Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI OSTEOPOROSIS PADA IBU

MENOPAUSE DI PUSKESMAS STABAT KABUPATEN LANGKAT

Ira Syafira1, Razia Begum Suroyo 2, Tri Niswati Utami 3


1,2
Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan
3
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Email : irasyafira1919@gmail.com1, razia.begum@helvetia.ac.id2,
triniswatiutami@uinsu.ac.id3

ABSTRACT

Osteoporosis is a condition or disease in which bones become fragile and easily


cracked or broken. Based on medical record data obtained in 2015, 106 cases of
osteoporosis were found in menopausal and elderly women. This study aims to determine
and analyze the effects of age, physical activity, smoking, family history, history of
fractures on osteoporosis in menopausal mothers. The method used was the mix methods
research method with a sequential Explanatory research model with a quantitative
sample of 87 respondents and informants on a qualitative approach that was 10
menopausal women and health workers. Data collection techniques using questionnaires
and research interview instruments. Data analysis was a multivariate analysis using the
binary logistic test. The results indicated that there was an effect between age from the
results of statistical tests of .044 <.05, physical activity of .012 <.05, family history of
.014 <.05 and history of fracture of .035 <.05, the smoking variable of .223 > .05. The
most dominant variable has an influence that was the family history variable with an OR
value of 36.869. The conclusion shows that there is an influence between the age of
physical activity, family history and history of fractures on osteoporosis in menopausal
women but the smoking variable has no effect on osteoporosis in menopausal mothers. It
is hoped that this research can be an input for health centers in managing osteoporosis
and can improve the management of osteoporosis prevention programs with health
promotion efforts.

Keywords: osteoporosis, age, physical activity, smoking, family history, fracture history

PENDAHULUAN kerapuhan tulang, sehingga


Osteoporosis merupakan kondisi menyebabkan tulang mudah patah.
atau penyakit dimana tulang menjadi Osteoporosis dijuluki sebagai silent
rapuh dan mudah retak atau patah. epidemic diseases, karena menyerang
Osteoporosis adalah suatu penyakit yang secara diam, tanpa adanya tanda khusus,
ditandai dengan berkurangnya massa sampai pasien mengalami patah tulang
tulang dan adanya perubahan (Misnadiarly, 2013).
mikroarsitektur (bentuk mikro) jaringan Osteoporosis kini telah menjadi
tulang yang mengakibatkan menurunnya salah satu penyebab penderitaan dan
kekuatan tulang dan meningkatnya cacat yang paling sering terjadi pada

Jurnal JUMANTIK Vol. 5 No. 1 Des 2019 – Mei 2020 65


orang berusia lanjut, terutama pada Wanita memiliki risiko
wanita. Ketika wanita mencapai usia osteoporosis lebih tinggi dibanding laki-
menopause, maka semakin menurun laki, hal ini dikarenakan wanita
pula kadar kalsium dalam tulang. mengalami proses kehamilan dan
Sebelum terjadi fase menopause, menyusui serta penurunan hormon
biasanya didahului dengan fase estrogen pada saat premenopause,
premenopause. Premenopause adalah menopause dan pasca menopause. Pada
masa 4-5 tahun sebelum menopause. pria juga memiliki risiko terkena
Bagi kebanyakan perempuan gejala fase osteoporosis, penyakit osteoporosis
premenopause mulai muncul pada usia pada pria juga dipengaruhi oleh hormon.
40 tahun yang menimbulkan gejala Bedanya laki-laki tidak mengalami
yang sangat mengganggu aktivitas menopause, sehingga osteoporosis
kehidupan wanita, termasuk hilangnya datang lebih lambat (La Ode, 2012).
kesuburan dan meningkatnya risiko Penyebab osteoporosis
osteoporosis pada kondisi menjelang diantaranya, yaitu rendahnya hormon
menopause (Proverawati, 2010). estrogen pada wanita, rendahnya
World Health Organization aktivitas fisik, kurangnya paparan sinar
(WHO) menentukan kriteria tentang matahari, kekurangan vitamin D, usia
tingkat keparahan keropos tulang yang lanjut dan rendahnya asupan kalsium.
sudah diterima oleh seluruh dunia. Bila Hal ini terbukti dengan rendahnya
T-score < -2,5 digolongkan sebagai konsumsi kalsium rata-rata masyarakat
osteoporosis. Nilai T-score di bawah -1,0 Indonesia yaitu sebesar 254 mg per hari,
dinamakan osteopenia atau massa tulang hanya seperempat dari standar
yang rendah. Nilai T-score di antara -1 internasional, yaitu 1000-1200 mg per
sampai +1 tergolong BMD (Bone hari untuk orang dewasa (Tandra,
Mineral Density) normal. Osteoporosis 2009).
terjadi jika laju penghancuran tulang Seiring bertambahnya usia, daya
meningkat, sedangkan pembentukan serap kalsium akan menurun.
kembali menurun, sehingga tulang Diperkirakan selama hidup, wanita akan
menjadi rapuh dan keropos (World kehilangan massa tulang 30%-50%,
Health Organization, 2004). sedangkan pria 20%-30%. Selain itu,
diperkirakan 80% kepadatan tulang

Jurnal JUMANTIK Vol. 5 No. 1 Des 2019 – Mei 2020 66


diwariskan secara genetik sehingga penderita Osteoporosis pada penduduk
osteoporosis dapat diturunkan. Setiap yang berusia diatas 50 tahun, adalah
tahun sekitar 25 juta wanita di seluruh 32,3% pada wanita dan 28,8% pada pria.
dunia diperkirakan mengalami Menurut hasil analisa data yang
menopause. Jumlah wanita usia 50 tahun dilakukan oleh Puslitbang Gizi Depkes
ke atas diperkirakan meningkat dari 500 pada 14 provinsi menunjukkan bahwa
juta pada saat ini menjadi lebih dari 1 masalah osteoporosis di Indonesia telah
miliar pada 2030, sedangkan wanita mencapai tingkat yang perlu di waspadai
premenopause sebanyak 342 juta. Di yaitu 19,7%. Itulah sebabnya
Asia, masih menurut data World Health kecenderungan osteoporosis di
Organization (WHO), pada 2025 jumlah Indonesia 6 kali lebih tinggi
wanita yang berusia tua diperkirakan dibandingkan dengan Negeri Belanda.
akan melonjak dari 107 juta ke 373 juta Lima provinsi dengan risiko
(Briot et al., 2018). osteoporosis tertinggi adalah Sumatera
Penderita osteoporosis di Eropa, Selatan (27,7%), Jawa Tengah (24,02%),
Jepang, dan Amerika adalah sebanyak 75 di Yogyakarta (23,5%), Sumatera Utara
juta penduduk, sedangkan di Cina 84 juta (2,82%), Jawa Timur (21,42%) dan
penduduk, dan ada 200 juta penderita Kalimantan Timur (10,5%) (Kemenkes
osteoporosis diseluruh dunia. Penderita RI, 2015).
osteoporosis di Inggris, satu dari tiga Berdasarkan analisis data dan
wanita dan satu dari dua belas pria diatas risiko osteporosis yang dilakukan
50 tahun akan mengalami pengeroposan Departemen Kesehatan RI pada tahun
tulang (osteoporosis). Penderita 2006. Fonterra Brands Indonesia,
osteoprosis di Australia bertambah dari pravalensi osteoporosis di Indonesia saat
15% pada wanita usia 60-64 tahun ini telah mencapai 41,75%. Artinya
menjadi 71% pada usia 80 tahun, dan setiap 2 dari 5 penduduk Indonesia
bagi pria dengan usia yang sama, angka memiiki risiko terkena osteoporosis. Hal
meningkat dari 1,6% menjadi 19% (Briot ini lebih tinggi dari pravalensi dunia
et al., 2018). yang hanya 1 dari 3 berisiko osteoprosis
Hasil penelitian yang dilaksanakan (Depkes RI, 2009).
bersama perhimpunan Osteoporosis Wanita yang mendekati
Indonesia, melaporkan bahwa proporsi menopause, produksi hormon estrogen,

Jurnal JUMANTIK Vol. 5 No. 1 Des 2019 – Mei 2020 67


hormon progesteron dan hormon seks Menopause ada hubungannya
lainnya mulai menurun (Kusmiran, dengan menarche (haid yang pertama
2011). Perubahan yang terjadi pada usia kali datang) semakin dini menarche
menopause antara lain: perubahan organ terjadi, makin lambat menopause terjadi.
repoduksi, perubahan hormon, Pada saat ini, semakin dini datangnya
perubahan fisik dan perubahan emosi. menarche akan mengakibatkan semakin
Akibat perubahan organ reproduksi lambat datangnya menopause, sehingga
maupun hormon tubuh pada saat membuat masa reproduksi menjadi lebih
menopause akan mempengaruhi panjang (Kahn et al., 2002).
berbagai keadaan fisik tubuh seorang Kecenderungan populasi
wanita yang berupa keluhan perempuan menopause di Indonesia
ketidaknyamanan yaitu hot fluses semakin tinggi. Menurut data
(perasaan panas), keringat berlebih, Departemen Kesehatan (Depkes)
vagina kering, tidak dapat menahan air perempuan Indonesia yang memasuki
seni, hilangnya jaringan penunjang, menopause sebesar 7,4% dari populasi
penambahan berat badan, gangguan pada tahun 2000. Jumlah tersebut
mata, nyeri tulang dan sendi diperkirakan meningkat menjadi 11%
(Manuaba, 2009). pada tahun 2005 dan akan naik lagi
Menopause merupakan sebuah sebesar 14% atau sekitar 30 juta orang
kata yang memiliki banyak arti atau pada tahun 2015. Peningkatan populasi
makna yang terdiri dari kata men dan perempuan menopause pada umumnya
pauseis yang berasal dari bahasa Yunani, akan disertai berbagai tingkat dan jenis
yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang kompleks yang
gambaran berhentinya haid atau berdampak pada peningkatan masalah
menstruasi yang terjadi pada usia 49-51 kesehatan perempuan menopause
tahun. Hal ini merupakan akhir proses tersebut (Depkes RI, 2009).
biologis dari siklus menstruasi, yang Wanita di kota besar seperti Medan
dikarenakan terjadinya perubahan rata-rata mengalami menopause di akhir
hormon yaitu penurunan produksi usia 40-an tahun atau di awal 50 tahun,
hormon estrogen yang dihasilkan namun kini menurut penelitian terbaru, 1
ovarium (Northrup, 2006). dari 16 wanita berisiko menopause dini.
Seperti profil penduduk yang tergambar

Jurnal JUMANTIK Vol. 5 No. 1 Des 2019 – Mei 2020 68


di salah satu Kelurahan Sei Sikambing methods merupakan pendekatan
Medan, pada tahun 2011 jumlah penelitian yang mengkombinasikan atau
penduduk perempuan jauh lebih banyak menggabungkan bentuk kuantitatif dan
dari laki-laki. Disana juga didapatkan kualitatif. Mix Methods juga merupakan
jumlah usia lansia yang cukup banyak. metode penelitian yang memberikan
Ada sekitar 76 jiwa perempuan sudah asumsi bahwa dalam menunjukan arah
mengalami menopause (Safitri, 2009). atau memberi petunjuk tentang cara
Berdasarkan data rekam medik pengumpulan dan menganalisis data,
yang diperoleh dari Wilayah Kerja serta perpaduan pendekatan kuantitatif
Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat, dan kualitatif melalui beberapa fase
pada tahun 2015 sebanyak 106 kasus proses penelitian.
osteoporosis ditemukan pada wanita Penelitian ini dilakukan di Desa
menopause dan lanjut usia. Jumlah kasus Pantai Gemi Wilayah Kerja Puskesmas
osteoporosis meningkat setiap tahunnya Stabat Kabupaten Langkat dan
terutama pada wanita lanjut usia yang penelitian ini dilakukan pada bulan
telah mengalami menopause. Mengingat Oktober 2019. Populasi dalam penelitian
besarnya pravalensi dan risiko terjadinya ini adalah seluruh ibu yang telah
osteoporosis terutama pada wanita lanjut memasuki usia menopause. Data yang
usia yang mengalami menopause, digunakan dalam penelitian ini adalah
menarik perhatian peneliti untuk data sekunder. Populasi penelitian ini
melakukan penelitian dengan judul sebanyak 87 ibu yang dirawat yang telah
“Analisis Faktor Risiko yang memasuki usia menopause dan sampel
Memengaruhi Terjadinya Osteoporosis dalam penelitian ini diambil
Pada Ibu Menopause di Desa Pantai menggunakan teknik total populasi yaitu
Gemi Wilayah Kerja Puskesmas Stabat 87 orang.
Kabupaten Langkat Tahun 2019”. Analisis data yang digunakan yaitu
METODE PENELITIAN analisis multivariat. Analisis Multivariat
Penelitian yang menggunakan bertujuan untuk melihat kemaknaan
pendekatan mix methods dengan jenis korelasi antara variabel bebas
penelitian kuantitatif desain cross (independent variable) dengan variabel
sectional dan kualitatif desain studi terikat (dependent variable) di lokasi
kasus. Creswell menyebutkan mix penelitian secara simultan dan sekaligus

Jurnal JUMANTIK Vol. 5 No. 1 Des 2019 – Mei 2020 69


menentukan faktor–faktor yang lebih dengan variabel terikat (dependen)
dominan berpengaruh. Uji statistik yang adalah usia memiliki nilai sig-p 0,044 <
digunakan untuk analisis multivariat 0,05 artinya usia memiliki pengaruh
yaitu Regression Binary Logistic secara signifikan terhadap kejadian
(Regresi Binari Logistik) pada batas osteoporosis. Aktifitas fisik memiliki
kemaknaan 95% dengan perhitungan nilai sig-p 0,012 < 0,05 artinya aktifitas
statistik  = 0,05. fisik memiliki pengaruh secara
HASIL signifikan terhadap kejadian
Oleh karena penelitian ini osteoporosis. Riwayat keluarga memiliki
menggunakan dua pendekatan, maka nilai sig-p 0,014 < 0,05 artinya riwayat
hasil disajikan sesuai pendekatan yang keluarga memiliki pengaruh secara
digunakan signifikan terhadap kejadian
Penelitian Kuantitatif osteoporosis. Riwayat fraktur memiliki
Tabel 1 Hasil Uji Regresi Binari nilai sig-p 0,035 < 0,05 artinya riwayat
Logistik fraktur memiliki pengaruh secara
Variabel B Sig. Exp (B) signifikan terhadap kejadian
Step Usia 2,852 0,046 17,314
1a osteoporosis di Wilayah Kerja
Aktifitas 4,984 0,027 146,106
Fisik
Puskesmas Stabat tahun 2019.
Merokok - 0,223 0,064 Penelitian Kualitatif
2,742
Riwayat 3,565 0,018 35,329 Hasil wawancara yang dilakukan
Keluarga
Riwayat 3,791 0,019 44,310 pada informan yaitu ibu yang mengalami
Fraktur
Constant - 0,001 0,001 osteoporosis di Wilayah Kerja
7,400
Step Usia 2,661 0,044 14,317
Puskesmas Stabat, di dapat hasil
2a wawancara bahwasannya terkait faktor
Aktifitas 3,442 0,012 31,259
Fisik resiko terjadinya osteoporosis, dari 10
Riwayat 3,607 0,014 36,869
Keluarga informan seluruh informan mengatakan
Riwayat 3,085 0,035 21,859
Fraktur terkena osteoporosis, namun
Constant - 0,001 0,000
7,822
berdasarkan tingkat lamanya informan
terkena osteoporosis berbeda-beda, dan
Berdasarkan tabel 1. di atas pada
asumsi dari informan terkait faktor
penelitian ini menggunakan α = 0,05,
penyebab terjadinya osteoporosis
variabel bebas (independen) yang
dominan informan mengatakan
mempunyai pengaruh secara signifikan

Jurnal JUMANTIK Vol. 5 No. 1 Des 2019 – Mei 2020 70


dikarenakan usia informan yang sudah Kota Tangerang, yang mana hasil
memasuki usia tua dan 1 dari 10 penelitian menunjukkan bahwa, terdapat
informan mengatakan pernah mengalami hubungan yang signifikan antara usia
jatuh dan patah tulang namun dengan osteoporosis pada wanita
memungkinkan bukan menjadi faktor pascamenopause di RSUD Kota
penyebab informan tersebut mengalami Semarang. Usia memiliki hubungan
osteoporosis. 2 dari 10 informan yang dengan kejadian osteoporosis yang
diwawancarai mengatakan memiliki dilihat dari hasil analisia diperoleh p =
riwayat osteoporosis pada keluarganya, 0,023 berdasarkan pengambilan
dan dari 10 informan tidak ada informan keputusan uji chi square untuk uji
yang merokok. hipotesis dimana nilai p < 0,05. Karena
PEMBAHASAN nilau p= 0,023 < 0,05 maka dapat
Hasil penelitian menunjukkan dikatakan bahwa terdapat hubungan
bahwa variabel usia memiliki nilai sig-p yang bermakna antara faktor risiko usia
0,044 < 0,05 artinya usia memiliki dengan terjadinya osteoporosis pada
pengaruh secara signifikan terhadap wanita pascamenopause di RSUD Kota
kejadian osteoporosis di Wilayah Kerja Semarang (Kridiana, 2012).
Puskesmas Stabat tahun 2019. Hasil OR Berdasarkan hasil penelitian
pada variabel usia menunjukkan nilai menunjukkan bahwa usia memiliki
OR 14,317 maka usia ≥ 50 tahun pengaruh terjadinya osteoporosis. Hal ini
memiliki pengaruh terhadap kejadian dikarenakan dengan kebiasaan hidup
osteoporosis sebanyak 14 kali lipat sehat pada usia berapapun maka
dibandingkan usia < 50 tahun. Oleh terjadinya osteoporosis dapat dihindari.
karena nilai B = Logaritma Natural dari Namun begitu ibu yang berusia > 50
14,317 = 2,661. Oleh karena nilai B tahun tidak menutup kemungkinan akan
bernilai positif, usia mempunyai mengalami osteoporosis, dimana
pengaruh positif terhadap kejadian semakin tinggi usia ibu, proporsi
osteoporosis. osteoporosis juga semakin besar. Secara
Penelitian ini tidak sejalan teori juga disebutkan bahwa setelah usia
dengan penelitian Kridianan yang 30 tahun, masa tulang yang hilang akan
bertujudul “Faktor Risiko Osteoporosis lebih banyak dari pada masa tulang yang
Pada Wanita Pascamenopause Di RSUD dibentuk, sehingga dengan

Jurnal JUMANTIK Vol. 5 No. 1 Des 2019 – Mei 2020 71


meningkatnya usia, masa tulang akan Osteoporosis pada Wanita Menopause,
semakin berkurang. Teori menyebutkan menunjukkan bahwa 33,3% responden
bahwa periode menopause berpengaruh mengalami osteoporosis, 33,3%
terhadap masa tulang karena adanya responden memiliki badan kurus, 51%
penurunan jumlah hormon estrogen dan responden memiliki aktifitas rendah dari
progesteron. Penurunan estrogen sebagai 54,9% responden memiliki diet buruk.
pelindung massa tulang, berpengaruh Terdapat hubungan yang bermakna
terhadap massa tulang akan lebih cepat antara ukuran tubuh, aktifitas (latihan)
berkurang. Terjadinya menopause yang dan diet dengan kejadian osteoporosis
lebih awal akan mengakibatkan (p=0,000). Disarankan kepada pimpinan
penurunan masa tulang yang lebih awal Puskesmas Bangkiang untuk
pula. mengeluarkan kebijakan rutin untuk
Hasil penelitian menunjukkan wanita tentang pentingnya aktifitas
bahwa variabel aktifitas fisik memiliki (latihan) dan meningkatkawn diet bagi
nilai sig-p 0,012 < 0,05 artinya aktifitas wanita menopause (Renidayati, Clara, &
fisik memiliki pengaruh secara Sunardi, 2011).
signifikan terhadap kejadian Berdasarkan hasil penelitian
osteoporosis di Wilayah Kerja aktifitas fisik sangat mempengaruhi
Puskesmas Stabat tahun 2019. Hasil OR pembentukan masa tulang, beberapa
pada variabel usia menunjukkan nilai hasil penelitian menunjukkan aktifitas
OR 31,259, maka aktifitas fisik yang fisik seperti berjalan kaki, berenang dan
tidak baik memiliki pengaruh terhadap naik sepeda pada dasarnya memberi
kejadian osteoporosis sebanyak 31 kali pengaruh melindungi tulang dan
lipat dibandingkan aktifitas fisik yang menurunkan demineralisasi tulang
baik. Nilai B = Logaritma Natural dari karena pertambahan umur. Kurang
31,259 = 3,442. Oleh karena nilai B aktifitas karena istirahat di tempat tidur
bernilai positif, aktifitas fisik yang berkepanjangan dan mengurangi
mempunyai pengaruh positif terhadap masa tulang. Hidup dengan aktifitas fisik
kejadian osteoporosis. yang cukup dapat menghasilkan massa
Selanjutnya penelitian yang tulang yang lebih besar. Proporsi
dilakukan oleh Renidayati tahun 2011 osteoporosis seseorang yang memiliki
tentang Faktor Risiko terjadinya tinggi aktifitas fisik dan beban pekerjaan

Jurnal JUMANTIK Vol. 5 No. 1 Des 2019 – Mei 2020 72


harian tinggi saat berusia 25 sampai 55 Kesimpulan dalam penelitian ini adalah
tahun cenderung sedikit lebih rendah aktivitas fisik yang paling berpengaruh
daripada yang memiliki aktifitas fisik terhadap kejadian osteoporosis setelah
tingkat sedang dan rendah. dikontrol kebiasaan merokok dan sikap
Hasil peneltian menunjukkan lansia (Dimyati, 2017).
bahwa variabel merokok memiliki nilai Berdasarkan hasil penelitian
sig-p 0,223 > 0,05 artinya aktifitas fisik kerusakan tulang akibat rokok
memiliki pengaruh secara signifikan merupakan proses jangka panjang,
terhadap kejadian osteoporosis di sehingga semakin muda usia seseorang
Wilayah Kerja Puskesmas Stabat tahun pertama kali merokok maka semakin
2019. Hasil OR pada variabel merokok besar mengalami osteoporosis di masa
menunjukkan nilai OR 0,064, maka tua. Saat usia anak-anak hingga usia 30
merokok memiliki pengaruh terhadap tahun merupakan masa dimana tubuh
kejadian osteoporosis sebanyak 0,1 kali menyimpan nutrisi untuk membangun
lipat dibandingkan yang tidak merokok. kepadatan tulang. Ketika individu
Nilai B = Logaritma Natural dari 0,064 = merokok pada masa tersebut maka
-2,742. Oleh karena nilai B bernilai kemampuan tubuh untuk menyimpan
negatif, maka merokok mempunyai nutrisi akan berkurang sehingga mereka
pengaruh negatif terhadap kejadian yang merokok akan memiliki masa
osteoporosis. tulang yang lebih rendah saat
Penelitian yang dilakukan oleh dewasa. Kepadatan kandungan mineral
Dimyati tahun 2017 tentang Pengaruh pada tulang individu perokok dilaporkan
Antara Aktivitas Fisik, Kebiasaan lebih rendah 15-30% dibandingkan
Merokok dan Sikap Lansia terhadap orang-orang yang tidak merokok.
Kejadian Osteoporosis, menunjukkan Setelah usia 30 tahun maka massa tulang
bahwa ada pengaruh (p<0,05) antara akan menurun dengan sendirinya secara
aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan perlahan, dan proses regenerasinya pun
sikap terhadap kejadian osteoporosis. ikut melambat. Pada masa ini, kepadatan
Odds Ratio (OR) yang diketahui dalam tulang yang hilang tidak akan bisa
penelitian ini, yaitu pada aktivitas fisik kembali. Dengan ditambah kebiasaan
sebesar 14,764, kebiasaan merokok merokok, maka proses penurunan
sebesar 9,646, dan sikap sebesar 5,623. kepadatan tulang bisa terjadi

Jurnal JUMANTIK Vol. 5 No. 1 Des 2019 – Mei 2020 73


bahkan lebih cepat lagi sehinga kortikosteroid, rematoid arthritis).
berkembang menjadi osteopenia, yang Karena puncak kepadatan tulang dicapai
merupakan gejala awal osteoporosis. pada sekitar usia 25 tahun, maka
Variabel riwayat keluarga sangatlah penting untuk membangun
memiliki nilai sig-p 0,014 < 0,05 artinya tulang yang kuat di sepanjang usia,
riwayat keluarga memiliki pengaruh sehingga tulang-tulang akan tetap kuat
secara signifikan terhadap kejadian dikemudian hari. Asupan kalsium yang
osteoporosis di Wilayah Kerja memadai merupakan bagian penting
Puskesmas Stabat tahun 2019. Hasil OR untuk membangun tulang yang kuat
pada variabel riwayat keluarga (Ramadani, 2010).
menunjukkan nilai OR 36,869, maka Berdasarkan hasil penelitian faktor
responden yang terdapat riwayat genetika juga memiliki konstribusi
keluarga osteoporosis memiliki terhadapa massa tulang. Anak
pengaruh terhadap kejadian osteoporosis perempuan dari wanita yang mengalami
sebanyak 37 kali lipat dibandingkan patah tulang osteoporosis rata-rata
yang tidak memiliki riwayat keluarga memiliki masa tulang yang lebih rendah
osteoporosis. Oleh karena nilai B = daripada anak seusia mereka (kira-kira
Logaritma Natural dari 36,869 = 3,607. 3-7% lebih rendah). Riwayat adanya
Oleh karena nilai B bernilai positif, osteoporosis dalam keluarga sangat
riwayat keluarga mempunyai pengaruh bermanfaat dalam menentukan faktor
positif terhadap kejadian osteoporosis. risiko seseorang mengalami patah
Penelitian yang dilakukan oleh tulang, sama halnya pada penelitian ini
Ramadani tahun 2010 tentang Faktor- yang mana menunjukan faktor riwayat
Faktor Risiko Osteoporosis dan Upaya keluarga berpengaruh terhadap terhadap
Pencegahannya, menunjukkan bahwa kejadian osteoporosis di Puskesmas
faktor-faktor risiko terjadinya Stabat Kabupaten Langkat yang mana
osteoporosis adalah faktor yang bisa dapat dilihat dari hasil uji statistik
dirubah (alkohol, merokok, BMI kurang, diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,038
kurang gizi, kurang olahraga, jatuh < 0,05.
berulang) dan faktor yang tidak bisa Hasil penelitian menunjukkan
diubah (umur, jenis kelamin, riwayat variabel riwayat fraktur memiliki nilai
keluarga, menopause, penggunaan sig-p 0,035 < 0,05 artinya riwayat fraktur

Jurnal JUMANTIK Vol. 5 No. 1 Des 2019 – Mei 2020 74


memiliki pengaruh secara signifikan Beberapa penelitian sebelumnya telah
terhadap kejadian osteoporosis di menyebutkan bahwa, riwayat fraktur
Wilayah Kerja Puskesmas Stabat tahun merupakan salah satu faktor risiko
2019. Hasil OR pada variabel merokok osteoporosis, namun berbanding terbalik
menunjukkan nilai OR 21,859, maka dengan penelitian ini, yang mana pada
yang ada riwayat fraktur memiliki penelitian ini menunjukan faktor riwayat
pengaruh terhadap kejadian osteoporosis fraktur tidak ada pengaruh terhadap
sebanyak 22 kali lipat dibandingkan terhadap kejadian osteoporosis di
yang tidak memiliki riwayat fraktur. Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat
Oleh karena nilai B = Logaritma Natural yang mana dapat dilihat dari hasil uji
dari 21,859 = 3,085. Oleh karena nilai B statistik diperoleh nilai probabilitas
bernilai positif, riwayat fraktur sebesar 0,035 < 0,05. Fraktur atau patah
mempunyai pengaruh positif terhadap tulang adalah keadaan dimana hubungan
kejadian osteoporosis. atau kesatuan jaringan tulang terputus.
Penelitian yang dilakukan oleh Tulang mempunyai daya lentur
Santoso tahun 2012 tentang Faktor- (elastisitas) dengan kekuatan yang
Faktor Penyebab Osteoporosis, memadai, apabila trauma melebihi dari
menunjukkan bahwa terdapat faktor- daya lentur tersebut maka terjadi fraktur
faktor yang dapat menyebabkan (patah tulang). Osteoporosis adalah
osteoporosis, baik osteoporosis primer penyakit tulang sistemik dan fraktur
maupun osteoporosis sekunder dengan osteoporosis dapat terjadi pada tiap
patofisiologinya, dimana dari semua tempat. Meskipun fraktur yang
faktor penyebab yang ada ditemukan berhubungan dengan kelainan ini
adanya penurunan densitas masa tulang meliputi thorak dan tulang belakang
yang nyata disertai dengan peningkatan (lumbal), radius distal dan femur
risiko terjadinya fraktur pada tulang proksimal.
tersebut (Santoso, 2012). Hasil penelitian juga menunjukkan
Berdasarkan hasil penelitian pada bahwa variabel yang paling besar
orang yang pernah patah tulang memiliki pengaruhnya terhadap kejadian
panggul akan berisiko mengalami osteoporosis yaitu variabel riwayat
patah tulang belakang 2-3 kali dan keluarga, dimana responden yang terdpat
patah tulang panggul 1-2 kali. riwayat keluarga osteoporosis, memiliki

Jurnal JUMANTIK Vol. 5 No. 1 Des 2019 – Mei 2020 75


pengaruh terhadap kejadian osteoporosis Cortet, B. (2018). 2018 update of
sebanyak 37 kali lipat dibandingkan French Recommendations on the
Management of Postmenopausal
yang tidak ada memiliki riwayat
Osteoporosis. Joint Bone Spine,
keluarga osteoporosis. 85(5), 519–530.
KESIMPULAN https://doi.org/10.1016/j.jbspin.201
8.02.009
Kesimpulan pada penelitian ini
Depkes RI. (2009). Kecenderungan
yaitu ada pengaruh antara usia, aktivitas Osteoporosis di Indonesia 6 Kali
fisik, riwayat keluarga dan riwayat Lebih Tinggi Dibanding Negeri
Belanda. Jakarta: Departemen
fraktur terhadap osteoporosis pada ibu
Kesehatan Republik Indonesia.
menopause namun pada variabel Dimyati, K. F. (2017). Pengaruh Antara
merokok tidak terdapat pengaruh Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok
terhadap osteoporosis pada ibu dan Sikap Lansia terhadap Kejadian
Osteoporosis. Jurnal Berkala
menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Epidemologi, 5(1), 107–117.
Stabat Kabupaten Langkat. https://doi.org/10.20473/jbe.v5i1
SARAN Kahn, E. B., Ramsey, L. T., Brownson,
R. C., Heath, G. W., Howze, E. H.,
Hasil penelitian ini diharapkan
Powell, K. E., … Corso, P. (2002).
dapat menjadi masukan bagi puskesmas The Effectiveness of Interventions
dalam penanganan osteoporosis dan to Increase Physical Activity A
Systematic Review and the Task
dapat meningkatkan pengelolaan
Force on Community Preventive
program pencegahan osteoporosis Services. Am J Prev Med, 22(4S),
dengan upaya-upaya promosi kesehatan 73–108.
https://doi.org/10.1016/S0749-
yang berkaitan dengan variabel-variabel
3797(02)00434-8
penelitian ini dengan tujuan memberi Kemenkes RI. (2015). Infodatin-
informasi kepada ibu yang mulai Osteoporosis. Jakarta: Kementerian
memasuki usia menopause tentang Kesehatan Republik Indonesia Pusat
Data dan Informasi.
pentingnya menjaga kesehatan dan
Kridiana, O. (2012). Faktor Risiko
mencegah dari osteoporosis, karena Osteoporosis Pada Wanita
wanita menopause pada usia diatas 50 Pascamenopause (Studi di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota
tahun lebih berisiko untuk terkena
Semarang). Fakultas Ilmu
osteoporosis. Keolahragaan Universitas Negeri
DAFTAR PUSTAKA Semarang, 1–93.
Kusmiran. (2011). Kesehatan
Briot, K., Roux, C., Thomas, T., Blain,
Reproduksi Remaja dan Wanita.
H., Buchon, D., Chapurlat, R., …

Jurnal JUMANTIK Vol. 5 No. 1 Des 2019 – Mei 2020 76


Jakarta: Salemba Medika. Tandra, H. (2009). Osteoporosis.
La Ode, S. (2012). Asuhan Keperawatan Jakarta: Gramendia Pustaka Utama.
Genetik. Yogyakarta: Nuha Medika. World Health Organization. (2004). Who
Manuaba, I. A. C. (2009). Memahami Scientific Group on the Assessment
Kesehatan Reproduksi Wanita. of Osteoporosis At Primary Health.
Jakarta: Arcan. 5–7.
Misnadiarly. (2013). Osteoporosis
Pengenalan, Faktor Risiko,
Pencegahan dan Pengobatan.
Jakarta: Permata Puri Media.
Muhammad, I. (2015). Panduan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah
Bidang Kesehatan Menggunakan
Metode Ilmiah. Bandung: Cita
Pustaka Media Perintis.
Northrup. (2006). Bijak Disaat
Menopause Menciptakan Kesehatan
Fisik dan Emosional Saat
Menghadapi Perubahan. Bandung:
Q-Press.
Proverawati, A. (2010). Menopause dan
Sindrom Pramenopause.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Ramadani, M. (2010). Faktor-Faktor
Resiko Osteoporosis dan Upaya
Pencegahannya. Studi Literatur,
4(2), 111–115.
Renidayati, Clara, & Sunardi. (2011).
Faktor Risiko Terjadinya
Osteoporosis Pada Wanita
Menopause. NERS Jurnal
Keperawatan, 7(2), 130.
https://doi.org/10.25077/njk.7.2.13
0-135.2011
Safitri, A. (2009). Beberapa Faktor Yang
Mempengaruhi Menopause Pada
Wanita Di Kelurahan Titi Papan
Kota Medan Tahun 2009. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
Santoso, P. B. (2012). Faktor-Faktor
Penyebab Osteoporosis. Skripsi.

Jurnal JUMANTIK Vol. 5 No. 1 Des 2019 – Mei 2020 77

You might also like