Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

Volume 2 Issue 1, March 2017: pp. 119-128. Copyright @ LamLaj.

Faculty of Law, Lambung Mangkurat University, Banjarmasin,


LamLaj South Kalimantan, Indonesia. ISSN: 2502-3136 | e-ISSN: 2502-3128.
Open Access at: http://lamlaj.ulm.ac.id/web/

KEABSAHAN AKTA NOTARIS KAITANNYA DENGAN


KEWAJIBAN PEMBUBUHAN SIDAK JARI PENGHADAP

Ghansham Anand

Fakultas Hukum Universitas Airlangga


Jln. Darmawangsa Dalam Selatan, Surabaya, 60286, Jawa Timur, Indonesia.
Tel./Fax: +62-31-5020454 E-mail: : ghansham@fh.unair.ac.id

Submitted: 12/03/2017; Reviewed:16/03/2017; Accepted: 29/03/2017 16

Abstract: In Article 16 paragraph (1) c of Act No. 2 of 2014 on the Amendment of Act No.
30 of 2004 concerning Notary, that one of the duties of Notary Public is attach a letter and
documents and fingerprints penghadap on Minuta Deed, where violations of the obligation
that if inflict harm on others, then the reason for the injured party to demand reimbursement
of expenses, damages and interest to the Notary. Affixing obligation people who come
fingerprint in this Deed Minuta cause confusion and deviate the essence of the notarial deed,
so as if their distrust of the legislature to the Notary. Also in the Article is also not explained
penghadap fingerprints which should be affixed in a notarial deed. Notary violations or errors
in their official duty that does not comply or violate the provisions of the legislation, could
cause harm to people who come or any other party. Mistakes made by the Notary in their
official duty, can have disastrous consequences on the deed made by or before him, became
null and void (van rechtswege nietig), irrevocable (vernietigbaar) or just have the strength
of evidence as the deed under the hand (onderhands acte ), may cause the Notary is obliged
to bear the compensation for it. The aggrieved party as a result of the violation or error, any
claim or claim for damages, costs and interest to the Notary in question through the courts.

Keywords: notary, the notarial deed, fingerprints

Abstract: Di dalam Pasal 16 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris,
bahwa salah satu kewajiban Notaris adalah melekatkan surat dan dokumen serta sidik
jari penghadap pada Minuta Akta, dimana pelanggaran terhadap kewajiban tersebut
yang apabila menimbulkan kerugian pada pihak lain, maka menjadi alasan bagi pihak
yang dirugikan tersebut untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi dan bunga kepada
Notaris. Kewajiban pembubuhan sidik jari penghadap dalam Minuta Akta ini menimbulkan
kerancuan dan menyimpangi hakekat dari akta Notaris, sehingga seakan-akan adanya
ketidakpercayaan pembuat undang-undang kepada Notaris. Selain itu di dalam ketentuan
Pasal tersebut juga tidak dijelaskan sidik jari penghadap yang mana yang harus dibubuhkan
di dalam akta Notaris. Pelanggaran atau kesalahan Notaris dalam menjalankan tugas dan
kewenangannya yang tidak sesuai atau melanggar ketentuan perundang-undangan, dapat
saja menimbulkan kerugian kepada penghadap atau pihak lain. Kesalahan yang dilakukan
oleh Notaris dalam menjalankan tugas dan kewenangannya, dapat membawa akibat pada

31
Lambung Mangkurat Law Journal Vol 2 Issue 1, March (2017)

akta yang dibuat oleh atau dihadapannya, menjadi batal demi hukum (van rechtswege
nietig), dapat dibatalkan (vernietigbaar) atau hanya mempunyai kekuatan pembuktian
sebagaimana akta di bawah tangan (onderhands acte), dapat menyebabkan Notaris
berkewajiban untuk memikul ganti kerugian atas hal tersebut. Pihak yang dirugikan akibat
terjadinya pelanggaran atau kesalahan tersebut, dapat mengajukan tuntutan atau gugatan
ganti rugi, biaya dan bunga kepada Notaris yang bersangkutan melalui pengadilan.

Keywords: notaris, akta notaris, sidik jari

PENDAHULUAN Dalam ruang lingkup tugas pelaksa-


Semenjak adanya tulisan, masyarakat naan jabatan Notaris yaitu membuat alat
telah merasakan perlu adanya penulis yang bukti yang diinginkan oleh para pihak untuk
mempunyai keahlian baik untuk melayani suatu tindakan hukum tertentu, dan alat bukti
mereka yang tidak pandai menulis, maupun tersebut berada dalam tataran hukum perda-
untuk menuliskan dengan jelas dan dapat ta, dan bahwa Notaris membuat akta karena
dipercaya perbuatan-perbuatan seseorang. ada permintaan dari pihak yang menghadap,
Fungsi penulisan inilah yang menjadi fungsi tanpa ada permintaan dari para pihak, Notaris
inti (dasar) dari apa yang disebut notariat. tidak akan membuat akta apapun, dan Notaris
Dengan beraneka perubahan dan selingan, membuatkan akta dimaksud berdasarkan alat
kita melihat Notaris itu tampil sebagai penu- bukti atau keterangan atau pernyataan para
lis swasta, sebagai panitera, sebagai kanselir pihak yang dinyatakan atau diterangkan atau
dan sebagai pembuat akta yang mempunyai diperlihatkan kepada atau di hadapan Notaris
kekuatan sebagai alat bukti. Nama-nama dan selanjutnya Notaris membingkainya se-
yang berneka ragam yang penulis itu san- cara lahiriah, formil dan materil dalam ben-
dang sepanjang masa, menjadi bukti dari tuk akta Notaris, dengan tetap berpijak pada
berbagai jabatan yang pernah dipegangnya, aturan hukum yang berkaitan dengan tata cara
yaitu: Notarius, Tabellio, Tabularius, Scriba, atau prosedur pembuatan akta dan aturan hu-
Stadtschreiber, Scrinarius, Curialis, Scriptor. kum yang berkaitan dengan tindakan hukum
Oleh karena di dalam masyarakat yang sudah yang bersangkutan yang dituangkan dalam
mengenal pembagian tugas sejak orang pan- akta. Peran Notaris dalam hal ini juga mem-
dai menulis, 5000 (lima ribu) tahun lalu, ti- berikan nasehat hukum yang sesuai dengan
dak ada seorang pejabat (fungsionaris) yang permasalahan yang ada, apapun nasehat hu-
dapat mengerjakan semua pekerjaan tulis, kum yang diberikan kepada para pihak dan
maka terjadilah pembagian tugas menulis un- kemudian dituangkan ke dalam akta yang
tuk bagian-bagian khusus. Akhirnya tercip- bersangkutan tetap sebagai keinginan atau
talah fungsionaris yang sekarang dinamakan keterangan para pihak yang bersangkutan, ti-
Notaris. Bidang pekerjaannya dapat meluas dak dan bukan sebagai keterangan atau per-
dan menciut (kneedbaar), sesuai dengan ke- nyataan Notaris.1
butuhan masyarakatlah yang meluaskan dan
menciutkan fungsi itu. Notaris itu diantara
1 Habib Adjie, (2008), Hukum Notaris
penulis-penulis merupakan figur yang elastis. Indonesia, Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30
Begitulah keadaannya dari dahulu kala sam- Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Bandung:
pai sekarang masih saja demikian. Refika Aditama, 2008, h. 24. (selanjutnya disebut
Habib Adjie I).

32
Lambung Mangkurat Law Journal Vol 2 Issue 1, March (2017)

Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang tidak akan membuat akta apapun, dan Notaris
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan No- membuatkan akta dimaksud berdasarkan alat
taris (selanjutnya disebut UUJN), Notaris bukti atau keterangan atau pernyataan para
diangkat oleh Menteri (dalam hal ini Men- pihak yang dinyatakan atau diterangkan atau
teri Hukum dan Hak Asasi Manusia). Pen- diperlihatkan kepada atau di hadapan Notaris
gangkatan Notaris bukan untuk kepentingan dan selanjutnya Notaris membingkainya se-
diri Notaris sendiri tetapi untuk kepentingan cara lahiriah, formil dan materil dalam ben-
masyarakat yang dilayaninya2, oleh sebab itu tuk akta Notaris, dengan tetap berpijak pada
sejak kehadiran institusi Notaris di Indonesia aturan hukum yang berkaitan dengan tata cara
pengawasan terhadap Notaris selalu dilaku- atau prosedur pembuatan akta dan aturan hu-
kan oleh lembaga peradilan dan pemerintah, kum yang berkaitan dengan tindakan hukum
bahwa tujuan dari pengawasan agar para No- yang bersangkutan yang dituangkan dalam
taris ketika menjalankan tugas jabatannya akta.
memenuhi semua persyaratan yang berkaitan Di dalam Pasal 16 ayat (1) huruf c Un-
dengan pelaksanaan tugas jabatan Notaris, dang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
demi untuk pengamanan dari kepentingan Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30
masyarakat. Tujuan lain dari pengawasan Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (selanjut-
terhadap Notaris, bahwa Notaris dihadirkan nya disebut UUJN Perubahan), bahwa salah
untuk melayani kepentingan masyarakat yang satu kewajiban Notaris adalah melekatkan
membutuhkan alat bukti berupa akta otentik surat dan dokumen serta sidik jari penghadap
sesuai permintaan yang bersangkutan kepada pada Minuta Akta, dimana pelanggaran terha-
Notaris, sehingga tanpa adanya masyarakat dap kewajiban tersebut yang apabila menim-
yang membutuhkan Notaris, maka Notaris ti- bulkan kerugian pada pihak lain, maka men-
dak ada gunanya.3 jadi alasan bagi pihak yang dirugikan tersebut
Dalam ruang lingkup tugas pelaksa- untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi
naan jabatan Notaris adalah membuat alat dan bunga kepada Notaris. Kewajiban pem-
bukti yang diinginkan oleh para pihak untuk bubuhan sidik jari penghadap dalam Minuta
suatu tindakan hukum tertentu, dan alat bukti Akta ini menimbulkan kerancuan dan meny-
tersebut berada dalam tataran hukum perda- impangi hakekat dari akta Notaris, sehingga
ta, dan bahwa Notaris membuat akta karena seakan-akan adanya ketidakpercayaan pem-
ada permintaan dari pihak yang menghadap, buat undang-undang kepada Notaris. Selain
tanpa ada permintaan dari para pihak, Notaris itu di dalam ketentuan Pasal tersebut juga
tidak dijelaskan sidik jari penghadap yang
mana yang harus dibubuhkan di dalam akta
2 G. H. S. Lumban Tobing, (1983)
Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta: Erlangga h.
Notaris. Ini merupakan suatu bentuk kemun-
301. duran di saat perkembangan ilmu pengeta-
3 Paulus Effendi Lotulung, (1993), huan dan teknologi yang demikian pesatnya.
Beberapa Sistem Tentang Kontrol Segi Hukum Secara tegas dan jelas Pasal 1 angka 8
Terhadap Pemerintah – Seri Ke 1: Perbandingan
dan Pasal 16 angka 1 huruf c UUJN Peruba-
Hukum Administrasi dan Sistem Peradilan
Administrasi (edisi ke II dengan revisi), Bandung: han atau pasal-pasal lainnya dalam UUJN Pe-
Citra Aditya Bakti, h. 2-3. (Selanjutnya disebut rubahan tidak mengatur dan tidak menegas-
Paulus Effendi Lotulung I).

33
Lambung Mangkurat Law Journal Vol 2 Issue 1, March (2017)

kan, apakah semua sidik jari tangan (kanan- (case approach). Pendekatan undang-undang
kiri) atau sidik jari tertentu dari tangan kanan- digunakan untuk menelaah pengaturan ja-
kiri. Dalam penjelasannya, kedua pasal terse- batan Notaris dan keabsahan akta Notaris,
but disebutkan cukup jelas, yang penting ada khususnya prosedur pembuatan akta Notaris.
sidik jari penghadap dan juga tidak disebut Pendekatan konsep untuk mencari konsep
nama sidik jarinya. bentuk dan struktur akta Notaris yang sesuai
Menyikapi hal-hal tersebut, apa yang dengan peraturan perundang-undangan. Se-
harus dilakukan Notaris? Ketentuan seperti dangkan pendekatan kasus untuk mengetahui
apa yang harus ditetapkan? Pendapat atau hal-hal apa saja yang menjadidasar putusan
penafsiran siapa yang harus diikuti? Pendapat pengadilan yang menyatakan suatu akta No-
atau penafsiran yang manapun pada dasarnya taris adalah sah, dapat dibatalkan dan batal
Akta Notaris tanggung jawab Notaris sendiri demi hukum.
sepenuhnya. Pelanggaran atau kesalahan No-
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
taris dalam menjalankan tugas dan kewenan-
Pada tahun 2004 diundangkan UUJN.
gannya yang tidak sesuai atau melanggar
UUJN terdiri dari 9 bab, 92 pasal ditambah
ketentuan perundang-undangan, dapat saja
dengan pasal-pasal dari PJN yang tidak ter-
menimbulkan kerugian kepada penghadap
muat dan tidak bertentangan dengan UUJN,
atau pihak lain. Kesalahan yang dilakukan
dinyatakan masih tetap berlaku, demikian
oleh Notaris dalam menjalankan tugas dan
sesuai dengan pasal 86 UUJN yang berbunyi:
kewenangannya, dapat membawa akibat pada
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku,
akta yang dibuat oleh atau dihadapannya,
peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan
menjadi batal demi hukum (van rechtswege
jabatan Notaris tetap berlaku sepanjang tidak
nietig), dapat dibatalkan (vernietigbaar) atau
bertentangan atau belum diganti berdasarkan
hanya mempunyai kekuatan pembuktian se-
undang-undang ini.
bagaimana akta di bawah tangan (onderhands
Pasal 91 UUJN telah mencabut dan me-
acte), dapat menyebabkan Notaris berkewa-
nyatakan tidak berlaku lagi:
jiban untuk memikul ganti kerugian atas hal
1. Reglement op Het Notaris Ambt in In-
tersebut. Pihak yang dirugikan akibat ter-
donesia Staatsblad Tahun 1860 Nomor
jadinya pelanggaran atau kesalahan tersebut,
3, sebagaimana telah diubah terakhir
dapat mengajukan tuntutan atau gugatan ganti
dalam Lembaran Negara 1954 Nomor
rugi, biaya dan bunga kepada Notaris yang
101;
bersangkutan melalui pengadilan. 2. Ordonantie 16 Sepetember 1931 ten-
METODE tang Honorarium Notaris Staatsblad Ta-
Penelitian ini merupakan penelitian hun 1931 Nomor 110.
hukum.4 Pendekatan masalah yang digunak- 3. Undang-Undang Nomor 33 tahun 1954
an adalah pendekatan perundang-undangan tentang Wakil Notaris dan Wakil Notar-
(statute approach), pendekatan konsep (con- is Sementara, Lembaran Negara Repub-
ceptual approach), dan pendekatan kasus lik Indonesia Tahun 1954 Nomor 101,
Tambahan Lembaran Negara Republik
4 Peter Mahmud Marzuki, (2007) Indonesia Tahun 1954 Nomor 700.
Penelitian Hukum, Jakarta: Prenada Media, h. 5.
4. Pasal 54 Undang-Undang Nomor 8

34
Lambung Mangkurat Law Journal Vol 2 Issue 1, March (2017)

Tahun 2004 tentang Perubahan Atas lain, berupa pernyataan akta yang ber-
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 sangkutan hanya mempunyai kekuatan
tentang Peradilan Umum, Lembaran pembuktian sebagai akta di bawah tan-
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 gan, peringatan lisan/peringatan tertu-
Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara lis, atau tuntutan ganti rugi kepada No-
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor taris;
4358. 5. Pembedaan terhadap perubahan yang
5. Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun terjadi pada isi Akta, baik yang bersifat
1949, tentang Sumpah/janji Jabatan mutlak maupun bersifat relatif;
Notaris, Lembaran Negara Republik In- 6. Pembentukan majelis kehormatan No-
donesia Tahun 1949 Nomor 46, Tamba- taris;
han Negara Republik Indonesia Tahun 7. Penguatan dan penegasan organisasi
1949 Nomor 665. Notaris
Pada tahun 2014, dilakukan perubahan 8. Penegasan untuk menggunakan bahasa
terhadap UUJN dengan Undang-Undang No- indonesia sebagai bahasa resmi dalam
mor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas pembuatan akta autentik; dan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 ten- 9. Penguatan fungsi, wewenang, dan
tang Jabatan Notaris, yang diundangkan tang- kedudukan majelis pengawas Notaris.
gal 15 Januari Tahun 2014, Lembaran Negara Di dalam Konsiderans menimbang
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 3, UUJN Perubahan huruf d disebutkan bahwa
Tambahan Lembaran Negara Republik In- beberapa ketentuan dalam Undang – Undang
donesia Tahun 2014 Nomor 5491. Di dalam Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan No-
UUJN Perubahan ini ada beberapa substansi taris tidak lagi sesuai dengan perkembangan
perubahan, antara lain:5 hukum dan kebutuhan masyarakat, sehingga
1. Penguatan Persyaratan untuk dapat di- perlu dilakukan perubahan. UUJN Perubahan
angkat menjadi Notaris, antara lain, ad- telah mengubah beberapa ketentuan, antara
anya surat keterangan sehat dari dokter lain tentang pengertian atau batasan Minuta
dan psikiater serta perpanjangan jangka akta. Hal ini sangat penting karena Minuta
waktu menjalani magang dari 12 (dua merupakan sumber utama Akta Notaris, tanpa
belas) bulan menjadi 24 (dua puluh em- adanya Minuta maka tidak akan ada salinan/
pat) bulan; turunan atau Kutipan Akta.
2. Penambahan kewajiban, larangan Dalam Pasal 1 angka 8 UUJN disebut-
merangkap jabatan, dan alasan pember- kan bahwa Minuta Akta adalah asli Akta No-
hentian sementara Notaris; taris. Batasan Minuta Pasal 1 angka 8 UUJN
3. Pengenaan kewajiban calon Notaris tersebut diubah oleh Pasal 1 angka 8 UUJN
yang sedang melakukan magang; Perubahan menjadi Minuta Akta adalah asli
4. Penyesuaian pengenaan sanksi yang Akta yang mencantumkan tanda tangan para
diterapkan pada pasal tertentu, antara penghadap, saksi, dan Notaris, yang disimpan
sebagai bagian dari Protokol Notaris. Ber-
5 Ghansham Anand, (2014), dasarkan pengertian tersebut, maka norma
Karakteristik Jabatan Notaris di Indonesia, dalam minuta harus ada:
Sidoarjo: Zifatama Publisher, h. 13-14.

35
Lambung Mangkurat Law Journal Vol 2 Issue 1, March (2017)

(1) Tanda tangan para penghadap rubahan tersebut perlu dihubungkan (direal-
(2) Tanda tangan para saksi isasikan) dengan Pasal 16 angka (1) huruf c
(3) Tanda tangan Notaris UUJN Perubahan yang berkaitan dengan Ke-
Substansi Pasal 1 angka 8 UUJN dan wajiban Notaris, antara lain, bahwa Notaris
Pasal 1 angka 8 UUJN Perubahan sangatlah wajib melekatkan surat dan dokumen serta
berbeda, antara lain dalam Minuta menurut sidik jari penghadap pada Minuta akta.6 Ada
pengertian Pasal 8 angka 1 UUJN boleh men- 2 (dua) hal yang perlu dicermati dalam sub-
cantumkan sidik jari atau cap ibu jari tangan stansi Pasal 16 angka (1) huruf c UUJN Pe-
para penghadap, baik yang bisa tanda tangan rubahan tersebut, yaitu:
atau yang tidak bisa ataupun untuk kehati-ha- (1) Melekatkan surat serta dokumen pada
tian kedua-duanya dibubuhkan dalam Minu- Minuta Akta dan;
ta, yaitu sidik jari tangan para penghadap dan (2) Melekatkan sidik jari penghadap pada
tandatangannya. Tapi kalau menurut Pasal Minuta Akta.
1 angka 8 UUJN Perubahan, dalam Minuta Ketentuan Pasal 16 angka (1) huruf c
hanya ada tanda tangan para penghadap, para UUJN Perubahan menimbulkan pertanyaan
saksi dan Notaris, sehingga dalam Minuta ti- yaitu:7
dak oleh lagi ada sidik jari para penghadap. 1. Apakah melekatkan sidik jari tersebut
Sekalipun demikian dalam penelitian yang di- harus pada lembaran kertas tersendiri
lakukan oleh penulis di Kota Surabaya, Kota yang disiapkan Notaris, yang kemudian
Sidoarjo, Kota Palu dan DKI Jakarta, ternyata dilekatkan pada Minuta Akta?
juga ada Notaris yang tetap membubuhkan si- 2. Siapakah yang harus melekatkan sidik
dik jarinya pada Minuta Akta, hal menimbul- jari tersebut?
kan pertanyaan pula apakah tindakan tersebut a. Semua penghadap, meskipun
merupakan suatu pelanggaran oleh Notaris penghadap yang bisa tanda tan-
dan adakah akibatnya terhadap kedudukan gan sudah membubuhkan tanda
hukum aktanya. tangannya pada Minuta (Pasal
Ketentuan Pasal 1 angka 8 UUJN 1 angka 8 UUJN Perubahan)?
Perubahan ini menimbulkan pertanyaan, Ataukah
bagaimana dengan penghadap yang tidak bisa b. Hanya penghadap yang tidak bisa
tangan tangan. Dengan cara apa dan memberi- tanda tangan saja?
kan tanda apa agar penghadap yang tidak bisa c. Apakah sidik jari tersebut harus
tanda tangan tersebut atau yang bisa tanda semua sidik jari tangan ataukah
tangan ternyata tangannya sakit dapat mem- sidik jari tertentu saja?
buktikannya telah menghadap Notaris untuk Secara tegas dan jelas pasal-pasal terse-
membuat akta dan telah setuju dengan akta
yang dibuat tersebut. Kemudian jika tetap 6 Habib Adjie, (2015) Penafsiran
pada minuta selain ada tanda tangan tersebut Tematik Hukum Notaris Indonesia (Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
dibubuhkan pula sidik jari para penghadap
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30
apakah melanggar ketentuan Pasal 1 angka 8 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris), Bandung:
UUJN Perubahan tersebut. Refika Aditama, h. 18. (selanjutnya disebut Habib
Ketentuan Pasal 1 angka 8 UUJN Pe- Adjie II).
7 Ibid., h. 19.

36
Lambung Mangkurat Law Journal Vol 2 Issue 1, March (2017)

but di atas (Pasal 1 angka 8 dan Pasal 16 an- gan penghadap yang tidak bisa mem-
gka (1) huruf c UUJN Perubahan) atau pasal- bubuhkan tanda tangannya. Mungkin
pasal lainnya dalam UUJN Perubahan tidak dengan maksud agar penghadap yang
mengatur dan tidak menegaskan, apakah membubuhkan tanda tangannya tidak
semua sidik jari tangan (kanan-kiri) atau si- mengingkari tanda tangannya karena
dik jari tertentu dari tangan kanan-kiri. Dalam di “back up” oleh sidik jarinya. Bah-
penjelasannya, kedua pasal tersebut disebut- kan mungkin berlebihan lagi yang ha-
kan cukup jelas, yang penting ada sidik jari rus dibubuhkan tersebut semua sidik
penghadap dan juga tidak disebut nama sidik jarinya (atau sidik jari tertentu saja).
jarinya. Menurut Habib Adjie8, apabila hal ini
Menyikapi hal-hal tersebut, apa yang dilakukan maka:
harus dilakukan Notaris? Ketentuan seperti 1) Apakah ini bentuk ketidakpercay-
apa yang harus ditetapkan? Pendapat atau aan terhadap Notaris, bukankah
penafsiran siapa yang harus diikuti? Pendapat dalam dunia Notaris ada asas
atau penafsiran yang manapun pada dasarnya praduga jujur untuk setiap yang
Akta Notaris tanggung jawab Notaris sendiri penghadap, sedangkan ketidakju-
sepenuhnya. juran harus dibuktikan terlebih
Dari hasil penelitian yang kami laku- dahulu?
kan, sementara ini ada beberapa pendapat 2) Kenapa Notaris kepada pengha-
atau penafsiran atas Pasal 1 angka 8 dan Pasal dap yang bisa tanda tangan juga
16 angka (1) huruf c UUJN Perubahan, yaitu: harus membubuhkan sidik jarin-
1. Penghadap yang bisa tanda tangan ya?
tetap membubuhkan tanda tangannya 3) Apakah di hadapan Notaris tanda
pada kertas/lembaran Minuta Akta, tangan penghadap sudah tidak
juga untuk membubuhkan sidik ja- dipercaya dan tidak valid lagi se-
rinya dengan penghadap yang tidak hingga masih diperlukan mem-
bisa membubuhkan tanda tangannya bubuhkan sidik jarinya?
pada lembaran tersendiri (lembaran 4) Apakah Notaris sudah mempo-
kertas yang sama atau dibuat untuk sisikan dirinya untuk tidak per-
tiap penghadap) yang akan dilekatkan caya (sejak awal) terhadap tanda
pada Minuta Akta yang bersangkutan. tangan penghadap sehingga ma-
Dengan kata lain, untuk penghadap sih diperlukan sidik jari pengha-
yang bisa tanda tangan, disamping dap yang bersangkutan.
harus membubuhkan tanda tangan- Contohnya jika ada sebuah Bank mem-
nya, juga harus membubuhkan sidik buat Surat Kuasa Membebankan Hak
jarinya. Tanggungan (SKMHT) (dengan Akta
Jika pendapat atau penafsiran ini Notaris) sehari sebanyak 10 SKMHT,
dilakukan akan menjadi berlebihan, di samping tanda tangan sepuluh kali,
penghadap yang bisa tanda tangan juga harus membubuhkan sidik jarinya
juga harus membubuhkan sidik jarinya sebanyak 10 kali juga. Jika ini dilaku-
pada lembaran kertas yang sama den-
8 Ibid., h. 20.

37
Lambung Mangkurat Law Journal Vol 2 Issue 1, March (2017)

kan masyarakat akan “phobia” dengan tersendiri yang telah disediakan/


Notaris karena sangat berlebihan, sudah disiapkan Notaris yang akan dile-
bisa tanda tangan ternyata juga harus katkan pada Minuta Akta yang
membubuhkan sidik jarinya. bersangkutan.
Alat atau sarana untuk mem- b. Terhadap sidik jarinya, ada 2
bubuhkan sidik jari tersebut juga belum (dua) pendapat yaitu:
ditegaskan di dalam UUJN maupun 1) Seluruh sidik jari tangannya
UUJN Perubahan, apakah menggunak- (kiri dan kanan atau kanan
an: atau kiri saja) atau
a. harus dilakukan secara manual 2) Sidik jari tertentu dari tangan
(ada tinta dan bantalannya), atau- kanan – kiri atau kiri atau
kah kanan saja.
b. secara elektronik (fingerprint) – Fungsi tanda tangan dan sidik jari peng-
(seperti pada e-KTP) yang kemudian hadap dalam pandangan Notaris, antara lain
bisa di print. sebagai:9
Di dalam praktik Notaris, cara perta- a. Identifikasi diri atau tanda dari yang
ma (a) masih dapat dilakukan (dengan bersangkutan;
warna tinta bebas), kelazimannya hi- b. Bukti bahwa yang bersangkutan telah
tam atau biru), tapi tidak menutup ke- menghadap Notaris;
mungkinan cara kedua (b) dapat juga c. persetujuan bahwa penghadap setuju
dilakukan, karena menurut ketentuan dengan segala sesuatu yang tersebut/
perundang-undangan belum ada yang tercantum dalam akta.
melarang atau memerintahkan untuk Sudah tentu tidak dilarang, Notaris
dilakukan demikian. untuk menerapkan pendapat atau penafsir-
2. Penghadap yang bisa tanda tangan an (satu saja atau keduanya atau tergantung
wajib membubuhkan tanda tangannya situasi). Hal yang penting para penghadap
pada kertas/lembaran minuta akta, atas permintaan Notaris mau melakukannya.
dan yang tidak bisa tanda tangan ha- Notaris yang menerapkan pendapat (atau
rus membubuhkan sidik jarinya pada yang berpendapat) seperti ini harus konsisten
kertas / lembaran tersendiri yang akan untuk melakukannya selama dan sepanjang
dilekatkan pada Minuta Akta yang menjalankan tugas jabatannya sebagai No-
bersangkutan. taris. Contohnya Notaris yang menerapkan
a. Penafsiran ini sebagai bentuk pe- pendapat disamping harus membubuhkan
nyederhanaan dan fleksibilitas tandatangannya juga harus membubuhkan
serta kesetaraan bahwa pengha- sidik jarinya pada lembaran tersendiri, maka
dap yang bisa tanda tangan un- selama menjalankan tugas jabatannya harus
tuk membubuhkan tanda tangan- dilakukan seperti itu. Jangan ketika ada pi-
nya pada kertas/lembaran Minuta hak yang sudah membubuhkan tandatangan-
saja, sedangkan yang tidak bisa nya kemudian diminta membubuhkan sidik
tanda tangan membubuhkan si-
dik jarinya pada lembaran kertas 9 Ibid., h. 21.

38
Lambung Mangkurat Law Journal Vol 2 Issue 1, March (2017)

jarinya ternyata menolak, Notaris harus me- masuk golongan hukum pribumi (dan
maksakan kepada penghadap yang bersang- mereka yang disamakan) di bawah
kutan, dan penolakan ini tidak bisa diterang- wesel, surat order, aksep, surat-surat
kan dalam Akhir Akta dan juga bukan Sur- atas nama pembawa (aan toonder), dan
rogate (Surrogate digunakan dengan batasan surat-surat dagang lainnya, disamakan
dan alasan tertentu). Atas penolakan tersebut dengan sebuah akta di bawah tangan,
Notaris tidak berdaya apa-apa, artinya Notaris asalkan akta itu diberi waarmerking
tidak konsisten. oleh seorang Notaris atau pejabat yang
Pendapat atau penafsiran lainnya ada ditunjuk oleh pemerintah, bahwa ia
pula yang berkaitan dengan penggunaan si- mengenal orang yang membubuhkan
dik jari. Pasal 16 angka (1) huruf c UUJN Pe- cap jempol atau sidik jari atas tanda
rubahan tidak menegaskan pembubuhan sidik itu, bahwa isi Akta itu telah dijelaskan
jari tersebut, apakah semua sidik jari tangan kepada orang itu dan akhirnya, bahwa
atau sidik jari tertentu dan tangan kanan kiri. cap jempol atau sidik jari itu dibubuh-
Kalau menurut kelaziman dan kebiasaan ma- kan dihadapan pegawai itu.
syarakat, Notaris dalam penggunaan sidik jari Dalam teks asli, Pasal 1874a BW dan
memakai sidik jari tangan kiri atau kanan, Stbl. 1916-44 jo 43 – Pasal 1 ayat (2), yaitu
baik semua jari atau tertentu saja. vingerafdruk (sidik jari) bukan duimtopaf-
Dalam kaitan ini perlu diberi penegasan druk (sidik ujung jempol). Kemudian teks
sidik jari mana yang akan dipergunakan oleh asli vingerafdruk diterjemahkan atau diarti-
penghadap. Ada beberapa ketentuan yang kan sebagai sidik ujung jempol. Namun kata
dapat dipergunakan dalam penggunaan sidik sidik jari secara popular (familiar) di kalan-
jari tersebut (untuk akta atau tulisan di bawah gan rakyat (juga Notaris) masih dikenal cap
tangan), antara lain: jempol atau kata kerjanya jempol saja.10
1. Pasal 187a BW, yaitu : Merujuk pada kebiasaan/kelaziman ma-
“Dengan penandatanganan sepucuk syarakat dan ketentuan seperti di atas, mem-
tulisan di bawah tangan dipersamakan bubuhkan sidik jari tangan lebih bisa diterima
dengan suatu cap jempol, dibubuhi den- atau bahasa masyarakat cap jempol saja. Oleh
gan suatu pernyataan yang bertanggal karena Pasal 16 angka (1) huruf c UUJN Pe-
dari seorang Notaris atau seorang pega- rubahan tidak menegaskan sidik jari mana
wai lain yang ditunjuk undang – undang yang dipakai, dapat ditafsirkan bahwa sidik
darimana ternyata bahwa ia mengenal jari yang bisa juga dipakai yaitu sidik jari tan-
si pembubuh cap jempol atau bahwa gan kanan atau kiri saja atau kanan dan kiri.
orang ini telah diperkenalkan kepadan- Tapak sidik jari tangan dan kaki mempunyai
ya, bahwa isinya akta telah dijelaskan gambaran yang berbeda antara manusia yang
kepada orang itu, dan bahwa setelah itu satu sama lainnya, oleh karena itu, disarankan
cap jempol tersebut dibubuhkan diha- memakai sidik jari tangan kanan dan kiri. Un-
dapan pegawai tadi.” tuk jari tangan kanan atau kiri tertentu atau
2. Stbl. 1916 – 44 jo 43 – Pasal 1 ayat
(2) hanya menentukan bahwa : sebuah 10 Lihat Tan Thong Kie, (2007), Studi
cap jempol / ibu jari tangan orang ter- Notariat & Serba Serbi Praktek Notaris, Jakarta:
Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, h. 480.

39
Lambung Mangkurat Law Journal Vol 2 Issue 1, March (2017)

semua jari tangan kanan dan kiri. ada yang menerapkan 10 jari tangan
Notaris pun harus konsisten meminta atau ibu sidik jari tangan-tangan kanan
penghadap untuk membubuhkan sidik jari saja atau kiri saja atau kedua-duanya
tersebut. Jika ingin menerapkan 10 jari tan- atau juga sidik jari tertentu tergantung
gan, gunakanlah seterusnya selama men- keadaan/kondisi fisik sidik jari tangan
jalankan tugas jabatannya menerapkan 10 penghadap.
jari tangan, demikian pula yang menerapkan Melihat fakta demikian itu, apakah per-
sidik ibu jari tangan kanan atau kiri yang atau lu organisasi Jabatan Notaris mengeluarkan
yang menggunakan tiga jari tangan kanan Peraturan Perkumpulan/peraturan Organisasi
saja atau tiga jari tangan kanan dan kiri. Su- untuk para anggotanya atau Menteri Hukum
dah tentu penerapan tersebut harus diantisi- dan HAM mengeluarkan Peraturan Menteri
pasi jika ternyata sidik jari tangan penghadap (Permen)11. Hal-hal yang berkaitan dengan si-
tidak lengkap (kurang dari 10, bahkan ada
juga yang punya jari 11), dengan memberikan
11 UUJN Perubahan hanya
keterangan nama sidik jari yang dibubuhkan memerintahkan agar ketentuan dalam UUJN
tersebut. Dan tidak dapat dibantah jika sep- Perubahan ditindaklanjuti dengan :
erti itu dilakukan oleh para Notaris Indonesia - Peraturan Menteri Hukum dan HAM
(Permenhukham)
akan ada keragaman pembubuhan sidik jari 1. Pasal 22 ayat (3) : Ketentuan lebih lanjut
tersebut. Dalam hasil penelitian ditemukan mengenai Formasi Jabatan Notaris dan
bahwa: penentuan kategori daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
1. Ada Notaris yang meminta kepada
dalam Peraturan Menteri.
penghadap disamping harus mem- 2. Pasal 66 ayat (3) : Ketentuan lebih lanjut
bubuhkan tanda tangannya pada lem- mengenai tugas dan fungsi, syarat dan tata cara
baran/kertas minuta, juga harus mem- pengangkatan dan pemberhentian, struktur
organisasi, tata kerja, dan anggaran majelis
bubuhkan sidik jarinya pada lembaran/ kehormatan Notaris diatur dengan Peraturan
kertas tersendiri yang sudah disiapkan Menteri.
Notaris. Pembubuhan sidik jari tersebut 3. Pasal 81 : Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
ada yang menerapkan 10 jari tangan atau cara pengangkatan dan pemberhentian anggota,
susunan organisasi dan tata kerja, anggaran
ibu sidik jari tangan kanan saja atau kiri serta tata cara pemeriksaan Majelis Pengawas
saja atau kedua-duanya atau juga sidik diatur dengan Peraturan Menteri.
jari tertentu tergantung keadaan/kondisi 4. Pasal 82 ayat (5) : Ketentuan mengenai
penetapan, pembinaan, dan pengawasan
fisik sidik jari tangan penghadap.
organisasi Notaris diatur dengan Peraturan
2. Ada Notaris yang meminta kepada Menteri.
penghadap hanya membubuhkan tanda 5. Pasal 91A : Ketentuan mengenai tata cara
tangan saja pada lembaran/kertas Minu- penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2), Pasal 16 ayat (11) dan ayat (13),
ta untuk penghadap yang bisa tanda tan- Pasal 17 ayat (2), Pasal 19 ayat (3), Pasal 32 ayat
gan. Dan meminta membubuhkan sidi (4), Pasal 37 ayat (2), Pasal 54 ayat (2), dan Pasal
jarinya saja kepada penghadap yang 65A diatur dalam Peraturan Menteri.
- Peraturan Pemerintah (PP):
tidak bisa membubuhkan sidik jarinya
Pasal 91B : Peraturan pelaksanaan atas Undang –
dengan alasan tertentu. Bahkan dite- Undang ini harus ditetapkan paling lama 1 (satu)
mukan pembubuhan sidik jari tersebut tahun terhitung sejak Undang – Undang ini
diundangkan.

40
Lambung Mangkurat Law Journal Vol 2 Issue 1, March (2017)

dik jari tersebut oleh UUJN Perubahan tidak dalam Pasal 16 angka 11 UUJN Perubahan.
diperintahkan dalam bentuk peraturan men- Sesungguhnya menurut ketentuan hukum ti-
teri. dak membubuhkan sidik jari tersebut tidak
Demikian pula organisasi jabatan No- memberi pengaruh apapun terhadap kedudu-
taris boleh saja mengeluarkan peraturan or- kan hukum Akta Notaris. Akta yang bersang-
ganisasi untuk anggotanya, misalnya mewa- kutan tetap sah dan mengikat serta mempun-
jibkan dan menentukan sidik jari (tertentu) yai kekuatan pembuktian yang sempurna.
yang harus dibubuhkan oleh penghadap. Memang keragaman (pembubuhan si-
Penafsiran atas Pasal 16 angka (1) huruf c dik jari) tersebut akan menyulitkan Majelis
UUJN Perubahan sangat penting untuk mem- Pengawas Notaris ketika melakukan pemer-
berikan pedoman dengan jelas, hal ini pula iksaan rutin12 ternyata Notaris di daerah yang
terkait dengan sanksi yang dapat dijatuhkan bersangkutan berbeda-beda menentukan
kepada Notaris jika melanggar ketentuan pas- pembubuhan sidik jari dari penghadap, yang
al tersebut, sebagaimana ditegaskan dalam mana yang melanggar dan yang mana yang
Pasal 16 angka 11 UUJN Perubahan berupa: tidak melanggar dan tidak ada pedomannya.
Notaris yang melanggar ketentuan se- Pemenuhan atas pasal tersebut hanya akan
bagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diatur tata cara penjatuhan sanksinya (Pasal
sampai dengan huruf l dapat dikenai sanksi 91 UUJN Perubahan).
berupa :
a. peringatan tertulis;
12 Pasal 70 UUJN menentukan tentang
b. pemberhentian sementara;
Kewenangan Majelis Pengawas Daerah (MPD),
c. pemberhentian dengan hormat; yaitu :
atau a. Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa
d. pemberhentian dengan tidak hor- adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris atau
pelanggaran pelaksanaan jabatan Notaris.;
mat. b. Melakukan pemeriksaan; terhadap Protokol Notaris
Dalam hal ini menimbulkan pertanyaan, secara berkala 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
bagaimana jika ada Notaris tidak meminta ke- atau setiap waktu yang dianggap perlu.;
pada para penghadap untuk membubuhkan si- c. Memberikan izin cuti untuk waktu sampai dengan
6 (enam) bulan.;
dik jarinya pada lembaran tersendiri atau No- d. Menetapkan Notaris pengganti dengan
taris telah meminta tapi penghadap menolak memperhatikan usul Notaris yang bersangkutan.
atau tidak mau untuk membubuhkan sidik ja- e. Menentukan tempat penyimpanan protokol Notaris
yang pada saat serah terima Protokol Notaris telah
rinya dengan alasan telah membubuhkan tan-
berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih.
da tangannya, jika seperti itu terjadi, artinya f. Menunjuk Notaris yang akan bertindak sebagai
tidak ada sidik jari dari penghadap yang bisa pemegang sementara Protokol Notaris yang
tanda tangan dalam Minuta, adakah penga- diangka sebagai pejabat negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4);
ruh terhadap kedudukan akta dan Notarisnya. g. Menerima laporan dari masyarakat mengenai
Ketentuan Pasal 16 angka (1) huruf c UUJN adanya dugaan pelanggaran kode etik Notaris atau
Perubahan merupakan kewajiban Notaris, se- pelanggaran ketentuan dalam Undang-Undang ini;
dan
hingga jika Notaris tidak melaksanakannya
h. Membuat dan menyampaikan laporan sebagaimana
(tidak melaksanakan kewajiban) hanya ter- dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf
kena sanksi administratif sebagaimana diatur d, huruf e, huruf f, dan huruf g kepada majelis
Pengawas wilayah.

41
Lambung Mangkurat Law Journal Vol 2 Issue 1, March (2017)

Pada sisi yang lain, yang rutin melaku- MPW dan atas laporan tersebut MPW akan
kan pengawasan secara langsung kepada No- memanggil Notaris yang dilaporkan untuk
taris, yaitu Majelis Pengawas Daerah (MPD), diperiksa dan sidang serta dijatuhi sanksi?
kemudian yang berwenang untuk menjatuh- Ataukah MPD akan membiarkannya karena
kan sanksi administratif terhadap Notaris yai- MPD tidak punya wewenang seperti itu.
tu Majelis Pengawas Wilayah (MPW)13 untuk Berkaitan dengan penandatanganan
sanksi peringatan lisan maupun tertulis, se- tersebut perlu juga dihubungkan dengan pasal
dangkan untuk sanksi pemberhentian semen- yang lainnya, yaitu :
tara 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam) − Pasal 44 UUJN Perubahan menegaskan
bulan; atau pemberhentian dengan tidak hor- bahwa:
mat hanya mengusulkan saja kepada Majelis (1) Segera setelah Akta dibacakan, Akta
Pengawas Pusat (MPP). tersebut ditandatangani oleh setiap
Ketika MPD melakukan pemeriksaan, penghadap, saksi, dan Notaris, kecu-
menemukan ada Notaris yang tidak melak- ali apabila ada penghadap yang tidak
sanakan ketentuan Pasal 16 angka (1) huruf dapat membubuhkan tanda tangan
c UUJN Perubahan, apakah MPD akan men- dengan menyebutkan alasannya.
catatnya dan kemudian melaporkan kepada (2) Alasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dinyatakan secara tegas pada
13 Pasal 73 UUJN Perubahan Akhir Akta.
menentukan tentang kewenangan Majelis (3) Akta sebagaimana dimaksud dalam
Pengawas Wilayah (MPW), yaitu :
Pasal 43 ayat (3) ditandatangani oleh
(1) Majelis Pengawas Wilayah berwenang :
a. Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa penghadap, Notaris, saksi, dan pen-
dan mengambil keputusan atas laporan erjemah resmi.
masyarakat yang dapat disampaikan melalui (4) Pembacaan, penerjemahan atau
Majelis Pengawas Daerah;
b. Memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan
penjelasan, dan penandatanganan
pemeriksaan atas laporan sebagaimana sebagaimana dimaksud pada ayat
dimaksud pada huruf a; (1) dan ayat (3) serta dalam Pasal
c. Memberikan izin cuti lebih dari 6 (enam) 43 ayat (3) dinyatakan secara tegas
bulan sampai 1 (satu) tahun;
d. Memeriksa dan memutus atas keputusan pada Akhir Akta.
Majelis Pengawas Daerah yang menolak cuti (5) Pelanggaran terhadap ketentua se-
yang diajukan oleh Notaris pelapor; bagaimana dimaksud pada ayat (1),
e. Memberikan sanksi baik peringatan lisan
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) men-
maupun peringatan tulisan.
f. Mengusulkan pemberian saksi terhadap gakibatkan suatu Akta hanya mem-
Notaris kepada Majelis Pengawas Pusat punyai kekuatan pembuktian seb-
berupa : agai akta di bawah tangan dan dapat
1) pemberhentian sementara 3 (tiga) bulan
sampai dengan 6 (enam) bulan; atau menjadi alasan bagi pihak yang
2) pemberhentian dengan tidak hormat. menderita kerugian untuk menuntut
g. Dihapus. penggantian biaya, ganti rugi, dan
(2) Keputusan Majelis Pengawas Wilayah sebagaimana
bunga kepada Notaris.
dimaksud pada ayat (1) huruf e bersifat final.
(3) Terhadap setiap keputusan penjatuhan sanksi Ketentuan Pasal 44 angka 1 dan 2 UUJN
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dan Perubahan berlaku untuk penghadap yang ti-
huruf f dibuatkan berita acara.

42
Lambung Mangkurat Law Journal Vol 2 Issue 1, March (2017)

dak bisa sama sekali membubuhkan tanda membubuhkan tanda tangannya, jika seperti
tangannya pada lembaran/kertas Minuta den- ini harus digunakan surrogate.
gan alasan tertentu. Dalam Pasal 44 angka 1 G. H. S. Lumban Tobing15 berpendapat
dan 2 UUJN Perubahan tidak memberi ruang bahwa hal-hal dimana tanda tangan itu dapat
atau tempat untuk penghadap yang tidak bisa digantikan oleh yang dinamakan surrogate
membubuhkan tandatangannya, dengan kata menurut hukum itu adalah:
lain pasal ini sesuai dengan Pasal 1 angka 8 a. Dalam hal tidak dapat membubuhkan
UUJN Perubahan. tanda tangannya oleh karena yang ber-
Ketentuan seperti ini pernah diatur sangkutan buta huruf, dan
dalam Pasal 28 ayat (3) PJN, yaitu : b. Dalam hal berhalangan untuk mem-
“Segera sesudah itu, akta itu harus ditan- bubuhkan tanda tangannya, sekalipun
datangani oleh masing-masing penghadap, yang bersangkutan tidak buta huruf,
kecuali jika mereka menerangkan tidak dapat dimana termasuk semua hal, atau ke-
membubuhkan tandatangannya atau untuk itu adaan, dimana seseorang karena ses-
berhalangan, dalam hal-hal mana keterangan uatu keadaan, baik yang bersifat tetap
mereka mengenai itu, demikian juga alasan maupun bersifat sementara, tidak dapat
dari halangan itu harus diberitahukan secara membubuhkan tanda tangannya di
tegas dalam akta.” bawah akat itu, sekalipun ia mempun-
Menurut G. H. S. Lumban Tobing14, yai kemauan untuk menulis.
bahwa ketentuan pasal tersebut membuka ja- Penghadap tidak dapat bertanda tangan,
lan mempunyai pandangan jauh ke depan bagi ada 2 (dua) kemungkinan:
orang-orang yang tidak dapat membaca mau- 1. Penghadap bisa baca – tulis, secara fisik
pun menulis atau orang-orang yang karena tidak bisa tanda tangan karena tangan-
kecelakaan atau sebab-sebab lain tidak dapat nya sakit (misalnya stroke, tremor, par-
membubuhkan tandatangannya di atas akta, kinson) atau tidak punya jari tangan
agar mereka juga dapat membuat akta partij atau tidak punya tangan. Jika terjadi
(partij akte) dihadapan Notaris. Apabila para seperti ini gunakanlah Surrogate.
penghadap menerangkan tidak dapat mem- Ketika penghadap yang tidak
bubuhkan tanda tangannya dalam akta atau dapat membubuhkan tanda tangannya,
berhalangan untuk melakukannya, maka ket- maka pengganti tanda tangan itu dise-
erangan itu, demikian juga sebab-sebab yang but surrogate, yang kekuatannya sama
menjadikan halangan diberitahukan oleh No- dengan tanda tangan, yaitu keterangan
taris secara dalam akta. dari penghadap (bukan keterangan
Apakah ketentuan Pasal 44 angka 1 dan Notaris) yang dituliskan oleh Notaris,
2 UUJN Perubahan mempunyai makna yang bahwa ia tidak dapat membubuhkan
sama dengan Pasal 28 ayat (3) PJN? Jika ber- tanda tangannya karena alasan ter-
makna sama, maka dalam Minuta Akta tidak tentu yang dinyatakan dengan tegas
perlu ada pembubuhan sidik jari dalam Minu- dalam akta. Dalam hal ini digunakan
ta Akta bagi para penghadap yang tidak bisa surrogate. Hal ini dapat disebut “ket-

14 G.H.S. Lumban Tobing, Op. Cit., h. 15 Lihat Tan Thong Kie, Op. Cit., h.
212. 480.

43
Lambung Mangkurat Law Journal Vol 2 Issue 1, March (2017)

erangan terhalang untuk menulis”. disebut “keterangan tidak dapat men-


Ketentuan semacam ini dapat diter- ulis”. Ketentuan semacam ini dapat
apkan dalam Pasal 44 angka 1 dan 2 diterapkan dalam Pasal 16 angka
UUJN Perubahan. (1) huruf c UUJN Perubahan. Pasal
Notaris yang tidak melaku- 16 angka (1) huruf c UUJN Peruba-
kan ketentuan Pasal 44 angka 1 dan 2 han memberi ruang – tempat kepada
UUJN Perubahan telah ada sanksinya penghadap yang tidak mampu mem-
(Pasal 44 angka 5 UUJN Perubahan), bubuhkan tanda tangannya dan sebagai
yaitu : bukti yang bersangkutan datang meng-
(1) terhadap aktanya: kedudukan hadap Notaris dan setuju dengan akta
akta terdegradasi menjadi kekua- yang dibuat di hadapan Notaris den-
tan pembuktian sebagai akta di gan membubuhkan sidik jarinya pada
bawah tangan, dan lembaran yang telah disediakan untuk
(2) terhadap Notarisnya: jika merugi- keperluan tersebut. Dan bisa dianggap
kan penghadap, maka penghadap tidak menghadap dan tidak setuju ka-
dapat menuntut ganti rugi, biaya, lau tidak ada sidik jarinya, yang akan
dan bunga kepada Notaris yang membuat sulit Notaris jika ada peng-
bersangkutan. ingkaran oleh para penghadap tersebut.
2. Penghadap secara fisik mempunyai Berdasarkan uraian di atas, bahwa
tangan dan jari lengkap, tapi tidak bisa penghadap yang :
baca tulis. Jika seperti ini harus mem- a. Membubuhkan tanda tangan-
bubuhkan sidik jarinya pada lembaran nya pada kertas/lembaran Minuta
yang telah disediakan untuk keperluan Akta;
tersebut (Pasal 16 angka (1) huruf c b. Membubuhkan sidik jarinya den-
UUJN Perubahan) gan alasan tidak bisa baca tulis;
Dalam hal ini, pembubuhan sidik c. Tidak bisa membubuhkan tanda
jari tertentu tersebut dipersamakan tangannya dengan alasan – terha-
dengan tanda tangan16. Hal ini dapat lang untuk membubuhkan tanda
tangannya akan digunakan surro-
16 Dalam praktik Notaris ditemukan gate.
juga kebiasaan, yaitu ketika penghadap yang Ketiga hal tersebut telah jelas kedudu-
tangannya sakit atau tidak keterbatasan dengan
kan hukumnya, yaitu bagian dari Akhir
fungsi tangannya, oleh Notaris atau saksi atau
karyawan dari kantor Notaris, diangkat tangannya Akta yang wajib dijelaskan, ditegaskan
oleh Notaris atau oleh saksi atau karyawan dari
kantor Notaris untuk diarahkan sidik tangannya
pada tempat tertentu (pada lembaran Minuta Akta
ketika belum berlaku ketentuan Pasal 1 angka 8
UUJN-P) atau pada lembaran kertas yang telah akta tersebut bisa dibatalkan. Oleh karena itu sangat
disediakan oleh Notaris yang akan dilekatkan tidak perlu Notaris atau saksi atau karyawan kantor
pada Minuta Akta. Hal tersebut merupakan Notaris untuk membimbing dan mengarahkan
bentuk pemaksaan atau bukan kehendak bebas penempatan sidik jari tangan penghadap tersebut,
dari penghadap, jika ada penghadap yang bisa Notaris hanya perlu menunjukkan tempat pada
membuktikan hal tersebut dan menggugat ke lembaran kertas tersebut sidik jari tangan penghadap
pengadilan, maka berdasarkan putusan hakim harus dibubuhkan. Habib Adjie II, Op. Cit., h. 34.

44
Lambung Mangkurat Law Journal Vol 2 Issue 1, March (2017)

dan diterangkan pada Akhir Akta.17 agai sidik jari asesoris atau sidik jari
Bagaimana dengan penghadap anti pengingkaran dari penghadap
yang bisa membubuhkan tanda tan- atau security finger atau kita akan
gannya pada kertas/lembar Minuta sepakati memberi nama dan kedudu-
Akta yang juga harus membubuhkan kan hukumnya? UUJN Perubahan dan
sidik jarinya? juga Ilmu Hukum Kenotariatan belum
1. Apakah kedudukan hukum pembubu- pernah menyebutkannya.18
han sidik jarinya bagian dari Akhir Kalaulah berkeyakinan dan mengi-
Akta? Karena penghadap seperti itu mani serta mempercayai hal tersebut adalah
atas pembubuhan sidik jarinya tidak bagian dari Akhir Akta, maka hal tersebut
dapat dikategorikan sebagai pengha- harus disebutkan pada bagian Akhir Akta.
dap yang membubuhkan sidik jarinya Pada sisi lainnya, sebenarnya dalam keadaan
dengan alasan tidak bisa baca tulis tertentu dalam Minuta wajib ada paraf, yaitu
atau tidak bisa membubuhkan tanda jika penghadap telah mengerti dan membaca
tangannya dengan alasan – terhalang sendiri akta yang bersangkutan, maka wajib
untuk membubuhkan tanda tangannya membubuhkan parafnya pada tiap halaman
akan digunakan surrogate. Minuta Akta. Sebagaimana disebutkan dalam
2. Dikategorikan sebagai apa pembubu- Pasal 16 angka 7 UUJN Perubahan, yaitu :
han dari penghadap yang bisa mem- “Pembacaan Akta sebagaimana dimaksud
bubuhkan tanda tangan juga harus pada ayat (1) huruf m tidak wajib dilakukan,
membubuhkan sidik jarinya atau apa jika penghadap menghendaki agar Akta tidak
dan akan disebut apa? Misalnya seb- dibacakan karena penghadap telah membaca
sendiri, mengetahui, dan memahami isinya,
dengan ketentuan bahwa hal tersebut din-
17 Dalam praktik Notaris, terjadi
juga ketika para penghadap telah membubuhkan
yatakan dalam penutup Akta serta pada setiap
tanda tangannya pada Minuta Akta, tapi ketika halaman Minuta Akta diparaf oleh pengha-
Notaris meminta agar membubuhkan sidik jari dap, saksi, dan Notaris.”
tangannya pada lembaran tersendiri, ternyata Jika terjadi perubahan, para penghadap
menolak? Sesuai dengan ketentuan Pasal 16 ayat
(1) huruf c UUJN Perubahan pembubuhan sidik wajib membubuhkan parafnya pada Minuta
jari tangan di lembaran tersendiri dari penghadap sebagai tanda persetujuan atas perubahan
yang sudah tanda tangan di Minuta merupakan tersebut, sebagaimana disebutkan dalam Pas-
kewajiban Notaris. Sehingga jika tidak dilakukan
al 48 UUJN Perubahan, yaitu :
oleh Notaris, maka Notaris dikenai sanksi
administratif sebagaimana tersebut dalam Pasal (1) Isi Akta dilarang untuk diubah
16 angka 11 UUJN Perubahan. Dan jika ada yang dengan :
tidak mau tidak perlu menuliskannya di akhir a. diganti;
akta. Meskipun disebutkan di akhir akta tidak
akan mengurangi sanksi administratif terhadap b. ditambah;
Notaris yang bersangkutan. Bahwa pembubuhan c. dicoret;
sidik jari tangan tersebut merupakan kewajiban d. disisipkan;
Notaris untuk meminta kepada para penghadap
e. dihapus, dan/atau
dan bersikap fakultif (boleh dilakukan – boleh
tidak dilakukan). Jika dilakukan bukan bagian dari f. ditulis tindih.
aspek formal akta dan jika tidak dilakukan aktanya
tetap sah dan mengikat para penghadap. 18 Ibid., h. 35.

45
Lambung Mangkurat Law Journal Vol 2 Issue 1, March (2017)

(2) Perubahan isi Akta sebagaimana di- (Pasal 16 angka 7 UUJN Perubahan).
maksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, e. Tidak perlu ada tanda tangan jika diper-
huruf c, dan huruf d dapat dilakukan intahkan oleh peraturan perundang-un-
dan sah jika perubahan tersebut dipa- dangan (atau anggaran dasar yang ber-
raf atau diberi tanda pengesahan lain sangkutan) atau untuk akta Berita Acara
oleh penghadap, saksi, dan Notaris. (contohnya Pasal 46 UUJN Perubahan).
Jadi sebenarnya, kalau ingin leng- Berdasarkan uraian di atas, khusus yang
kap apa yang disebut Minuta yaitu dengan berkaitan dengan penandatanganan Minuta
melakukan penafsiran dari pasal ke pasal se- untuk penghadap yang bisa tanda tangan dan
bagaimana tersebut di atas (penafsiran secara untuk penghadap yang tidak bisa tanda tan-
sistematik), maka yang disebut Minuta Akta gan dapat disimpulkan bahwa :
Notaris harus ada unsur-unsurnya (antara 1. Minuta harus ada tanda tangan pengha-
lain)19 : dap, saksi, dan Notaris (Pasal 1 angka 8
a. Tanda tangan penghadap, kecuali bagi UUJN Perubahan).20
yang tidak bisa membubuhkan tanda 2. Penghadap yang bisa tanda tangan wa-
tangan bisa diganti dengan sidik jari ter- jib membubuhkan tanda tangannya
tentu (secara terbatas) pada lembaran/ pada lembaran/kertas Minuta.
kertas tertentu yang disediakan/disiap- 3. Penghadap yang tidak bisa tanda tan-
kan Notaris (Pasal 1 angka 8 dan Pasal gan, wajib membubuhkan sidik jarinya
16 angka (1) huruf c UUJN Perubahan). pada lembaran kertas tersendiri yang
b. Tanda tangan dan paraf saksi akta dan akan dilekatkan pada Minuta Akta (Pas-
Notaris (Pasal 44 angka 1 UUJN Pe- al 16 angka (1) huruf c UUJN Peruba-
rubahan).
c. Ada paraf para pihak atau tanda bukti 20 Bahwa ada tanda tangan penghadap
tidak diperlukan jika berkaitan dengan akta Berita
lainnya, saksi dan Notaris jika ada pe- Acara (Relaas Akta) yang tidak selalu (bahkan)
rubahan (Pasal 48 UUJN Perubahan). tidak diperlukan tanda tangan penghadap.
d. Ada paraf untuk mereka yang memba- Contohnya dalam anggaran dasar Perseroan
ca sendiri dan paraf saksi dan Notaris Terbatas, yayasan, perkumpulan dan Koperasi
selalu ada klausul bahwa jika Berita Acara Rapat
dibuat oleh Notaris, maka tidak diperlukan tanda
19 Sebagai bahan perbandingan dalam tangan para penghadap. Contohnya dalam Pasal 46
Pasal 5 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi UUJN menegaskan bahwa :
Manusia Republik Indonesia Nomor: M.02. (1) Apabila pada pembuatan pencatatan harta
HT.03.10 Tahun 2007 tentang Bentuk dan Ukuran kekayaan atau berita acara mengenai suatu
Cap/Stempel Notaris menegaskan bahwa Teraan pembuatan atau peristiwa, terhadap penghadap
cap/stempel Notaris digunakan pada Minuta Akta, yang :
akta originali, salinan akta, kutipan akta grosse a. Menolak membubuhkan tanda tangannya; atau
akta, surat di bawah tangan, dan surat-surat resmi b. Tidak hadir pada penutupan Akta, sedangkan
yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas penghadap belum menandatangani akta
jabatan Notaris sebagaimana dimaksud dalam tersebut, hal tersebut harus dinyatakan dalam
Pasal 15 UUJN. Oleh karena itu sesuai dengan akta dan akta tersebut, hal tersebut harus
norma hukum yang terkandung dalam Pasal 1 dinyatakan dalam akta dan akta tersebut tetap
angka 8 UUJN Perubahan, bahwa dalam Minuta merupakan akta otentik.
hanya ada tanda tangan penghadap, saksi, dan (2) Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat
Notaris, maka tidak perlu ada pengaturan lagi (1) huruf a harus dinyatakan dalam akta dengan
seperti tersebut dalam Pasal 5 ini. mengemukakan alasannya.

46
Lambung Mangkurat Law Journal Vol 2 Issue 1, March (2017)

han), lembaran kertas tersebut khusus membubuhkan tangan dan sidik jarinya, tapi
dan hanya untuk penghadap yang ti- disebutkan cukup telah membubuhkan tanda
dak bisa tanda tangan atau hanya untuk tangannya pada minuta Akta. Tapi jika Notar-
penghadap membubuhkan sidik jarinya is yang menganggap bahwa meminta mem-
karena tidak bisa tanda tangan.21 bubuhkan sidik jari pada lembaran tersend-
4. Sidik jari yang dipergunakan tergan- iri (yang kemudian dilekatkan pada Minuta
tung pada kondisi fisik tangan/sidik jari Akta) dari para penghadap yang telah mem-
tangan penghadap, paling tidak satu si- bubuhkan tanda tangan pada Minuta, bagian
dik jari. Sidik jari tangan yang dipakai dari otensitas Akta Notaris, maka hal tersebut
tersebut (nama sidik jarinya) wajib di- perlu disebutkan pada akhir akta mengenai
tuliskan oleh Notaris dalam lembaran/ penghadap yang membubuhkan tangan dan
kertas tersebut. sidik jarinya.
5. Penghadap yang tidak bisa tanda tangan Menyikapi pemahaman aturan peng-
dengan alasan tertentu (bukan alasan gunaan/penerapan sidik jari tersebut di atas,
karena tidak bisa baca dan tulis) maka jadilah Notaris yang Decision Maker setelah
gunakanlah surrogate dan disebutkan menyelami dan memahami substansi keten-
pada Akhir Akta. tuan tersebut di atas. Tanggung jawab akta
6. Penggunaan ketentuan angka (5) terse- tersebut menjadi tanggung jawab Notaris
but di atas wajib disebutkan dalam Akh- sendiri.
ir Akta.
Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa, PENUTUP
meminta membubuhkan sidik jari pada lem- Ketentuan Pasal 16 angka (1) huruf
baran tersendiri (yang kemudian diletakkan c UUJN Perubahan merupakan kewajiban
pada minuta akta dari para penghadap yang Notaris, sehingga jika Notaris tidak melak-
tekah yang telah membubuhkan tanda tan- sanakannya (tidak melaksanakan kewa-
gan pada Minuta, bukan bagian dari otensitas jiban) hanya terkena sanksi administratif se-
Akta Notaris, tapi hal tersebut hanya meru- bagaimana diatur dalam Pasal 16 angka 11
pakan kehati-hatian Notaris saja, sehingga UUJN Perubahan. Sesungguhnya menurut
penghadap hal tersebut tidak perlu disebutkan ketentuan hukum tidak membubuhkan sidik
pada akhir akta mengenai penghadap yang jari tersebut tidak memberi pengaruh apapun
terhadap kedudukan hukum Akta Notaris.
21 Dalam praktik sekarang ini, ada Akta yang bersangkutan tetap sah dan mengi-
juga Notaris yang tetap membubuhkan sidik jari kat serta mempunyai kekuatan pembuktian
penghadap dalam lembaran / kertas Minuta, juga
membubuhkan cap/stempel perusahaan (dari
yang sempurna.
penghadap badan hukum private / publik) yang Organisasi jabatan Notaris diharap-
mempunyai cap/stempel perusahaan, meskipun
Pasal 1 angka 8 UUJN Perubahan, bahwa dalam
kan mengeluarkan peraturan organisasi un-
Minuta hanya ada tanda tangan penghadap, saksi, tuk anggotanya, dengan mewajibkan dan
dan Notaris. Kenapa hal tersebut dapat dilakukan? menentukan sidik jari (tertentu) yang ha-
Karena tidak ada sanksi apapun terhadap
rus dibubuhkan oleh penghadap. Peraturan
pelanggaran pasal tersebut dan tidak ada akibat
hukum apapun terhadap otensitas aktanya. Habib demikian dapat menjadi pedoman bagi para
Adjie II, Op. Cit., h. 36. Notaris, dan dapat pula sebagai pedoman bagi

47
Lambung Mangkurat Law Journal Vol 2 Issue 1, March (2017)

masyarakat pengguna jasa Notaris. Penaf-


siran atas Pasal 16 angka (1) huruf c UUJN Peter Mahmud Marzuki, (2007) Penelitian
Perubahan sangat penting untuk memberikan Hukum, Jakarta: Prenada Media
kejelasan, demikian pula dengan sanksi yang R. Soegondo Notodisoerjo, (1993) Hukum
dapat dijatuhkan kepada Notaris jika melang- Notariat di Indonesia, Suatu Penjela-
gar ketentuan pasal tersebut. san, Jakarta: RajaGrafindo Persada
Tan Thong Kie, (2007) Studi Notariat & Ser-
BIBLIOGRAFI
ba Serbi Praktek Notaris, Jakarta: Ich-
Buku tiar Baru van Hoeve
Budiono Kusumohamidjojo, (1988) Dasar- Makalah
Dasar Merancang Kontrak, Jakarta:
Grasindo Paulus Effendi Lotulung, Perlindungan Hu-
G. H. S. Lumban Tobing, (1983) Peraturan kum Bagi Notaris Selaku Pejabat
Jabatan Notaris, Jakarta: Erlangga Umum dalam Menjalankan Tugasnya,
Ghansham Anand, (2014) Karakteristik Ja- Up grading- Refreshing Course Ikatan
batan Notaris di Indonesia, Sidoarjo: Notaris Indonesia, Bandung, 23 Janu-
Zifatama Publisher ari 2003.
Habib Adjie, (2008) Hukum Notaris Indone-
sia, Tafsir Tematik Terhadap UU No. Daftar Peraturan Perundang-undangan
30 Tahun 2004 Tentang Jabatan No-
taris, Bandung: Refika Aditama Undang-Undang Burgerlijk Wetboek, Staats-
________, (2011) Kebatalan dan Pembatalan blad Tahun 1847 Nomor 23.
Akta Notaris, Bndung: Refika Adita- Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 ten-
ma tang Hak Tanggungan atas Tanah dan
Benda-Benda yang Berkaitan dengan
________, (2015) Penafsiran Tematik Hukum Tanah
Notaris Indonesia (Berdasarkan Un- Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 ten-
dang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tang Jabatan Notaris.
Tentang Perubahan Atas Undang-Un- Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 ten-
dang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang tang Lambang Negara. Bahwa Notar-
Jabatan Notaris), Bandung: Refika is merupakan Jabatan oleh karenanya
Aditama menggunakan lambang negara.
Komar Andasasmita, (1981), Notaris I, Band-
ung: Sumur Bandung, 1981. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 ten-
Lotulung, Paulus Effendi, (1993) Beberapa tang Perubahan Atas Undang-Undang
Sistem Tentang Kontrol Segi Hukum Nomor 30 Tahun 2004 tentang Ja-
Terhadap Pemerintah – Seri Ke-1: batan Notaris.
Perbandingan Hukum Administrasi Peraturan Pemerintah
dan Sistem Peradilan Administrasi
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998
(Edisi II dengan Revisi), Bandung,
tentang Peraturan Jabatan Pejabat
Citra Aditya Bakti, Bandung
Pembuat Akta Tanah.

48
Lambung Mangkurat Law Journal Vol 2 Issue 1, March (2017)

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006


tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
Peraturan Menteri
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor
M.01.HT.03.01 Tahun 2006, tentang
Syarat dan Tata Cara Pengangkatan,
Perpindahan, dan Pemberhentian No-
taris.
Keputusan Menteri
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia Nomor 98/KEP/M.KUKM/
IX/2004, tanggal 24 September Tahun
2004 tentang Notaris Sebagai Pejabat
Pembuat Akta Koperasi.

49

You might also like