Professional Documents
Culture Documents
3 PB
3 PB
3 PB
e-mail: {yitha.kartika.devy,made.sutajaya,dskcitra}@undiksha.ac.id
Abstract
This research aims to determine the Implementation of full day school in state high school 4 Singaraja can increase
fatigue and boredom and his contribution to students. This research in the form of experimental field with the
design of randomized pre and post test group design, conducted an assessment of: (a) Increased student fatigue due
to full day school with a 30 items of rating scale of general fatigues; (b) Increased boredom in learning due to full
day school which is being data with quisioner boredom in learning; (c) The contribution of fatigue and boredom in
the study achievement which is listed with the question of double choice test as much as 20 items. Data collection is
done before and after study of 33 samples for 3 (three) days. The obtained Data is analyzed with a sample t-
dependent test at a level of significance of 5%. The results showed that there was an increase in fatigue by 42.07%,
boredom in learning was 33.70% (p<0.05), and contributions to the learning achievement were 7.4% (p>0.05).
Thus it can be concluded that the implementation of full day school in the state High school 4 Singaraja increased
fatigue and boredom as well as its contribution to learning achievements only a little.
Keywords: Full Day School, Fatigue, Boredom, Learning Achievement
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan full day school di SMA Negeri 4 Singaraja dapat
meningkatkan kelelahan dan kebosanan serta kontribusinya terhadap siswa. Penelitian ini berupa eksperimental
lapangan (field eksperimental) dengan rancangan randomized pre and post test group design, dilakukan penilaian
berupa: (a) peningkatan kelelahan siswa akibat full day school yang didata dengan kuesioner 30 items of rating
scale of general fatigue; (b) peningkatan kebosanan dalam pembelajaran akibat full day school yang didata dengan
kesioner kebosanan dalam pembelajaran; (c) kontribusi kelelahan dan kebosanan terhadap prestasi belajar yang
didata dengan soal tes pilihan ganda sebanyak 20 butir soal. Pendataan dilakukan sebelum dan sesudah
pembelajaran terhadap 33 sampel selama 3 (tiga) hari. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t-dependent sampel
pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kelelahan sebesar 42,07%,
kebosanan dalam pembelajaran adalah 33,70% (p<0,05), dan kontribusi terhadap prestasi belajar adalah 7,4%
(p>0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan full day school di SMA Negeri 4 Singaraja
meningkatkan kelelahan dan kebosanan serta kontribusinya terhadap prestasi belajar hanya sedikit.
PENDAHULUAN
bertujuan untuk menyiasati minimnya kontrol
Indonesia merupakan negara yang orang tua terhadap anak. (Baharudin, 2009).
senantiasa melakukan perbaikan pada sistem
pendidikannya. Perbaikan sistem pendidikan di Penerapan full day school memokuskan
Indonesia disesuaikan dengan kebutuhan segala program pendidikan yaitu seluruh
masyarakat saat ini, yaitu dengan berusaha aktivitas berada di sekolah. Siswa berada di
untuk meningkatkan mutu dan kualitas sekolah mulai pukul 06.45 hingga pukul 15.00
pendidikan melalui pemberian latihan untuk dengan 2 kali waktu istirahat selama 45 menit
meningkatkan kompetensi guru dan alat dengan pembagian istirahat pertama pada pukul
pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana 10.15 s.d pukul 10.30, dan istirahat kedua
pendidikan serta meningkatkan mutu selama 30 menit pada pukul 13.30 s.d pukul
manajemen sekolah. Pendidikan bukan hanya 14.00. Kondisi lingkungan sekolah harus
bertujuan untuk memberikan ilmu pendidikan, memberikan fasilitas yang nyaman untuk siswa
namun juga mengembangkan karakter dan agar siswa tidak merasa lelah dan bosan berada
menumbuhkan pembiasaan pada siswa. Sistem di sekolah. Guna meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia dari tahun ke tahun pendidikan maka perlu adanya proses
senantiasa mengalami perbaikan misalnya pembelajaran yang baik dan sesuai standar yang
perbaikan pada kurikulumnya. Kurikulum di sudah ditetapkan di setiap sekolah di Indonesia.
Indonesia yang berlaku untuk pendidikan dasar
dan menengah saat ini yaitu kurikulum 2013, Kebosanan umumnya terjadi karena siswa
yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum kurang memiliki motivasi dalam pembelajaran.
sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Kelas juga kurang dikelola secara efektif dan
Pendidikan (KTSP). efisien oleh pengajar sehingga memicu
munculnya kebosanan (Sutajaya, 2018).
Pada kurikulum 2013 Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan menggagas sebuah sistem baru Kelelahan dapat timbul karena adanya
yaitu sistem full day school. Sistem full day kondisi lingkungan yang kurang memadai.
school merupakan sistem baru di Indonesia. Menurut Sutajaya (2018) munculnya kelelahan
Sistem full day school sudah diterapkan pada merupakan akibat dari beban belajar. Hal ini
tahun 1980 di Amerika Serikat (Hawi, 2015). menunjukkan bahwa proses pembelajaran
Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan dan memerlukan energi yang relatif banyak, apalagi
Kebudayaan Republik Indonesia nomer 23 bila disertai dengan kondisi lingkungan yang
tahun 2017 tentang hari sekolah yang terdapat kurang memadai. Faktor lingkungan yang tidak
pada pasal 2 ayat 1 yang berbunyi “Hari memadai diprediksi berkontribusi terhadap
Sekolah dilaksanakan 8 (delapan) jam dalam 1 kesehatan. Hal serupa diungkapkan oleh
(satu) hari atau 40 (empat puluh) jam selama 5 Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(lima) hari dalam 1 (satu) minggu”. Pelaksanaan bahwa kesehatan masyarakat Indonesia 40%
sistem full day school agar digunakan oleh siswa dipengaruhi oleh lingkungan (Depkes RI, 2004).
untuk melaksanakan kegiatan intrakurikuler, Akibat dari munculnya kelelahan dapat
kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Sistem full day berdampak pada prestasi belajar siswa. Hasil
school juga mengajarkan mengenai pembiasaan penelitian yang dilakukan oleh Alvita (2017),
dengan mengenalkan perbedaan sikap yang baik menunjukkan bahwa mahasiswa menderita
dan sikap yang buruk, sehingga pembiasaan kelelahan fisik berdasarkan Chalder Fatigue
tersebut akan tertanam pada diri siswa Scale dapat memengaruhi prestasi belajar
(Baharudin, 2010; Amri, 2011). mahasiswa fakultas kedokteran Angkatan 2017
dengan nilai p: 0,024.
Full day school merupakan sistem
pendidikan yang dilakukan dengan menerapkan Faktor-faktor yang memengaruhi belajar
dasar integrated curriculum dan integrated siswa adalah faktor internal dan faktor eksternal.
activity, artinya segala aktivitas siswa seperti Faktor internal berasal dari dalam diri siswa
belajar, bermain dan beribadah dikemas dalam seperti faktor jasmani, faktor psikologis yang
satu sistem pendidikan. Sistem tersebut meliputi perhatian, minat, dan bakat siswa serta
faktor kelelahan. Faktor eksternal berasal dari
luar diri siswa, seperti kondisi lingkungan siswa dengan (field eksperimental) dengan rancangan
baik di sekolah maupun di rumah (Nursyaidah, randomized pre and post test group design.
2014). Hasil penelitian Apriyanti (2014)
menyatakan bahwa kelelahan berpengaruh Populasi target pada penelitian ini adalah
positif terhadap prestasi belajar siswa. seluruh siswa yang ada di SMA Negeri 4
Singaraja. Populasi terjangkau adalah seluruh
Sarana dan prasarana pendukung kegiatan siswa yang memenuhi kriteria inklusi yang
pembelajaran harus sesuai dengan kaidah berjumlah 170 orang siswa. Jumlah sampel yang
ergonomi. Penerapan kaidah ergonomi dilibatkan pada penelitian ini adalah 20 orang
diperlukan studi tentang manusia, fasilitas dan siswa yang dipilih secara acak bertingkat
lingkungannya yang saling berkesinambungan (multistage random sampling).
untuk menyesuaikan lingkungan dan
manusianya (Nurmianto, 2008). Hasil penelitian Instrument yang digunakan dalam
Miski (2015) menyatakan bahwa sarana dan penelitian ini adalah sebagai berikut (1)
prasarana berkontribusi terhadap prestasi belajar Kuesioner 30 items of rating scale general
siswa. fatigue untuk mendata kelelahan siswa; (2)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan kuesioner kebosanan dalam pembelajaran untuk
pada tanggal 28 Oktober 2019 yang melibatkan mendata kebosanan siswa; (3) soal tes evaluasi
12 orang siswa, didapatkan hasil yaitu kelelahan sebanyak 20 butir soal untuk mendata prestasi
siswa meningkat sebesar 44,26%, kebosanan belajar siswa; (4) Enviroment meter untuk
siswa meningkat sebesar 34,3% sebelum dan mendata kondisi lingkungan tempat belajar
sesudah kegiatan pembelajaran sedangkan rata- siswa. Data yang diperoleh pada penelitian ini
rata nilai prestasi belajar siswa yaitu sebesar dianalisis dengan cara: (a) data karakteristik
72,83. Bertolak dari latar belakang, identifikasi, subjek dan kondisi lingkungan dianalisis secara
dan pembatasan masalah dapat dideskripsikan deskriptif dengan mencari rerata dan simpang
rumusan masalah sebagai berikut: (a) Apakah baku; (b) data keluhan muskuloskeletal dan
pelaksanaan full day school di SMA Negeri 4 kelelahan dianalisis dengan uji t dependent
Singaraja meningkatkan kelelahan siswa kelas sampel pada taraf signifikansi 5%.
XI?; (b) Apakah pelaksanaan full day school HASIL DAN PEMBAHASAN
SMA Negeri 4 Singaraja meningkatkan
kebosanan siswa kelas XI?; (c) Apakah Hasil Penelitian
kelelahan dan kebosanan pada sekolah yang
Hasil uji analisis deskriptif pada karakteristik
menerapkan full day school berkontribusi
subjek dapat dicermati pada Tabel 01.
terhadap prestasi belajar siswa kelas XI?
Tabel 01. Hasil Uji Deskriptif pada
METODE Karakteristik siswa (n=33)
Adapun tempat penelitian dilakukan di
SMA Negeri 4 Singaraja yang terletak di jalan Variabel Rerata SB
Melati Banjar Jawa Singaraja, Provinsi Bali.
Umur (th) 16,00 0,55
Waktu penelitian yaitu bulan Oktober
2019 sampai dengan Februari 2020. Jenis Tinggi Badan (cm) 160,39 4,30
penelitian ini adalah eksperimental lapangan Berat Badan (kg) 53,66 8,48
IMT (kg/m2) 20,82 3,15
Hasil uji hipotesis terhadap kelelahan dan kebosanan pada sekolah yang menerapkan full day
school pada Tabel 02
Tabel 02. Hasil Uji Hipotesis terhadap Kelelahan dan Kebosanan pada Sekolah yang Menerapkan
Full Day School (n=33)
Rerata SB Rerata SB
Temuan tersebut bersinergi dengan peneliti lain Rerata intensitas cahaya adalah 228,00
yaitu: (1) Sumiratno (2010) melaporkan bahwa lux sudah memadai karena sudah berada pada
kondisi suhu di Bali berkisar pada 23 s.d 32 °C; kisaran 200 s.d. 300 lux sesuai dengan
(2) Yusuf (2014) melaporkan bahwa kondisi Keputusan Menteri Kesehatan No.
suhu kering pada ruang laboratorium bengkel 1429/MENKES/SK/XII/2006, kondisi tersebut
teknologi mekanik berada pada 30,5 s.d. 32°C, karena ruang kelas tidak terhalang oleh
kondisi tersebut merupakan kondisi yang kurang bangunan lainnya. Temuan tersebut bersinergi
nyaman bagi mahasiswa sehingga memberikan dengan peneliti lain yaitu: (1) Mappalotteng
beban tambahan pada fisik mahasiswa. (2015) menyatakan bahwa intensitas
pencahayaan yang baik untuk ruangan belajar
Rerata suhu basah yaitu 26,55°C lebih adalah lebih dari 200 lux dan sangat baik jika
tinggi 0,55°C dibandingkan dengan batas berada di atas 500 lux; (2) Indrani (2012)
nyaman yang direkomendasikan oleh Manuaba menyatakan bahwa perubahan kondisi lampu
(2008) yaitu berkisar pada 22 s.d. 26°C. Kondisi sangat berpengaruh terhadap pencahayaan di
tersebut juga tidak menganggu siswa ketika ruangan belajar, penyebaran cahaya tersebut
proses pembelajaran karena ruangan kelas berpengaruh terhadap kenyamanan mata
berada di lantai dua dan terdapat dua buah kipas pengguna ruang kelas; (3) Subagyo (2017)
angin di atap ruangan dan siswa sudah menyatakan bahwa ruang kelas yang
teraklimatisasi oleh suhu tersebut. Temuan menggunakan media whiteboard disarakan
tersebut bersinergi dengan temua peneliti lain intesnitas pencahayaannya adalah lebih dari 200
yaitu: (1) Yusuf (2014) melaporkan bahwa lux, sedangkan ruang kelas yang menggunakan
rerata suhu basah pada ruang laboratorium papan tulis blackboard disarankan intensitas
bengkel teknologi mekanik adalah 27,13°C, pencahayaannya adala lebih dari 500 lux.
kondisi tersebut merupakan kondisi yang tidak
nyaman bagi mahasiswa sehingga memberikan Rerata kebisingan sebesar 69,33dB(A)
beban tambahan pada fisik mahasiswa; (2) belum memadai karena lebih tinggi 19,33dB(A)
Rilatupa (2008) melaporkan bahwa ruangan dari ketentuan yang berlaku yaitu pada kisaran
pada kelas II Fakultas Teknik Universitas 35 s.d. 45dB(A) menurut Keputusan Menteri
Tarumanegara kurang nyaman karena berada Kesehatan No. 1429/MENKES/SK/XII/2006.
pada suhu 27,8, namun hal tersebut tidak Temuan tersebut bersinergi dengan penelitian
mengganggu karena ruang tersebut memiliki yang dilakukan oleh peneliti lain yaitu: (1) Halil
bukaan jendela yang cukup. (2015) melaporkan bahwa kebisingan pada kelas
yang dekat dengan jalan raya sebesar 69,62
Rerata kelembaban relatif berada pada dB(A) dan kelas yang jauh dengan jalan raya
angka 75% dan sudah berada pada kisaran sebesar 72,80 dB(A). siswa yang memiliki
nyaman yaitu berkisar antara 70 s.d. 80% ruang kelas dekat dengan jalan raya memiliki
(Manuaba, 2008). Kelembaban tersebut tidak konsentrasi lebih tinggi dibandingkan siswa
mengganggu aktivitas belajar dan dapat yang memiliki ruang kelas jauh dengan jalan
dinyatakan bahwa full day school yang menjadi raya; (2) Zikri (2017) melaporkan bahwa MTSn
penyebab munculnya kelelahan dan kebosanan 1 Pontianak berada pada ambang batas
siswa dalam proses pembelajaran. Hal serupa kebisingan yaitu 55dB(A) dan dari analisis
juga dilaporkan oleh peneliti lain yaitu: (1) kuesioner 96% siswa menyatakan bahwa
Aienna (2016) melaporkan bahwa kelembaban ruangan kelas berada pada kategori bising. Hal
relatif berada pada ambang batas yaitu 70%. tersebut menyebabkan terjadi penurunan
Lingkungan yang memiliki kelembapan relatif prestasi belajar sebesar 62,5% pada siswa kelas
tinggi dapat mencegah penguapan keringan dari 8 dan kelas 9.
kulit; (2) Latif (2016) melaporkan bahwa
kelembapan relatif SD Inpress Tamalanrea IV Kecepatan angin juga belum memadai
Makasar pada pengukuran pukul 08.00 s.d. karena rerata kecepatan angin di dalam ruangan
15.00 WITA berkisar pada 60 s.d. 70%. Hal belajar sebesar 0,28 m/dt lebih tinggi 0,08 m/dt
tersebut menyebabkan siswa tetap merasa dari ketentuan yang berlaku yaitu 0,2 m/dt
nyaman karena siswa sudah terbiasa dengan menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.
kondisi tersebut. 1429/MENKES/SK/XII/2006. Temuan tersebut
bersinergi dengan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti lain yaitu: (1) Susanti (2013) 0,05), artinya ada perbedaan bermakna antara
melaporkan bahwa kecepatan angin di SMA sebelum dan sesudah pembelajaran pada sekolah
negeri di kota Padang adalah 0 m/dt pada ruang yang menerapkan full day school. Rerata
kelas yang tidak menggunakan kipas angin, kelelahan sebelum pembelajaran adalah 45,33
sedangkan pada ruang kelas yang menggunakan termasuk dalam kategori tidak lelah sedangkan
kipas angin adalah 0,5 m/dt; (2) Islami (2018) rerata kelelahan setelah pembelajaran yaitu
melaporkan bahwa kecepatan angin pada siang adalah 64,39 berada pada kategori agak lelah.
hari rata-rata sebesar 0,1 m/dt pada kondisi tidak Hal ini menunjukkan bahwa kodisi siswa
terasa, sedangkan rata-rata kecepatan angin pada berisiko terhadap kualitas kesehatannya. Dilihat
siang hari sebesar 0,25 m/dt pada kondisi dari temuan tersebut perlu dilakukan perbaikan
menyenangkan. kondisi belajar yang sesuai dengan kaidah
ergonomi agar tidak menyebabkan kelelahan
Terkait dengan temuan tersebut Rahayu dan gangguan fisiologis pada siswa. Kelelahan
(2012) menyatakan bahwa temperatur, dan gangguan fisiologis yang muncul adalah
kelembapan relatif, kecepatan angin, intensitas terjadinya penurunan kerja otot dalam tubuh
cahaya, dan kebisingan berdampak negatif sehingga terjadi penurunan tekanan fisik.
terhadap kenyaman termal di lingkungan tempat Temuan tersebut bersinergi dengan laporan
beraktivitas. Dalam hal ini ditemukan bahwa peneliti lain yaitu: (1) Hastuti (2017)
temperatur di lingkungan belajar berkisar antara melaporkan bahwa kelelahan merupakan proses
25,00 s.d. 32,00°C, kelembapan relatif berkisar perlindungan dari tubuh agar terhindar dari
antara 67,00 s.d. 75,00%, kecepatan angin 0,10 kerusakan yang lebih lanjut; (2) Sutajaya (2019)
s.d. 1,10m/dt, intensitas pencahayaan berkisar menyatakan bahwa munculnya kelelahan
antara 208,00 s.d. 252,00 lux, dan kebisingan merupakan ekspresi dari adanya beban belajar
berkisar antara 56,30 s.d. 80,00 dB(A). Itu yang memerlukan energi yang relative banyak
berarti bahwa yang termasuk kategori tidak dan apalagi jika disertai dengan kondisi
nyaman adalah apabila temperatur, intensitas lingkungan yang kurang memadai sehingga
cahaya, kelembaban relatif, kecepatan angin dan menyebabkan energi dalam tubuh terkuras habis
kebisingan berada pada angka kurang dan lebih untuk mengatasinya.
dari ambang batas yang ditentukan.
Peningkatan kelelahan pada proses
Terkait dengan mikroklimat di ruang pembelajaran yang terjadi di sekolah yang
belajar yang dominan sudah memadai, akan menerapkan full day school menyebabkan siswa
tetapi jika mikroklimat di tempat belajar tidak tidak berkonsentrasi dalam pembelajaran, tidak
diperhatikan, dapat menyebabkan ruangan fokus dalam memerhatikan materi yang
menjadi panas, sehingga menimbulkan respon dijelaskan oleh guru. Kondisi tempat duduk
fisiologi yaitu: (a) rasa lelah meningkat yang yang tidak sesuai dengan kaidah ergonomi juga
diikuti dengan hilangnya efisiensi kerja mental menjadi salah satu penyebab siswa mengalami
dan fisik; (b) denyut jantung meningkat; (c) kelelahan dan merasa tidak nyaman dalam
tekanan darah meningkat; (d) aktivitas alat proses pembelajaran. Temuan tersebut juga
pencernaan menurun; (e) suhu inti tubuh diperkuat oleh Sutajaya (2006) yang
meningkat; (f) aliran darah ke kulit meningkat; menyatakan bahwa pembelajaran yang
dan (g) produksi keringat juga meningkat. menerapkan pendekatan Sistemik Holistik
Terkait adanya dampak negatif yang Interdisipliner dan Partisipatori (SHIP) dapat
ditimbulkan oleh mikroklimat yang tidak menjadikan mahasiswa sebagai: (a) pebelajar
memadai, maka sudah seharusnya dilakukan yang aktif dan inovatif; (b) pebelajar yang
perbaikan kondisi lingkungan yang mengacu mampu berpikir kritis dan mengaplikasikan
kepada kaidah-kaidah ergonomi (Sutajaya, fakta, konsep dan prinsip yang dipelajari; (c)
2017). pebelajar yang mampu bekerja dalam tim; (d)
Kelelahan Siswa pada Sekolah yang pebelajar yang mampu mengkaji masalah; dan
Menerapkan Full Day School (e) pebelajar peka terhadap masalah di
masyarakat. Hal serupa juga dialporkan oleh
Pada penelitian ini ditemukan bahwa peneliti lain yaitu: (1) Suryani (2012)
terjadi peningkatan kelelahan siswa sebesar melaporkan bahwa terdapat hubungan yang
42,04% dengan nilai p sebesar 0,0001 (p < signifikan antara desain ergonomi tempat duduk
siswa dengan konsentrasi belajar siswa di kelas; yang belajar di sekolah yang tidak menerapkan
(2) Nugroho (2014) menyatakan bahwa desain full day school.
sarana pembelajaran yang tidak sesuai dengan
antropometri manusia dapat menyebabkan Peningkatan kebosanan siswa pada
timbulnya dampak negatif terhadap sekolah yang menerapkan full day school
penggunanya. disebabkan oleh waktu belajar siswa yang
terlalu lama bahkan bisa mencapai 10 jam per
Full day school yang menyebabkan siswa hari. Kondisi tersebut akan diperburuk oleh
berada di sekolah selama 10 jam dapat sarana dan prasarana di sekolah yang tidak
menyebabkan siswa merasa kelelahan karena mendukung sistem full day school, seperti
harus belajar sepanjang hari dari pukul 07.00 fasilitas yang disediakan di sekolah, kreativitas
s.d. 15.00 WITA dan siswa masih harus guru dalam pembelajaran dan kondisi
melanjutkan tugas-tugas yang belum lingkungan sekolah yang kurang nyaman dalam
terselesaikan di sekolah. Temuan tersebut pembelajaran. Terkait temuan tersebut Suhiono
bersinergi dengan penelitian yang dilakukan (2014) menyatakan bahwa karena lamanya
oleh Wizma (2017) yang menyatakan bahwa waktu belajar, kurangnya tantangan yang
salah satu dampak negatif dari adanya full day mampu memberikan motivasi, tugas yang
school adalah siswa mengalami kelelahan dan diberikan tidak jelas, dan kondisi lingkungan
kurangnya waktu dengan orang tua dan yang tidak memadai dapat bertindak sebagai
keluarga. penyebab terjadinya peningkatan kebosanan
siswa dalam proses pembelajaran.
Kebosanan Siswa pada Sekolah yang
Menerapkan Full Day School Penerapan sistem full day school wajib
dimanfaatkan dengan baik oleh guru, agar siswa
Temuan pada penelitian ini mendapat pembelajaran yang tidak
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan membosankan sehingga berpartisipasi aktif saat
kebosanan sebesar 33,70% antara pembelajaran proses pembelajaran menjadi maksimal. Peran
sebelumnya dengan pembelajaran berikutnya guru sangat erat kaitannya dengan timbulnya
dengan nilai p=0,0001 (p<0,05), artinya terdapat kebosanan siswa, sebab apabila guru
perbedaan bermakna antara kebosanan pada memberikan pembelajaran yang monoton akan
pembelajaran sebelumnya dan pembelajaran menimbulkan rasa bosan pada siswa sehingga
sesudahnya pada sekolah yang menerapkan full timbul kecenderungan tidak termotivasi dalam
day school. Rerata kebosanan dalam mengikuti pembelajaran. Hal serupa juga
pembelajaran sebelumnya adalah adalah 42,72 dialporkan oleh peneliti lain yaitu: (1) Solehani
termasuk dalam kategori tidak membosankan (2018) melaporkan bahwa rasa bosan dalam
atau menarik, sedangkan rerata kebosanan pembelajaran dapat muncul akibat adanya
dalam pembelajaran sesudahnya adalah adalah pembelajaran yang monoton, tidak menarik,
57,12 termasuk dalam kategori agak masih adanya tugas yang diberikan guru untuk
membosankan. Berdasarkan temuan tersebut dikerjakan di rumah, dan waktu pembelajaran
dapat dinyatakan bahwa kebosanan siswa dalam yang dihubungkan dengan mata pelajaran yang
pembelajaran meningkat sebesar 33,70% antara kurang menyenangkan bagi siswa dan cara
pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran mengajar guru yang tidak menarik; (2) Rohman
sesudahnya. Temuan tersebut menunjukkan (2018) melaporkan bahwa faktor yang
bahwa fokus siswa pada saat pembelajaran menyebabkan siswa mengalami kebosanan
sudah berkurang dan antusias belajar siswa juga belajar adalah adanya waktu belajar yang cukup
mulai berkurang karena durasi waktu lama, kondisi lingkungan yang tidak nyaman,
pembelajaran yang terlalu lama. Temuan dan tidak adanya umpan balik positif pada saat
tersebut bersinergi dengan penelitian yang pembelajaran; (3) Tarwaka (2011) melaporkan
dilakukan oleh Safarina (2008) yang bahwa munculnya kebosanan dipicu diakibatkan
menyatakan bahwa siswa yang berada di karena adanya tuntutan tugas yang melampaui
sekolah yang menerapkan full day school batas kemampuan seseorang; (4) Kroemer dan
cenderung lebih merasa bosan akibat Grandjean (2000) menyatakan bahwa lamanya
pembelajaran yang lebih lama daripada siswa waktu belajar menimbulkan kebosanan yang
ditandai dengan rasa lelah, rasa kesal, dan
Didik Kelas VIII Sistem Full Day School Bengkel Program Keahlian Konstruksi
dengan Sistem Reguler pada Mata Kayu di Smk Negeri 2 Lubuk
Pelajaran IPA. Jurnal Nalar Basung. CIVED, 5(3).
Pendidikan, 6(2), 79-85
Kroemer, K. H. E & Grandjean, E. 2000. Fitting
Alvita, G. 2017. Hubungan Faktor Kelelahan the task to the Human. Textbook of
terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Occupational Ergonomis. Fifth ed.
Fakultas Kedokteran Angkatan 2017. Taylor and Francis.
Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanudin Latif, S., Rahim, R., & Hamzah, B. 2016.
Analisis Kenyamanan Termal Siswa di
Amri. 2011. Implementasi pendidikan karakter Dalam Ruang Kelas (Studi Kasus SD
dalam pembelajaran. Jakarta: PT Inpres Tamalanrea IV Makassar).
Pustakaraya
Mappalotteng, A. M., & Syahrul, S. 2015.
Apriyanti, D. A. 2014. Pengaruh Lingkungan Analisis Penerangan pada Ruangan di
Belajar, Kelelahan, dan Kreativitas Siswa Gedung Program Pascasarjana UNM
terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Makassar. Indonesian Journal of
Ekonomi Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Fundamental Sciences, 1(1).
Pejagoan Kabupaten Kebumen. Doctoral
dissertation: Pendidikan Ekonomi-FKIP Manuaba, A. 2008. Membangun Bali atau
Membangun di Bali. Makalah. Denpasar:
Baharuddin, 2009. Pendidikan dan Psikologi Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran
Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Universitas Udayana.
Media.
Miski, R. 2017. Pengaruh Sarana Dan Prasarana
Baharuddin. 2010. Pendidikan dan Psikologi Terhadap Hasil Belajar Siswa. Tadbir
Perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Muwahhid, 4(2).
Media.
Nugroho, H. 2014. Pengaruh Pembelajaran
Fahmi, Z. 2018. Perbandingan Tingkat Status dengan Pendekatan Ergonomi
Gizi antara Siswa Sekolah Berstatus Partisipatori (Pep) Berbasis Asesmen
Negeri dengan Swasta Menurut IMT/U Portofolio Terhadap Kelelahan dan Hasil
di Pulau Bawean (Studi Pada Kelas XII Belajar IPA (Biologi) Siswa Kelas X
SMAN 1 Sangkapura dan SMA Umar SMA Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal
Masud Sangkapura). Jurnal Pendidikan Bakti Saraswati (JBS), 3(02).
Olahraga dan Kesehatan, 6(2).
Nurmianto, E. 2008. Ergonomi: Konsep Dasar
Halil, A., Yanis, A., & Noer, M. 2015. Pengaruh
dan Aplikasinya Edisi Kedua. Surabaya:
Kebisingan Lalulintas terhadap
Guna Widya.
Konsentrasi Belajar Siswa SMP N 1
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1).
Nursyaidah, N. 2014. Faktor-faktor yang
Hastuti, L. S., dan Kurnia, R. 2017. Pengaruh mempengaruhi belajar peserta didik.
Workplace Strecth Exercise Terhadap In forum paedagogik
Kebosanan Belajar dan Kelelahan
Belajar Mahasiswa Poltekes Surakarta. Putra, Y. W., & Rizqi, A. S. 2018. Index Massa
Jurnal Keterapian Fisik, 2(2) Tubuh (IMT) Mempengaruhi Aktivitas
Remaja Putri SMP Negeri 1
Hawi, H. A. 2015. Sistem Full Day School di Sumberlawang. Gaster, 16(1), 105-115.
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)
Studi Kasus di Izzudin Palembang. Rahayu, R. P. P. 2013. Efektivitas Musik
Istinbath XIV. No (16) 71-87 pengiring Kerja dalam Mengurangi
Kelelahan dan Kebosanan Kerja. Skripsi.
Islami, M. F., Giatman, M., Apdeni, R., & Bandung: Fakultas Psikologi Universitas
Silalahi, J. 2018. Tinjauan Kelayakan Pendidikan Indonesia
Ruang, Peralatan dan Kondisifasilitas