Aureus Dan Esherichia Coli PENYEBAB MASTITIS PADA SAPI PERAH

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

INHIBITION OF Pluchea indica L.

LEAVES EXTRACT WITH METHANOL


SOLVENT ON Staphylococcus aureus and Esherichia coli GROWTH WHICH
CAUSED MASTITIS IN DAIRY CATTLE

Dewi Rahmawati1), Puguh Surjowardojo 2) and Sarwiyono2)


1)
Student of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University
2)
Lecturer of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University
E-mail: dewirahma335@gmail.com

ABSTRACT

This research was carried from 1 st December to 31st December 2014 at Bacteriology
HPT Laboratory, Faculty of Agriculture, University of Brawijaya, Malang. The purpose of
this research was to determine the inhibition strength of Pluchea indica L. leaves extract with
methanol solvent on Staphylococcus aureus and Esherichia coli growth which caused
mastitis in dairy cattle. Material used Staphylococcus aureus and Esherichia coli bacteria
was obtain from Bakteriology HPT Laboratory, Faculty of Agriculture, University of
Brawijaya, Malang. Pluchea indica L. leaves was extracted used maceration method with
methanol solvent. The research method used 4 treatments with 6 replications. Each Pluchea
indica L leaves extract was tested for inhibition with concentration of 30% (P1), 40% (P2),
50% (P3) and iodips was used as a controls (P0). Data were analyzed by analysis of variance
based on Completely Randomized Design (CRD). If significant effect appeared it would be
continued by Least Significant Different (LSD). Results showed addition 50% of Pluchea
indica L. leaves extracted with methanol increased the inhibition power of Staphylococcus
aureus (7.6 ± 0.48mm) and Esherichia coli (5.7 ± 0.63mm) bacteria. The inhibition power
effectiveness of Staphylococcus aureus bacteria was higher (7.6 ± 0.48mm) than Esherichia
coli bacteria (5.7 ± 0.63mm) when it was treated by 50% of Plucheaindica L.leaves extracted
with methanol. It was suggested that this result need the further trials on dairy farmers
practice to use as an alternative to teat dipping in dairy cows in inhibiting the occurrence of
mastitis.

Keywords: Bacteria, extract methanol, mastitis, pluchea indica L, teat dipping.

DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DENGAN


PELARUT METANOL TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus
aureus dan Esherichia coli PENYEBAB MASTITIS PADA SAPI PERAH
Dewi Rahmawati1), Puguh Surjowardojo 2) dan Sarwiyono2)
1)
Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya , Malang
2)
Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: dewirahma335@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan mulai 1 Desember - 31 Desember 2014 di Laboratorium HPT
Bakteriologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Tujuan penelitian adalah
mengetahui daya hambat ekstrak daun beluntas dengan pelarut metanol terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Esherichia coli yang menyebabkan mastitis pada
sapi perah. Bahan yang digunakan yaitu Staphylococcus aureus dan Esherichia dan ekstrak
daun beluntas. Metode penelitian menggunakkan RAL dengan 4 perlakuan dengan 6 ulangan.

1
Setiap ekstrak daun beluntas (pluchea indica l.) diuji daya hambat dengan konsentrasi 30%
(P1), 40% (P2), 50% (P3) dan iodips digunakan sebagai kontrol (P0). Hasil penelitian
menunjukkan penambahan ekstrak daun beluntas (Pluchea indica L.) yang diekstraksi dengan
pelarut metanol dengan konsentrasi 50% meningkatkan kekuatan daya hambat bakteri
terhadap bakteri Staphylococcus aureus (7,6 ± 0,48mm) dan bakteri Esherichia coli (5,7 ±
0,63mm). Ekstrak daun beluntas dengan pelarut metanol dengan konsentrasi 50% dapat
meningkatkan keefektifan dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
yaitu sebesar 7,6 ± 0,48mm dan dapat menunjukan keefektifitasannya dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Esherichia coli pada konsentrasi 50% yaitu sebesar 5,7 ± 0,63mm.
Disarankan ekstrak daun beluntas (Pluchea indica L.) dengan pelarut metanol dengan
konsentrasi 50% untuk dilakukan uji coba lebih lanjut di lapang dengan digunakannya
sebagai alternatif teat dipping pada sapi perah dalam menghambat terjadinya mastitis.

Kata kunci: Bakteri, ekstrak metanol, mastitis, beluntas, teat dipping.

PENDAHULUAN Mastitis subklinis adalah mastitis yang


tidak menampakkan perubahan fisik pada
Negara maju adalah negara yang ambing dan susu yang dihasilkan, tetapi
mampu memenuhi kebutuhan protein menyebabkan penurunan produksi susu,
untuk masyarakatnya. Salah satu bahan ditemukannya mikroorganisme patogen
sumber protein adalah susu. Susu didapat dan terjadi perubahan komposisi susu.
dari hasil sekresi kelenjar susu yang Beberapa kerugian akibat mastitis antara
terdapat pada mamalia. Susu merupakan lain penurunan produksi susu sekitar 10
salah satu bahan makanan yang berkualitas sampai 25%, kematian anak karena tidak
baik karena memiliki komponen- mendapatkan kolostrum, peningkatan
komponen yang penting untuk biaya pencegahan yang cukup mahal,
pertumbuhan. Susu memiliki nilai gizi meningkatnya jumlah hewan yang harus
yang tinggi, di dalam susu memiliki dikeluarkan dan susu ditolak di pasaran
kandungan seperti, lemak, protein, laktosa, karena jumlah sel somatik (JSS) yang
vitamin dan mineral. tinggi (Leitner, Silanikove dan Merin,
Kendala yang sering dihadapi para 2008).
peternak dalam budidaya sapi perah adalah Mastitis pada umumnya
serangan radang. Mastitis merupakan diebabkan oleh adanya pertumbuhan
radang ambing yang sering menyerang bakteri. Bakteri yang menyebabkan
sapi perah. Beberapa penelitian mastitis antara lain Staphylococcus aureus
menunjukan bahwa 80% sapi perah laktasi dan Esherichia coli. Permukaan dinding
yang ada di Indonesia menderita mastitis sel bakteri Staphylococcus aureus bersifat
(Sudono, Rosdiana dan Setiawan, 2003). hidrofobisitas yang tinggi, sehingga dapat
Mastitis adalah peradangan ambing pada memudahkan penempelan antara
bagian dalam sehingga terjadi gangguan Staphylococcus aureus dengan sel epitel
pada sel alveoli. Peradangan ini bersifat pada kelenjar mamae. Penyebaran mastitis
kompleks dengan beberapa variasi dapat dicegah dengan cara teat dipping.
penyebab seperti, derajat keparahan, lama Teat dipping merupakan salah satu metode
radang dan akibat radang yang beragam. pencelupan puting kedalam larutan
Mastitis dibagi menjadi 2 macam yaitu desinfektan. Teat dipping dilakukan
mastitis klinis dan mastitis subklinis. sebagai metode akhir dalam proses

2
pemerahan untuk mencegah bakteri yang beluntas (Pluchea indica L.) diperoleh di
mengkontaminasi ambing. daerah sekitar pemukiman warga Joyo
Pencegahan dengan obat-obat Harjo Malang. Daun beluntas diekstraksi
tradisional dapat digolongkan menjadi menggunakan larutan metanol. Larutan
teknologi tepat guna karena bahan yang iodips yang digunakan sebagai kontrol
dipakai mudah didapati di sekitar rumah, (P0) diperoleh dari Koperasi Agro Niaga
selain itu harganya yang murah, serta (KAN) Jabung Malang.
mudah dalam pengolahan dan pemakaian. Peralatan yang digunakan untuk
Tanaman beluntas (Pluchea indica L.) ekstrak daun beluntas adalah timbangan
digunakan sebagai salah satu bahan analitik, gelas ukur, labu erlenmeyer, gelas
alternatif dalam pembuatan larutan media, corong bushner, shaker inkubator,
antibakteri. Menurut Susanti (2007) bahwa rotary evaporator, pengaduk dan kertas
beluntas memiliki kandungan kimia antara saring. Alat-alat yang digunakan untuk uji
lain flavonoid, tanin, dan minyak atsiri. daya hambat bakteri antara lain tabung
Daun beluntas dapat di ekstrak dengan reaksi, cawan petri, erlenmeyer, lampu
larutan aquades, etanol, eter dan metanol. spirtus atau bunsen, gelas ukur, mikro
Berdasarkan uraian di atas, pipet, jangka sorong, autoklaf, inkubator,
diharapkan daun beluntas (Pluchea indica stirer, cork borer, kertas label, pengaduk,
L.) dengan pelarut metanol diharapkan alumunium foil, tissue, pinset, dan plastik
dapat digunakan sebagai antibakteri wrap.
penghambat tumbuhnya bakteri Bahan yang digunakan adalah
Staphylococcus aureus dan Esherichia coli ekstrak daun beluntas, dan metanol 96%
terjadinya mastitis pada sapi perah. p.a . Bahan yang digunakan dalam uji daya
hambat adalah larutan iodips 10%, bakteri
MATERI DAN METODE Staphylococcus aureus, bakteri Esherichia
coli , media nutrient agar (NA), alkohol
Penelitian ini dilaksanakan mulai 70% dan aquadest steril.
tanggal 1 Desember 2014 sampai 31
Desember 2014. Proses ekstraksi daun Metode Penelitian
beluntas dilakukan di Laboraturium Metode yang digunakan dalam
Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang. penelitian ini adalah percobaan uji
Penanaman, pembiakan, dan pengujian laboraturium dengan metode analisis
daya hambat bakteri dilaksanakan di Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola
Laboraturium Bakteriologi Hama dan tersarang dengan 4 perlakuan dan 6
Penyakit Tanaman (HPT) Fakultas ulangan. Proses ekstraksi daun beluntas
Pertanian Universitas Brawijaya Malang. menggunakan metode maserasi dengan
pelarut metanol. Ekstrak daun beluntas
Materi Penelitian masing-masing diuji daya hambat dengan
Materi penelitian ini menggunakan konsentrasi P1 (30%), P2
bakteri Staphylococcus aureus dan (40%), P3 (50%). Menghitung pengenceran
Esherichia coli stok biakan bakteri dari dengan rumus menurut Zulfikar (2010)
Laboraturium Bakteriologi Hama Dan sebagai berikut :
Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian V1 x N1 = V2 x N2
Universitas Brawijaya Malang. Daun Keterangan:

3
V1 = Volume awal
N1 = Kosentrasi awal Proses Ekstraksi Daun Beluntas
V2 = Volume akhir Ekstraksi daun beluntas dilakukan
N2 = Kosentrasi akhir dengan metode maserasi dengan
konsentrasi yang digunakan dalam menggunakan pelarut metanol 96% p.a.
penelitian ini sebanyak 4 perlakuan, yaitu : maserasi merupakan metode pemisahan
 P0 10% (iodips) senyawa dengan cara melakukan
 P1 30% (ekstrak daun beluntas 3 perendaman menggunakan pelarut
ml + 7 ml metanol) (Koirewoa dkk., 2009).
 P2 40% (ekstrak daun beluntas 4 Ekstraksi daun beluntas membutuhkan
ml + 6 ml metanol) proses dan tahapan, berikut proses
 P3 50% (ekstrak daun beluntas 5 ekstraksi daun beluntas menurut
ml + 5 ml metanol) Koirewoa dkk., (2009).
Uji daya hambat antibakteri ekstrak daun 1. Daun beluntas yang sudah menjadi
beluntas (Pluchea indica L.) terhadap serbuk ditimbang dan diambil 100 g.
bakteri Staphylococcus aureus dan 2. Serbuk daun beluntas yang sudah
Esherichia coli menggunakan metode ditimbang dimasukkan pada tabung
sumuran. erlenmeyer 1L.
3. Proses maserasi dilakukan dengan
Tahapan Penelitian menambahkan metanol sebagai pelarut
Prosedur Pembuatan Simplisia Daun dengan perbandingan 1:3 kemudian
Beluntas dihomogenkan dengan incubator shaker
Daun beluntas segar yang sudah selama 4 jam dan didiamkan selama 24
dipetik sebanyak 1kg diangin-anginkan jam.
terlebih dahulu agar kandungan air yang 4. Larutan disaring dengan kertas saring
ada pada daun beluntas berkurang, dan vacum pump agar terpisah cairan
kemudian dikeringkan dalam oven pada dan ampas.
suhu 60 oC selama 24 jam. Daun beluntas 5. Cairan hasil penyaringan didestilasi
yang sudah kering kemudian dihaluskan pada rotary evaporator dengan tujuan
menggunakan grinder sehingga menjadi memisahkan pelarut metanol dengan
serbuk kemudian hasil tersebut digunakan senyawa dalam daun beluntas dengan cara
sebagai sampel penelitian. Pembuatan menguapkan pelarut metanol pada suhu
ekstrak daun beluntas ini membutuhkan didihnya sehingga yang tersisa ialah
daun beluntas bagian pertengahan ranting. ekstrak daun beluntas.
Koirewoa dkk (2009) menjelaskan bahwa
daun beluntas pada bagian pertengahan Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)
ranting dipilih karena memiliki kandungan Pembuatan media nutrien agar
flavonoid yang lebih tinggi dari pada daun (NA) yaitu dengan melarutkan 2,8 gr
yang berada dipucuk ranting.
nutrien agar dengan 100 ml suhu 121 oC selama 15 menit dan tekanan
aquades kedalam erlenmeyer dan ditutup 2 atm. Setelah itu media dituangkan ke
alumunium foil, distirer hingga mendidih cawan petri masing–masing 10 ml dan
kemudian distreril dengan autoklaf pada dibiarkan dingin hingga memadat

4
(Prawira, Sarwiyono, dan Surjowardojo, 2013).
5. Diamati zona bening yang terbentuk,
Pembiakan Bakteri kemudian diukur menggunakan jangka
Pembiakan pertumbuhan bakteri sorong.
menurut Lisholihah (2014) dilakukan
dengan cara sebagai berikut : Pengukuran Diameter Zona Hambat
1. Bakteri Staphylococcus aureus dan Adanya zona bening di sekitar
Esherichia coli diinokulasikan ke media daerah sumuran merupakan antibakteri.
padat dengan menggunakan mikropipet Simorangkir, dkk., (2013) menjelaskan
sebanyak 100 μl. tentang pengukuran diameter zona hambat
2. Media tersebut ditutup kembali dengan adalah sebagai berikut :
menggunakan wrapping. 1. Diukur zona hambat maksimum.
3. Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 2. Diukur diameter zona hambat
ruang. minimum.
3. Masing-masing hasil pengukuran
Uji Daya Hambat dikurangi diameter lubang sumuran
Pengujian aktivitas daya hambat sebesar 0,5 mm.
ekstrak daun beluntas (Pluchea indica L.) 4. Hasil pengurangan dengan diameter
menggunakan metode sumuran. Proses uji lubang sumuran lalu dirata-rata.
daya hambat antibakteri menurut Kasogi Perhitungan diameter koloni pada cawan
dkk., (2014) adalah sebagai berikut : petri menurut Zahara dkk (2013) adalah
1. Media MSA (Mannitol Salt Agar) yang sebagai berikut :
sudah keras, ditambahkan suspensi
bakteri sebanyak 100 μl setiap cawan
petri kemudian diratakan dengan gelas L.
Keterangan :
2. Dibuat lubang sumuran dengan melubangi
d1 = diameter vertikal koloni bakteri
media MSA menggunakan cork borer
ditumbuhkan pada media
sebanyak 1 lubang sumuran tiap cawan.
d2 = diameter horizontal koloni bakteri
Diameter lubang sumuran sebesar 0,5
ditumbuhkan pada media
mm.
3. Tiap sumuran disuspensikan larutan X = lubang sumuran (0,5mm)
ekstrak daun beluntas, dan larutan iodip
sebanyak 50 μl sesuai dengan konsentrasi Variabel Penelitian
yang telah ditentukan sebagai perlakuan. a. Variabel bebas
4. Cawan petri ditutup kembali dan dilapisi Variabel bebas yang digunakan dalam
dengan plastik wrap dan didiamkan pada penelitian ini adalah ekstrak daun beluntas
suhu ruang selama 24 jam . dengan pelarut metanol dengan berbagai
konsentrasi yaitu P1 (30%), P2 (40%), P3
(50%) dan iodips 10% (P0).

b. Variabel terikat medium antara ekstrak daun beluntas


Variabel terikat yang digunakan dalam dengan daerah tumbuh bakteri uji
penelitian ini adalah diameter zona hambat Staphylococcus aureus dan Esherichia coli
berupa daerah bening pada permukaan serta membandingkan besarnya diameter

5
yang terbentuk terhadap konsentrasi yang
ditentukan.

Analisis Data
Penelitian ini menggunakan 4
perlakuan dan 6 ulangan. Data yang
diperoleh dianalisis menggunakan analisis
ragam (ANOVA) dengan Uji BNT apabila Keterangan: satuan yang digunakan (mm).
memiliki perbedaan nyata diantara
Diameter rata-rata zona hambat
perlakuan untuk membedakan pengaruh
ekstrak daun beluntas menggunakan
masing-masing konsentrasi perlakuan yang
pelarut metanol pada konsentrasi P1 (30%),
diuji.
P2 (40%) dan P3 (50%) yang berpengaruh
sangat nyata (P<0,01) terhadap
HASIL DAN PEMBAHASAN
pertumbuhan bakteri Staphylococcus
Uji Daya Hambat Bakteri
aureus yang kemudian hasil analisisnya
Staphylococcus aureus
dilanjutkan menggunakan uji jarak BNT
Kemampuan suatu antibakteri yang
(Beda Nyata Terkecil). Tabel 1
terkandung dalam daun beluntas yang
menjelaskan bahwa ekstrak daun beluntas
diekstraksi menggunakan pelarut metanol
dengan pelarut metanol pada P2(40%)
dapat diketahui dengan uji daya hambat.
memiliki hasil yang setara dengan P0,
Uji daya hambat ekstrak daun beluntas
sedangkan P3(50%) memiliki hasil yang
menggunakan pelarut metanol dilakukan di
lebih tinggi dibandingkan semua perlakuan
Laboraturiun Bakteriologi Jurusan Hama
yaitu P1(30%), P2(40%) dan P0, sedangkan
dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian
P1(30%) menghasilkan diameter zona
Universitas Brawijaya. Konsentrasi ekstrak
hambat paling rendah bila dibandingkan
daun beluntas yang digunakan yaiu
P0, P2 (40%), P3 (50%) dalam menghambat
P1(30%), P2(40%), P3(50%) serta iodips
bakteri Staphylococcus aureus. Hasil
10% sebagai pembanding terhadap
tersebut sesuai dengan hipotesis yang
pertumbuhan bakteri Staphylococcus
diduga ekstrak daun beluntas (Pluchea
aureus. Hasil pengukuran diameter zona
indica L.) yang diekstraksi dengan pelarut
hambat terhadap pertumbuhan bakteri
metanol dapat menurunkan pertumbuhan
Staphylococcus aureus dapat dilihat pada
bakteri Staphylococcus aureus penyebab
Tabel 1.
terjadinya mastitis pada sapi perah.
Penurunan pada pertumbuhan bakteri
Tabel 1. Hasil pengukuran diameter zona
Staphylococcus aureus disebabkan karena
hambat ekstrak daun beluntas
dengan pelarut metanol terhadap adanya senyawa aktif yang terdapat dalam
bakteri Staphylococcus aureus. daun beluntas antara lain flavonoid,
minyak atsiri, saponin dan tanin.
Presentase diameter zona hambat ekstrak
daun beluntas dengan pelarut metanol
terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dapat dilihat pada
Gambar 5.

6
Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Uji daya hambat dilakukan dengan
Zona Hambat menggunakan metode sumuran, zona
4.88333 bening yang terlihat disekitar daerah
7.6 6.875
3333 6.05 sumuran diamati, diukur dengan
menggunakan jangka sorong. Pengukuran
diameter zona hambat dapat dilihat pada
P1 P2 P3 P0 Tabel 2.
(30%) (40%) (50%) (iodips)

Gambar 5. Diameter zona hambat ekstrak Tabel 2. Hasil pengukuran diameter zona
daun beluntas dengan pelarut hambat ekstrak daun beluntas
metanol terhadap pertumbuhan dengan pelarut metanol terhadap
bakteri Staphylococcus aureus. pertumbuhan Bakteri Esherichia
coli.
Gambar 5 menjelaskan bahwa jika
nilai diameter yang dihasilkan pada zona
hambat semakin besar maka adanya
kemampuan suatu senyawa yang
terkandung pada daun beluntas dalam
menghambat pertumbuhan bakteri semakin
baik. Dari hasil penjelasan diatas
Keterangan: satuan yang digunakan (mm).
menunjukan semakin tinggi konsentrasi
maka semakin besar pula zona hambat Hasil zona hambat yang diperoleh
yang terbentuk. pada Tabel 2 menjelaskan bahwa ekstrak
Zona bening yang berada di sekitar daun beluntas dengan pelarut metanol
lubang sumuran disebabkan oleh adanya konsentrasi P3(50%) menghasilkan zona
aktivitas penghambat bakteri oleh senyawa hambat tertinggi (5,7 ± 0,63 mm) bila
aktif yang terdapat dalam daun belntas. dibandingkan dengan semua perlakuan
Dilihat pada tabel diatas bahwa yaitu P0, P1(30%) dan P2(40%). Hasil
konsentrasi 50% dapat menyaingi diameter pengukuran diameter zona hambat
iodips 10% (P0) sebagai penghambat P2(40%) memiliki hasil yang setara dengan
pertumbuhan bakteri. Hal tersebut zona hambat yang dihasilkan oleh iodips
menunjukan bahwa ekstrak daun beluntas 10%(P0), sedangkan diameter zona hambat
menggunakan pelarut metanol dengan yang dihasilkan P1(30%) menunjukan
konsentrasi P3 (50%) mampu menghambat hasil yang paling rendah bila dibandingkan
pertumbuhan bakteri Staphylococcus P0, P2(40%) dan P3(50%) dalam
aureus. menghambat pertumbuhan bakteri
Uji Daya Hambat Bakteri Esherichia Esherichia coli, jika dibandingkan
coli hipotesis hasilnya sesuai. Pada hipotesis
Uji daya hambat bakteri diduga ekstrak daun beluntas (Pluchea
Esherichia coli menggunakan ekstrak daun indica L.) yang diekstraksi dengan pelarut
beluntas dengan pelarut metanol metanol dapat menurunkan pertumbuhan
dilakukan di Laboraturiun Bakteriologi bakteri Esherichia coli penyebab

7
terjadinya mastitis pada sapi perah. konsentrasi 50% mampu menghambat
Ekstrak daun beluntas dengan pelarut pertumbuhan bakteri Esherichia coli.
metanol dapat menurunkan pertumbuhan Penelitian yang dilaksanakan
bakteri Esherichia coli karena, pada daun Susanti (2007), didapatan hasil bahwa sari
beluntas terdapat senyawa aktif yang dapat daun beluntas dapat menurunkan
menghambat pertumbuhan bakteri seperti pertumbuhan bakteri, hal tersebut terjadi
flavonoid, tanin, saponin dan minyak karena didalam daun beluntas mengandung
atsiri. Presentase diameter zona hambat senyawa flavonoid, minyak atsiri, dan
ekstrak daun beluntas dengan pelarut tanin. Menurut Susanto dkk., (2012),
metanol terhadap pertumbuhan bakteri katagori zona hambat dikatagorikan sesuai
Esherichia coli lebih jelasnya dapat dilihat kemampuan menghambat bakteri, kategori
pada Gambar 6. lemah diameter zona hambat bekisar ≤ 5
mm, kategori sedang diameter zona
Zona Hambat hambat sekitar 6 sampai 10 mm, kategori
5.7 4.78333 kuat diameter zona hambat 10 sampai 20
4.15833
3.08333 3333 3333 mm dan kategori sangat kuat diameter
3333
zona hambat ≥ 21mm. Zona hambat yang
dihasilkan masing-masing perlakuan
menunjukan hasil yang berbeda-beda, dari
P1 P2 P3 P0 hasil tersebut maka zona hambat dapat
(30%) (40%) (50%) (iodips)
dikategorikan menjadi kategori lemah,
sedang, kuat dan sangat kuat. Zona hambat
Gambar 6. Diameter zona hambat ekstrak yang dihasilkan pada P0 (4,78 ± 0,69 mm),
daun beluntas dengan pelarut P2 (40%) (4,15 ± 0,43 mm) serta P1 (30%)
metanol terhadap pertumbuhan (3,08 ± 0,49 mm) yang termasuk dalam
bakteri Esherichia coli. kategori lemah, sedangkan hasil pada P3
(50%) (5,7 ± 0,63 mm) termasuk dalam
Gambar 6 menjelaskan bahwa kategori zona hambat sedang.
semakin besar diameter zona bening yang Mekanisme daya hambat ekstrak
terbentuk disekitar sumuran, maka akan beluntas dengan pelarut metanol dalam
semakin banyak bakteri yang terhambat menghambat bakteri dimulai dari
pertumbuhannya. Masing-masing kandungan senyawa flavonoid yang akan
perlakuan memiliki kemampuan yang menghambat metabolisme energi pada
berbeda dalam menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga dapat menghambat
bakteri. Hasil diameter zona bening respirasi oksigen yang kemudian bakteri
disekitar lubang sumuran menunjukan tersebut akan kehilangan permeabilitas
adanya aktifitas antibakteri oleh senyawa dinding sel,mikrosom dan lisosom sebagai
aktif yang terdapat dalam daun beluntas. interaksi antara flavonoid dengan DNA
Konsentrasi 50% memiliki diameter zona bakteri (Dini dkk., 2013). Selanjutnya
hambat lebih tinggi dibandingkan dengan minyak atsiri dan saponin mendenaturasi
10% iodips sebagai kontrol. Hal tersebut protein dan merusak sitoplasma pada sel
menunjukan bahwa ekstrak daun beluntas bakteri sehingga mengganggu tegangan
menggunakan pelarut metanol dengan pada permukaan dinding sel (Razak dkk.,
2013), tahapan selanjutnya tanin

8
mengkerutkan dinding sel yang keefektifitasannya dalam menghambat
sebelumnya telah lisis oleh flavonoid, pertumbuhan bakteri Staphylococcus
minyak atsiri dan saponin yang kemudian aureus pada P3 (50%) yaitu sebesar 7,6 ±
senyawa tanin tersebut dapat masuk 0,48c. Hal tersebut sesuai hipotesis bahwa
kedalam sel bakteri dan mengkoagulasi penambahan ekstrak daun beluntas
protoplasma yang akan mengakibatkan (Pluchea indica L.) yang diekstraksi
pertumbuhan bakteri terhambat atau dengan pelarut metanol dapat
bahkan bakteri tersebut akan mati mempengaruhi efektifitas antibakteri
(Juliantina dkk., 2009). sehingga menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus. Pengaruh
Efektifitas Antibakteri Ekstrak Daun ekstrak terhadap keefektifan pada bakteri
Beluntas Dengan Pelarut Metanol tergantung zona hambat yang terbentuk
Terhadap Pertumbuhan Bakteri pada setiap bakteri akan berbeda, hal
Staphylococcus aureus. tersebut terjadi karena adanya sensitifitas
Efektifitas antibakteri ekstrak daun pada masing-masing bakteri.
beluntas yang terjadi setelah dilakukan uji Staphylococcus aureus merupakan
daya hambat memberikan hasil terhadap bakteri gram positif sehingga pada
pertumbuhan bakteri Staphylococcus umumnya bakteri gram positif lebih
aureus. Rata-rata hasil pengukuran sederhana bila dibandingkan gram negatif
diameter zona hambat terhadap bakteri yang lebih kompleks. Menurut Tortora,
Staphylococcus aureus dapat dilihat pada Funke dan Case (2007) bakteri gram
Tabel 3. positif lebih peka terhadap senyawa
Tabel 3. Rata-rata hasil pengukuran antibakteri karena pada bakteri gram
diameter zona hambat ekstrak positif dinding selnya tidak memiliki
daun beluntas dengan pelarut lapisan lipopolisakarida sehingga senyawa
metanol terhadap bakteri antimikroba yang bersifat hidrofilik
Staphylococcus aureus. maupun hidrofobik dapat melewati
dinding sel bakteri gram positif melalui
meknisme difusi pasif yang kemudian
berinteraksi langsung dengan
peptidoglikan pada sel bakteri yang sedang
tumbuh dan menyebabkan kematian sel.
Hal ini juga disebabkan karena adanya
kandungan senyawa antibakteri yang
terkandung pada daun beluntas seperti
Berdasarkan Tabel 3,bahwa ekstrak
flavonoid, tanin, minyak atsiri, saponin.
daun beluntas dengan pelarut metanol
konsentrasi P3 (50%) menunjukan diameter
zona hambat yang paling tinggi
dibandingkan konsentrasi P1 (30%) dan P2
Efektifitas Antibakteri Ekstrak Daun
(40%) serta iodips 10% sebagai kontrol
Beluntas Dengan Pelarut Metanol
pada bakteri Staphylococcus aureus.
Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Ekstrak daun beluntas dengan pelarut
Esherichia coli.
metanol dapat menunjukan

9
Efektifitas antibakteri ekstrak daun yang jumlahnya sedikit dan peptidoglikan
beluntas yang terjadi setelah dilakukan uji ini mempunyai ikatan silang yang kurang
daya hambat memberikan hasil terhadap ekstensif dibandingkan pada dinding gram
pertumbuhan bakteri Esherichia coli. Rata- positif. Kemampuan ekstrak daun beluntas
rata hasil pengukuran diameter zona dengan pelarut metanol dalam
hambat terhadap bakteri Esherichia coli menghambat pertumbuhan bakteri
dapat dilihat pada Tabel 4 Staphylococcus aureus dan Esherichia coli
Tabel 4. Rata-rata hasil pengukuran juga disebabkan karena kepolaran pelarut
diameter zona hambat ekstrak yang digunakan. Koirewoa dkk., (2009)
daun beluntas dengan pelarut menyatakan bahwa metanol dipilih karena
metanol terhadap bakteri kandungan flavonoid yang ada dalam daun
Esherichia coli. beluntas merupakan senyawa yang bersifat
polar, sehingga harus dilarutkan dengan
pelarut yang berjenis polar.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai
Ekstrak daun beluntas dengan berikut.
pelarut metanol dapat menunjukan 1. Penambahan ekstrak daun beluntas
keefektifitasannya dalam menghambat (Pluchea indica L.) yang diekstraksi
pertumbuhan bakteri Esherichia coli pada dengan pelarut metanol dengan
P3 (50%) yaitu sebesar 5,7 ± 0,63c. Hasil konsentrasi P3(50%) meningkatkan
dari penelitian sesuai dengan hipotesis kekuatan daya hambat bakteri terhadap
yang diduga bahwa ekstrak daun beluntas bakteri Staphylococcus aureus (7,6 ±
(Pluchea indica L.) yang diekstraksi 0,48mm) dan bakteri Esherichia coli
dengan pelarut metanol dapat (5,7 ± 0,63mm).
mempengaruhi efektifitas antibakteri 2. Ekstrak daun beluntas dengan pelarut
sehingga menghambat pertumbuhan metanol dengan konsentrasi P3 (50%)
bakteri Esherichia coli . Keefektifitasan dapat meningkatkan keefektifan dalam
ekstrak daun beluntas dipengaruhi karena menghambat pertumbuhan bakteri
adanya perbedaan sensifitas pada setiap Staphylococcus aureus yaitu sebesar 7,6
bakteri sehingga mempengaruhi zona ± 0,48mm dan dapat menunjukan
hambat yang ditunjukan oleh zona bening keefektifitasannya dalam menghambat
yang terbentuk disekitar lubang sumuran pertumbuhan bakteri Esherichia coli
pada bakteri Esherichia coli. yaitu sebesar 5,7 ± 0,63mm.
Esherichia coli merupakan bakteri Saran
batang gram negatif, tidak berkapsul, Berdasarkan hasil penelitian yang
memiliki dinding sel yang lebih komplek. telah dilakukan, maka dapat disarankan
Hal tersebut sependapat seperti yang ekstrak daun beluntas (Pluchea indica L.)
dijelaskan Pelczar and Chan, (2008) bahwa dengan pelarut metanol dengan konsentrasi
Esherichia coli mengandung peptidoglikan 50% untuk di lakukan uji coba lebih lanjut
di lapang dengan digunakannya sebagai

10
alternatif teat dipping pada sapi perah Leitner G, Silanikove N, dan Merin U.
dalam menghambat terjadinya mastitis. 2008. Estimate of milk and
curd yield loss of sheep and
DAFTAR PUSTAKA goats with intramammary
infection and its relation to
Dini, K., C., Surjowardjojo, dan somatic cell count. Small
Setyowati. 2013. Ekstrak Rumin Res. 74:221-225.
daun kersen (Muntingia http://dx.doi.org/10.1016/j.sm
calabura L.) Sebagai allrumres.2007.02.009.
Antibakteri Streptococcus Diakses 25 Maret 2015.
agalactiae penyebab mastitis
subklinis pada sapi perah. Lisholiah, I., Sarwiyono, dan
Universitas Brawijaya. Surjowardojo, P. 2014.
Malang Pengaruh teat dipping sari
daun beluntas (Pluchea
Juliantina, F. R., Citra D. A. M., Nirwani, indica Less) terhadap kualitas
B., Nurmasitoh, T., dan susu berdasarkan California
Bowo E, T. 2009. Manfaat Mastitis Test dan uji
sirih merah (Piper crocatum) reduktase. Fakultas
sebagai agen anti bakterial Peternakan. Skripsi.
terhadap bakteri gram positif Universitas Brawijaya.
dan gram negatif. Jurnal Malang.
Kedokteran dan Kesehatan
Indonesia. Pelczar, M. J., dan Chan, S. E. C. 2008.
Dasar-dasar mikrobiologi
Kasogi, I., Sarwiyono, dan Surjowardojo, Jilid ke-1. Penerbit
P. 2013. Ekstrak Metanol Universitas Indonesia.
daun kersen (Muntingia Jakarta.
Calabura L.) sebagai
antimikroba alami terhadap Simorangkir, M., Sitepu, M., dan
bakteri Staphylococcus Simanjutak, P. 2013.
aureus pada sapi perah di Aktifitas Antibakteri Ekstrak
daerah ngantang, malang. Daun Ranti Hitam (Solanum
Universitas Brawijaya. blumei Nees ex Blume)
Malang Terhadap Salmonella
typhimurium. Prosiding
Koirewoa, Y. A., Fatimawali, dan Wiyono. SNYube.
W. I. 2009. Isolasi dan
identifikasi senyawa Sudono, A., Rosdiana, R.F., dan Setiawan,
flavonoid dalam daun B.S. 2003. Beternak Sapi
beluntas (Plunchea indica Perah Secara Intensif.
L.). Program Studi Farmasi Agromedia pustaka. Jakarta.
FMIPA UNSRAT. Manado.
Susanti, A. 2007. Daya Antibakteri Sari
Etanol Daun Beluntas

11
(Pluchea indica less) Introduction 9th edition,
terhadap Escherichia coli Benjamin Cummings.
secara In vitro. Fakultas
Kedokteran Hewan Zahara, N., Muhammad, A., dan Fifi, P.
Universitas 2013. Uji Kemampuan
Airlangga.http://journal.unai Ekstrak Daun Beberapa Jenis
r.ac.id/filerPDF/6.%20daun Sirih (Piper Sp.) Untuk
%20beluntas%28Beres%29.d Mengendalikan Jamur
oc. Diakses pada tanggal 4 Patogen Tular Benih Kacang
November 2014. Tanah Dan Pengaruhnya
Terhadap Daya Kecambah
Razak, A., Djamal, A., dan Revilla, G. Benih. Universitas Riau.
2013. Uji Daya Hambat Air Riau.
Perasan Buah Jeruk Nipis
Zulfikar. 2010. Pengenceran.
(Citrus aurantifolia s.)
http://www.chem-is-
terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus Aureus Secara try.org/materi_kimia/kimia-
kesehatan/larutan/pengencer
In Vitro. Jurnal kesehatan
Andalas. 2 (1): 5-8. an/. Diakses tanggal 13
Februari 2015.
Tortora, G.J., Funke, B.R., Case, C.L.
2007. Microbiology: An

12

You might also like