Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

VOLUME 3 Nomor 03 November 2012 Artikel Penelitian

ANALISIS PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA DI CRUDE DISTILLER


UNIT III PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT III PLAJU
TAHUN 2011

CONTROL ANALYSIS OF HAZARDS POTENTIAL IN CRUDE DISTILLER UNIT III


PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT III PLAJU TAHUN 2011

Ade Matariani1, Hamzah Hasyim2, Achmad Fickry Faisya2


1
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
2
Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

ABSTRACT
Background: Activities in CDU III are very risk to any hazards potential; because of that hazards potential
is much needed in controlling the hazards potential to decrease the accidents and occupational diseases. The
aim of this study was to analyze the controlling of hazards potential in CDU III PT. Pertamina (Persero) RU
III Plaju in 2011.
Method: This study was a qualitative study. The methods of data collection were using in-depth interview
and observation. The total of informants in this study was 7 people.
Results: Hazards potential in CDU III were noise, fire, risk of falling from height, falling objects, electric
shock, risk of H2S and CO, NH3, being hit and squeezed, chief stumbling, hand scraped, stumbling, slipped,
and flash. The controlling of hazards potential in PT. Pertamina was good enough, even though there were
still some constraints in the implementation.
Conclusion: The controlling techniques applied in PT. Pertamina were elimination, substitution, isolation,
maintenance and broken equipments repair. The administrative controlling applied in PT. Pertamina were
SIKA, training, safety talk, working time arrangements, hazard warning signs, and CSMS. The personal
protective equipments provided by PT. Pertamina were goggles, welding goggles, face shield, safety helmet,
ear plug, ear muff, air-filtering mask, full mask, SCBA, cotton coverall, flame retardant coverall, chemical
resistant gloves, heat resistant gloves, rubber gloves, safety shoes, safety boots, and body harness.
Keywords: Controlling, Hazards Potential

ABSTRAK
Latar Belakang: Kegiatan di CDU III sangat rawan terhadap berbagai potensi bahaya, oleh karena itu perlu
adanya identifikasi potensi bahaya dalam upaya pengendalian tehadap potensi bahaya untuk mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengendalian potensi bahaya
di CDU III PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju tahun 2011.
Metode: Merupakan penelitian kualitatif. Cara-cara pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan
observasi. Sumber informasi dalam penelitian ini berjumlah 7 orang.
Hasil Penelitian: Potensi bahaya yang ada di CDU III, antara lain kebisingan, kebakaran, jatuh dari
ketinggian, kejatuhan benda, tersengat listrik, bahaya gas H2S & CO, NH3, terjepit terpukul, kepala terantuk,
tangan tergores, tersandung, terpeleset, dan flash. Upaya pengendalian potensi bahaya yang dilaksanakan
oleh PT. Pertamina pada umumnya sudah baik, meskipun masih terdapat beberapa kendala dalam
pelaksanaannya.
Kesimpulan: Upaya pengendalian teknis yang diterapkan oleh PT. Pertamina yaitu eliminasi, substitusi,
isolasi, pemeliharaan dan perbaikan peralatan yang rusak. Upaya pengendalian adminstratif yang diterapkan
oleh PT. Pertamina, antara lain SIKA, pelatihan, safety talk, pengaturan waktu kerja, tanda peringatan
bahaya, dan CSMS. APD yang disediakan oleh PT. Pertamina, yaitu kacamata debu, kacamata las, goggles,
face shield, safety helmet; ear plug, ear muff; masker penyaring udara, full masker, SCBA, coverall berbahan
katun, flame retardant coverall, sarung tangan tahan bahan kimia, sarung tangan kulit, sarung tangan tahan
panas, sarung tangan karet, safety shoes, safety boots, dan body harness.
Kata Kunci: Pengendalian, Potensi Bahaya

194
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

PENDAHULUAN BAHAN DAN CARA PENELITIAN


Kegiatan utama PT. Pertamina Penelitian ini merupakan penelitian
(Persero) Refinery Unit III Plaju adalah untuk kualitatif. Sumber informasi dalam penelitian
mengolah minyak mentah menjadi Bahan ini terdiri dari informan kunci dan informan
Bakar Minyak (BBM). Crude Distiller Unit biasa (informan).
III merupakan salah satu unit proses awal Informan kunci dalam penelitian ini
dalam pengolahan produksi bahan bakar adalah gas safety inspector, maintenance area
minyak.1 supervisor, dan safety officer. Sedangkan
Berdasarkan survey awal, potensi informannya terdiri dari safety representatif,
bahaya yang ada di CDU III, antara lain petugas ahli teknik, dan pekerja di CDU III.
adalah kebakaran, kebisingan, tersengat Jenis data dalam penelitian ini terdiri
listrik, pemaparan gas berbahaya, serta dari data primer yang diperoleh melalui
potensi bahaya yang berasal dari mesin-mesin observasi dan wawancara mendalam, serta
dan tempat kerja yang tidak aman. Sebagai data sekunder yang yang diperoleh dari data
contoh, pada tanggal 08 Desember 2009 profil perusahaan.
terjadi kasus kecelakaan di CDU III, dimana
seorang maintenance area yang pada saat HASIL PENELITIAN
melaksanakan perbaikan pipa terjadi flash Identifikasi Potensi Bahaya di Crude
yang mengakibatkan luka bakar.2 Sementara Distiller Unit III
itu, Pada tanggal 21 Juli 2010 terjadi kasus Berdasarkan hasil wawancara
dimana mata kanan seorang pekerja mendalam dengan informan kunci dan
kemasukan debu gram besi.3 informan, observasi dengan panduan checklist
Dari beberapa kejadian di atas, maka dan hasil pemantauan lingkungan serta telaah
diperlukan adanya identifikasi potensi bahaya dokumen berupa JSA dari beberapa kegiatan
dalam upaya pengendalian tehadap potensi perbaikan yang ada di CDU III, maka dapat
bahaya yang ada untuk mengurangi disimpulkan bahwa potensi bahaya yang ada
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. di CDU III adalah kebisingan, kebakaran,
Upaya Pengendalian potensi bahaya bahaya listrik seperti tersengat listrik, jatuh
yang ada di PT. Pertamina (Persero) Refinery dari ketinggian, kejatuhan benda, potensi
Unit III Plaju, yaitu pengendalian teknis, bahaya gas seperti H2S & CO, NH3, terjepit,
pengendalian administratif, dan program terpukul, terpeleset, tersandung, kepala
APD. Pengendalian teknis, antara lain berupa terantuk, tangan tergores, dan flash.
eliminasi, substitusi dan isolasi terhadap
bahan dan peralatan yang berbahaya. Upaya Pengendalian Teknis
Pengendalian administratif, antara lain Berdasarkan hasil wawancara
penerapan Surat Izin Kerja, pengaturan waktu mendalam dengan informan kunci dan
kerja, pelatihan, safety talk, dan CSMS. informan, observasi menggunakan checklist
Pelaksanaan pengendalian potensi bahaya di dapat disimpulkan pengendalian teknis yang
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III ini diterapkan oleh Pertamina:
masih belum optimal, karena masih saja a. Eliminasi berupa penutupan lubang-lubang
terjadi kasus kecelakaan kerja. penyimpanan residu minyak dengan flat
Dari uraian di atas, hal inilah yang besi; mesin/alat yang rusak atau tidak
membuat peneliti sangat tertarik untuk terpakai dibuang.
menganalisis pengendalian potensi bahaya di b. Substitusi berupa penggantian bahan
CDU III PT. Pertamina (Persero) Refinery kunci/palu dari bahan karbonsil dengan
Unit III Plaju tahun 2011. bahan tembaga atau kuningan.

Matariani, Hasyim, Faisya, Analisis Pengendalian Potensi Bahaya di Crude Distiller ” 195
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

c. Isolasi berupa isolasasi terhadap pipa-pipa plug dan ear muff; pelindung pernapasan,
panas menggunakan batu, woll, atau yaitu masker penyaring udara, full masker,
kapas; pembuatan pagar pengaman untuk dan Self Contained Breathing Apparatus;
gardu listrik agar pekerja tidak tersengat pelindung tubuh berupa coverall berbahan
listrik; pemasangan cover coupling; katun dan flame retardant coverall; pelindung
pemberian pengaman terhadap kabel-kabel tangan, yaitu sarung tangan tahan bahan
listrik; memasang penutup pada pompa kimia, sarung tangan kulit untuk Las, sarung
yang mengeluarkan bunyi keras; adanya tangan tahan panas, dan sarung tangan karet;
ruang pengendali berupa centum room. pelindung kaki berupa safety shoes dan safety
d. Pemeliharaan dan perbaikan terhadap boots; serta body harness.
peralatan atau mesin yang rusak. Program APD yang dilaksanakan oleh
Dari hasil wawancara mendalam Pertamina sudah berjalan cukup baik. Dari
dengan informan kunci dan informan upaya hasil wawancara mendalam di atas, diketahui
pengendalian teknis yang dilakukan oleh beberapa kendala yang dihadapi oleh
Pertamina ini sudah baik Berdasarkan hasil Pertamina dalam pelaksaan program APD,
wawancara didapat informasi bahwa salah antara lain: pekerja yang masih suka
satu kendalanya adalah dari SDM yang dalam membandel, kebiasaan yang tidak biasa
melakukan pekerjaannya masih belum berani menggunakan APD, APD yang ada
untuk melakukan yang terbaik karena adanya menggunakan standar luar.
kepentingan pihak-pihak tertentu. Selain itu, Dalam mengatasi masalah atau
dari hasil observasi masih terlihat beberapa kendala-kendala dalam program APD,
peralatan dengan kondisi yang sudah rusak. Pertamina membuat sanksi berupa peringatan
kepada pekerja yang tidak menggunakan APD
Pengendalian Administratif saat bekerja, yaitu peringatan lisan, peringatan
Berdasarkan hasil wawancara tertulis, peringatan pertama dan terakhir, serta
mendalam dengan informan kunci dan pemutusan hubungan kerja atau pemecatan.
informan serta observasi menggunakan
checklist dapat disimpulkan upaya PEMBAHASAN
pengendalian adminstratif yang diterapkan Analisis Identifikasi Potensi Bahaya di
oleh Pertamina adalah SIKA (Surat Izin CDU III PT. Pertamina (Persero) RU III
Plaju
Kerja), pelatihan-pelatihan, safety talk,
Pengaturan waktu kerja, tanda peringatan Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahaya. Upaya pengendalian adminstratif bahwa potensi bahaya yang ada di CDU III
yang dilaksanakan oleh Pertamina sudah cukup banyak, yaitu:
berjalan dengan baik. a. Kebisingan
Kebisingan di CDU III telah
Program APD melebihi NAB, yaitu lebih dari 85 sampai
Berdasarkan wawancara mendalam 97 dBA yang berbeda-beda disetiap area
dengan informan kunci dan informan, serta yang ada di CDU III. Sumber dari
didukung dengan hasil observasi kebisingan ini yaitu, dari bocoran steam
menggunakan checklist yang telah dilakukan dan mesin pompa.
oleh peneliti, APD yang disediakan oleh b. Kebakaran
Pertamina adalah: pelindung muka dan mata, Dilihat dari bahan baku yang
yaitu kacamata debu, kacamata las, dan digunakan, CDU III yang mengolah
goggles, serta face shield yang digabungkan minyak mentah menjadi beberapa produk
dengan safety helmet; pelindung kepala memang sangat rentan terhadap bahaya
berupa helmet; pelindung telinga berupa ear kebakaran. Potensi bahaya kebakaran juga

196 ” Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 3, Nomor 03 November 2012


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

dapat terjadi akibat adanya bocoran atau terguling dan jatuh. Hal ini berpotensi
tetesan minyak dari pipa. Selain itu, untuk menimbulkan bahaya.
penggunaan energi listrik dapat g. Terjepit, terpukul, kepala terantuk, dan
menyebabkan panas tinggi atau percikan tangan tergores
bunga api, terutama bila terjadi hubungan Potensi bahaya di atas dapat terjadi
singkat sehingga bisa menimbulkan karena adanya penggunaan peralatan pada
kebakaran. saat kegiatan perbaikan di CDU III.
c. Jatuh dari ketinggian h. Tersandung dan terpeleset
Selalu terdapat tempat kerja di Hoesekeeping yang tidak baik,
ketinggian, karena tidak mungkin suatu seperti peletakan peralatan yang
proses pengolahan maupun pendistribusian sembarangan dapat menimbulkan bahaya
minyak dan gas bumi tanpa memerlukan tersandung. Selain itu, ceceran
peralatan proses yang menjulang tinggi. minyak/resdiu di lantai dapat membuat
Peniadaan potensi bahaya ketinggian di lantai licin, sehingga menimbulkan potensi
tempat kerja menjadi yang tidak mungkin. bahaya terpeleset bagi pekerja.
Pekerjaan di ketinggian ini dapat i. Flash
menimbulkan potensi bahaya jatuh dari Flash dapat terjadi karena adanya
ketinggian. penggunaan peralatan mekanik, seperti
d. Kejatuhan benda penggunaan kunci/palu yang saling
Kejatuhan benda dapat terjadi ketika berbenturan yang dapat menimbulkan
sedang diangkat atau kerja di atas orang, kilatan (flash). Selain itu, flash juga dapat
peralatan atau mesin proses. terjadi akibat adanya sisa minyak
e. Tersengat listrik sepanjang line pipa.
Bahaya tersengat listrik dapat terjadi Potensi bahaya yang ada di CDU III
akibat adanya penggunaan energi listrik. ini memang cukup banyak. Hal ini sejalan
f. Bahaya gas seperti H2S dan CO, serta NH3 dengan hasil penelitian yang dilakukan
Berdasarkan hasil pemantauan oleh Nindriyawati pada tahun 2010 yang
lingkungan oleh Pertamina, gas H2S di mengungkapkan bahwa potensi bahya
sekitar accumulator tank 8-3 dan 8-2 yang ada di industri migas adalah terjepit,
dideteksi lebih dari 15 ppm, sedangkan tergores, jatuh dari ketinggian, tersandung
NAB nya 10 ppm. Kandungan toxic gas dan lain sebagainya.4 Dari hasil penelitian
H2S di sekitar accumulator tank CDU III yang dilakukan Budiman pada tahun 2010
terindikasi berasal dari drain accumulator juga mengungkapkan bahwa potensi
tank 8-2 (pada drain accumulator tank 8-2 bahaya yang ada di kilang minyak
kandungan H2S > 200 ppm). Sedangkan memang sangat banyak dan bervariasi.
gas CO di sekitar accumulator tank 8-3 Misalnya, untuk jenis pekerjaan tertentu
dan 8-2 dideteksi < 5 ppm. Pada drain berhubungan dengan bahaya mekanik
accumulator tank terdeteksi kandungan dan bahan kimia. Sedangkan untuk
CO 100 ppm. kegiatan di crude oil berhubungan
Sementara itu, untuk NH3 dengan bahaya uap gas, cairan yang
berdasarkan data hasil pemantauan bau mudah meledak, dan keracunan sulfur.5
(odor) & kadar gas amoniak (NH3) di Sementara itu, berdasarkan hasil
CDU III tidak terdeteksi adanya bau. penelitian Rajagukguk di PTPN IV Kebun
Namun, berdasarkan hasil observasi Bah Jambi diketahui bahwa kondisi kerja
terdapat temuan beberapa tabung NH3 yang tidak aman yang disebabkan cara
tidak diikat yang dapat menyebabkan botol kerja yaitu tata cara bekerja dan peralatan

Matariani, Hasyim, Faisya, Analisis Pengendalian Potensi Bahaya di Crude Distiller ” 197
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

kerja yang tidak nyaman dapat Penggunaan peralatan yang rusak bisa
menimbulkan kecelakaan bagi pekerja.6 menimbulkan potensi bahaya bagi pekerja.
Susanto mengatakan bahwa b. Substitusi
pekembangan teknologi melalui Adapun substiusi yang dilakukan
pertumbuhan industri yang begitu cepat oleh Pertamina, yaitu penggantian bahan
telah mendorong makin meningkatnya kunci/palu dari bahan karbonsil dengan
penggunaan mesin/peralatan dan sarana bahan tembaga atau kuningan. Penggunaan
kerja lainnya yang modern dan beragam kunci/palu dengan bahan karbonsil bisa
dalam proses produksi yang dimaksudkan menimbulkan flash. Untuk mengurangi
untuk peningkatan produktivitas dalam kejadian tersebut, maka penggunaan
berbagai tingkatan di segenap sektor kunci/palu berbahan karbonsil tidak
kegiatan di perusahaan.7 digunakan lagi dan diganti dengan yang
Potensi bahaya yang ada merupakan berbahan tembaga atau kuningan.
konsekuensi dari suatu kegiatan industri, c. Isolasi
sebab dengan adanya penggunaan Upaya isolasasi yang dilakukan oleh
teknologi yang canggih dan modern bisa Pertamina adalah isolasi terhadap pipa-
menimbulkan berbagai potensi bahaya, pipa panas menggunakan batu, woll, atau
sehingga dapat mengakibatkan adanya kapas yang dimasukkan ke dalam pipa
kecelakaan bagi pekerja. Dengan adanya untuk menjaga temperatur agar panas tidak
potensi bahaya tersebut, maka perlu terbuang terlalu banyak sehingga hasil
dilakukan upaya pengendalian untuk produksi lebih maksimal dan untuk safety
menghindari kecelakaan kerja atau nya agar pipa tidak terlalu panas ketika
kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, dipegang. Pembuatan pagar pengaman
yang dapat merugikan perusahaan maupun untuk gardu listrik agar pekerja tidak
pekerja. tersengat listrik. Isolasi dengan
memberikan cover pada coupling di
Analisis Upaya Pengendalian Teknis yang mesin-mesin pompa, agar pekerja
Diterapkan Oleh PT. Pertamina (Persero) terhindar dari bahaya mekanis karena
RU III Plaju termasuk peralatan berputar. Pemberian
pengaman terhadap kabel-kabel listrik,
Upaya pengendalian teknis yang
agar pekerja terlindungi dari bahaya
diterapkan oleh PT. Pertamina adalah sebagai
tersengat listirk dan melindungi dari
berikut:
terjadinya hubungan singkat yang dapat
a. Eliminasi
menyebabkan kebakaran. Memasang
Upaya eliminasi yang dilakukan
penutup pada pompa yang mengeluarkan
oleh PT. Pertamina untuk menghilangkan
bunyi keras untuk mengurangi kebisingan
sumber bahaya dari tempat kerja, yaitu
di CDU III. Selain itu, dibangun ruang
penutupan terhadap lubang-lubang
pengendali berupa centum room yang
penampungan residu menggunakan flat
merupakan kantor bagi GSI. Centum room
besi. Hal ini dilakukan agar pekerja tidak
ini juga berfungsi untuk melindungi
tersungkur masuk ke dalam lubang.
pekerja dari kebisingan, panas, dan
Penutupan lubang menggunakan flat besi
terhirup gas berbahaya.
dimaksudkan agar bisa dibuka kembali
d. Pemeliharaan dan perbaikan terhadap
ketika ada penyedotan residu dengan
peralatan yang rusak
vacuum truck. Selain itu, mesin/alat yang
Selain upaya eliminasi, sebstiutusi
rusak atau tidak terpakai lagi dibuang
dan isolasi, PT. Pertamina juga melakukan
sehingga tidak ada penumpukan material.
pemeliharaan dan perbaikan terhadap

198 ” Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 3, Nomor 03 November 2012


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

peralatan ketika ada peralatan/mesin yang dalam melindungi pekerja dan menjadikan
rusak. Perbaikan rutin untuk keseluruhan pekerja lebih mandiri dibandingkan
peralatan/mesin dilaksanakan setiap 6 dengan pengendalian administratif dan
bulan atau 1 tahun sekali. APD. Oleh karena itu, pelaksanaan upaya
Pelaksanaan upaya pengendalian pengendalian teknis ini harus dilakukan
teknis yang dilkakukan oleh PT. Pertamina sungguh-sungguh dengan komitmen yang
sudah baik, namun masih terdapat teguh agar tercipta lingkungan dan kondisi
beberapa kendala. Berdasarkan hasil kerja yang aman bagi pekerja.
penelitian diperoleh informasi bahwa SDM
(Sumber Daya Manusia) dalam melakukan Analisis Upaya Pengendalian Administratif
pekerjaannya masih belum berani untuk yang Diterapkan oleh PT. Pertamina
melakukan yang terbaik karena adanya (Persero) RU III Plaju
kepentingan pihak-pihak tertentu. Selain
Berdasarkan hasil penelitian yang
itu, berdasarkan hasil observasi ditemukan
dilakukan oleh peneliti, upaya pengendalian
beberapa peralatan dalam kondisi yang
adminstratif yang diterapkan oleh PT.
sudah rusak, seperti adanya bocoran steam
Pertamina (Persero) RU III Plaju adalah:
dari flange-flange yang sudah aus,
1. SIKA (Surat Izin Kerja)
sehingga menimbulkan suara yang bising
Surat izin kerja yang digunakan di
selain dari mesin-mesin pompa. Oleh
CDU III, yaitu SIKA Panas, SIKA dingin,
karena itu, harus segara dilakukan
surat izin memasuki ruangan tertutup, dan
perbaikan agar tidak menimbulkan potensi
surat izin penggalian. Namun demikian,
bahaya bagi pekrja.
SIKA yang paling banyak digunakan
Dari hasil penelitian oleh Haryadi di
untuk kegiatan yang ada di CDU III
PT. SKF tentang kebisingan dimana
adalah SIKA dingin. SIKA panas
pengendalian kebisingan dengan metode
diperlukan untuk setiap jenis pekerjaan
engineering/rekayasa mesin lebih efisien
yang berkaitan dengan penggunaan sumber
dan efektif dalam mengendalikan
penyalaan atau yang dapat menimbulkan
kebisingan di Face and OD Grinding PT.
api terbuka. SIKA dingin diperlukan untuk
SKF Indonesia dibandingkan dengan
setiap pekerjaan yang tidak termasuk
metode pengendalian bahaya kebisingan
dalam kategori pekerjaan yang
lainnya berdasarkan teknik hirarki
menggunakan atau menimbulkan sumber
pengendalian bahaya lainnya.8
api atau panas. Surat izin memasuki
Dalam Labor Ocupational Health
ruangan tertutup penting apabila
Program dan Maquiladora Health and
seseorang, baik seluruh atau hanya
Safety Support Network (2000) dikatakan
sebagian tubuhnya, harus masuk ke dalam
bahwa pengendalian secara teknis adalah
ruangan.Surat izin memasuki ruangan
pengendalian yang terbaik karena
tertutup ini hanya berfungsi untuk
menghilangkan bahaya yang ada atau
memberi izin memasuki ruangan tertutup
menghilangkan kemungkinan bahaya
saja sedangkan untuk pekerjaan panas,
tersebut mengenai pekerja. Sasaran dari
dingin atau kegiatan lainnya harus tetap
pengendalian teknik adalah bahaya yang
dilengkapi dengan SIKA yang sesuai.
ada secara langsung, dan efektifitasnya
Surat izin penggalian, setiap pekerjaan
tidak tergantung pada perilaku pekerja.9
penggalian tanpa melihat berapa dalamnya
Pengendalian teknis merupakan
penggalian harus dilengkapi dengan surat
pengendalian yang utama dalam hirarki
izin penggalian.
pengendalian bahaya. Pengendalian teknis
Form SIKA ini terdiri dari 6 bagian,
yang dirancang dengan baik sangat efektif
yaitu permohonan pekerjaan oleh ahli

Matariani, Hasyim, Faisya, Analisis Pengendalian Potensi Bahaya di Crude Distiller ” 199
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

teknik yang berwenang, persyaratan safety, waktu istirahat dilakukan setelah 4 jam
penerbitan SIKA oleh pejabat GSI yang bekerja.
berotoritas, penerimaan SIKA oleh 5. Tanda peringatan bahaya
pelaksana pekerjaan yaitu ahli teknik yang Ada banyak tanda peringatan
berwenang, penyerahan kembali oleh ahli bahaya yang ada di CDU III, yang di
teknik yang ditanda tangani ahli teknik pasang mulai dari gerbang utama dan area
setelah pekerjaan selesai dilakukan, dan atau tempat yang berbahaya. Tanda
penerimaan kembali oleh GSI. peringatan bahaya yang ada, terdiri dari
2. Pelatihan safety sign, seperti peringatan untuk
Pelatihan yang dilakukan oleh menggunakan APD helmet, safety shooes,
Pertamina, antara lain pelatihan APAR, pelindung telinga dan sarung tangan;
compressor, gas test, HE turbine, operator safety warning, seperti peringatan bahaya
crane, ahli scafolder, dan lain-lain. listrik dan bahaya gas H2S & CO di sekitar
Pelatihan ini dilakukan sesuai bidang accumulator tank; serta tanda larangan,
pekerjaan masing-masing. Namun, untuk seperti larangan untuk merokok, membawa
pelatihan APAR semua karyawan handphone, dan larangan bersepeda pada
Pertamina diwajibkan untuk mengikuti area battery limit. Adanya tanda peringatan
pelatihan ini. bahaya ini telah sesuai dengan UU No. 1
Dalam Permenaker 05/Men/1996 tahun 1970 pasal 14 bahwa pihak
juga dikatakan bahwa Pelatihan perusahaan harus memasang semua
merupakan salah satu alat penting dalam gambar keselamatan kerja yang diwajibkan
menjamin kompetensi kerja yang dan semua bahan pembinaan lainnya, pada
dibutuhkan untuk mencapai tujuan tempat-tempat yang mudah dilihat dan
keselamatan dan kesehatan kerja.10 terbaca dalam tempat kerja.11
3. Safety talk 7. CSMS
Safety talk dilakukan setiap hari Ada 6 tahap dalam pelaksanaan
sebelum pekerja melakukan pekerjaannya. CSMS, yaitu tahap prakualifikasi untuk
Namun untuk saat ini, sudah jarang mengetahui kemampuan dan pemahaman
dilaksanakan dengan alasan bahwa prinsip contractor dalam berbagai aspek K3
K3 sudah tertanam pada pekerja. Selain sehingga dapat dipilih yang benar-benar
itu, materi yang dibahas sebagian besar layak untuk mengikuti seleksi pekerjaan;
hanya mengenai APD. Oleh karena itu, tahap kualifikasi untuk menjelaskan
perlu pengaktifan kembali program safety metode penilaian berbagai resiko K3 yang
talk ini untuk mengingatkan para pekerja berhubungan dengan pelaksanaan
agar dapat bekerja dengan lebih hati-hati. pekerjaan yang dapat dipergunakan untuk
Selain itu, untuk menghindari kebosanan, penentuan langkah-langkah SMK3
sebaiknya materi yang disampaikan contractor selanjutnya; tahap seleksi untuk
berbeda-beda setiap hari sesuai dengan memilih dan menentukan contractor yang
pekerjaan yang dilakukan. paling memenuhi persyaratan dari aspek
K3 selain persyaratan teknis, ekonomis
4. Pengaturan waktu kerja dan persyaratan lainnya; tahap aktifitas
Pengaturan waktu kerja yang awal pekerjaan untuk memastikan bahwa
dilakukan oleh Pertamina yaitu pekerja aspek yang relevan dengan penilaian
bekerja selama 8 jam dalam satu hari resiko kontrak dan semua aspek K3
kerja. Untuk jam kerja aktif pekerja hanya lainnya dari kontrak dikomunikasikan dan
bekerja selama 7 jam dengan 1 jam dimengerti oleh semua pihak sebelum
istirahat dalam satu hari kerja. Adanya pelaksanaan kontrak; tahap pelaksanaan

200 ” Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 3, Nomor 03 November 2012


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

pekerjaan untuk menjamin bahwa Berdasarkan hasil penelitian diketahui


pelaksanaan kerja sesuai dengan rencana bahwa ada berbagai APD yang disediakan
K3 yang telah disepakati dan bahwa oleh Pertamina. APD tersebut adalah
kebutuhan K3 tambahan yang ditemukan pelindung muka dan mata, yaitu kacamata
selama pekerjaan diperhatikan dengan debu, kacamata las, dan goggles, serta face
benar; dan tahap evaluasi akhir pekerjaan shield yang digabungkan dengan safety
untuk mengadakan evaluasi bersama helmet; pelindung kepala berupa helmet;
terhadap kinerja K3 contractor dan pelindung telinga berupa ear plug dan ear
Pertamina untuk memberikan feed back muff; pelindung pernapasan, yaitu masker
kepada contractor dan Pertamina yang penyaring udara, full masker, dan Self
bisa dijadikan sebagai acuan untuk Contained Breathing Apparatus, pelindung
pekerjaan di masa depan. tubuh berupa coverall berbahan katun dan
Berdasarkan hasil penelitian flame retardant coverall; pelindung tangan,
diketahui bahwa upaya pengendalian yaitu sarung tangan tahan bahan kimia, sarung
adminstratif yang dilaksanakan oleh tangan kulit untuk las, sarung tangan tahan
Pertamina sudah berjalan dengan baik dan panas, dan sarung tangan karet; pelindung
lancar, tidak ada kendala yang berarti kaki berupa safety shoes dan safety boots; lain
dalam pelaksanaanya. Hal ini sejalan lain, yaitu body harness yang digunakan
dengan hasil penelitian Retvina di pekerja jika bekerja diketinggian.
PetroChina International Jabung Ltd. yang Adanya penyedian APD tersebut telah
menerapkan upaya pengendalian sesuai dengan Permenakertrans
administratif berupa penerapan SIKA, 08/MEN/VII/2010 bahwa pengusaha wajib
tanda peringatan bahaya, pemberian menyediakan APD bagi pekerja/buruh di
pelatihan dan pelaksanaan inspeksi K3. tempat kerja.13 Hal ini juga dijelaskan dalam
Upaya pengendalian administratif yang UU No. 1 tahun 1970 pasal 14 yang
diterapakan juga sudah efektif dalam menyatakan bahwa pengurus diwajibkan
mengendalikan potensi bahaya yang ada.12 untuk menyediakan secara cuma-cuma semua
Pengendalian administratif APD yang diwajibkan pada tenaga kerja
merupakan pilihan kedua setelah berada di bawah pimpinannya dan
pengendalain teknis, yaitu dengan menyediakan bagi setiap orang lain yang
membuat dan menyusun peraturan tentang memasuki tempat kerja tersebut, disertai
keselamatan dan kesehatan kerja. Adanya dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan
pengendalian administratif dapat menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
melindungi pekerja dari berbagai potensi keselamatan kerja.11
bahaya, meskipun pengendalian Program APD yang dilaksanakan oleh
administratif bukan menghilangkan bahaya Pertamina sudah berjalan cukup baik
secara langsung. Oleh sebab itu, meskipun masih terdapat berbagai kendala
Pembuatan prosedur/dokumen yang baik dalam pelaksanaannya dilihat masih adanya
serta pelaksanaan di lapangan yang pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja,
dilakukan dengan penuh tanggungjawab, yaitu tidak menggunakan APD saat bekerja.
serta sesuai prosedur dapat melindungi Dari hasil penelitian diketahui kendala yang
pekerja dari berbagai potensi bahaya dan dihadapi oleh Pertamina dalam pelaksaan
mencegah terjadinya kecelakaan bagi program APD, antara lain masih ada pekerja
pekerja. yang masih suka membandel, tidak
menggunakan APD saat bekerja dengan
Analisis Program APD yang Diterapkan berbagai alasan, seperti sering lalai
oleh PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju menggunakan sarung tangan karena sulit

Matariani, Hasyim, Faisya, Analisis Pengendalian Potensi Bahaya di Crude Distiller ” 201
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

memutar baut jika menggunakan sarung pemberian sanksi terhadap pekerja yang tidak
tangan. Selain itu kebiasaan yang tidak biasa menggunakan APD perlu ditegakkan untuk
menggunakan APD, seperti menggunakan meningkatkan kepatuhan dalam pemakaian
baju coverall yang tebal dengan iklim yang APD.
panas membuat pekerja sering menggulung
tangan baju. APD yang ada menggunakan KESIMPULAN DAN SARAN
standar luar, seperti dari ANSI yang kurang Berdasarkan penelitian yang telah
sesuai dengan standar pekerja yang ada di dilakukan, maka diperoleh kesimpulan
Indonesia, sehingga membuat pekerja merasa sebagai berikut:
tidak nyaman. Hal ini sejalan dengan hasil 1. Dari hasil identifikasi potensi bahaya
penelitian Angkat tahun 2008 pada pekerja diketahui bahwa potensi bahaya yang ada
bangunan didapatkan 54% pekerja di CDU III, antara lain adalah kebisingan,
mengatakan bahwa keengganan menggunakan kebakaran, jatuh dari ketinggian, kejatuhan
APD adalah karena saat bekerja APD dapat benda, tersengat listrik, gas H2S & CO,
mengakibatkan tidak leluasanya pergerakan NH3, terjepit terpukul, kepala terantuk,
pekerja.14 Suardi juga mengatakan bahwa tangan tergores, tersandung, terpeleset, dan
salah satu kendala dalam pemakaian APD dari flash.
sisi pekerja yaitu pekerja merasa tidak 2. Upaya pengendalian teknis yang
nyaman mengenakan APD.15 diterapkan oleh PT. Pertamina, yaitu
Untuk mengatasi masalah atau kendala- eliminasi, substitusi, isolasi, serta
kendala dalam program APD, Pertamina pemeliharaan dan perbaikan peralatan
membuat sanksi berupa peringatan kepada yang rusak. Pelaksanaan pengendalian
pekerja yang tidak menggunakan APD saat teknis di PT. Pertamina sudah baik,
bekerja, yaitu peringatan lisan, peringatan meskipun masih terdapat beberapa kendala
tertulis, peringatan pertama dan terakhir, serta dalam pelaksanaannya.
pemutusan hubungan kerja atau pemecatan. 3. Upaya pengendalian adminstratif yang
Hal ini diharapkan agar pekerja bisa diterapkan oleh PT. Pertamina, yaitu
mematuhi aturan yang berlaku dan mencegah penerapan SIKA, pelatihan, safety talk,
terjadinya kecelakaan bagi pekerja itu sendiri. pengaturan waktu kerja, tanda peringatan
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh bahaya, dan CSMS bagi contractor.
Heni yang mengatakan bahwa pemberian Pelaksanaan pengendalian administratif
punishment sebagai teknik untuk mengubah yang diterapkan di PT. Pertamina sudah
perilaku atau kebiasaan, misalnya dari berjalan dengan baik.
kebiasaan teledor menjadi kebiasaaan 4. APD yang disediakan oleh PT. Pertamina,
selamat.16 yaitu kacamata debu, kacamata las,
Kelengkapan APD sangat penting goggles, face shield yang digabungkan
untuk melindungi pekerja. Namun, APD dengan safety helmet, safety helmet, ear
bukanlah yang utama dalam perlindungan plug, ear muff; masker penyaring udara,
terhadap pekerja, melainkan cara terakhir bila full masker, SCBA, coverall berbahan
upaya pengendalian yang lain tidak berhasil. katun, flame retardant coverall, sarung
APD belum sepenuhnya menjamin seseorang tangan tahan bahan kimia, sarung tangan
untuk tidak celaka, karena fungsi APD hanya kulit untuk las, sarung tangan tahan panas,
mengurangi akibat dari kecelakaan. Oleh sarung tangan karet, safety shoes, safety
sebab itu, sebaiknya penyediaan APD harus boots, dan body harness. Program APD
diperhatikan oleh pihak perusahaan, yang diterapkan oleh PT. Pertamina sudah
pengawasan terhadap penggunaan APD perlu cukup baik, meskipun terdapat beberapa
ditingkatkan, serta adanya konsistensi berupa

202 ” Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 3, Nomor 03 November 2012


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

kendala dalam pelaksanaannya, terutama 3. Sebaiknya dilaksanakan housekeeping


dari pekerja sendiri. secara rutin, yaitu membersihkan ceceran
Ada beberapa saran yang dapat minyak di lantai, merapikan ruang jaga,
diberikan peneliti diantaranya : dan meletakkan peralatan yang baik dan
1. Sebaiknya Pertamina melaksanakan rapi sesuai tempatnya. Selain untuk
program green card, yaitu berupa buku estetika, housekeeping juga bisa
kecil yang dibagi pada pekerja untuk dapat menghindari pekerja dari berbagai potensi
mengidentifikasi potensi bahaya yang ada bahaya, seperti bahaya kebakaran,
di tempat kerja. Jadi, pekerja dapat terpeleset dan tersandung.
berpartisipasi dengan menulis potensi 4. Perlunya peningkatan pengawasan
bahaya yang mereka temukan di lapangan. terhadap penggunaan APD serta
Hasil identifikasi potensi bahaya yang diisi konsistensi dalam pemberian sanksi yang
pada green card ini dapat dikaji setiap tegas terhadap pekerja yang tidak
minggu, sehingga dapat segera dilakukan menggunakan APD agar dapat
tindakan perbaikan. memberikan efek jera pada pekerja yang
2. Peralatan yang sudah rusak, seperti adanya melanggar. Selain pemberian sanks,
bocoran steam dari flange-flange yang diharapkan Pertamina juga dapat
sudah aus, sebaiknya dilakukan perbaikan, memberikan reward terhadap pekerja yang
sehingga tidak menimbulkan potensi mematuhui aturan-aturan yang berlaku di
bahaya bagi pekerja. Pertamina.

DAFTAR PUSTAKA Kebun Bah Jambi 2006-2008, [Skripsi],


Fakultas Kesehatan Masyarakat
1. Pertamina. Laporan RKL & RPL Tahun Universitas Sumatera Utara [on line].
2010. HSE Pertamina RU III Plaju. 2010. Dari: http://repository.usu.ac.id/
2. Pertamina. Laporan Kejadian Pemurnian bitstream/123456789/14682/1/10E00355.
dan Pengolahan Pertamina UP III Tahun pdf. 2009. [08 Oktober 2011].
2009. HSE Pertamina RU III Plaju. 2009. 7. Susanto, Adhi. Safe Working Practise.
3. Pertamina. Laporan Kejadian Pemurnian K3-LLKK UP IV, Balongan. 2006.
dan Pengolahan Pertamina UP III Tahun 8. Heni, Yusri. Improving Our Safety
2010. HSE Pertamina RU III Plaju. 2010. Culture. PT Gramedia Pustaka Utama,
4. Nindriyawati, Annisa. Identifikasi Jakarta. 2011.
Bahaya dan Penilaian Resiko Dalam 9. LOHP & Maquiladora Support Network.
Proses Penggantian Catalyst di Butane Pelatihan Kesehatan dan Keselamatan
Treater Dalam Upaya Mencegah Kerja di Indonesia [on line]. Dari:
Terjadinya Kecelakaan Kerja di http://www.gsfaceh.com/download/
Petrochina International Jabung, Ltd. mesiumtsunami/datadanfakta/pelatihanba
Jambi [Skripsi], Fakultas Kedokteran han_berbahaya.pdf. 2000. [17 Mei
Universitas Sebelas Maret Surakarta [on 2011].
line]. Dari: http://digilib.uns.ac.id/upload/ 10. Permenaker No. 05 tahun 1996 tentang
dokumen/dokumen/16007508201003161. Sistem Manajemen Keselamatan dan
pdf. 2010. [08 Oktober 2011]. Kesehatan Kerja.
5. Budiman, Ahmad. Penerapan K3 dan 11. Undang-Undang No.1 tahun 1970
Ergonomi Di Perusahaan Kilang tentang Keselamatan Kerja.
Minyak. Dari: http:// http://www.scribd. 12. Retvina D, Eka. Analisis Pengendalian
com/doc/45267645/ Jurnal-k3-Di-Kilang- Potensi Bahaya Secara Administratif di
Minyak. 2010. [08 Oktober 2011]. Batara Gas Plant PetroChina
6. Rajagukguk, Jenni. Gambaran Internasional Jabung Ltd. Tahun 2009,
Kecelakaan Kerja pada Pabrik [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Universitas Sriwijaya, Indralaya. 2009.

Matariani, Hasyim, Faisya, Analisis Pengendalian Potensi Bahaya di Crude Distiller ” 203
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

13. Permenakertrans No. 08 tahun 2010 Panduan Penerapan Berdasarkan


tentang Alat Pelindung Diri. OHSAS 18001 dan Permenaker 05/1996.
14. Angkat, Sahrial. Analisis Upaya PPM, Jakarta. 2005.
Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada 16. Haryadi, Tri. Assessment Pengendalian
Pekerja Bangunan Perusahaan X [Tesis], Kebisingan dengan Teknik Hirarki
Program Studi Ilmu Kesehatan Pengendalian Bahaya (Studi Pada Face
Masyarakat Kekhusuan Kesehatan Kerja and OD Grinding Process PT SKF
Pasca Sarjan Universitas Sumatera Utara. Indonesia) [Skripsi], Universitas
Dari:http://repository.usu.ac.id/ Diponegoro [on line]. Dari: http://
bitstream/1234567896653/1/09E00804. eprints.undip.ac.id/ 6755/ 1/3291.pdf.
pdf. 2008. [08 Oktober 2011]. 2008. [09 Oktober 20011].
15. Suardi, Rudi. Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

204 ” Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 3, Nomor 03 November 2012

You might also like