Artikel Hasbullah 4

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN SISTEM AMONG UNTUK MEMBINA

KARAKTER KEWARGANEGARAAN DI PANTI ASUHAN


AL-KAUTSAR LEMBANG

5 Hasbullah Lau
41032161151009
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran FKIP Universitas Islam
Nusantara Bandung

10 ABSTRACT

This study aims to describe the implementation of the education system among in
fostering the character of citizenship at the Al-Kautsar Orphanage. The study used a
qualitative descriptive analysis approach with the subjects of the head of the
15 orphanage, caregiver and foster children determined by data collection techniques
using observation, interviews, documentation, and field notes. Data analysis
techniques include data reduction, data display and conclusion drawing. Data validity
test uses source triangulation, technique triangulation and reference material. The
results showed that the development of educational systems among in fostering the
20 character of citizenship, carried out with a pattern of nurturing by prioritizing
compassion guidance, maintaining and supervising foster children so that they always
show attitudes and behavior in accordance with norms or values outlined by the
institution. Fostering fostering emphasizes exemplary, motivational, and building
work, which is integrated in the value of leadership trilogy coaching in a variety of
25 activities that are determined one of which is the development of learning activities.
The resulting impact has a positive value for foster children which includes religious
values, discipline, independent hard work, responsibility and creativity.
Keywords: Education among systems, citizenship character

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pendidikan sistem among


30 dalam membina karakter kewarganegaraan di Panti Asuhan Al-Kautsar Lembang.
Penelitian menggunakan pendekatan analisis deskriptif kualitatif dengan subjek
kepala panti asuhan, pengasuh dan anak asuh yang ditentukan dengan teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan
lapangan. Teknik analisis data meliputi reduksi data, display data dan penarikan
35 kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, triangulasi teknik
dan bahan referensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan pendidikan
sistem among dalam membina karakter kewarganegaraan, dilakukan dengan pola
pengasuhan yang dengan mengedepankan bimbingan kasih sayang, menjaga dan
mengawasi anak asuh agar senantiasa menunjukan sikap dan perilaku sesuai dengan
40 norma atau nilai yang di gariskan oleh lembaga. Pembinaan pola asuh
mengedepankan pada keteladanan, pemberian motivasi, dan membangun karya, yang
diintegrasikan dalam nilai pembinaan trilogi kepemimpinan dalam berbagai macam
kegiatan yang ditetapkan salah satunya pengembangan aktifitas belajar. Dampak yang
dihasilkan memiliki nilai positif bagi anak asuh yang meliputi nilai religious,
45 kedisiplinan, kerja keras mandiri, tanggungjawab dan kreatif.

1
Kata kunci: Pendidikan sistem among, karakter kewarganegaraan.

PENDAHULUAN

5 Pendidikan sebagai hal yang terpenting dalam mengembangkan watak dan


kecerdasan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan sebagaimana dirumuskan
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003, yang menjelaskan
bahwa tujuan pendidikan nasional hakikatnya mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, tujuan pendidikan
10 adalah untuk “berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman, bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis. serta
bertanggungjawab
Sistem pendidikan Indonesia telah dibangun oleh Ki Hadjar Dewantara
15 sebagai tokoh pendidikan nasional yang meletakan nilai pengasuhan dan kasih sayang
sebagai dasar dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal ini sejalan dengan filosofi
pendidikan yang diterapkan di Perguruan Taman Siswa yang meletakan sistem among
dalam pelaksanaan pendidikan. Sistem among, adalah “sistem pendidikan yang
berjiwa kekeluargaan dan bersendikan (a). Kodrat alam (b) kemerdekaan. Menurut
20 sistem among, setiap pamong sebagai pemimpin dalam proses pendidikan
melaksanakan “Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tutwuri
handayani” ( Fudyaartanta, 2000:2017).
Berdasarkan pola sistem among tersebut, tergambar sistem pendidikan yang
mengutamakan anak (peserta didik) sebagai pribadi yang memiliki potensi rohaniah
25 dan memili hak-hak asasi kemerdekaan personal, Pada sisi lain pendidik (guru) harus
berperan sebagai orang dewasa yang dapat memberi teladan Ing Ngarsa Sung
Tuladha, artinya seorang pendidik selalu berada di depan untuk memberi teladan.
Pendidik adalah pemimpin yang memberi contoh dalam perkataan dan perbuatannya
sehingga pantas diteladani oleh peserta didiknya, Ing Madya Mangun Karsa, artinya
30 seorang pendidik harus berda di tengah- tengah para peserta didiknya untuk berkarya,
membangun niat, semangat, dan menumbuhkan ide- ide agar peserta didiknya
produktif dalam berkarya, Tut Wuri Handayani, artinya seorang pendidik selalu
mendukung dan menopang (mendorong) para peserta didiknya berkarya kearah yang
benar bagi hidup masyarakat. Pendidik mengikuti peserta didiknya dari belakang,

2
memberi kemerdekaan bergerak dan mempengaruhi mereka dengan kekuatannya,
kalau perlu dengan paksaan dan ketegasan apabila kebebasan yang diberikan kepada
peserta didik itu dipergunakan untuk menyeleweng dan akan membahaya hidupnya.
(Tauhid, 1963).
5 Pendidikan karakter dapat di lakukan baik di dalam lingkungan keluarga,
masyarakat, sekolah. Berdasarkan filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang
melekat dengan sistem amongnya , bahwa dalam hidupnya anak berada dalam tri
pusat pendidikan yaitu alam keluarga, alam perguruan, dan alam pergerakan pemuda.
Hal ini menunjukan bahwa tiga lembaga pendikan yang terdiri dari lingkungan
10 keluarga, sekolah dan masyarakat, sebagai lingungan yang penting harus bekerjasama
memelihara pengembangan karakter anak atau peserta didik.
Hasil pengamatan awal peneliti, menemukan pola asuh sistem among
diterapkan dalam pola pengasuhan anak di Panti Asuhan Al-Kautsar Lembang. Pola
asuh mengedepankan keteladanan, bimbingan dan motivasi dengan nilai kasih sayang
15 untuk memajukan anak asuh yang berasal dari latar sosial ekonomi keluarga yang
berkekurangan. Untuk memperoleh gambaran pola asuh yang sesungguhnya, peneliti
melakukan penelitian dengan fokus kajian pada bentuk pendidikan sistem among,
pelaksanaan pendidikannya serta dampaknya terhadap karakter kewarganegaraan
anak asuh di Panti Sosial Asuhan anak Al-Kautsar Lembang.
20
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.
Lokasi penelitian dilaksanakan di Panti Asuhan Anak Al-kautsar Lembang Jawa
Barat. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam
25 didukung dengan studi dokumentasi dan pustaka. Subjek penelitian adalah kepala
panti, sekretaris panti, pendidik panti dan peserta didik panti (anak asuh). Analisis
data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan data,
kemudian dilakukan reduksi data, penyajian data dan verifikasi.

30 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Bentuk Sistem Among di Panti Asuhan Al-Kautsar Lembang

Secara etimologi sistem among terdiri dari dua suku kata yaitu, “sistem” yang
memiliki suatu rangkain keseluruhan yang bersifat bulat dan memiliki komponen

3
yang berinteraksi satu dengan yang lainnya guna untuk mencapai tujuan.
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Sanjaya (2008:2) bahwa sistem adalah
“suatu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk mencapai
tujuan tertentu”. Sedangkan arti dari kata “among” sendiri adalah menjaga, membina,
5 dan mendidik dengan penuh kasih sayang hal ini selaras dengan yang diungkapkan
oleh Rahardjo (2010:73), bahwa “among adalah menjaga, membina dan mendidik
anak dengan kasih sayang”.
Sedangkan sistem among dalam dunia pendidikan yaiu suatu sistem yang
mengutamakan kodrat alam sebagai acuan dalam memperdalam pengetahauan dan
10 keilmuan dengan cara baik dan cepat, kemerdekaan sebagai langkah awal membukan
pikiran agar anak dapat melakukan pengendalian diri dan menjadi pribadi yang dapat
berpikir secara kritis dan mampu bertindak secara demokratis. Dan sistem
kekeluargaan sebagai bentuk pengayoman terhadap perkembangan anak selama
melakukan pembelajaran.
15 Adapun bentuk pendidikan sistem among dilandasi oleh nilai-nilai
keteladanan, semangat dan dorongan filosofi agama Islam dengan dasar pengasuhan
anak. Data yang peneliti temukan di lapangan melalui wawancara, dokumentasi, dan
studi lapangan menunjukan adanya beberapa temuan mengenai bentuk sistem among
di panti asuhan Al-Kautsar Lembang untuk membina karakter kewarganegaraan yang
20 sesuai dengan konsep pola pengasuhan, keteladanan, membangkitkan semangat, dan
memberi dorongan positif. Bentuk sistem among atau pola pengasuhan dan
pembinaan di panti asuhan Al-Kautsar Lembang dilaksanakan dengan cara
memberikan kebebasan kepada anak asuh untuk bergerak dan bertindak secara leluasa
untuk mengembangkan minat, bakat, dan ketrampilan dengan pengawasan pembina
25 atau pengasuh.
Proses pendidikan sistem among di panti asuhan Al-Kautsar Lembang sangat
berperan dalam pembentukan karakter yang selalu menjunjung tinggi pengetahuan,
ketrampilan, dan karakter anak asuh. hal ini sesuai pendapat Sardiman (2010:2) yaitu,
“pendidikan karakter adalah suatu sistem; penanaman nilai-nilai karakter kepada
30 warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia
insan kamil”. Dari pendapat Sardiman di atas dapat diketahui bahwa peran pendidikan
sangat penting sebagai wahana untuk meningkatkan kemampuan pribadi dan
4
kapasitas manusia dalam memahami serta mengikuti tata nilai kemasyarakatan yang
berlaku.
Pelaksanaan pendidikan sistem among di Panti Asuhan Al-Kautsar Lembang
erat kaitannya dengan perhatian pembelajaran PPKn yaitu menanamkan pengetahuan
5 dan ketrampilan kewarganegaraan mengenai masalah sosial dan masyarakat.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kajian ilmu yang potensial bagi
pengembangan tugas-tugas pembelajaran yang kaya nilai-nilai agama, pengetahuan,
dan ketrampilan.
Berdasarkan analisis di atas dapat penulis simpulkan bahwa bentuk pendidkan
10 sistem among di panti Asuhan Al-Kautsar Lembang adalah suatu proses pendidikan
yang mengutamakan pola pengasuhan, pembinaan, dan kasih sayang yang bersendkan
kodrat alam, kemerdrkaan, dan kekeluargaan guna untuk membina karakter warga
negara yang religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
15 prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, dan
tanggungjawab.

2. Pelaksanaan Pendidikan Sistem Among di Panti Asuhan Al-Kautsar


Lembang
20 Proses pelaksanaan pendidikan sistem among di Panti Asuhan Al-Kautsar
Lembang memberikan gambaran tentang perilaku yang ditunjukan oleh pengasuh
terhadap anak asuh ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Pola pembinaan di
depan pengasuh memberikan keteladanan dalam bentuk apapun, dalam upaya
memberikan semangat memberikan semangat kepada anak asuh agar tetap semangat
25 menjalani segala aktifitas yang telah ditetapkan oleh panti asuhan guna untuk
mencapai hasil pembinaan yang diharapkan. Selain itu pengasuh juga memberikan
motivasi kepada anak asuh agar melakukan sesuatu yang bermanfaat bagiri mereka.
Pendidikan sistem among di Panti Asuhan Al-Kautsar Lembang ini selaras
dengan pendapat Ki Hajar Dewantara dalam buku karya beliau bagian pertama
30 tentang pendidikan, menyatakan bahwa “Amongsystem kita yaitu: menyokong kodrat
alamnya anak-anak yang kita didik, agar dapat mengembangkan kehidupan lahir dan
batin menurut kodratnya sendiri-sendiri” Dewantara (1977:94). Pendapat diatas
memiliki arti bahwa siswa atau anak asuh dapat berkembang sesuai dengan kodratnya.
Setiap siswa telah memiliki bakat sebagai kodrat alamiyahnya yang akan terus
5
berkembang, sedangkan tugas lembaga adalah memberikan kesempatan yang sama
kepada anak asuh untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya dan dilakukan
dalam pengawasan pamong yang berperan sebagai pembina.
Pernyataan di atas memiliki hubungan yang erat dengan hasil penelitian yang
5 dilakukan oleh peneliti di Panti Asuhan Al-Kautsar Lembang, hal tersebut
digambarkan sebagai berikut:
a. Perilaku Pengasuh Menunjukan Keteladanan pada Anak Asuh
Berdasarkan data yang peneliti temukan dilapangan menunjukan bahwa
pamong atau pengasuh tidak hanya memfasilitasi kebutuhan belajar anak asuh, akan
10 tetapi pamong atau pengasuh juga harus memberikan contoh dan memperlakukan
anak asuhnya dengan baik juga manusiawi melalui interaksi yang dilakukan di
lingkungan Panti Asuhan Al-Kautsar Lembang.
Dari segi keteladanan, pengasuh selalu mengontrol melalui tata tertib yang
telah ditentukan di Panti, di antaranya adalah disiplin dalam melaksanakan sholat
15 wajib lima waktu secara berjamaah, mengaji, mengatur jam tidur dari 21:00-03:00
WIB, bertanggungjawab dalam kebersihan dan ketertiban asrama, menjunjung tinggi
etika dan norma-norma sosial baik di dalam lingkungan Panti Asuhan Al-Kautsar
Lembang ataupun di lingkungan masyarakat luas, tata tertib ini tidak hanya
diberlakukan untuk anak asuh tetapi juga kepada pamong atau pengasuh, hal ini
20 dimaksudkan agar tidak ada pengkhususan diantara pengasuh dan anak asuh dengan
demikian pamong atau pengasuh memiliki tanggungjawab moral yang harus
dilakukan yaitu memberikan contoh yang baik kepada anak asuh agar dapat menjadi
teladan anak asuhnya. Dengan begitu karakter warganegara yang disiplin,
tanggunjawab, religius akan terbentuk dengan sendirinya.
25 Keteladanan dilakuan oleh pengasuh dengan memberikan contoh yang baik
kepada anak asuh agar dapat membentuk karakter anak asuh yang baik. Seorang
pengasuh harus mampu menjadi contoh dalam ucapan dan perilaku yang baik kepada
anak-anak asuhnya dan konsisten dengan apa yang diajarkan.
Data di atas berkaitan dengan pendapat Hariyadi (1985:17) yang menyatakan
30 bahwa sesorang pamong dalam menghadapi anak didiknya wajib melakukan beberapa
hal berikut:
1) Memperlakukan anak didik sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan.
2) Menempatkan anak didik sebagai subyek sekaligus obyek dalam proses
6
pendidikan.
3) Memperhatikan sikap kodrati anak didiknya sesuai dengan tahap- tahap
perkembangan raga dan jiwanya.
4) Tugas mendidik dilaksanakan dengan penuh pengabdian dan pengorbanan
5 siap menjadi teladan bagi para anak didiknya.

Perlakuan tersebut merupakan sikap yang harus dilakukan pamong kepada


siswa berdasarkan sistem among. Penjelasan di atas menggambarkan bahwa
perlakuan pamong tidak terlepas dari suasana kekeluargaan, berdasarkan kodrat alam
10 dan kemerdekaan. Perlakuan guru dalam menghadapi siswa tersebut dapat digunakan
untuk menanamkan karakter pada siswa. Penanaman karakter pada siswa dapat
dilakukan oleh guru dengan melakukan diskusi dengan siswa dan memberi contoh
sikap yang mencerminkan karakter positif pada siswa.

15 b. Pengasuh yang Memberi Semangat dan Motivasi pada Anak Asuh untuk
berkarya
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di suatu lembaga maka perlu
diperhatikan juga semangat atau kemauan belajar siswa dalam pola asuh untuk
membangkitkan semangat dengan perilaku ing madya mangun arsa (ditengah
20 membangun kemauan). Kemauan yang dimaksud dalam istilah ini adalah kemauan
melakukan suatu aktifitas belajar guna untuk mencapai perubahan perilaku.
Pembangkitan semangat oleh pengasuh kepada anak asuh dengan cara pemberian
reward (hadiah) baik secara ferbal maupun nonferbal.
Adapun bentuk pemberian reward (hadiah) secara verbal adalah dengan cara
25 memberikan pujian dorongan semangat kepada anak asuh agar terus konsisten
mempertahankan prestasi yang telah diraihnya begitu juga dengan pemberian nasehat
atau arahan agar anak asuh tidak merasa besar hati, merasa puas, sombong dan
melenceng dari norma kemasyarakatan yang berlaku, begitupun dengan pemberian
riword (hadiah) kepada anak asuh yang tidak berprestasi agar jangan berkecil hati dan
30 terus mencoba untuk menggapai prestasi seperti temannya yang lain. Sedangkan
reward (hadiah) nonferbal adalah dengan cara pengasuh menunjukan ing madya
mangun karsa melalui perbuatan atau tindakan, adapun bentuk tindakan tersebuat
adalah memberikan hadiah berupa buku tulis, pulpen, tas, atau barang lainnya yang
bermanfaat kepada anak asuh yang menjadi juara kelas dan menghaal Al-Qur’an.
7
Pola asuh pendidik terhadap anak didiknya menunjukkan pola asuh sistem
amaong. Sebagaimana dikemukakan (Boetarsono : 2009 :21) bahwa hubungan
antara pamong/guru dengan siswa/peserta didik seperti hubungan orang tua dengan
anaknya, sehingga terjadi dialogis dan demokratis. Demikian juga Fudyartanta (1998:
5 202,203), berkaitan dengan ganjaran dan hukuman,menegaskan bahwa ganjaran dan
hukuman itu harus datang sendiri sebagai hasil atau buahnya segala pekerjaan dan
keadaan.
c. Perilaku Pengasuh yang Memberikan Dorongan Kepada Anak Asuh Agar
Berkarya ke Arah yang Benar
10 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, perilaku pengasuh yang
memberikan dorongan kepada anak asuh ke arah benar adalah dengan memberi
bimbingan khusus kepada anak asuh mempunyai bakat tertentu, seperti ketrampilan
dalam menggambar, menulis kaligrafi, dan ketrampilan lainnya. Hal ini guna dalam
pengebangan potensi yang dimiliki oleh anak didik tersebut agar suatu saat nanti
15 ketrampilan tersebut dapat bemanfaat di masyarakat secara luas.
Selain itu, pengasuh juga mengingatkan anak-anak asuh untuk berperilaku
baik. Anak-anak juga diberi kebebasan untuk mengikuti kegiatan ekstrakylikuler yang
sesuai dengan keinginannya sehingga sehingga anak-anak bisa beradaptasi dengan
baik, pengasuh juga memberikan bimbingan tambahan kepada anak asuh. Soertaman
20 (1983:11) mengatakan bahwa “dasar pendidikan taman siswa ialah pancadharma,
yaitu kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, dan kebangsaan”. Dengan demikian
upaya pembentukan warganegara yang berkarakter akan berjalan dengan mudah,
karena pada dasarnya pendidikan karakter lebih mengutamakan pertumbuhan moral
individu yang ada dalam suatu lembaga pendidikan. Menurut Koesoma (2007:134)
25 pendidkan karakter semestinya diletakkan dalam kerangka dinamis, dialektis, berupa
tanggapan individu terhadap sosial dan kultur yang melingkupinya, untuk dapat
menempatkan dirinya menjadi sempunah sehingga potensi-potensi yang ada dalam
dirinya berkembang secara penuh yang membuatnya semaki menjadi manusiawi.
Penjelasan diatas menunjukan bahwa pentingnya pengasuh memberikan
30 arahan dan dorongan kepada anak asuhnya agar berkarya ke arah yang benar sangat di
perlukans sehingga dapat membentuk warga negara yang berkarakter, bermoral serta
bertanggung jawab.

c.. Pendampingan Pengasuh dalam Membimbing Anak Asuh pada Program


8
Kegiatan, Pelatihan Minat dan Bakat
Agar aktifitas anak asuh lebih terarah maka dari itu seluruh kegiatan panti
Asuhan Al-Kautsar Lembang harus berjalan sesuai bimbingan dari pengasuh, baik itu
aktifitas jangka pendek berupa rutinitas di panti maupun kegiatan jangka panjang
5 yang melibatkan anak-anak asuh. bimbingan ini sangat berguna dalam pembinaan
nilai-nilai pendidikan karakter. Karakter-karakter yang di tanamkan pada peserta
didik sesuai dengan pendapat yang di kemukakan oleh Kemendiknas (2010.C:9)
sebagai berikut: Nilai religius, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
10 prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggungjawab, nilai-nilai pendidikan inilah yang menjadi cikal
bakal karakter warga negara yang baik.
Adapun kegiatan-kegiatan yang perlu bimbingan dari pengasuh adalah sebagai
berikut: kultum setelah sholat subuh yang dilakukan oleh seluruh anak asuh yang atur
15 dengan jadwal yang berbeda, debat/diskusi masalah-masalah yang berkembang saat
ini guna untuk menggali nalar kritis anak asuh, hafalan Al-Qur’an agar membentuk
jiwa islami yang mantap, latihan kesenian musik seperti marawis/kosidah agar
membina ketrampilan anak asuh di bidang seni musik, program pencak silat sebagai
bekal beladiri yang bisa digunakan untuk menjaga diri, melatih ketrampilan dalam
20 kuliner seperti kue, baso, dan masakan khas indonesia lainnya, hal ini guna untuk
membina kewirausahaan anak asuh agar kedepannya menjadi wirausaha yang mapan,
ketrampilan tarian kegiatan ini bermaksud untuk mengembangkan bakat anak asuh
dalam bidang seni tari, les bahasa inggris untuk membina kecakapan anak asuh dalam
berbahasa asing sebagai bekal jika anak asuh tersebut berkiprah di dunia luar, les
25 komputer guna untuk melatih ketrampilan anak asuh di bidang elektronik, dan wajib
menulissebagai bekal jika ada anak asuh yang berkeinginan menjadi penulis agar
mampu mngukir berbagai karya melalui tulisannya.
Pembinan pengasuh sangat berperan penting dalam menentukan hasil belajar
anak asuhnya, hal ini diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan pengurus
30 panti yang menyatakan bahwa “setiap kegiatan apapun yang melibatkan anak asuh
selalu dalam pengawasan dan bimbingan pamong/pengasuh” dengan demikian apa
yang diajarkan dapat berjalan secara sistematis dan terarah guna untu membina
karakter warganegara yang baik.

9
3. Dampak Pelaksanaan Sistem Among Terhadap Karakter Kewarganegaraan
di Panti Asuhan Al-Kautsar Lembang
Sebagai suatu lembaga pendidkan yang berorientasi mebina anak asuh agar
beraklak mulia dan berkarakter sudah tentu menanamkan beberapa nilai karakter
5 tersebut dalam benak anak asuhnya, adapun nilai-nilai karakter yang dimaksud adalah
relegius, disiplin, kerja keras, bertanggungjawab dan kratif. Kemunculan karakter
pada anak-amak asuh secara sponanitas yang disingkronkan dengan polah asuh panti
dalam kegiatan pembelajaran.
Ada empat jenis pendidikan karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakan
10 dalam proses pendidikan (Yahya Khan, 2010:2) yaitu:
a. Pendidikan karakter berbasis nilai dan religius, contoh manusia mempunyai
hak dalam beribadah sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan masing-
masing.
b. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, contoh warga negara Indonesia
15 wajib mengamalkan Pancasila.
c. Pendidikan Karakter berbasis lingkungan, contoh manusia yang
mempunyai karakter baik tidak membuang sampah sembarangan.
d. Pendidikan karakter berbasis potensi diri, contoh sebagai calon pendidik
(guru) mempunyai kualitas sebagai guru profesional.
20 Dari keempat jenis pendidikan karakter yang diungkapkan oleh Yahya Khan
tersebut ada beberapa yang menurut penulis terdapat pada pendidikan karakter yang
tanamkan di panti asuhan Al-Kautsar Lembang diantaranya pendidikan karakter
berbasis religius, hal ini membina anak asuh agar memiliki keimanan dan ketakwaan
yang mantap. Hasil observasi peneliti mengenai membina karakter religius
25 menunjukan bahwa pembina selalu mengarahkan anak asuh agar beribada tepat waktu
seperti sholat lima waktu, membaca Al-Qur’an dan ritual keagamaan lainnya.
Pendidikan karakter berbasis potensi diri juga memberi pengajaran kepada anak didik
agar bersikap mandiri seperti data yang ditemukan oleh peneliti di lapangan yaitu
pengasuh memberikan tugas mandiri kepada anak-anak asuh agar dapat mengerjakan
30 tugasnya secara mandiri baik tugas pelajaran ataupun tugas lainnya seperti
merapihkan tempat tidur saat bangun tidur, dan lain sebagainya.
“Pendidikan karakter merupakan proses untuk mengembangkan pada diri setiap
peserta didik kesadaran sebagai warga bangsa yang bermartabat, merdeka, dan
berdaulat serta berkemauan untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan dan
10
kedaulatan tersebut” (Darmiyati Zuchdi, 2011:159). Pedidikan karakter juga
mengajarkan tentang kedisiplinan anak-anak asuh di panti asuhan Al-Kautsar
Lembang. Dari hasil observasi dan wawancara peneliti menemukan cara oanti suhan
menanmkan pola hidup disiplin kepada anak asuh yaitu dengan cara memberikan
5 pembinaan kepada anak-anak asuh agar dapat mentaati tata tertib yang berlaku di
panti asuhan.
Pendidikan karakter juga mengajarkan anak asuh agar terus bekerja keras hal
ini terbukti pada hasil wawancara peneliti yaitu anak-anak asuh selalu bekerja keras
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan baik dari sekolah maupun dari panti
10 asuhan itu sendiri. Begitu juga dengankratifitas yang ada pada anak asuh panti asuhan
Al-Kautsar Lembang, hasil obserfasi peneliti menunjukan bahwa tingkat kratifitas
anak-anak asuh di panti asuhan Al-Kautsar beragam namum panti asuhan
memfasilitasi pengasuh untuk membina kratifitas anak asuh tersebut baik dalam
bidang penulisan, kuliner, komputer, dan lainnya. Dan yang terkhir adalah tanggung
15 jawab, hasil observasi peneliti menunjukan bahwa pengasuh mengupayakan agar
anak-anak asuh memiliki pribadi yang bertanggungjwab baik individu maupun sosial
adapun bentuk tanggung jawab yang diberikan pengasuh kepada anak asuh yaitu
dengan cara pemberian tugas-tugas yang bersifat individu dan kelompok sehingga
pengasuh dapat tanggungjawab anak asuh dalam menyelesaikan tugas tersebut secara
20 individu dan kelompok.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pendidikan karakter merupakan
upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu
peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma dalam kehidupan
25 sehari-hari.
Pengembangan nilai karakter dilakukan sebagai perwujudan dari pendidikan
karakter. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Pusat Kurikulum (2010: 10), berdasarkan keempat sumber nilai itu,
teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa yaitu
30 religius, jujur, toleransi, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Kesimpulan
11
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola sistem pengasuhan yang
dilaksanakan Panti Asuhan Al-Kautsar Lembang, menunjukkan pola pengasuhan
yang baik yang berdampak terhadap pembinaan karakter kewarganegaraan peserta
didik /anak asuh panti. Pola asuh di lakukan melalui tiga bentuk, yakni : a).
5 mengedepankan bimbingan kasih sayang yang harus di terapkan dalam berbagai
bentuk kegiatan pengasuhan; b). Menjaga/mengawasi anak asuh agar senantiasa sikap
dan perilaku/tindakannya sesuai dengan norma dan nilai yang di gariskan oleh panti
asuhan Al-Kautsar Lembang; c). Pembinaan pola asuh melalui trilogi kepemimpinan
Ki Hadjar Dewantara yang menitipberatkan pada Ing Ngarsa Sung Tuladha , Ing
10 Madyo Mangun Karso , Tut Wuri Handayani.
Dampak pola pelaksanaan pola asuh sistem among dan memiliki dampak yang
positif bagi anak asuh antara lain meliputi karakter kewarganegaraan di antaranya: a).
Religius: ditunjukan dengan mengerjakan perintah agama contohnya sholat wajib
berjamaah, puasa Senin Kamis, membaca Al-Quran, menghafal Al-Quran.b). disiplin,
15 memanfaatkan waktu secara efektif untuk kegiatan yang bermakna. Mentaati aturan
yang di tetapkan dalam segala bentuk kegiatan. c). kerja keras: upaya yang sungguh-
sungguh dalam proses belajar, wajib melaksanakan tugas yang di berikan; d).
mandiri, proses melaksanakan belajar, menyelesaikan tugas-tugas dengan diri sendiri
tidak tergantung pada orang lain, memiliki kemampuan untuk selalu berusaha
20 berinisiatif dalam segala hal, memiliki kemampuan mengerjakan tugas belajar yang di
pertanggungjawabkan padanya; e). tanggungjawab: bertanggungjawab dalam
melaksanakan kegiatan yang di tetapkan, melaksnakan tugas dan kewajibannya,
bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan; f). kreatif: berfikir dan melakukan
sesuatu yang menghasilkan/produktif seperti mengembangkan wirausaha
25
DAFTAR PUSTAKA
Fudyartanta, Ki RBS Ki Gunawan. (2000). Taman Siswa Bunga Rampai Pemikiran.
Yogyakarta: Taman Siswa.
Tauhid, Muhammad. (1963). Perjuangan dan Adjaran Hidup Ki Hadjar Dewantara.
30 Mulyasa, E. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Dewantara, Ki Hajar. (1977). Bagian Pertama Pendidikan. Yogyakarta: Majelis
Luhur Persatuan Taman Siswa.
Sugiono,. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
35 Afabeta.
_______. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

12
_______. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Afabeta.

Moleong, J, Lexy. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


5 Rosdakarya.
________. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Soehartono,. Irwan, (2008) Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya.
10 Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi &
Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.
Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Dewantara, Ki Hajar (1977). Bagian Pertama Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur
15 Persatuan Taman Siswa.
Hariyadi, Ki. (1985), Sistem Among: Dari Sistem Pendidikan Ke Sistem Sosial,
Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Yogyakarta.
Martinis, Moch Yamin (2009). Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual
Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.
20 RBS Fudyartanta, Ki. (1998). Mengenal Tamansiswa Seri I Sejarah dan Pendidikan
Sistem Among Edisi Kedua. Yogyakarta: Bidang Penelitian dan
Pengembangan Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.
Soeratman, Darsiti. (1983)/(1984). Ki Hadjar Dewantara. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
25 Koesoema, A, Doni (2007). Pendidikan Karakter: Mendidik Anak di Zaman Global.
Jakarta: Grasindo.
Muslich, Masnur. (2011). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Yahya Khan. (2010). Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta.
30 Pelangi Publishing.

Sumber Lain: Peraturan Kementrian Pendidikan Nasional No 9 Tahun 2010 Tentang


Program Pendidikan Profesi Guru Bagi Guru Dalam Jabatan
: Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Penddikan Nasional (UU RI
35 No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas).

40

13

You might also like