Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

KAJIAN JENIS, FUNGSI, DAN MAKNA MANTRA DAYAK

NGAJU (THE STUDY OF TYPES, FUNCTIONS, AND MEANINGS


OF DAYAK NGAJU MANTRAS)

Fransusi
SMAN 10 Palangka Raya, Jl. Petukatimpun, e-mail Fran_susi@yahoo.co.id

Abstract
The Study of Types, Functions, and Meanings of Dayak Ngaju Mantras. The purpose of this study
were (1) to identify and describe the type and structure of Dayak Ngaju spells, (2) to identify and
mendeskrisikan Dayak Ngaju spell function, and (3) to identify and describe the meaning of Dayak
Ngaju spell. This study used a qualitative approach. This type of research is a kind of field research. The
method used in this research is descriptive method. The data in this study a spell text Ngaju obtained
from interviews with Ngaju Dayak community in Wood Village boast subdistrict Middle Kapuas Kapuas
district of Central Kalimantan. Researchers themselves become instruments in the research and data
collection techniques performed by recording and record the spoken mantra informant. The analysis
finds that the Dayak Ngaju Mantra has various types, functions and meanings, namely (1) based on
the type and structure have any kind of customs spells, spells of treatment, a protective spell. These spells
have shaped structure bound and free form. (2) function mantra Ngaju Dayak is to provide safety of the
spirits or the supernatural, to strengthen the prayer rituals manajah Antang, in order to get the game,
to summon ancestral spirits in traditional rituals Sangiang, to restore the ancestral spirits in traditional
rituals Sangiang, to treat wounds / stop bleeding, to treat various kinds of pain, to treat a medical illness
or non-medical disorders caused by spirits, to protect themselves from harm, to protect the house from the
evil intentions of others, to decoy themselves to the attention of others, to attract the opposite sex. (3) The
meaning of the mantra Dayak Ngaju with regard to man’s relationship with God, with regard to man’s
relationship with the ancestral spirits, ghosts, jinn, or the occult, with regard to man’s relationship with
his neighbor, with regard to man’s relationship with himself, and with respect the human relationship
with the natural surroundings.
Key words: dayak ngaju mantras, types, functions, meanings

Abstrak
Kajian Jenis, Fungsi, dan Makna Mantra Dayak Ngaju. Tujuan penelitian ini adalah (1)
untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan jenis dan struktur mantra Dayak Ngaju, (2) untuk
mengidentifikasi dan mendeskrisikan fungsi mantra Dayak Ngaju, dan (3) untuk mengidentifikasi
dan mendeskripsikan makna mantra Dayak Ngaju. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif. Data dalam penelitian ini berupa teks mantra Ngaju yang diperoleh dari
hasil wawancara dengan masyarakat Dayak Ngaju di Desa Kayu Bualan kecamatan Kapuas Tengah

34
kabupaten Kapuas propinsi Kalimantan Tengah. Peneliti sendiri menjadi instrument dalam penelitian
ini dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan mencatat dan merekam mantra yang diucapkan
informan. Hasil analisis menemukan bahwa Mantra Dayak Ngaju memiliki berbagai jenis, fungsi,
dan makna, yakni (1) berdasarkan jenis dan strukturnya memiliki jenis mantra adat istiadat, mantra
pengobatan, mantra pelindung. Mantra-mantra tersebut memiliki struktur yang berbentuk terikat dan
berbentuk bebas. (2) fungsi mantra Dayak Ngaju adalah untuk memberikan rasa aman dari roh halus
atau gaib, untuk memperkuat doa pada ritual manajah antang, untuk untuk mendapatkan hewan
buruan, untuk memanggil roh-roh leluhur pada ritual adat Sangiang, untuk mengembalikan roh-roh
leluhur pada ritual adat Sangiang, untuk mengobati luka/ menghentikan pendarahan, untuk mengobati
berbagai macam rasa sakit, untuk mengobati penyakit medis ataupun non-medis yang disebabkan oleh
gangguan makhluk halus, untuk melindungi diri sendiri dari segala bahaya, untuk melindungi rumah
dari niat jahat orang lain, untuk pemikat diri agar menjadi perhatian orang lain, untuk memikat lawan
jenis. (3) makna mantra Dayak Ngaju berkenaan dengan hubungan manusia dengan Tuhan, berkenaan
dengan hubungan manusia dengan roh-roh leluhur, makhluk halus, jin, ataupun orang gaib, berkenaan
dengan hubungan manusia dengan sesamanya, berkenaan dengan hubungan manusia dengan diri
sendiri, dan berkenaan dengan hubungan manusia dengan alam sekitar.
Kata-kata kunci: mantra dayak ngaju, jenis, fungsi, makna

PENDAHULUAN
Mantra merupakan puisi yang berisi perkataan atau kalimat yang memiliki kekuatan gaib.
Ikatan irama dan ikatan pada mantra itulah menjadi alasan atau sebagai dasar pertanggungjawaban
untuk memasukkan mantra ke dalam bentuk puisi dan sekaligus dapat menjadi dasar bahwa puisi
lebih tua daripada prosa. Mantra adalah salah satu bentuk kesusastraan yang memiliki bahasa dan
irama yang teratur, puisi yang merdu bunyinya dan berlagu seolah-olah seperti nyanyian yang
mempunyai melodi (Pradopo, 1995: 45). Dalam upacara apapun, masyarakat Dayak Kaharingan
senantiasa menggunakan beras yang mereka taburkan. Beras diyakini sebagai alat komunikasi
antara manusia dengan Tuhan dan para penciptanya di alam sana.
Endraswara (2008: 150) mengatakan bahwa sastra lisan adalah karya yang penyebarannya
disampaikan dari mulut ke mulut secara turun-temurun. Sastra lisan disebut juga dengan tradisi
lisan, yaitu hasil budaya kolektif msyarakat tradisional, artinya hasil budaya tersebut tidak hanya
dihasilkan oleh perseorangan melainkan secara bersama-sama (kolektif). Begitu pula Zaimar (2008:
321) menguatkan keberadaan tradisi lisan atau sastra lisan tersebut bahwa semua cerita yang sejak
awalnya disampaikan secara lisan, tidak ada naskah tertulis yang dapat dijadikan pegangan.
Ciri-ciri sastra lisan adalah penyebarannya melalui mulut ke mulut, lahir di dalam masyarakat
yang bercorak desa, masyarakat di luar kota, atau masyarakat yang belum mengenal huruf.
Sastra lama menggambarkan ciri budaya suatu masyarakat sebab sastra itu warisan budaya, tidak
diketahui siapa pengarangnya dan oleh karena itu menjadi milik masyarakat. Sastra ini bercorak
puitis, teratur, berulang-ulang, juga tidak mementingkan fakta dan kebenaran, lebih menekankan
pada aspek khayalan/fantasi yang tidak bisa diterima masyarakat modern.
Mantra merupakan bentuk puisi lama yang erat pula dengan kepercayaan sejak masa purba.
Kata-kata dalam mantra dianggap mengandung kekuatan gaib. Dalam Kamus Istilah Sastra, Sudjiman

35
(1986: 58) mengatakan bahwa mantra dapat mengandung tantangan atau kekuatan terhadap sesuatu
kekuatan gaib dan dapat berisi bujukan agar kekuatan gaib tersebut tidak berbuat yang merugikan.

METODE
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif, sedangkan jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu data yang dianalisis dan hasil analisisnya
berbentuk deskripsi dan bukan angka-angka.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini bertujuan
untuk mengumpulkan, mengklarifikasi, dan menganalisis data sehingga diperoleh gambaran yang
menyeluruh mengenai Jenis, Fungsi, dan Makna Mantra Dayak Ngaju yang ada di desa Kayu bulan
kecamatan Kapuas Tengah kabupaten Kapuas provinsi Kalimantan Tengah.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah jenis, fungsi, dan makna mantra Dayak
Ngaju yang ada di Desa Kayu Bulan Kecamatan Kapuas Tengah Kabupaten Kapuas provinsi
Kalimantan Tengah. Data tersebut diperoleh dari hasil wawancara dan studi pustaka. Di desa Kayu
Bulan tersebut terletak di pinggiran sungai Kapuas. Pemilihan satu desa tersebut berdasarkan pada
masih digunakannya bacaan-bacaan atau mantra (Kaji Lapah) oleh masyarakat setempat untuk
berbagai keperluan. Masyarakat di satu desa tersebut juga masih menganggap pemimpin upacara
adat (balian/ basir) sebagai tokoh masyarakat yang mereka segani dan percayai.
Syarat-syarat informan, yaitu:
(1) minimal berusia 60 tahun dan maksimal berusia 75 tahun,
(2) masyarakat atau penduduk asli Kayu Bulan/ bukan pendatang yang menetap di tempat
tersebut minimal 70 tahun lamanya,
(3) selalu menggunakan bahasa Dayak Ngaju dalam komunikasi sehari-hari,
(4) hampir tidak pernah melakukan perjalanan ke luar daerah seperti Kuala Kapuas, (5) masih
aktif menggunakan mantra dalam peristiwa atau kegiatan tertentu, dan (6) masih memegang
teguh adat istiadat kampung atau desa tersebut.
Penelitian ini menggunakan manusia sebagai instrumennya, yaitu peneliti sendiri dan orang
lain yang menjadi narasumber. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mencatat
dan merekam mantra yang diucapkan oleh informan.
Dalam merekam mantra yang diucapkan oleh informan, peneliti menggunakan alat bantu
berupa Handphone Samsung Galaxy V plus. Hal tersebut dilakukan apabila data yang diperoleh
menimbulkan keraguan, maka hasil rekaman tersebut dapat digunakan atau diperdengarkan
kembali guna mendapat data yang akurat. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan
mendokumentasikan hasil yang didapat di lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Masyarakat Dayak Ngaju menyebut mantra sebagai kaji. Secara umum, peneliti menemukan
beberapa jenis mantra Dayak Ngaju berdasarkan tujuannya pelafalan dan isinya, yaitu mantra adat
istiadat, mantra pengobatan, mantra pelindung (penangkal), mantra tame huma taheta (masuk
rumah baru), dan mantra anak sekolah (pintar).

36
A. Jenis Mantra Adat Istiadat
Mantra adat istiadat adalah mantra yang digunakan dalam kegiatan adat sehari-hari yang su-
dah menjadi kebiasaan secara turun temurun dan mantra yang mengiringi upacara/ ritual adat besar
masyarakat Dayak Ngaju, seperti ritual/ Upacara adat Mamapas lewu. Mantra adat istiadat terdiri dari
beberapa jenis, yaitu mantra mapakan saur, mantra membersih kampung, mantra memanggil roh-roh
lehuhur, dan mantra mengembalikan roh-roh leluhur yang telah dipanggil. Jenis dan struktur mantra
adat istiadat adalah sebagai berikut.
1. Mantra Tamui (pergi)
Tiap mantra tamuei dimulai dengan kata Ranying hatalla langit
Ranying hatalla langit
Nanturung tumbang je lawang langit
Raja tantilap je utus rihit
Asun bulan manjijit huit
2. Mantra Mandulang Amas
Kegiatan mendulang amas adalah mantra untuk mendapat emas.
Ranying hatalla langit
Tapuk danum lentai runjan
Panamuei hinday tau malayan
Tame dulang hasambau rahan
3. Mantra Manulak Bala
Mantra manulak bala suku Dayak Ngaju yang fungsinya untuk mengatasi musibah, seperti
berikut:
Ranying hatalla langit
Raja mantir balaku duhup
Banama palus haguet bagulung
Bulau namburak tarusan nanturung
Tapuk tasik gandang ngarambang garantung
Terhadap mantra ngaju suku Dayak. Pertama, menentukan matriks dan model. Kedua,
mengungkap dan mendeskripsikan makna mantra Ngaju secara tuntas sehingga menghasilkan
kesatuan makna mantra ngaju suku Dayak.
A. Struktur mantra Dayak Ngaju bentuk terikat
Struktur mantra Bakumpai bentuk terikat merupakan struktur mantra yang terikat oleh aturan,
yaitu unsur pembuka dan unsur penutup yang selalu harus ada. Kalimat pada unsur pembuka dan
unsur penutup pun selalu sama. Struktur mantra bentuk terikat ini adalah:
Unsur pembuka : pengucapan Ranying Hatallah Langit
Unsur isi : berupa pantun dan puisi bebas (diucapkan tiga kali)
Unsur penutup : pengucapan
Struktur mantra bentuk terikat terdapat pada beberapa mantra sebagai berikut.

37
1. Mantra Tamui (Pergi)

Tabel 1. Struktur Mantra Tamui (pergi)

Unsur struktur Mantra adat istiadat

Mantra Terjemahan

Judul Tamui Pergi

Unsur pembuka Ranying Hatalla Tuhan Yang Maha Esa


Ranying hatalla langit Tuhan Yang memelihara sega
Nanturung tumbang je lawang langit Raja Jalan menuju muara langit raja yang keturunan
Unsur isi
tantilap je utus rihit Asun bulan manjijit cucu bulan
huit Yang menarik

Mantra Menghindari Suatu Bahaya

Tabel 2. Struktur Mantra menghindari suatu bahaya

Unsur struktur Mantra pengobatan

Mantra Terjemahan

Judul menghindari suatu bahaya menghindari suatu bahaya

Unsur pembuka Bismillaahirrahmaanirrahiim Bismillaahirrahmaanirrahiim

Unsur isi Ranying Hatalla Langit Tuhan Yang Maha Esa melalui jalan ini emas
Hajamban jetuh bulau mandurut bersusun satu hati bersama badan sehat kita
Hinje ate tiruk pampakat salamat
Bereng barigas itah salamat

Unsur penutup Berkat Tuhan Yang Maha Esa Berkat Tuhan Yang Maha Esa

Mantra Berburu

Tabel 3. Struktur mantra berburu

Unsur struktur Mantra adat istiadat


Mantra Terjemahan
Judul Mantra berburu Mantra berburu
Unsur pembuka Ranying hatalla langit Tuhan Yang Maha Esa
Ranying hatalla langit
Tuhan Yang Maha Esa
Tende banama je kanjanjulu
Berhenti sebentar Raja berdiri minta dengan
Unsur isi Raja mantir mendeng balaku
Raja burung binatang ukuran tinggi yang diberi
Dengan raja burung metu
tiga
Takar gantang je inenga telu

Unsur penutup Berkat Tuhan Yang Maha Esa Berkat Tuhan Yang Maha Esa

38
2. Mantra Sumpah Sawan

Tabel 9.a. Struktur mantra sumpah sawan sabanen

Unsur struktur Mantra pengobatan


Mantra Terjemahan
Judul Sumpah sawan sabanen Penyembuh step pada anak
Unsur pembuka Ranying Hatallah Langit Tuhan Yang Maha Esa
Unsur isi Allah kama sisik kamalik Allah kama sisik kamalik
Kamaliah dudi hindun Kamaliah dudi hindun
Allah palah Allah palah
Unsur penutup Berkat Ranying Hatalla Langit Berkat Tuhan Yang Maha Esa

3. Mantra Tawar Pantik Lauk

Tabel 11. Struktur mantra tawar pantik lauk

Unsur struktur Mantra pengobatan


Mantra Terjemahan
Judul Tawar pantik lauk Penawar bisa sirip ikan
Unsur pembuka Ranying Hatalla Langit Tuhan Yang Maha Esa

Unsur isi Tik lat pantik lauk Pantar tai palat Dada Tik lat sirip ikan
pedah Tus jadi ludah Sama seperti kotoran anak laki-laki yang
belum disunat
Tidak berguna Tus menjadi ludah

Unsur penutup Berkat Ranying Hatalla Langit Berkat Tuhan Yang Maha Esa

4. Mantra Palindung Huma

Tabel 19. Struktur mantra palindung huma

Unsur struktur Mantra pelindung (penangkal)


Mantra Terjemahan
Judul Palindung Biti Pelindung diri/ tubuh

Unsur pembuka Ranying Hatallla Langit Tuhan Yang Maha Esa


Unsur isi Batu badinding adam Nguci batungang Batu berdinding adam
bawi nyai Kabus kilau ambun Kaput kilau Kunci pintu perempuan nyai
hamalem Kabur/ samar-samar seperti embun
Gelap seperti malam

B. Struktur mantra Dayak Ngaju bentuk bebas


Struktur mantra Dayak Ngaju bentuk bebas merupakan struktur mantra yang tidak terikat
oleh aturan. Struktur mantra bentuk bebas ini adalah:

39
Unsur salam : Tingang Tatu Ranying Hatalla
Unsur isi : berupa puisi bebas
Unsur penutup : tidak ada kata-kata penutup
Struktur mantra bentuk bebas terdapat pada mantra yang mengiringi ritual/ upacara adat
tradisi tandak Tawur suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah, sebagai berikut.

Mantra Tawur
Tabel 34. Struktur mantra Tawur

Unsur struktur Mantra adat istiadat


Mantra Terjemahan
Judul Tawur Menabur
Unsur salam Gawi belum  pesta hidup’
Gawi matei pesta hidup

Unsur isi Pantai danum kalunen alam semesta


Manyan menyan
Pantai Danum Sangiang alam atas
Daha darah
Unsur penutup Tidak ada Tidak ada

Unsur penutup Tidak ada Tidak ada

Behas (beras) Ranying Hatala Langit (Wujud  Tertinggi) penguasa alam atas, Jata Balawang
Bulau (Wujud Tertinggi) penguasa alam bawah. Minyak (minyak)
Hakekat dan hal-hal yang bertalian dengan Beras sebagai perlambang kekayaan dan kesuburan (Raja
Angking Tingang  –Putir Selung Tamanang) (Behas) Je nangkaloma awi Raja Angking Tingang Beras
yang dilindungi oleh Raja Angking Tingang(behas) je nampaharing awi Putir Selung Tamanang
beras yang dijaga oleh putri Selung Tamanang Yang menjadi pebanding (target atau tenor) dari
metafora ini adalah beras dalam budaya masyarakat Dayak Ngaju. Pembanding (citra atau vehicle)
dari metafora ini adalah Raja Angking Langit (Raja yang menjamin kekayaan)   –   Putir Selung
Tamanang (Putri yang menjamin kesuburan). Untuk dapat memahami makna metafora dan ground
(persamaan) yang mendasari penggunaan metafora ini, terlebih dahulu akan digambarkan siapa itu
raja angking tingang dan putir selung tamanang dalam masyarakat Dayak Ngaju.
Fungsi Mantra Adat Istiadat
Mantra adat istiadat adalah mantra yang difungsikan sebagai sarana untuk memohon
perlindungan kepada Tuhan, baik secara langsung maupun dengan melalui perantaraan makhluk
gaib. Mantra pada upacara/ tradisi adat berfungsi untuk memperkuat setiap tahapan prosesi ritual.
Pembacaan mantra pada tradisi adat biasanya dipimpin oleh seorang balian atau basir yang dianggap
sakti atau orang pintar yang dapat menghubungkan dunia alam gaib dengan manusia. Pembacaan
mantra diikuti dengan gerakan-gerakan atau tari-tarian dan diiringi dengan alat musik khas Dayak.
Demikian juga dengan pembacaan mantra untuk tujuan tertentu, mantra yang diucapkan adalah

40
mantra turun-temurun yang diwariskan oleh keluarganya sendiri dan berfungsi sesuai dengan
tujuan pembacaan mantra. Fungsi mantra adat istiadat masyarakat Dayak Ngaju adalah sebagai
berikut.
1. Mantra Panganten /supaya tidak ada gangguan dalam pesta perkawinan

Itah Maniring Rawei Kandayu


Balaku Berkat Hatalla Ngambu
Ngandayu Mandurut Raja Uju
Mangawin Utus Je Raja Bunu

Raja Uju Mendeng Manyaki


Ketun Ndue Jadi Hajanji
Hanjean Ndue Pahinje Biti
Jatta Nanggera Hatalla Masi

Nyaki Mandurut Untung Panjang


Kahum Panyampah Garing Narantang
Ndue Ingawin Jadi Inarang
Tumun Pelek Indang Sangumang

Peteh Hatalla Ela Kalapean


Janjin Hatalla Tantahian huran
Ma-amal Sinta Jite Pedoman
Mangat Sampai Uka Tujuan

Mantra di atas digunakan sebagai pengiring pesta perkawinan agar tidak terjadi permasalahan
tersebut tidak mengganggu anggota keluarga yang masih anak-anak. Sesajen tersebut terdiri dari
nasi ketan, telur ayam kampung yang telah direbus, pisang, uang logam, dan bungkus daun sirih
yang berisi kapur, pinang, dan gambir). Ritual ini dilakukan secara rutin setiap ada pesta perkawinan
sekali, biasanya pada bulan yang sudah ditentukan. Waktu pelepasan sesajen adalah pada senja
hari, ketika matahari telah terbenam. Sambil membacakan mantra, sesajen ditenggelamkan ke dalam
sungai dari ujung bagian hulu batang. Tradisi ini rutin dilakukan setiap ada pesta perkawinan.
2. Mantra Mambuwur Hambaruan
Mantra Mambuwur Bahas Hambaruan adalah sebuah tawur yang dinyanyikan untuk
mengiringi pembacaan mantra supaya umur panjang dari Raying Hatalla sambil beras letak di atas
kepala / Hambaruan.
4.2.2 Fungsi Mantra Pengobatan
Mantra pengobatan adalah mantra yang berhubungan dengan segala jenis penyakit, baik
penyakit medis maupun penyakit non medis (disebabkan oleh jin/makhluk halus). Dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Dayak Ngaju, mantra pengobatan memiliki fungsi untuk menghilangkan
sakit atau penyakit yang diderita oleh seseorang.

41
Mantra pengobatan digunakan untuk menolong anggota keluarga atau orang lain, baik dibaca
sendiri maupun dibacakan oleh dukun. Sampai sekarang masyarakat Dayak Ngaju masih percaya
dengan pengobatan mantra selain pengobatan secara medis. Karena di desa tempat penelitian ini
fasilitas medis bisa dikatakan masih belum memadai. Pembacaan mantra dan penggunaannya
memiliki cara-cara dan media pengobatan yang berbeda, tergantung dari sakit yang diderita oleh
orang tersebut. Fungsi mantra pengobatan masyarakat Dayak Ngaju adalah sebagai berikut.
1. Untuk menghentikan pendarahan karena luka
Ranying Hatalla Langit
Balasu andau ranggang petak
Ujan andau rapet petak
Berkat bara Ranying Hatala
Terjemahan:
Tuhan Yang Maha Esa
Panas hari renggang bumi
Hujan hari rapat bumi
Berkat Tuhan Yang Maha Pengasih
Mantra ini berfungsi untuk menghentikan darah yang keluar atau pendarahan akibat luka
karena apa saja. Setelah membaca mantra tersebut, tempelkan dengan tanah yang ada disekitar kita
saat itu. Apabila tidak ada tanah karena sudah berada di rumah atau di tempat yang tidak ada tanah
seperti berada di tengah sungai, cukup ludahi luka tersebut. Tujuannya agar kulit yang mengalami
luka cepat rapat dan tidak mengeluarkan darah lagi. Hal ini dilakukan untuk pertolongan pertama
pada saat luka, selanjutnya luka tersebut, apalagi luka yang besar, tetap diobati dengan ramuan-
ramuan tradisional atau dibawa ke mantri/ dokter.
2. Mantra pengobat sakit perut
Syiur ....syiur.... syiur.....
Mahamen takuluk parei
Bara danum susu keruh
Bara hete aku matehai je dia bakutak
Artinya:
Malu kepala padi
Dari air susu yang keruh
Dari sana aku memanggil yang tidak bersuara
Mantra ini berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit perut. Setelah mantra dibaca, kemudian
tiupkan ketelapak tangan. Telapak tangan tersebut ditepuk di tempat yang terasa sakit, seolah-olah
mengambil sesuatu (dalam hal ini angin yang menyebabkan sakit). Kemudian, dioleskan kapur sirih
di daerah yang terasa sakit tadi. Pengolesan kapur ini bertujuan agar sakit perut yang menyebabkan
rasa sakit tidak dapat masuk kembali. Pengobatan ini dilakukan pada waktu senja hari, yaitu ketika
matahari hampir tenggelam.
1) Salam Pertemuan
“Tabe Salamat Lingu Nalatai,
Salam Sujud Karendem Malempang”
(Semoga senantiasa dalam keadaan selamat atas lindungan Ranying Hatalla)

42
“SAHI”
(semoga senantiasa dalam penyertaan Ranying Hatalla)
2) Mandi
Tingang Tatu Ranying Hatalla keleh asim tuntang sintam Halajur mampahayak aku uka danum jituh
barasih tuntang mujan nyalung Kaharingan belum mangat kilau danum ije sadingen tau sadingen
aseng nyamangku kelute kia hapa menyau parasih sial kawe gawi ije papa. SAHI
(Ranying Hatalla semoga engkau selalu menyertai hamba dan semoga dengan air yang
diberkahi ini memberikan kesejukan dan membersihkan kami dari segala kesalahan). SAHI
3) Doa Makan
Tingang Tatu Ranying Hatalla tarima kasih tagal asim tuntang sintam. Keleh rangkan panginan jetuh
tau manjadi katekang tulang, katiring uhat tuntang akan karigas kaabas bereng tuntang hambaruangku.
SAHI
(Ranying Hatalla terima kasih atas anugerah yang telah engkau hamba/kami semoga makanan
ini dapat menjadi kekuatan dan kesehatan lahir dan batin) SAHI.
4) Sebelum Tidur
Tingang Tatu Ranying Hatalla hetuh aku handak nanjung tiruh Tingang keleh bitim mampahayak
aku hajamban sahur parapah mangat tiruh bujur kabajuran nupi nikap kayun penyang karuhei tatau
ngampa sandik paturung sangkalemuraja SAHI.
(Ranying Hatalla saat ini hamba memohon kepadamu semoga engkau selalu menyertai dan
melindungi dalam tidur dimalam yang diberkahi inisemoga para malaikatmu selalu menyertai
selalu menyertai dan membawa kepada jalan yang benar) SAHI
5) Bangun Tidur
Tingang Tatu Ranying Hatalla tarimakasih tagal asim sintam ije halajur mampahayak aku. Keleh huang
andau kasabahan tuh aku mandinu tuah rajaki, sanang salamat tuntang halajur impahayak awi sahur
parapah bara tuh palus katatahi. SAHI

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Mantra Dayak Ngaju adalah mantra yang menggunakan Bahasa Sangiang, selain itu juga ada
beberapa yang menggunakan bahasa Dayak Ngaju, bahasa Indonesia, dan bahasa Arab. Akan tetapi
ada sebagian mantra yang hanya berupa permainan bunyi kata, yang tidak diketahui arti sebenarnya
dari kata tersebut, hanya diyakini maknanya.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil beberapa mantra dari hasil wawancara kepada pemilik
mantra. Pemilik mantra tersebut tidak menuliskan mantra-mantra itu sehingga tidak memiliki buku
mantra. Mereka hanya menyimpannya dalam ingatan karena mereka pun mendapatkan mantra itu
secara lisan dari kakek nenek ataupun orang tua mereka. Hal inilah yang menyebabkan beberapa
mantra yang sudah jarang digunakan, bahkan tidak lagi digunakan menjadi terlupakan oleh mereka.
Mantra yang didapat peneliti dan dianalisis sebagian besar mengenai mantra-mantra yang bersifat
perlindungan, permohonan kesembuhan dan permohonan kekuatan kepada Tuhan. Akan tetapi
mantra yang digunakan dalam ritual/ upacara adat merupakan mantra perlindungan, permohonan
kesembuhan, dan permohonan kekuatan yang ditujukan kepada roh-roh yang dipanggil. Walaupun

43
pada intinya merupakan permohonan kepada Tuhan melalui roh-roh tersebut.
Jenis mantra Dayak Ngaju yang ada di Desa Kayu Bulan,Kec. Kapuas Tengah Kab. Kapuas
provinsi Kalimantan Tengah. Struktur mantra Dayak Ngaju mempunyai dua bentuk, yaitu struktur
mantra berbentuk terikat, dan struktur mantra berbentuk bebas. Struktur mantra yang berbentuk
terikat terdiri dari unsur pembuka, unsur isi (berupa pantun dan puisi bebas), dan unsur penutup.
Unsur pembuka mantra adalah Ranying Hatalla Langit yang berarti “dengan menyebut nama Tuhan
Yang Maha Esa dan Maha Penyayang”. Karena masyarakat Dayak Ngaju ada yang beragama Islam,
Kristen, Kaharingan maka kalimat Ranying Hatalla Langit tersebut digunakan untuk membuka
atau mengawali setiap tindakan agar tindakan tersebut mendapat berkat. Unsur isi mantra ada
yang berupa pantun, ada pula yang berupa puisi bebas, bahkan ada yang berupa permainan bunyi
kata saja. Kalimat tersebut memperkuat keyakinan masyarakat Dayak Ngaju yang telah menganut
kepercayaan masing-masing, sehingga setiap kegiatan, tindakan, dan permohonan, tidak hanya
mendapat berkat dari Tuhan, tetapi juga atas berkat dari Tuhan Yang Maha Esa. Struktur mantra
yang berbentuk bebas hanya terdiri dari unsur pembuka dan unsur isi yang berupa puisi bebas.
Mantra yang berbentuk bebas ini terdapat pada mantra yang digunakan dalam ritual/ upacara adat
besar, seperti upacara Sangiang.
Berdasarkan fungsinya, mantra Dayak Ngaju yang telah dianalisis secara umum adalah
sebagai pengantar atau alat, (1) untuk memberikan rasa aman dari gangguan roh jahat, (2) untuk
mendapatkan hewan/ rusa buruan; (4) untuk memangil roh-roh leluhur pada upacara adat (5)
untuk menyembuhkan sakit nyeri disertai pegal pada anggota tubuh; (6) untuk mengobati sakit
demam; (7) untuk menghilangkan gangguan/ kerasukan; (8) untuk menyembuhkan segala macam
penyakit, baik penyakit medis maupun penyakit non-medis; (9) untuk melindungi diri dari gangguan
makhluk halus yang berniat jahat sewaktu tidur; (10) untuk melindungi rumah dari bahaya dan niat
jahat orang lain; (11) untuk melindungi tubuh dari sengatan lebah; (12) untuk melindungi diri dari
penglihatan musuh/ agar tidak bertemu dengan musuh; (13) untuk penangkal racun; (14) untuk
melindungi diri dari bahaya apa saja ketika keluar rumah.
Saran
1. Analisis lanjutan mengenai mantra Dayak Ngaju sangat diperlukan agar nilai-nilai luhur suatu
kebudayaan, khususnya kebudayaan Ngaju tidak punah.
2. Peneliti lain dapat mengembangkan penelitian mantra Dayak Ngaju dari segi lainnya.

DAFTAR RUJUKAN
Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra. Yogyakarta: Media Presindo.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sudjiman, Panuti. 1986. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia.
Zaimar, Okke K. S. 2008. Metodologi Penelitian Sastra Lisan. Dalam Pudentia M.P.S.S. (Ed.).
Metodologi Kajian Sastra Lisan. Jakarta: ATL.

44

You might also like