Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

MIKKI Vol 07/No.

01/April/2018 Hubungan Dukungan Keluarga (Thomas Aquino)

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PEMENUHAN


ADL PADA PASIEN PASCA STROKE DI DUSUN TAMBAK BAYAN,
BABARSARI, SLEMAN, D.I YOGYAKARTA

Thomas Aquino1, Antok Nurwidi Antara2, Aris Budi Pratama3


1,2,3
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Wira Husada Yogyakarta
Email: antokantara1212@gmail.com

ABSTRACT

Background: Stroke is the leading cause of death in the world. The main is the presence of
hypertension or high blood pressure is usually caused by excessive stress or something surprising.
Often a stroke followed by a psychological disorder including self concept disorder is caused due
to the patient’s inability to do something usually done before a stroke. Therefore, the role of the
family in the rehabilitation or recovery of family members with post-stroke is needed, including the
fulfillment of basic needs of patients and also their psychological needs.
Objective: To know the relationship of family support to the fulfillment of ADL in post-stroke patient
in Tambak Bayan hamlet, Babarsari, Sleman, D.I Yogyakarta.
Method: This research is descriptive analytic research using Cross Sectional . The subjects of
this study were post-stroke patients in Tambak Bayan hamlet, Babarsari, Sleman, D.I Yogyakarta,
amounting to 32 people. Sampling technique using Total Sampling method.
Results: The results of this study indicate that family support is in good ie 24 respondents or 75%
with ADL fulfillment 65,6% (enough). Chi square correlation test between family support relationship
to post-stroke patient ADL fulfillment in Tambak Bayan hamlet, Babarsari, Sleman, D.I Yogyakarta
is known sig 0,000 which means there is correlation with strong Correlation Coefficient (0.722).
Conclusions: There is a significant relationship between family support for ADL post-stroke
patient fulfillment.

Keywords: family support, fulfillment of activity of daily living

PENDAHULUAN
Stroke merupakan salah satu penyakit pembuluh darah otak yang menunjukkan
beberapa kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural (Doenges, 2000).
Selanjutnya stroke dapat disebabkan oleh beberapa keadaan patologis dari pembuluh
darah serebral atau seluruh pembuluh darah otak, akibat adanya robekan pembuluh darah
atau oklusi parsial/total yang bersifat sementara atau permanen (Doenges, 2000) Menurut
Feigin (2009), stroke merupakan penyebab kecacatan nomor 1 (satu) dan penyebab
kematian nomor 3 (tiga) setelah penyakit jantung koroner dan penyakit kanker sehingga
penyakit stroke telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan
stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun
berat (Anderson, 2008). Penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker.
Sebanyak 28,5 % penderita stroke meninggal dunia, hanya 15% saja yang dapat sembuh
dari serangan stroke atau kecacatan. Sekitar 63,52/100.000 penduduk Indonesia berumur
di atas 65 tahun ditaksir terjangkit stroke (Sutrisno, 2007).

53
MIKKI Vol 07/No.01/April/2018

Penyebab utama dari penyakit pasca-stroke adalah adanya hipertensi atau tekanan
darah tinggi yang biasanya diakibatkan oleh stress yang berlebihan atau sesuatu yang
mengejutkan, selain itu pasca-stroke juga dapat dipacu oleh beberapa faktor seperti,
penyakit jantung, penyakit diabetes, penyakit migrain, dapat juga dari pola makan yang
tidak sehat, merokok, alkohol dan pengunaan obat-obat terlarang. Seringkali stroke
diikuti oleh gangguan psikologis termasuk gangguan konsep diri yang terjadi karena
dua faktor. Faktor yang pertama adalah pada penderita stroke terjadi sumbatan atau
pecahnya pembuluh darah di otak yang menyebabkan jalur komunikasi ke daerah otak
tersebut menjadi terhambat dan gangguan fungsi perasaan sehingga gangguan suasana
perasaan dan tingkah laku. Selain itu, gangguan psikologis pada pasien stroke juga
disebabkan karena adanya ketidakmampuan pasien dalam melakukan sesuatu yang
biasanya dikerjakan sebelum terkena stroke. Peran keluarga dalam rehabilitasi atau
pemulihan anggota keluarga dengan pasca stroke dapat dilakukan melalui pelaksanaan
fungsi keluarga yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi
dan fungsi perawatan kesehatan. Dari ke lima fungsi tersebut, fungsi keluarga yang paling
relevan dengan kesehatan adalah fungsi perawatan kesehatan keluarga (Friedman,
2002).
Peneliti pun telah melakukan studi pendahuluan pada tanggal 26-28 Januari
2016 di Dusun Tambak Bayan, Babarsari, Sleman, D.I Yogyakarta. Studi pendahuluan
dilakukan dengan menggunakan metode wawancara. Peneliti melakukan wawancara
dengan kepala dukuh dan berdasarkan keterangan kepala dukuh, jumlah penderita
pasca stroke yang dirawat dirumah mencapai 32 orang pasien. Namun perawatan
terhadap pasien pasca stroke nampaknya belum sesuai dengan apa yang diharapkan.
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang tata cara perawatan pasien stroke menjadi
kendala utama yang tidak dapat dielakan. Akibatnya sebagian besar penderita stroke
yang dirawat dirumah seringkali harus melakukan pemeriksaan ke rumah sakit karena
kondisi kesehatannya seringkali memburuk.
Kondisi ini menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan jumlah penderita
stroke yang dirawat dirumah. Dimana biasanya dibutuhkan waktu yang lama dalam
perawatan stroke, sehingga dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam rangka
membantu memenuhi kebutuhan dasarnya termasuk kebutuhan psikologisnya, sehingga
penderita tidak mengalami gangguan konsep diri akibat merasa tidak berguna lagi dan
tidak dibutuhkan lagi oleh keluarganya. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka
peneliti ingin melakukan penelitian tentang “Hubungan Dukungan Keluarga terhadap
Pemenuhan ADL pada Pasien Pasca Stroke di Dusun Tambak Bayan, Babarsari, Sleman,
D.I Yogyakarta”.

METODE
Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif analitik yaitu suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan efek, (Notoadmojo, 2010).
Dimana dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
dukungan keluarga dengan variabel pemenuhan ADL pasien pasca stroke. Rancangan
penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional. Pendekatan cross sectional
merupakan rancangan penelitian dimana antara variabel dependen dengan variabel

54
Hubungan Dukungan Keluarga (Thomas Aquino)

independen dilakukan pengukuran dan penelitian pada kurun waktu bersamaan


(Notoadmojo, 2012).

HASIL PENELITIAN
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik Responden

Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, dan pekerjaan


di Dusun Tambak Bayan, Babarsari, Sleman, Yogyakarta
No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
1 Usia
a. ≥ 40 Tahun 14 87,5
b. ≤ 40 Tahun 18 12,5
2 Jenis Kelamin
a. Laki-laki 12 37,5
b. Perempuan 20 62,5
3 Pekerjaan
a. Bekerja 10 31,3
b. Tidak Bekerja 22 68,7
4 Pendidikan
a. SD 8 25,0
b. SMP 1 3,2
c. SMA 18 56,2
d. Perguruan Tinggi 5 15,6
5 Hubungan dengan Pasien
a. Istri 14 43,7
b. Suami 4 12,5
c. Anak Kandung 12 37,5
d. Saudara Kandung 2 6,3
Total 32 100
Sumber: Data Primer

Diketahui mayoritas responden dalam penelitian ini berusia ≥ 40 tahun, yaitu


sebanyak 18 orang responden atau 56,3% dan yang berusia < 40 tahun sebanyak 14
orang responden atau 43,7%. Karakteristik jenis kelamin responden di Dusun Tambak
Bayan Babarsari Sleman Yogyakarta yang berjenis kelamin laki-laki yang berjumlah 12
orang responden atau 37,5% dan responden berjenis kelamin perempuan berjumlah
20 orang responden atau 62,5%. Karakteristik pekerjaan responden yang bekerja
berjumlah 10 orang responden atau 31,3% dan yang tidak bekerja berjumlah 22
orang responden atau 68,7%. Karakteristik pendidikan dari responden yang paling
dominan adalah lulusan SMA yakni sebanyak 18 orang responden atau 56,2%,
lulusan SD sebanyak 8 orang responden atau 25%, lulusan SMP sebanyak 1 orang

55
MIKKI Vol 07/No.01/April/2018

responden atau 3,2%, dan lulusan Perguruan Tinggi sebanyak 5 orang responden
atau 15,6%. Karakteristik Hubungan Responden dengan Pasien Pasca Stroke
seluruhnya merupakan anggota keluarga inti, yakni status istri yang berjumlah 14
orang responden atau 43,7%, status suami berjumlah 4 orang responden atau 12,5%,
status anak kandung berjumlah 12 orang responden atau 37,5%, dan berstatus
saudara kandung berjumlah 2 orang responden atau 6,3%.

b. Dukungan Keluarga

Tabel 2. Dukungan Keluarga terhadap Pasien Pasca Stroke di


Dusun Tambak Bayan, Babarsari, Sleman, Yogyakarta
Kategori Dukungan Presentase Presentase
No Frekuensi
Keluarga (%) Kumulatif
1 Kurang 2 6,3 6,3
2 Cukup 6 18,8 25,0
3 Baik 24 75,0 100,0
Total 32 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 tentang kategori dukungan keluarga terhadap pasien pasca
stroke di Dusun Tambak Bayan, Babarsari, Sleman, Yogyakarta maka dapat dilihat
bahwa dukungan keluarga dengan kategori kurang berjumlah 2 orang responden
atau 6,3%, dukungan keluarga dengan kategori cukup berjumlah 6 orang responden
atau 18,8%, dan dukungan keluarga dengan kategori baik berjumlah 24 orang
responden atau 75%.

Kategori Pemenuhan ADL berdasarkan hasil penelitian di dusun tambak bayan


babarsari sebagai berikut:

Tabel 3. Kategori Pemenuhan ADL pada Pasien Pasca Stroke di Dusun


Tambak Bayan, Babarsari, Sleman, Yogyakarta
Kategori Presentase Presentase
No Frekuensi
Pemenuhan ADL (%) Kumulatif
1 Kurang 4 12,5
2 Cukup 7 21,9
3 Baik 21 65,6 100,0
Total 32 100,0

Berdasarkan tabel 3 tentang pemenuhan ADL pada pasien pasca stroke


di Dusun Tambak Bayan, Babarsari, Sleman, Yogyakarta dapat dilihat bahwa
pemenuhan ADL dengan kategori kurang berjumlah 4 atau 12,5%, pemenuhan
ADL dengan kategori cukup berjumlah 7 atau 21,9%, dan pemenuhan ADL dengan
kategori baik berjumlah 21 atau 65,6%.

56
Hubungan Dukungan Keluarga (Thomas Aquino)

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan
perkembangan motorik halus anak, maka digunakan rumus Korelasi Spearman Rank.
Hasil uji Korelasi Spearman Rank berikut seperti yang terdapat dalam tabel 4 berikut.

Tabel 4. Uji Korelasi Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Pemenuhan ADL


pada Pasien Pasca Stroke di Dusun TambakBayan, Babarsari, Sleman, Yogyakarta
Pemenuhan Dukungan
ADL Keluarga
Pemenuhan Correlation 1,000 ,722**
ADL Coefficient
Sig (2- tailed) . ,000
Spearman’s
rho
Correlation
Dukungan Coefficient ,722** 1,000
Keluarga Sig (2-tailed) ,000
N 32 32
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)

Berdasarkan tabel 4.4, menunjukkan bahwa hasil uji Korelasi Spearman Rank
antara pemenuhan ADL dan dukungan keluarga pada responden di Dusun Tambak
Bayan, Babarsari, Sleman, Yogyakarta diketahui Sig. (2-tailed) = 0,000<0,05, yang artinya
ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemenuhan ADL dengan Correlation
Coefficient kuat (0,722). Dikatakan nilai Coefficient kuat karena dilihat dari nilai Sig.
(2-tailed) < dari nilai taraf kesalahan yang digunakan dalam penelitian ini (Sugiyono, 2014).

PEMBAHASAN
1. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga dalam penelitian ini terbagi dalam kategori dukungan keluarga
baik, cukup, dan kurang. Dari 32 orang responden (keluarga) pasien pasca stroke di
Dusun Tambak Bayan, Babarsari hasilnya bahwa mayoritas responden berada pada
kategori baik yakni sebanyak 24 orang responden (75,0%), sedangkan untuk kategori
cukup sebanyak 6 orang responden (18,8 %), dan kategori kurang sebanyak 2 oang
responden (6,3%). Hal ini menunjukkan bahwa responden yang dalam hal ini adalah
keluarga pasien berada dalam kategori baik dalam memberikan dukungan terhadap
pasien pasca stroke di Dusun Tambak Bayan, Babarsari, Sleman, Yogyakarta.
Ada empat macam dukungan keluarga yaitu dukungan nyata, dukungan
pengharapan, dukungan emosional dan dukungan informasi (Friedman, 2010). Pada
dukungan nyata, keluarga berperan sebagai sumber pertolongan yang praktis dan
fasilitas selama masa perawatan. Keluarga sebagai penyedia dukungan jasmaniah
seperti pelayanan, bantuan finansial, dan bantuan nyata/praktis yang dapat dilakukan
keluarga seperti membantu penderita apabila mengalami kesulitan dalam melakukan
kegiatan sehari-hari. Dari hasil penelitian, dukungan nyata yang diberikan sebagian

57
MIKKI Vol 07/No.01/April/2018

besar responden (keluarga pasien) adalah dengan menyediakan kebutuhan sehari-hari


yang dapat membantu pasien pasca stroke melakukan aktifitas atau pekerjaan rutin
sehari-hari. Dukungan pengharapan adalah dimana keluarga menyatakan penghargaan
maupun penilaian positif kepada penderita. Dukungan ini berfungsi untuk membesarkan
hati penderita, sehingga lebih bersemangat dalam melakukan rehabilitasi. Dukungan ini
juga berarti pemberian motivasi. Dengan adanya motivasi, maka penderita akan lebih
giat berlatih dan keinginan untuk sembuh akan muncul (Lingga, 2013).
Dari hasil penelitian, sebagian besar responden memberikan masukan yang baik
saat pasien mengalami masalah. Mereka meluangkan waktu untuk mendengarkan
keluhan-keluhan terkait kesehatan pasien dan menemani pasien pasca stroke saat
mengalami masalah. Ada pula responden yang memberikan pujian kepada pasien saat
mereka mampu menjaga kebersihan diri secara mandiri, namun ada pula responden
yang jarang memberikan pujian kepada pasien karena tidak terbiasa mengungkapkannya.
Pada penelitian ini, responden cukup baik dalam memberikan dukungan emosional dilihat
dari seringnya responden meminta pendapat pasien pasca stroke untuk menentukan
tempat berobat atau tempat melakukan rehabilitasi, mengikutsertakan pasien pasca
stroke dalam setiap acara keluarga, dan menemani atau mengantar pasien pasca stroke
pada setiap kegiatan yang dikuti. Dengan demikian, pasien pasca stroke dapat berlatih
untuk mandiri dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Pada dukungan informasi, keluarga bertindak sebagai penyebar informasi.
Dukungan informasi ini berupa pemberian nasihat, saran, petunjuk dan pemberian
informasi. Dukungan informasi yang diberikan dalam penelitian ini adalah informasi yang
bermanfaat bagi kesehatan, keluarga menyarankan dan mengingatkan untuk melakukan
rehabilitasi. Dukungan informasi ini dapat menambah pengetahuan penderita mengenai
kesehatannya dan bagaimana proses pemulihannya. Berkaitan dengan dukungan
informasi, sebagian besar responden memberikan dukungan yang baik kepada pasien
pasca stroke yakni dengan memberikan penjelasan kepada pasien pasca stroke tentang
pentingnya mengonsumsi makanan bergizi, pentingnya beribadah, mengikuti kegiatan
kesehatan di puskesmas atau rumah, serta memberikan penjelasan kepada pasien pasca
stroke tentang pentingnya mengikuti rehabilitasi. Dukungan informasi dari keluarga sangat
berguna dalam membantu pasien pasca stroke dalam masa pemulihan.
Menurut pandangan peneliti, keempat komponen dukungan keluarga yakni
dukungan nyata, dukungan pengharapan, dukungan emosional, dan dukungan informasi
sangat dibutuhkan pasien pasca stroke untuk mencapai proses penyembuhan atau
pemulihan. Dalam beberapa penelitian lainnya juga dikatakan bahwa sebagian besar
responden mendapatkan dukungan keluarga yang baik, sehingga pasien pasca stroke
bisa lebih mandiri dalam beraktifitas (Karunia, 2015).
Apapun bentuk dukungan yang diberikan keluarga baik dukungan nyata, dukungan
pengharapan, dukungan emosional, maupun dukungan nyata, semuanya mengarah
kepada pemberian informasi atau dukungan tentang pentingnya melakukan hal-hal yang
dapat meringankan penyakit pasien pasca stroke. Salah satunya dengan melakukan
rehabilitasi dapat memberikan gambaran atau petunjuk bagi keluarga maupun pasien
sendiri tentang hal-hal yang dapat dilakukan demi pemulihan pasien agar dapat
melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri.

58
Hubungan Dukungan Keluarga (Thomas Aquino)

Dukungan keluarga dapat diperoleh dari anggota keluarga suami, istri, anak, dan
kerabat), teman dekat atau relasi (Kuntjoro, 2002). Berikut karakteristik responden dalam
penelitian ini terbagi menjadi beberapa bagian, yakni:
1) Usia, Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, jumlah keseluruhan
responden adalah 32 orang responden yang mana didominasi oleh usia ≥ 40 tahun
yang berjumlah 18 orang (56,3%), sedangkan usia ≤ 40 tahun berjumlah 14 orang
responden (43,7%). Hasil tersebut sejalan yang dikemukakan (Robbins, 2001),
semakin meningkatnya usia, semakin berpengalaman dan semakin meningkat
kemampuan profesionalnya. Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa
dengan bertambahnya usia seseorang semakin bertambah pengalaman dan semakin
dekat dengan keluarga untuk memberikan dukungan, harapan dan membantu secara
langsung merawat anggota keluarga dengan pasca stroke.

2) Jenis Kelamin
Berdasarkan data karakteristik jenis kelamin responden, sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 20 orang (62,5 %), sedangkan yang
berjenis kelamin laki-laki berjumlah 12 orang (37,5%).
Data tersebut menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin perempuan lebih
banyak menjadi family care giver dibanding laki-laki. Hasil diatas didukung dari
beberapa penelitian sebelumnya yakni, penelitian Hagen, Bugge, & Alexander (2003),
bahwa family care giver lebih banyak berjenis kelamin perempuan yaitu 73%. Kondisi
di atas dapat disebabkan karena perempuan lebih sensitif, dan subjektif dari pada
laki-laki. Namun pada dasarnya baik laki-laki maupun perempuan dapat mempelajari
pengetahuan dan keterampilan cara merawat anggota keluarga dengan pasca stroke
sehingga mampu memahami dan melaksanakan secara baik.

3) Pekerjaan
Berdasarkan data karakteristik responden berdasarkan pekerjaan, sebagian besar
responden tidak bekerja berjumlah 22 orang (68,7%), sedangkan responden yang
bekerja berjumlah 10 orang (31,3 %). Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar
responden merupakan ibu rumah tangga, yang lainnya berprofesi sebagai tukang
ojek, PNS, petani, dan pensiunan. Berdasarkan yang dikemukakan oleh Feigin (2009),
anggota keluarga yang terkena stroke membutuhkan waktu untuk pemulihan status
kesehatan, selain menimbulkan beban emosional, fisik, juga beban ekonomi atau
keuangan pada keluarga.

4) Pendidikan
Berdasarkan data karakteristik responden berdasarkan pendidikan, sebagian besar
responden merupakan lulusan SMA yang mana berjumlah 18 orang (56,2 %), 8 orang
(25 %) merupakan lulusan SD, 1 orang responden (3,2 %) merupakan lulusan SMP,
dan 5 orang responden (15,6%) lainnya merupakan lulusan Perguruan Tinggi. Tingkat
pendidikan responden dalam penelitian yang dominan adalah tingkat pendidikan
SMA, yaitu 56,2%. SMA (Sekolah Menengah Atas) sebagai salah satu bagian dari
pendidikan menengah merupakan tingkat pendidikan yang telah melalui pendidikan

59
MIKKI Vol 07/No.01/April/2018

dasar, sehingga lebih mudah dalam menerima dan menyerap informasi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Wawan & Dewi (2010) yang menyatakan bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang diharapkan akan semakin luas pula pengetahuannya.

5) Hubungan dengan Pasien Pasca Stroke


Karakteristik hubungan responden dengan pasien pasca stroke didominasi responden
hubungan sebagai istri, yaitu 14 orang (43,7%). Hal ini sejalan dengan penelitian
McCullagh, Brigstocke, Donaldson & Karla (2005) bahwa karakteristik Responden
lebih dari setengah responden hubungan dengan pasien stroke adalah istri (spouse/
partner) yaitu 70,6%. Berdasarkan hal tersebut, peneliti berpendapat bahwa orang
yang terdekat dengan pasien dalam hal ini istri ketika suami yang sakit yang
perlu memberikan dukungan utama dan memberikan pelayanan langsung berupa
perawatan pasca stroke di rumah.

2. Pemenuhan ADL (Activity of Daily Living)


Berdasarkan hasil penelitian ini, sebanyak 65,6% responden tergolong dalam
kategori baik dalam pemenuhan ADL pasien pasca stroke di Dusun Tambak Bayan,
Babarsari, Sleman, Yogyakarta. Hal ini didukung pula oleh penelitian Handayani
(2014) yang menyebutkan bahwa dukungan dari keluarga merupakan unsur
terpenting dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien.
Responden pada penelitian ini (keluarga pasien) sudah baik dalam membantu
dan mendampingi pasien pasca stroke dalam memenuhi kebutuhan makan dan
minum, berpindah dari kursi roda (mobilisasi), perawatan diri (higieni personal),
aktifitas toliet, mandi, berpakain dan berdandan, berjalan-jalan di sekitar rumah yang
jalannya datar, berkemih dan defekasi, serta naik turun tangga. Hal ini sejalan dengan
penelitian Hardywinito & Setiabudi (2005) yakni pasien pasca stroke perlu untuk
mencukupi kebutuhan dasar atau ADL yang meliputi: ke toilet, makan, berpakaian
(berdandan), mandi, dan berpindah tempat Pasien pasca stroke dalam mencukupi
kebutuhan dasar masih memerlukan orang lain untuk membantunya.

3. Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Pemenuhan ADL pada Pasien Pasca


Stroke di Dusun Tambak Bayan, Babarsari, Sleman, Yogyakarta
Variabel dukungan keluarga dibagi menjadi tiga, yaitu dukungan keluarga baik,
cukup, dan kurang. Dukungan baik diperoleh apabila dukungan keluarga >75%,
sedangkan untuk dukungan keluarga yang tergolong cukup 50-75%, dan dukungan
keluarga tergolong kurang apabila <50%. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
responden pasca stroke sebagian besar mendapatkan dukungan yang baik dari
keluarga yakni 75%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rinajumita (2011) dan Karunia (2015), yang menyebutkan terdapat hubungan yang
bermakna antara dukungan keluarga dengan kemandirian aktivitas kehidupan
sehari-hari pasien pasca stroke. Sesuai dengan pernyataan di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan
pemenuhan ADL pasien pasca stroke. Apapun bentuk dukungan yang diberikan
keluarga baik dukungan nyata, dukungan pengharapan, dukungan emosional,

60
Hubungan Dukungan Keluarga (Thomas Aquino)

maupun dukungan nyata, semuanya mengarah kepada pemberian informasi atau


dukungan tentang pentingnya melakukan hal-hal yang dapat meringankan penyakit
pasien pasca stroke. Salah satunya dengan melakukan rehabilitasi dapat memberikan
gambaran atau petunjuk bagi keluarga maupun pasien sendiri tentang hal-hal yang
dapat dilakukan demi pemulihan pasien agar dapat melakukan aktifitas sehari-hari
secara mandiri.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
a) Dukungan keluarga terhadap pemenuhan ADL pasien pasca stroke di Dusun Tambak
Bayan, Babarsari, Sleman, Yogyakarta terbagi dalam 3 kategori yakni kategori baik
75%, kategori cukup 18,8%, dan kategori kurang 6,3%..
b) Pemenuhan ADL yang diterima oleh pasien pasca stroke di Dusun Tambak Bayan,
Babarsari, Sleman, Yogyakarta terbagi dalam 3 kategori, yakni kategori baik 65,6%,
kategori cukup 21,9%, dan kategori kurang 12,5%.
a. Ada Hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan pemenuhan ADL pasien
pasca stroke di Dusun Tambak Bayan, Babarsari, Sleman, Yogyakarta dengan nilai
correlation coefficient kuat (0,722).

SARAN
a. Bagi Keluarga Pasien Pasca Stroke
Keluarga perlu meningkatkan motivasi bagi pasien pasca stroke untuk lebih mandiri
dengan pengawasan dan tidak memberikan efek negatif ketergantungan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari.
b. Bagi Profesi Keperawatan
Diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan bagi profesi keperawatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien pasca stroke dalam pemenuhan
ADL.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat menjadi pedoman dalam mengembangkan penelitian selanjutnya
yang berhubungan dengan pemenuhan activities of daily living pasien pasca stroke.

RUJUKAN
Doenges, Marilyn E. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa: I Made
Kariasa, Ni Made Sumarwati. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Friedman. 2004. Teori Keperawatan Keluarga Dan Praktik. Jakarta: EGC
Friedman, dkk. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan Praktek.
Jakarta : EGC
Hagen, S., Bugge, C., Alexander, H. 2003: Psychometric properties of the SF-36 in the
early post-stroke phase. In: Journal of Advanced Nursing, 44(5), pp. 461-468.

61
MIKKI Vol 07/No.01/April/2018

Handayani, N. Z. 2014. Hubungan Peran Keluarga dengan Pemenuhan Kebutuhan


Perawatan Diri pada Lanjut Usia di Dusun Jogonalan Lor Kasihan Bantul. Skripsi.
Yogyakarta : STIKES Aisyiyah
Hardywinoto. 2005. Panduan Gerontologi. Jakarta: Gramedia.
Karunia, E. 2015. Determinan Kemandirian Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS)
Pascastroke. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga
Kuntjoro. 2002. Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Sosial pada Lansia.
Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Muhammadiyah.
Lingga. 2013. Stroke, Waspadai Ancamannya. Jakarta: Andi Publisher.
Lui, M.H., Ross, F.M, Thompson, D.R. 2005. Supporting Family Caregivers in Stroke
Cara: A Review of the Evidence for Problem Solving. Stroke. Journal of The American
Hearth Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
McCullagh, E., Brigstocke, G., Donaldson, N. & Karla, L. (2005) Determinants of caregiving
burden and quality of life in caregivers of stroke patients. Stroke, 36, 2181–2186.
Rinajumita. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Lampas Kecamatan Payakumbuh Utara Tahun 2011.Skripsi. Padang:
Universitas Andalas

62

You might also like