Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 22
BABII ALAM DAN KEARIFAN EKOLOGIS MELAYU 1.1 Alam dalam Kearifan Ekologis Melayu Berbicara alam Melayu, kita seperti berada dalam surga kebudayaan. Orang Melayu menjadikan segala_sesuatu yang berada dekat dengan kchidupannya sebagai marwah yang telah terpahat dalam diri, Menjaga _keseimbangan, menciptakan —ikatan, juga bahkan menjalinhubungan yang harmonis dengan alam sekitar dan menjadi contoh “irtanpatberinps | satu di antara beberapa yang dekat dengan kehidupannya. “Alam — terkembang jadi guru” adalah ingatan ekspresi-ekspresi verbal maupun visual, yang merujuk ke alam, merepresentasikan hubungan harmonis manusia dan komunitas dengan lingkungannya. Hal itu tergambar dalam berbagai aktivitas keekonomian orang/masyarakat, misalnya dalam membuka ladang. Orang Melayu membuka hutan untuk berladang dilakukan dengan tahap-tahap yang cukup panjang. Diawali dengan menebas semak- 1 Saujana Perkampungan Melayu, sea: mast Rahmen) semak, menebang pohon-pohonnya, menutuh, melandang, membakar, memerun, membersihkan, dan meratakan tanahnya merupakan bagian dari proses. membuka ladang. Setelah tahap-tahap tersebut dilalui barulah dapat menanam padi Lain pula dalam adab melukah ikan. Orang Melayu menggunakan jaring yang berlobang cukup besar supaya hanya ikan yang berukuran besar saja yang terperangkap. Ikan yang masih kecil dapat lepas dan tumbuh hingga dewasa, Perburuan yang dilakukan orang Melayu tidaklah selalu dilakukan. Pada waktu-waktu tertentu seperti keperluan mendesak, perhelatan negeri, dan pada masa-masa yang berjarak, cukup lama berburu baru boleh dilaku pula dalam kegiatan merambah, orany melakukan pekerjaan ini hanya sekali d, setahun, 1.2 Konsep Kearifan Orang Melayu Secara etimologi kearifan ben dikenakan bagi orang Melayu, Orang tua-tua ‘mengatakan: ”"Kalau malu sudah hilang, hidupnya sama dengan binatang”. Dalam tunjuk ajar orang Melayu, sifat malu adalah cerminan moral. Malu berbuat kejahatan, malu melakukan_perbuatan tercela, malu berkata kasar, malu menyombong, malu menipu, maluberkhianat, malu mendurhaka, malu menjilat, malu mengambil muka, malu merampas hak orang lain, malu memunah lingkungan, dan sebagainya. Menghindari petaka adalah cara orang Melayu untuk menjaga pantang. Ketika melanggar Jarang, orang Melayu percaya akan a petaka. Dalam merusak hutan misalnya, ak petaka yang akan timbul akibat perbuatan > tersebut. Maka, orang Melayu berpantang dalam logi merupakan faktor determinan oses kebudayaan. Faktor-faktor ekologis bijaksana, cerdik dan pandai dalam melakukani »,itu-iantaranya beroperasi dalam relasi, Pertama, sesuatu tindakan atau perbuatan serta didasari oleh keilmuan, Kearifan orang Melayu terbentuk kecerdasan dan empirik melalui dialogis dengan alam dan gagasan-gagasan_ yang. berkembang kemudian. Bagaimanapun, agama Islam telah ‘menjadi arus utama penepis dari pengetahuan empirik dan dialog-dialog tersebut. Islam sebagai rujukan dituangkan dalam adat orang Melayu. Maka, orang Melayu mengatur segala kearifan berkenaan dengan hal itu. Kearilan orang Melayu wajud dalam aturan yang berpantang apabila melanggar syarak dan mengerjakan jika dituntut wajib dalam al-Qur’an dan disunahkan dalam al- Hadist. Berkenaan pantang-larang, dalam dunia kehidupan orang Melayu, selalu dihubungkan dengan adanya ancaman-larangan karena ada ancaman, Menyangkut dengan itu, ancaman malu bagi yang melanggar pantang dengan 50 Buku Sam: kepatuhan referensial menimbulkan kebudayaan yang bergerak mengikuti gerak ekologis yang given. Lebih jelas dapat dilihat dalam ekspresi-ekspresi kebudayaan yang menampilkan penerimaan tethadap alam semestasebagaimana_adanya, antara lain direpresentasikan dalam berbagai ritus pemujaan (termasuk di dalamnya: semaht) Kedua, resiprokal_ wujud dalam alam lingkungan dicksplorasi, ditelisik, dibaca dan diakrabi, diposisikan sebagai subyek tempat berbagi kognisi, emosi, dan keperluan-keperluan, berbagi berkah (alam terkembang jadi guru). Hal ini dapat dilihat dalam ckspresi-ekspresi verbal maupun visual, yang merujuk ke alam, merepresentasikan hubungan harmonis- manusia dan komunitas dengan lingkunganaya, Dalam konteks relasi kepatuhan referensial dan dan resiprokal, ekologi dan kebudayaan berada dalam senyawa teks dan Konteks. Semacam analog dengan hubungan antara ciel Gia Beads houm bn dapat a 1m Rimmba Larangsn. (Foto: InKslam] sarang dan burung-burung, tanah dan turtle tumbuhan, air dan segala hewan di dalamnya. Ketiga, _obyektif-eksploitatif dalam lingkungan — dijadikan untuk hal- hal yang memusat pada keperluan_ praktis pragmatis manusia (antroposentris). Lingkungan ditempatkan sebagai sumber daya alam semata, yang dipersembahkan untuk memenuhi h: tak terbatas manusia. Dominasi pandangan ini praktik-praktik — penghancuran ekosistem yang membawa dunia ke kehidupan serba-terancam. obyek srat memarakkan 13.1 ologi Fisik di Riaw a. Hutan Hutan merupakan satu clemen penting dalam pembentukan kebudayaan masyarakat Melayu. Selain sebagai bentuk kebesaran. sang Maha kehidupan bagi semua makhluk. Sangat amat Pencipta, hutan merupakan sumber penting antara_makhluk hidup dengan hutan. Orang Melayu melihat hutan sebagai sumber semula jadi menjalin hubungan yang harmonis aH" SWHBat penting dalam kehidupan ekonomi masyarikat buah- puakiii, ubi, pucuk kayu, umbut dan sebagainya merupakan bahan makanan utama mereka sejak zaman silam. Ada di kalangan mereka menanam Hasil-hasil_hutan seperti durian, petai, dan seumpamanya secara ekonomis untuk Kegunaan jangka panjang, Hutan juga menjadi tempat perburuan. Keperluan untuk menangkap hewan liar telah mendorong mereka mencipta berbagai-bagai alat_tangkapan dan senjata untuk memburu sumpitan, lembing, ranjau, jebak, jerat, bubu, lukah, belat dan sebagainya. Hutan juga menjadi sumber penting dalam. pembentukan ide tentang sistem kepercayaan dan ritual dan upacara tradisional_masyarakat seperti Melayu. Hutan hujan tropis yang senantiasa malar hijau disifatkan sebagai satu kawasan yang sejuk dan dipercayai menjadi kediaman makhluk halus seperti semangat, penunggu, orang bunian dan sebagainya. Sistem kepercayaan dan perobatan tradisional ini berperanan besar dalam pembentukan hubungan harmoni sesama manusia dan manusia dengan alam sekeliling khususnya sebelum kedatangan agama Hindu dan Islam. Di dalam hutan juga terdapat berbagai-bagai herba, akar kayu dan seumpamanya yang mempunyai Khasiat perobatan. juga berbagai- bagai mitos dan legenda yang berkaitan dengan ‘masyarakat tempatan, Setiap tempat atau kawasan yang dianggap istimewa di dalam hutan itu \diri dan menjadi kebanggaan masyarakat di kawasan Hutan mengandungi mempunyai cerita asal usulnya yang ters tersebut. Semua sistem kepercayaan, perobatan tradisional, mitos, dan legenda yang bersumber daripada hutan memberi makna yang, besar dalam pembentukan peraturan dan cararhidup) masyarakat asal rantau ini, Secara laf dan simpanan. Jika yang melanggarnya diberikan hukuman yang sesuai sepanjang adat (Ensiklopedi Bengkalis). Sebahagian hasil hutan dipasarkan. Catatan menunjukkan masyarakat di rantau ini terutamanya Suku Asli menjadi pembekal hasil hutan yang utama seperti kayu gaharu, tanduk, madu lebah, tikar pandan, getah jelutung, damar, rotan dan sebagainya sejak abad ke-5. b. Tanah Hutan dan tanah dua istilah yang berkaitan dengan hak dan marwah masyarakat Melayu. Jika hak dai marwah ini terganggu maka terganggulah inartabat empunya, Masyarakat Melayu mengenal Shutan tanah yang menjadi milik kelompok, kaum atau-magyarakat tertentu yang lazim_disebut atau tidak langsung mereka mmemprkenaan “anah 4vilayat” atau tanah ulayat yang diatur berbagai-bagai peraturan seperti pantang | nilai dan norma sebagai usaha_menge kesejabteraan dan Keharmonian dalam lingkup —kehidupan sedemikian ketat, baik pemeliharaannya maupunl pemanfaatannya. masyarakat Suku Asli misalnya kawasan hutan terbagi beberapa jenis, Ada sawah ladang, hutan produksi yang menyimpan kayu-kayu, rimba kepungan sialang mereka. Hutan Dalam ~olehhukum adat dan dihormati oleh hukum “negara. Hutan tanah yang tergolong tanah adat ini -pemilikan dan penguasaan serta pemanfaatannya _ dikukubkan oleh raja dengan s rat. Salah satu dari .empatanasir asal kejadian dalam alam Melayu dan wilayah yang dalam alam Melayu menjadi tempat kawasan bangunan Istana, rumah, dan pondok. Selain itu, tanah merupakan anasir keempat dalam alam Melayu, melengkapi api, air, dan angin. Sifat- 1 Perkampungan Melayu Foo: Inkbar 52 Hata ianiier Regma Cars Bartel tn Bs dopa Melee Kaw sifat manusia bermuara pada empat filosofi dalam alam Melayu ini. Dalam alam Melayu tanah menjadi sesuatu yang dibina, dilindungi, dan dijaga. Tanda orang memegang amanah Pantang merusak hutan dan tanah Beram tidak merusak kaye Berotan tidak merusak hutan Bergetah tidak merusak rimba Berumah tidak merusak tanah Berkebun tidak merusak dusun Berkampung tidak merusak gunung Berladang tidak merusak padang Adat hidup memegang amanah Taba menjaga hutan tanah Tahu menjaga bukit dan lembah, Effendy, (2006) Menggarap tanah secara tradisional d menggunakan tenaga_hewan kerbau. adalah lapisan tipis paling atas yang ment permukaan daratan bumi. ‘Tanah terbentukidarila grit hasif pelapukan atau erosi batuan induk (bahan anorganik) dan bahan-bahan organik yang berasal dari tumbuhan serta hewan yang telah membusuk. Tanah yang subur sangat berguna bagi pertumbuhan tanaman yang nantinya akan mengurangi risiko terjadinya erosi. Proses pelapukan batuan menjadi tanah dapatdikelompokkan menjaditiga,yaitupelapukan fisik, pelapukan kimia, dan pelapukan biologis. Pelapukan fisik terjadi pada batu-batuan yang terdapat di permukaan bumi akibat perubahan suhu bumi dan hujan. Proses pembentukan tanah melalui pelapukan kimia terjadi akibat masuknya hujan yang mengandung unsur-unsur kimia ke dalam batuan kapur schingga mengalami pelarutan dan kemudian mengalir melalui pori-pori batuan Kapur. Adapun pelapukan biologis dilakukan oleh makhluk hidup, seperti penghancuran oleh rayap dan akar tanaman Adat dan Adab Melaya Riau Kesuburan tanah secara relatif bergantung kepada tekstur susunan kimia tanah, persediaan air, sifat tanah bawah, dan iklim di atasnya, Berdasarkan pembagian jenis kesuburan tanah menurut orang Melayu, ada tiga jenis, yaitu tanah muda, tanah tua, dan tanah mati, Tanah muda adalah tanah yang mengandung banyak makanan atau unsur hara, air yang cukup, udara, dan butiran yang tidak terlalu besar. ‘Tanah jenis ini banyak dijumpai di sepanjang daerah aliran sungai. Tanah tua adalah tanah yang kandungan unsur hara di dalamnya sudah mulai berkurang, ‘Tanahtini terbentuk pada tanah-tanah yang ring dijadikan sebagai tanah perkebunan a unsur haranya berkurang. Adapun tanah, ii adalah tanah yang tidak mengandung unsur ‘Tanah ini biasanya terbentuk setelah dipakai *terlalufama tanpa disertai pemupukan atau akibat terjadi secara terus-menerus. Riau dialiri empat sungai besar_yaitu ingal” Kampar, Siak, Rokan, dan Kuantan/ Indragiri, Mobilitas orang di Riau pada masa dahulu mengikuti jalur sungai. Berbagai prosesi kehidupan orang Melayu merujuk ke sungai, misalnya berbagai ritual dan upacara-turun mandi, berbual di tepian mandi (mencarikan jodoh untuk anak atau keponakan), mandi berlimau, dan lain sebagainya-, mencari penghidupan, mobilitas interelasi, upacara kematian, dan lain sebagainya Mereka menjadikan sungai sebagai timang- timangan negeri. Bagi mereka, rusak sungai samalah dengan cerminan rusaknya negeri Ada 19 menyebutkan perahu. Penamaan itu sesuai dengan ragam bentuk dan ukurannya. Meskipun pada saat ini perahu hanya digunakan oleh masyarakat dii Riau yang tinggal di aliran sungai yang tidak memiliki akses jalan. Pembangunan jalan secara telah menggantikanperahu sebagai tranportasi utama di Riau sebutan atau nama untuk masi 53 1 Sungai. Mandi Balimay di Batang Kama (tas) Menjari Effendy{2006) menjelaskan beberapa pembagian yangiilam dalam adat, dikenal sebagai pembagian haan tanah dan kepemilikan pribadi, suku dan um’; kerajaan, negeri, masyarakat luas, dan lain .againya. Dari segi peruntukan itu, maka hutan turun-temurun, tampak bahwa keseharianOxang) adanitanahbenantiasa ditentukan menurutadat. Hal Melayu hidup dari hasil laut dan hasil hutan serta dari hasil mengolah tanah, Dari hubungan yang erat itu, orang Melayu ini tercermin dari adanya hutan yang dilindungi yang disebut “rimba larangan’, “rimba kepungan’, atau“ ;pungan sialang’, dan lain sebagainya. 1m Pacu Jalur, Alam adalah Sarang dari Trad, Ritual, dn Upacara Filla 61 1.6.1 Kepatuhan Wilayah adat kedatuan (ulayat) memiliki hutan di ujung negerinya yang disebut hutan simpanan dan hutan larangan. Kedua hutan ini sebagai penyanggah negeri yang di dalamnya tersimpan marwa dan jati diri negeri. Bila suatu negeri tidak memiliki hutan tanah, maka negeri itu dianggap tidak bermarwah dan bermartabat, Hukum — adat menciptakan kepatuhan orang Melayu terhadap penggunaan alam lingkungan, Di hutan adat, seseorang yang menebang kayu harus mendapat_persetujuan negeri dan harus menanam kayu sejenis terlebih dahulu sebelum menebang. Perunt yang ditebang itu juga tidak sebaga dagangan atau hanya boleh dipergunal rumah ibadah, sarana umum, bantuan sosial p demi keluarga yang kurang mampu, dan perunfikah™) negeri. Selain peruntukan demikian, pe menebang kayu di hutan adat dianggap pelanggaran dan kepadanya dijatuhkan atau sanksi. 1.6.2 Dialogik Keterbukaan orang Melayu dalam menjaga alam lingkungannya telah berlangsung lama. Dialogantara manusia dengan alamlingkungannya tergambar dalam berbagai cara orang Melayu memanfaatkan alam dan memeliharanya. Pada kegiatan menumbai misalnya, orang Melayu tidak membunuh Iebah yang melindungi madu di sarangnya. Mereka menempatkan Iebah. sebagai binatang yang patut dijaga dan disanjung, Manumbai adalah kegiatan mengambil madu lebah di pohon sialang yang dilaksanakan dengan serangkaian prosesi. Kegiatan ini umumnya dilaksanakan pada malam bulan gelap, i lokasi tumbubnya sialang atau pohon tempat lebah bersarang, Manumbai dipimpin oleh seorang dukun Jobah (dukun lebah) yang disebut juagan (juragan). Ta dibantu oleh dukun sambut, yang bertugas mengumpulkan madu setelah juagan mengambil sarang dari dahan pohon. Di beberapa masyarakat adat, prosesinya dihadiri oleh kepala suku. Perlengkapan yang diperlukan antara lain: funam yaitu suluh atau obor dari daun kelapa Kering (untuk mengusir lebah dari sarangnya), tempayan (penampung madu dan lilin lebah), tali (untuk menurunkan tempayan yang berisi madu dan lilin lebah), dan tangga bambu (untuk ‘memanjat pohon).. Prosesi dilaksanakan dengan melantunkan a yang berbentuk menggambarkan situasi yang dihadapi dijalani oleh juagan. ‘Tema utama prosesi syair-syairnya “sebagaimana tercermin dalam pantun-pantun ppada kekasihnya, Dalam hal ini, Iebah n sebagai gadis kekasih sang juagan. injungan sosial tersebut_ berlangsung pertahap, sebagai berikut: www. lamriauiMéminta izin berkunjung ke rumah si gadis’. Pada tahap ini, juagan memulai dengan membaca mantera, kemudian perlahan-lahan menepuk batang sialang menunggu jawaban lebah-lebah, Dengung ribuan lebah adalah pertanda juagan diizinkan memanjat pohon. Tetapi jika tidak terdengar dengung, maka pemanjatan_harus ditunda, ‘“Mengucap salam dan menghormati tuan rumah. Setelah mendapatizin, sambil mengeliling! pohon sialang tiga kali, juagan menyanyikan lagu ritual menuo sialang yang berisi penghormatan kepada roh atau “tuan” pohon sialang. Salah satu versi pantun menuo sialang ini yaitu: Pinjam tukul pinjam landean pinjam pemukul pinjam landasan Untuk memukul kalakati untuk memukul kalakati 2 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budays Melays Riss Pinjam dusun pinjaam laman jam dusun pinjam halaman ‘Numpang memain sekolans ki ‘numpang bermain di kelam ini Popat-popat tana ibu pepat-pepat tanah ibu ‘Mati popat di tana tombang ‘mari dipepat di tanah tombang Nonap-nonap Cik Dayang tidow lelap-lelap Cik Dayang tidur Juagan mudo di pangkal sialang juagan muda di pangkal sialang Cik Dayang menggulung daun Cik Dayang menggulung daun Tagulung suat katoba tergulung surat khotbah, Tujuh musim sombilan tahun tujuh musim sembilan tahun Buat kitojangan dia buat kita jangan diubah ‘Menaiki rumah Juagan bers Mangulang daia ke muko menjulang darah ke muka Ketika makin mendekati sarang. lebah, juagan menyanyikan: Bukan elok ulu badik bukan (main) elok hulu badik Untuk pa'uki baling-baling untuk pengukir baling-baling Bukan elok tompat ak bukan (main) elok tempat adik to duduk besanding mpat kita duduk bersanding Tomy 1-1? ‘Bertemu si gadis. Ketika juagan telah di alekat sarang dan akan_mulai_menyingkiskan Iba, _juagan menyanyikan lagu berikut: mudik mendudu k buaya mudik mendudu i di pelabuhan memanjat pohon sambil_menyanyikan, Jaw...) niakjsampai di pelabuhan berikut: Diilei awang di ulu awang di hilir awang di hulu awang Pandan tebwang di tongah-tongah pandan terbuang di tengah-tengah Di ilei kasih di ulu sayang di hilir kasih di hulu sayang Badan tebuang di tongah-tongah badan terbuang di tengah-tengah Begitu. mencapai dahan tempat sarang lebah, juagan menyanyikan lagu berikut: ‘Masa bua kombang mani ‘masak buah kembang manis Masak sabutie dijaut ungko masak sebutir dijangkau ungka Kami batomu nan itam mani kami bertemu dengan si hitam manis Adat dan Adab Melaya Riau util Kuning bukakan baju Putih Kuning bukakan baju “Abang menengok betubuhan abang menengok petubuhan Lalu juagan mengusap sarang lebah dengan tunam, Percikan api dari tunam diikuti oleh lebah- lebah ke tanah, Lebah-lebah yang jatuh itu tidak mati, dan menjelang siang mereka terbang kembali ke pohon. Setelah lebah-lebah_meninggalkan sarangnya dan juagan mulai mengambil madu, ja menyanyikan lagu yang disesuaikan dengan situasi yang dihadapinya. Jika juagan menemukan sarang yang tidak bermadu, ia misalnya akan menyanyikan lagu berikut: Banyak nyamuk sialang bandung banyak nyamuk sialang bandung 63 Duo kali tulun ke tanah dua kali turun ke tanah ‘Apo mengamuk ati nan jantung kenapa mengamuk hati dan jantung Jtam mani indak di umah hitam manis tidak di rumah Jika juagan menemukan sarang bermadu, ia mengambil lilin lebah, lalu dimasukkan ke dalam wadah yang sudah disiapkan, kemudian diturunkan dengan tali dan disambut oleh pembantu-pembantu yang menunggu di bawah pohon bersama kepala suku. pekerjaan mengambil madu hampir sel ‘menyanyikan lagu perpisahan sebagai b sagan pS Apo tensu kayu diimbo apa tensu kayu di rimba Mai ko buat papan penaik ‘mari kubuat papan penaik Adik bongsu jangan baibo adik bungsu jangan bethiba Kolar esok naik balik kelam besok naik balik ww 1.7 Kearifan Melayu dalam Pemanfaatkan Alam Lingkungan 1.7.1 Pembagian Ruang, Ruang kehidupan (alam lingkungan) orang Melayu sangat berbeda dengan konsep desa yang diterjemahkan negara Indonesia. filosofi wilayah adat, pada umumnya ruang terbagi 5 lanskap fungsi yaitu: - Tanah kampung: untuk tempat permukiman dan pemakaman - Tanah dusun: keras atau pohon yang memerlukan waktu lebih dari satu tahun seperti karet, durian, nangka, petai, manggis dan sebagainya. - Tanah peladangan: untuk menanam ladang padi, ubi kayu dan tanaman semusim Berdasarkan nah untuk kebun dan tanaman 64 1m Romah Tua di Pajad [0 fenyampaikan salam perpisahan’. Bila jy A ~_,) membersihkan, dan meratakan_ tanahnya, -— Wilayah lainnya. Secara umum tanah peladangan/ ladang dibuat dengan membuka hutan, Gménebas semak-semak, menebang pohon- ohonnya, menutuh, membakar, memerun, Penanaman padi di ladang bergantung pada ©. hufan, schingga petani menanam padi pada “

You might also like