Professional Documents
Culture Documents
Artikel Hasbullah 4
Artikel Hasbullah 4
Artikel Hasbullah 4
5 Hasbullah Lau
41032161151009
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran FKIP Universitas Islam
Nusantara Bandung
10 ABSTRACT
This study aims to describe the implementation of the education system among in
fostering the character of citizenship at the Al-Kautsar Orphanage. The study used a
qualitative descriptive analysis approach with the subjects of the head of the
15 orphanage, caregiver and foster children determined by data collection techniques
using observation, interviews, documentation, and field notes. Data analysis
techniques include data reduction, data display and conclusion drawing. Data validity
test uses source triangulation, technique triangulation and reference material. The
results showed that the development of educational systems among in fostering the
20 character of citizenship, carried out with a pattern of nurturing by prioritizing
compassion guidance, maintaining and supervising foster children so that they always
show attitudes and behavior in accordance with norms or values outlined by the
institution. Fostering fostering emphasizes exemplary, motivational, and building
work, which is integrated in the value of leadership trilogy coaching in a variety of
25 activities that are determined one of which is the development of learning activities.
The resulting impact has a positive value for foster children which includes religious
values, discipline, independent hard work, responsibility and creativity.
Keywords: Education among systems, citizenship character
1
Kata kunci: Pendidikan sistem among, karakter kewarganegaraan.
PENDAHULUAN
2
memberi kemerdekaan bergerak dan mempengaruhi mereka dengan kekuatannya,
kalau perlu dengan paksaan dan ketegasan apabila kebebasan yang diberikan kepada
peserta didik itu dipergunakan untuk menyeleweng dan akan membahaya hidupnya.
(Tauhid, 1963).
5 Pendidikan karakter dapat di lakukan baik di dalam lingkungan keluarga,
masyarakat, sekolah. Berdasarkan filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang
melekat dengan sistem amongnya , bahwa dalam hidupnya anak berada dalam tri
pusat pendidikan yaitu alam keluarga, alam perguruan, dan alam pergerakan pemuda.
Hal ini menunjukan bahwa tiga lembaga pendikan yang terdiri dari lingkungan
10 keluarga, sekolah dan masyarakat, sebagai lingungan yang penting harus bekerjasama
memelihara pengembangan karakter anak atau peserta didik.
Hasil pengamatan awal peneliti, menemukan pola asuh sistem among
diterapkan dalam pola pengasuhan anak di Panti Asuhan Al-Kautsar Lembang. Pola
asuh mengedepankan keteladanan, bimbingan dan motivasi dengan nilai kasih sayang
15 untuk memajukan anak asuh yang berasal dari latar sosial ekonomi keluarga yang
berkekurangan. Untuk memperoleh gambaran pola asuh yang sesungguhnya, peneliti
melakukan penelitian dengan fokus kajian pada bentuk pendidikan sistem among,
pelaksanaan pendidikannya serta dampaknya terhadap karakter kewarganegaraan
anak asuh di Panti Sosial Asuhan anak Al-Kautsar Lembang.
20
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.
Lokasi penelitian dilaksanakan di Panti Asuhan Anak Al-kautsar Lembang Jawa
Barat. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam
25 didukung dengan studi dokumentasi dan pustaka. Subjek penelitian adalah kepala
panti, sekretaris panti, pendidik panti dan peserta didik panti (anak asuh). Analisis
data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan data,
kemudian dilakukan reduksi data, penyajian data dan verifikasi.
Secara etimologi sistem among terdiri dari dua suku kata yaitu, “sistem” yang
memiliki suatu rangkain keseluruhan yang bersifat bulat dan memiliki komponen
3
yang berinteraksi satu dengan yang lainnya guna untuk mencapai tujuan.
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Sanjaya (2008:2) bahwa sistem adalah
“suatu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk mencapai
tujuan tertentu”. Sedangkan arti dari kata “among” sendiri adalah menjaga, membina,
5 dan mendidik dengan penuh kasih sayang hal ini selaras dengan yang diungkapkan
oleh Rahardjo (2010:73), bahwa “among adalah menjaga, membina dan mendidik
anak dengan kasih sayang”.
Sedangkan sistem among dalam dunia pendidikan yaiu suatu sistem yang
mengutamakan kodrat alam sebagai acuan dalam memperdalam pengetahauan dan
10 keilmuan dengan cara baik dan cepat, kemerdekaan sebagai langkah awal membukan
pikiran agar anak dapat melakukan pengendalian diri dan menjadi pribadi yang dapat
berpikir secara kritis dan mampu bertindak secara demokratis. Dan sistem
kekeluargaan sebagai bentuk pengayoman terhadap perkembangan anak selama
melakukan pembelajaran.
15 Adapun bentuk pendidikan sistem among dilandasi oleh nilai-nilai
keteladanan, semangat dan dorongan filosofi agama Islam dengan dasar pengasuhan
anak. Data yang peneliti temukan di lapangan melalui wawancara, dokumentasi, dan
studi lapangan menunjukan adanya beberapa temuan mengenai bentuk sistem among
di panti asuhan Al-Kautsar Lembang untuk membina karakter kewarganegaraan yang
20 sesuai dengan konsep pola pengasuhan, keteladanan, membangkitkan semangat, dan
memberi dorongan positif. Bentuk sistem among atau pola pengasuhan dan
pembinaan di panti asuhan Al-Kautsar Lembang dilaksanakan dengan cara
memberikan kebebasan kepada anak asuh untuk bergerak dan bertindak secara leluasa
untuk mengembangkan minat, bakat, dan ketrampilan dengan pengawasan pembina
25 atau pengasuh.
Proses pendidikan sistem among di panti asuhan Al-Kautsar Lembang sangat
berperan dalam pembentukan karakter yang selalu menjunjung tinggi pengetahuan,
ketrampilan, dan karakter anak asuh. hal ini sesuai pendapat Sardiman (2010:2) yaitu,
“pendidikan karakter adalah suatu sistem; penanaman nilai-nilai karakter kepada
30 warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia
insan kamil”. Dari pendapat Sardiman di atas dapat diketahui bahwa peran pendidikan
sangat penting sebagai wahana untuk meningkatkan kemampuan pribadi dan
4
kapasitas manusia dalam memahami serta mengikuti tata nilai kemasyarakatan yang
berlaku.
Pelaksanaan pendidikan sistem among di Panti Asuhan Al-Kautsar Lembang
erat kaitannya dengan perhatian pembelajaran PPKn yaitu menanamkan pengetahuan
5 dan ketrampilan kewarganegaraan mengenai masalah sosial dan masyarakat.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kajian ilmu yang potensial bagi
pengembangan tugas-tugas pembelajaran yang kaya nilai-nilai agama, pengetahuan,
dan ketrampilan.
Berdasarkan analisis di atas dapat penulis simpulkan bahwa bentuk pendidkan
10 sistem among di panti Asuhan Al-Kautsar Lembang adalah suatu proses pendidikan
yang mengutamakan pola pengasuhan, pembinaan, dan kasih sayang yang bersendkan
kodrat alam, kemerdrkaan, dan kekeluargaan guna untuk membina karakter warga
negara yang religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
15 prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, dan
tanggungjawab.
15 b. Pengasuh yang Memberi Semangat dan Motivasi pada Anak Asuh untuk
berkarya
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di suatu lembaga maka perlu
diperhatikan juga semangat atau kemauan belajar siswa dalam pola asuh untuk
membangkitkan semangat dengan perilaku ing madya mangun arsa (ditengah
20 membangun kemauan). Kemauan yang dimaksud dalam istilah ini adalah kemauan
melakukan suatu aktifitas belajar guna untuk mencapai perubahan perilaku.
Pembangkitan semangat oleh pengasuh kepada anak asuh dengan cara pemberian
reward (hadiah) baik secara ferbal maupun nonferbal.
Adapun bentuk pemberian reward (hadiah) secara verbal adalah dengan cara
25 memberikan pujian dorongan semangat kepada anak asuh agar terus konsisten
mempertahankan prestasi yang telah diraihnya begitu juga dengan pemberian nasehat
atau arahan agar anak asuh tidak merasa besar hati, merasa puas, sombong dan
melenceng dari norma kemasyarakatan yang berlaku, begitupun dengan pemberian
riword (hadiah) kepada anak asuh yang tidak berprestasi agar jangan berkecil hati dan
30 terus mencoba untuk menggapai prestasi seperti temannya yang lain. Sedangkan
reward (hadiah) nonferbal adalah dengan cara pengasuh menunjukan ing madya
mangun karsa melalui perbuatan atau tindakan, adapun bentuk tindakan tersebuat
adalah memberikan hadiah berupa buku tulis, pulpen, tas, atau barang lainnya yang
bermanfaat kepada anak asuh yang menjadi juara kelas dan menghaal Al-Qur’an.
7
Pola asuh pendidik terhadap anak didiknya menunjukkan pola asuh sistem
amaong. Sebagaimana dikemukakan (Boetarsono : 2009 :21) bahwa hubungan
antara pamong/guru dengan siswa/peserta didik seperti hubungan orang tua dengan
anaknya, sehingga terjadi dialogis dan demokratis. Demikian juga Fudyartanta (1998:
5 202,203), berkaitan dengan ganjaran dan hukuman,menegaskan bahwa ganjaran dan
hukuman itu harus datang sendiri sebagai hasil atau buahnya segala pekerjaan dan
keadaan.
c. Perilaku Pengasuh yang Memberikan Dorongan Kepada Anak Asuh Agar
Berkarya ke Arah yang Benar
10 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, perilaku pengasuh yang
memberikan dorongan kepada anak asuh ke arah benar adalah dengan memberi
bimbingan khusus kepada anak asuh mempunyai bakat tertentu, seperti ketrampilan
dalam menggambar, menulis kaligrafi, dan ketrampilan lainnya. Hal ini guna dalam
pengebangan potensi yang dimiliki oleh anak didik tersebut agar suatu saat nanti
15 ketrampilan tersebut dapat bemanfaat di masyarakat secara luas.
Selain itu, pengasuh juga mengingatkan anak-anak asuh untuk berperilaku
baik. Anak-anak juga diberi kebebasan untuk mengikuti kegiatan ekstrakylikuler yang
sesuai dengan keinginannya sehingga sehingga anak-anak bisa beradaptasi dengan
baik, pengasuh juga memberikan bimbingan tambahan kepada anak asuh. Soertaman
20 (1983:11) mengatakan bahwa “dasar pendidikan taman siswa ialah pancadharma,
yaitu kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, dan kebangsaan”. Dengan demikian
upaya pembentukan warganegara yang berkarakter akan berjalan dengan mudah,
karena pada dasarnya pendidikan karakter lebih mengutamakan pertumbuhan moral
individu yang ada dalam suatu lembaga pendidikan. Menurut Koesoma (2007:134)
25 pendidkan karakter semestinya diletakkan dalam kerangka dinamis, dialektis, berupa
tanggapan individu terhadap sosial dan kultur yang melingkupinya, untuk dapat
menempatkan dirinya menjadi sempunah sehingga potensi-potensi yang ada dalam
dirinya berkembang secara penuh yang membuatnya semaki menjadi manusiawi.
Penjelasan diatas menunjukan bahwa pentingnya pengasuh memberikan
30 arahan dan dorongan kepada anak asuhnya agar berkarya ke arah yang benar sangat di
perlukans sehingga dapat membentuk warga negara yang berkarakter, bermoral serta
bertanggung jawab.
9
3. Dampak Pelaksanaan Sistem Among Terhadap Karakter Kewarganegaraan
di Panti Asuhan Al-Kautsar Lembang
Sebagai suatu lembaga pendidkan yang berorientasi mebina anak asuh agar
beraklak mulia dan berkarakter sudah tentu menanamkan beberapa nilai karakter
5 tersebut dalam benak anak asuhnya, adapun nilai-nilai karakter yang dimaksud adalah
relegius, disiplin, kerja keras, bertanggungjawab dan kratif. Kemunculan karakter
pada anak-amak asuh secara sponanitas yang disingkronkan dengan polah asuh panti
dalam kegiatan pembelajaran.
Ada empat jenis pendidikan karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakan
10 dalam proses pendidikan (Yahya Khan, 2010:2) yaitu:
a. Pendidikan karakter berbasis nilai dan religius, contoh manusia mempunyai
hak dalam beribadah sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan masing-
masing.
b. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, contoh warga negara Indonesia
15 wajib mengamalkan Pancasila.
c. Pendidikan Karakter berbasis lingkungan, contoh manusia yang
mempunyai karakter baik tidak membuang sampah sembarangan.
d. Pendidikan karakter berbasis potensi diri, contoh sebagai calon pendidik
(guru) mempunyai kualitas sebagai guru profesional.
20 Dari keempat jenis pendidikan karakter yang diungkapkan oleh Yahya Khan
tersebut ada beberapa yang menurut penulis terdapat pada pendidikan karakter yang
tanamkan di panti asuhan Al-Kautsar Lembang diantaranya pendidikan karakter
berbasis religius, hal ini membina anak asuh agar memiliki keimanan dan ketakwaan
yang mantap. Hasil observasi peneliti mengenai membina karakter religius
25 menunjukan bahwa pembina selalu mengarahkan anak asuh agar beribada tepat waktu
seperti sholat lima waktu, membaca Al-Qur’an dan ritual keagamaan lainnya.
Pendidikan karakter berbasis potensi diri juga memberi pengajaran kepada anak didik
agar bersikap mandiri seperti data yang ditemukan oleh peneliti di lapangan yaitu
pengasuh memberikan tugas mandiri kepada anak-anak asuh agar dapat mengerjakan
30 tugasnya secara mandiri baik tugas pelajaran ataupun tugas lainnya seperti
merapihkan tempat tidur saat bangun tidur, dan lain sebagainya.
“Pendidikan karakter merupakan proses untuk mengembangkan pada diri setiap
peserta didik kesadaran sebagai warga bangsa yang bermartabat, merdeka, dan
berdaulat serta berkemauan untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan dan
10
kedaulatan tersebut” (Darmiyati Zuchdi, 2011:159). Pedidikan karakter juga
mengajarkan tentang kedisiplinan anak-anak asuh di panti asuhan Al-Kautsar
Lembang. Dari hasil observasi dan wawancara peneliti menemukan cara oanti suhan
menanmkan pola hidup disiplin kepada anak asuh yaitu dengan cara memberikan
5 pembinaan kepada anak-anak asuh agar dapat mentaati tata tertib yang berlaku di
panti asuhan.
Pendidikan karakter juga mengajarkan anak asuh agar terus bekerja keras hal
ini terbukti pada hasil wawancara peneliti yaitu anak-anak asuh selalu bekerja keras
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan baik dari sekolah maupun dari panti
10 asuhan itu sendiri. Begitu juga dengankratifitas yang ada pada anak asuh panti asuhan
Al-Kautsar Lembang, hasil obserfasi peneliti menunjukan bahwa tingkat kratifitas
anak-anak asuh di panti asuhan Al-Kautsar beragam namum panti asuhan
memfasilitasi pengasuh untuk membina kratifitas anak asuh tersebut baik dalam
bidang penulisan, kuliner, komputer, dan lainnya. Dan yang terkhir adalah tanggung
15 jawab, hasil observasi peneliti menunjukan bahwa pengasuh mengupayakan agar
anak-anak asuh memiliki pribadi yang bertanggungjwab baik individu maupun sosial
adapun bentuk tanggung jawab yang diberikan pengasuh kepada anak asuh yaitu
dengan cara pemberian tugas-tugas yang bersifat individu dan kelompok sehingga
pengasuh dapat tanggungjawab anak asuh dalam menyelesaikan tugas tersebut secara
20 individu dan kelompok.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pendidikan karakter merupakan
upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu
peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma dalam kehidupan
25 sehari-hari.
Pengembangan nilai karakter dilakukan sebagai perwujudan dari pendidikan
karakter. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Pusat Kurikulum (2010: 10), berdasarkan keempat sumber nilai itu,
teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa yaitu
30 religius, jujur, toleransi, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Kesimpulan
11
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola sistem pengasuhan yang
dilaksanakan Panti Asuhan Al-Kautsar Lembang, menunjukkan pola pengasuhan
yang baik yang berdampak terhadap pembinaan karakter kewarganegaraan peserta
didik /anak asuh panti. Pola asuh di lakukan melalui tiga bentuk, yakni : a).
5 mengedepankan bimbingan kasih sayang yang harus di terapkan dalam berbagai
bentuk kegiatan pengasuhan; b). Menjaga/mengawasi anak asuh agar senantiasa sikap
dan perilaku/tindakannya sesuai dengan norma dan nilai yang di gariskan oleh panti
asuhan Al-Kautsar Lembang; c). Pembinaan pola asuh melalui trilogi kepemimpinan
Ki Hadjar Dewantara yang menitipberatkan pada Ing Ngarsa Sung Tuladha , Ing
10 Madyo Mangun Karso , Tut Wuri Handayani.
Dampak pola pelaksanaan pola asuh sistem among dan memiliki dampak yang
positif bagi anak asuh antara lain meliputi karakter kewarganegaraan di antaranya: a).
Religius: ditunjukan dengan mengerjakan perintah agama contohnya sholat wajib
berjamaah, puasa Senin Kamis, membaca Al-Quran, menghafal Al-Quran.b). disiplin,
15 memanfaatkan waktu secara efektif untuk kegiatan yang bermakna. Mentaati aturan
yang di tetapkan dalam segala bentuk kegiatan. c). kerja keras: upaya yang sungguh-
sungguh dalam proses belajar, wajib melaksanakan tugas yang di berikan; d).
mandiri, proses melaksanakan belajar, menyelesaikan tugas-tugas dengan diri sendiri
tidak tergantung pada orang lain, memiliki kemampuan untuk selalu berusaha
20 berinisiatif dalam segala hal, memiliki kemampuan mengerjakan tugas belajar yang di
pertanggungjawabkan padanya; e). tanggungjawab: bertanggungjawab dalam
melaksanakan kegiatan yang di tetapkan, melaksnakan tugas dan kewajibannya,
bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan; f). kreatif: berfikir dan melakukan
sesuatu yang menghasilkan/produktif seperti mengembangkan wirausaha
25
DAFTAR PUSTAKA
Fudyartanta, Ki RBS Ki Gunawan. (2000). Taman Siswa Bunga Rampai Pemikiran.
Yogyakarta: Taman Siswa.
Tauhid, Muhammad. (1963). Perjuangan dan Adjaran Hidup Ki Hadjar Dewantara.
30 Mulyasa, E. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Dewantara, Ki Hajar. (1977). Bagian Pertama Pendidikan. Yogyakarta: Majelis
Luhur Persatuan Taman Siswa.
Sugiono,. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
35 Afabeta.
_______. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
12
_______. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Afabeta.
40
13