yang sudah lama dibuat oleh Direktorat Pen di
dik
an Diniyah
diperaktekkan atau menerapkan tradisi dan Pondok Pesantren.
lain da lam pengajaran kitab kuning. Maka
dalam konteks itulah penelitian tentang
pengajaran kitab kunig di pe san
tren di
la Metode Penelitian
kukan.
Metode pengumpulan data meng
gu nakan metode kuantitatif de ngan jenis
Pertanyaan Penelitian
survei. Jenis survei ini dipilih karena
1. Kitab-kitab fiqih apa yang banyak dianggap tepat untuk menda patkan peta
diajarkan di pesantren? kitab-kitab fiqih yang banyak diajarkan,
2. Apa metode yang digunakan dalam metode pengajaran, jumlah pertemuan, dan
pengajaran kitab-kitab fiqih? tingkat pengajaran kitab-kitab fiqih. Survei
3. Berapa jumlah pertemuan pengajaran dilakukan pada bulan Mei-Juni 2011.
kitab-kitab fiqih? Target po pu
la
si yang menjadi sasaran
4. Kitab-kitab fiqih itu diajarkan pada penelitian seluruh pesantren di 15 propinsi
tingkat apa? di Indonesia, yaitu: Jabar, Jatim, Jateng,
Banten, DIY, Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel,
Jambi, Lampung, Kalsel, Kalbar, NTB,
dan Sulsel. Secara nasional, di lima belas
3 EMIS, Statistik Pen di
dik
an Diniyah dan propinsi ini mencakup 23.065 pe san
tren
Pondok Pesantren, Tahun ajaran 2009-2010. atau (95,3%) dari 24.206 pe san
tren. Kelima
belas propinsi tersebut dipilih karena me Data yang terkumpul di la
kukan va
miliki jumlah pesantren yang banyak. lidasi dan coding serta dilakukan proses
Untuk memenuhi Margin Error +/- 3,1% entry. Selan jutnya, data ditabulasi dan
ditetapkan besaran sampel survei sekitar disajikan da lam bentuk tabel dan grafik.
996 pe san
tren. Kerangka sampel meng gu Data yang telah terkategorisasi selan jutnya
nakan nama-nama pondok pe san
tren yang dianalisa de ngan statistik deskrptif untuk
terdaftar pada EMIS tahun 2008-2009. menda patkan hasil temuan yang diajukan
sebe lumnya. Berdasarkan masukan data
Sebelum penarikan pesantren secara
dari hasil entry, tabulasi, uji statistik, selan
random, ditetapkan terlebih dahulu
jutnya paparan temuan disampaikan secara
kategori pesantren salafiyah, pesan
deskriptif.
tren kombinasi dan pe san tren ashriyah
untuk masing-masing propinsi. Langkah
selanjutnya ada lah pada masing-masing KERANGKA KONSEP
propinsi dipilih kabupaten-kabupaten
yang mewakili kabupaten yang me mili Kitab-Kitab Fiqih
ki kategori pesantren salafiyah terbanyak,
sedang, dan rendah; kabupaten-kabupaten Pendefinisian istilah kitab kuning
yang mewakili kabupaten yang me mili beragam. Pendefinisian kitab kuning itu
ki kategori pe san tren ashriyah terbanyak, ada yang dibatasi dengan tahun karangan,
sedang dan rendah; juga kabupaten- mazhab teologi, istilah mu’tabarah, dan
kabupaten yang mewakili kabupaten yang sebagainya. Selain istilah kitab kuning,
memiliki kategori pesantren kombinasi untuk menyebut jenis kitab yang sama
terbanyak, sedang dan rendah. beredar istilah ‘kitab klasik’(al-kutub al-
qadimah), ‘kitab gundul’, dan ‘kitab kuno’.
Setelah itu mendaftar pesantren di
Pengertian yang umum beredar di kalangan
masing-masing kabupaten terpilih. Ke
pemerhati masalah pe san
tren adalah bah
mu dian secara random dipilih pe san
tren-
wa kitab kuning selalu dipandang sebagai
pesantren di masing-masing kabupaten
kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab,
terpilih sesuai dengan jumlah sampel yang
atau berhuruf Arab, sebagai produk pe
telah ditentukan berdasarkan proporsi po
mikir
an ulama-ulama masa lampau (as-
pula
si masing-masing kabupaten yang
salaf ) yang ditulis dengan format khas pra-
mewakili. Berdasarkan jumlah sampel 996
modern, sebe lum abad ke-17-an M. Da lam
pesantren, sebanyak 951 sampel akhir pe
Rumus an yang lebih rinci, definisi kitab
santren yang berasal dari 89 kabupaten dan
kuning ada lah kitab-kitab yang: a) ditulis
kota. 951 pesantren itu terdiri dari 530 pe
oleh ulama-ulama ‘asing’ tetapi secara
santren salafiyah, 300 pesantren kombinasi,
turun-temurun menjadi rujukan yang
dan 121 pesantren ‘ashriyah.
dipedomani oleh para ulama Indonesia, b)
Sumber data survei ini adalah pimpin ditulis oleh ulama Indonesia sebagai karya
an dan santri pesantren. Untuk mengambil tulis yang ‘independen’, dan c) ditulis oleh
sumber data atau responden survei dilaku ulama Indonesia sebagai komentar atau
kan metode berikut. Dari 951 pesantren yang terjemahan atas kitab karya ulama ‘asing’4.
terjaring, dida
pat 951 pim pin
an dan 2146 Menurut Azyu mardi Azra, kitab kuning
santri sebagai sumber data (responden). adalah kitab-kitab keagamaan berbahasa
Untuk kyai ditanyakan tentang kitab-kitab Arab, Melayu atau Jawa atau bahasa-bahasa
fiqih apa yang banyak diajarkan dan tingkat
4 Affandi Mochtar, “Tradisi Kitab Kuning:
pengajaran kitab-kitab fiqih. Sementara
Sebuah Observasi Umum”, dalam Marzuki Wahid,
untuk santri ditanyakan tentang metode dkk (penyunting), Pesantren Masa Depan: Wacana
dan jumlah pertemuan pengajaran kitab- Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, 1999,
kitab fiqih. Bandung: Pustaka Hidayah, hal. 222
para santri yang berpindah dari satu pe berulang-ulang dan bertahun-tahun selama
santren ke pesantren lainnya untuk belajar mengikuti Pendidikan di pesantren.10
sejumlah kitab tertentu secara menyeluruh.
Selama kurun waktu yang panjang,
Tidak ada satu pun pe san
tren yang
pesan tren telah memperkenalkan dan
memberikan kurikulum yang mewakili
menerapkan beberapa metode: bandongan,
semua.
sorogan, hafalan, dan diskusi.11 Semua
Jenis Pendidikan ‘pesantren’ bersifat metode ini dilakukan dalam sistem halaqah12
non formal hanya mempelajari agama maupun klasikal (madrasah). Metode ban
yang bersumber pada kitab-kitab klasik dongan ada lah cara penyampaian kitab
(kitab kuning) meliputi bidang-bidang kuning di mana seorang guru atau ustadz
studi: Tauhid, Tafsir, Hadits, Fiqih, Ushul membacakan dan menjelaskan isi kitab
Fiqih, Tasawuf, Bahasa Arab (Nahwu, kuning, sementara santri, murid, atau
Sharaf, Balaghah dan Tajwid), Mantiq, sis
wa mendengarkan, memberi makna,
dan Akhlaq. Kurikulum da lam jenis Pen dan menerima. Da lam metode ini, guru
didikan ‘pesantren’ berdasarkan tingkat berperan aktif, sementara murid bersikap
kemudahan dan kompleksitas ilmu atau pasif. Adapun metode sorogan adalah
masalah yang dibahas dalam kitab, jadi ada murid membaca dan guru mendengarkan
tingkat awal, tingkat menengah dan tindak sambil memberi catatan, komentar, atau
lanjut, misalnya pe san
tren Blok Agung bimbingan bila diperlukan. Catatan itu
berkeyakinan bahwa sebelum seorang anak bisa berupa syakl atau makna mufrodat
belajar lebih lanjut, minimal mereka harus atau penjelasan. Metode bandongan atau
mempelajari kitab-kitab awal keagamaan sorogan me mili
ki ciri penekanan yang
fiqih-sufistik.9 sangat kuat pada pemahaman tekstual
atau literal. Metode hafalan ada lah bela
Diantara kitab kuning yang diajarkan
jar sendiri secara individual de ngan jalan
secara intensif berasal dari “gen”. “Gen” atau
menghapal. Metode ini telah menjadi ciri
matan (matn) ini kemudian dikembangkan
dan cap yang melekat pada sistem Pen
menjadi komentar (syarh), catatan pinggir
didikan tradisional, termasuk pesantren.
(hasyiyah), bahkan adakalanya muncul da
Da lam pengajaran kitab kuning di gu
na
lam bentuk ringkasan (mukhtashar) dan
kan metode diskusi (munazharah). Metode
syair (nazham). Kitab kuning da lam pe
ini ada lah penyajian bahan pelajaran de
santren berjalan dalam siklus yang tetap:
ngan cara murid atau santri membahasnya
mengem bang, menyempit, berputar,
bersama-sama melalui tukar pendapat
dan berulang. Beberapa contoh da pat
tentang suatu topik atau masalah tertentu
disebutkan, misalnya, da lam fikih: At-
Taqrib, Fathu al-Qarib karya al-Bajuri,
Qurrah al-‘Ayn, Fath al-Mu’in, I’anatuh ath- 10 Husen Muhammad, “Kontekstualisasi Kitab
Tahalibin atau Nihayah az-Zayn. Contoh da Kuning: Tradisi Kajian dan Metode”, dalam Marzuki
lam bidang nahwu ada lah: Al-Ajurumiyah, Wahid, dkk (penyunting), Pesantren Masa Depan:
Wacana Pengembangan dan Transformasi Pesantren,
al-Asymawi, ad-Dahlan, al-Khalid, al-Kafrawi, 1999, Bandung, Pustaka Hidayah, hal. 270-271
al-Mutammimah, al-‘Imrithi hingga Alfiyah 11 Mastuhu mengistilahkan dengan lalaran.
Ibn Malik dan Ibn ‘Aqil. Sebuah cabang ilmu Metode lalaran ada lah bela
jar sendiri secara
boleh jadi dikupas dan diringkas da lam individual de
ngan jalan menghapal, biasanya di la
kukan di mana saja seperti di dekat makam, serambi
puluhan kitab kuning. Semuanya diajarkan Mesjid, serambi kamar dan sebagainya. Lihat
Mastuhu, op.cit., hal. 144
12 Mastuhu dan Affandi Mochtar mengartikan
yang ada dalam kitab kuning. Di beberapa santri tingkat tinggi dan mengenai kitab-
pesantren, mengaji kitab kuning de ngan kitab besar dan masyhur.
metode munazharah berjalan cukup baik dan
Hasil penelitian Puslitbang Lektur Ke
bahkan mampu memacu para santri untuk
aga ma an tahun 2004 tentang pergeseran
melakukan telaah (muthala’ah) atas kitab
literatur keagamaan di pesantren salafi
yang besar-besar. Di masa lalu, mengaji de
yah di pulau Jawa, me nye
but
kan adanya
ngan metode munazharah menjadi sebuah
pergeseran-pergeseran da lam penggunaan
tradisi para ulama.13
literatur baik dari sisi materi, bidang
Selain metode-metode di atas, penga kajian, penyampaian, dengan berbagai
jaran kitab kuning dapat dilakukan melalui penyebabnya. Penelitian Puslitbang Lektur
metode penulisan ilmiah, sekurang-ku rang Keagamaan diteruskan tahun 2005 dengan
nya de ngan menulis resume atau ikhtisar judul “Pergeseran Literatur di Pondok
atas topik yang ada dalam kitab kuning, dan Pesantren Salafiyah” sebagai lanjutan
metode evaluasi da lam bentuk penilaian dari kajian yang sama pada tahun sebe
atas tugas, kewajiban dan pekerjaan. Cara lumnya (2004). Pe ne
li
ti
an ini di fokuskan
ini dilakukan setelah kajian kitab kuning pada 9 daerah de ngan sampel 21 pe san
selesai dibacakan atau di sam
pai
kan. Di tren de ngan pertimbangan bah wa pesan
masa lalu, cara ini disebut imtihan, yakni tren ini masih dianggap bersifat sa la
fi
suatu pengujian santri melalui munaqasyah yah untuk daerah-daerahnya dan masih
oleh para guru atau kyai di hadapan forum konsisten menggunakan pola-pola lama
terbuka. Selesai munaqasyah, ditentukanlah de ngan literatur klasiknya. Temuan pe
kelulusan. Kepada santri yang “lulus” da nelitian itu menyebutkan bahwa nilai-
pat diberikan ijazah lisan maupun diploma nilai salafiyah dalam menggunakan kitab
alimiyyah atau sejenisnya.14 kuning sangat dipegang teguh oleh pe
san tren, penghormatan atas sikap para
Evaluasi keberhasilan pengajaran di
ulama pe san
tren terdahulu masih tetap
pesantren ditentukan oleh kemampuan
dianut, konsep tikrari, sawabit dan qauli da
mengajarkan kitab kuning kepada orang
lam penggunaan kitab yang diaji masih
lain. Jika audiennya merasa puas, maka hal
tetap di la
ku
kan. Oleh karenanya secara
itu santri yang bersangkutan telah lulus.
substansi da pat dikatakan tidak ada pe
Sebagai legalisasi kelulusannya adalah restu
rubahan dalam penggunaan literaturnya
kyai bahwa santri yang bersangkutan boleh
kecuali dalam cara pembelajaranya yaitu
pindah mempelajari kitab lain yang lebih
menambah de ngan cara klasikal dan tidak
tinggi tingkatannya dan boleh mengajarkan
meninggalkan cara lama yaitu bandongan,
kitab yang telah dikuasai kepada orang
sorogan, wetonan dan lalaran. Pergeseran
lain.15 Kalaupun dikenal sistem pemberian
da lam penggunaan literatur hanya bersifat
ijazah, kompetensi lulusan santrinya diu
teknis dan terbatas pada alih bidang kajian,
kur berdasarkan pada sejauhmana seorang
bahasa terjemah, penambahan kitab da
santri telah menyelesaikan pelajarannya
lam bahsul masail dan penerbitan majalah
dengan baik tentang suatu kitab tertentu
serta kajian kitab khusus atas keinginan
sehingga si santri ter se
but dianggap me
masyarakat. Hal lain dari temuan peneli
nguasai dan mengajarkannya kepada orang
tian tersebut berkaitan dengan pengaruh
lain. Dan menurut Dhofier, pemberian
kitab kuning ter ha dap lingkungan pondok
ijazah ini hanya dikeluarkan untuk santri-
pe san tren yang memperlihatkan adanya
pe nga ruh yang nampak terutama da lam
13 Husen Muhammad, op.cit., hal. 280-283 sikap antara santri dan kyai, kebersamaan,
14 Ibid, hal. 283-284
ketentraman, kepatuhan dan kerelaan.
15 Op.cit.,
Hal-hal tersebut kadangkala merupa
hal. 145
Pondok pesantren salafiyah merupa dari sekitar 900 judul kitab kuning yang
kan jenis pondok pe santren yang hanya beredar di pe san
tren, 20% (sekitar 180
menyelenggarakan atau mengutamakan kitab) yang bersubstansikan fiqih.
pengajian kitab dan tidak me nye
lengga
Da
lam survei ini, dari 72 kitab fiqih,
rakan Pendidikan formal, atau pondok
kitab Taqrib menempati urutan teratas de
pesantren yang berorientasi mengajarkan
ngan frekuensi pengajaran sebesar 661 atau
pengetahuan agama sepenuhnya (tafaquh
(7,2%) dan kitab al-Majmuat ar-Rawiyah
fi addin), de ngan metoda sorogan atau
menempati urutan terbawah de ngan
bandongan. Pondok pesantren salafiyah
frekuensi pengajaran sebesar 3 atau (0,03%).
sering dikategorikan sebagai pondok pe
san tren tradisional karena menekankan Jika diklasifikasikan ke dalam ke
lom
pada pengajaran kitab kuning (karya-karya pok pengajaran kitab fiqih, yaitu: ke lom
besar produk abad keemasan peradaban pok kitab yang sedikit diajarkan (0,0%-
Islam pada abad 9-13 Masehi). Pe san
tren 2,4%), kelompok kitab yang cukup banyak
khalafiyah/Ashiriyah--yang juga disebut diajarkan (2,5%-4,8%), dan ke lompok kitab
pondok pesantren modern--merupakan yang banyak diajarkan (4,9%-8,4%), Tabel
jenis pesantren yang hanya menyelenggara 1 me nunjuk
kan ada lima kitab fiqih yang
kan Pen di
dik
an formal yang mengajarkan termasuk ke lom pok kitab yang banyak
pengetahuan umum (yang dianggap dasar diajarkan, yakni: Taqrib, Safinah al-Najah,
dan penting, seperti bahasa Inggeris, Fath al-Muin, Fath al-Qarib, dan Sullam al-
Bahasa Indonesia, dan pengetahuan umum Taufiq.
lainnya) di samping pengetahuan agama.
Di antara pondok pe santren khalafiyah, Tabel 1
banyak pula pondok pe santren yang me Kelompok Kitab Yang Banyak Diajarkan
nyelenggarakan Pendidikan persekolahan
dengan menggunakan kurikulum Depag Nama Kitab
Banyaknya Kyai
Persentase (%)
Mengajarkan
atau Depdiknas. Sementara, pondok pesan Taqrib 661 7,21
tren kombinasi me ru
pa kan jenis pondok Safinah al-Najah 651 7,10
pe santren yang be la
jar kitab kuning dan
Fath al-Mu’in 613 6,69
Fath al-Qarib 607 6,62
menyelenggarakan Pendidikan formal. Sullam al-Taufiq 501 5,47
Pe
san
tren yang dimaksud da lam pe Sumber: data survei pengajaran kitab kuning
neli
ti
an ini adalah seluruh pondok pe
san tren yang terdata pada EMIS Ke men
te
ri
an Agama RI yang jumlahnya 24. 206 Menurut Tabel 1, kitab Taqrib dan
pada tahun 2008/2009. Semua pe san
tren syarahnya Fath al-Qarib yang menurut
ini dikategorikan oleh EMIS ke men te
ri Bruinessen sebagai kitab fiqih yang
an Agama RI ke da lam pesan
tren Sa la
fi dahulu paling populer dan hampir tidak
yah (12.477 pesantren atau 56%), pesantren ada pesantren yang tidak menggunakan
Ashriyah (3.165 pe san
tren atau 13%), dan kedua kitab ter se
but, saat ini masih tetap
pesantren Kombinasi (7.564 pesantren atau diajarkan di pe santren. Selain Taqrib dan
31%). Fath al-Qarib, yang termasuk kelompok
kitab yang banyak diajarkan adalah Safinah
al-Najah, Fath al-Mu’in dan Sullam al-Taufiq.
KITAB-KITAB FIQIH YANG BANYAK Kitab Safinah al-Najah, misalnya, ditulis oleh
DIAJARKAN DI PESANTREN Salim bin ‘Abdullah bin Sumayr di Ja kar
ta,
sete
lah kedatangannya dari Makkah pada
Menurut Bruinessen, bidang fiqih me tahun 1850 M. Penulisnya sangat membenci
ru
pa
kan satu disiplin ilmu yang paling tarekat yang pada masa itu berkembang di
banyak diajarkan di pe
san
tren. Karena itu
Ja
kar
ta dan sekitarnya. Da pat diperkirakan ini, berada di luar kelom
pok kitab yang
bahwa kehadiran Safinah pun dimaksud banyak diajarkan. Berikut ada
lah frekuensi
kan, antara lain, untuk mengembalikan pengajaran masing-masing nama kitab-
umat pada syariat (Moctar, 1999: 244). kitab fiqih itu.
Kitab Muharrarnya Imam Rafii per
Tabel 2 tama-tama disingkat oleh Abu Zakariya
Kelompok Kitab Yang Cukup Banyak Yahya bin Syaraf Al-Nawawi menjadi
Diajarkan Minhaj At-Thalibin. Frekuensi pengajaran
kitab Minhaj at-Thalibin sebesar 1,59%. Kitab
Nama Kitab
Banyaknya Kyai Persentase Minhaj at-Thalibin ini telah melahirkan
Mengajarkan (%)
Kasyifat al-Saja 363 3,96 banyak syarah, diantaranya lima yang
Kifayat al-Akhyar 358 3,91
I’anah at-Thalibin 310 3,38
paling penting yaitu: Kanz Al-Raghibin
Riyad al-Badi’ah 273 2,98 (Muhalli) yang frekuensi pengajarannya
Sulam al-Munajat 272 2,97
Uqud al-Lujain 251 2,74 sebesar 0,29%, Manhaj At-Thullab (Zakariya
Bidayah al-Hidayah 250 2,73 Anshari) sebesar 0,64%, Tuhfah Al-Muhtaj
Nasoih al-’Ibad 243 2,65
(Ibn Hajar Al-Haitami) sebesar 0,42%,
Sumber: data survei Pengajaran Kitab Kuning
Nihayatul Muhtaj (Samsudin Ramli) sebesar
Tabel 2 menunjukkan bahwa ada 8 kitab 0,47%, dan Mughni Al-Muhtaj (Syarbini)
fiqih yang termasuk kelompok yang cukup sebesar 0,12%.
banyak diajarkan. Kitab-kitab Kasyifat al- Dari kitab Kanz al-Raghibin lahir
Saja, Sulam al-Munajat dan Uqud al-Lujain hasyiyah Qalyubi dan ‘Umaira. Dan Fath
merupakan produk ulama Indonesia. al-Wahab sebuah syarah karya Zakariya
Kitab Kifayatul Al-Akhyar (Dimasyqi), kitab Anshari atas karangan sendiri Manhaj Al-
I’anah at-Thalibin (hasyiyah atas kitab Fath Tullab, frekuensi pengajarannya sebesar
al-Mu’in) yang me ru
pa
kan salah satu 2,21%. Mir’at Al-Tullab karya Abdurrauf
kitab fiqih otoritatif, dan kitab Riyadh al- Al-Singkili merupakan terjemahan Fath
Badi’ah yang me ru
pakan salah satu teks Al-Wahhab da lam bahasa Melayu sebesar
yang diperkenalkan kepada kaum Muslim 0,07%. Kecuali Taqrib dan Fath al-Qarib dari
Indonesia oleh Nawawi Banten. Selain 6 keluarga Taqrib yang masuk kelompok kitab
kitab fiqih diatas, kitab Bidayah al-Hidayah yang banyak diajarkan, kitab Iqna’ (Khatib
dan kitab Nasoih al-‘Ibad juga termasuk ke Syarbini) frekuensi pengajarannya sebesar
lompok kitab yang cukup banyak diajarkan 1,56%. Hanya Fath al-Muin (syarah Qurrah
di pe santren. Sedangkan kitab-kitab fiqih al-‘Ain) yang masuk ke lom
pok kitab yang
yang termasuk kelompok kitab yang sedikit banyak diajarkan dari keluarga Qurrah al-
diajarkan berjumlah 59 kitab. Kelima puluh ‘Ain.
sembilan kitab fiqih itu terda pat beberapa
kitab fiqih yang tergolong kitab tinggi dan Nawawi Banten menulis syarah Qurrah
kitab otoritatif. al-‘Ain yakni Nihayah al-Zain yang frekuensi
pengajarannya sebesar 2,18%. Kitab Tarsyih
Mengaitkan de ngan beberapa “ke Al-Mustafidin karya Alwi Al-Saqqaf menda
luar
ga” kitab fiqih Syafii dan hubungan pat frekuensi sebesar 0,60%.
antara anggota keluarga ini, yaitu Muharrar
karangan Rafi’i, Taqrib (atau Mukhtashar) Satu keluarga kitab fiqih lagi yaitu Al-
oleh Abu Syuja’ Al-Isfahani, dan Qurrah Muqaddimah Al-Hadramiyah karya Abdullah
Al-‘Ain karangan Malibari, hanya beberapa Ba-fadhl. Kitab ini frekuensi pengajaran
kitab fiqih saja yang termasuk ke lompok sebesar 0,28%. Ibnu Hajar Al-Haitami
kitab yang banyak diajarkan. Sebagian menulis syarah atas kitab ini, Minhaj al-
besar kitab dari keluarga kitab fiqih Syafii Qawim yang frekuensi pengajaran sebesar
dan hubungan antara ang gota keluarga 1,49%. Dan kemudian mufti Syafi’i Madinah
kitab Kasyifat as-Saja. Di NAD dan Kalsel NAD (23 kitab), Lampung (25 kitab), NTB
kitab I’anah at-Thalibin dan Hasyiyah Bajuri (27 kitab), Kalsel (29 kitab), DIY (30 kitab),
menggeser kitab Safinah al-Najah dan Sullam Kalbar (38 kitab), Jambi, Sumbar, Sumut,
al-Taufiq. Di Lampung kitab Sullam al-Taufiq dan Sulsel (55 kitab). Propinsi-propinsi
digeser oleh kitab Sullam al-Munajat. Di yang menjadi basis pesantren seperti Jatim,
NTB kitab Kifayat al-Akhyar menggeser Jateng, dan Banten memperlihatkan adanya
kitab Sullam al-Taufiq. Di Sumbar kitab kitab-kitab fiqih yang tidak diajarkan. Pe
Safinah al-Najah dan Sullam al-Taufiq digeser santren sasaran di Jatim tidak mengajarkan
oleh kitab I’anah at-Thalibin dan Minhaj at- 4 kitab fiqih, yaitu: Nihayah al-Muhtaj, al-
Thalibin. Di Sulsel kitab Tarikh Tasyri dan Majmuat al-Rawiyah, al-Fiqh ‘ala Mazahib al-
Al-Fiqh ‘ala Mazahib al-Arba’ah menggeser Khamsah, dan Mughni al-Muhtaj. Pesantren
kitab Taqrib dan Sullam al-Taufiq. Selain Fath sasaran di Jateng tidak mengajarkan 5 kitab
al-Mu’in, di Sumut yang termasuk ke lom fiqih, yaitu: al-Majmuat al-Rawiyah, Tuhfah
pok kitab yang banyak diajarkan ada lah: al-Infinaniyah, Sabil al-Muhtadin, Mir’at
Hasyiyah Bajuri, Al-Tadhib fi Adilati Matn al-Thullab, dan Mughni al-Muhtaj. Pesan
Al-Ghoyah wa Taqrib, Kifayat al-Akhyar, dan tren sasaran di Banten tidak mengajarkan
I’anat at-Thalibin. 3 kitab fiqih, yaitu: al-Majmuat al-Rawiyah,
Mughni al-Muhtaj, dan Tanwir al-Hija’.
Tabel 4: Jumlah Kitab Fiqih Diajarakan
atau Tidak diajarkan Tabel 5: Lima Kitab Fiqih Teratas
di Masing-Masing Propinsi Yang Diajarkan di Masing-Masing Tipologi
Pesantren
No Propinsi Diajarkan Tdk Diajarkan
1 Jabar 72 0 Lima Kitab Fiqih Teratas Yang Diajarkan
2 Banten 69 3 No Propinsi
1 2 3 4 5
3 Jatim 68 4 1 Salafiyah Taqrib Safinah Fath al- Fath al- Sullam
4 Jateng 67 5 al- Mu’in Qarib al-
Najah Taufiq
5 Sumsel 54 18 2 Kombinasi Taqrib Fath al- Safinah Fath al- Sullam
6 NAD 49 23 Mu’in al- Qarib al-
7 Lampung 47 25 Najah Taufiq
3 Ashriyah Fath al- Safinah Fath al- Taqrib Kifayah
8 NTB 45 27 Qarib al- Mu’in al-
9 Kalsel 43 29 Najah Akhyar
10 DIY 42 30
11 Kalbar 34 38
Berdasarkan tipologi pesantren,
12 Jambi 17 55
13 Sumbar 17 55
Tabel 5 menunjukkan bahwa kitab Taqrib
14 Sumut 17 55 menempati urutan teratas di pesantren Sa
15 Sulsel 17 55 lafiyah dan pesantren Kombinasi, dan kitab
Fath al-Qarib menempati urutan teratas
Berapa jumlah kitab fiqih yang di pe san
tren ashriyah. Dilihat dari lima
diajarkan atau tidak diajarkan di masing- urutan kitab fiqih teratas di masing-masing
masing propinsi. Ada perbedaan jumlah tipologi, kitab Sullam al-Taufiq termasuk
kitab fiqih yang diajarkan atau tidak pada tipologi sa la
fi
yah dan kombinasi.
diajarkan di masing-masing propinsi. Kitab Sullam at-Taufiq tidak termasuk ke
Tabel 4 menunjukkan bahwa 72 kitab yang da lam urutan lima teratas pada tipologi
disurvei seluruhnya diajarkan di pesantren- ashriyah, dan sebagai gantinya ada lah
pesantren di Jawa Barat. Kitab-kitab fiqih kitab Kifayah al-Akhyar.
yang tidak diajarkan di masing-masing Sebagian besar kitab fiqih—jumlahnya
propinsi adalah: Banten (3 kitab), Jatim (4 67 kitab—yang tidak termasuk ke
kitab), Jateng (5 kitab), Sumsel (18 kitab), lom
pok kitab yang banyak diajarkan
jumlah kitab-kitab fiqih. Tiga kitab pilihan Pada tingkat Aliyah, yaitu Fath Al-
terbanyak akan diambil menjadi pilihan Qarib, Minhaj Al-Thalibin, Fathul Wahab,
tingkat pengajaran kitab kuning. Alasan Mahalli, Tahrir sebagaimana temuan
pemilihan tiga kitab pilihan terbanyak Bruinesen, hanya Fathul Muin yang
untuk memberikan alternatif bagi termasuk tingkatan ‘ulya. Meskipun
penentuan pengakuan kesetaraan Pen di keterpilihannya kepada tingkatan ‘ulya,
dikan pesantren berbasis pengajaran kitab- kitab-kitab Fathul Wahab, Mahalli, Tahrir
kitab fiqih. keterpelihan kepada tingkatan itu masing-
masing hanya sebanyak 50 pesantren untuk
Tabel 7: fathul wahab, 28 pesantren untuk Mahalli,
Tingkat Pengajaran Kitab Fiqih dan 13 pesantren untuk tahrir.
Kitab I’anah Thalibin, Bajuri, Iqna,
Tingkat
Nama Kitab Manhaj al-Thullab, Minhajul Qawim, Kasifat
I II III al-Saja, Syarah Sittin, Muhadzab, dan Bughyat
Ula Safinah al- Taqrib Mabadiu al- al-Mustarsyidin tidak disebutkan oleh
Najah Fiqhiyah
Wustha Fath al-Qarib Taqrib Sullam at- Bruinessen tingkat pengajarannya, temuan
Taufiq
‘Ulya Fath al-Mu’in I’anah at- Fath al-Qarib survei memasukan I’anah at-Thalibin, Iqna,
Thalibin Manhaj al-Thullab, dan Minhajul Qawim ke
Ma’had aly Fath al-Mu’in Fath al-Wah- I’anah at-
hab Thalibin tingkatan ‘ulya.