Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

LAPORAN KASUS

LITERATURE REVIEW: EFEKTIVITAS PEMBERIAN OKSIGENASI


PADA PASIEN DENGAN DECOMPENSASI CORDIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Praktik Laboratorium Klinik Keperawatan


Medikal Bedah yang Diampu oleh Ns. Sholihin, S. Kep

Disusun Oleh :
1. Hasbin Firdian Utama (2017.02.063)
2. Mala Efriani (2017.02.023)
3. Muhammad Nurul Hidayat (2017.02.024)
4. Nur Dina Kamelia (2017.02.074)
5. Safira Ummi Salsabila (2017.02.035)
6. Siti Nurhalisa (2017.02.085)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Literature Review: Efektivitas Pemberian Oksigenasi Pada Pasien


Dengan Decompensasi Cordis ini diajukan sebagai tugas Praktik Lab Klinik Keperawatan
(PLKK) Medikal Bedah dan dinyatakan telah mendapatkan persetujuan pada tanggal

Banyuwangi, 20 Juli 2020

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ns. Sholihin S.Kep M.Kep

NIK. 06.005.0906
LAPORAN KASUS
LITERATURE REVIEW: EFEKTIVITAS PEMBERIAN OKSIGENASI
PADA PASIEN DENGAN DECOMPENSASI CORDIS
Hasbin Firdian Utama1, Mala Efriani2, Muhammad Nurul Hidayat,3 Nur Dina Kamelia4,
Safira Ummi Salsabila5, Siti Nurhalisa6
Program Studi S1 Keperawatan STIKes Banyuwangi
Jalan Letkol Istiqlah N0. 109, Penataban, Banyuwangi, Jawa Timur

ABSTRACT

Background: Around 300,000 patients die from direct or indirect consequences of heart
failure each year and the number of deaths from heart failure continues to increase 6-fold
after 40 years. Heart failure is a primary disease in the elderly, with 6% to 10% of people
over 65 years old. Congestive heart failure (decompensated cordis) is the inability of the
heart to pump enough blood to meet tissue requirements for oxygen and nutrients.

Clinical Presentation: In this case report, a 56-year-old man, Muslim, works daily as a
laborer, before the patient had felt shortness of breath since 4 days ago, the patient said he
was given a stall but did not heal. After that on the 5th day the patient was taken to the RSI
Fatimah precisely on July 20, 2020 at 10:30 by the family through the Emergency
Department with the main complaint of shortness of breath already 4 days ago. Patients
were examined vital signs and the results were blood pressure 110/80 mmHg, temperature 36
° C, pulse 83 times / minute, SaO2 90%, and respiration as much as 30 times / minute. His
breathing is more than normal with RR 30 times / minute with deep breathing and rapid use
of breathing muscles and also using nasal lobe breathing and wheezing or wheezing.

Conclusion: 56-year-old male in the ICU room with an admission diagnosis from emergency
room congestive heart failure. With the name of Mr. S, the main complaint felt by patients is
shortness of breath. The focus in this case is the importance of initial administration of
oxygenation.

Keywords: Congestive Heart Failure, Oxygenation Therapy, Oxgenation Saturation,


Hypoxia
ABSTRAK

Latar Belakang: Sekitar 300.000 pasien meninggal karena konsekuensi langsung atau tidak
langsung dari gagal jantung setiap tahun dan jumlah kematian karena gagal jantung terus
meningkat 6 kali lipat setelah 40 tahun. Gagal jantung merupakan penyakit primer pada orang
berusia lanjut, mengenai 6% sampai 10% orang berusia lebih dari 65 tahun. Gagal jantung
kongestif (decompensasi cordis) adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan
nutrient.

Presentasi Klinis: Pada laporan kasus ini, seorang laki-laki berusia berumur 56 tahun,
beragama Islam, bekerja sehari-hari sebagai buruh, sebelumnya pasien sudah merasa sesak
nafas sejak 4 hari yang lalu, pasien mengatakan diberi obat warung tapi tidak kunjung
sembuh. Setelah itu pada hari ke 5 pasien di bawa ke RSI Fatimah tepatnya tanggal 20 Juli
2020 jam 10.30 oleh keluarga melalui Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan utama
sesak nafas sudah 4 hari yang lalu. Pasien diperiksa vital sign dan hasilnya tekanan darah
110/80 mmHg, suhu 36°C, nadi 83 kali/menit, SaO2 90%, dan respirasi sebanyak 30
kali/menit. Pernafasanya yang lebih dari normal dengan RR 30 kali/menit dengan pernafasan
dalam dan cepat menggunakan otot bantu pernafasan juga memakai pernafasan cuping
hidung serta terdapat wheezing atau mengi.

Kesimpulan: Laki-laki usia 56 tahun di ruang ICU dengan diagnosa masuk dari IGD gagal
jantung kongestif. Dengan nama Tn. S, keluhan utama yang dirasakan pasien adalah sesak
nafas. Fokus pada kasus ini adalah pentingnya tindakan awal pemberian oksigenasi.

Kata Kunci: Gagal Jantung Kongestif, Terapi Oksigenasi, Saturasi Oksigen, Hipoksia
PENDAHULUAN Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

Pada zaman sekarang banyak 2018, angka kejadian penyakit jantung dan

penyakit yang disebabkan oleh pola makan pembuluh darah semakin meningkat dari

yang tidak baik maupun karena aktivitas tahun ke tahun. Setidaknya, 15 dari 1000

yang kurang. Gagal jantung yang dapat orang, atau sekitar 2.784.064 individu di

terjadi di negara maju maupun negara Indonesia menderita penyakit jantung.

berkembang termasuk di Indonesia. Gagal Masalah keperawatan yang muncul pada

jantung adalah sindrom yang ditandai pasien dengan gagal jantung adalah resiko

dengan sesak napas, dispnea saat aktifitas tinggi penurunan curah jantung, nyeri

fisik, dispnea nokturnal paroksimal, dada, resiko tinggi gangguan pertukaran

ortopnea, dan edema perifer atau edema gas, ketidakefektifan pola napas, kelebihan

paru (Morton, 2011). volume cairan, intoleransi aktifitas. Pada


pasien gagal jantung dengan pola nafas
Gagal jantung adalah suatu tidak efektif terjadi karena ventrikel kiri
keadaan ketika jantung tidak mampu tidak mampu memompa darah yang datang
mempertahankan sirkulasi yang cukup dari paru sehingga terjadi peningkatan
bagi kebutuhantubuh, meskipun tekanan tekanan dalam sirkulasi paru yang
darah pada vena itu normal. Gagal jantung menyebabkan cairan terdorong ke jaringan
menjadi penyakit yang terus meningkat paru (Retno dkk, 2016).
terutama pada lansia. Gagal Jantung adalah
ketidakmampuan jantung untuk
mempertahankan curah jantung yang
adekuat guna memenuhi kebutuhan
metabolik dan kebutuhan oksigen pada
jaringan meskipun aliran balik vena yang
adekuat (Asmoro, 2017).

Pada tahun 2030 WHO


memprediksi bahwa peningkatan penderita
gagal jantung mencapai 23 juta jiwa di
duniagagl jantung merupakan salah satu
masalah khas utama pada beberapa negara
industri maju dan Negara berkembang
seperti Indonesia (Austaryani, 2012). Data
Penyakit jantung merupakan jam secara klinis tidak bermanfaat.
penyebab kematian manusia nomor satu di Oksigen harus diberikan pada pasien
Negara berpenghasilan rendah dan dengan sesak nafas, tanda gagal jantung,
menengah menyumbang >75% atau sekitar syok atau saturasi oksigen <95%. (Mayes,
7,5 juta kasus dari seluruh kematian di P.A, 2010). Pemberian oksigen tambahan
dunia (WHO, 2015). Setiap tahunnya dapat meningkatkan suplai sampai ke otot
angka kematian mengalami peningkatan jantung, diharapkan besarnya infark tidak
akibat penyakit jantung, menurut bertambah dan komplikasi lain tidak
penelitian yang dilakukan di Amerika terjadi. Pemberian suplemen oksigen dapat
didapatkan 17,7 juta jiwa kematian akibat meningkatkan tekanan oksigen dalam
dari penyakit jantung (WHO, 2017). darah hingga di atas 60 mmHg (Shuvy,
Prevalensi penyakit jantung di Indonesia 2015).
sendiri pada tahun 2017 mencapai angka
Menurut Suratinoyo (2016) pada
420.449 jiwa penderita diseluruh rumah
pasien gagal jantung kongestif sering
sakit (Kemenkes RI, 2017).
kesulitan mempertahankan oksigenasi
Sistem oksigenasi berperan penting sehingga mereka cenderung sesak nafas.
dalam mengatur pertukaran oksigen dan Seperti yang kita ketahui bahwa jantung
karbondioksida antara udara dan darah. dan paru-paru merupakan organ tubuh
Oksigen diperlukan disemua sel untuk penting manusia yang sangat berperan
dapat menghasilkan sumber energi. dalam pertukaran oksigen dan
Karbondioksida yang dihasilkan oleh sel- karbondioksida dalam darah, sehingga
sel secara metabolisme aktif membentuk apabila paru-paru dan jantung tersebut
asam yang harus dibuang oleh tubuh. mengalami gangguan maka hal tersebut
Dalam melakukan pertukaran gas sistem akan berpengaruh dalam proses
kardiovaskuler dan sistem respirasi bekerja pernapasan. Gagal jantung kongestif
sama, sistem kardiovaskuler bertanggung menyebabkan suplai darah ke paru-paru
jawab untuk perfusi darah melalui paru menurun dan darah tidak masuk ke
(Dr, R, Darmanto 2015). Pemberian jantung. Keadaan ini menyebabkan
oksigen sendiri mampu mempengaruhi ST penimbunan cairan di paru-paru, sehingga
elevasi pada infark anterior yang menurunkan pertukaran oksigen dan
berdasarkan consensus, dianjurkan karbondioksida.
pemberian oksigen dalam 6 jam pertama
Gangguan kebutuhan oksigenasi
terapi dan pemberian oksigen lebih dari 6
menjadi masalah penting pada pasien
gagal jantung kongestif. Untuk itu, secara normal. Banyak cara yang bisa
sebaiknya masalah tersebut segera digunakan untuk memberikan oksigen
ditangani agar tidak memperparah kondisi dengan berbagai konsentrasi oksigen yaitu
tubuh pasien. Intervensi keperawatan lebih dari 21% sampai 100% tergantung
dalam upaya pemenuhan kebutuhan pada alat atau metode pemberian oksigen
oksigenasi bisa dilakukan dengan yang digunakan (Rosdahl, 2015).
pemberian oksigen, memberikan posisi Menurut Marques dan Huston
semi fowler, auskultasi suara nafas, dan dalam Pamungkas (2015) pemberian
memonitor respirasi dan status O2. oksigen dalam asuhan keperawatan
Kebutuhan oksigenasi merupakan memerlukan dasar pengetahuan tentang
kebutuhan dasar manusia yang digunakan faktor-faktor yang mempengaruhi
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh masuknya oksigen dari atmosfir hingga
dalam mempertahankan hidup dan sampai ke tingkat sel dalam proses
aktivitas sebagian organ atau sel (Hidayat, respirasi. Oksigen yang diberikan oleh
2006). Salah satu intervensi keperawatan perawat dimulai dari perencanaan,
pada penderita gagal jantung dengan pengorganisasian, pengarahan, dan
gangguan kebutuhan oksigenasi adalah pengawasan. Tak terkecuali pada pasien
pemberian oksigen. Pemberian oksigen gagal jantung, perawat juga harus
adalah bagian integral dari pengelolaan melakukan perencanaan sampai dengan
untuk pasien yang dirawat di rumah sakit, pengawasan dalam memberikan oksigen.
khususnya pasien yang sedang mengalami Mengingat betapa pentingnya penerapan
gangguan pernapasan yaitu untuk tindakan untuk mengatasi gangguan
mempertahankan oksigenasi dalam tubuh. oksigenasi dengan masalah keperawatan
Pemberian oksigen dengan konsentrasi pola napas tidak efektif pada pasien gagal
yang lebih tinggi dari udara ruangan jantung yang salah satunya adalah dengan
digunakan untuk mengatasi atau mencegah pemberian oksigen.
hipoksia (Syandi, 2016). Pemberian Dalam laporan kasus ini
oksigen yaitu memasukkan oksigen dipaparkan sebuah kasus dengan diagnosis
tambahan dari luar ke dalam paru melalui akhir Gagal Jantung Kongestif
saluran pernafasan dengan menggunakan (Decompensasi Cordis). Pembahasan
alat. Oksigen merupakan komponen gas kasus ini akan dititik beratkan pada
yang sangat berperan dalam proses intervensi utama yang diberikan pada
metabolisme tubuh untuk mempertahankan pasien gagal jantung dengan pola napas
kelangsungan hidup seluruh sel tubuh tidak efektif.
pantopump 20mg/12jam dan situroxime
750mg/8jam, infuse RL 10 Tpm obat oral
ILUSTRASI KASUS
prorenal 3x2 tabet asfolat 1x1 tablet dan
Pasien bernama Tn. S berumur 56 bicnat 1x1 tablet.
tahun, beragama Islam, bekerja sehari-hari
Sebelumnya pasien belum pernah
sebagai buruh, Sebelumnya pasien sudah
dirawat di rumah sakit dengan keluhan
merasa sesak nafas sejak 4 hari yang lalu,
yang sama maupun penyakit lainnya.
pasien mengatakan diberi obat warung tapi
Keluarga pasien mengatakan bahwa
tidak kunjung sembuh. Setelah itu pada
anggota keluarganya tidak ada yang
hari ke 5 pasien di bawa ke RSI Fatimah
menderita penyakit gagal jantung,
tepatnya tanggal 20 Juli 2020 jam 10.30
penyakit menurun dan menular lainnya
oleh keluarga melalui Instalasi Gawat
seperti DM dan hipertensi.
Darurat dengan keluhan utama sesak nafas
sudah 4 hari yang lalu. Pasien diperiksa Data penunjang laboratorium pada
vital sign dan hasilnya tekanan darah tanggal 20 Juli 2020 didapatkan hasil
110/80 mmHg, suhu 36°C, nadi 83 laboratorium pada pemeriksaan
kali/menit, dan respirasi sebanyak 30 hematologi, hemoglobin sebanyak 12,4
kali/menit dengan pernafasan dalam dan g/dL dengan nilai normal 14.0-18.0 g/dl,
cepat menggunakan otot bantu pernafasan Leukosit sebanyak 5,3 dengan nilai normal
juga memakai pernafasan cuping hidung 4,0-12,0 juta/μL, Trombosit 14,0 dengan
serta terdapat wheezing atau mengi. nilai normal 150,0-400,0 juta/μL, Eritrosit
4,05 dengan nilai normal 4.50-5.50
Kemudian pasien dilakukan
juta/μL, Hematokrit sebanyak 36,8 dengan
tindakan pemasangaan infus ringer laktat
nilai normal 40,0-48,0, sedangkan nilai
10 Tpm, injeksi ranitidine 25 mg, injeksi
kreatinin 3,27 mg/dL nilai normal 0,6-1,1
furosemide 20 mg, amlodipin 5mg 1x1,
mg/dL. Pada pemeriksaan fungsi hati
pemasangan kateter dan terapi nasal kanul
SGOT 30 u/L dengan nilai normal l0-40
O2 3Lpm untuk memenuhi kebutuhan
u/L, SGPT 17 u/L dengan nilai normal 0-
oksigenasi pasien. Kemudian pada pukul
40 u/L. Dari hasil laboratorium didapatkan
12.30 WIB pasien dipindahkan ke ruang
hasil penurunan hemoglobin, trombosit,
ICU karena kondisi pasien tidak
eritrosit, dan hematokrit. Peningkatan juga
mengalami perubahan. Setelah di ruang
terdapat pada pemeriksaan kreatinin.
ICU dari dokter mendapatkan terapi
Menurut Djausal, Oktafany (2016)
furosemide dengan dosis 20mg/24jam,
pemeriksaan elektrokardiogram harus
dikerjakan pada semua pasien yang diduga 3X24 jam setelah diberikan tambahan
gagal jantung. Dari data penunjang oksigen. Didapatkan hasil pada hari ketiga
elektrokardiogram yang muncul adalah setelah pemberian oksigen pada Ny. J,
right bundle branch block pada lead Avf, evaluasi yang didapat yaitu pola napas
V4-V6. tidak efektif belum teratasi ditandai
dengan pasien mengatakan sesak napas
berkurang, badannya masih terasa lemah
PEMBAHASAN dan mengantuk, irama napas teratur, RR:
22x/menit, tidak terdapat penggunaan
Pasien dalam kasus ini mengalami
tambahan otot pernapasan. Selain itu, pada
gagal jantung kongestif dengan pola nafas
hari ketiga dilakukan pemeriksaan
tidak efektif berhubungan dengan
laboratorium ulang dan didapatkan kadar
hiperventilasi. Pernafasan dalam dan cepat
hemoglobin pasien 9g/dL dan pada Tn. P
menggunakan otot bantu pernafasan juga
bahwa pada hari ketiga pemberian oksigen,
memakai pernafasan cuping hidung.
masalah keperawatan pola napas tidak
Pasien mendapatkan tindakan intervensi
efektif pada pasien teratasi ditandai dengan
terapi oksigen terapi situroxime
pasien mengatakan sesak napas berkurang,
750mg/8jam pantopump 20mg/12jam dan
RR: 20x/menit, tidak terdapat suara napas
furosemide 20mg/24 jam. Setelah
tambahan wheezing, irama napas teratur
dilakukan tindakan 3x24 jam pada pasien,
dan tidak terdapat penggunaan tambahan
terdapat peningkatan pola nafas pasien dari
otot bantu pernapasan. Tetapi, pasien
RR 30x/menit menjadi 24x/menit.
masih batuk.
Studi kasus yang dilakukan oleh
Samsi Bariyatun (2018) dengan judul Dari hasil studi kasus tersebut,
penerapan pemberian oksigen pada pasien dapat dikatakan bahwa pemberian oksigen
gagal jantung kongestif dengan gangguan memiliki peranan yang penting dalam
kebutuhan oksigenasi dilakukan dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada
cara observasi pada dua pasien yaitu Ny. J pasien gagal jantung guna meringankan
dan Tn. P yang diberikan tambahan gejala sesak napas pada pasien. Sesuai
oksigen melalui kanul binasal. Oksigen dengan Rosdahl (2015) yang menyatakan
diberikan dengan memperhatikan berbagai bahwa meningkatkan konsentrasi (atau
macam aspek seperti keluhan pasien dan persentasi) oksigen yang dihirup pasien
hasil pemeriksaan pada pasien. Penulis penting untuk mengembalikan keadaan
mencatat perkembangan pasien selama hipoksia (konsentrasi oksigen rendah
dalam darah), menurunkan kerja sistem menjadi normal dan sebanyak 6 (15.8%)
pernapasan karena jika menerima responden tetap pada hipoksia ringan.
tambahan oksigen, otot pernapasan tidak
Hal ini didukung dengan teori yang
perlu bekerja keras untuk memompa udara
dikemukakan oleh Hudak & Gallo, 2010
ke dalam dan keluar paru-paru dan untuk
bahwa peningkatan FiO2 (persentase
mempertahankan suplai oksigen darah
oksigen yang diberikan) merupakan
yang mencukupi dan tambahan oksigen
metode mudah dan cepat mencegah
berperan dalam menurunkan kerja jantung
terjadinya hipoksia jaringan, dimana
dalam memompa darah.
dengan meningkatkan FiO2 maka juga
Apabila oksigen diberikan pada akan meningkatkan PO2 hal tersebut
gangguan jantung, maka oksigen mudah merupakan faktor yang sangat menentukan
masuk berdifusi kedalam paru-paru. saturasi oksigen, bila PO2 tinggi maka
Pemberian oksigen akan meningkatkan hemoglobin lebih banyak membawa
saturasi oksigen maka hemoglobin mampu oksigen dan bila pada PO2 rendah maka
membawa oksigen lebih banyak hemoglobin juga sedikit membawa
dibandingkan jika seseorang tidak oksigen.
diberikan oksigen (Suparmi & Ignavicius,
Menurut penelitian Mugihartadi
2009). Teori diatas didukung penelitian
dan Mei Rika Handayani (2020)
yang dilakukan oleh Thygesen & Verdy,
mendapatkan hasil bahwa setelah
2012 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
diberikan terapi oksigen nasal kanul 4ltr/
yang menunjukkan bahwa dengan
menit pada Tn. P dan Tn. S tampak
pemberian terapi oksigen nasal kanul dapat
nyaman dan mampu mengatur nafas
mengembalikan saturasi oksigen dari
dengan RR dalam batas normal (16-
kondisi hipoksia ringan ke kondisi normal
24x/mnt), tidak menggunakan otot bantu
secara bermakna.
pernafasan dan tidak ada cuping hidung.
Penelitian ini juga sejalan dengan Hal ini sesuai dengan pendapat Bahtiar
penelitian yang dilakukan Budi & Yamin, (2015) klien dengan gangguan sistem
2014 bahwa dari 38 responden yang pernapasan tidak dapat memenuhi
mendapatkan terapi oksigen binasal kanul kebutuhan oksigen secara normal, oksigen
didapatkan sebanyak 32 (84.2%) sangat berperan dalam pernafasan, oksigen
responden yang mengalami peningkatan berperan didalam tubuh dalam proses
saturasi oksigen dari hipoksia ringan pembentukan metabolisme sel sehingga
jika kekurangan oksigen maka akan
berdampak buruk bagi tubuh, sehingga
diperlukan terapi tambahan untuk pasien
yang mengalami gangguan oksigenasi.

KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas,


dapat disimpulkan bahwa masalah
keperawatan dengan pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan hiperventilasi
dapat teratasi dengan terapi pemberian
oksigen, peningkatan oksigen, untuk
memperoleh kriteria hasil yang akan
dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bariyatun, S. (2018). PENERAPAN PEMBERIAN OKSIGEN PADA PASIEN


CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI DI RSUD WATES KULON PROGO. Karya Tulis Ilmiah , 1-123.

2. Darmawan, I. (2019). EFEKTIVITAS TERAPI OKSIGENASI NASAL KANUL


TERHADAP SATURASI OKSIGEN PADA PENYAKIT ACUTE CORONARY
SYINDROME (ACS) DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD ULIN
BANJARMASIN. Caring Nursing Journal , 68-73.

3. Ermoshkin, V. (2017). 17th European Heart Disease and Heart Failure Congress and
Cardiovascular Medicine and Cardiac Surgery. Journal Clin Exp Cardiolog , 1-66.

4. Kang, M. G. (2019). Clinical Efficacy of High-Flow Oxygen Therapy Through Nasal


Cannula in Patients with Acute Heart Failure. Journal of Thoracic Disease , 410-417.

5. Mugihartadi, M. R. (2020). PEMBERIAN TERAPI OKSIGENASI DALAM


MENGURANGI KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS PADA PASIEN
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI RUANG ICU/ICCU RSUD DR.
SOEDIRMAN KEBUMEN. Nursing Science Journal (NSJ) , 1-6.
6. Narima Seperhrvand, e. a. (2019). High vs Low Oxygen Theapy in Patients with Acute
Heart Failure: HiLo-HF pilot trial. ESC Heart Failure , 667-677.

7. Nurlaela, E. S. (2017). UPAYA PENATALAKSANAAN POLA NAFAS TIDAK


EFEKTIF PADA PASIEN CONGESTIVEHEART FAILURE. Publikasi Ilmiah , 1-17.

8. Purba, L. D. (2016). STUDI KASUS PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI


DENGAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM PADA PASIEN CONGESTIVE
HEART FAILURE DI RUMAH SAKITTK II PUTRI HIJAU MEDAN TAHUN 2016.
Jurnal Riset Hesti Medan , 118-127.

9. Sepehrvand, N. e. (2016). Oxygen Therapy in Patients with Acute Heart Failure. JACC :
Heart Failure , 783-790.

10.Wardani, W. I. (2018). GANGGUAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIFPADA PASIEN


CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF). Jurnal Keperawatan Global , 98-114.

You might also like