Professional Documents
Culture Documents
162-169. Aulia Firda Melati. Pertumbuhan Benih Ikan Gabus (Channa Striata Bloch) Yang Diberi Pakan Dengan Penambahan Vitamin B1
162-169. Aulia Firda Melati. Pertumbuhan Benih Ikan Gabus (Channa Striata Bloch) Yang Diberi Pakan Dengan Penambahan Vitamin B1
162-169. Aulia Firda Melati. Pertumbuhan Benih Ikan Gabus (Channa Striata Bloch) Yang Diberi Pakan Dengan Penambahan Vitamin B1
AQUAWARMAN
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR
Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
1)
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
2),3) )
Staf Pengajar Jurusan Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
Abstract
The study were aimed to analyze the effect of the addition vitamin B1 (Thiamine) in
feed diet and to determine the optimum dose of vitamin B1 for survival rate and
growth rate of the snakehead murrel fries (Channa striata Bloch). The design used
in this study was Completely Randomized Design (CRD) with 5 and 3 replicated,
there are : P1 = 0 mg/kg feed (without vitamin B1 addition), P2 = 0,6 mg/kg feed, P3
= 1,2 mg/kg feed, P4 = 1,8 mg/kg feed and P5 = 2,4 mg/kg feed. The data were
analyzed using ANOVA with F test and proceed by the Duncan’s Multiple Range Test
on 5% degree. Results of this research showed that the addition of vitamin B1 in
feed diet effected towards growth, conversion and efficiency of feed dietary for
snakehead murrel. Highest result of specific growth rate exist in treatment P4 (1,8
mg/kg feed) in the amount of 4,44 %/day, and the lowest found in treatment P1 (0
mg/kg feed) in the amount 3,18 %/day. Treatment which showed the highest result
of feed efficiency is treatment P4 (1,8 mg/kg feed) in amount 122,90% and the
lowest found in treatment P1 (0 mg/kg feed) in the amount 72,85%.
Keywords: Snakehead murrel (C. Striata Bloch), Vitamin B1 (Thiamine), Survival rate, Growth.
Halver (1989) melaporkan bahwa jenis yang diisi air dengan volume ±50 liter dan
ikan Carp dan Channel Catfish sama-sama dilengkapi dengan aerasi serta ditambahkan
membutuhkan pakan dengan kandungan tanaman air hydrilla sebagai peidung. Benih
vitamin B1 mencapai 3 mg/kg pakan untuk ikan gabus yang digunakan berukuran berat
tumbuh normal dan terhindar dari gejala ±0,60 gram dan panjang total ±4 cm. Benih
defisiensi. Menurut Giri et al. (2005) ikan gabus ditebar sebanyak 10 ekor per
kebutuhan vitamin B1 untuk ikan lainnya wadah. Pemeliharaan dilakukan selama 30
seperti ikan kerapu bebek mencapai 2,4 hari. Pakan yang digunakan berbahan dasar
mg/kg pakan. udang rebon dan ditambahkan vitamin B1
Sampai saat ini belum ada informasi sesuai perlakuan. Pakan selama pemeliharaan
kebutuhan vitamin B1 untuk ikan gabus, benih diberikan secara ad satiation.
khususnya pada fase benih. Oleh karena itu
tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis C. Pengumpulan Data
kegunaan penambahan vitamin B1 pada 1. Kelangsungan hidup (Survival rate)
pakan dengan dosis yang berbeda terhadap Rumus yang digunakan berdasarkan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih Zonneveld et al. (1991), sebagai berikut :
Nt
ikan gabus. SR = No × 100%
163
J.Aquawarman. Vol. 5 (2): 162-169. Oktober 2019 ISSN : 2460-9226
Keterangan :
SGR = Specific Growth Rate (%/hari) D. Data Penunjang
Wt = Berat rata-rata ikan di akhir penelitian Data penunjang dalam penelitian ini
(g) merupakan data kualitas air yang meliputi
Wo = Berat rata-rata ikan di awal penelitian suhu, derajat keasaman (pH), oksigen
(g) terlarut, CO2 dan amoniak. Pengukuran
t = Lama waktu penelitian (hari) kualitas air dilakukan setiap 1 minggu sekali.
2.0
Menurut Krampitz (1969) dalam Halver 1.5 0,98a
6 4,29b 4,44b
Spesifik (%/hari)
terarah. 4,14b
5 4,09b
3,18a
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa 4
perlakuan dengan penambahan vitamin B1 3
semuanya memiliki nilai yang lebih tinggi 2
1
yaitu 90,00% sampai dengan 93,33%
0
dibandingkan dengan pemberian pakan tanpa
P1 P2 P3 P4 P5
penambahan vitamin B1. Hal ini terjadi juga
pada penelitian Giri et al. (2005) terhadap Perlakuan
ikan kerapu bebek yang diberi pakan dengan
Gambar 4. Laju pertumbuhan spesifik benih
penambahan vitamin B1 menunjukan tingkat
ikan gabus. (Keterangan: notasi
kelangsungan hidup yang lebih tinggi
yang sama menunjukan tidak
dibandingkan dengan pemberian pakan tanpa
adanya perbedaan nyata antar
penambahan vitamin B1.
perlakuan {P>0,05}).
165
J.Aquawarman. Vol. 5 (2): 162-169. Oktober 2019 ISSN : 2460-9226
Konversi pakan tertinggi terdapat pada Hasil dari analisis menunjukan bahwa
perlakuan P1 dengan nilai sebesar 1,38. penambahan vitamin B1 pada pakan dapat
Diikuti dengan perlakuan P2, P5 dan memberikan pengaruh yang berbeda
perlakuan P3 berturut-turut dengan nilai terhadap konversi dan efisiensi pakan benih
0,95, 0,93 dan 0,92. Perlakuan dengan rasio ikan gabus dibandingkan dengan tanpa
konversi pakan terendah yaitu pada penambahan vitamin B1. Diduga dengan
perlakuan P4 dengan penambahan 1,8 mg adanya penambahan vitamin B1 ikan gabus
vitamin B1 per kilogram pakan dengan nilai dapat memanfaatkan pakan yang diberikan
sebesar 0,81 sebagaimana yang dapat dilihat dengan lebih baik, dikarenakan fungsi dari
pada Gambar 6. vitamin B1. Menurut Nurkhozin dan Mulyanti
(2017), vitamin B1 berfungsi sebagai koenzim
2. Efisiensi pakan
b
pada proses metabolisme karbohidrat yang
Efisiensi Pakan (%)
b 122,90 109,02b
150 105,81b 109,49 dibutuhkan dalam reaksi pengubahan piruvat
100 72,85a menjadi asetil-KoA. Asetil-KoA dimanfaatkan
dalam proses metabolisme pada siklus krebs
50 dan dapat menghasilkan energi.
0 Energi yang dihasilkan kemungkinan
P1 P2 P3 P4 P5
dapat mencukupi kebutuhan ikan untuk
mencerna pakan dengan baik sehingga
Perlakuan
meningkatkan konversi pakan dan juga
efisiensi pakan pada ikan. Energi yang
Gambar 7. Efisiensi pakan benih ikan gabus. dihasilkan diduga juga memenuhi kebutuhan
(Keterangan: notasi yang sama ikan untuk beraktivitas sehari-hari seperti
menunjukan tidak adanya berenang, kemudian kelebihan energi yang
perbedaan nyata antar perlakuan dihasilkan digunakan untuk penunjang
{P>0,05}). pertumbuhan ikan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Effendie (2002) bahwa
Nilai efisiensi pemanfaatan pakan benih
pertumbuhan individu terjadi bila ada
ikan gabus dapat dilihat pada Gambar 7,
kelebihan energi dan protein yang berasal
dimana penambahan vitamin B1 dengan dosis
dari pakan, setelah digunakan untuk
yang berbeda pada pakan memberikan hasil
kebutuhan metabolisme dasar dan
berpengaruh nyata, dimana P4 merupakan
pergerakan maka akan digunakan untuk
perlakuan tertinggi.
perawatan bagian tubuh atau pergantian sel-
Konversi pakan merupakan
sel yang rusak.
perbandingan antara jumlah pakan yang
Berdasarkan data hasil perhitungan
diberikan dengan jumlah pertumbuhan berat
konversi dan efisiensi pakan maka
ikan yang dihasilkan (Zonneveld et al., 1991).
penambahan 1,8 vitamin B1 mg per kilogram
Konversi pakan adalah penggambaran banyak
pakan merupakan dosis optimal untuk benih
atau sedikitnya pemberian pakan pada ikan
ikan gabus. Pada penelitian ini didapatkan
dalam jangka waktu tertentu selama masa
bahwa kebutuhan vitamin B1 pada ikan gabus
pemeliharaan. Nilai konversi pakan tertinggi
yang merupakan ikan karnivora yaitu sebesar
didapatkan pada perlakuan P1, konversi
1,8 mg per kilogram pakan. Jika dibandingkan
pakan terendah dalam penelitian ini terdapat
dengan kebutuhan vitamin B1 dengan ikan
pada perlakuan P4. Semakin rendah nilai yang
karnivora lain seperti ikan kerapu bebek (0,6
didapat maka semakin baik hasilnya. Dapat
mg per kilogram pakan) pada percobaan Giri
dikatakan bahwa dengan jumlah pakan yang
et al. (2005), maka kebutuhan vitamin B1
kurang dari 1 kg dapat menghasilkan daging
pada ikan gabus cenderung lebih tinggi.
ikan sebanyak 1 kg.
Berbeda halnya dengan sesama jenis
ikan yang hidup pada habitat perairan tawar,
167
J.Aquawarman. Vol. 5 (2): 162-169. Oktober 2019 ISSN : 2460-9226
kebutuhan vitamin B1 ikan gabus cenderung gabus masih mampu bertahan hidup dengan
lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan CO2 yang cukup tinggi. Hartini et
kebutuhan vitamin B1 pada beberapa spesies al. (2013) menyatakan bahwa ikan gabus
ikan air tawar lain yang mencapai 10-15 mg mampu mentoleransi kandungan CO2 sebesar
per kilogram pakan dalam Halver (1989). kurang dari 5 mg/liter.
Amoniak (NH3) merupakan salah satu
D. Kualitas Air parameter perairan yang penting karena
Hasil dari kualitas air pada penelitian ini menurut Boyd (2015) amoniak adalah zat
masih tergolong cukup baik dan juga ikan utama yang dihasilkan dari proses ekskresi
gabus merupakan ikan yang lebih tinggi biota perairan termasuk ikan. Seperti hasil
tingkat toleransinya terhadap kondisi kualitas ekskresi yang lain, zat ini dapat menjadi racun
air yang kurang baik. Kisaran parameter apabila tidak bisa diekskresikan. Toleransi
kualitas air pada penelitian ini masih dalam ikan terhadap amoniak bervariasi tergantung
kisaran normal untuk kelangsungan hidup dengan spesies, kondisi fisiologis dan kondisi
dan pertumbuhan benih ikan gabus. lingkungan. Konsentrasi mematikan untuk
Berdasarkan hasil pengamatan suhu pada jangka waktu pendek (24 sampai 72 jam)
media pemeliharaan berada pada kisaran 27- adalah diantara 0,4 dan 2,0 mg/liter (Boyd
32ºC, kondisi ini sesuai dengan pernyataan dan Pillai, 1984).
BPBAT Mandiangin (2014) bahwa ikan gabus Konsentrasi amoniak yang teramati pada
dapat hidup dan tumbuh dengan baik pada penelitian ini tergolong rendah karena nilai
suhu perairan dengan kisaran 26,8-32,1ºC. yang didapatkan yaitu 0,002-0,049 mg/liter,
Derajat keasaman atau pH yang terukur ikan gabus dapat bertahan hidup dan tumbuh
pada media pemeliharaan selama penelitian dengan baik pada kondisi seperti ini selama
yaitu berkisar 7,42-8,95. Muflikhah (2007) penelitian. Hal ini sesuai dengan pernyataan
menyatakan bahwa ikan gabus sangat toleran Bijaksana (2010), bahwa pada perairan rawa
terhadap kondisi anaerob, karena memiliki yang menjadi habitat dari ikan gabus didapati
alat pernafasan tambahan yang terletak di konsentrasi amoniak yang cukup tinggi yang
atas insang, dengan demikian ikan gabus konsentrasinya berkisar 0,3-0,6 mg/liter.
dapat hidup pada perairan dengan kondisi pH
yang berkisar antar 4-9. 4. KESIMPULAN
Kadar oksigen terlarut pada penelitian ini
masih dalam kisaran normal dengan nilai a. Penambahan vitamin B1 dalam pakan
konsentrasi 2,83-6,69 mg/liter. Bijaksana dengan dosis yang berbeda tidak
(2010) menyatakan bahwa ikan gabus menunjukkan adanya pengaruh yang
termasuk salah satu jenis ikan yang mampu berbeda nyata terhadap kelangsungan
mempertahankan hidupnya dalam kondisi hidup, tetapi menunjukkan pengaruh
lingkungan dengan kadar oksigen terlarut yang berbeda nyata terhadap
rendah berkisar 1,9-3,7 mg/liter. pertumbuhan panjang, pertumbuhan
Menurut BPBAT Mandiangin (2014), berat benih ikan gabus dan konversi
bahwa ikan gabus pada tahap pendederan serta efisiensi pakan.
benih dapat menunjukan pertumbuhan yang b. Penambahan vitamin B1 dalam pakan
baik pada kisaran oksigen terlarut sekitar 0,5- pada perlakuan P4 (1,8 mg vitamin B1 /
7,4 mg/liter. kg pakan) menunjukkan hasil
Menurut Gaffar et al. (2012) benih ikan kelangsungan hidup, pertumbuhan dan
gabus dapat tumbuh pada perairan dengan efisiensi pakan yang lebih tinggi serta
konsentrasi karbon dioksida (CO2) berkisar konversi pakan yang terendah
2,4-3,6 mg/liter. Pada penelitian ini nilai dibandingkan perlakuan lainnya.
konsentrasi CO2 yang didapatkan memiliki
nilai tertinggi yaitu 3,30 mg/liter. Diduga ikan
168
J.Aquawarman. Vol. 5 (2): 162-169. Oktober 2019 ISSN : 2460-9226