Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Indra P, Darsin, Sumarji, Sifat Mekanik dan Struktur Mikro Aluminium AA1100 Hasil Pengelasan

Friction Stir Welding Dengan Variasi Feed Rate

SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO ALUMINIUM AA1100 HASIL


PENGELASAN FRICTION STIR WELDING DENGAN VARIASI FEED RATE

Moh. Indra P, Mahros Darsin, Sumarji

Abstrak: Aluminum and aluminum alloys have properties that are less well when com-
pared to steel, such as specific heat and has a high conductivity. They are also easily oxi-
dized and form an aluminum oxide Al2O3 which have a high melting point. Consequent-
ly, when they are welded the fusion between base and weld metal will be blocked. More-
over, if the cooling process is too fast it will form a smooth cavity ex-pouch of hydrogen.
FSW (Friction Stir Welding) is one solution that can be used as an alternative to alumi-
num welding process. FSW is the working principle of utilizing the friction of the rotat-
ing workpiece with a stationary workpiece another so that the resulting heat and the heat
can melt the workpiece is stationary and connected to one end. FSW welding process to
occur at the solvus temperature, so there is no reduction in strength due to aging and dis-
solution of the precipitate over coherent. Theresearch aim is to find the best mechanical
properties, i.e strength and thoughness by varying feed rate. Observations onto micro-
structures of welding area were also carried out in this research. Feed rate was varied at
7,3, 13, 24mm/mnt. Whereas,tool rotation used was keep constantly at 1200rpm. The ma-
terial to be welded is a 4.0 mm thick aluminum AA1100 strips. Result showed that the
highest strength obtained is 61,53 MPa at 24mm/mnt and the lowest strength obtained is
49,44 MPa at 7,3 mm/mnt.Wormholes and the lack of penetration defects are the main
things that reduce the tensile strength. From micro observations known on the grains
shape of the stir zone, FeAl3 particles is spread more evenly in matrix of Al due to the
stir process during the welding process. Hardness tests showed that the weld metal is
softer than the base metal.

Keywords: aluminium, feed rate, FSW

Aluminium saat ini mulai banyak diap- nyai titik cair yang tinggi sehingga
likasikan di dunia industri. Ini dikare- mengakibatkan peleburan antara logam
nakan aluminium termasuk logam ringan dasar dan logam las menjadi terhalang
yang memiliki kekuatan tinggi, ketahanan dan bila mengalami proses pem-bekuan
korosi dan daya hantar listrik yang baik. yang terlalu cepat akan terbentuk rongga
Selain itu aluminium juga mempunyai halus bekas kantong hydrogen. Seiring
sifat mampu bentuk (formability) yang dengan hal tersebut maka perlu dilakukan
baik dan aluminium lebih ringan daripada penelitian-penelitian agar proses penyam-
besi atau baja. Penggunaan aluminium bungan aluminium menjadi le-bih mudah
khususnya tipe AA1100 pada dunia in- dan memiliki kekuatan yang optimal.
dustri banyak digunakan untuk heat ex- Proses penyambungan aluminium paduan
changers, kemasan bahan kimia dan salah satunya dapat dilakukan dengan
berbagai jenis makanan, berbagai cara pengelasan friction stir welding.
peralatan penyimpan dll. Namun alumini- FSW (friction stir welding) merupa-
um dan paduan aluminium mempunyai kan sebuah metode pengelasan yang telah
sifat yang kurang baik bila dibandingkan diketemukan dan dikembangkan oleh
dengan baja, diantaranya adalah mempu- Wayne Thomas untuk benda kerja alu-
nyai panas jenis dan daya hantar yang munium dan alumunium alloy pada tahun
tinggi, mudah teroksidasi dan membentuk 1991 di TWI (The Welding Institute)
oksida aluminium Al2O3 yang mempu- Amerika Serikat [2]. Prinsip kerja FSW

Moh. Indra P, Mahros Darsin, Sumarji adalah Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Jember

15
16 TEKNO, Vol: 16, September 2011, ISSN: 1693-8739

adalah memanfaatkan gesekan dari benda satukan. Gesekan tool yang berbentuk si-
kerja yang berputar dengan benda kerja lindris (cylindrical shoulder) yang dileng-
lain yang diam, sumber panas diasumsi- kapi pin/probe dengan material, mengaki-
kan murni akibat gesekan antara tool dan batkan pemanasan setempat yang mampu
permukaan benda kerja.sehingga mampu melunakkan bagian tersebut. Tool berge-
melelehkan benda kerja yang diam terse- rak pada kecepatan tetap dan bergerak
but dan akhirnya tersambung menjadi sa- melintang pada jalur pengelasan (joint
tu[3]. Proses pengelasan dengan FSW ter- line) dari material yang akan disatukan.
jadi pada kondisi padat (solid state join-
ing). Proses pengelasan dengan FSW ter-
jadi pada temperature solvus, sehingga
tidak terjadi penurunan kekuatan akibat
over aging dan larutnya endapan koheren.
Karena temperatur pengelasan tidak terla-
lu tinggi, maka tegangan sisa yang ter-
bentuk dan distorsi akibat panas juga ren-
dah. Karakteristik mekanis sambungan
pada FSW ditentukan oleh parameter: ke-
Gambar 1. Prinsip Friction Stir Welding
cepatan pengelasan, putaran tool, dan
tekanan tool. Struktur mikro hasil pengelasan fric-
tion stir welding yang terdiri dari daerah
Friction Stir Welding bagian adukan (stir zone), bagian
FSW (friction stir welding) adalah sebuah pengaruh panas secara termomekanik
metode pengelasan yang termasuk penge- (thermomechanical affected zone) dan
lasan gesek, yang pada prosesnya tidak bagian pengaruh panas (heat affected
memerlukan bahan penambah atau pen- zone) (ASM. 2007). Bagian adukan (stir
gisi. Panas yang digunakan untuk men- zone) mengalami laju tegangan dan re-
cairkan logam kerja dihasilkan dari gangan tertinggi serta temperatur yang
gesekan antara benda yang berputar (pin) tinggi. Kombinasi ini menyebabkan ba-
dengan benda yang diam (benda kerja). gian ini terjadi rekristalisasi dinamik.
Pin berputar dengan kecepatan konstan Struktu mikro bagian adukan ini sangat
disentuhkan ke material kerja yang telah tergantung pada bentuk perkakas las, ke-
dicekam. Gesekan antara kedua benda cepatan rotasi dan translasi, tekanan dan
tersebut menimbulkan panas sampai ± 80 karakteristik bahan yang akan disambung.
% dari titik cair material kerja dan selan- Di sam-ping itu, bagian ini juga meru-
jutnya pin ditekan dan ditarik searah dae- pakan bagian yang terdeformasi. Pada
rah yang akan dilas. Putaran dari pin bisa bagian pengaruh panas secara
searah jarum jam atau berlawanan dengan termomekanik (thermomechanical
arah jarum jam. affcted zone) terjadi pengkasaran pen-
Prinsip friction stir welding yang di- guat presipitat tetapi tidak ada rekris-
tunjukkan pada gambar 1, dengan talisasi dinamik. Sedangkan panas pada
gesekan dua benda yang terus-menerus bagian pengaruh panas (heat affected
akan menghasilkan panas, ini menjadi zone) selama pengelasan panasnya hanya
suatu prinsip dasar terciptanya suatu pros- menumbuhkan butir-butir saja. Bagian–
es pengelasan gesek. Pada proses friction bagia pengelasan de-ngan metode friction
stir welding, sebuah tool yang berputar stir welding ini akan dijelaskan pada
ditekankan pada material yang akan di- gambar 2.
Indra P, Darsin, Sumarji, Sifat Mekanik dan Struktur Mikro Aluminium AA1100 Hasil Pengelasan 17
Friction Stir Welding Dengan Variasi Feed Rate

an antara logam dasar dengan logam


las menjadi terhalang.
 Karena perbedaan yang tinggi antara
kelarutan hidrogen dalam logam cair
dan logam padat, maka dalam proses
Gambar 2. Struktur Mikro Hasil Pengelasan pembekuan yang terlalu cepat akan
dengan Metode Friction Stir Welding,
terbentuk rongga halus bekas kan-
A. logam induk. B. HAZ, C. TMAZ, D. stir zone
(weld nugget) tong-kantong hidrogen.
 Paduan aluminium mempunyai berat
Aluminium jenis yang rendah karena itu banyak
zat- zat lain yang terbentuk selama
Aluminium berwarna putih kebiru-biruan, pengelasan akan tenggelam. Keadaan
lebih keras dari timah putih, tetapi lebih ini memudahkan terkandungnya zat-
lunak daripada seng. Aluminium mempu- zat yang tidak dikehendaki kedalam-
nyai kekuatan tarik sebesar 10 kg/mm, nya.
dan untuk memerbaiki sifat mekanis dari
bahan logam aluminium, bahan alumini- Unsur – Unsur Paduan Logam Aluminium
um ditambah unsur paduan. a. Besi (Fe); Penambahan unsur besi
Logam alumunium mempunyai pada aluminium dapat mengurangi
karakteristik tersendiri dibandingkan de- terjadinya keretakan panas.
ngan logam lain diantaranya adalah: b. Manganase (Mn); Aluminium yang
1. Alumunium semakin tangguh pada ditambahi unsur mangan dapat per-
suhu rendah baiki ductility pada logam aluminium.
2. Kecepatan rambat panas tinggi c. Silicon; Penambahan unsur silicon
3. Melting point rendah akan memengaruhi aluminium tahan
4. Mempunyai kekuatan yang tinggi terhadap korosi tetapi sulit dimachin-
5. Mudah dibentuk ing.
6. Penghantar panas dan arus yang baik d. Copper; Unsur copper dapat mem-
7. Permukaan mengkilap (3 kali lebih pengaruhi logam aluminium mudah
mengkilap dari pada besi) dimmesin.
8. Tahan korosi (terdapat lapisan oksida) e. Magnesium; Penambahan unsur
9. Tidak beracun magnesium pada logam aluminium
akan memerbaiki sifat kekuatan, teta-
Dalam hal pengelasan paduan aluminium pi sulit pada pekerjaan proses penu-
mempunyai sifat yang kurang baik dian- angan.
taranya adalah sebagai berikut: f. Zinc; Penambahan unsur seng akan
 Karena panas jenis dan daya han- memerbaiki sifat logam aluminium
tar panasnya tinggi maka sulit untuk tahan terhadap korosi dan mengu-
memanaskan dan mencairkan sebagi- rangi terjadinya keretakan panas dan
an kecil. pengerutan.
 Aluminium mempunyai titik cair dan
viskositas yang rendah, maka daerah
yang terkena pemanasan mudah men- METODE
cair dan menetes.
 Paduan aluminium mudah sekali ter- Penelitian ini meliputi dua kegiatan utama
oksidasi dan membentuk oksida alu- yaitu pembuatan dan pengujian. Peralatan
minium yang mempunyai titik cair dan bahan yang digunakan dalam pen-
tinggi. Karena sifat ini maka pelebur- gujian adalah sebagai berikut:
18 TEKNO, Vol: 16, September 2011, ISSN: 1693-8739

 Benda kerja yang digunakan adalah HASIL DAN PEMBAHASAN


Aluminium tipe AA1100 berbentuk
plat dengan dimensi panjang 100 mm, Hasil Pengelasan FSW
lebar 120 mm dan tebal 4 mm
 Tool dari bahan stainless steel diama- Hasil pengelasan menggunakan metode
ter shoulder 18 mm, diameter pin 6 friction stir welding ditunjukkan pada
mm, dan panjang pin 3,5 mm Gambar 3 di bawah ini.
 Mesin milling vertikal, dengan putaran
tool 1200 rpm dan feed rate 7,3, 13,
dan 24 mm/menit
 Pasta pembersih (autosol), resin dan
hardener, mesin poles, cairan etsa 100
ml HCl, 100 ml HNO3, dan 25 ml HF
selama 2 menit, lalu bersihkan dengan
alkohol 70 %
 Mesin uji kekerasan Mikro Vikers Gambar 3. Hasil Pengelasan FSW
 Mesin uji tarik
 Mikroskop Metalografi Olympus Hasil Uji Foto Makro
BX41M Pengamatan makro dilakukan untuk me-
ngetahui dan membedakan daerah hasil
Prosedur Pengujian lasan yang terdiri dari logam induk, HAZ,
Pengelasan sampai dengan pengambilan TMAZ dan stir zone pada hasil pengela-
kesimpulan dilakukan dengan tahapan san friction stir welding. Pada gambar 4
sebagai berikut: dapat dilihat hasil dari pengamatan foto
a. bahan dan alat yang digunakan untuk makro untuk pengelasan dengan variasi
penelitian dipersiapkan; feed rate 7,3mm/menit, 13mm/menit, dan
b. benda kerja yang sesuai diletakkan di 24mm/menit.
atas meja mesin milling. Posisi benda
kerja saling bersinggungan satu sama
lain;
c. putaran tool pada mesin milling verti-
cal diatur 120 rpm, feed rate secara
bergantian 7,3, 13, dan 24 mm/menit;
d. proses pengelasan friction stir weld-
ing;
e. lasan dibersihkan kemudian pembuat-
an spesimen untuk pengujian sesuai
standar ASTM; Gambar 4. Foto Makro Hasil Pengelasan
f. Setelah pembuatan spesimen kemudi- dengan Variasi Feed Rate:
an dilakukan pengujian tarik, uji (a) 7,3mm/menit, (b) 13mm/menit, dan
(c) 24mm/menit.
kekeras-an sesuai prosedur uji
merusak dan uji struktur mikro sesuai
Berdasarkan hasil foto makro, terdapat
standar ASM;
cacat berupa cacat wormhole. Cacat ini
g. data pengujian diambil dan dianalisis;
terjadi karena pada ujung pin mengalami
h. kesimpulan diambil dari hasil
pendinginan pada saat proses pengelasan
penelitian.
berlangsung sehingga material yang ber-
ada tepat pada ujung pin tidak lumer sem-
Indra P, Darsin, Sumarji, Sifat Mekanik dan Struktur Mikro Aluminium AA1100 Hasil Pengelasan 19
Friction Stir Welding Dengan Variasi Feed Rate

purna, akibatnya terdapat lubang meman- Gambar 6. Struktur Mikro Daerah Stir Zone
jang yang disebut cacat wormhole. Di- Dengan Variasi Feed Rate:
(a) 7,3mm/menit, (b) 13mm/menit, dan
mana panjang dari cacat wormhole ini (c) 24mm/menit, pembesaran 200x.
cenderung hampir sama dengan diameter
pin. Cacat ini juga bisa diakibatkan oleh TMAZ TMAZ TMAZ
kurangnya penetrasi pada saat proses
pengelasan.
HAZ HAZ HAZ
Hasil Uji Foto Mikro
Pengamatan struktur mikro dilakukan un-
tuk mengetahui perubahan struktur mikro
yang terjadi akibat adanya proses penge-
lasan dengan metode friction stir welding,
Gambar 7. Struktur Mikro Daerah Transisi
yaitu di daerah stir zone, TMAZ, HAZ,
Antara TMAZ Dan HAZ Dengan
dan base metal. Pada pengelasan friction Variasi Feed Rate:
stir welding paduan AA1100 hanya ter- (a) 7,3mm/menit, (b) 13mm/menit, dan
jadi penghalusan partikel-pertikel pada (c) 24mm/menit, pembesaran 200x.
daerah stir zone dan tidak terjadi peru-
bahan fase karena pada pengelasan ini FeAl3
FeAl3
FeAl3
tidak menggunakan logam pengisi.
Menurut ASM Hand Book Metalography
and Microstructures, partikel hitam yang
terdispersi merata pada matriks alumini-
um adalah FeAl3, seperti yang diperlihat-
kan pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 8. Struktur Mikro Daerah HAZ


Dengan Variasi Feed Rate:
(a) 7,3mm/menit, (b)13mm/menit, dan
(c) 24mm/menit, pembesaran 200x.

Gambar 5. Struktur Mikro Base Metal FeAl3 adalah suatu senyawa yang ter-
Aluminium AA1100, bentuk dari reaksi antara aluminium
Menurut ASM Hand Book Metalography And dengan Fe, dimana aluminium bereaksi
Microstructures (Kiri) Pembesaran 500x, mengikat Fe di atas 0,4% Fe. Semakin
Setelah Pengujian Mikrostruktur Dengan banyak butiran FeAl3 yang terbentuk se-
Pembesaran 200x (Kanan).
makin sulit pergerakan dislokasi yang ter-
jadi yang nantinya akan mengakibatkan
FeAl3 FeAl3 FeAl3
peningkat-an kekuatan dan kekerasan
logam. Struk-tur butir juga memiliki batas-
batas butir dan batas butir merupakan
rintangan bagi pergerakan dislokasi. Butir
semakin halus cenderung akan semakin
memperbanyak batas butir. Batas butir
yang banyak akan mengakibatkan gerakan
dislokasi semakin sulit yang nantinya juga
20 TEKNO, Vol: 16, September 2011, ISSN: 1693-8739

akan meningkatkan sifat mekanik dari Terhadap Regangan


logam.
Dari grafik pada Gambar 9 dan Gambar
Hasil Uji Tarik
10 terlihat jelas bahwa antara logam in-
Dalam pengujian tarik dikenal sifat tarik duk Aluminium AA1100 dengan logam
yaitu sifat-sifat yang berhubungan dengan yang sudah dilas memiliki perbedaan
pengujian tarik. Dalam sambungan las kekuatan tarik yang sangat signifikan,
sifat tarik dipengaruhi oleh sifat sifat yakni hampir mencapai 50% dari
logam induk. Sifat-sifat logam induk ada- kekuatan raw materialnya. Hal ini dikare-
lah sifat-sifat logam secara umum yang nakan pada daerah logam lasan mengala-
meliputi sifat fisik, sifat mekanik maupun mi perubahan struktur mikro akibat proses
sifat kimianya. Tabel 1 menunjukkan nilai penempaan pada saat pengelasan.
ultimate tensile strength hasil pengujian Kekuatan tarik tertinggi (UTS) terbesar
tarik dari hasil pengelasan aluminum terdapat pada proses pengelasan
AA1100 dengan metode friction stir menggunakan feed rate 24 mm/mnt yaitu
welding. sebesar 61,53 MPa, kemudian berturut-
turut yaitu feed rate 13 mm/mnt sebesar
Tabel 1. Data Hasil Pengujian Tarik 53,06 MPa, feed rate 7,3 mm/mnt sebesar
Feed rate Ao Lo ∆L UTS
ε (%) 49,4 MPa. Hal ini dise-babkan pengela-
(mm/mnt) (mm) (mm) (mm) (σ)
san dengan variasi feed rate 24 mm/menit
7,3 24 32 6,5 49,4 20,31
cenderung memiliki butiran-butiran FeAl3
13 24 32 6 53,06 18,75 yang lebih banyak dan lebih halus
24 24 32 8,5 61,53 29,69 dibandingkan dengan variasi feed rate
yang lain. Sedangkan kekuatan tarik ter-
endah terdapat pada variasi feed rate
7,3mm/menit, hal ini disebabkan input
panas terlalu tinggi. Input panas yang
tinggi ini akan mengakibatkan pend-
inginannya lebih lambat sehingga butir-
an-butirannya lebih besar yang pada
akhirnya menyebabkan penurunan
kekuatan pada hasil lasan.
Gambar 9. Grafik Variasi Feed Rate
Terhadap Kekuatan Tarik
Hasil Uji Kekerasan
Pengujian kekerasan ini dilakukan pada
tiap spesimen hasil pengelasan dengan
variasi feed rate. Tabel 2 menunjukkan
data hasil pengujian kekerasan dengan
menggunakan uji kekerasan Mikro Vi-
kers, kemudian pada Gambar 11 menun-
jukkan grafik perbandingan kekerasan
Gambar 10. Grafik Variasi Feed Rate pada setiap variasi pengelasan.

Tabel 2. Data Hasil Pengujian Kekerasan (BHN)


Feed rate BM HAZ TMAZ Stir Zone TMAZ HAZ BM
(mm/mnt) (VHN) (VHN) (VHN) (VHN) (VHN) (VHN) (VHN)
7,3 48.59 32.80 35.39 37.00 37.60 35.04 48.59
Indra P, Darsin, Sumarji, Sifat Mekanik dan Struktur Mikro Aluminium AA1100 Hasil Pengelasan 21
Friction Stir Welding Dengan Variasi Feed Rate

13 48.59 34.04 37.45 38.97 38.06 35.05 48.59


24 48.59 37.79 38.40 42.59 38.85 37.94 48.59

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian proses pengelasan
dengan metode friction stir welding yang
Gambar 11. Grafik Nilai Kekerasan Hasil telah dilakukan pada material Aluminium
Pengelasan Friction Stir Welding AA1100 dengan variasi feed rate maka
dapat diambil kesimpulan bahwa kekuat-
Dari grafik nilai kekerasan pada gambar an tarik maksimum dan regangan dari
11 dapat diketahui bahwa di daerah HAZ, hasil lasan mengalami penurunan yang
TMAZ dan stir zone terjadi penurunan signifikan dibandingkan dengan logam
kekerasan yang signifikan dibandingkan induknya. Dari pengamatan makro diketa-
material induk logam las, tetapi rata-rata hui pada semua variasi pengelasan terda-
pada daerah stir zone terjadi kenaikan pat cacat. Cacat ini terjadi karena pada
nilai kekerasan meskipun tidak terlalu ujung pin mengalami pendinginan pada
signifikan. Hal ini disebabkan pada saat proses pengelasan berlangsung se-
pengelasan ini tidak dimasukkannya hingga material yang berada tepat pada
logam baru (electrode) pada saat pengela- ujung pin tidak lumer sempurna, akibat-
san. Pada pengelasan busur adanya logam nya terdapat lubang memanjang yang di-
baru (electrode) dapat diatur tingkat me- sebut cacat wormhole. Cacat wormholes
chanical propertiesnya sesuai dengan terbesar terdapat pada hasil pengelasan
yang diinginkan. Pada pengelasan friction dengan feed rate 24mm/menit. Dari peng-
stir welding, penyambungan logam dil- amatan mikro diketahui bahwa bentuk
akukan dengan gesekan dan adukan tanpa butir pada daerah stir zone partikel FeAl3
memasukkan logam baru diantara materi- tersebar lebih merata pada matriks Al
al. yang disebabkan adanya proses adukan
Rata-rata nilai kekerasan paling besar pada saat pengelasan berlangsung. Se-
terjadi pada pengelasan dengan feed rate dangkan pada daerah HAZ butiran FeAl3
24mm/menit sedangkan kekerasan paling cenderung berukuran lebih besar diban-
rendah terjadi pada variasi feed rate dingkan dengan daerah pengelasan yang
13mm/menit. Hal ini terjadi karena pada lain. Hasil pengujian tarik diperoleh bah-
pengelasan dengan feed rate 24mm/menit wa rata-rata Ultimate Tensile Strength
menghasilkan butiran FeAl3 yang halus. (UTS) untuk pengelasan dengan menggu-
Butiran yang halus strukturnya lebih rapat nakan feed rate 7,3 mm/menit adalah
sehingga ikatan antar atomnya lebih kuat. 49,44 MPa, untuk feed rate 13 mm/menit
Rata-rata nilai kekerasan terendah terjadi adalah 53,06 MPa, dan untuk feed rate
pada daerah HAZ yaitu daerah ter- 24 mm/menit sebesar 61,53 MPa. Dari
pengaruh panas karena pada daerah HAZ hasil ini dapat diketahui bahwa kekuatan
ini butiran yang terbentuk kasar dan be- tarik tertinggi (UTS) terbesar terdapat
sar. Hal inilah yang menyebabkan pata- pada proses pengelasan menggunakan
han pada hasil uji tarik terjadi di daerah feed rate 24mm/menit. Hasil pengujian
HAZ, mengingat besar kekuatan tarik kekerasan menunjukkan bahwa logam las
suatu bahan selalu berbanding lurus kekerasannya lebih rendah daripada lo-
dengan harga kekerasannya.
22 TEKNO, Vol: 16, September 2011, ISSN: 1693-8739

gam induk. Rata-rata nilai kekerasan pa- of FSW of AA1100”, Supplement to


ling besar terjadi pada pengelasan dengan The Welding Journal, July 2011.
feed rate 24mm/menit, yaitu 37,86 VHN Jayaraman, M., dkk. “Optimization of
pada daerah HAZ, 38,62 VHN pada process parameters for friction stir
daerah TMAZ dan 42,59 VHN di daerah welding of cast aluminium alloy A319
Stir Zone, sedangkan kekerasan paling by Taguchi method”, Journal of Sci-
rendah terjadi pada variasi feed rate entific & Industrial Research, Vol. 68
7,3mm/menit, yaitu 33,92 VHN, 36,49 January 2009, pp. 36 – 43.
pada daerah TMAZ dan 37 VHN di ASTM Volume 9. 2001. Standard Test
daerah Stir Zone. Kekuatan tarik dan Methods for Tension Testing of Metal-
kekerasan logam las berbanding lurus lic Materials.
dengan kecepatan pengelasan (feed rate). Yuwono A, H. “Buku Panduan Praktikum
Secara umum sifat mekanis yang paling Karakterisasi Material 1 Pengujian
baik dari hasil penelitian pengelasan Merusak (Destructive Testing)”. 2009.
Aluminium AA1100 dengan metode Departemen Metalurgi Dan Material
Friction Stir Welding (FSW) terjadi pada Fakultas Teknik. Universitas Indone-
feed rate 24mm/menit. sia.
ASM Volume 9. 2001. Metalogrhapy And
Microstructure Analisys;
DAFTAR RUJUKAN AL Hasa, dkk., (2010), Pengembangan
Material Paduan Aluminium Dan
Okamura, T. & Wiryosumarto, H., Sifat Mekanik Melalui Proses
“Teknologi Pengelasan Logam”, Sintesis Dan Deformasi. Pusat
1996, Pradya Paramita, Jakarta. Teknologi Bahan Bakar Nuklir,
Nandan, R., DebRoy, T., Bhadeshia. BATAN, Kawasan Puspiptek, Serpong
H.K.D.H. “Recent advances in fric- 15314.
tion-stir welding – Process, weldment Wijayanto, Jarot & Agdha Anelis (2010)
structure and properties”, Progress in Pengaruh Feed Rate terhadap Sifat
Materials Science 53 (2008) 980– Mekanik pada Pengelasan Friction
1023. Stir Welding Alumunium 6110.
Biswas, P. dan Mandal, N. R. “Effect of
Tool Geometries on Thermal History

You might also like