58-Article Text-169-1-10-20180804

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256

Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA


PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II

Dia Resti Dewi Nanda Demur1


1
Program Studi Sarjana Keperawatan STIkes Perintis Padang
email : diaresty@yahoo.com

ABSTRACT

Diabetes Mellitus was a metabolic disorder related to insulin deficiency or insulin resistance, and it
can raised blood glucose concentration and glycosuria.DM prevalence in Indonesia has increased
from 1.1% (2007) to 2.1% (2013). The highest prevalence of DM diagnosed by doctors is in
Yogyakarta (2.6%), DKI Jakarta (2.5%), North Sulawesi (2.4%) and East Kalimantan (2.3%).
Referring to the national prevalence, West Sumatra has a total DM prevalence of 1.3%. Where West
Sumatra is ranked 14 out of 33 provinces in Indonesia. Based on age, many patients in the age range
56-64 years with a prevalence of 4.8% (Ministry of Health, 2013). The purpose of this study was to
determine the relationship between sleep quality and blood glucose level in patients with Diabetes
Mellitus type II in the Internal Room of RSUD Dr. Achmad Mocthar Bukittinggi in 2017. This
research method used Quasi cross sectional method. Study of correlation then data processed by
using chi square test. The sample in this study were 32 respondents. The result of statistical test
obtained p value = 0,001 (p <α) hence can be concluded existence of Relationship quality of sleep
with blood glucose level in patient of Diabetes Mellitus type II in Internal room of RSUD Dr. Achmad
Mocthar Bukittinggi Year 2017. Suggestion in this research is result of this research can be made as
basic input material for RSUD Dr. Achmad Mocthar Bukittinggi to be able to improve the quality of
nursing care of Diabetes Mellitus type II patient and can be made as a foundation in intervening to
improve the sleep quality of patients.

Keywords :Blood Glucose Level, Diabetes Mellitus Tipe II, Sleep Quality

1. PENDAHULUAN Menurut estimasi IDF (2014) 8,3% penduduk di


seluruh dunia mengalami DM, prevalensi ini
Diabetes Mellitus adalah gangguan meningkat dari tahun 2011 yaitu 7% dan
metabolisme yang ditandai dengan adanya diprediksikan pada tahun 2035 prevalensi DM
ketidakmampuan tubuh untuk menggunakan akan meningkat menjadi 10%.
glukosa, lemak dan protein akibat adanya
defisiensi insulin atau resistensi insulin yang Meningkatnya jumlah penderita DM dapat
mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya
glukosa darah dan glukosuria (Dunning, 2009). adalah faktor keturunan/genetik, obesitas,
perubahan gaya hidup, pola makan yang salah,
Global status report on non communicable obat-obatan yang mempengaruhi kadar glukosa
diseases tahun 2014 yang dikeluarkan oleh darah, kurangnya aktifitas fisik, proses menua,
World Health Organization (WHO) menyatakan kehamilan, perokok dan stres (Soegondo dkk,
bahwa prevalensi DM di seluruh dunia 2011).
diperkirakan sebesar 9%. Proporsi kematian
akibat penyakit DM dari seluruh kematian akibat Indonesia termasuk dalam urutan ke lima negara
penyakit tidak menular adalah sebesar 4%. dengan penderita DM terbanyak di dunia. Kasus
Kematian akibat DM terjadi pada negara dengan DM pada orang dewasa yang tidak terdiagnosis
pendapatan rendah dan menengah dengan di Indonesia sebanyak 4,8 juta orang (IDF,
proporsi sebesar 80%. Pada Tahun 2030 2014). Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar
diperkirakan DM menempati urutan ke-7 (Riskesdas) tahun 2013 oleh Departemen
penyebab kematian di dunia. Dalam Diabetes Kesehatan, menunjukkan bahwa prevalensi DM
Atlas edisi ke enam tahun 2014 yang dikeluarkan di Indonesia untuk usia di atas 15 tahun sebesar
oleh International Diabetes Federation (IDF), 6,9%. Prevalensi DM di Indonesia mengalami
jumlah penderita DM semakin bertambah. peningkatan dari 1,1% (2007) menjadi 2,1%

1
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

(2013). Prevalensi tertinggi DM yang telah manajemen DM adalah monitoring kadar gula
didiagnosis oleh dokter terdapat di DI darah yang memerlukan peran serta aktif,
Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), kemauan dan kemampuan pasien secara mandiri.
Sulawesi Utara (2,4%), dan Kalimantan Timur Upaya mempertahankan kadar gula darah tetap
(2,3%).Hal ini menunjukkan bahwa Sulawesi normal pasien DM dapat menurunkan risiko
Utara merupakan salah satu provinsi dengan terjadinya komplikasi (Soegondo et al., 2009).
angka prevalensi DM yang tertinggi di Indonesia.
Merujuk kepada prevalensi nasional, Sumatera Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Barat memiliki prevalensi total DM sebanyak Syamsumin (2009) dengan judul “Faktor-faktor
1,3%. Dimana Sumatera Barat berada diurutan risiko yang Berkaitan dengan Prevalensi Kurang
14 dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Tidur Kronis pada Mahasiswa di Daerah
Berdasarakan umur, penderita banyak dalam Istimewa Yogyakarta” menyatakan bahwa dari
rentang usia 56-64 tahun dengan prevalensi 104 responden terdapat 47 orang (45,19%) yang
sebesar 4,8% (Kemenkes, 2013). didiagnosis menderita kurang tidur kronis. Dari
angka prevalensi sebesar ini sebanyak 26 orang
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang (25%) adalah laki-laki dan 21 orang lainnya
terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak (20,19%) adalah perempuan.
memperlihatkan perasaan lelah, mudah
terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, Berdasarkan laporan dari Medical Record (MR)
kehitaman di sekitar mata, kelopak mata di RSUD Dr. Achamd Mocthar Bukittinggi
bengkak, konjungtiva merah, mata perih, Tahun 2017 di dapatkan data pada pasien DM
perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering tipe 2 yang di rawat di ruangan interne terdapat
menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006). sebanyak420 orang pada tahun 2016, sedangkan
Kualitas tidur merupakan aspek kuantitatif dan pada tahun 2015 terdapat sebanyak 400 orang.
kualitatif seperti lamanya tidur, waktu yang Sesuai dari data yang didapatkan terjadi
diperlukan untuk bisa tidur, frekuensi terbangun, peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitus
dan aspek subjektif kedalaman dan kepuasan dari tahun ke tahun (Medical Record RSAM,
tidur. 2016). Dari jumlah pasien Diabetes Mellitus
pada tahun 2015- 2016 di dapatkan jumlah
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tidur pasien DM Tipe 2 sebanyak 35-40 orang
seperti faktor fisik, psikologis, sosial dan perbulanya.
lingkungan. Adanya perubahan pada aspek fisik,
psikologis, sosial dan lingkungan dapat Berdasarkan survei awal pada tanggal 10 maret
mengkibatkan berkurangnya waktu tidur (Colten 2017 di ruangan Interne RSUD Dr. Achmad
& Altevogt, 2006). Tidur yang kurang dapat Mocthar Bukittinggi ditemukan pasien dengan
menyebabkan beberapa gangguan pada respon DM tipe 2 sebanyak 5 orang. Dari hasil
imun, metabolisme endokrin dan fungsi wawancara terhadap ke 5 pasien DM tersebut
kardiovaskuler (Caple & Grose, 2011). Akibat pasien menyatakan mengalami kesulitan tidur
berkurangnya waktu tidur dapat mempengaruhi pada malam hari dan merasa kelelahan pada
fungsi sistem endokrin terutama terkait dengan siang harinya, hal itu di sebabkan karena sering
gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin dan buang air kecil, merasa haus dan lapar pada
berkurangnya respon insulin. Perubahan sistem malam hari sehingga mengganggu tidurnya. Hal
endokrin yang terjadi selama periode tidur itu menyebabkan peningkatan kadar glukosa
malam berhubungan dengan adanya sekresi darah serta mempengaruhi motivasi dan
beberapa hormon (Spiegel, 2009). kemampuan pasien melakukan aktivitas sehari-
hari.
Gangguan tidur dapat mempengaruhi fungsi
motorik dan kognitif, penurunan produktivitas, 2. KAJIAN LITERATUR
perubahan mood, penurunan daya ingat,
disorientasi serta adanya keluhan fatique a) Pengertian Diabetes Mellitus
sehingga dapat mempengaruhi kehidupan pasien Diabetes Mellitus merupakan penyakit
dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Gangguan gangguan metabolisme kronis yang ditandai
tidur yang terjadi pada pasien DM tentunya juga peningkatan glukosa darah (hiperglikemia),
dapat mempengaruhi pasien dalam pengelolaan disebabkan karena ketidakseimbangan antara
penyakitnya. Salah satu komponen dalam suplai dan kebutuhan insulin. Insulin dalam

2
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

tubuh dibutuhkan untuk menfasilitasi


masuknya glukosa dalam sel agar dapat Perubahan hormonal yang terjadi terkait dengan
digunakan untuk metebolisme dan gangguan tidur dapat disebabkan adanya
pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak adanya aktivitas Hipotalamus-Pituitari-Adrenal (HPA)
insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam dan sistem saraf simpatis. Aktivitas HPA dan
darah dan menimbulkan peningkatan gula sistem saraf simpatis dapat merangsang
darah, sementara sel menjadi kekurangan pengeluaran hormon seperti katekolamin dan
glukosa yang sangat dibutuhkan dalam kortisol yang menyebabkan gangguan toleransi
kelangsungan kelangsungan dan fungsi sel glukosa dan resistensi insulin dan berhubungan
(Tarwoto, 2012). Penyakit DM merupakan salah dengan DM tipe 2 (Taub & Redeker, 2008).
satu penyakit kronis yang berkaitan dengan Perubahan respon tubuh yang terjadi akibat
aktivitas tidur, karena pada pasien Diabetes adanya gangguan tidur adalah terjadinya
Mellitus akan terjadi nocturnal urine, polidipsia, peningkatan resistensi insulin sehingga sel tidak
polipagiayang menyebabkan terjadinya dapat menggunakan hormon secara efisien
gangguan tidur (Ghifaajah, 2012). (Smith , 2010). Kualitas tidur yang buruk bagi
pasien DM adalah sering berkemih pada malam
b) Kadar Glukosa Darah hari, makan berlebihan sebelum waktu tidur,
Glukosa darah adalah istilah yang mengacu stress dan kecemasan yang berlebihan serta
kepada kadar glukosa dalam darah yang peningkatan suhu tubuh dapat menggangu pola
konsentrasinya diatur ketat oleh tubuh. Glukosa tidur di malam hari, sehingga menyebabkan
yang dialirkan melalui darah adalah sumber kurangnya kualitas tidur. Beberapa gangguan
utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya pada respon imun, metabolisme endokrin dan
tingkat glukosa dalam darah bertahan pada batas- fungsi kardiovaskuler (Caple & Grose, 2008).
batas 4-8 mmol/L/hari (70-150 mg/dl), kadar ini
meningkat setelah makan dan biasanya berada
pada level terendah di pagi hari sebelum orang- 3. METODE PENELITIAN
orang mengkonsumsi makanan (Mayes, 2011).
a. Desain Penelitian
c) Kualitas Tidur Desain penelitian yang digunakan adalah
Tidur merupakan proses fisiologis yang berulang deskriptif analitik dengan pendekatan
dalam periode tertentu. Pengaturan siklus tidur crossectional.
merupakan suatu proses yang bertujuan untuk
mempertahankan keseimbangan. Mekanisme b. Sampel
homeostasis dalam siklus tidur berhubungan Sampel dalam penelitian ini adalah pasien
dengan aktivitas selsel neuron dalam batang otak Diabetes Mellitus tipe II yang dirawat di Ruang
serta peran dari neurotransmiter yang diproduksi InterneRSUD Dr. Achmad Mocthar Bukittinggi
hipotalamus. Waktu tidur dikontrol oleh yang berjumah 32 orang.
Suprachiasmatic Nucleus (SCN) yang
menyebabkan timbulnya rasa mengantuk ketika c. Instrument
malam hari. Pengaturan siklus tidur dan bangun Instrument untuk pengumpulan datapada
sangat mempengaruhi fungsi tubuh dan respon penelitian ini dengan menggunakan lembar
tingkah laku (Juddith,2010). kuesioner yang berupa instumen kualitas tidur
yang menggunakanPittsburgh Sleep Quality
Kualitas tidur adalah dimana suatu keadaan Indexs (PSQI) dan lembar observasi kadar
dimana tidur yang dijalani seorang individu glukosa darah berdasarkan hasil pemeriksaan
menghasilkan kesegaran dan kebugaran ketika kadar glukosa darah puasa.
terbangun. Kualitas tidur mencakup aspek
kuantitatif seperti durasi tidur, latensi tidur, serta d. Prosedur Pengumpulan Data
aspek subjektif seperti tidur dalam dan istirahat. Peneliti memilih responden yang memenuhi
Kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila kriteria untuk dijadikan responden. Kemudian
tidak menunjukan tanda-tanda kekurangan tidur peneliti meminta persetujuan menjadi responden
dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. sambil memperkenalkan diri kepada calon
Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibedakan responden. Pengumpulan data dilakukan dengan
menjadi tanda fisik dan tanda psikologis tahappemberian penjelasan tentang tujuan,
(Khasanah & Hidayati, 2012). manfaatdan prosedur pemeriksaan kadar glukosa

3
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

darah puasayang akan dilaksanakan kepada telah diisi semua. Setelah itu peneliti
responden. Setelah responden memahami mengucapkan terima kasih kepada responden.
penjelasan yang telah diberikan oleh peneliti,
responden diminta persetujuannya yang e. Pengolahan Data
dibuktikan dengan menandatangani informed Setelah data terkumpul diklassifikasikan dalam
consent dan untuk pengisian lembar kuesioner beberapa kelompok menurut sub variabel yang
diisi oleh peneliti dengan cara menanyakan ada didalam pernyataan. Data yang terkumpul
langsung kepada responden. diolah dengan menggunakan langkah-langkah
seperti pemeriksaan data (editing), pemberian
Setelah pengisian kuesioner, selanjutnya peneliti tanda (coding), pengelompokkan (tabulating),
melakukan observasi kadar glukosa darah pasien entry data , memproses data (proccessing),
pada buku status pasien yang sebelumnya telah pembersihan data (cleaning).
di ambil oleh perawat saat pasien bangun pagi
yaitu kadar glukosa darah puasa. Setelah lembar
kuesioner dan observasi diisi oleh peneliti
dengan cara menanyakan langsung kepada
responden, setelah itu peneliti mengkoreksi,
apakah lembar kuesioner dan observasi tersebut

4. HASIL PENELITIAN
a. Analisa Unvariat
1) Kualitas
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas Tidur Pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II di Ruang Interne RSUDDr. Achmad Mocthar
Bukittinggi Tahun 2017

No Kualitas Tidur Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Baik 13 40,6

2 Buruk 19 59,4

Total 32 100

Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan bahwa lebihdari separoh 19 orang (59,4%) responden
dengan kualitas tidur buruk dan 13 orang (40,6%) responden dengan kualitas tidur baik.

2) Kadar Glukosa Darah


Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar Glukosa Darah
Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Ruang Interne RSUD
Dr. Achmad Mocthar Bukittinggi Tahun 2017

No Kadar Glukosa Darah Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Tinggi 17 53,1

2 Rendah 15 46,9

Total 32 100

4
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan bahwa lebih dari separoh 17 orang (53,1%) responden
dengan kadar glukosa darah tinggi dan 15 orang (46,9%) responden dengan kadar glukosa
darah tinggi.

b. Analisa Bivariat
1) Hubungan Kualitas Tidur Dengan Kadar Glukosa Darah
Tabel 3
Hubungan Kualitas Tidur dengan Kadar GlukosaDarah Pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II di Ruang Interne RSUD
Dr. Achmad Mocthar Bukittinggi Tahun 2017

No Kualitas Kadar Glukosa Darah Total P


Tidur Tinggi Rendah Value
f % f % f %
1 Baik 2 15,4 11 84,6 13 100 0,001

2 Buruk 15 78,9 4 21,1 19 100

Total 17 53,1 15 46,9 32 100

Berdasarkan tabel 3dapat dijelaskan bahwa (78,9%) orang responden kadar glukosa darah
hubungan kualitas tidur dengan kadar glukosa tinggi, 4 (21,1%) orang responden kadar
darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di glukosa darah rendah. Hasil uji statistik
Ruang Interne RSUD Dr. Achmad Mocthar diperoleh nilai p value = 0,001 (p<α) maka
Bukittinggi Tahun 2017 terdapat sebanyak 32 dapat disimpulkan adanya Hubungan kualitas
orang responden, dari 13 orang responden tidur dengan kadar glukosa darah pada pasien
kualitas tidur responden baik terdapat Diabetes Mellitus tipe II di ruang Interne
sebanyak 11 (84,6%) responden kadar RSUD Dr. Achmad Mocthar Bukittinggi
glukosa darah rendah, dan 2 (15,4%) Tahun 2017.
responden kadar glukosa darah tinggi.
Sedangkan kualitas tidur buruk sebanyak 19
orang responden, diantaranya terdapat 15

5. PEMBAHASAN 2) Kadar Glukosa Darah


a. Analisa Univariat Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan
1) Kualitas Tidur bahwa lebih dari separoh 17 orang
Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan (53,1%) responden dengan kadar glukosa
bahwa lebih dari separoh 19 orang darah tinggi, dan 15 orang (46,9%)
(59,4%) responden dengan kualitas tidur responden dengan kadar glukosa darah
buruk, dan 13 orang (40,6%) responden tinggi.
dengan kualitas tidur baik. Menurut
asumsi peneliti kualitas tidur sangat Berdasarkan penelitian yang dilakukan
berpengaruh terhadap tubuh diantaranya oleh Prasetya tahun 2016, tentang
kualitas tidur yang terfragmentasi akan hubungan kualitas tidur pada pasien
menambah tingkat sekresi korrtisol dan diabetes militus tipe 2 terhadap kadar
dapat memberikan efek regulasi glukosa. glukosa darah tahun 2016. Sebagian besar
Kurangya waktu tidur juga akan kadar gula darahnya tinggi sebanyak
berpengaruh terhadap perubahan hormon 52,3%, dan 47,7% kadar gula darah
leptin dan ghrelin. Hormon leptin rendah. Didapatkan nilai r=0,472, p<0,001
bertanggung jawab terhadap rasa artinya adanya hubungan kualitas tidur
kenyang, kurangnya waktu untuk tidur pada pasien diabetes militus tipe 2
akan menurunkan kadar hormon leptin, terhadap kadar glukosa darah tahun
dan membuat seseorang menjadi lebih 2016.Menurut asumsi penelitiKualitas
banyak makan. tidur yang baik akan memberikan

5
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

kenyamanan dalam beristirahat, jika gula darah rendah. Didapatkan nilai


kualitas tidur buruk bagi pasien DM r=0,472, p<0,001 artinya adanya hubungan
adalah sering berkemih pada malam hari, kualitas tidur pada pasien diabetes militus
makan berlebihan sebelum waktu tipe 2 terhadap kadar glukosa darah tahun
tidur,stress dan kecemasan yang 2016.Menurut asumsi peneliti kualitas
berlebihan serta peningkatan suhu tubuh tidur yang baik sangat dibutuhkan tubuh,
dapat menggangu pola tidur di malam hari, karena tidur dapat mempengaruhi produksi
sehingga menyebabkan kurangnya kualitas katekolamin sistem saraf simpatis. Selama
tidur. Sehingga dengan kurang nya tidur periode tidur terjadi peningkatan aktivitas
juga akan berpengaruh terhadap perubahan sistem saraf simpatis. Selain hal tersebut
hormon leptin dan ghrelin. Hormon leptin tidur juga mempengaruhi produksi
bertanggung jawab terhadap rasa kenyang, epinefrin dan norepinefrin serta
kurangnya waktu untuk tidur akan pengeluaran melatonin. Gangguan tidur
menurunkan kadar hormon leptin, dan seperti sleep apnea menyebabkan
membuat seseorang menjadi lebih banyak gangguan aliran udara pada saluran
makan. pernafasan hal tersebut akan memicu
terjadinya hipoksia dan merangsang
b. Analisa Bivariat individu untuk bangun dari tidurnya, hal
1) Hubungan Kualitas Tidur Dengan tersebut tentunya akan mengurangi waktu
Kadar Glukosa Darah Pada Pasien normal tidur individu. Pada penelitian ini
Diabetes Mellitus Tipe II di Ruang kualitas tidur yang buruk bagi pasien DM
Interne RSUD Dr. Achmad Mocthar adalah sering berkemih pada malam hari,
Bukittinggi Tahun 2017 makan berlebihan sebelum waktu
tidur,stress dan kecemasan yang
Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan berlebihan serta peningkatan suhu tubuh
bahwa hubungan kualitas tidur dengan dapat menggangu pola tidur di malam hari,
kadar glukosa darah pada pasien Diabetes sehingga menyebabkan kurangnya kualitas
Mellitus Tipe II di Ruang Interne RSUD tidur. Pada penelitian ini kualitas tidur
Dr. Achmad Mocthar Bukittinggi Tahun yang buruk akan menjadikan kadar
2017, terdapat sebanyak 13 dari 32 orang glukosa darahnya tinggi, ini semua
responden kualitas tidur responden baik, disebabkan oleh responden yang
diantaranya terdapat sebanyak 2 (15,4%) berkeinginan untuk makan terus, sering
orang responden kadar glukosa darah kencing dan lain sebagainya. Dan pada
tinggi, dan 11 (84,6%) orang responden penelitian ini juga didapatkan kualitas
kadar glukosa darah rendah. Terdapat tidur baik memiliki kadar glukosa darah
sebanyak 19 dari 32 orang responden rendah.
kualitas tidur responden buruk,
diantaranya terdapat 15 (78,9%) orang 6. KESIMPULAN
responden kadar glukosa darah tinggi, 4 a. Kesimpulan
(21,1%) orang responden kadar glukosa Lebih dari separoh 19 orang (59,4%)
darah rendah. Hasil uji statistik diperoleh responden dengan kualitas tidur buruk,
nilai p value = 0,001 (p<α) maka dapat dan 13 orang (40,6%) responden dengan
disimpulkan adanya hubungan kualitas kualitas tidur baik. Lebih dari separoh 17
tidur dengan kadar glukosa darah pada orang (53,1%) responden dengan kadar
pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Ruang glukosa darah tinggi, dan 15 orang
Interne RSUD Dr. Achmad Mocthar (46,9%) responden dengan kadar
Bukittinggi Tahun 2017. Berdasarkan glukosa darah rendah. Hasil uji statistik
penelitian yang dilakukan oleh Prasetya diperoleh nilai p value = 0,001 (p<α)
tahun 2016, tentang hubungan kualitas maka dapat disimpulkan adanya
tidur pada pasien diabetes militus tipe 2 Hubungan kualitas tidur dengan kadar
terhadap kadar glukosa darah tahun 2016. glukosa darah pada pasien Diabetes
Sebagian besar memiliki kualitas buruk Mellitus tipe II di ruang Interne RSUD
sebanyak 58,2%, dan 41,8% kualitas tidur Dr. Achmad Mocthar Bukittinggi Tahun
baik. Sebagian besar kadar gula darahnya 2017.
tinggi sebanyak 52,3%, dan 47,7% kadar

6
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

b. Saran Center for disease control and prevention.


1) Bagi Peneliti (2014). National diabetes statistic report
Hasil penelitian ini dapat dijadikan untuk estimate of diabetes and its burden in the
menambah pengalaman peneliti dan United States. Atlanta. GA: US.
mengetahui Hubungan kualitas tidur Departement of health and human
dengan kadar glukosa darah pada pasien Services.
Diabetes Mellitus tipe II di ruang Interne
RSUD Dr. Achmad Mocthar Bukittinggi Dunning, (2009). Care of People with Diabetes:
Tahun 2017 A Manual of Nursing Pratice. 3rd
Edition.Chicester. West Sussex : Willey
2) Bagi Institusi Pendidikan Blacwell. Blackwell Pusblishing Ltd.
Hasill penelitian ini dapat menambah
informasi, khusunya mengenai kualitas Ghifaajah. (2012). Pengaruh pemberian aktivitas
tidur dengan kadar glukosa darah pada ROM (Rage of Motion) terhadap
pasien Diabetes Mellitus tipe II di ruang perubahan kualitas tidur pasien diabetes
Interne RSUD Dr. Achmad Mocthar mellitus di ruang bedah pria RSUD Cut
Bukittinggi Tahun 2017. Sebagai bahan Mutia. Jakarta : EGC.
masukan atau acuan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan Guyton A.C. and J.E. Hall (2007). Buku Ajar
peserta didik khususnya pada Program Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:
Studi Ilmu Keperawatan Stikes Perintis EGC.
Padang. Hasdianah HR, Dr. (2012). Mengenal Diabetes
Mellitus pada Orang Dewasa dan Anak-
3) Bagi Rumah Sakit anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta :
Hasil penelitian ini dapat dijadikan Nuha Medikal
sebagai bahan masukan dasar bagi
RSUD Dr. Achmad Mocthar Bukittinggi International Diabetes Federation. (2014). IDF
untuk dapat meningkatkan kualitas Atlas Sixth Edition. Jakarta: IDF.
pelayanan SDM keperawatan pasien
Diabetes Mellitus tipe II dan dapat Maulana, Heri, d.j, (2009). Promosi Kesehatan.
dijadikan sebagai landasan dalam Jakarta: EGC.
melakukan intervensi untuk Maryam, R. Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia
meningkatkan pengetahuan perawat. Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medikal.
7. REFERENSI
Mubarak, dkk. (2008). Buku Ajar Kebutuhan
A Potter, & Perry, A. G. (2007). Buku Ajar Dasar manusia Teori dan Aplikasi dalam
Fundamental Keperawatan: Konsep,. Praktik. Jakarta: EGC.
Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume.2.
Jakarta: EGC. Mayes, P.A. (2011). Bioenergetika dan
Metabolisme Lipid. Dalam: Biokimia
A Potter dan Perry. (2006). Buku ajar Harper. Edisi XXIV. Jakarta: EGC.
fundamental keperawatan volume 2. Edisi
4. Jakarta : EGC Primanda,Y. (2009). Pengaruh Ekstrak Valerian
Terhadap Waktu Tidur Mencit BALB/C
Asmadi. (2008), Konsep Dasar (Skirpsi). Semarang: FKUD.
Keperawatan, Jakarta : EGC
Perkeni. (2006). Konsensus Pengelolaan
Buysse, D. et al (2005). The Pittsburgh sleep Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.
quality indeks: a new instrumnt for Perkumpulan Endokrinolodi Indonesia.
Jakarta: EGC.
psychiatric practice and research. Psyciatric
research. Ireland: Elsevier Scientific Powers A, (2005). Diabetes Mellitus. Di
Publishers. dalam: Braunwald E, Fauci A, Kasper D,
Hauser S, Longo D, Jameson J, editor.

7
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

Harrison’s Principles of InternalMedicine. with Dialysis. In: Schrier, R.W., ed.


Edisi ke- 15. New York: McGraw-Hill. Manual of Nephrology Sixth Edition.
Philadelphia, USA: Lippincott Williams
Tarwoto. (2012). Buku Ajar Keperawatan and Wilkins.
Medical Bedah Sistem Endokrin. Jakarta :
2012 Soegondo S. (2005). Diagnosis dan
Kalsifikasi Diabetes Mellitus Terkini.
Soegondo S. (2005). Penatalaksanaan Dalam Soegondo S dkk (eds),
Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
FKUI. Terpadu. Jakarta: FKUI.

Wicaksono, D, W. (2014). Analisis faktor Smeltzer, dkk. (2007). Buku Ajar


dominan yang berhubungan dengan Keperawatan Medikal. Bedah Brunner
kualitas tidur pada mahasiswa fakultas dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa
keperawatan universitas airlangga. oleh Agung Waluyo…(dkk). Jakarta:
Jakarta: EGC. EGC.

Spiegel, D.M. (2005). The Patient Suryono. (2004). Penatalaksanaan DM.


Receiving Chronic Reanal Replacement Jakarta: FKUI.

You might also like