Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

PENERAPAN SISTEM SOFT BIKAMERAL DALAM PARLEMEN DI

INDONESIA
Oleh : Taufik Hidayat
Pembimbing I : Dodi Haryono, Shi., SH., MH.
Pembimbing II : Abdul Ghafur S.Ag.
Alamat: Jln. Diponegoro VII, Pekanbaru
Email : taufikhidayat3113@yahoo.co.id Telepon : 081275657161

ABSTRACT
Legislative power which is also commonly referred to as the parliament is
the principal institution in the country. Parliament has a significant role in the
development and progress of a country. In general, the structure of the parliament
in the world divided into two parliamentary two rooms and one room. Changes in
the structure of Indonesian parliament after amendments to the Constitution of the
Republic of Indonesia of the two-room system using a soft (soft bicameral). With
the use of soft bicameral system then one of the rooms are deliberately limited
constitutional authority. The implications of the application of soft bicameral
system resulted in DPD performance experienced inefficiency until no significant
impact on results (output) of the current parliamentary system ini.Purpose of this
thesis, namely; First, the application of soft bicameral system in the Indonesian
parliament, Second, improvement of soft bicameral system in the Indonesian
parliament.
This research is normative, which is done with the approach to find the law
for a case in concerto, namely the approach of looking for how to find the relevant
facts, then find the law in abstracto the right to object under study. Data sources
used include primary data, secondary data, and the data tertiary. Data collection
techniques using literature studies.
From the research problem there are two main things that can be inferred.
The first preliminary design DPD is not formed based on the context of checks
and balances between the rooms in the parliamentary system (just as the
subordination of parliament) so that the parliament has become lame, no
institution but not functioned optimally,. Second, the problem lies in the
constitution it is necessary to change the constitution by perfecting the current
parliamentary system from soft to strong bicameral bicameral. Suggestions writer,
First, improvements pattern DPR and DPD relationship should be mutually
reinforcing regional interests accommodated maximum order, through product
quality legislation will lead to the advancement of the nation, second, through
changes to the constitution to encourage efforts to improve the system in the
direction of strong bicameral parliament.

Keywords: Parliament - Soft bicameral - strong bicameral

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 Page 1


A. Latar Belakang menjatuhkan Presiden dengan
mekanisme Sidang Istimewa;
Di negara Indonesia 2. Kebutuhan untuk
kewenangan kekuasaan legislatif itu mengakomodasi kepentingan
diberikan kepada DPR RI dan DPD masyarakat daerah secara
RI. Pelembagaan fungsi legislature struktural. Dengan adanya
itulah yang disebut parlemen. Di dewan yang secara khusus
berbagai negara ada yang mempresentasikan wilayah-
melembagakannya dalam satu forum wilayah, diharapkan kepentingan
saja (unicameral atau monocameral), masyarakat di daerah akan dapat
ada pula yang dua forum diakomodasikan melalui institusi
1
(bicameral) . Dalam hal ini di formal di tingkat nasional;
Indonesia dapat dikatakan 3. Kebutuhan bagi reformasi
menerapkan parlemen dengan dua Indonesia saat ini untuk
forum, di mana DPR RI merupakan memulai menerapkan sistem “
representasi dari perwakilan politik checks and balances” dalam
rakyat sedangkan merupakan rangka memperbaiki kehidupan
representasi perwakilan daerah yang ketatanegaraan dan mendorong
keduanya dipilih secara langsung. demokratisasi. Dengan adanya
Dalam proses lahirnya DPD RI lembaga perwakilan rakyat dua
sebagai kamar kedua dalam kamar, diharapkan lembaga ini
Parlemen bukanlah melalui proses akan mampu menjalankan fungsi
yang mudah, melainkan melalui legislasi dan fungsi kontrolnya
perdebatan yang rumit dalam sidang dengan lebih baik.2
MPR RI. Dalam perdebatan- Konsep awal pembentukan
perdebatan dalam rapat Komisi DPD RI sesungguhnya diarahkan
Konstitusi setidaknya ada 3 alasan untuk membangun sistem bikameral
mengapa perlunya diterapkan Sistem yang kuat dan efektif ( strong and
Bikameral tersebut. Di antaranya : effective bicameral ). Yang jelas,
1. Kebutuhan dalam pembenahan DPD RI bukanlah sebuah reinkarnasi
sistem ketatanegaraan dari fraksi Utusan Golongan / Daerah
sehubungan dengan berbagai yang mekanisme pemilihannya
permasalahan dalam sistem hanya tunjuk dan /atau diangkat oleh
MPR yang lama. Anggota MPR partai penguasa dan berperan sebagai
yang bukan anggota DPR yaitu Lip Service belaka.3
utusan daerah dan utusan Namun gagasan pembentukan
golongan tidak berfungsi efektif sistem bikameral di Indonesia ini
dan tidak jelas orientasinya justru mendapat perlawanan yang
untuk mewakili rakyat daerah cukup agresif dari sebagian
dan golongan. MPR mempunyai
kekuasaan yang rancu dalam 2
sistem presidensial karena dapat Mexsasai Indra, Dinamika Hukum Tata
Negara Indonesia, Refika Aditama,
Bandung : 2011.hal. 75
1 3
http://www.jimly.com, Jimly King Faisal Sulaiman, Sistem
Asshiddiqie,“Trikameralisme”,makalah Bikameral Dalam Spektrum Lembaga
disampaikan pada ceramah umum di DPD Parlemen Indonesia, UII Press, Yogyakarta :
RI, Jakarta, hlm. 1. 2013, hlm.116

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 Page 2


kelompok politik di MPR melalui dan DPD, anggota PAH I Patrialis
panitia Ad Hoc perubahan UUD Akbar (F-Reformasi)
1945 pada medio 1999 hingga tahun mengkhawatirkan munculnya
2002. Kelompok penentang ini persaingan antar kedua lembaga
memiliki kekhawatiran yang amat yang mungkin saja memiliki visi dan
mendalam terhadap eksistensi DPD. kepentingan berbeda, yang berujung
Bagi mereka, keberadaan DPD dapat pada situasi deadlock atau tidak
mengancam NKRI dan kunjung disahkannya suatu
menjerumuskan Indonesia kearah Rancangan Undang-Undang.
negara federal.4 Menurut dia, membawa persoalan ini
Jika membaca risalah ke MPR juga tidak menjamin
perdebatan amandemen UUD 1945 selesainya persoalan itu, karena
dari tahun 1999 s.d 2002, kita akan ikhwal siapa yang memimpin sidang
mengetahui dinamika pemikiran dari di MPR juga menjadi perkara krusial
masing-masing fraksi di MPR waktu dalam dunia politik.6
itu. Ada fraksi yang menginginkan Tanggapan fraksi besar lain,
adanya sistem bikameral murni yakni F-PG, juga dalam arus yang
dengan DPD sebagai penyeimbang tak jauh berbeda. Berbagai
peran DPR, namun ada pula fraksi kekhwatiran menyangkut posisi DPR
yang menginginkan adanya DPR yang bisa terancam oleh kehadiran
tetap sebagai lembaga yang DPD atau kekhawatiran yang
mendominasi peran lembaga dilandasi oleh paham negara
legislatif.5 kesatuan mengemuka cukup kuat.
Terhadap gagasan progresif Sikap konservatif para anggota DPR
dari tim ahli tersebut, tanggapan para ini juga terkesan kuat muncul dan
anggota PAH I BP MPR memang kurang memadainya pemahaman
bervariasi, namun secara umum konseptual dan komparatif mereka
memang berkesan defensif dengan terhadap gagasan dan praktek
bersikukuh pada kecenderungan bikameralisme.7
sikap untuk menempatkan DPR lebih Kelompok konservatif sangat
superior dibanding DPD. Gagasan menentang gagasan bikameralisme
tim ahli yang cenderung mengadopsi yang salah satunya diartikan seakan-
tipe parlemen bikameral kuat, oleh akan menghilangkan sama sekali
ketua PAH I Jacob Tobing (F-PDIP) keberadaan Majelis
dianggap hanya cocok untuk konteks Permusyawaratan Rakyat sebagai
negara federal. Sementara dalam lembaga yang sebelumnya
bentuk negara kesatuan, dan terkait merupakan lembaga tertinggi negara.
pemahaman tentang kebangsaan, Padahal keberadaan Dewan dan
pilihannya adalah tipe parlemen Majelis tersebut dianggap sebagai
bikameral lemah. Terhadap gagasan pencerminan langsung dari dianutnya
persamaan kekuasaan legislasi DPR
6
Muslimah Hanim, Eksistensi Dewan
4
Ibid., hlm. 173 Perwakilan Daerah Dalam Sistem
5
I Wayan Sudirta, dalam kata pengantar, Ketatanegaraan Indonesia menurut UUD
King Faisal Sulaiman Sistem Bikameral 1945 Amandemen Keempat, UIR Press,
Dalam Spektrum Lembaga Parlemen Pekanbaru:2007, hlm. 83
7
Indonesia, Jakarta : 2013. Ibid., hlm. 84

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 Page 3


sila keempat Pancasila, yaitu (DPR) dibanding lembaga
“Kerakyatan yang dipimpin oleh perwakilan lainnya (DPD). Sebagai
hikmat kebijaksanaan dalam konsekuensinya lembaga perwakilan
permusyawaratan/perwakilan”. Kata yang lebih lemah kekuatannya
“permusyawaratan” dinilai terjelma tersebut, yakni DPD hanya memiliki
dalam pelembagaan MPR, kewenangan terbatas.10
sedangkan kata “perwakilan” Dengan konstruksi
dianggap tercermin dalam kewenangan DPD yang demikian
pelembagaan DPR. Menerima ide tampaknya sosok DPD tidak sesuai
struktur parlemen bikameral yang dengan pengaturannya dalam
terdiri atas DPR dan DPD, berarti konstitusi yang menunjukkan sangat
menghilangkan keberadaan MPR pentingnya lembaga tersebut dan
sebagai pelembagaan prinsip tidak sesuai pula dengan
“permusyawaratan” dalam sila kedudukannya sebagai lembaga
8
keempat itu. negara di bidang legislatif dengan
Walhasil terjadilah berbagai konsekuensi anggaran,
kesepakatan politik yang pada protokoler, sarana, dan prasarananya
akhirnya menerima pembentukan serta berbagai fasilitas lainnya yang
sistem bikameral dalam struktur relatif tidak jauh berbeda dengan
lembaga parlemen kita. Akan tetapi, DPR. Lebih dari itu konstruksi
kewenangan konstitusional terutama konstitusi yang demikian tidak sesuai
dibidang legislasi DPD, sengaja pula dengan tantangan dan kesulitan
dipreteli atau diamputasi. UUD 1945 seseorang untuk menjadi anggota
secara limitatif mengatur DPD yang jauh lebih besar dibanding
pelaksanaan fungsi parlemen yang untuk menjadi anggota DPR, padahal
lain seperti fungsi anggaran, kontrol, kewenangan DPD jauh berada di
representasi, dan rekrutmen jabatan bawah DPR.11
publik. Dalam implementasi fungsi- Dengan permasalahan-
fungsi parlemen tersebut, permasalahan tersebut akan sulit bagi
kewenangan atau kedudukan DPD DPD menjalankan fungsinya
hanyalah bersifat penunjang terhadap sebagai wakil daerah untuk
fungsi-fungsi parlemen yang dimiliki menyalurkan aspirasi daerah, dan
oleh DPR itu sendiri.9 memperjuangkan kepentingan daerah
Sebagaimana tercantum dalam secara berkelanjutan. Untuk itu perlu
Pasal 22D yang secara jelas dipikirkan perubahan terhadap
menunjukkan konstitusi Indonesia konstitusi terutama terkait
menganut sistem bikameral yang permasalahan sistem parlemen yang
lembut/lunak (soft bikameralism) di diterapkan saat ini agar mampu
mana satu lembaga perwakilan memenuhi kebutuhan nasional.
mempunyai kekuatan lebih kuat Dari uraian diatas dapat kita
garis bawahi bahwa terdapat masalah
8
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan
10
Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Patrialis Akbar, Lembaga-lembaga
Reformasi, Sekretariat Jenderal dan Negara menurut Undang-Undang Dasar
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Republik Indonesia, Jakarta : 2006, hlm.150 Sinar Grafika, Jakarta : 2013, hlm. 75
9 11
King Faisal, Op.cit, hlm. 173 Ibid., hlm. 76.

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 Page 4


yang menarik untuk di bahas, dapat mengajukan kepada DPR
pertama, Bagaimanakah penerapan rancangan undang-undang yang
sistem soft bikameral dalam berkaitan dengan otonomi daerah,
parlemen di Indonesia ? kedua, hubungan pusat dan daerah,
Bagaimana upaya penyempurnaan pembentukan dan pemekaran serta
sistem soft bikameral dalam penggabungan daerah, pengelolaan
parlemen di Indonesia ? sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta yang
berkaitan dengan perimbangan
B. Penerapan Sistem Soft Bikameral keuangan pusat dan daerah. Kedua
dalam parlemen Indonesia DPD ikut membahas rancangan
Dengan telah dilakukan undang-undang yang berkaitan
perubahan ketiga amandemen UUD dengan otonomi daerah; hubungan
1945 di dalam sidang tahunan MPR pusat dan daerah; pembentukan,
pada tanggal 9 November 2001 maka pemekaran, dan penggabungan
secara praktis sistem parlemen daerah; pengelolaan sumber daya
Indonesia telah menerapkan sistem alam dan sumber daya ekonomi
bikameral dengan lahirnya DPD lainnya, serta perimbanga keuangan
sebagai kamar kedua, setelah melalui pusat dan daerah;13
proses perdebatan-perdebatan yang Ketiga, DPD dapat memberikan
cukup panjang maka terbentuklah pertimbangan kepada DPR atas
parlemen dengan dua kamar yang rancangan undang-undang anggaran
lunak (soft bikameral). pendapatan dan belanja negara dan
Kehadiran DPD seharusnya rancangan undang-undang yang
memberikan solusi terhadap sistem berkaitan dengan pajak , pendidikan,
politik yang sentralistik sepanjang dan agama. Keempat, Dewan
lima dasawarsa terakhir. Akan tetapi, perwakilan Daerah dapat melakukan
keberadaan DPD tidak mempunyai pengawasan atas pelaksaan undang-
fungsi seperti yang diharapkan undang terkait otonomi daerah,
karena tak lebih dari sekedar aksesori pembentukan, pemekaran dan
demokrasi dalam sistem perwakilan. penggabungan daerah, hubungan
Hal ini dapat dilihat dari pasal-pasal pusat dan daerah, pengelolaan
yang mengatur tentang kewenangan sumber daya alam dan sumber daya
DPD. Pada kewenangan DPD sangat ekonomi lainnya, pelaksanaan
terasa unsur diskriminatifnya apalagi anggaran pendapatan dan belanja
dengan ekspektasi masyarakat untuk negara, pajak, pendidikan, dan
berpartisipasi secara luas dan agama serta menyampaikan hasil
kompetitif.12 Secara konstitusional, pengawasannya itu kepada Dewan
kedudukan DPD dari sisi Perwakilan Rakyat sebagai bahan
kewenangan boleh dikatakan masih pertimbangan untuk ditindaklanjuti.14
dikebiri oleh konstitusi. Konstitusi Selain ketimpangan kewenangan
mengatakan bahwa; pertama, DPD DPD dalam konstitusi juga
mempengaruhi peraturan
12
Reni Dwi Purnomowati, Implementasi
Sistem Bikameral Dalam Parlemen
13
Indonesia, Rajawali Press, Jakarta : 2005, King Faisal, Op.cit, hlm.192
14
hlm.5 Ibid.

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 Page 5


dibawahnya yang turut mengatur bertahun-tahun komunikasi politik
mengenai DPD yakni dalam itu dilakukan oleh DPD namun pihak
Undang-Undang Nomor 22 Tahun DPR tidak memberi respon memadai
2003 Tentang Susunan dan dan menerima berbagai usul solusi
Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan yang ditawarkan DPD. Kondisi ini
DPRD. Bahkan ironisnya lagi dalam mengakibatkan hasil kerja DPD
undang-undang tersebut justru lebih kurang optimal dan keberadaan DPD
menekankan ketimpangan yang belum memberikan manfaat nyata
terjadi, kalau tidak mau dikatakan yang maksimal bagi masyarakat dan
lebih melemahkan DPD lebih jauh. daerah.15
Hal ini terlihat jelas dalam bunyi Realitas memprihatikan tersebut
pasal-pasal dalam undang-undang pada akhirnya mendorong DPD
tersebut. untuk mengajukan permohonan
Secara prosedural normatif, pengujian undang-undang ( judicial
skema pembahasan rancangan review ) terhadap Undang-Undang
undang-undang dibagi dalam dua Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR,
tahapan pembicaraan yakni DPR, DPD, dan DPRD dan Undang-
pembicaraan tahap I dan Undang Nomor 12 Tahun 2011
pembicaraan tahap II. Pembahasan tentang Pembentukan Peraturan
RUU pada tingkat I dilaksanakan Perundang-undangan terhadap UUD
rapat komisi, rapat gabungan 1945 pada tanggal 14 september
Komisi, rapat Badan Legislasi, rapat 2012. Permohonan pengujian dua
Badan Anggaran, atau rapat panitia undang-undang tersebut terhadap
khusus. Sementara itu, pembahasan UUD 1945 ditempuh dengan maksud
tahap II dilaksanakan dalam sidang untuk memperoleh penafsiran yang
Paripurna DPR yang melibatkankan lebih tepat dan pasti bagi
DPR dan Presiden minus DPD guna kepentingan bersama dalam sistem
mengambil persetujuan bersama atas legislasi antara DPR, DPD, dan
sebuah RUU layak atau tidak Presiden. Permohonan tersebut
diteruskan menjadi undang-undang. kemudian diregister dengang Nomor
Setelah diubahnya Undang- Perkara 92/PUU-X/2012 dengan
Undang Nomor 22 Tahun 2003 pemohon adalah pimpinan DPD
Tentang Susunan dan Kedudukan yaitu Ketua Irman Gusman, Wakil
MPR, DPR, DPD dan DPRD ketua La Ode Ida dan Gusti Kanjeng
menjadi Undang-Undang Nomor 27 Ratu Hemas.16
Tahun 2009 Tentang MPR, DPR, Permohonan pengujian undang-
DPD dan DPRD permasalahan- undang tersebut selanjutnya diproses
permasalahan mengenai di MK melalui sidang-sidang, baik
pengkerdilan kewenangan DPD panel maupun pleno. Setelah melalui
masih berlanjut. proses persidangan sekitar enam
Terkait permasalahan tersebut bulan untuk memeriksa dan
DPD telah berupaya melakukan
berbagai langkah komunikasi politik 15
Rofikul Umam, Eksistensi DPD RI
dengan DPR untuk mencari solusi 2009-2013 : Untuk Daerah dan NKRI ,
terhadap masalah yang terjadi ini. Kelompok DPD di MPR RI, Jakarta: 2013 ,
Namun demikian walau telah hlm. 142
16
Ibid., hlm. 143

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 Page 6


mengadili perkara tersebut, pada putusan Mahkamah Konstitusi
puncaknya MK menggelar sidang Nomor 92/PUU-X/2012 memberikan
pleno pada 27 Maret 2013 dengan optimisme ( terutama bagi DPD )
agenda pembacaan putusan. Dalam proses legislasi di Senayan. Putusan
sidang pleno yang terbuka untuk ini menjadi semacam alarm
umum tersebut , MK memutuskan konstitusional agar ke depan
untuk menerima permohonan yang penataan ulang model legislasi
diajukan DPD tersebut.17Dalam lembaga perwakilan yang mengarah
putusannya tersebut, MK pada penguatan fungsi legislasi DPD
meneguhkan lima hal yaitu : merupakan keniscayaan. Sebagai
1. DPD RI terlibat dalam sebuah putusan yang memiliki
pembuatan Program Legislasi kekuatan hukum final dan mengikat,
Nasional (Polegnas). putusan Mahkamah Konstitusi harus
2. DPD RI berhak mengajukan dilaksanakan. Karena itu, tawaran
RUU yang dimaksud dalam konseptual usulan komprehensif
Pasal 22 D ayat (1) UUD amandemen lanjutan atas UUD 1945
1945 sebagaimana halnya oleh DPD RI perlu direspon secara
atau bersama-sam dengan posititf oleh MPR beserta seluruh
DPR dan Presiden, termasuk komponen bangsa Indonesia. Secara
dalam pembentukan RUU konstitusional, penguatan posisi
Pencabutan Peraturan DPD terutama fungsi legislasi DPD
Pemerintah Pengganti dapat dilakukan dengan melanjutkan
Undang-Undang. perubahan UUD 1945.19
3. DPD RI berhak membahas Apabila praktik pembentukan
RUU secara penuh dalam undang-undang di DPR pasca
konteks Pasal 22D ayat(2) putusan MK masih mengikuti praktik
UUD 1945. yang mengacu kepada ketentuan
4. Pembahasan RUU dalam dalam undang-undang yang telah
konteks Pasal 22D ayat (2) dibatalkan oleh MK, maka di
UUD 1945 bersifat tiga pihak kemudian hari dapat muncul gugatan
( tripatrit), yaitu antara DPR, terhadap keabsahan semua produk
DPD dan Presiden. undang-undang yang dihasilkan oleh
5. MK menyatakan bahwa DPR dan diberikannya status tidak
ketentuan dalam undang- sah atau batal demi hukum semua
undang MD3 dan Undang- undang-undang yang diproduk oleh
Undang P3 yang tidak sesuai DPR.20
dengan tafsir MK atas Dengan dikabulkannya gugatan
kewenangan DPD dengan DPD tersebut oleh Mahkamah
sendirinya bertentangan Konstitusi membawa harapan akan
dengan UUD 1945,, baik perubahan dan perbaikan terkait
yang diminta maupun tidak.18 posisi serta kewenangan DPD dalam
Dalam spektrum ini, setidaknya parlemen dimasa mendatang. Dan
implikasi politik legislasi DPD pasca atas tindak lanjut dari putusan itu
19
Saldi Isra, dalam pengantar , Op.cit,
17
Ibid., hlm. 145 hlm. xx
18 20
Ibid., hlm. 146 King Faisal, Op.cit, hlm. 149

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 Page 7


pada tahun 2014 dikeluarkanlah dengan mengamandemen konstitusi.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun Upaya DPD, yang dimotori oleh alat
2014 sebagai pengganti Undang- kelengkapan Kelompok DPD di
Undang MD3 yang lama. Pada MPR, baru pada tahun berikutnya
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 dengan berbekal 238 orang
2014 tersebut telah mengembalikan dukungan anggota MPR kembali
kewenangan DPD yang terreduksi menyurati dan menyerahkan usul
oleh undang-undang sebelumnya perubahan pasal 22D UUD 1945
sesuai dengan putusan Mahkamah kepada Pimpinan MPR. Namun,
Konstitusi. dukungan yang begitu memadai pada
Perlu dipahami bersama bahwa awalnya, kemudian sejumlah
dengan momentum perubahan anggota MPR dari beberapa fraksi
Undang-Undang MD3 paska putusan secara bertahap menarik kembali
Mahkamah Konstitusi belum dapat tanda tangan mereka. Fenomena tarik
menyelesaikan permasalahan dukungan terhadap usul amandemen
parlemen saat ini. Perubahan tersebut ketika itu sungguh menarik
Undang-Undang MD3 hanya untuk dicermati dari pinggir pentas
dimaknai sebagai pengembalian sejarah negeri ini yang tengah
konsep sesuai konstitusi yang mengonsolidasikan demokrasinya.21
sebelumnya lebih dikerdilkan Usul DPD itu tidak mendapat
melalui undang-undang sebelumnya. respons positif dari mayoritas
Namun permalasahan-permasalahan anggota DPR. Banyak kalangan di
utama yang timbul akibat penerapan DPR menilai bahwa usulan DPD
sistem soft bikameral dalam merupakan gagasan perubahan
parlemen belum mampu tambal-sulam yang parsial. Bahkan,
terselesaikan. Karena perubahan gagasan tersebut dinilai hanya
sistem ini hanya bisa dapat dilakukan mementingkan DPD saja. Terdengar
melalui perubahan konstitusi, dan suara-suara dari DPR, kalau memang
tidak memungkinkan untuk mau mengusulkan perubahan,
melakukan perubahan sistem tersebut seharusnya DPD menawarkan
melalui undang-undang saja karena perbaikan yang lebih komprehensif-
hal itu adalah inkonstitusional. menyeluruh. Apalagi, perubahan
Itulah sebabnya sejak dini DPD yang parsial, sedikit-banyak
sudah berupaya untuk merupakan salah satu titik lemah dari
memperjuangkan penguatan perubahan tahap- demi- tahap yang
kewenangannya. Tercatat pada 8 Juni dilakukan MPR pada periode
2006, DPD menyampaikan surat reformasi konstitusi 1999-2002.22
kepada Pimpinan dan segenap Terlecut dengan tuduhan
Anggota MPR agar tergugah mementingkan diri sendiri,
terhadap harapan DPD itu. Sebab kelompok DPD di MPR
pada saat itu DPD memahami bahwa
jumlah syarat dukungan untuk 21
Gusti Kanjeng Ratu Hemas, dalam
melakukan perubahan konstitusi kata pengantar, King Faisal Sulaiman Sistem
belum memadai. Tiada lain cara Bikameral Dalam Spektrum Lembaga
yang paling efektif bagi penguatan Parlemen Indonesia, Jakarta : 2013, hlm.
kewenangan DPD adalah memang xxiv
22
Ibid.

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 Page 8


mempersiapkan naskah harapan bersama bahwa dimasa
komprehensif perubahan UUD 1945. mendatang para wakil rakyat mampu
Dibantu tim 9 plus, kelompok DPD menyuarakan kebenaran yang
di MPR berhasilkan menyelesaikan sebenarnya, dengan
darf Rancangan Usulan Perubahan mengesampingkan segala
Komprehensif UUD 1945. Tidak kepentingan politik kelompok praktis
tanggung-tanggung, draf yang yang jauh dari keinginan rakyat.
dihasilkan terdiri dari 21 bab, 96 C. Penyempurnaan Sistem Soft
pasal, 2 pasal aturan peralihan, dan 1 Bikameral Dalam Parlemen
pasal aturn tambahan. Berkenaan
Indonesia
dengan fungsi legislasi, usulan
Selama lebih dari 10 tahun
perubahan dicantumkan dalam Bab
Indonesia menerapkan sistem soft
X tentang Kekuasaan Legislatif.
bikameral dalam parlemen. Namun
Tidak jauh bebeda dengan usul
penerapan sistem soft bikameral ini
Forum Rektor Indonesia, kelompok
dirasakan tidak membawa dampak
DPD di MPR fungsi legislasi
signifikan terhadap kualitas legislasi
dilaksanakan oleh DPR dan DPD.
oleh parlemen. Bahkan selama
Dari usulan tersebut, presiden tidak
penerapan sistem soft bikameral
lagi terlibat dalam proses
dalam parlemen cenderung
pembahasan dan persetujuan
membawa implikasi negatif terhadap
rancangan undang-undang.
tatanan bernegara baik dari segi
Meskipun demikian, Presiden
teoritis maupun praktis.
diberkan kekuasaan untuk memveto
Melihat realitas permasalahan-
rancangan undang-undang yang
permasalahan yang timbul akibat
sudah disetujui oleh DPR dan
penerapan sistem soft bikameral
DPD.23
dalam parlemen Indonesia, maka
Dengan usulan-usulan
dirasa perlu dilakukan langkah-
tersebutlah diharapkan mampu
langkah evaluasi untuk menemukan
menjadi pendorong agar perubahan
solusi yang ideal guna mengatasi
kelima konstitusi dapat segera
permasalahan yang timbul selama
terlaksana. Dengan mengutip
ini. Adapun upaya-upaya yang perlu
pernyataan Mahfud MD perlu
dilakukan untuk menyempurnakan
dipahami bahwa kebenaran
dan menata ulang kembali sistem
akademik tidak selalu sejalan,
parlemen Indonesia meliputi :
bahkan sering kali bertentangan
dengan pilihan politik. apa yang
1. Amandemen Kelima
benar secara akademik belum tentu
Konstitusi Republik Indonesia
benar pula secara politik. Itulah
Permasalahan sistem bikameral
sebabnya tidak semua gagasan
Indonesia yang terjadi bukanlah
amandemen konstitusi yang lahir
merupakan hal yang sederhana.
dari produk akademik dapat diterima
Karena permasalahan ini juga terkait
dalam proses politik untuk benar-
erat konstitusi negara itu sendiri,
benar menjadi isi konstitusi hasil
yang pada substansinya membatasi
amandemen. Jadi tentu saja menjadi
kewenangan DPD sebagai kamar
kedua. Maka perlu dilakukan
23
Ibid., perubahan terhadap konstitusi terkait

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 Page 9


substansi yang mengatur parlemen dan kewenangan DPD. Karena
saat ini. Dengan pertimbangan keberadaan DPD sebagai lembaga
gagasan ini bahwa fungsi DPD yang perwakilan adalah mutlak, sebagai
dihasilkan dalam perubahan alat koreksi atas konsep perwakilan
sebelumnya sulit dapat menampung rakyat selama ini yang dinilai
dan menindaklanjuti aspirasi daerah. timpang. Kinerja DPD akan optimal
Sebagai bangsa yang modern, jika kewenangannya dikonstruksikan
kita tentu tidak berharap konstitusi setara dengan DPR.
hanyalah menjadi sebuah dokumen
sejarah, legal artefak ataupun 2. Perubahan Sistem Soft
pelengkap syarat bernegara belaka Bikameral Menjadi Strong
oleh karena tidak mampu Bikameral
mengantisipasi pesatnya
perkembangan zaman dan dinamika Sistem parlemen dengan dua
ketatanegaraan Indonesia24. Selain kamar memiliki kelebihan
itu, Karakteristik konstitusi yang dibandingkan dengan sistem
baik ialah harus mampu merekam parlemen satu kamar, Yakni :
realitas empirik dan dinamika (1)Secara resmi mewakili beragam
masyarakat, sekaligus berperan pemilih (misalnya negara bagian,
sebagai alat pembaharuan bagi wilayah, etnik, atau golongan);
kehidupan sosial-kemasyarakatan (2)Memfasilitasi pendekatan yang
demi membangun kehidupan bersifat musyawarah terhadap
demokrasi konstitusional di semua penyusunan perundang-
segmen pembangunan. undangan;(3)Mencegah disahkannya
UUD 1945 merupakan sumber perundang-undangan yang cacat atau
hukum tertinggi, dan Undang- ceroboh; (4)Melakukan pengawasan
Undang merupakan produk hukum atau pengendalian yang lebih baik
turunannya yang berisi aturan yang atas lembaga eksekutif.26
lebih teknis. Bila penguatan kelebihan-kelebihan parlemen
kewenangan DPD hanya dilakukan bikameral hanya bisa didapatkan jika
melalui revisi Undang-Undang, parlemen di negara tersebut memang
maka peran DPD tetap tidak dapat benar-benar memakai strong
optimal mengingat kewenangan DPD bicameral, bukan soft bicameral. Hal
yang sangat terbatas dalam UUD ini karena soft bikameral dalam
1945. Selain itu penguatan DPD penerapannya akan kehilangan
melalui revisi Undang-Undang akan fungsi saling kontrol diantara kedua
bertentangan dengan UUD 1945.25 kamarnya karena salah satu kamar
Oleh karena itu dalam gagasan dapat diabaikan begitu saja. Hingga
perubahan konstitusi harus memuat tidak ada ubahnya dengan sistem
upaya mengoptimalisasi dan parlemen dengan satu kamar
mendesain ulang mekanisme kinerja (unikameral) dimana terjadi
monopoli proses legislasi dalam satu
24 kamar.
Din Syamsudin, dalam kata
pengantar, King Faisal Sulaiman Sistem
26
Bikameral Dalam Spektrum Lembaga National Democratic For International
Parlemen Indonesia, Jakarta : 2013, hlm. xvi Affair (NDI), Seri Penelitian Legislatif, One
25
Rofiqul Umam, Op.cit., hlm 102 or Two Chamber ? , hlm. 2-3

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 Page 10


Maka dengan penerapan D. KESIMPULAN
konsep strong bicameral dalam Adapun kesimpulan yang dapat
parlemen akan memaksimalkan diambil dari hasil penelitian yang
kembali manfaat yang akan telah dilakukan oleh penulis antara
diperoleh dari sistem dua kamar lain:
tersebut, di antaranya : Mampu 1. Penerapan soft bikameral
merangkum segala aspirasi rakyat dalam parlemen Indonesia
secara maksimal hingga mendorong telah menimbulkan berbagai
pada perundang-undangan yang permasalahan. Desain awal
responsif dan sesuai kebutuhan DPD bukan dibentuk
rakyat, Menghasilkan perundang- berlandaskan konteks check
undangan yang baik melalui tahapan and balances antar kamar
double check dari dua kamar dalam sistem keparlemenan.
parlemen, Produk legislasi yang Oleh sebab itu keberadaan
dihasilkan memiliki legitimasi yang DPD saat ini hanya sebagai
tinggi, Pengawasan terhadap subordinasi dari DPR.
pemerintah yang optimal, serta Bahkan permasalahan
mencegah perundang-undangan yang tersebut kian diperparah
bermasalah secara konstitusional dengan upaya-upaya
hingga berujung pada judicial review pengkerdilan DPD yang
seperti yang terjadi saat ini. berujung dengan judicial
review ke Mahkamah
Mengenai konsep strong Konstitusi. Perubahan
bicameral kita dapat mengadopsi terhadap perundang-
seperti sistem yang diterapkan dalam undangan belum mampu
parlemen Amerika Serikat. Pada menyelesaikan permasalahan
parlemen Amerika Serikat pengisian tersebut, karena
anggota parlemen dipilih secara permasalahan ini terletak
langsung melalui pemilu (legitimasi pada konstitusi.
demokratis) , serta dalam 2. Dengan munculnya berbagai
komposisinya berbeda/ incongruent macam permasalahan selama
(Article 1 Section 3, Konstitusi penerapan sistem soft
Amerika Serikat) House of bikameral dalam parlemen
Representative sebagai perwakilan Indonesia maka perlu
politik, sedangkan Senate sebagai dilakukan upaya-upaya
perwakilan negara bagian. Serta perbaikan, yakni pertama
berkedudukan sebagai pemegang dengan melakukan perubahan
kekuasaan legistatif.27 konstitusi terkait pengaturan
parlemen Indonesia karena
penguatan kewenangan DPD
melalui peraturan perundang-
27 undangan merupakan langkah
lihat article 1 section 1, Constitution
Of The United States, “All legislative inkonsitusional, dan yang
powers here in granted shall be vested in kedua yakni dengan merubah
Congress of the United State, which shall sistem soft bikameral saat ini
consist of a senate and house menjadi sistem strong
representative.”

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 Page 11


bikameral. Melalui langkah permalasahan-permalasan
ini akan mampu tersebut dapat terselesaikan
memaksimalkan fungsi tanpa berlarut-larut hingga
parlemen dan memperjelas menghambat kemajuan
sistem parlemen saat ini. bangsa.
E. SARAN
Adapun saran yang diberikan
penulis setelah melakukan penelitian
antara lain: 1. Daftar Pustaka
1. Mengingat pentingnya DPD
dan harapan yang diemban Buku
lembaga tersebut maka
diharapkan semua elemen Akbar, Patrialis, 2013, Lembaga-
terutama DPR, agar Lembaga Negara Menurut UUD
membuka diri terhadap NRI Tahun 1945, Sinar Grafika,
pentingnya penguatan Jakarta.
kewenangan DPD tersebut. Ali, Zainuddin , 2011, Metode
Selain itu pengubahan sistem Penelitian Hukum, Sinar
di masa mendatang harus Grafika, Jakarta.
mampu menghapus Amirudin dan Zainal Asikin, 2012,
kesenjangan antar kedua Pengantar Metode Penelitian
kamar dalam pelaksanaan Hukum, Rajawali Pers, Jakarta.
fungsi legislasi, pengawasan, Asshiddiqie, Jimly, 2005, Implikasi
anggaran, rekrutmen jabatan Perubahan UNDANG-UNDANG
publik. DPR dan DPD harus DASAR 1945 Terhadap
saling menguatkan Agar Pembangunan Hukum Nasional,
kepentingan daerah Mahkamah Konstitusi, Jakarta.
terakomodasi maksimal, agar --------------- , 2006, Perkembangan
tercipta legislasi berkualitas, dan Konsolidasi Lembaga
dan kemajuan bangsa pada Negara Pasca Reformasi,
umumnya. Sekretariat Jenderal dan
2. Mengingat bahwa akar Kepaniteraan Mahkamah
permasalahan parlemen saat Konstitusi Republik Indonesia,
ini berasal dari konstitusi, Jakarta
maka penyelesaian --------------- , 2011,Konstitusi dan
permasalahan tersebut hanya Konstitusionalisme, Sinar
dapat dilakukan melalui Grafika, Jakarta.
perubahan konstitusi. Fatmawati, 2010, Struktur Dan
Terlebih lagi selain Fungsi Legislasi Parlemend
permasalahan parlemen, Dengan Sistem Multikameral
terdapat pula permasalahan ,UI Press, Jakarta.
lain yang belum terakomodir Hanim , Muslimah, 2007, Eksistensi
dalam konstitusi. Tentu Dewan Perwakilan Daerah
diharapkan wacana Dalam Sistem Ketatanegaraan
amandemen lanjutan perlu Indonesia menurut UUD 1945
dilaksanakan agar

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 Page 12


Amandemen Keempat, UIR UNDANG-UNDANG DASAR
Press, Pekanbaru. 1945, Kencana Prenada Media
Haryadi, Agus, Bivitri Susanti dkk., Group, Jakarta.
2006, Bikameral Bukan Federal, Umam,Rofiqul dan Firdaus ,
Kelompok DPD, Jakarta. 2013,Eksistensi DPD RI 2009-
Huda, Ni’matul, 2008,UUD 1945 2013 : Untuk Daerah dan NKRI
dan Gagasan Amandemen , Kelompok DPD di MPR RI,
Ulang, Rajawali Pres, Jakarta. Jakarta.
Indra, Mexsasai, 2011,Dinamika Jurnal / Kamus / Makalah :
Hukum Tata Negara Indonesia, R.M.A.B. Kusuma, 2004, “Sistem
Refika Aditama, Bandung. Pemerintahan dengan Prinsip
Isra, Saldi, 2010, Pergeseran Fungsi checks and balances”, Jurnal
Legislasi : menguatnya model Konstitusi, Mahkamah
legislasi parlementer dalam Konstitusi Republik Indonesia,
sistem presidensial indonesia, Volume 1 Nomor 2 desember.
Rajawali Press, Jakarta. Ernawati Munir, 2004, “Analisis
Kansil,Christin S.T, 2008, Hukum Putusan Mahkamah Konstitusi
Tata Negara Republik Perkara No. 168/SKLN-
Indonesia, Rineka Cipta, II/2004”, Jurnal Konstitusi,
Jakarta. Mahkamah Konstitusi Republik
Marzuki,Peter Mahmud,2013, Indonesia, Volume 1 Nomor 2
Penelitian Hukum, Edisi Revisi, desember.
Kencana, Jakarta. Susi Dwi Harijanti, 2009,
Purnomowati, Reni Dwi, 2005, ”Reformasi Sistem Perwakilan
Implementasi Sistem Bikameral Indonesia”, Jurnal Konstitusi,
Dalam Parlemen Indonesia, PSKN-FH Universitas
Rajawali Press, Jakarta. Padjajaran, Volume I nomor 1
Soehino ,1998, Ilmu Negara, November.
Liberty, Yogyakarta. Departemen Pendidikan Nasional,
Shaleh ,Asri Muhammad, 2003, 2001, Kamus Besar Bahasa
Kompilasi Orasi Guru Besar Indonesia, Balai Pustaka,
Hukum Tata Negara, Bina Jakarta.
Mandiri Press, Pekanbaru. Ginandjar Kartasasmita, 2006,
Sulaiman, King Faisal, 2013, Sistem “Bikameralisme Di Indonesia”,
Bikameral Dalam Spektrum DPD RI Jakarta.
Lembaga Parlemen Indonesia, Jimly Asshiddiqie,
UII Press, Yogyakarta. “Trikameralisme”, ceramah
Sunggono, Bambang, 2012, Metode umum DPD RI Jakarta.
Penelitian hukum, Rajawali WEBSITE :
Pres, Jakarta. http://www.mpr.go.id/berita/read/201
Thaib, Dahlan, dkk, 2011, Teori dan 1/08/20/27/dewan-perwakilan-
Hukum Konstitusi, Rajawali daerah-dalam-perspektif-
Pres, Jakarta. ketatanegaraan-indonesia,
Tutik, Titik Triwulan,2010, diakses tanggal, 12 Januari
Konstruksi Hukum Tata Negara 2015.
Indonesia pasca amandemen

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 Page 13


http://venijudo.blogspot.com/2014/1
0/sistem-Bikameral-dalam-
parlemen.html, diakses tanggal ,
12 Januari 2015.
http://www.negarahukum.com/huku
m/sistem-parlemen-
bicameralism.html , diakses
tanggal, 12 Januari 2015.
http://www.jimly.com , diakses
tanggal, 28 Februari 2015.
http://www.mahkamahkonstitusi.go.i
d , diakses tanggal, 3 Maret
2015.
https://salmantabir.wordpress.com/2
011/11/26/strong-bicameral-
dalam-prinsip-pemisahan-
kekuasaan-dengan-konsep-
check-and-balances/, di akses 2
Juni 2015
aguzssudrazat.blogspot.com/2013/07
/sistem-parlemen-amerika-
serikat.html, di akses 5 Juni
2015.

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 Page 14

You might also like