Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Kimia Mulawarman Volume 8 Nomor 2, Mei 2011 ISSN1693-5616

Kimia F-MIPA Unmul

UJI FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KASAR


ETANOL, FRAKSI n-HEKSANA, ETIL ASETAT DAN METANOL
DARI BUAH LABU AIR (Lagenari siceraria (Molina) Standl)

PHYTOCHEMICAL AND ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST OF ETHANOL


EXTRACT, n-HEXSANE, ETHIL ACETAT AND METHANOL FRACTIONS
FROM THE GOURDS FRUIT (Lagenari siceraria (Molina) Standl)

Eva Marliana, Chairul Saleh


PS. Kimia F.MIPA Universitas Mulawarman
Jln. Barong Yongkok No. 4 Kampus Gn. Kelua Samarinda
Telp. 0541-749152

Abstract
Phytochemical test and Antibacterial Activity test in each fraction from the gourds fruit (Lagenari
siceraria (Molina) Standl) that came from Teluk Dalam, Tenggarong Seberang have been done. The
sample of leaves was extracted with ethanol and then consentrated by using rotary evaporator. The
ethanol crude extract were fractioned with n-hexane, Ethyl Acetat and Methanol. Based on the
phytochemical test on secondary metabolits of the gourds fruit (Lagenari siceraria (Molina)
Standl), it showed that ethanol crude extract contained flavonoid, saponin, steroid and phenol. n-
hexane fraction contained steroid, ethyl acetat fraction contained phenol. And methanol-water
fraction contained saponin, and phenol. Based on the Antibacterial Activity test using the paper disc
diffusion method (diameter 6 mm), the results of this test showed that the most active fraction is n-
Heksana with : of the Bacillus cereus bacteria at the concentration 1, 2, 4, 6, 8 and 10% (b/v) with
inhibition diameter 9.57, 9.88, 10.17, 12.18, 13 and 14.3 mm respectively so minimum inhibitory
concentration got 0-1%. The active respons toward Salmonella typhi bacteria at the concentration 1,
2, 4, 6, 8 and 10% (b/v) with inhibition diameter 7.50, 7.60, 8.20, 8.38, 8.87, and 9.8 mm so
minimum inhibitory concentration got 0-1%. The chloramfenikol antibiotics concentration 0.00386
M as a standar to inhibit the growth of Bacillus cereus and Salmonella typhi bacteria with the
inhibition diameter 12.58 mm and 15.06 mm respectively.

Keywords : Lagenari siceraria (Molina) Standl, phytochemical, and antibacterial activity

A. PENDAHULUAN Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan


Sebagian besar penyakit infeksi yang merugikan bagi sebagai obat tradisional adalah Labu air (Lagenaria
manusia disebabkan oleh mikroorganisme, salah satunya siceraria (Molina) Standl). Tanaman labu air ini
adalah bakteri Salmonella tiphy penyebab penyakit tergolong mudah ditanam dan wilayah tanamnya
infeksi akut yaitu demam tifoid atau thypus abdominalis menyebar di berbagai belahan dunia, dari daerah
(Pelezar, 1988). Semakin banyaknya penderita penyakit beriklim tropis sampai subtropis. Dataran tinggi berhawa
yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme ini maka dingin maupun dataran rendah berhawa panas cocok
berbagai macam obat telah dibuat untuk menyembuhkan ditanami labu (Sastrapraja,1980).
suatu penyakit, baik dari bahan kimia ataupun bahan Pengunaan kandungan ini bisa berasal dari buah
alam. Obat dari bahan kimia menimbulkan berbagai efek pada tanaman labu air (Lagenaria siceraria (Molina)
samping. Selain itu, harga obat-obatan tersebut juga Standl) yang mengandung kalsium, zat besi, vitamin C
cukup mahal. Oleh sebab itu, obat-obatan dengan dan polifenol. Sifatnya yang mendinginkan, membuat
menggunakan bahan alam merupakan alternatif pilihan labu air baik sekali dikonsumsi bagi penderita demam
yang terbaik (Harjanti, 1992). tinggi. Penderita demam bisa langsung mengonsumsi
Secara umum, kegunaan tumbuhan obat rebusan buah labu atau meminum air perasan labu. Buah
sebenarnya disebabkan oleh kandungan kimia yang labu air (Lagenaria siceraria (Molina) Standl)
dimiliki. Namun, tidak seluruh kandungan kimia mengandung saponin yang digunakan sebagai
diketahui secara lengkap karena pemeriksaan bahan antimikroba dalam bidang kesehatan dipakai sebagai
kimia dari suatu tanaman memerlukan biaya yang bahan baku untuk sintesis hormon steroid (Robinson,
mahal. Meskipun tidak secara rinci, tetapi pendekatan 1995).
farmakologi menghasilkan informasi kegunaan Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu
tumbuhan obat (Hariana, 2006). dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis senyawa
metabolit sekunder, mengetahui fraksi mana yang paling

Kimia F-MIPA Unmul 63


Eva marliana
Kimia F-MIPA Unmul

aktif diantara fraksi n-heksana (non polar), fraksi etil dipekatkan dengan rotari evaporator dan disebut sebagai
asetat (semi polar) dan fraksi metanol (polar) serta untuk ekstrak fraksi n-heksana.
mengetahui besarnya aktivitas antibakteri pada buah Selanjutnya fraksi metanol-air difraksinasi
labu air (Lagenaria siceraria (Molina) Standl), maka dengan penambahan etil asetat. Dilakukan penambahan
pada penelitian ini akan diuji aktivitas antibakterinya etil asetat secara berulang hingga diperoleh ekstrak etil
terhadap bakteri Salmonella typhi yang mewakili Gram asetat yang jernih. Dari fraksinasi kedua ini diperoleh 2
negatif dan Bacillus cereus yang mewakili Gram positif. fraksi, yaitu fraksi etil asetat dan fraksi metanol-air.
Kemudian kedua fraksi tersebut dipekatkan dengan
B. METODOLOGI PENELITIAN rotari evaporator dan hasilnya masing-masing disebut
2.1. Alat sebagai ekstrak fraksi etil asetat dan ekstrak fraksi
Alat-alat yang digunakan blender, beaker glass, metanol-air.
Erlenmeyer, pompa vakum, rotari evaporator, neraca Pada ekstrak kasar etanol, fraksi n-heksana, fraksi
analitik, pipet volume, pipet tetes, corong, corong pisah, etil asetat dan fraksi metanol-air dilakukan uji fitokimia
tabung reaksi, pipet mikro 50 µl, batang pengaduk, untuk mengetahui jenis senyawa kimia metabolit
cawan petri, jarum ose, incubator, penggaris, autoclaf sekunder yang dikandung setiap fraksi dan ekstrak kasar.
Hiclave HV – 110, laminar flow, water shaker, hot plate, Selanjutnya dilakukan uji antibakteri dengan metode
magnetic stirrer dan gelas ukur. difusi agar.
2.2. Bahan 2.3.4. Uji Fitokimia
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian a. Uji Alkaloid
ini adalah buah labu air (Lagenaria siceraria (Molina) Sebanyak 20 mg ekstrak kasar etanol dan
Standl), etanol, aquadest, etil asetat glasial, asam asetat masing-masing fraksi buah labu air ditambahkan 10 ml
glacial, H2SO4 2M, H2SO4 pekat, Bi(NO3)2, HNO3 Amoniak dalam kloroform 0.05 N, lalu disaring kedalam
pekat, KI, NaCl, NaOH, FeCl3 1 %, HCl pekat, HCl 2N, tabung reaksi. Filtrat ditambahkan dengan beberapa tetes
heksana, metanol, serbuk Mg, yeast extract, bacterial H2SO4 2 M dan dikocok sehingga terpisah dua lapisan.
peptone, agar bacteriologial, paper disk antibiotic Lapisan asam terdapat pada bagian atas dipipet ke dalam
tetrasiklin, bakteri Salmonella tiphy, bakteri Bacillus tabung tabung reaksi lain, lalu ditambah pereaksi
cereus, kertas saring whatman No. 1, alominium foil, dragendorff. Positif alkaloid ditunjukkan dengan
kapas, lidi, dan kain kasa. terbentuknya endapan warna jingga sampai merah coklat
2.3. Prosedur Penelitian (Culvenor & flitzgerald, 1963 dalam sutisna, 2000).
2.3.1. Persiapan Sampel b. Uji Triterpenoid dan Steroid (Uji Lieberman
Bahan tumbuhan diperoleh dari salah satu Buchard)
tanaman yang terdapat didaerah Teluk Dalam Sebanyak 20 mg ekstrak kasar etanol dan
Tenggarong Seberang. Buah labu air (Lagenaria masing-masing fraksi buah labu air ditambahkan CHCl3
siceraria (Molina) Standl.) dipotong kecil-kecil, lalu ditambah reagen Lieberman Buchard. Larutan
dikering anginkan pada suhu ruang (tidak terkena sinar dikocok perlahan dan dibiarkan selama beberapa menit.
matahari secara langsung) kemudian dihaluskan dengan Steroid memberikan warna biru atau hijau dan untuk
menggunakan blender. Triterpenoid memberikan warna merah atau ungu
2.3.2. Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder (Harborne, 1987).
Sampel buah labu air (Lagenaria siceraria c. Uji Flavonoid, Saponin dan Fenolik
(Molina) Standl.) yang telah halus dimaserasi dengan Sebanyak 30 mg ekstrak kasar etanol dan
menggunakan pelarut etanol. Ekstraksi dilakukan sampai masing-masing fraksi buah labu air ditambahkan 10 ml
larutan ekstrak tidak berwarna lagi, dilanjutkan dengan air panas dengan suhu ± 70ºC. Lalu dibagi pada 3 tabung
proses penyaringan. Setelah disaring, pelarut diuapkan reaksi.
dengan rotari evaporator sehingga diperoleh ekstrak Tabung petama Uji Flavonoid ditambahkan
etanol yang kemudian dilanjutkan dengan uji fitokimia sedikit serbuk Mg dan 1 ml HCl pekat, kemudian
untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang dikocok-kocok. Uji positif ditandai dengan terbentuknya
terkandung didalam ekstrak etanol buah labu air warna merah, jingga atau ungu (Robinson, 1995).
(Lagenaria siceraria). Tabung kedua Uji Saponin tabung dikocok
2.3.3. Fraksinasi kuat-kuat, Ekstrak positif mengandung saponin jika
Ekstrak kasar etanol buah labu air (Lagenaria timbul busa dengan ketinggian 1-10 cm yang bertahan
siceraria (Molina) Standl) difraksinasi berdasarkan pada selama 10 menit (Harborne, 1987).
perbedaan kepolaran pelarut-pelarut organik. Caranya Tabung ketiga Uji Fenolik ditambahkan
adalah sebagai berikut: ekstrak kasar etanol ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1%. Uji positif ditunjukkan oleh
metanol dan air dengan perbandingan 6:4 (v/v) (Lopes, terbentuknya warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam
2000). Kemudian di fraksinasi dengan n-heksana di pekat (Harborne, 1987).
dalam corong pisah, sehingga diperoleh 2 fraksi, yaitu 2.3.5. Uji Aktifitas antibakteri
fraksi metanol-air dan fraksi n-heksana. Dilakukan a. Pembuatan Media Agar (Media Luria Bertani
penambahan n-heksana secara berulang kali hingga (LB) )
diperoleh fraksi n-heksana yang jernih. Fraksi n-heksana Ditimbang bahan-bahan yang digunakan untuk
pembuatan media LB, lalu dilarutkan dalam aquadest.

64 Kimia F-MIPA Unmul


Jurnal Kimia Mulawarman Volume 8 Nomor 2, Mei 2011 ISSN1693-5616
Kimia F-MIPA Unmul

Larutan dihomogenkan kemudian dipanaskan dengan api menekankan lidi pada dinding tabung bagian dalam
kecil hingga mendidih. Kemudian media dituang ke sambil di putar-putar. Digores-goreskan kapas lidi pada
tabung reaksi sebanyak 5 ml dan ditutup dengan kapas permukaan media LB hingga seluruh permukaan
lalu disterilkan dengan autoclaf Hiclave HV – 110 suhu tertutup rapat dengan goresan-goresan. Media LB
121°C selama 15 menit. Media yang telah steril dibiarkan selama 5 - 15 menit agar suspensi bakteri
kemudian diletakkan miring agar terbentuk media meresap kedalam agar-agar (Soemarno, 2000).
miring. Setelah media memadat, media disimpan di Diteteskan sebanyak 50 µl ekstrak dengan berbagai
lemari pendingin. konsentrasi pada cakram. Selanjutnya diinkubasi pada
b. Regenerasi Bakteri temperatur 37 oC selama 18-24 jam. Ekstrak yang
Sebelum dipakai dalam uji antibakteri, bakteri digunakan dalam uji aktivitas antibakteri ini adalah
yang akan dipakai setiap kali harus diregenerasi terlebih ekstrak yang dapat larut dalam aquades yaitu ekstrak
dahulu. Hal yang pertama kali dilakukan adalah kasar etanol, Fraksi heksana, Fraksi etil asetat, dan fraksi
membuat biakan agar miring, yaitu menggoreskan metanol.
biakan dari stok bakteri Salmenella typhi dan Bacillus d. Penentuan MIC (Minimum Inhibitory
cereus masing-masing ke agar miring yang masih baru Concentration)
kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam Ekstrak buah labu air (Lagenaria siceraria)
dalam inkubator. Biakan tersebut merupakan aktivitas dibuat dalam beberapa konsentrasi yaitu 0, 1, 2, 4, 6 dan
awal dari stok bakteri yang telah disimpan pada suhu 4- 8% (b/v) pada masing-masing fraksi. Pelarut yang
5°C. digunakan adalah aquades. Tiap konsentrasi kemudian
c. Uji Aktivitas Antibakteri Dengan Metode Difusi diuji aktivitas antibakteri dan konsentrasi terendah dari
Kertas Cakram ekstrak yang masih dapat menghambat pertumbuhan
Uji aktifitas antibakteri dengan menggunakan bakteri merupakan nilai MIC (Minimum Inhibitory
bakteri Salmonella tiphy dan Bacillus cereus dilakukan Concentration) (Geenwood, 1995).
secara aseptik dengan metode difusi kertas cakram yang
mengacu pada Carson dan Riley dalam meidina, dkk. C. HASIL PENELITIAN
(2005). Untuk uji antibakteri, dibuat cakram diameter 6 Berdasarkan uji fitokimia terhadap ekstrak kasar
mm (Musa, 2008). Selanjutnya, kedalam suspensi etanol, fraksi heksana, fraksi etil asetat dan metanol
bakteri Salmonella typhi dan Bacillus cereus yang sudah buah labu air (Lagenaria siceraria (Molina) stand) untuk
distandardisasi kekeruhannya, dicelupkan kapas lidi mengetahui kandungan jenis senyawa metabolit
steril, ditunggu sebentar agar cairan meresap kedalam sekundernya, diperlihatkan pada Tabel 1 berikut ini.
kapas. Kemudian lidi diangkat dan diperas dengan

Tabel 1. Hasil uji fitokimia dari ekstrak kasar dan masing-masing fraksi

Jenis Senyawa Jenis Ekstrak


Ekstrak Kasar Fraksi n- Fraksi Etil Fraksi Metanol
Etanol Heksana Asetat
_ _ _ _
Alkaloid
_ _
Saponin + +
_ _
Steroid + +
_ _ _ _
Triterpenoid
_ _ _ _
Flavonoid
_
Fenol + + +
Keterangan : + = Mengandung senyawa metabolit sekunder
_
= Tidak mengandung senyawa metabolit sekunder

Uji saponin yang dilakukan dengan karena saponin terdispersi diantara senyawa polar dan
menggunakan metode pengocokan hingga timbil busa non polar (Suparjo, 2008).
setinggi 1-3 cm selama kurang lebih 15 menit, Uji steroid dan triterpenoid yang menggunakan
menunjukkan hasil positif pada ekstrak kasar etanol dan metode Liebermann-bouchard. Ekstrak dilarutkan
fraksi metanol. Saponin merupakan metabolit sekunder dalam kloroform, kemudian ditambahkan pereaksi
yang mengandung gugus gula terutama glukosa, Lieberman-burchard (asam asetat anhidrida-H2SO4
galaktosa, xylosa, rhamnosa atau methilpentosa yang pekat) menunjukkan hasil positif steroid pada ekstrak
berikatan dengan suatu aglikon hidrofobik (sapogenin) kasar etanol dan fraksi n-heksana dengan terbentuknya
berupa triterpenoid, steroid alkaloid. Sehingga saponin warna biru setelah direaksikan pada pereaksi
bersifat polar dan dapat larut dalam pelarut air. Saponin Lieberman-burchard (asam asetat glasial- H2SO4 pekat).
juga bersifat non polar karena memiliki gugus hidrofob Perbedaan warna larutan yang terbentuk antara steroid
yaitu aglikon. Oleh sebab itulah dapat terbentuk busa dan triterpenoid disebabkan gugus yang dimiliki
keduanya berbeda pada atom C yang ke empat (Fahmi,

Kimia F-MIPA Unmul 65


Eva marliana
Kimia F-MIPA Unmul

2000). Menurut Saleh, pada buletin of the Indonesian pertumbuhan bakteri Gram negatif dan Gram positif,
society of natueral products chemistry.Vol 4 no.2, berspektrum sempit apabila hanya menghambat
dalam bidang farmakologi senyawa triterpenoid pertumbuhan dari salah satu bakteri tersebut (Gram
berperan sebagai antitumor, antiinflamasi, dan negatif atau Gram positif aja) (Pelezar dan Chan, 1998).
antimikrobial. Pada uji aktivitas antibakteri dilakukan secara
Pada uji fenol, ekstrak dilarutkan dalam air dan aseptik. Metode yang digunakan adalah metode difusi
direaksikan dengan FeCl3 1% memberikan hasil positif cakram. Ekstrak kasar etanol dan masing-masing fraksi
pada ekstrak kasar etanol, fraksi etil asetat dan fraksi buah labu air (Lagenaria siceraria (Molina) stand)
metanol dengan menghasilkan warna hijau kehitaman. dengan variasi konsentrasi 1, 2, 4, 6, 8 dan 10 % (b/v)
Ciri khas fenolik adalah membentuk kompleks dengan dimasukkan sebanyak 50 µl pada media. Tujuannya
pewarnaan biru atau biru ungu dengan besi (III) klorida. adalah untuk mengontakkan senyawa aktif dengan
Kompleks yang terbentuk diduga berupa besi (III) heksa media dan mikroba uji. Setelah diinkubasi akan muncul
fenolat, sehingga uji ini memberikan indikasi gugus OH daerah bening disekitar kertas cakram yang berbentuk
aromatik. Reaksi pembentukan warna dari besi (III) lingkaran. Diameter daerah bening merupakan daerah
klorida bereaksi dalam sampel. Yang berperan adalah ion inhibisi dari ekstrak sampel terhadap mikroba uji.
Fe3+ yang mengalami hibridisasi orbital d2sp3 dimana Hasil uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri
berdasarkan hasil hibridisasi ini ion Fe3+ (4s03d5) Salmonela typhi dan Bacillus cereus masing-masing
memiliki 6 orbital kosong yang dapat diisi oleh pendonor fraksi dan ekstrak kasar etanol dengan menggunakan
pasangan elektron, dengan demikian maka dapat metode difusi cakram ditunjukkan pada gambar berikut
diasumsikan bahwa pendonor elektron pada senyawaan ini. Berdasarkan hasil penelitian uji aktivitas antibakteri
fenolik berasal dari elektron sunyi yang terdapat pada di atas menunjukkan bahwa ekstrak fraksi n-heksana
senyawa fenolik, kemungkinan berasal dari pasangan menunjukkan diameter zona bening paling tinggi
elektron sunyi pada atom oksigen (Sukarjo, 1992). dibandingkan dengan ekstrak yang lainnya. Dengan
Senyawa fenolik mempunyai peranan penting dalam adanya zona bening yang dihasilkan pada bakteri gram
transpor elektron pada fotosintesis, mempunyai aktivitas positif maupun bakteri gram negatif maka hal ini
sitokinin, pemacu pertumbuhan, fenol juga dapat menunjukkan bahwa ekstrak buah labu air dapat
menyerap sinar UV, dan mempunyai aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri gram positif maupun
antiinflamasi (Robinson, 1995).Senyawa antioksidan gram negatif sehingga dapat di katakan bahwa ekstrak
alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau buah labu air memiliki spektrum yang luas dalam
polifenolik (Ardiansyah, 2007). menghambat pertumbuhan bakteri Ekstrak kasar etanol
Pada uji aktivitas antibakteri digunakan bakteri dan fraksi-fraksi buah labu air. Ekstrak kasar etanol,
Salmonela typhi dan Bacillus cereus yang masing- fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi metanol
masing mewakili bakteri Gram negatif dan bakteri Gram pada konsetrasi 1% mulai terlihat adanya aktivitas
positif. Penggunaan kedua bakteri tersebut bertujuan antibakteri sehingga konsentrasi minimum yang dapat
untuk mengetahui spektrum dari senyawa antibakteri menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi dan
yang terdapat pada ekstrak etanol buah labu air, dimana bakteri Bacillus cereus terdapat pada konsentrasi 0-1%.
dikatakan berspektrum luas apabila dapat menghambat

Hasil Uji aktivitas antibakteri Ekstrak


Kasar Etanol
10
Daerah Daya Hambat (mm)

8
6
Bacillus cereus
4
2
0 Salmonella
0% 5% 10% 15% typhi

Konsentrasi fraksi Ekstrak Kasar Etanol (%)

Gambar 1. Grafik aktivitas antibakteri pada ekstrak kasar etanol


Berdasarkan grafik pada Gambar 1 bahwa konsentrasi 1, 2, 4, 8 dan 10% berturut-turut 6,21; 6,40;
zona bening ekstrak kasar etanol pada bakteri Bacillus 6,58; 6,83; 7,13 dan 8,38 mm. Untuk bakteri
cereus menunjukkan diameter zona bening mulai dari Salmonella typhi 6,20; 6,83; 7,25; 7,50; 7,52; 7,75mm.

66 Kimia F-MIPA Unmul


Jurnal Kimia Mulawarman Volume 8 Nomor 2, Mei 2011 ISSN1693-5616
Kimia F-MIPA Unmul

Hasil Uji aktivitas antibakteri fraksi n-


Heksana
20

Daerah Daya Hambat (mm)


15
10
5 Bacillus cereus
0 Salmonella typhi
0% 5% 10% 15%
Konsentrasi fraksi n-Heksana (%)

Gambar 2. Grafik aktivitas antibakteri pada n-Heksana

Pada Gambar 2 menunjukkan aktivitas bakteri Salmonela typhi menunjukkan diameter zona
antibakteri ekstrak fraksi n-Heksana terhadap bakteri bening 7,50; 7,60; 8,20; 8,38; 8,87; 9,8mm berturut .
Bacillus cereus dengan diameter zona bening 9,57;
9,88; 10,17; 12,18; 13; 14,3mm berturut-turut . Untuk

Hasil Uji aktivitas antibakteri fraksi Etil


Asetat
15
Daerah Daya Hambat

10
5 Bacillus cereus
(mm)

0 Salmonella typhi
0% 5% 10% 15%
Konsentrasi fraksi Etil Asetat (%)

Gambar 3. Grafik aktivitas antibakteri pada Etil Asetat


Ganbar 3 menunjukkan aktivitas antibakteri 9,32; 10,25mm berturut-turut. Untuk bakteri Salmonela
fraksi etil asetat untuk bakteri terhadap Bacillus cereus typhi menunjukkan diameter zona bening 6,20; 6,45;
dengan diameter zona bening 6,22; 7,26; 8,23; 8,50; 6,82; 7,52; 8,5; 8,82mm berturut-turut.

Hasil Uji aktivitas antibakteri fraksi


Metanol
Daerah Daya Hambat

10

5
(mm)

Bacillus cereus
0 Salmonella typhi
0% 5% 10% 15%
Konsentrasi fraksi Metanol (%)

Gambar 4. Grafik aktivitas antibakteri pada Metanol


Pada Gambar 4 menunjukkan aktivitas cereus dengan diameter zona bening 6,26; 6,47; 6,94;
antibakteri fraksi metanol terhadap bakteri Bacillus 7,4; 7,6; 8,5mm berturut-turut . Untuk bakteri Salmonela

Kimia F-MIPA Unmul 67


Eva marliana
Kimia F-MIPA Unmul

typhi menunjukkan diameter zona bening 6,45; 7,20; pada karbon 11 mempunyai aktivitas yang serupa. Salah
7,25; 7,58; 8,16; 8,20 mm berturut-turut. satu senyawa steroid yang digunakan sebagai bahan obat
Dari hasil yang diperoleh pada uji aktivitas dan zat antibakterial adalah β-sitosterol yang diisolasi
antibakteri menunjukkan bahwa diameter zona bening dari tanaman Trema orientalis yang dapat menghambat
untuk bakteri Bacillus cereus yang mewakili bakteri partumbuhan bakteri Gram negatif (Fessenden dan
gram positif lebih besar bila dibandingkan bakteri Fessenden, 1997).
Salmonela typhi yang mewakili bakteri gram negatif. Katekol dan pirogalol merupakan fenol
Dinding sel bakteri gram negatif merupakan struktur terhidroksilasi yang bersifat toksik terhadap
berlapis sedangkan bakteri gram positif mempunyai satu mikroorganisme. Katekol memiliki dua gugus hidroksil
lapis yang tebal. Dinding sel bakteri gram negatif lebih dan pirogalol memiliki tiga. Sisi dan jumlah gugus
kompleks dibandingkan bakteri gram positif. Perbedaan hidroksil pada kelompok senyawa fenol diduga memiliki
utama adalah adanya lapisan membran luar yang hubungan dengan toksisitas relatif mereka terhadap
meliputi peptidoglikan. Kehadiran membran ini mikroorganisme, dengan bukti bahwa hidroksilasi yang
menyebabkan dinding sel bakteri gram negatif terdapat meningkat menyebabkan toksisitas yang meningkat pula.
lapisan lipopolisakarida yang dapat berfungsi sebagai Mekanisme yang dianggap bertanggung jawab terhadap
penghalang masuknya beberapa macam substansi toksisitas fenolik pada mikroorganisme meliputi
termasuk antibiotik (Tjitrosono, 1986). inhibitor enzim oleh senyawa teroksidasi, kemungkinan
Davis Stout mengemukakan bahwa ketentuan melalui reaksi dengan gugus sulfhidril atau melalui
kekuatan antibakteri adalah sebagai berikut : daerah interaksi non-spesifik dengan protein (Naim, 2004).
hambatan sebesar 20 mm atau lebih berarti sangat kuat, Dalam uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah
daerah hambatan 10-20 mm (kuat), 5-10 mm (sedang) labu air digunakan standar antibiotik kloramfenikol.
dan daerah hambatan 5 mm atau kurang berarti lemah Kloramfenikol digunakan sebagai pembanding untuk
(Ardiansyah, 2005). Diameter zona bening yang mengetahui kekuatan antibakteri dari ekstrak etanol buah
ditunjukkan pada ekstrak kasar etanol lebih kecil bila labu air. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya
dibandingkan dengan ekstrak fraksi n-Heksana, fraksi diameter zona bening kloramfenikol terhadap aktivitas
Etil asetat, dan fraksi metanol. Hal ini menunjukkan bakteri Bacillus cereus sebesar 12.58 mm, sedangkan
bahwa kekuatan antibakteri pada ekstrak kasar etanol pada bakteri Salmonella typhi diameter zona bening
tergolong sedang, pada fraksi n-Heksana tergolong kuat, yang terbentuk sebesar 16.08 mm.
pada fraksi etil asetat dan fraksi metanol tergolong Dari hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak kasar
sedang. etanol dan masing-masing fraksi buah labu air,
Walaupun pada ekstrak kasar etanol, menunjukkan bahwa senyawa antibakteri yang
mengandung senyawa metabolit sekunder yang lebih terkandung dalam ekstrak etanol dan masing-masing
banyak daripada ekstrak fraksi-fraksi yang lain namun buah labu air memiliki sifat spektrum luas. Artinya
diameter zona bening yang dihasilkan lebih kecil ekstrak tersebut memiliki aktivitas antibakteri terhadap
daripada ekstrak fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan bakteri Salmonella typhi (Gram negatif) dan Bacillus
fraksi metanol. Hal ini mugkin disebabkan karena cereus (Gram positif), seperti halnya dengan
adanya kerja yang tidak sinergis antara senyawa kloramfenikol yang juga berspektrum luas dan sangat
metabolit sekunder dalam ekstrak kasar etanol dalam spesifik terhadap bakteri Salmonella typhi (Hawley,
peranannya sebagai antibakteri. Sedangkan pada ekstrak 2003).
fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi metanol, D. KESIMPULAN
kemungkinan disebabkan karena adanya kerja yang Berdasarakan hasil penelitian yang telah
sinergis antara senyawa metabolit sekunder sebagai anti dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
bakteri. 4.1. Kandungan senyawa metabolit sekunder pada
Adanya aktivitas antibakteri tersebut ekstrak kasar etanol dari buah labu air (Lagenaria
kemungkinan disebabkan karena kerja dari senyawa- siceraria (Molina) Standl.) adalah saponin, steroid
senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam dan fenol. Ekstrak fraksi n-heksana mengandung
ekstrak buah labu air (Lagenaria siceraria (Molina) senyawa steroid. Ekstrak fraksi etil asetat
stand) seperti saponin, steroid dan fenol. mengandung senyawa fenol. Ekstrak fraksi
Tumbuhan yang mengandung saponin telah metanol mengandung senyawa saponin dan fenol.
digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus 4.2. Berdasarkan hasil uji aktivitas dengan metode
tahun. Saponin digunakan sebagai antimikroba dan pada difusi cakram pada ekstrak kasar etanol dan
beberapa tahun terakhir, dalam bidang kesehatan masing-masing fraksi. fraksi n-heksana memiliki
saponin menjadi sangat penting karena dapat diperoleh daya hambat antibakteri paling aktif.
dari tumbuhan dengan mudah dan dapat digunakan 4.3. Konsentrasi minimum buah labu air (Lagenaria
sebagai bahan baku sintesis hormon steroid (Robinson, siceraria (Molina) standl.) yang dapat
1995). menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus cereus
Steroid merupakan senyawa yang paling dan Salmonella typhi dari ekstrak kasar etanol,
penting diantara senyawa yang aktif dari segi biologi. fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi
Banyak steroid dengan gugus karbonil atau hidroksil metanol yaitu antara 0-1%.

68 Kimia F-MIPA Unmul


Jurnal Kimia Mulawarman Volume 8 Nomor 2, Mei 2011 ISSN1693-5616
Kimia F-MIPA Unmul

DAFTAR PUSTAKA

1. Ardiansyah. 2007. 28 Januari 2009. Antioksidan dan Peranannya Bagi Kesehatan. Artikel Iptek.
http://ardiansyah.multiply.com/journal/item/14.
2. Fessenden, J.R., dan Fessenden, J.S. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
3. Greenwood. 1995. Antibiotic Susceptibility (Sensitivity) Test, Antimicrobial and Chemoterapy.
4. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB.
5. Hariana, A. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri Pertama. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
6. Harjanti, K. 1992. Uji daya antibakteri fraksi air dan etilasetat daun sembukan (Paederiafoetiada L.). Jurnal
Penelitian Tanaman Obat Dibeberapa Perguruan Tinggi Di Indonesia, No.306.
7. Hawley, L. 2003. Intisari Mikrobiologi dan Penyakit Infeksi. Jakarta: Hipokrates.
8. Naim, R.2004. Senyawa Antimikroba dari Tumbuhan. Kompas, Edisi Rabu, 15 September 2004.
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0409/15/sorotan/1265264.htm.
9. Pelezar, M.J., S.Chan. 1998. Dasar-dasar Mikrobilogi 2. Jakarta : Penerbit UI-Press.
10. Robinson, T. 1995. Kandungan Kimia Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Bandung: Penerbit ITB.
11. Sastrapradja, S. 1980. Sayur-sayuran. Jakarta: Balai Pustaka.
12. Suparjo. 2008. Saponin: Peran dan Pengaruhnya Bagi Ternak dan Manusia. Laboratorium Mahakam Ternak
Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jatayu66@yahoo.com.
13. Sutisna, I. 2000. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Triterpenoid Lasnostana dari Kulit Kayu Danglo (Macarango
javanica Muell Arg). Skripsi jurusan Kimia FMIPA, Institut pertanian Bogor.
14. Tjitrosono, S . S. 1986. Botani Umum. Bandung : Penerbit : Angkasa.

Kimia F-MIPA Unmul 69

You might also like