Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

STUDI KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN

MASJID JAMI AL-MUBAROK KABUPATEN


TANGERANG

Debby Desyana dan M.Syarif Hidayat


Program Studi Arsitektur, Universitas Mercu Buana, Jakarta - Indonesia
e-mail: debby_desyana@yahoo.com

ABSTRACT
The mosque is an adherent of the religion of Islam religious buildings, which contain all the
activities of ritual worship. In the implementation of related praying therein related physical and
psychological comfort that will support the purpose of worship. The problem of this research is
how the thermal conditions in buildings and thermal sensation perceived mosque users. The
purpose of this study is to determine the thermal comfort in buildings and are felt by the users
of the building Jami Al-Mubarok Kababupaten Tangerang. The tools used are the
thermometer, hygrometer, anemometer and questionnaire. Measurements were made over
two days, on Thursday every prayer time from 04:00 to 20:00 hours. As for Friday, the
measurement is based on the time of prayer. After the testing of thermal estimator to
determine PMV and PPD. The results from 200 respondents 106 respondents (53%) are in the
'neutral', 22 respondents (11%) in the region of 'warm', 17 respondents (8.5%) in the region of
'hot', and 45 respondents (22,5%) in the region of 'cool'. While the calculation of Thermal
Comfort Estimator software, showed that thermal comfort estimator users mosque with an
average measurement of air temperature 28.3ºC, 78% relative humidity and wind speed of
0.2m/s, PMV 1.30 +1 (Warm) and PPD 40.11%. The conclusion of this study is from field
measurements of the highest temperature reached 30.4°C and the lowest temperature
reached 26.4°C, from the measurement of the respondents, the thermal sensation in the
region of 'neutral' and the estimator calculations indicate that the thermal sensation located in
the area 'warm'.
Keywords: Mosque, Thermal Comfort, PMV, PPD

ABSTRAK
Masjid merupakan bangunan ibadah pemeluk agama islam, yang mewadahi segala kegiatan
ritual ibadah. Dalam pelaksanakan ibadah shalat terkait di dalamnya terkait kenyamanan fisik
maupun psikologis dimana akan mendukung maksud dari ibadah. Masalah penelitian ini
adalah bagaimana kondisi termal pada bangunan dan sensasi termal yang dirasakan
pengguna masjid. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kenyamanan termal pada
bangunan dan yang di rasakan oleh para pengguna bangunan Masjid Jami Al-Mubarok
Kababupaten Tangerang. Alat yang digunakan adalah termometer, hygrometer, anemometer
dan kuisoner. Pengukuran dilakukan selama dua hari, yaitu pada hari Kamis setiap waktu
shalat dari jam 04.00-20.00. Sedangkan untuk hari Jum‟at, pengukuran berdasarkan waktu
shalat. Setelah itu dari termal estimator dilakukan pengujian untuk mengetahui PMV dan PPD.
Hasilnya dari 200 responden 106 responden (53%) berada pada daerah „netral‟, 22 responden
(11%) berada pada daerah „hangat‟, 17 responden (8,5%) berada pada daerah „panas‟, dan 45
responden (22,5%) berada pada daerah „sejuk‟. Sedangkan dari perhitungan software Thermal
Comfort Estimator, menunjukkan bahwa kenyamanan termal pengguna masjid dengan
pengukuran estimator rata-rata suhu udara 28.3ºC, kelembaban udara 78% dan kecepatan
angin 0.2 m/s, PMV 1.30 +1 (Hangat) dan PPD 40.11%. Kesimpulan penelitian ini adalah dari
pengukuran dilapangan suhu tertinggi mencapai 30,4 ºC dan suhu terendah mencapai 26,4
ºC, dari pengukuran responden, sensasi termal berada pada daerah „netral‟ dan dalam
perhitungan estimator menunjukkan bahwa sensasi termal berada didaerah „hangat‟.
Kata Kunci: Masjid, Kenyamanan termal, PMV, PPD
1. PENDAHULUAN
Bangunan yang baik adalah bangunan yang dapat mewadahi semua aktifitas
penggunanya. Masjid merupakan bangunan ibadah yang dapat kita jumpai hampir pada
semua tempat di Indonesia. Masjid pada umumnya menggunakan ventilasi alami untuk
menunjang kenyamanan termal dalam ruang. Untuk aktifitas sholat sehari-hari dengan jumlah
jama‟ah yang tidak terlalu banyak, kenyamanan termal dalam ruang masjid umumnya
dapat dicapai . Tetapi pada saat pelaksanaan sholat Jum‟at dengan kapasitas penuh,
ruangan akan menjadi panas dan pengap, karena terjadinya akumulasi panas yang
dikeluarkan oleh setiap tubuh. Untuk meningkatkan kenyamanan termal dalam ruang cara
yang paling baik adalah dengan memaksimalkan aliran udara, yaitu dengan mengupayakan
bukaan pada dinding yang seluas-luasnya, bahkan pada beberapa masjid tidak memiliki
dinding. Namun upaya ini menurut Indaryadi (2011) dalam Satwiko.P (2004) dengan privacy
dan security.
Pada dasarya arsitektur merupakan suatu wadah kegiatan manusia agar kegiatan
tersebut dapat dilaksanakan secara nyaman. Dengan kata lain salah satu fungsi utama
bangunan adalah untuk pemenuhan kenyamanan baik fisik maupun psikis bagi pemakai
bangunan. Dengan kata lain salah satu fungsi utama bangunan adalah untuk pemenuhan
kenyamanan baik fisik maupun psikis bagi pemakai bangunan. Kenyamanan fisik bersifat
universal dan dapat di hitung dengan berbagai pengukuran. Sedangkan kenyamanan psikis
terkait dengan kepercayaan, agama, aturan dan sebagainya.
Kenyamanan termal merupakan salah satu unsur kenyamanan yang sangat penting,
karena menyangkut kondisi suhu ruangan yang nyaman. Kaitannya dengan bangunan,
kenyamanan didefinisikan sebagai suatu kondisi tertentu yang dapat memberikan sensasi
yang menyenangkan bagi pengguna bangunan. Manusia dikatakan nyaman secara termal
ketika ia tidak dapat meyatakan apakah ia menghendaki perubahan suhu yang lebih panas
atau lebih dingin dalam suatu ruangan.
Standard Amerika (ASHRAE 55-1992) mendefinisikan kenyamanan termal sebagai
perasaan dalam pikiran manusia yang mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan
termalnya. Dalam standard ini juga disyaratkan bahwa suatu kondisi dinyatakan nyaman
apabila tidak kurang dari 90 persen responden yang diukur menyatakan nyaman secara
termal.
Perkiraan Sensasi Thermis Rata-rata (PMV) adalah sama dengan fungsi dari
temperatur udara kelembaban udara, suhu radiasi, dan kecepatan udara, laju metabolisma
tubuh dan Sedangkan nilai dari PMV berada diantara rentang -3 dan +3 jenis pakaian dengan
pengertian sebagai berikut -3 (dingin sekali), -2 (dingin), -1(sejuk), 0 (netral), +1 (hangat), +2
(panas), +3 (panas sekali).
Suatu kondisi dinyatakan masih nyaman apabila nilai PMV berada diantara -0.5
hingga +0.5. Pada kondisi semacam ini diperkirakan sekitar 90% dari sekelompok manusia
yang berada didalam suatu ruangan (yang secara thermal homogen) akan merasa nyaman.
Pada kondisi PMV : 0, diperkirakan sekitar 95 % dari sekelompok manusia yang diteliti merasa
nyaman secara thermis (suhu), Dalam teori kenyamanan suhu bahwa angka 100% nyaman
dari sekelompok manusia (yang berada di dalam suatu ruangan yang sama dan secara
thermal homogen) tidak akan pernah tercapai. Hal ini disebabkan oleh adanya variasi tubuh
manusia serta faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan sensasi
thermis secara tidak sistematis atau beraturan (Amin, Danusputra, dkk, 2002).
Menurut teori kenyamanan termal yang hingga kini diberlakukan, dinyatakan bahwa
kondisi kenyamanan termal ditentukan oleh faktor iklim dan faktor individu atau faktor
personal. Fator iklim yang mempengaruhi terdiri dari: suhu udara, suhu radiasi rata-rata,
kelembaban udara serta kecepatan angin. Sementara faktor individu yang turut menentukan
keadaan suhu nyaman adalah laju metabolisme (atau jenis aktifitas) serta pakaian yang
dikenakan.
Teori Fanger dalam Basaria (2005), kenyamanan termal yang dapat dirasakan manusia
merupakan fungsi dari faktor iklim serta dua faktor individu yaitu jenis aktifitas yang berkaitan
dengan metabolism tubuh serta jenis pakaian yang digunakan. Sedangkan menurut Szokolay
dalam”Manual of Tripical and Building” dalam Basaria (2005), menyebutkan kenyamanan
tergantung pada variable iklim (matahari/radiasinya, suhu udara, kelembababn udara, dan
kecepatan angin) dan beberapa faktor individual/subyektif seperti pakaian, aktimatisasi, usia
dan jenis kelamin, tingkat kegemukan, tingkat kesehatan, jenis makanan dan minuman yang
dikonsumsi, serta warna kulit. Menurut Humpheys dan nicol dalam basaria (2005),
kenyamanan suhu juga dipengaruhi oleh adaptasi dari masing-masing individu terhadap suhu
luar disekitarnya.
Houghton dan Yaglou (dalam “Determining Lines of Equal Comfort” _Vol. 29, 1923),
menyatakan kenyamanan sebagai fungsi dari radiasi panas, temperatur, kelembaban udara
dan gerakan udara yang disebut sebagai Temperatur Efektif (TE).
Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah adalah bagaimana kondisi termal pada
bangunan Masjid Jami Al-Mubarok Kab.Tangerang? bagaimana sensasi termal yang di
rasakan oleh pengguna masjid?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kenyamanan
termal pada bangunan dan yang di rasakan oleh para pengguna bangunan Masjid Jami Al-
Mubarok Kab. Tangerang.

2. BAHAN DAN METODE

Lokasi Penelitian ini dilakukan di Masjid Jami Al-Mubarok yang berada di Jalan Raya
Bitung Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang-Banten. Penelitian ini mengunakan metode
kuantitatif, dengan pendekatan pengukuran dan pembagian kuisioner. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana kondisi termal bangunan dan sensasi termal yang dirasakan
responden.
Karakteristik masjid, dilihat dari bentuknya yaitu Masjid Jami Al-Mubarok ini berbentuk
persegi panjang yang dibangun pada sebuah daratan dengan halaman yang terbuka dan
tempat ibadah di dalam. Halaman di masjid sering digunakan untuk menampung jamaah pada
shalat jum‟at, tarawih serta hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Masjid ini berukuran besar,
mempunyai atap datar atasnya dan dignakan untuk menopang tiang-tiang. Masjid ini memiliki
kubah besar di tengah, dimana kubah ini melingkupi sebagian besar area shalat. Menara
adalah bentuk umum dari sebuah masjid adalah keberadaan menara. Kubah juga merupakan
salah satu ciri khas dari sebuah masjid. Masjid ini memakai bentuk setengah lingkaran, di
kubah pun kaca yang menjadi ventilasi alami untuk pencahayaan di siang hari. Masjid ini
termasuk masjid terbuka, dimana masjid ini dikelilingi kaca dan banyak memiliki pintu yang
cukup banyak.

Parkiran

Masjid

Gambar 1. Lokasi Masjid Jami Al-Mubarok Kabupaten Tangerang


Sumber : google Earth

Gambar 2. Tampak UtaraMasjid Jami Al-Mubarok


Sumber : Data Pribadi, 2014
Gambar 3. Potongan Masjid Jami Al-Mubarok
Sumber : Data Pribadi, 2014

Lokasi ini dipilih sebagai lokasi studi kasus karena bangunan ini tidak menggunakan AC
(air conditioning) sehingga akan lebih mudah untuk mengetahui bagaimana kenyamanan
termal pada bangunan ini, karena rata-rata bangunan yang sudah menggunakan AC memiliki
kenyamanan termal yang cukup baik.
Pada penelitian ini penulis menggunakan beberapa peralatan penelitian dan menggunakan
software yaitu:
1. Thermometer (untuk mengukur suhu ruang dalam dan luar)
2. Hygrometer (untuk mengukur kelembaban udara dalam dan luar)
3. Anemometer (untuk mengukur kecepatan angin)
4. Thermal Comfort Estimator

Gambar 4. Thermometer Gambar 5. Hygrometer

Gambar 6. Anemometer Gambar 7. Thermal Comfort Estimator

Pengukuran dilakukan selama 2 hari pada hari pertama pengukuran 14 titik ruang dalam
dan 4 titik ruang luar (koridor) dan hari kedua pengukuran 35 titik ruang dalam dan 5 titik ruang
luar (koridor). Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui suhu udara, kelembapan udara,
kecepatan angin. Hasil yang didapatkan ditulis pada parameter yang sudah disiapkan, dan
dimasukkan bersamaan ketika pembagian kuisioner. Suhu terendah yang didapat mencapai
26,4 oC dan suhu tertinggi mencapai 30,9 oC.
Pembagian kuisioner pada 200 responden, dimana 100 responden dihari pertama pada
waktu shalat subuh, dzuhur, ashar, maghrib dan isya dan 100 respnden dihari kedua yaitu
pada waktu shalat jum‟at Tujuan dibagiakannya kuisioner ke responden adalah untuk
mendapatkan data sensasi termal pada pengguna masjid. setelah memperoleh data ternyata
yang didapatkan jawabannya beragam dari subuh sampai isya, sensasi yang dirasakan mulai
dari dari dingin sekali sampai panas sekali.
Pada survei ini menggunakan kuisioner yang diberikan pada pengguna masjid dengan
ketentuan sebagai berikut retan waktu shalat subuh pada pukul 04.00-05.00, dzuhur 12.00-
13.00, ashar 15.00-16.00, maghrib 18.00-19.00, dan isya 19.00-20.00, dan pada shalat
jum‟at.
Rancangan penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan proses/metoda penelitian yang
akan dilakukan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Penelitian metode ini menggunakan
metode kuantitatif, dengan pendekatan pengukuran dan kuisioner. Pada penelitian ini variabel
yang digunakan untuk memberikan batasan pembahasan didalam penelitian adalah variabel
bebas yang terdiri dari suhu udara (Ta), kecepatan udara (Va), kelembaban udara (RH). Untuk
variable terikat terdiri dari kenyamanan termal responden.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengukuran Kondisi Termal Pada Bangunan


Pengukuran Hari Pertama di 14 Titik ruang dalam dan 4 Titik ruang Luar

Gambar 8. Titik Pengukuran Hari Pertama Lt.1 Ruang Utama

31.0

30.0

29.0
Suhu Udara (°C)

28.0
LANTAI 1
27.0
KORIDOR
26.0

25.0

Waktu Pengukuran (Jam)


Gambar 9. Titik Pengukuran Hari Pertama Lt.1 Ruang Utama

Secara umum, pada ruang shalat utama lantai 1 suhu di ruang utama lebih rendah
dibandingkan dengan suhu di luar ruangan (koridor). Mulai dini hari suhu ruang utama dari
pukul 04:00 sampai pukul 06:00 suhu udara turun mencapai 26,8°C. Sedangkan di ruang luar
(koridor) suhu udara naik mencapai 27,5°C. Pada pukul 07:00 suhu di ruang luar (koridor)
mengalami penurunan mencapai 27,0°C. Dengan berjalannya waktu suhu udara di dalam
ruang utama semakin siang maka suhu udara ruangan semakin naik, puncaknya pada pukul
13:00 mencapai 30,1°C. Begitupun suhu udara di luar (koridor) mencapai 30,1°C. Namun sore
sampai malam suhu udara di dalam ruang utama kembali turun mencapai 28,4°C. Sedangkan
di ruang luar (koridor) pada malam hari pukul 19:00-20:00 suhu udara naik mencapai 28,9°C.
Dengan rata-rata suhu udara ruang masjid tertinggi mencapai 30,1°C dan rata-rata suhu udara
terendah mencapai 26,8°C. Sedangkan rata-rata tertinggi suhu udara koridor mencapai 30,8°C
dan rata-rata suhu udara terendah mencapai 26,95°C. Jadi, suhu udara tertinggi berada pada
koridor. Hal ini terjadi karena koridor berhubungan langsung dengan ruang luar. Sedangkan
untuk ruang dalam sudah dihalangi oleh dinding, jendela dan pintu, yang mengakibatkan suhu
udara di dalam lebih rendah dibandingkan suhu udara di luar.
100.0
KELEMBABAN (%) 95.0
90.0
85.0
80.0
75.0 LANTAI 1
70.0 KORIDOR
65.0
60.0

WAKTU PENGUKURAN (JAM)


Gambar 10. Hasil pengukuran kelembaban hari pertama

Secara umum, pada ruang shalat utama lantai 1 kelembaban di ruang utama lebih tinggi
dibandingkan dengan kelembaban di ruang luar (koridor). Pada pukul 04:00-07:00 sudah
memperlihatkan bahwa kelembaban tinggi mencapai 86,1%. Sedangkan di ruang luar (koridor)
kelembaban mencapai 83,8%. Semakin siang kelembaban di ruang utama mengalami
penurunan pada pukul 13:00 mencapai 68,9%. Sedangkan di ruang luar (koridor) kelembaban
mencapai 68,5%. Dengan berjalannya waktu maka, kelembaban di ruang utama kembali naik
sampai pukul 16:00 mencapai 72,1%. Sedangkan diruang luar (koridor) kelembaban mencapai
73,3%. Semakin malam, maka kelembaban pun semakin naik mencapai 79,6%. Sedangkan di
ruang luar (koridor) mencapai 78,3%. Dengan rata-rata tertinggi kelembaban udara ruang
masjid mencapai 86% dan rata-rata kelembaban udra terendah mencapai 69%. Sedangkan
rata-rata kelembaban udara koridor tertinggi mencapai 83,8% dan rata-rata kelembaban udara
koridor terendah mencapai 68,5%. Kelembaban tertinggi berada di ruang dalam. Hal ini terjadi
karena suhu udara di dalam bangunan rendah. Sehingga kelembaban di ruang luar lebih
rendah karena suhu udara di luar ruangan lebih tinggi. Jadi, semakin tinggi suhu udara maka
kelembaban pun akan rendah. Jika suhu udara rendah maka kelembaban pun akan tinggi.
1.4
KECEPATAN ANGIN (m/s)

1.2
1.0
0.8
LANTAI 1
0.6
KORIDOR
0.4
0.2
0.0

WAKTU PENGUKURAN (JAM)


Gambar 11. Hasil pengukuran Kecepatan angin hari pertama

Secara umum, pada ruang shalat utama lantai 1 angin diruang utama lebih kecil
dibandingkan dengan kecepatan angin diruang luar (koridor) yang sangat besar. Dari dini hari
sampai malam hari kecepatan angin didalam bangunan relatif sama, kecepatan angin tertinggi
mencapai 0,3 m/s pada pukul 07:00 pagi dan pukul 17:00 sore hari. Sedangkan kecepatan
angin diruang luar (koridor) dari dini hari sampai pagi jam 10:00 kecepatan angin relatif sama
mencapai 0,2 m/s. Namun berjalannya waktu semakin siang kecepatan angin diruang luar
(koridor) cukup naik mencapai 0,6 m/s. Akan tetapi pada pukul 15:00 kecepatan angin kembali
kecil mencapai 0,2 m/s. Kecepatan angin diruang luar (koridor) cukup besar pada pukul 16:00-
17:00 mencapai 1,2 m/s. Lalu semakin malam kecepatan angin pun kembali kecil mencapai
0,3 m/s. Dengan rata-rata kecepatan angin ruang masjid tertinggi mencapai 0.3 m/s dan rata-
rata terendah mencapai 0.1 m/s. Sedangkan rata-rata kecepatan angin tertinggi di koridor
mencapai 1.2 m/s dan rata-rata terendah mencapai 0.1 m/s. Kecepatan angin tertinggi yaitu
pada koridor. Karena koridor berhubungan langsung dengan ruang luar. Sedangkan
kecepatan angin di ruang dalam lebih rendah, karena angin yang masuk ke dalam bangunan
dihalangi oleh dinding, jendela dan pintu.
Pengukuran Hari Pertama di 35 Titik ruang dalam dan 5 Titik ruang Luar

Gambar 12. Titik pengukuran hari kedua

32.0
31.0 LANTAI 1
SUHU UDARA ( C)

30.0 KORIDOR LANTAI


29.0 1
LANTAI 2
28.0
27.0 LANTAI 1
BELAKANG
26.0 KORIDOR LANTAI
25.0 1 BELAKANG
4:00 5:00 12:0013:0015:0016:0017:0018:0019:0020:00

WAKTU PENGUKURAN (JAM)


Gambar 13. Hasil Pengukuran suhu udara hari kedua

Secara umum, pada suhu udara lantai 1, koridor lanatai 1 dan lantai 2 cukup rendah,
sedangkan di lantai 1 belakang dan koridor suhu udara cukup tinggi. Pergerakan suhu udara
ruang utama lt.1 dan koridor suhu tertinggi mencapai 30,1°C. Sedangkan suhu udara dilantai 2
suhu tertinggi mencapai 30,2°C. Namun untuk ruang lantai 1 suhu udara tertinggi mencapai
30,8°C. Sedangkan dikoridor lantai 1 belakang suhu udara tertinggi mencapai 30,9°C. Secara
Umum, rata-rata suhu udara ruang lantai 1 mencapai 29.0°C dan rata-rata suhu udara koridor
mencapai 29,2°C. Sedangkan rata-rata suhu udara lantai 1 belakang mencapai 29,4°C dan
suhu udara rata-rata di koridor mencapai 29,5°C. Dengan rata-rata suhu udara lantai 2
mencapai 29,0°C . Jadi, suhu udara tertinggi berada pada koridor. Hal ini terjadi karena koridor
berhubungan langsung dengan ruang luar. Sedangkan untuk ruang dalam sudah dihalangi
oleh dinding, jendela dan pintu, yang mengakibatkan suhu udara didalam lebih rendah
dibandingkan suhu udara diluar.
100.0
LANTAI 1
95.0
90.0 KORIDOR LANTAI

KELEMBABAN (%)
85.0 1
80.0 LANTAI 2
75.0
LANTAI 1
70.0
BELAKANG
65.0 KORIDOR LANTAI
60.0 1 BELAKANG
4:00 5:00 12:0013:0015:0016:0017:0018:0019:0020:00
WAKTU PENGUKURAN (JAM)

Gambar 14. Hasil pengukuran kelembaban angin hari kedua

Secara umum, pada ruang shalat utama lantai 1 dan ruang luar (koridor) dilihat dari alur
grafik, maka kelembaban di ruang utama dan koridor cukup tinggi mencapai 83,1% dibanding
dengan kelembaban di lantai 2 mencapai 81,2%, Sedangkan di lantai 1 belakang dan koridor
kelembaban cukup rendah mencapai 63,8%. Namun dengan pergerakannya waktu lantai 1
belakang cukup tinggi dari pukul 18:00-20:00 mencapai 83,1% dan pada koridor memiliki
kelembaban mencapai 87%. Dengan rata-rata kelembaban udara lantai 1 mencapai 76% dan
rata-rata kelembaban di koridor mencapai 74%. Sedangkan rata-rata kelembaban di lantai 1
belakang mencapai 73% dan rata-rata kelembaban di koridor mencapai 72%. Namun, rata-
rata kelembaban udara lantai 2 mencapai 75%. Kelembaban tertinggi berada di ruang dalam.
Hal ini terjadi karena suhu udara didalam bangunan rendah. Sehingga kelembaban di ruang
luar lebih rendah karena suhu udara diluar ruangan lebih tinggi. Jadi, semakin tinggi suhu
udara maka kelembaban pun akan rendah. Jika suhu udara rendah maka kelembaban pun
akan tinggi.

0.7
KECEPATAN ANGIN (m/s)

0.6 LANTAI 1
0.5 KORIDOR LANTAI 1
0.4
LANTAI 2
0.3
0.2 LANTAI 1
BELAKANG
0.1
0.0
4:00 5:00 12:0013:0015:0016:0017:0018:0019:0020:00
WAKTU PENGUKURAN (JAM)

Gambar 15. Hasil pengukuran kecepatan angin hari kedua

Secara umum, pada ruang shalat utama lantai 1 dan ruang shalat lantai 2 kecepatan
angin relatif sama, mencapai 0,3 m/s. Sedangkan pada lantai 1 koridor kecepatan angin cukup
besar mencapai 0,6 m/s. Namun pada lantai 1 belakang dan ruang luar (koridor) kecepatan
angin relatif sama mencapai 0,1 m/s. Secara Umum, rata-rata kecepatan angin lantai 1
mencapai 0,2 m/s dan rata-rata kecepatan angin pada koridor mencapai 0,4 m/s. Sedangkan
rata-rata kecepatan angin lantai 1 belakang dan koridor mencapai 0,1 m/s. Namun, rata-rata
kecepatan angin lantai 2 mencapai 0,2 m/s. Maka kecepatan angin terendah ditunjukan pada
ruang masjid dan koridor lantai 1. Kecepatan angin tertinggi yaitu pada koridor. Karena koridor
berhubungan langsung dengan ruang luar. Sedangkan kecepatan angin di ruang dalam lebih
rendah, karena angin yang masuk ke dalam bangunan dihalangi oleh dinding, jendela dan
pintu.
Distribusi Sensasi termal dari Responden
120
106 (53%)
100
Jumlah Responden (Orang)
80

60
45 (22.5%)
40
22 (11%)
17 (8.5%)
20
7 (3.5%)
1 (0.5%) 2 (1%)
0
Dingin Dingin Sejuk Nyaman Hangat Panas Panas
Sekali Sekali

Sensasi Termal
Gambar 16. Hasil pengukuran responden keseluruhan

Dapat dilihat dalam gambar grafik 40 bahwa 41 orang responden (41%) memberikan
pilihan “0” atau netral, sementara 26 responden (26%) memilih sejuk, 4 responden (4%)
memilih dingin, tidak ada yang memilih dingin sekali, dan 17 responden (17%) memilih hangat,
10 responden (10%) memilih panas, 2 responden (2%) responden yang memilih panas sekali.
Data diatas memperlihatkan, secara rata-rata, bahwa lebih banyak responden yang
merasakan “netral” dibandingkan merasakan “panas sekali”.

Pengukuran Menggunakan Program Thermal Comfort Estimator Pada Bangunan Masjid


Jami Al-Mubarok Kab. Tangerang

o Hasil pengukuran estimator waktu subuh


Tabel 1. Hasil pengukuran software estimator waktu subuh

Pengukuran Ta RH Va PMV PPD %


1 27.0 84 0.0 1.15 32.80 %
2 27.0 84 0.2 0.92 22.90 %
3 27.0 85 0.0 1.16 33.18 %
4 27.3 83 0.1 1.17 33.83 %
5 27.2 83 0.1 1.14 32.40 %
6 27.2 82 0.1 1.13 32.02 %
7 27.3 82 0.1 1.16 33.44 %
8 27.3 81 0.1 1.15 33.05 %
9 26.8 86 0.1 1.04 28.02 %
10 27.1 81 0.1 1.09 30.27 %
11 27.4 83 0.1 1.20 35.28 %
12 26.4 86 0.2 0.74 16.65 %
13 26.4 84 0.2 0.73 16.17 %
14 27.1 80 0.3 0.81 18.96 %
Min 26.4 80 0.0 0.73 16.17 %
Max 27.4 86 0.3 1.2 35.28 %
Rata-Rata 27.0 83.1 0.1 1.04 28.49 %
Hasil perhitungan estimator menunjukkan bahwa pada waktu subuh dari rata-rata suhu
udara 27,0ºC, kelembaban udara 83,1% dan kecepatan angin 0,1 m/s. Maka PMV +1 (Hangat)
1.04 dan PPD 28.49%.
o Hasil pengukuran estimator waktu dzuhur
Tabel 2. Hasil pengukuran software estimator waktu dzuhur

Pengukuran Ta RH Va PMV PPD %


1 29.5 70 0.1 1.72 62.85 %
2 30.1 70 0.2 1.81 67.61 %
3 30.1 68 0.0 1.94 74.21 %
4 30.0 67 0.1 1.84 69.22 %
5 30.9 68 0.2 2.05 79.14 %
6 29.3 69 0.4 1.41 46.28 %
7 30.4 68 0.8 1.69 61.09 %
8 30.4 69 0.1 1.98 75.98 %
9 30.3 69 0.2 1.87 70.43 %
10 30.4 71 0.2 1.92 72.99 %
11 30.0 69 0.1 1.77 65.42 %
12 30.1 69 0.1 1.89 71.67 %
13 30.0 69 0.1 1.86 70.17 %
14 30 68 0.1 1.85 69.70 %
Min 29.3 67 0.0 1.41 46.28 %
Max 30.9 71 0.8 2.05 79.14 %
Rata-Rata 30.1 68.6 0.2 1.82 68.34 %
Hasil pengukuran estimator pada waktu dzuhur menunjukkan bahwa dari rata-rata suhu
udara 30,1 ºC, kelembaban udara 68,6% dan kecepatan angin 0,2 m/s. Maka PMV +2 (Panas)
1.82 dan PPD 68.34%.

o Hasil pengukuran estimator waktu ashar


Tabel 3. Hasil pengukuran software estimator waktu ashar

Pengukuran Ta RH Va PMV PPD %


1 29.1 74 0.1 1.64 58.32 %
2 29.1 73 0.7 1.26 38.23 %
3 29.1 73 0.0 1.69 61.32 %
4 29.1 72 0.4 1.37 43.96 %
5 29.1 72 0.0 1.68 60.84 %
6 29.1 73 0.3 1.44 47.49 %
7 29.9 70 0.9 1.49 50.44 %
8 30.0 71 0.1 1.87 70.64 %
9 29.7 71 0.1 1.78 66.03 %
10 29.2 72 0.1 1.65 58.98 %
11 29.7 71 0.2 1.69 61.22 %
12 29.5 74 0.1 1.76 64.80 %
13 29.5 74 0.1 1.76 64.80 %
14 29.7 70 0.1 1.78 66.03 %
Min 29.1 70 0.0 1.26 38.23 %
Max 30.0 74 0.9 1.87 70.64 %
Rata-Rata 29.4 72 0.2 1.63 58.08 %

Hasil perhitungan estimator pada waktu ashar menunjukkan bahwa dari rata-
rata suhu udara 29,4ºC, kelembaban udara 72,1% dan kecepatan angin 0,2 m/s.
Maka PMV +2 (Panas) 1.63 dan PPD 58.08%.
o Hasil pengukuran estimator waktu maghrib
Tabel 4. Hasil pengukuran software estimator waktu maghrib

Pengukuran Ta RH Va PMV PPD %


1 28.0 78 0.0 1.40 45.74 %
2 27.9 78 0.1 1.31 40.74 %
3 27.9 80 0.2 1.18 34.44 %
4 28.9 80 0.1 1.63 57.99 %
5 27.8 81 0.1 1.30 40.04 %
6 28.4 78 0.1 1.46 48.81 %
7 28.0 79 0.2 1.21 35.62 %
8 28.0 80 0.2 1.22 36.03 %
9 28.6 78 0.2 1.40 45.25 %
10 28.2 79 0.2 1.27 38.88 %
11 28.5 79 0.1 1.50 50.91 %
12 28.4 79 0.1 1.47 49.28 %
13 28.6 78 0.1 1.52 52.05 %
14 28.6 78 0.1 1.52 52.05 %
Min 27.8 78 0.0 1.18 34.44 %
Max 28.9 81 0.2 1.63 57.99 %
Rata-Rata 28.3 79 0.1 1.39 44.84 %
Hasil pengukuran estimator pada waktu maghrib menunjukkan bahwa dari rata-rata
suhu udara 28,3ºC, kelembaban udara 78,9% dan kecepatan angin 0,1 m/s. Maka PMV +2
(Panas) 1.39 dan PPD 44.84%.

o Hasil pengukuran estimator waktu isya


Tabel 5. Hasil pengukuran software estimator waktu isya

Pengukuran Ta RH Va PMV PPD %


1 28.1 79 0.1 1.38 44.34 %
2 28.1 79 0.0 1.44 47.81 %
3 28.1 85 0.1 1.43 47.05 %
4 28.4 81 0.0 1.55 53.64 %
5 28.4 81 0.1 1.49 50.21 %
6 28.1 78 0.1 1.37 43.90 %
7 28.1 80 0.3 1.16 33.09 %
8 28.1 80 0.2 1.25 37.66 %
9 28.8 79 0.1 1.59 55.85 %
10 28.4 79 0.1 1.47 49.28 %
11 28.5 79 0.1 1.50 50.91 %
12 28.6 79 0.3 1.32 41.22 %
13 28.7 78 0.2 1.43 46.93 %
14 28.7 78 0.2 1.43 46.93 %
Min 28.1 78 0.0 1.16 33.09 %
Max 28.8 85 0.3 1.59 55.85 %
Rata-Rata 28.5 80 0.1 1.41 46.34 %
Hasil pengukuran estimator pada waktu isya menunjukkan bahwa dari rata-rata suhu
udara 28,4ºC, kelembaban udara 79,6% dan kecepatan angin 0,1 m/s. Maka PMV +2 (Panas)
1.41 dan PPD 46.34%.

Keterangan :
PMV (Predicted Mean Vote) prediksi rata-rata sensasi termal responden.
PPD (Predicted Precentage Dissatisfied) prediksi presentase ketidak nyamanan.
Ta (Suhu)
Rh (Kelembaban)
Va ( kecepatan angin ).
Pada waktu subuh, maka PMV +1 (Hangat) 1.04 dan PPD 28.49%. Pada waktu dzuhur,
maka PMV +2 (Panas) 1.82 dan PPD 68.34%. Pada waktu ashar, maka PMV +2 (Panas) 1.63
dan PPD 58.08%. Pada waktu maghrib, maka PMV +2 (Panas) 1.39 dan PPD 44.84%. Pada
waktu isya, maka PMV +2 (Panas) 1.41 dan PPD 46.34%.
Pada analisis Kenyamanan termal di ruang Masjid Jami Al-Mubarok dapat disimpulkan
bahwa rata-rata suhu udara, kelembaban dan kecepatan angin berada di daerah +2 (Panas).
Semakin tinggi nilai PMV semakin banyak responden yang menyatakan tidak nyaman, karena
rentang nyaman PMV dari -0,5 sampai 0,5. Semakin rendah nilai PPD semakin rendah ketidak
kenyamanan yang di nyatakan responden.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengambil beberapa
kesimpulan yaitu setelah mengukur langsung di lapangan dan membagikan kuisioner dapat
disimpulkan ternyata suhu tertingi mencapai 30,4ºC dan suhu terendah mencapai 26,4ºC. Dari
hasil pengukuran reponden pada hari pertama, 65(%) responden berada di daerah „netral‟,
5(%) reponden berada di daerah „hangat‟, 7(%) reponden berada di daerah „panas‟ dan 19(%)
responden berada di daerah „sejuk‟. Sedangkan hasil pengukuran responden pada hari kedua,
41(%) responden berada di daerah „netral‟, 17(%) responden berada di daerah „hangat‟, 10(%)
responden berada di daerah „panas‟ dan 26(%) responden berada di daerah „sejuk‟. Maka
hasil dari keseluruhan pengukuran selama dua hari dari 200 responden, 106 responden 53(%)
berada didaerah „netral‟ di banding 41 responden 20.5(%) yang berada didaerah „panas‟.
Sedangkan untuk hasil pengukuran estimator rata-rata suhu udara 28.3ºC, kelembaban udara
78% dan kecepatan angin 0.2 m/s, PMV 1.30 +1 (Hangat) dan PPD 40.11%.

Saran
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka peneliti dapat memberikan
beberapa saran yaitu apabila ada penelitian sejenis terutama pada bangunan masjid yang lain
di kawasan Tangerang dengan arsitektur bangunan modern untuk dapat membandingkan
sensai termalnya dengan bangunan Masid Jami Al-Mubarok Kabupaten Tangerang. Dalam
pembagian kuisioner dilakukan bersamaan dengan pengukuran suhu reponden.Kuisioner
dibagikan sebelum melakukan shalat berlangsung, sehingga pengisian tepat pada posisi
reponden duduk dan untuk hari Jum‟at pengukuran dilakukan setiap jam bukan setiap waktu
shalat. Sebaiknya, pada bangunan ini ditambahkan kipas angin terutama pada ruang lantai 1
belakang dan lantai 2. Sehingga dapat menambah kecepatan angin di dalam ruangan agar
dapat menurunkan suhu ruangan dan menstabilkan kelembaban di dalam ruangan.

5. REFERENSI

Amin, Muhammad. Hernowo Danusputra. and Eddy Prianto. 2002. Pengaruh Bukaan
Terhadap Kenyamanan Thermal Pada Bangunan Publik di Daerah Tropis. Universitas
Diponegoro. www.share-pdf.com/.../sti-jul2005-%20(26).pdf
ANSI/ASHRAE 55-1992, ASHRAE Standard Thermal Environmental Conditions for Human
Occupancy, ASHRAE, 1981, USA
Fanger, P.O., Thermal Comfort Analysis and Applications in Environmental Engineering,
Danish Technical Press, Copenhagen, 1970.
Indrayadi. 2011. Aliran Udara Dalam Ruang Masjid Jawa Modern Studi Kasus Masjid Babadan
Yogyakarta. Vol.7 No.2 156-165.
Santoso, Eddy Imam. 2012. Indonesia Green Technology Journal, VOL.1 No.1,edited by
Santoso, Eddy Imam. Tesis Program Pascasarjana,Universitas Brawijaya dan Program
Studi Arsitektu, Fakultas Tekni, Universitas Merdeka Surabaya.
Sawitko, P. 2004. Fisika Bangunan I. Edisi I. Yogyakarta : Andi
Szokolay S.V, et. Al. 1973. Manual of Tropocal Housing and Building. Bombay : Orient
Langman.

You might also like