Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Lengkap PDF
Jurnal Lengkap PDF
JURNAL
Oleh :
Analisis Banjir Akibat Perubahan Tata Guna Lahan Pada DAS Miu
Rudi Herman
Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako (Untad) Palu
Email : rudi.herman2@gmail.com
ABSTRACT
Land use is one of the factors that influence direct runoff discharge and affect the infiltration of a watershed. This
study was conducted to determine the effect of land use change in the Miu watershed on fluctuations in flood
discharges that occurred in 2005, 2010 and 2016. Land use changes were identified through spectral analysis of
landsat images to obtain the percentage change in each type of land use and parameter curves number. The
method for analyzing flood discharge plans uses the Rational Method and the Soil Conservation Service (SCS)
Method. The study results note that runoff coefficient (C) and curve number (CN) parameters have increased from
year to year although the changes that occur are not significant for 2005, 2010 and 2016. The magnitude of flood
discharge for T25 using the Rational Method is 891,496 m3 / seconds in 2005, 1073.77 m3 / second in 2010, 926,995
m3 / second in 2016. The amount of flood discharge for T25 using the SCS Method was 873,147 m3 / second in
2005, 928,828 m3 / second in 2010, 915,341 m3 / second seconds in 2016. So it was concluded that land cover is
very influential on flood discharge.
Keywords: land use change, flood discharge fluctuation, runoff coefficient (C), Curve Number (CN), Rational
Method, SCS-CN Method
ABSTRAK
Penggunaan lahan merupakan salah satu factor yang berpengaruh terhadap debit limpasan langsung dan
mempengaruhi infiltrasi suatu daerah aliran sungai (DAS). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
perubahan tata guna lahan pada DAS Miu terhadap fluktuasi debit banjir yang terjadi pada tahun 2005, 2010, dan
2016. Perubahan tata guna lahan diidentifikasi melalui analisis spectral citra landsat untuk memperoleh persentase
perubahan setiap jenis tata guna lahan dan parameter curve number. Metode untuk menganalisa debit banjir
rencana menggunakan Metode Rasional dan Metode Soil Conservation Service (SCS). Hasil studi diketahui
bahwa parameter koefisien limpasan (C) dan curve number (CN) mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
walaupun perubahan yang terjadi tidak signifikan untuk tahun 2005, 2010, dan 2016. Besarnya debit banjir untuk
T25 dengan menggunakan Metode Rasional adalah 891.496 m3/detik pada tahun 2005, 1073.77 m3/detik pada
tahun 2010, 926.995 m3/detik pada tahun 2016. Besarnya debit banjir untuk T25 dengan menggunakan Metode
SCS adalah 873.147 m3/detik pada tahun 2005, 928.828 m3/detik pada tahun 2010, 915.341 m3/detik pada tahun
2016. Sehingga disimpulkan tutupan lahan sangat berpengaruh terhadap debit banjir.
Kata kunci : perubahan tata guna lahan, fluktuasi debit banjir, koefisien limpasan (C), Curve Number
(CN), Metode Rasional, Metode SCS-CN
Analisis Banjir Akibat Perubahan Tata Guna Lahan Pada DAS Miu
(M.Rizky Ryan Maulana Gais, Rudi Herman)
(Triatmodjo, 2008)
Mulai
Gambar 3.2 Tata Guna Lahan DAS Miu 2005 Data curah hujan
Data penggunaan
lahan DAS Miu
Uji abnormalitas
data Jenis
Tanah
Analisis
frekuensi Klasifikasi Menurut Klasifikasi Menurut
Metode Rasional Metode SCS
Uji kesesuaian
distribusi frekuensi Koefisien Limpasan Nilai Curve Number
(C) Rasional (CN)
Curah hujan
rancangan
Intensitas Curah
hujan Menghitung debit
banjir menggunakan
Menghitung debit metode SCS-CN
banjir menggunakan
metode Rasional
Gambar 3.3 Tata Guna Lahan DAS Miu 2010
Hasil &
Pembahasan
Kesimpulan
& Saran
Selesai
Tabel 4.1 Perubahan tata guna lahan DAS Miu Perubahan penggunaan lahan pada tahun
tahun 2005 2010 terjadi penurunan kuantitas luas hutan yang
2005
mendominasi pada tahun 2005 menjadi 515,59
No Jenis Tata Guna Lahan 2
Km2 atau 78,65% dari luas DAS Miu.
Luas (Km ) %
Perubahan penggunaan lahan juga terjadi pada
1 Hutan lahan kering primer 355,66 54,25 area perkebunan yang turun 3,47% dari luas
2 Hutan lahan kering sekunder 182,75 27,88 tahun 2005. Perubahan penggunaan lahan ini
3 Area Persawahan 6,53 1,00
bergeser pada meningkatnya luas area lahan
4 Area Perkebunan 105,92 16,16
terbuka seperti (pemukiman,semak belukar,area
5 Semak Belukar 2,79 0,43
persawahan, dan sungai). Lahan terbuka
6 Pemukiman 0,36 0,05
meningkat 6,95% dari luas DAS tahun 2005.
7 Sungai 1,54 0,24
Perubahan penggunaan lahan pada tahun
Total 655,55 100 2016 terlihat terjadi peningkatan kembali luas
hutan menjadi 89,67% dari luas DAS Miu .
Tabel 4.2 Perubahan tata guna lahan DAS Miu Penurunan cukup besar terjadi pada area
tahun 2010 perkebunan yang hanya tersisa 2,14% dari luas
2010 DAS Miu. Penurunan kuantitas luas area
No Jenis Tata Guna Lahan 2 perkebunan menunjukkan adanya penurunan
Luas (Km ) %
1 Hutan lahan kering primer 62,63 9,55
debit air sungai / jauhnya akses air sungai untuk
2 Hutan lahan kering sekunder 452,97 69,10 menyokong keperluan bercocok tanam.
3 Area Persawahan 4,40 0,67 4.2 Analisis Curah Hujan Rancangan Pada
4 Area Perkebunan 83,19 12,69
DAS Miu
5 Semak Belukar 49,86 7,61
6 Pemukiman 0,97 0,15 Data curah hujan harian maksimum
7 Sungai 1,54 0,24
tahunan yang diambil di stasiun Tuva/Tuwa
berjumlah 12 data dengan 12 tahun pengamatan
Total 655,55 100 (2005 s/d 2016), berikut adalah rekapitulasi data
curah hujan dapat dilihat pada tabel 4.4 :
Tabel 4.3 Perubahan tata guna lahan DAS Miu
tahun 2016 Tabel 4.4 Data curah hujan maksimum
2016 Rangking Data
No Jenis Tata Guna Lahan Curah
2 No. Tahun No
Luas (Km ) % Hujan (mm) Curah Hujan
Tahun
1 Hutan lahan kering primer 15,03 2,29 Maksimum
2 Hutan lahan kering sekunder 572,80 87,38 1 2005 111,65 1 2012 210,53
3 Area Persawahan 1,24 0,19 2 2006 89,49 2 2010 164,42
4 Area Perkebunan 14,01 2,14 3 2007 139,66 3 2014 144,38
5 Semak Belukar 49,10 7,49 4 2008 118,25 4 2007 139,66
6 Pemukiman 1,82 0,28 5 2009 112,93 5 2016 136,49
6 2010 164,42 6 2008 118,25
7 Sungai 1,54 0,24
7 2011 65,04 7 2009 112,93
Total 655,55 100 8 2012 210,53 8 2005 111,65
9 2013 87,58 9 2015 90,39
Penggunaan lahan pada tahun 2005 10 2014 144,38 10 2006 89,49
didominasi oleh hutan dengan luas 538,41 Km2 11 2015 90,39 11 2013 87,58
atau 82,13% dari luas DAS Miu. Area 12 2016 136,49 12 2011 65,04
perkebunan memiliki luas sebesar 105,92 Km2
atau 16,16% dari luas DAS Miu. Penggunaan Analisis Frekuensi
lahan untuk lahan terbuka masih kecil yaitu Analisis frekuensi digunakan untuk
hanya sebesar 11,12 Km2 atau 1,71% dari luas menetapkan besaran hujan atau debit dengan
DAS Miu. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun kala ulang tertentu. Setelah parameter-parameter
2005 hutan pada DAS Miu masih terjaga karena statistic diketahui, maka distribusi yang cocok
pembukaan lahan baru untuk lahan terbuka untuk digunakan dalam analisis frekuensi dapat
masih kecil. ditentukan. Distribusi yang digunakan dalam
Analisis Banjir Akibat Perubahan Tata Guna Lahan Pada DAS Miu
(M.Rizky Ryan Maulana Gais, Rudi Herman)
penelitian ini adalah Metode Log Pearson Type intensitas hujan rencana jika memakai
III. persamaan (1) adalah sebagai berikut :
a. Mengubah data curah hujan n buah dari x1, Tabel 4.6 Intensitas curah hujan Rancangan
x2, x3,...,xn menjadi bentuk. logaritma
yaitu log x1, log x2, log x3,..., log xn
Intensitas hujan
b. Menghitung harga rerata, dari data curah Periode Ulang (mm/jam)
hujan yang telah diubah ke dalam bentuk (tahun)
logaritma :
5 33,456
1 n
log xo = log x i = 122,568
n i 1
10 38,525
25 44,777
c. Menghitung standar deviasi (Sd)
4.3 Analisis Curah Hujan Rancangan Pada
n
DAS Miu
log x
i 1
i log x o 2
Analisa Koefisien Limpasan (C) Dan Debit
Sd = = 0,1393
n 1 Banjir Mengguakan Metode Rasional
Perhitungan ini untuk mengetahui besarnya
d. Menghitung koefisien penyimpangan (Cs) nilai koefisien limpasan (C) berdasarkan luas
∑( ) penggunaan lahan yang ada pada DAS Miu yang
Cs = = -0,0039 ditinjau. Koefisien limpasan terbobot CDAS (C
( )( ) komposit) DAS Miu diperoleh dari nilai
Dengan melihat parameter statistic yang koefsiein limpasan (C) yang dikalikan dengan
sesuai maka dalam perhitungan hujan rancangan luasan setiap jenis pemanfaatan lahan tersebut.
digunakan Metode Log Pearson III. Untuk Tabel 4.7 Rekap nilai C masing-masing
mendapatkan harga XT (Hujan Rancangan), penggunaan lahan tahun 2005
maka harga KTr diberi nilai sesuai dengan harga
Cs (koefisien skewness) dan kala ulang, dari Tata Guna Lahan Ai (Km )
2
Ci Ai x Ci
harga-harga tersebut dapat ditarik suatu garis
lurus, dibawah ini hasil hujan rancangan dengan Hutan Lahan Kering Primer 355,656 0,05 17,783
kala ulang 2, 5, 10, 25 , 50, 100 tahun Hutan Lahan Kering Skunder 182,75 0,10 18,275
Area Persawahan 6,527 0,25 1,632
Tabel 4.5 Rekapitulasi curah hujan rancangan
Area Perkebunan 105,922 0,30 31,777
Semak Belukar 2,791 0,20 0,558
Periode Ulang (T) Rmax
Pemukiman 0,358 0,35 0,125
Sungai 1,543 0,95 1,466
2 116,948 Total 655,547 71,616
5 153,192 C DAS Miu 0,1092
10 176,403
Tabel 4.8 Rekap nilai C masing-masing
25 205,027 penggunaan lahan tahun 2010
50 225,945
2
Tata Guna Lahan Ai (Km ) Ci Ai x Ci
100 246,535
Hutan Lahan Kering Primer 62,625 0,05 3,131
Intensitas Curah Hujan Hutan Lahan Kering Skunder 452,965 0,10 45,297
Area Persawahan 4,399 0,25 1,100
Dalam perhitungan intensitas curah hujan Area Perkebunan 83,188 0,30 24,956
pada DAS Miu menggunakan waktu Semak Belukar 49,859 0,20 9,972
konsentasi (tc) sebesar 2 jam (120 menit), Pemukiman 0,968 0,35 0,339
ditentukan berdasarkan waktu/lamanya Sungai 1,543 0,95 1,466
hujan berlangsung yang sering terjadi di Total 655,547 86,260
lokasi yang bersangkutan, besarnya C DAS Miu 0,1316
Analisis Banjir Akibat Perubahan Tata Guna Lahan Pada DAS Miu
(M.Rizky Ryan Maulana Gais, Rudi Herman)
Tabel 4.12 Hasil perhitungan debit banjir Tabel 4.15 Rekap nilai CN DAS Miu tahun 2016
Metode Rasional tahun 2016 Luas
Penggunaan Lahan 2 HGS CN Ai x Ci
(Km )
3
Periode ulang Q (m /det) Hutan Lahan Kering Primer
4,828 B 55 265,54
10,197 C 70 713,79
Metode Rasional 419,675 B 66 27698,55
Hutan Lahan Kering Skunder
5 692,632 153,126 C 77 11790,702
Area Persawahan 1,238 C 78 96,564
10 797,574 Area Perkebunan 14,012 C 88 1233,056
25 926,995 Semak Belukar
32,712 B 58 1897,296
16,392 C 71 1163,832
1,088 B 68 73,984
Pemukiman
0,736 C 79 58,144
Analisa Curve Number (CN) Dan Debit Banjir 0,7542 B 98 73,9116
Sungai
Menggunakan Metode Soil Conservation 0,7888 C 98 77,3024
Service (SCS) Total 655,547 45142,672
CN Das Miu 68,8626
Dalam perhitungan debit banjir Metode
SCS, perlu diketahui terlebih dahulu nilai CN
Analisis Banjir Akibat Perubahan Tata Guna Lahan Pada DAS Miu
(M.Rizky Ryan Maulana Gais, Rudi Herman)
Dunne, T., dan Leopold, L. B., 1978. Water in Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012
Environtmental Planning. W.H. Freeman Tentang Pengelolaan DAS. Jakarta.
and Company, San Fransisco.
Ponce, V. M. 1989. Engineering Hidrology
Eripin, I ., 2005. Dampak Perubahan Tata Guna Principles and Practice. Prentice Hall.
Lahan Terhadap Debit Sungai di Daerah New Jersey. Hal 118 – 127 dan 153 – 195
Pengaliran Sungai Cipinang.
Prahasta, Eddy. 2002. Sistem Informasi
Fleming, 1979. Deterministic Models in Geografis Konsep-konsep Dasar.
Bandung: Informatika
Hydrology. FAO. Rome. Italy.
Ronaldo Toar Palar. 2013. Studi perbandingan
antara hidrograf SCS (Soil Conservation
Harto. S, 1981, Hidrologi Terapan Edisi Service) dan metode Rasional pada DAS
Pertama , Teknik Sipil UGM, Tikala. Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.3,
Yogyakarta. Februari 2013 (171-176)
Seyhan. E.1990. Dasar-dasar Hidrologi. Gadjah
Indarto. 2010. Hidrologi. Bumi Aksara: Jember Mada University Press. Yogyakarta.
Ismail, A.Y. 2004. Evalusi Pola Perubahan Suhartanto (2001). “Perubahan tata guna lahan
Lahan pada Daerah Aliran Sungai dari hutan campuran menjadi lahan
Cimanuk Hulu dengan Menggunakan pertanian Sub DAS Cidanau Kabupaten
Citra Landsat TM Tahun 1990 dan 2001 Serang Propinsi Banten”. Makalah
[tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca
Institut Pertanian Bogor. Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor,
L., Lily Montarcih.2009. Hidrologi Teknik November 2001.
Sumber Daya Air-I. Malang: Citra
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang
Malang.
Berkelanjutan. Yogyakarta. Penerbit Andi
Lindgren, D.T. 1985. Penginderaan Jauh Untuk
Soewarno, 2000. Hidrologi Operasional Citra
Perencanaan Penggunaan Lahan.
Aditya Bakti, Bandung.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. USDA-SCS, 1985. National Engineering
Handbook, Section 4 – Hidrology.
Lillesand TM, Kiefer RW. 1990. Penginderaan
WashingtonDC . USDA-SC.
Jauh dan Interpretasi Citra; diterjemahkan
oleh Dulbahri et al. Yogyakarta: Gajah Wanielista, M. P. 1990, Hydrology and Water
Mada University Press. Quality Control, John Wiley & Son
Florida-USA.
Lo C. 1995. Penginderaan Jauh Terapan.
diterjemahkan oleh Bambang
Purbowiseso. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Moh. Imam Firmansyah, 2016 “Analisis Hujan
Efektif Dengan Menggunakan Metode
SCS-CN Pada Subdas Gumbasa”. Skripsi,
UNTAD, Palu.
Natakusumah, D. K . 2014. Cara Menghitung
Debit Banjur Dengan Metoda Hidrograf
Satuan Sintesis. Bahan Kuliah Hidrologi.
ITB
Pawitan, H., 1999, Penilaian Kerentanan dan
Daya Adaptasi Sumber Daya Air
Terhadap Perubahan Iklim, Jakarta:
Makalah Seminar Nasional-Kantor
Menteri Negara Lingkungan Hidup.