Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Ferianto, Kusno…….................................................hal.

112 – 119 ISSN : 2302-7932


Journal.stikesdrsoebandi.ac.id e-ISSN : 2527-7529

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi


EFEKTIFITAS TERAPI SLOW DEEP BREATHING
TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN ASMA
DI RUANG MAWAR RSUD. dr. R. KOESMA TUBAN

Kusno Ferianto 1, Dwi Ariani 2


1,2
STIKES Nahdlatul Ulama Tuban
Email : kusnof@gmail.com

ABSTRACT

Bronchial asthma is a disorder in the form of chronic respiratory inflammation that causes bronchial
hyperactivity to various stimuli. Prevalence data based on medical records at RSUD dr. R. Koesma Tuban the
number of asthma patients throughout 2018/2019 reached 131 asthma patients. Efforts made in the severity of
asthma in addition to controlling trigger factors are by administering slow deep breathing breathing therapy
as an additional therapy for asthma by using a peak flow meter. The purpose of this study is to reduce the
severity of asthma in patients with persistent bronchial asthma in the Rose Room of RSUD Dr. R Koesma
Tuban. This type of research is Quasy Experimental with a pretest-posttest with control group design.
Samples were taken using systematic random sampling with a total of 28 respondents including 14
respondents in the experimental group and 14 respondents in the control group. Data collection is done by
using observation sheets. Analysis of research data using the Mann Whitney Test. Mann Whitney Test Results
obtained Asymp results. Sig. (2-tailed) = 0.002 where 0.002 <0.05 then H1 is accepted H0 is rejected so it
can be concluded that there is an effect of slow deep breathing therapy on the severity of asthma in asthma
patients. It can be concluded that slow deep breathing therapy has an influence in decreasing the severity of
asthma in asthma patients. Thus slow deep breathing therapy can be used as an effective adjunct therapy to
reduce the severity of asthma in addition to pharmacological therapy.

Keywords: Bronchial Asthma, Slow Deep Breathing, Asthma Severity

ABSTRAK

Asma bronkial adalah kelainan yang berupa inflamasi kronik saluran pernafasan yang menyebabkan
hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan. Data prevalensi berdasarkan rekam medis di RSUD dr.
R . Koesma Tuban jumlah pasien asma sepanjang 2018/2019 mencapai 131 pasien asma. Upaya yang
dilakukan dalam tingkat keparahan asma selain pengendalian faktor pemicu adalah dengan cara pemberian
terapi napas slow deep breathing sebagai terapi tambahan asma dengan menggunakan alat peak flow meter.
Tujuan dari penelitian ini adalah menurunkan tingkat keparahan asma pada penderita asma bronkial persisten
berat di Ruang Mawar RSUD dr. R Koesma Tuban. Jenis penelitian ini adalah Quasy Ekspeimental dengan
rancangan pretest-posttest with control group. Sampel diambil menggunakan systematic random sampling
dengan jumlah 28 responden meliputi 14 responden kelompok eksperimen dan 14 responden kelompok
kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan dengan menggunakan lembar observasi. Analisa data penelitian
menggunakan Uji Mann Whitney. Hasil Uji Mann Whitney didapatkan hasil Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,002
dimana 0,002 < 0,05 maka H1 diterima H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
terapi slow deep breathing terhadap tingkat keparahan asma pada pasien asma. Dapat disimpulkan bahwa
terapi slow deep breathing mempunyai pengaruh dalam penurunan tingkat keparahan asma pada pasien asma.
Dengan demikian terapi slow deep breathing dapat digunakan sebagai terapi tambahan yang efektif untuk
mengurangi tingkat keparahan asma selain dengan terapi farmakologi.

Kata Kunci: Asma bronkial, Slow Deep Breathing, Tingkat Keparahan Asma

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi Vol. 7, No. 2 112


Ferianto, Kusno…….................................................hal. 112 – 119 ISSN : 2302-7932
Journal.stikesdrsoebandi.ac.id e-ISSN : 2527-7529

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi


PENDAHULUAN METODE PENELITIAN
Kegawat daruratan pernafasan akan Penelitian ini termasuk jenis penelitian
penyakit asma salah satu bentuk peradangan yang di gunakan adalah jenis penelitian
kronis jalan napas yang menyebabkan analitik eksperimental dengan desain
penurunan kualitas hidup bahkan jika tidak eksperimental semu (quasi eksperimen).
langsung ditangani akan menyebabkan Sehingga didapatkan 14 responden pada
kematian. Penyakit ini memiliki beberapa masing-masing kelompok eksperimen dan
gejala seperti nafas tersenggal-senggal, nafas kelompok kontrol. Variabel-variabel yang
pendek, dada sesak, dan batuk dengan digunakan dalam penelitian ini adalah terapi
intensitas yang bervariasi, bersamaan dengan napas slow deep breathing sebagai variabel
keterbatasan kemampuan dalam ekspirasi. bebas dan tingkat kontrol asma sebagai
Penyakit asma adalah peradangan pada paru- variabel terikat. Penelitian ini dilakukan
paru kronis yang bereaksi pada berbagai dengan mengkaji yang diberikan slow deep
rangsangan yang ditandai dengan gejala breathing terhadap tingkat kontrol asma antara
berulang berupa batuk, sesak nafas, atau rasa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
berat didada yang bersifat tidak menentu saat yang diberikan pretest dan posttest untuk
penyerangannya. Serangan asma yang terjadi mengetahui perbedaan dari kedua kelompok
pada umumnya memiliki pola yang tidak tersebut sebelum dan sesudah penelitian
menentu, baik dari sisi waktu, kondisi, derajat (Sugiyono, 2008). Penelitian dilakukan selama
asma, dan faktor-faktor penyebabnya. Hal 4-5 hari dan menggunakan alat peak flow
tersebut bila terus terjadi dapat mengakibatkan meter yang akan digunakan untuk mengukur
penurunan kualitas hidup penderita dan pada fungus faal paru pasien. Dalam penelitian ini
kasus-kasus yang lebih serius dapat sampel yang digunakan ada 2 kelompok, yaitu
menyebabkan kematian. ( GINA, 2016 ). sebagai kelompok eksperimen dan kelompok
Asma merupakan penyakit misterius yang kontrol. Kelompok eksperimen dan kelompok
sukar disembuhkan dan cenderung kambuh kontrol yaitu penderita asma bronkial
meski berobat secara teratur, pemberian terapi persisten sedang yang berusia 21- 65 tahun.
obat-obatan hanya memberikan efek 01 X1
E 02
sementara dan selanjutnya akan terjadi
serangan ataukah kegawatan pada pasien
asma. C 01 X0 02
Meskipun asma tidak bisa disembuhkan,
diagnosis sangat penting agar asma dapat kelompok Pret Post
Perlakuan
ditangani serangannya. Tujuan diagnosis asma est test
adalah untuk mengurangi serangan asma.
Terapi penyakit asma dapat dibagi menjadi
dua yaitu dengan terapi non farmakologi Gambar 1. Skema rancangan control group
(tanpa menggunakan obat) dan terapi pretest-Posttest design
farmakologi (menggunakan obat) (Abdul Keterangan :
Muchid, 2007). Namun sesak pada pasien E : kelompok eksperimen
asma di ruang Mawar RSUD dr. R Koesma C : kelompok kontrol
Tuban belum dapat diatasi dengan baik, dan O1 : pretest sebelum dilakukan perlakuan
pasien tetap mengalami sesak sehingga dapat O2 : posttest sesudah dilakukan perlakuan
mengganggu kenyamanan pasien. Hal ini X0 : perlakuan yang dilakukan tanpa terapi
dibuktikan bahwa masalah keperawatan utama SDB
pada pasien asma sampai dengan hari X1 : perlakuan yang dilakukan dengan
diperbolehkan pulang yaitu masih mengeluh terapi SDB
sesak (Berdasarkan Rekam Medik RSUD dr.
R. Koesma Tuban 2018/2019).

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi Vol. 7, No. 2 114


Ferianto, Kusno…….................................................hal. 112 – 119 ISSN : 2302-7932
Journal.stikesdrsoebandi.ac.id e-ISSN : 2527-7529

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi


HASIL Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden
Terapi slow deep breathing pada Berdasarkan Tingkat Keparahan Asma Pada
Kelompok Eksperimen Sesudah
kelompok eksperimen sebelum diberikan
intervensi pada pasien asma diruang mawar Keparahan Post-Test
No
RSUD. dr. R.Koesma Tuban, disajikan pada Asma F %
tabel 5.2. 1 Ringan 12 85,7
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden 2 Sedang 2 14,3
Berdasarkan Tingkat 3 Berat Keparahan Asma Pada0Kelompok Eksperime
0
No Tingkat f % Jumlah 14 100
Keparahan Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa
Asma dari 14 responden pada kelompok eksperimen
1 Ringan 0 0 sesudah diberikan intervensi hampir
2 Sedang 0 0 seluruhnya (85,7%) responden mengalami
3 Berat 14 100
Jumlah 14 100
tingkat keparahan asma ringan, sedangkan
sebagian kecil (14,3%) responden mengalami
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui
tingkat keparahan asma sedang.
bahwa dari 14 responden pada kelompok
Tingkat keparahan asma pada kelompok
eksperimen sebelum diberikan intervensi
kontrol pada pasien asma di ruang mawar
seluruhnya (100%) mengalami tingkat
RSUD dr.R Koesma Tuban.
keparahan asma berat.
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden
Tingkat keparahan asma pada kelompok Berdasarkan Tingkat Keparahan Asma Pada
eksperimen sebelum diberikan intervensi pada Kelompok Kontrol Sebelum Diberikan Intervensi Di
pasien asma di ruang mawar RSUD dr.R Ruang Mawar RSUD. dr. R.Koesma Tuban
Koesma Tuban. Keparahan asma pada Keparahan Pre-Test
kelompok eksperimen sebelum diberikan No
Asma F %
intervensi disajikan dalam tabel 5.3. 1 Ringan 0 0
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden 2 Sedang 0 0
Berdasarkan Tingkat Keparahan Asma Pada 3 Berat 14 100
Kelompok Eksperimen Sebelum Jumlah Diberikan
14Intervensi Di Ruang Mawar RSUD
100
Keparahan Pre-Test Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui
No bahwa dari 14 responden pada kelompok
Asma F %
1 Ringan 0 0 kontrol sebelum kelompok eksperimen
2 Sedang 0 0 mendapatkan intervensi seluruhnya 100%
3 Berat 14 100 mengalami tingkat keparahan asma berat.
Jumlah 14 100
Tingkat keparahan asma pada kelompok
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahuai kontrol pada pasien asma di ruang mawar
bahwa dari 14 responden pada kelompok RSUD dr.R Koesma Tuban. Tingkat
eksperimen sebelum diberikan intervensi keparahan asma pada kelompok kontrol
seluruhnya (100%) mengalami tingkat sesudah kelompok eksperimen mendapatakan
keparahan asma berat. intervensi disajikan dalam tabel 5.6
Tingkat keparahan asma pada kelompok Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden
eksperimen sesudah diberikan intervensi pada Berdasarkan Tingkat Keparahan Asma Pada
pasien asma di ruang mawar RSUD dr.R Kelompok Kontrol Sesudah Diberikan Intervensi Di
Koesma Tuban. Keparahan asma pada Ruang mawar RSUD. dr. R.Koesma Tuban
Keparahan Post-Test
kelompok eksperimen sesudah diberikan No
Asma F %
intervensi disajikan dalam tabel 5.4. 1 Ringan 4 28,6
2 Sedang 7 50,0
3 Berat 3 21,4

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi Vol. 7, No. 2 115


Ferianto, Kusno…….................................................hal. 112 – 119 ISSN : 2302-7932
Journal.stikesdrsoebandi.ac.id e-ISSN : 2527-7529

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi


Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahuai Tabel 5.9 Tabel Silang Pegaruh Terapi
bahwa dari 14 responden pada kelompok Slow Deep Breathing
eksperimen sebelum diberikan intervensi Terapi Tingkat Keparahan Asma Total
seluruhnya (100%) mengalami tingkat Slow
Deep Ringa Sedang Berat
keparahan asma berat. n
Tingkat keparahan asma pada Breathing
kelompok kontrol pada pasien asma di ruang Kelompok 12 2(14,3 0(0,0%) 14(100,0
mawar RSUD dr.R Koesma Tuban. Tingkat Eksperime (85,7% %) %)
keparahan asma pada kelompok kontrol n )
sebelum kelompok eksperimen mendapatakan Kelompok 4 7(50,0 3(21,4 14(100,0
intervensi disajikan dalam tabel 5.7 Kontrol (28,6% %) %) %)
Keparahan Pre-Test )
No
Asma F %
1 Ringan 0 0 Jumlah 16 9(32,1 3(10,7 28(100,0
2 Sedang 0 0 (57,1% %) %) %)
3 Berat 14 100 )
Jumlah 14 100 Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa responden pada kelompok eksperimen
bahwa dari 14 responden pada kelompok hampir seluruhnya (85,7%) mengalami tingkat
kontrol sebelum kelompok eksperimen keparahan asma ringan , sedangkan responden
mendapatkan intervensi seluruhnya 100% pada kelompok kontrol sebagian kecil
mengalami tingkat keparahan asma berat. (28,6%) mengalami tingkat keparahan asma
Tingkat keparahan asma pada kelompok ringan, responden pada kelompok eksperimen
kontrol pada pasien asma di ruang mawar sebagian kecil (14,3%) mengalami tingkat
RSUD dr.R Koesma Tuban. Tingkat keparahan sedang atau tetap, sedangkan
keparahan asma pada kelompok kontrol responden pada kelompok kontrol hampir
sesudah kelompok kontrol mendapatakan seluruhnya (50,0%) mengalami tingkat
intervensi disajikan dalam tabel 5.8 keparahan asma sedang atau tetap, responden
Keparahan Post-Test
No pada kelompok eksperimen tidak satupun
Asma F %
1 Ringan 4 28,6
(0,0%) mengalami tingkat keparahan asma
2 Sedang 7 50,0
berat sedangkan responden pada kelompok
3 Berat 3 21,4 kontrol sebagian kecil (21,4%) mengalami
Jumlah 14 100 tingkat keparahan asma berat.
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui
DISKUSI
bahwa dari 14 responden yang tidak diberikan
Berikut adalah karakteristik responden
terapi slow deep breathing sebagian besar
berdasarkan usia pasien asma di ruang mawar
(50,0%) responden mengalami tingkat
RSUD.Dr.Koesma Tuban tahun 2019.
keparahan asma sedang, sebagian kecil
Diketahui bahwa hampir setengahnya (46.4%)
responden mengalami penurunan tingkat
responden berusia 26-35 tahun, hampir
keparahan asma berat sebesar (21,4%) dan
setengahnya (28.6%) responden berusia 36-45
tingkat keparahan asma ringan (28,6%)
tahun, sebagian kecil (7.1%) responden
Pengaruh terapi slow deep breathing
berusia 46-55 tahun, sebagian kecil (17.9%)
terhadap tingkat keparahan asma di ruang
responden berusia 56-65 tahun.
mawar RSUD dr.R Koesma Tuban disajikan
Terapi slow deep breathing pada
dalam tabel 5.9.
kelompok eksperimen sebelum diberikan
intervensi pada pasien asma diruang mawar
RSUD. dr. R.Koesma Tuban. Dapat diketahui
bahwa dari 14 responden pada kelompok
eksperimen sebelum diberikan intervensi

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi Vol. 7, No. 2 116


Ferianto, Kusno…….................................................hal. 112 – 119 ISSN : 2302-7932
Journal.stikesdrsoebandi.ac.id e-ISSN : 2527-7529

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi


seluruhnya (100%) mengalami tingkat RSUD dr.R Koesma Tuban. Tingkat
keparahan asma berat. keparahan asma pada kelompok kontrol
Tingkat keparahan asma pada kelompok sesudah kelompok eksperimen mendapatakan
eksperimen sebelum diberikan intervensi pada intervensi, dapat diketahuai bahwa dari 14
pasien asma di ruang mawar RSUD dr.R responden pada kelompok eksperimen
Koesma Tuban. Keparahan asma pada sebelum diberikan intervensi seluruhnya
kelompok eksperimen sebelum diberikan (100%) mengalami tingkat keparahan asma .
intervensi, diketahuai bahwa dari 14 Tingkat keparahan asma pada kelompok
responden pada kelompok eksperimen kontrol pada pasien asma di ruang mawar
sebelum diberikan intervensi seluruhnya RSUD dr.R Koesma Tuban.
(100%) mengalami tingkat keparahan asma Tingkat keparahan asma pada kelompok
berat. kontrol sebelum kelompok eksperimen
Tingkat keparahan asma pada kelompok mendapatakan intervensi, dapat diketahui
eksperimen sesudah diberikan intervensi pada bahwa dari 14 responden pada kelompok
pasien asma di ruang mawar RSUD dr.R kontrol sebelum kelompok eksperimen
Koesma Tuban. Keparahan asma pada mendapatkan intervensi seluruhnya 100%.
kelompok eksperimen sesudah diberikan Tingkat keparahan asma pada kelompok
intervensi, diketahui bahwa dari 14 responden kontrol pada pasien asma di ruang mawar
pada kelompok eksperimen sesudah diberikan RSUD dr.R Koesma Tuban. Tingkat
intervensi hampir seluruhnya (85,7%) keparahan asma pada kelompok kontrol
responden mengalami tingkat keparahan asma sesudah kelompok kontrol mendapatakan
ringan, sedangkan sebagian kecil (14,3%) intervensi, diketahui bahwa dari 14 responden
responden mengalami tingkat keparahan asma yang tidak diberikan terapi slow deep
sedang. breathing sebagian besar (50,0%) responden
Tingkat keparahan asma pada kelompok mengalami tingkat keparahan asma sedang,
kontrol pada pasien asma di ruang mawar sebagian kecil responden mengalami
RSUD dr.R Koesma Tuban. Tingkat penurunan tingkat keparahan asma berat
keparahan asma pada kelompok kontrol sebesar (21,4%) dan tingkat keparahan asma
sebelum kelompok eksperimen mendapatakan ringan (28,6%).
intervensi, dapat diketahui bahwa dari 14
responden pada kelompok kontrol sebelum
kelompok eksperimen mendapatkan intervensi
seluruhnya 100% mengalami tingkat
keparahan asma berat.
Tingkat keparahan asma pada kelompok
kontrol pada pasien asma di ruang mawar
Pengaruh terapi slow deep breathing terhadap tingkat keparahan asma di ruang mawar RSUD dr.R Koesma
Tuban disajikan dalam tabel silang.
Tabel Silang Pegaruh Terapi Slow Deep Breathing Terhadap Tingkat Keparahan Asma di Ruang Mawar RSUD
dr.R Koesma Tuban

Terapi Slow Deep Tingkat Keparahan Asma Total


Breathing
Ringan Sedang Berat
Kelompok 12 (85,7%) 2(14,3%) 0(0,0%) 14(100,0%)
Eksperimen
Kelompok Kontrol 4 (28,6%) 7(50,0%) 3(21,4%) 14(100,0%)

Jumlah 16 (57,1%) 9(32,1%) 3(10,7%) 28(100,0%)

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi Vol. 7, No. 2 117


Ferianto, Kusno…….................................................hal. 112 – 119 ISSN : 2302-7932
Journal.stikesdrsoebandi.ac.id e-ISSN : 2527-7529

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi


Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui dapat disimpulkan bahwa, tingkat keparahan
bahwa responden pada kelompok eksperimen asma pada pasien asma di ruang mawar RSUD
hampir seluruhnya (85,7%) mengalami tingkat dr. R Koesma Tuban sebelum diberikan terapi
keparahan asma ringan , sedangkan responden slow deep breathing pada kelompok
pada kelompok kontrol sebagian kecil eksperimen dalam kategori berat. Sedangkan
(28,6%) mengalami tingkat keparahan asma sesudah diberikan intervensi hampir
ringan, responden pada kelompok eksperimen seluruhnya mengalami tingkat keparahan
sebagian kecil (14,3%) mengalami tingkat sedang, Tingkat keparahan asma pada pasien
keparahan sedang atau tetap, sedangkan asma di ruang mawar RSUD dr. R Koesma
responden pada kelompok kontrol hampir Tuban pada kelompok kontrol sebelum
seluruhnya (50,0%) mengalami tingkat diberikan intervensi standart rumah sakit
keparahan asma sedang atau tetap, responden seluruhnya mengalami tingkat keparahan asma
pada kelompok eksperimen tidak satupun berat, sedangak sesudah diberikan intervensi
(0,0%) mengalami tingkat keparahan asma sebagian besar mengalami tingkat keparahan
berat sedangkan responden pada kelompok asma sedang dan ringan, Terdapat pengaruh
kontrol sebagian kecil (21,4%) mengalami pemberian terapi slow deep breathing terhadap
tingkat keparahan asma berat tingkat keparahan asma pada pasien asma di
Analisis data yang digunakan pada ruang mawar RSUD dr. R Koesma Tuban.
penelitian ini adalah uji Mann Whitney. Uji Ditunjukkan dengan hasil analisa data yang
dua sampel bebas Uji Mann Whitney pada digun akan pada penelitian ini adalah Uji
statistik non parametrik mempunyai tujuan Mann Whitney dengan tingkat kemaknaan
yang sama dengan uji t pada statistik α=0,05 diperoleh nilai Asymp. Sig.(2-tailed)=
parametrik, yakni ingin mengetahui apakah 2 0,002 dimana 0,002 < 0,05 maka H1 diterima
buah sampel yang bebas berasal dari populasi H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
yang sama. ‘bebas’ atau independen berarti 2 terdapat pengaruh terapi slow deep breathing
sampel tersebut tidak tergantung satu dengan terhadap tingkat keparahan asma pada pasien
yang lain. (Santoso, Singgih, 2010). asma.
Data yang diperoleh dengan cara
menggunakan lembar observasi kemudian DAFTAR PUSTAKA
dilakukan editing dengan cara menyeleksi data
yang masuk dari pengumpulan data melalui Astuti, Nurul Dwi. 2015. Efektivitas Terapi
alat peak flow meter. Selanjutnya dilakukan Slow Deep Breathing (SDB)
coding pada masing masing variabel sesuai Terhadap Tingkat Kontrol Asma
dengan yang tercantum dalam definisi Bronkial Persisten Sedang Di Balai
operasional, selanjutnya ditabulasi kedalam Kesehatan Paru Masyarakat
tabel yang kemudian dianalisis dengan uji Wilayah Semarang. Jurnal Ilmiah.
Mann Whitney menggunakan SPSS dngan Universitas Negeri Semarang.
tingkat kemaknaan α=0,05 diperoleh nilai Astuti, Nurul Dwi, Mahalul Azam. 2017.
Asymp.sig.(2-tailed) = 0,002 dimana 0,002 < Terapi Slow Deep Breathing (SDB)
0,05, maka H1 diterima H0 ditolak sehingga Terhadap Tingkat Kontrol Asma.
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh HIGEIA. 1 (1).
terapi slow deep breathing terhadap tingkat Dewi, Kadek Cahya Kusuma. 2016.
keparahan pada pasien asma. Hubungan Jumlah Terjadinya Drug
Related Problems Dengan Lama
Rawat Inap Pasien Asma Di Rumah
KESIMPULAN Sakit Paru Jember. Digital
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Repository Universitas Jember.
efektifitas terapi slow deep breathing terhadap Universitas Jember.
tingkat keparahan asma pada penderita asma Global Initiative For Asthma (GINA). 2011.
di ruang mawar RSUD dr. R. Koesma Tuban Global Strategy For Asthma

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi Vol. 7, No. 2 118


Ferianto, Kusno…….................................................hal. 112 – 119 ISSN : 2302-7932
Journal.stikesdrsoebandi.ac.id e-ISSN : 2527-7529

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi


Management And Prevwntation.
Diakses pada Tanggal 9 Januari
2019 Dari
Https://Www.Ginasthma.Com/Guid
elineitem.Asp?Intid=1170.
Lorensia, Amelia, Doddy de Queljoe,
Kristian Asbram Santosa. 2015.
Kelengkapan Informasi Mengenai
Cara Penggunaan Peak Flow Meter
Yang Diberikan Kepada Pasien
Asma di Apotek. Jurnal Ilmiah
Manuntung. 1(2), 200-206.
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar.
Diakses tanggal 14 Januari 2019
Https://www.Depkes.Go.Id/Resourc
es/Download/General/Hasil%20Ris
kesdas%202013.Pdf
Syahira, Indra Yovi, Miftah Azrin. 2015.
Hubungan Tingkat Pengetahuan
Asma Dengan Tingkat Kontrol
Asma di Poliklinik Paru RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru. JOM FK
. Volume 1 Nomor 25.
Ustadzi, Imam. 2015. Penatalaksanaan
Fisioterapi Pada Kasus Asma
Bronchial Di Balai Pengobatan
Paru-Paru Yogyakarta. Artikel
Ilmiah. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Walbugara, Vincentia Maya. 2014. Pengaruh
Deep Breathing Exercise Terhadap
Nilai Arus Puncak Ekspirasi Pada
Penderita Asma Bronkhial. Artikel
Ilmah. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Wardani, Rizka Adila. 2016. Pengaruh Slow
Deep Breathing Terhadap Pola
Pernafasan Pada Pasien Asma di
Poliklinik RSUD Kota Surakarta.
Jurnal Ilmiah. 30.
Yusriana, Chintia Sari.2014. Pengaruh Jenis
Terapi dan Karakteristik Penyakit
Asma Terhadap Kualitas Hidup
Pasien Asma Rawat Jalan di RSUD.
Jurnal Manajemen dan Pelayanan
Farmasi. Volume 4 Nomor 1 s

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi Vol. 7, No. 2 119

You might also like