Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

BPJ-1 Well data sheet

Well Data :

Well Name (nama sumur) = Banjar Panji 1


Basin (Cekungan) = East Java Basin (Cekungan JawaTimur)
Political Province (Propinsi) = Jawa Timur
Situation (Lokasi) = Onshore (Darat)
Spud Date (Tajak) = March 08,2006
Well Class (Jenis sumur) = Exploration New-field wildcat (eksplorasi)
Operator = Lapindo Brantas Inc
Contract area = Brantas PSC
Original Latitude = -7.527083 deg
Original Longitude = 112.712500 deg
TD = 9272 ft
Depth Ref Elevation = 37.00 ft
Ground Elevation = 11.00 ft
Objective Depth = 8500 ft
Objective Lithology = carbonate
Objective Lithologic Unit = Kujung Formation
Objective Age Miocene
Note :

On 30 May 2006, PT Energi Mega Persada (EMP) announced that it was engaged in well control
operations on its subsidiary, Lapindo Brantas’ wildcat Banjar Panji 1. EMP reported that it was
undertaking standard well control operations after steam, water and minor amounts of gas
bubbling were observed at the surface at 5am on 29 May 2006. Banjar Panji 1 is the second well
in a new drilling campaign in its on/offshore East Java Brantas PSC, and had been drilled to
2,833m in 12-1/4″ hole at the time of incident. The well had previously been logged prior to the
running of 13-3/8″ casing. Spudded on 8 March 2006 using the “TMMJ” rig, Banjar Panji 1 is
targeting Miocene Kujung Formation reefal carbonates at a location on the eastern margin of the
Wunut gas field which produces from Pleistocene volcaniclastic sandstones. Banjar Panji 1 has a
PTD of about 3,050m and the prospect has 1-50 MMboe upside resource potential according to
partner Santos. Drilling costs to end April 2006 have been quoted at US$ 3,548,926.

Well diagram (when it was killed after mudflow)


LUMPUR PEMBORAN
Tujuan utama dari sistem sirkulasi pada suatu operasi pemboran adalah untuk mensirkulasikan
fluida pemboran (lumpur bor) ke seluruh sistem pemboran, sehingga lumpur bor mampu
mengoptimalkan fungsinya. Sistem sirkulasi pada dasarnya terdiri dari empat komponen, yaitu :
1. Fluida pemboran (lumpur bor)
2. Tempat persiapkan
3. Peralatan sirkulasi
4. Conditioning area

LUMPUR PEMBORAN (DRILLING FLUID, MUD)


Fluida pemboran merupakan suatu campuran cairan dari beberapa komponen yang dapat terdiri
dari : air (tawar atau asin), minyak, tanah liat (clay), bahan-bahan kimia, gas, udara, busa maupun
detergent. Di lapangan fluida dikenal sebagai "lumpur" (mud). Lumpur pemboran merupakan faktor
yang penting serta sangat menentukan dalam mendukung kesuksesan suatu operasi pemboran.
Kecepatan pemboran, efisiensi, keselamatan dan biaya pemboran sangat tergantung pada kinerja
lumpur pemboran. Fungsi lumpur dalam suatu operasi pemboran antara lain adalah sebagai berikut :
1.    Mengangkat cutting ke permukaan.
2.    Mendinginkan dan melumasi bit dan drill string.
3.    Memberi dinding lubang bor dengan mud cake.
4.    Mengontrol tekanan formasi.
5.    Membawa cutting dan material-material pemberat pada suspensi bila sirkulasi lumpur dihentikan
sementara.
6.    Melepaskan pasir dan cutting dipermukaan.
7.    Menahan sebagian berat drill pipe dan cutting (bouyancy efect).
8.    Mengurangi effek negatif pada formasi.
9.    Mendapatkan informasi (mud log, sampel log).
10. Media logging.

Komposisi lumpur pemboran. 


Komposisi lumpur pemboran ditentukan oleh kondisi lubang bor dan jenis formasi yang ditembus
oleh mata bor. Ada dua hal penting dalam penentuan komposisi lumpur pemboran, yaitu :
      Semakin ringan dan encer suatu lumpur pemboran, semakin besar laju penembusannya.
      Semakin berat dan kental suatu lumpur pemboran, semakin mudah untuk mengontrol kondisi dibawah
permukaan separti masuknnya fluida formasi bertekanan tinggi (dikenal sebagai "kick"). Bila keadaan ini
tidak dapat diatasi maka akan menyebabkan semburan liar (blowout).

Lumpur umumnya campuran dari tanah liat (clay), biasanya bentonite, dan air yang digunakan
untuk membawa cutting ke atas permukaan. Lumpur berfungsi sebagai lubrikasi dan medium pendingin
untuk pipa pemboran dan mata bor. Lumpur merupakan komponen penting dalam pengendalian sumur
(well-control), karena tekanan hidrostatisnya dipakai untuk mencegah fluida formasi masuk ke dalam
sumur. Lumpur juga digunakan untuk membentuk lapisan solid sepanjang dinding sumur (filter-cake)
yang berguna untuk mengontrol fluida yang hilang ke dalam formasi (fluid-loss).
Sistem yang paling penting di rig adalah sistem sirkulasi lumpur pemboran. lumpur pemboran
dipompakan ke dalam pipa bor yang akan disemprotkan keluar melalui nozzle pada pahat dan kembali
ke permukaan melalui ruang antara pipa dan lubang. Lumpur pemboran akan mengangkat potongan-
potongan batu yang dibuat oleh pahat (disebut cuttings) ke permukaan. Hal ini mencegah penumpukan
serbuk bor di dasar lubang. selama pemboran, lubang sumur selalu penuh terisi lumpur pemboran untuk
mencegah mengalirnya fluida seperti air, gas atau minyak dari batuan bawah tanah ke lubang sumur.
Jika minyak atau gas dapat mengalir ke permukaan saat pemboran, akan menyebabkan
kebakaran. Bahkan jika hanya air yang mengalir saja dapat menggugurkan lubang dan membuat kita
kehilangan sumur. dengan adanya lumpur pemboran, fluida ini tertahan berada di dalam batuan.
pemboran sumur di lepas pantai hampir sama dengan pemboran di daratan. Untuk sumur wildcat di
lepas pantai, rig dinaikkan di atas barge, anjungan (platform) terapung, atau kapal yang dapat
berpindah. apabila lapangan lepas pantai sudah ditentukan, anjungan (platform) produksi akan dipasang
untuk membor sumur-sumur lainnya dan memproduksi migas.
Karena lumpur pemboran menjaga agar migas tetap berada di dalam batuan, cadangan migas
bawah tanah pun dapat dibor tanpa mengindikasikan adanya migas, sehingga diperlukan evaluasi sumur
dengan cara menurunkan peralatan rekam wireline. Truk alat rekam dipanggil, menurunkan tabung
berisi instrumen yang disebut sonde ke dalam lubang sumur. ketika sonde diangkat keluar lubang,
instrumen akan merekam secara elektrik, suara dan radioaktif sifat-sifat batuan dan fluida yang
dilaluinya. Pengukuran ini direkam pada kertas panjang bergaris yang disebut well log. well log ini
memberi informasi tentang komposisi lapisan batuan, pori-pori, dan fluida yang mungkin ada di
dalamnya.
Dari hasil pembacaan well log, sumur dapat saja ditutup dan ditinggalkan sebagai sumur kering
atau diselesaikan untuk diproduksikan. pemasangan pipa produksi adalah cara awal menyelesaikan
sumur. untuk memasang pipa, pipa baja panjang yang bergaris tengah besar (disebut selubung atau
casing) dimasukkan ke dalam sumur. Semen basah dipompakan ke dalam ruang antara casing dan
dinding sumur hingga mengeras untuk menjaga lubang sumur. pada kebanyakan sumur, pemasangan
casing bertahap yang disebut casing program dilakukan sebagai berikut: bor sumur, pasang casing, bor
lebih dalam, pasang casing lagi, bor lebih dalam lagi, dan pasang casing lagi.

Fungsi Lumpur Pemboran


Menurut Preston L. Moore (1974), lumpur pemboran mulai dikenal pada sekitar tahun 1900-an
bersamaan dengan dikenalnya pemboran rotari. Pada mulanya tujuan utama dari lumpur pemboran
adalah untuk mengangkat serbuk bor secara kontinyu. Dengan berkembangnya zaman, banyak fungsi-
fungsi tambahan yang diharapkan dari lumpur pemboran. Banyak additif dengan berbagai fungsi yang
ditambahkan kedalamnya, menjadikan lumpur pemboran yang semula hanya berupa fluida sederhana
menjadi campuran yang kompleks antara fluida, padatan dan bahan kimia.
Dari adanya perkembangan dalam penggunaan lumpur hingga saat ini, fungsi-fungsi utama dari
lumpur pemboran yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1)   Mengendalikan tekanan formasi.
2)   Mengangkat serbuk bor kepermukaan dan membersihkan dasar lubang bor.
3)   Memberi dinding pada lubang bor dengan mud-cake.
4)   Melumasi dan mendinginkan rangkaian pipa pemboran.
5)   Menahan padatan dari formasi dan melepaskannya dipermukaan.
Masing-masing fungsi akan dijelaskan satu persatu. Dan dalam penulisan ini yang berkaitan erat
dengan judul penulisan adalah fungsi yang nomor kedua dari kelima fungsi utama dari lumpur
pemboran tersebut.

1. Mengendalikan Tekanan Formasi


Tekanan formasi umumnya adalah sekitar 0,465 psi/ft. Pada tekanan yang normal, air dan
padatan pada pemboran telah dapat untuk menahan tekanan formasi ini. Untuk tekanan yang lebih kecil
dari normal (sub-normal) densitas lumpur harus diperkecil supaya perolehan hilang lumpur atau loss
circulation tidak terjadi. Tetapi sebaliknya untuk tekanan yang lebih besar dari tekanan normal maka
penambahan barite sebagai pemberat perlu dilakukan.
2. Mengangkat Serbuk Bor ke Permukaan dan Membersihkan Dasar Lubang Bor.
Pembersihan lubang bor adalah fungsi pokok dari lumpur pemboran. Fungsi ini juga paling sering
dilalaikan dan salah dinterpretasikan. Serbuk bor biasanya mempunyai SG sekitar 2,3 samapai 3,0 dan
rata-rata adalah 2,5. Jika serbuk bor lebih berat dari lumpur, maka serbuk bor akan jatuh dengan
kecepatan yang disebut dengan kecepatan slip.
Kecepatan slip dari serbuk bor dalam aliran fluida, dipengaruhi secara langsung oleh sifat fisik
lumpur antara lain kekentalan fluida. Jadi jika kecepatan lumpur di annulus dibatasi oleh kemampuan
pompa atau pembesaran lubang, maka lumpur perlu dikentalkan untuk mengurangi kecepatan slip
serbuk bor agar lubang bor tetap bersih. Keberhasilan pengangkatan juga dipengaruhi oleh luasan
permukaan atau bentuk daripada partikel serbuk bor, semakin besar luasan dari partikel, maka gaya
angkat fluida meneruskan tenaga dorong dari pompa akan semakin bagus sehingga kecepatan slip
serbuk bor juga bisa dikurangi dengan memperbaiki sifat-sifat fisik lumpur, disamping itu juga
mengoptimalkan tekanan pemompaan. Bentuk fisik daripada partikel serbuk bor tergantung juga
kepada jenis formasi yang ditembus.
 Pada aliran laminer kecepatan fluida pada sisi dinding lubang bor sangatlah kecil sehingga efek
torsi mudah terjadi karena ujung alirannya yang parabolik, hal ini akan menyebabkan serbuk bor mudah
jatuh lagi ke dasar lubang bor, ini akan dapat menghambat berhasilnya pengangkatan serbuk bor.
Pengangkatan serbuk bor akan mendapatkan hasil yang lebih bagus dengan menggunakan aliran
turbulen, karena distribusi kecepatannya datar bukan parabolik seperti pada aliran laminer.
 Kekurangannya adalah mudah terjadi pengikisan lubang bor bila formasi yang ditembus tidak
kompak, hal ini akan mengakibatkan runtuhnya dinding lubang bor yang menyebabkan semakin
mengendapnya serbuk bor dan tidak terangkatnya serbuk bor dengan baik.
 Lumpur dasar air dapat dikentalkan dengan menambahkan bentonite, dengan menambahkan
banyak padatan, dengan flokulasi padatan atau dengan additif khusus. Jadi ada beberapa pilihan, dan
penentuan pilihan tergantung dari tujuan lain yang ingin dicapai. Bentonite adalah pilihan yang murah,
tetapi jika ada masalah hilang air, maka harus ditambah pengencer untuk mencegah flokulasi.
Hasil yang didapat mungkin hanyalah sedikit penambahan pada kapasitas pengangkatan dan
masalah dalam lubang tetap terjadi. Penambahan banyak padatan akan menaikkan densitas, pilihan ini
tidak dianjurkan jika tidak digunakan untuk tujuan mengontrol tekanan. Penerapan flokulasi lumpur
adalah pilihan yang mudah dan murah, tetapi juga dibatasi oleh masalah hilang air. Additif khusus
mungkin merupakan pilihan yang paling tepat, tetapi hal ini akan menaikkan biaya lumpur.
Lumpur pemboran yang baik untuk pembersihan dasar sumur apabila memiliki karakteristik
mengencer akibat gesekan (shear thining) yang baik, karena semakin bersih lubang bor berarti semakin
bagus pula pengangkatan serbuk bornya sampai kepermukaan.

3. Memberi dinding Pada Lubang Bor Dengan Mud Cake.


Lumpur akan membuat mud cake atau lapisan zat padat tipis didinding formasi permeabel (lulus
air), pembentukan mud cake ini akan menyebabkan tertahannya aliran fluida masuk ke formasi (adanya
aliran yang masuk yaitu cairan plus padatan menyebabkan padatan tertinggal/tersaring). Mud Cake yang
dikehendaki adalah mud cake yang tipis karena dengan demikian lubang bor tidak dipersempit dan
cairan tidak banyak yang hilang. Sifat wall building ini dapat diperbaiki dengan penambahan :
a.    Sifat koloid drilling mud dengan bentonite.
b.    Memberi zat kimia untuk memperbaiki distribusi zat padat dalam lumpur dan memperkuat mud cake.

4. Melumasi dan Mendinginkan Pahat.


Panas yang ditimbulkan terjadi karena gesekan pahat serta drillstring dengan formasi. Konduksi
formasi umumnya kecil, sehingga sukar sekali menghilangkan panas dalam waktu cepat, tetapi
umumnya dengan adanya aliran lumpur telah cukup untuk mendinginkan sistem serta melumasi pahat.
Umur pahat bisa lebih lama sehingga biaya pergantian pahat bisa ditekan, karena dengan tertembusnya
formasi yang cukup keras, kalau tidak terlumasi dengan baik, bit akan cepat tumpul sehingga daya
tembusnya menjadi lambat dan memperlambat proses pemboran.

5. Menahan Padatan Dari Formasi dan Melepaskannya di Permukaan.


Lumpur pemboran yang baik mempunyai sifat tixotropi yang menyebabkan partikel-partikel
padatan dapat dibawa sampai kepermukaan, dan menahannya didalam lumpur selama sirkulasi
berhenti. Kemampuan lumpur untuk menahan serbuk bor selama sirkulasi dihentikan terutama
tergantung terhadap gel strength, dengan cairan menjadi gel tekanan terhadap gerakan serbuk bor
kebawah dapat dipertinggi. Serbuk bor dapat ditahan agar tidak turun kebawah, karena bila ia
mengendap dibawah bisa menyebabkan akumulasi serbuk bor dan pipa akan terjepit. Selain itu ini akan
memperberat kerja pompa untuk memulai sirkulasi kembali. Tetapi gel yang terlalu besar akan berakibat
buruk juga, karena akan menahan permbuangan serbuk bor dipermukaan (selain pasir). Penggunaan
alat seperti desander dan shale shaker dapat membantu pengambilan serbuk bor dari lumpur
dipermukaan. Patut ditambahkan bahwa pasir harus dibuang dari lumpur karena sifatnya yang abrassive
pada pompa, sambungan-sambungan

Pemeliharaan Pompa-pompa di Rig Pemboran


 Pompa lumpur adalah suatu alat untuk memompakan cairan dengan mengubahtenaga mekanis
menjadi tenaga hidrolis. Fungsinya untuk memberikan dayahidrolis berupa tekanan dan volume
aliran/debit lumpur, dengan mengalirkanlumpur dari tangki melalui manifold stand pipe masuk ke drill
string, menuju ke nozzle pahat dengan mengefektifkan jet velosity-nya. Kemudian dengan tekananyang
dihasilkan oleh pompa lumpur, cairan pemboran akan membawa serbuk bordari dasar lubang menuju
permukaan melalui annulus.
Sedangkan prinsip kerja pompa triplex single acting itu sendiri adalahdengan satu kali gerakan
bolak-balik akan menghasilkan satu kali kerja. Dimana pada saat piston bergerak ke belakang terjadi
langkah pengisapan sehingga liner terisi oleh cairan. Karena pompa triplex bekerja cepat maka pengisian
liner dilakukan oleh pompa centrifugal sebagai super charging-nya. Sedangkan pada saat piston
bergerak ke depan, maka terjadi langkah penekanan (discharge) sehingga volume cairan yang ada di
salam liner terdorong keluar menuju discharge manifold.

Tipe Lumpur Pemboran


Sesuai dengan  lithologi dan stratigrafi yang berbeda-beda untuk setiap lapangan, serta tujuan
pemboran yang berbeda-beda (eksplorasi, pengembangan, kerja ulang) kita mengenal type/ sistim
lumput yang berbeda-beda pula, seperti :
1)      Sistim Lumpur Tak Terdispersi (Non Dispersed). Termasuk diantaranya lumpur tajak untuk permukaan
dan sumur dangkal dengan treatment yang sangat terbatas.
2)      Sistim Lumpur Terdispersi untuk sumur yang lebih dalam yang membutuhkan berat jenis yang lebih
tinggi atau kondisi lubanh yang problematis. Lumpur perlu didispersikan menggunakan dispersant
seperti senyawa Lignosulfonat, Lignite serta Tannin
3)      Lime Mud (Calcium Treated Mud), sistim Lumpur yang mengandalkan ion-ion Calcium untuk melindungi
lapisan formasi shale yang mudah runtuh karena me-nyerap air.
4)      Sistim Lumpur Air Garam yang mengandalkan larutan garam (NaCl, KCl)) untuk mengurangi pembasahan
formasi oleh air.
5)      Sistim Lumpur Polymer yang mengandalkan polymer-polymer seperti Poly Acrylate, Xanthan Gum,
Cellulosa untuk melindungi formasi dan mencegah terlarutnya cuttings kedalam lumpur bor. Sistim ini
dapat ditingkatkan kemam-puannya dengan menambahkan daram KCl atau NaCl, sehingga sistim ini
disebut Salt Polymer System.
6)      Oil Base Mud. Untuk membor lapisan formasi yang sangat peka terhadap air, digunakan sistim lumpur
yang menggunakan minyak sebagai medium pelarut. Bahan-bahan kimia yang dipakai haruslah dapat
larut atau  kompatibel dengan minyak., berbeda dengan bahan kimia yang larut dalam air. Sistim
Lumpur ini  Sistim Lumpur ini sangat handal melindungi desintefrasi formasi, tahan suhu tinggi, akan
tetapi kecuali mahal juga kurang ramah lingkungan
7)      Sistim Lumpur Synthetis menggunakan fluida sintetis dar jenis ester, ether, dan poly alha olefin, untuk
menggantikan minyak sebagai medium pelarut. Lumpur ini sekwaalitas dengan Oil Based Mud, ramah
lingkungan, akan tetapi dianggap teralu mahal.

Bahan Kimia Lumpur


Seperti  kita ketahui, berbagai aditif berupa bahan kimia (baik yang diproduksi khusus untuk
keperluan lumpur pemboran maupun bahan kimia umum) dan mineral dibutuhkan untuk memberikan
karakeristik pada lumpur pemboran. Bahan-bahan tesebut dapat diklasifikasi sebagai berikut:
1)      Viscosifiers (bahan pengental) seperti Bentonite, CMC, Attapulgite dan polymer
2)      Weighting Materials (Pemberat): Barite, Calcium Carbonate, Garam2 terlarut.
3)      Thinners (Pengencer): Phosphates, Lignosulfonate, Lignite, Poly Acrylate
4)      Filtrat Reducers : Starch, CMC, PAC, Acrylate, Bentonite, Dispersant
5)      Lost Circulation Materials : Granular, Flake, Fibrous, Slurries
6)      Aditif Khusus: Flocculant, Corrosion Control, Defoamer, pH  Control, Lubricant

You might also like