Professional Documents
Culture Documents
Faktor Penghambat Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Bekerja Di Kota Blora
Faktor Penghambat Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Bekerja Di Kota Blora
2621-2870
ABSTRACT
Breastfeeding is one of the first steps for a human being to get a healthy and
prosperous life. Data from the Blora District Health Office, the number of infants aged 6-
24 months was 1,063 babies. Of these figures, exclusive breastfeeding rates are still
around 75%. The exclusive breastfeeding coverage is still below the target in accordance
with the Republic of Indonesia Law No. 25 of 2000 concerning the National
Development Program (Propenas) in 2000-2004, which states the level of achieving
exclusive breastfeeding by 80%. The 2012 Indonesian Demographic Health Survey
(IDHS) shows that 57% of the workforce in Indonesia are women. In Blora City, there are
already ASI corner facilities in various fields of work, facilities and different policies, but
still not supporting the mastery of ASI. Data from the Blora District Health Office, the
number of infants aged 6-24 months was 1,063 babies. This research is a quantitative
observational analytic study, a cross-sectional approach with a population of 72 people.
Samples were taken by Total Sampling. The analysis used is Chi-Square analysis and
Logistics regression. The results showed there was a positive and statistically significant
effect between policies (OR = 0.043; CI 95% 0.005-0.375; p = 0.004), working hours
(OR = 0.049; CI 95% 0.003-0.733; p = 0.029), availability of places pumping breast milk
(OR = 0.034; CI 95% 0.004-0.290; p = 0.002) and leadership support with exclusive
breastfeeding (OR = 0.057; CI 95% 0.006-0.526; p = 0.012). It is recommended that the
Health Service and Puskemas can work together with companies / factories / places of
work to improve facilities and infrastructure that can support working mothers in
breastfeeding.
Keywords: Exclusive Breastfeeding; Working mother
1)
Poltekkes Kemenkes Semarang
10
JURNAL KEBIDANAN Vol. 8 No. 1 October 2018 p- ISSN.2089-7669 e-ISSN. 2621-2870
30 menit dalam jam kerja. Namun ibu waktu untuk memerah ASI), tidak
bekerja masih dianggap sebagai salah adanya ruangan untuk memerah ASI,
satu faktor penyebab tingginya angka pertentangan keinginan ibu antara
kegagalan menyusui, padahal di mempertahankan prestasi kerja dan
negara-negara industri 45-60% tenaga produksi ASI.
kerja merupakan wanita usia produktif. Persoalan hak ibu bekerja untuk
menyusui anaknya menjadi sangat
Selain itu Pemberian ASI eksklusif penting jika dilihat dari jumlah ibu
juga telah diatur dalam Peraturan pekerja di Indonesia. Hak ibu sebagai
Bersama Menteri Negara tenaga kerja telah diatur dalam Undang
Pemberdayaan Perempuan, Menteri - Undang No.13 tahun 2003 tentang
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan ketenagakerjaan, yaitu : memperoleh
Menteri Kesehatan No. cuti istirahat selama 1,5 bulan sebelum
48/MEN.PP/XII/2008,PER.27/MEN/X dan 1,5 bulan sesudah melahirkan
II/2008, dan (Pasal 82) dan pekerja/buruh
1177/MENKES/PB/XII/2008 Tahun perempuan yang anaknya masih
2008 tentang Peningkatan Pemberian menyusu harus diberi kesempatan
Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja di untuk menyusui anaknya jika harus
Tempat Kerja. Dalam Peraturan dilakukan selama waktu kerja (pasal
Bersama tersebut antara lain disebutkan 83) (Nurjanah,2008).
bahwa Peningkatan Pemberian ASI Kembali bekerja setelah cuti
selama waktu kerja di tempat kerja melahirkan merupakan kendala
adalah program nasional untuk suksesnya PP-ASI.Chatterji dan Frick
tercapainya pemberian ASI eksklusif 6 (2005) menyatakan bahwa kembali
(enam) bulan dan dilanjutkan bekerja dalam tiga bulan pertama
pemberian ASI sampai anak berumur 2 setelah melahirkan sangat
(dua) tahun). Berdasarkan Peraturan berhubungan dengan penurunan untuk
Bersama tersebut, Menteri Tenaga memulai menyusui sebesar 16-18%,
Kerja dan Transmigrasi bertugas dan dan pengurangan durasi menyusui
bertanggung jawab mendorong sekitar 4-5 minggu. Weber et al (2011)
pengusaha/pengurus serikat menyatakan bahwa kembali bekerja
pekerja/serikat buruh agar mengatur adalah alasan utama unuk berhenti
tata cara pelaksanaan pemberian ASI menyusi, dari 60% wanita yang
dalam Peraturan Perusahaan atau berniat terus menyusui namun hanya
Perjanjian Kerja Bersama dengan 40% yang melakukannya.
mengacu pada ketentuan Peraturan Di Purwokerto Jawa Tengah,
Perundang-undangan Ketenagakerjaan. dalam penelitian karyawan di
Survey Demografi Kesehatan Perguruan Tinggi Negeri
Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan menunjukkan presentase pemberian
bahwa57% tenaga kerja di Indonesia ASI eksklusif hanya mencapai 21%,
adalah wanita.Faktor-faktor yang sebagian besar kegagalan disebabkan
menghambat keberhasilan menyusui oleh sikap ibu terhadap pemberian
pada ibu bekerja adalah pendeknya ASI eksklusif dan peraturan di tempat
waktu cuti kerja, kurangnya dukungan kerja (Rahardjo & Dyah, 2009).
tempat kerja, pendeknya waktu World Health Organization
istirahat saat bekerja (tidak cukup (WHO), American Academy of
11
JURNAL KEBIDANAN Vol. 8 No. 1 October 2018 p- ISSN.2089-7669 e-ISSN. 2621-2870
12
JURNAL KEBIDANAN Vol. 8 No. 1 October 2018 p- ISSN.2089-7669 e-ISSN. 2621-2870
13
JURNAL KEBIDANAN Vol. 8 No. 1 October 2018 p- ISSN.2089-7669 e-ISSN. 2621-2870
14
JURNAL KEBIDANAN Vol. 8 No. 1 October 2018 p- ISSN.2089-7669 e-ISSN. 2621-2870
perusahaan tempat bekerja subjek yang memiliki jam kerja 7-8 jam sehari
penelitian sebagian besar tidak kemungkinan 19,93 kali lebih besar
mendukung pemberian ASI eksklusif memberikan ASI secara eksklusif
bagi karyawan yang masih memberikan dibandingkan ibu yang bekerja lebih
ASI pada bayinya yaitu sebesar 52.8%. dari 8 jam sehari. Hasil uji Chi-Square
Pada subjek penelitian sebagian besar menunjukkan ada hubungan positif
tidak memberikan ASI eksklusif antara jam kerja dengan pemberian ASI
(68,1%). eksklusif dan secara statistik signifikan
(p= 0,000).
Tabel 5. Pengaruh kebijakan tentang
asi eksklusif terhadap pemberian ASI Tabel 7. Pengaruh Ketersediaan
Ekslusif pada ibu bekerja di Kota Blora Tempat Untuk Memompa ASI Bagi
Karyawan Menyusui terhadap
kebijakan ASI Total pemberian ASI Ekslusif pada ibu
Eks Tidak
n % n % n %
bekerja di Kota Blora
Ada 78. 10 20.4 28 38.9
18 3 Tempat Pemberian ASI Total
Tidak 5 21. 39 79.6 44 61.1 pompa
7
Eksklusif
Total 23 100 49 100 72 100 ASI Ya Tidak
OR 14,04 p 0,00 n % n % n %
Tabel 5 menunjukkan nilai Tersedia 17 73.9 6 12.2 23 31.9
Odds Ratio sebesar 14,04 berarti ibu Tidak 6 26.1 43 87.8 49 68.1
tersedia
yang di tempat kerjanya ada kebijakan total 23 100 49 100 72 100
tentang pemberian ASI eksklusif OR 20,30 p 0,000
kemungkinan 14,04 kali lebih besar
memberikan ASI secara eksklusif Pada Tabel 7 menunjukkan nilai
dibandingkan ibu yang di tempat Odds Ratio sebesar 20,30 berarti ibu
kerjanya tidak ada kebijakan mengenai yang di tempat kerjanya tersedia
pemberian ASI eksklusif. Hasil uji Chi- tempat untuk menyusui atau memerah
Square menunjukkan ada hubungan ASI kemungkinan 20,30 kali lebih
positif antara kebijakan dengan besar memberikan ASI secara eksklusif
pemberian ASI eksklusif dan secara dibandingkan ibu yang di tempat
statistik signifikan (p= 0,000). kerjanya tidak ada tempat untuk
menyusui atau memerah ASI. Hasil uji
Tabel 6.Pengaruh Jam kerja terhadap Chi-Square menunjukkan ada
pemberian ASI Eksklusif pada ibu hubungan positif antara ketersediaan
bekerja di Kota Blora. tempat untuk memompa ASI dengan
Jam Pemberian ASI Eksklusif Total pemberian ASI eksklusif dan secara
kerja Ya Tidak statistik signifikan (p= 0,000).
n % n % n %
7-8 3 6.1 16 22.2
13 56
jam
>8 10 43 46 93.9 56 77.8
jam
total 23 100 49 100 72 100
OR 19,93 p 0,0000
Pada Tabel 6 menunjukkan nilai
Odds Ratio sebesar 19,93 berarti ibu
15
JURNAL KEBIDANAN Vol. 8 No. 1 October 2018 p- ISSN.2089-7669 e-ISSN. 2621-2870
16
JURNAL KEBIDANAN Vol. 8 No. 1 October 2018 p- ISSN.2089-7669 e-ISSN. 2621-2870
17
JURNAL KEBIDANAN Vol. 8 No. 1 October 2018 p- ISSN.2089-7669 e-ISSN. 2621-2870
bahwa wanita bekerja ternyata banyak umumnya bayi mendapat makanan dan
kehilangan dan kekurangan waktu minuman selain ASI.
untuk menyusui anaknya, dan juga Ibu dengan jumlah jam kerja
masih kurangnya komitmen dari kurang dari 40 jam seminggu, rata-rata
penyelenggara tempat kerja yaitu cenderung untuk menyusui bayi
lingkungan perusahaan untuk mereka lebih dari enam bulan. Bila
mengimplementasikan peraturan lebih dari itu, pemberian ASI eksklusif
pendukung pemberian ASI eksklusif. dinilai bisa menjadi lebih sebentar atau
Oleh karena itu diperlukan kurang dari 6 bulan.Para peneliti
kebijakan yang dibuat oleh pengelola tersebut menganalisis data dari 2.300
perusahaan atau atasannya dalam ibu yang bekerja sebelum bayi mereka
memberikan air susu ibu secara lahir. Pada saat bayi berusia enam
ekslusif. Karena ASI ekslusif bulan, sekitar 60 persen ibu yang
merupakan nutrisi penting untuk bekerja dengan jumlah jam kerja tidak
pertumbuhan otak dan perkembangan lebih dari 40 jam seminggu, masih
generasi penerus bangsa.(Mellisa, menyusui bayi mereka secara eksklusif
2016). selama setidaknya 6 bulan.Tetapi, saat
Nilai Odds Ratio variabel jam jam kerja meningkat lebih dari 40 jam
kerja sebesar 0.049 berarti bahwa ibu seminggu, kemungkinan untuk terus
yang memiliki jam kerja 7-8 jam dalam menyusui menjadi lebih kecil.Hanya 47
sehari, kemungkinan 0.049 kali lebih persen ibu dengan jam kerja 20-40 jam
besar memberikan ASI eksklusif seminggu yang masih menyusui
kepada bayinya daripada ibu yang bayinya hingga 6 bulan, dan hanya 39
bekerja lebih dari 8 jam dalam sehari. persen ibu dengan jam kerja lebih dari
Hasil penelitian menunjukkan ada 40 jam seminggu yang masih
hubungan positif antara jam kerja menyusui.Hal tersebut dikarenakan
dengan pemberianASI eksklusif dan menyusui adalah sebuah kegiatan yang
secara statistik signifikan (OR= 0.049, memerlukan banyak waktu, wanita
CI=95%; 0.003 hingga 0.733; p= .029). yang bekerja perlu bekerja ekstra untuk
Dari hasil uji statistik dapat bisa memberikan ASI. (Xiang et al,
diketahui bahwa ada hubungan positif 2016).
dan secara statistik signifikan antara Nilai Odds Ratio variabel
jam kerja dengan pemberian ASI ketersediaan tempat untuk
eksklusif (p = 0,029). menyusui/memerah ASI sebesar 0.034
Berdasarkan hasil penelitian berarti bahwa ibu yang di tempat
Arifin dalam Mulyaningsih (2010), ibu kerjanya tersedia ruangan untuk
yang mempunyai jam kerja lebih dari 8 memompa ASI atau menyusui,
jam sehari mempunyai waktu yang kemungkinan 0.034 kali lebih besar
relatif lebih sedikit sedikit untuk rumah memberikan ASI secara eksklusif
tangga, sehingga bisa menyebabkan daripada ibu yang di tempat kerjanya
bayi tidak dapat memperoleh ASI tidak tersedia tempat untuk memerah
dengan baik dan teratur yang ASI. Hasil penelitian menunjukkan ada
menyebabkan fungsi pengasuhan hubungan positif antara ketersediaan
beralih kepada anggota keluarga yang tempat memerah ASI dengan
tinggal dirumah, pada saat itulah pemberian ASI eksklusif dan secara
statistik signifikan (OR= 0.034,
18
JURNAL KEBIDANAN Vol. 8 No. 1 October 2018 p- ISSN.2089-7669 e-ISSN. 2621-2870
19
JURNAL KEBIDANAN Vol. 8 No. 1 October 2018 p- ISSN.2089-7669 e-ISSN. 2621-2870
20
JURNAL KEBIDANAN Vol. 8 No. 1 October 2018 p- ISSN.2089-7669 e-ISSN. 2621-2870
21