Pengaruh Peer Group Support Terhadap Perilaku Jajanan Sehat Siswa Kelas 5 SDN Ajung 2 Kalisat Jember

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

PENGARUH PEER GROUP SUPPORT TERHADAP PERILAKU JAJANAN SEHAT

SISWA KELAS 5 SDN AJUNG 2 KALISAT JEMBER

THE EFFECT OF PEER GROUP SUPPORT TO CONDUCT 5 GRADE STUDENTS


HEALTHY SNACKS SDN AJUNG 2 KALISAT JEMBER
Quasy Experiment Research

Alfid Tri Afandi, Retno Indarwati, Setho Hadisuyatmana


* Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya
Telp. 085739791090, Email : Alfid_fandi@yahoo.com

ABSTRACT
Snacking behavior has become a new culture for all group of age. The percentage of
mixed snack with harmful substances is remained high. Peer group support is known to be
succesfull to establish children’s healthy behavior. Those who are involved in a peer group
support may assess what they do, whether it is better, equal, or worse than other who do not
inside a group. Therefore, this study was to investigate the significance of peer group support
to healthy snacking behavior of school age in SDN Ajung 2 Kalisat Jember.
The design used in this study was quasy experiment, consist of 38 respondents drawn
from SDN Ajung 2 Kalisat of 5 grade students taken using simple random sampling. The
collected data obtained through a close-ended questionnaire given to respondents, and were
then analyzed using Wilcoxon Signed Rank test and Mann Whitney U test with the
significiance level of α≤0,05.
The results of this study were that the knowledge (p=0,001) and actions (p=0,019)
influenced by peer group support, but not in attitude. Peer group support was not proven
significantly to change attitude (p=129). This may because that changing attitude takes time to
be assesed (Notoatmodjo, 2003).
All in all, peer group support can be applied as one of the methods to change the
snacking behavior of school aged children. However, peer group support needs more time to
be proven effective in changing all domain of behavior. Therefore further studies are
recommended to investigase the effect of peer group support to snacking behavior in longer
periode.

Key words: Peer group support, healthy snacks and behaviors of students.

PENDAHULUAN salah satu alternatif makanan bagi anak


Budaya jajan menjadi bagian dari sekolah, nilai gizi dan nilai keamanan
keseharian hampir semua kelompok usia maka makanan jajanan masih perlu
dan kelas sosial, termasuk anak usia mendapat perhatian (Muhilal dkk, 2006
sekolah dan golongan remaja (Titi S, 2004 dalam Qonita, 2010).
dalam Qonita, 2010). Hampir semua anak Berdasarkan hasil wawancara
usia sekolah suka jajan (91,1%), selain peneliti pada tanggal 12 Maret 2012
nilai gizi makanan jajanan yang relatif dengan guru penjaskes Sekolah Dasar
rendah, keamanan pangan makanan jajanan Negeri (SDN) Ajung 2 Kalisat Jember,
juga menjadi masalah. Hasil penelitian perilaku siswa belum mencerminkan
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia perilaku jajanan yang sehat. Setiap istirahat
(YLKI) menyimpulkan bahwa persentase anak-anak selalu membeli makanan yang
makanan jajanan anak Sekolah Dasar (SD) dijual di depan sekolah, rata-rata makanan
yang dicampur dengan berbagai zat yang dijual belum sehat seperti cilok,
berbahaya masih sangat tinggi. Sebagai permen, dan es sirop. Pada Februari 2012,
2 siswa yang setelah jajan di pagi hari sering mengalami keracunan Pangan
perutnya sakit dan keesokan hari pihak Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
sekolah mendapat surat dari orang tua yang (Andarwulan et al, 2009).
menyatakan siswa tersebut terkena diare. Penyakit yang diderita oleh anak
Selama ini guru penjaskes di SD tersebut SD terkait perilaku jajanan tidak sehat
telah melakukan penyuluhan tentang diantaranya cacingan 40-60%, anemia
bahaya jajan yang tidak sehat, namun 23,2%, karies dan periodontal 74,4%.
siswa masih tetap saja jajan sembarangan. Akibat perilaku yang tidak sehat ini dapat
Menurut studi pendahuluan peneliti selama pula menimbulkan persoalan yang lebih
2 hari pada tanggal 12 Maret 2012, 74% serius seperti ancaman penyakit menular
dari 240 siswa SDN Ajung 2 Kalisat pada anak usia sekolah karena sekolah
Jember jajan jajanan yang tidak sehat. merupakan lokasi sumber penularan
Siswa kelas 5 sebanyak 20% dari 74 % penyakit infeksi pada anak (Depkes, 2005).
total siswa SDN Ajung 2 Kalisat Jember Penelitian lain yang dilakukan oleh BPOM
yang jajan jajanan tidak sehat, yaitu (2011) di daerah Jakarta Timur
sebanyak 36 siswa dari 40 siswa kelas 5. mengungkapkan bahwa jenis jajanan yang
Peer group support (dukungan sering dikonsumsi oleh anak-anak sekolah
kelompok sebaya) diharapkan dapat adalah lontong, otak-otak, tahu goreng,
meminimalkan perilaku jajanan yang tidak mie bakso dengan saus, ketan uli, es sirop,
sehat. Dukungan kelompok sebaya dapat dan cilok. Berdasarkan uji lab, pada otak-
meningkatkan kemandirian dan otak dan bakso ditemukan borax, tahu
memberikan sesuatu yang bermanfaat goreng dan mie kuning basah ditemukan
dalam kelompok (Santoso, 1999). Hal ini formalin, dan es sirop merah positif
ditujukan terutama pada para siswa kelas V mengandung rhodamin B. Bahan-bahan ini
SD, karena perkembangan sosial dan dapat terakumulasi pada tubuh manusia
emosional pada anak yang duduk di kelas dan bersifat karsinogenik yang dalam
V dan VI sekolah dasar adalah mudah jangka panjang menyebabkan penyakit-
dibangkitkan semangatnya, suka pada penyakit seperti kanker dan tumor pada
kegiatan kelompok dan loyal terhadap organ tubuh manusia. Kandungan gizi dari
kelompoknya (Budiman, 2007). Namun makanan jajanan diatas seperti cilok terdiri
sampai saat ini peer group support belum dari kadar karbohidrat yang tinggi
pernah dilaksanakan di SDN Ajung 2 sedangkan proteinnya rendah, mie bakso
Kalisat Jember. terdiri dari lemak (2.51%), protein
Pada tahun 2005, Badan Pengawas (5,78%), karbohidrat (39,30%) dan
Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia kandungan tambahan lainnya seperti air
telah melakukan pengujian terhadap 861 (50,13%). Mengkonsumsi cilok dan mie
jenis makanan jajanan anak di sekolah di bakso dapat menambah kebutuhan protein,
195 sekolah dasar di 18 kota, seperti lemak dan karbohidrat, tapi tanpa bahan
Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandar tambahan pangan berbahaya yang tidak
Lampung, Denpasar, dan Padang. Hasil uji baik bagi tubuh (Anita, 2006).
menunjukkan bahwa 39.9% dari jajanan Akhir-akhir ini juga terungkap
yang diperjualbelikan tidak memenuhi bahwa reaksi simpang makanan tertentu
syarat keamanan pangan. Data Kejadian ternyata dapat mempengaruhi fungsi otak
Luar Biasa (KLB) keracunan pangan yang termasuk gangguan perilaku pada anak
dihimpun oleh Direktorat Surveilans dan sekolah. Gangguan perilaku tersebut
Penyuluhan Keamanan Pangan (SPKP) meliputi gangguan tidur, gangguan
BPOM, dari 26 BPOM di seluruh konsentrasi, gangguan emosi, hiperaktif
Indonesia pada tahun 2006 menunjukkan dan memperberat gejala pada penderita
21,4% kasus terjadi di lingkungan sekolah autism. Pengaruh jangka pendek
dan 75,5% kelompok siswa anak SD paling penggunaan Bahan Tambahan Pangan
(BTP) ini menimbulkan gejala-gejala yang Desain Penelitian ini menggunakan
sangat umum seperti pusing, mual, desain Quasy Experiment (Post Test Only
muntah, diare atau bahkan kesulitan buang Control Group Design). Desain penelitian
air besar (Judarwanto, 2006). ini berupaya mengungkapkan hubungan
Keinginan anak untuk menjadi satu sebab akibat dengan cara melibatkan
dengan manusia lain yang berbeda di kelompok kontrol disamping kelompok
sekelilingnya (yaitu masyarakat) dan eksperimental (Nursalam, 2008). Pada
keinginan untuk menjadi satu dengan kelompok perlakuan diberikan peer group
suasana di sekelilingnya, menyebabkan support sebagai upaya perubahan perilaku
mereka membentuk kelompok teman siswa kelas 5 SDN Ajung 2 Kalisat
sebaya (Soekanto, 1994). Kelompok teman Jember. Pada kelompok kontrol diberikan
sebaya memungkinkan individu untuk kegiatan lain yaitu materi tentang UKS dan
saling berinteraksi, bergaul dan P3K. Populasi dalam penelitian ini adalah
memberikan semangat dan motivasi siswa kelas 5 yang berjumlah 40 siswa di
terhadap teman sebaya yang lain secara SDN Ajung 2 Kalisat Jember. Besar
emosional. Ikatan secara emosional dalam sampel pada penelitian ini didapatkan 38
kehidupan peer group akan mendatangkan responden menggunakan metode simple
berbagai manfaat dan pengaruh yang besar random sampling berdasarkan kriteria
bagi individu yang berada dalam kelompok inklusi yaitu: bersedia menjadi responden,
tersebut. Adapun salah satu manfaat pernah mendapatkan pendidikan kesehatan
kelompok teman sebaya yaitu dapat tentang jajanan sehat, dan pernah membeli
membantu anak mengembangkan jajanan di luar sekolah. Kriteria eksklusi
kesadaran yang rasional dan skala nilai pada penelitian ini adalah sakit dan tidak
orang tua yang cenderung diterima anak masuk sekolah pada waktu penelitian.
(Hurlock, 2010). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10
Melalui kelompok teman sebaya Mei-4 Juni 2012.
anak-anak menerima umpan balik dari Variabel independen dalam
teman-teman mereka tentang kemampuan penelitian ini adalah peer group support.
mereka. Anak-anak menilai apa yang Vareabel dependen dalam penelitian ini
mereka lakukan, apakah dia lebih baik, adalah perilaku jajanan sehat siswa kelas 5
sama, ataukah lebih buruk dari apa yang SDN Ajung 2 Kalisat Jember yang terdiri
anak-anak lain kerjakan. Hal demikian dari pengetahuan, sikap dan tindakan.
akan sulit dilakukan dalam keluarga karena Intrumen pada penelitian ini adalah
saudara-saudara kandung biasanya lebih dengan menggunakan kuesioner perilaku
tua atau lebih muda (bukan sebaya) jajanan sehat dari Purtiantini (2010).
(Santrock, 2005). Dukungan teman sebaya Kuesioner pengetahuan terdiri dari 15
dapat membantu anak dalam mengambil pertanyaan (11 positif dan 4 negatif),
keputusan terutama dalam perilaku jajanan kuesioner sikap terdiri dari 15 pertanyaan
sehat. Penerapan metode ini sangat (11 positif dan 4 negatif) dan lembar
berguna bagi anak yang seumuran atau observasi tindakan terdiri dari 5 pertanyaan
sebaya. Melaksanakan peer group support (2 positif dan 3 negatif).
sangat berguna untuk membentuk perilaku
yang sehat pada anak. Dalam satu
kelompok akan saling mengingatkan demi HASIL PENELITIAN
berjalannya tujuan bersama yang Distribusi data demografi
disepakati diawal, yaitu berperilaku sehat responden pada penelitian ini, dari 38
dengan mengkonsumsi makanan jajanan responden yang dibagi dalam 2 kelompok
sehat. yaitu kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol. Jenis kelamin pada kelompok
BAHAN DAN METODE perlakuan laki-laki lebih banyak daripada
perempuan, sedangkan pada kelompok dilaksanakan. uang saku responden
kontrol lebih banyak perempuan daripada diketahui mayoritas yaitu Rp.2.000-
laki-laki. Menurut Oktaviana (2008), jenis Rp.5.000, pada kelompok perlakuan
kelamin laki-laki pada tahap berjumlah 18 responden dan kelompok
perkembangan industry vs inferioritas kontrol juga berjumlah 18 responden.
lebih memiliki rasa tanggung jawab dan Menurut Andarwulan (2009), tingkat uang
kepemimpinan yang lebih baik daripada saku yang relatif tinggi dapat membuat
perempuan. usia responden diketahui anak suka jajan yang berlebihan, sehingga
mayoritas berusia 11 tahun, untuk meningkatkan resiko jajan jajanan yang
perlakuan yang berusia 11 tahun 15 tidak sehat. Responden yang membawa
responden dan untuk kontrol 13 responden. bekal lebih sedikit daripada yang tidak
Perkembangan anak pada usia 10 tahun membawa. Pada kelompok perlakuan
lebih kepada transisi egosentris ke hanya 6 responden yang membawa bekal.
pemikiran objektif, sedangkan pada usia 11 Anak SD suka membeli jajanan karena
tahun lebih mengarah ke tahap pemikiran tidak membawa bekal dari rumah serta
objektif dan tindakan logis. Perkembangan kemasan jajanan yang berwarna mencolok
anak usia 12 tahun lebih mengarah pada dan lebih menarik.
pemikiran konkret pada hal yang akan

Tabel 5. 1 Analisa hasil pre-test dan post-test perilaku jajanan sehat siswa kelas 5 SDN
Ajung 2 Kalisat Jember .

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


Interpretasi
Hasil Pre-test Post-test Pre-test Post-test
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Pengetahuan 10 52,6 17 89,5 8 42,1% 8 42,1%
Sikap 12 63,1 13 68,4 16 84,2 17 89,5
Tindakan 7 33,9 10 52,6 9 47,4 7 33,9
test menunjukkan nilai p=0,000, yang
PEMBAHASAN artinya terdapat perbedaan antara kelompok
Sebelum dilaksanakan peer group support perlakuan dan kontrol.
pada kelompok perlakuan mayoritas Pada saat intervensi dilakukan
pengetahuan responden sudah bagus yaitu terhadap responden, proses belajar terjadi
10 siswa dikatakan baik. Setelah pada setiap responden. Belajar adalah
pelaksanaan peer group support terjadi proses perubahan perilaku atau kecakapan
peningkatan pengetahuan sehingga 17 manusia karena adanya interaksi antar
responden memiliki pengetahuan tentang individu, dan individu dengan
jajanan sehat yang baik. Responden lingkungannya, sehingga mereka lebih
melakukan peer group support sesuai mampu untuk berinteraksi dengan
dengan kriteria sehingga responden tahu lingkungannya (Roger, 2003 dalam
dan mengaplikasikan pengetahuan yang Nursalam, 2008). Pengetahuan atau kognitif
mereka dapatkan dari intervensi. merupakan domain penting untuk
Pengolahan data menggunakan uji statistik terbentuknya tindakan seseorang
wilcoxon signed rank test, didapatkan nilai (Notoadmodjo, 2007). Karena dari
signifikasi p=0,001, artinya peer group pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
support dapat meningkatkan pengetahuan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
siswa SDN Ajung 2 Kalisat Jember lama daripada perilaku yang tidak didasari
terhadap jajanan sehat. Menurut hasil uji oleh pengetahuan.
lebih lanjut menggunakan mann whitney u
Belajar adalah mengambil signed rank test dan mann whitney u test.
tanggapan-tanggapan dan menggabungkan Pada uji wilcoxon didapatkan nilai
tanggapan dengan jalan berulang. signifikasi p=0,129 sehingga H1 ditolak,
Tanggapan-tanggapan tersebut diperoleh artinya peer group support tidak
melalui pemberian stimulus, semakin berpengaruh terhadap perubahan sikap
banyak dan sering diberikan stimulus, maka tentang jajanan sehat pada siswa kelas 5
semakin banyak tanggapan pada subjek SDN Ajung 2 Kalisat Jember. Pada uji
belajar (Notoadmodjo, 2007). Peningkatan mann whitney didapatkan nilai p=0,209,
pengetahuan responden setelah diberikan yang artinya tidak terdapat perbedaan
peer group support dapat dipengaruhi oleh antara kelompok perlakuan dan kontrol.
metode yang cocok digunakan dengan masa Nilai sikap semua responden pada
perkembangan sosial dan emosional anak. kelompok perlakuan terdapat peningkatan
Selain itu pertanyaan untuk mengukur walaupun tidak signifikan. Salah satu hal
tingkat pengetahuan anak harus sesuai, dari yang mempengaruhi perubahan sikap
pertanyaan sederhana sampai dengan diduga adalah stimulus yang belum
pertanyaan kompleks perlu diberikan tersampaikan. Roger dalam Notoatmodjo
kepada responden secara tepat. (2003) menjelaskan bahwa sebelum
Proses pembelajaran yang tidak seseorang menghadapi sikap baru maka
optimal akan mempengaruhi persepsi dalam diri tersebut terjadi proses
seseorang sehingga perubahan untuk berbenturan yaitu mengetahui stimulus,
berperilaku hidup sehat akan sulit tertarik dengan stimulus, mencoba bersikap
didapatkan. Perubahan pengetahuan yang baru kemudian mencoba menghadapi sikap
diperoleh merupakan salah satu hasil dari baru. Selain itu, hasil sikap pada responden
peer group support yang diterapkan. Peer kemungkinan dipengaruhi oleh faktor yang
group support adalah suatu cara dimana mempengaruhi perubahan sikap.
setiap antar teman seusia atau sebaya saling Anak dalam penelitian ini diduga
menjaga dan mendukung setiap kegiatan masih dalam tahap tertarik dengan stimulus,
positif dan mengingatkan jika melakukan sehingga belum dapat diambil satu
kegiatan yang negatif. Pada penelitian yang kesimpulan dalam perubahan sikap.
dilaksanakan, usia responden sebagian Menurut hasil uji yang dilakukan tidak ada
besar berusia 11 tahun. Metode peer group perubahan dalam sikap, namun secara nilai
support cukup menyenangkan dan sesuai setiap individu sudah ada peningkatan sikap
dengan tahap perkembangan anak usia yang baik, ini ditunjukkan dengan
sekolah khususnya pada kelas 5 yang rata- peningkatan sikap yang baik pada
rata usia responden 11 tahun berada dalam responden 28. Kemampuan belajar antar
perkembangan sosial dan emosional yang individu tersebut berbeda-beda, namun
mudah dibangkitkan semangatnya, perbedaan yang dimaksud belum dapat
menyukai kegiatan berkelompok dan loyal dijelaskan lebih lanjut.
terhadap kelompoknya (Budiman, 2007). Hasil temuan peneliti di lapangan
Peer group support dapat melihat para responden tidak terlalu
meningkatkan pengetahuan anak diduga menerima terhadap perubahan sikap yang
karena pada proses diskusi terjalin diharapkan peneliti. Hal ini kemungkinan
pertukaran informasi yang diketahui anak. siswa kelas 5 SDN Ajung 2 Kalisat Jember
Semua responden pada penelitian ini belum sudah mempunyai sikap yang baik tentang
pernah mendapatkan peer group support jajanan sehat, sebagai contoh yang
terhadap jajanan sehat. dilakukan oleh peneliti saat pra penelitian
Peer group support tidak (pra tes) terdapat responden yang
menunjukkan hasil yang signifikan terhadap mengetahui dalam memilih jajanan harus
perubahan sikap responden. Pengolahan memilih makanan yang tertutup dan tidak
data menggunakan uji statistik wilcoxon dihinggapi lalat, namun dalam hal tindakan
siswa tersebut tetap memilih makanan yang ketika keputusan inovasi sudah dibuat,
terbuka dan dihinggapi lalat. maka klien akan mencari dukungan atas
Setelah diberikan intervensi berupa keputusannya ini. Menurut Rogers (2003)
peer group support terjadi perubahan keputusan ini dapat menjadi terbalik apabila
tindakan yang cukup signifikan pada anak si pengguna menyatakan ketidak setujuan
dalam perilaku jajanan sehat. Pengolahan atas pesan-pesan tentang inovasi tersebut.
data menggunakan uji statistik wilcoxon Peningkatan tindakan yang
signed rank test dan mann whitney u test. signifikan pada penelitian ini dapat
Pada uji wilcoxon kelompok perlakuan disebabkan karena mereka menggunakan
didapatkan nilai signifikasi p=0,019, jadi metode peer group support dalam hal
p≤0,05 maka H1 diterima artinya ada berdiskusi mengenai jajanan yang sehat.
pengaruh peer group support terhadap Pada saat penelitian, peneliti yang dibantu
perubahan tindakan perilaku jajanan sehat dengan wali kelas mengobservasi
pada siswa kelas 5, untuk uji mann whitney responden. Tindakan yang responden
didapatkan nilai p=0,000, yang artinya lakukan menunjukkan perubahan yang
terdapat perbedaan antara kelompok signifikan yaitu yang berawal suka jajan
perlakuan dan kontrol. sembarangan menjadi jajan di kantin
Praktik merupakan domain perilaku sekolah dan responden juga membawa
yang ketiga setelah pengetahuan dan sikap bekal untuk menghindari jajan
(Notoadmodjo, 2007). Setelah mengetahui sembarangan. Perubahan tindakan yang
stimulus atau obyek, kemudian terjadi pada responden diduga terjadi
mengadakan penilaian atau pendapat karena adanya ajakan dari teman sebaya
terhadap apa yang diketahui, kemudian untuk membeli jajanan sehat atau
seseorang diharapkan mampu membawa bekal dari rumah.
melaksanakan, mempraktikan atau memiliki Responden dari kelompok perlakuan
kemampuan praktik terhadap apa yang mayoritas berumur 11 tahun, usia ini berada
diketahui dan disikapi. Pengetahuan atau pada tahap perkembangan sosial dan
kognitif merupakan domain yang sangat emosional yang mudah dibangkitkan
penting terbentuknya tindakan seseorang semangatnya, menyukai kegiatan kelompok
(Notoatmojo, 2007). Penelitian Rogers dan loyal terhadap kelompoknya (Budiman,
(2003) mengungkapkan bahwa sebelum 2007). Umur sangat mempengaruhi
orang mengadopsi perilaku baru perilaku seseorang sehingga bisa
(berperilaku baru), di dalam diri orang mempengaruhi terhadap daya tangkap dan
tersebut terjadi proses yang berurutan, pola pikir seseorang. Semakin bertambah
yakni 1) Knowledge (pengetahuan) pada usia akan semakin berkembang pula daya
tahapan ini suatu individu belajar tentang tangkap dan pola pikirnya, sehingga
keberadaan suatu inovasi dan mencari pengetahuan yang diperolehnya semakin
informasi tentang inovasi tersebut. 2) membaik (Notoatmojo, 2007). Pada peer
Persuasion (bujukan) tahap persuasi terjadi group support menurut Santoso (1999)
ketika individu memiliki sikap positif atau memiliki fungsi memberikan bimbingan
negatif terhadap inovasi. 3) Decision dan mengatasi masalah kehidupan yang
(keputusan) pada tahapan ini individu mengganggu yang terkait dengan diagnose
membuat keputusan apakah menerima atau dan pengobatan. Kelompok pendukung ini
menolak suatu inovasi. 4) Implementation berfungsi sebagai kelompok pengobatan
(penerapan) pada tahap implementasi, sejawat (peer therapy/ peer group support).
sebuah inovasi dicoba untuk dipraktekkan, Pada penelitian ini lebih diarahkan untuk
akan tetapi sebuah inovasi membawa mengubah perilaku yang belum sehat
sesuatu yang baru apabila tingkat ketidak menjadi sehat yaitu dengan perilaku jajanan
pastiannya akan terlibat dalam difusi. 5) sehat. Menurut responden, dengan
Confirmation (pengesahan/penegasan) membawa bekal dan gemar menabung dari
uang saku dapat mencegah perilaku jajan Andarwulan et all. 2009. Laporan
jajanan yang tidak sehat. Penelitian: Monitoring dan
Verifikasi Profil Keamanan
SIMPULAN DAN SARAN Pangan Jajanan Anak Sekolah
Simpulan : (PJAS) Nasional Tahun 2008.
Peer group support meningkatkan Southeast Asian Food and
pengetahuan tentang perilaku jajanan sehat Agricultural Science and
siswa kelas 5 SDN Ajung 2 Kalisat Jember, Technology (SEAFAST) Center
karena terjadi proses tukar-menukar IPB dan Direktorat Surveilan dan
informasi didalam kegiatan ini. Peer group Penyuluhan Keamanan Pangan
support meningkatkan sikap tetapi tidak BPOM RI. Bogor.
signifikan dalam perilaku jajanan sehat
siswa kelas 5 SDN Ajung 2 Kalisat Jember, Anita. 2006. Analisis keamanan pangan
karena masih dalam tahap perubahan sikap jajanan dan upaya peningkatan
yang belum sempurna. Peer group support mutunya. Skripsi. Fakultas
meningkatkan tindakan dalam perilaku Teknologi Pertanian Institut
jajanan sehat siswa kelas 5 SDN Ajung 2 Pertanian Bogor.
Kalisat Jember, karena dapat saling
mengingatkan antar teman sebaya dalam Arikunto, S. 2002. Prosedur penelitian
melakukan tindakan. Peer group support suatu pendekatan praktek. Jakarta.
meningkatkan perilaku jajanan sehat siswa Rineka Cipta.
siswa kelas 5 SDN Ajung 2 Kalisat Jember,
karena terjadi peningkatan pada Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian:
pengetahuan, sikap dan tindakan yang Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta.
merupakan tahapan perubahan perilaku. Rineka Cipta.

Aziz A. 2007. Metode penelitian


Saran : keperawatan dan tekanik analisis
Peer group support dapat dijadikan data. Jakarta. Salemba Medika.
pendekatan oleh pihak sekolah kepada
siswa untuk meningkatkan perilaku Azwar, S. 2003. Sikap manusia.
mengkonsumsi jajanan sehat. Petugas Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
pelayanan kesehatan khususnya perawat
komunitas yang bertanggung jawab di Azwar, S. 2008. Sikap Manusia: Teori dan
daerah Ajung diharapkan dapat menerapkan Pengukurannya. Edisi 2.
peer group support untuk meningkatkan Yogyakarta. EGC.
perilaku jajanan sehat anak usia sekolah.
Penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor BPOM. 2011. Upaya badan POM dalam
yang dapat mempengaruhi peningkatan upaya menghadapi tantangan
sikap pada peer group support dalam keamanan pangan jajanan anak
perilaku jajanan sehat siswa perlu sekolah. Jakarta
dilakukan.
Budiman, D. 2007. Bahan Ajar M.K
Psikologi Anak Dalam Penjas
KEPUSTAKAAN PGSD. Jakarta. EGC.
Adams, M. 2003. Dasar-dasar Keamanan
Makanan Untuk Petugas Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan
Kesehatan. Jakarta. Penerbit Buku Lingkungan. Jakarta. Penerbit
Kedokteran EGC. Buku Kedokteran EGC.
Depkes RI. 2005. Aspek Gizi Makanan Notoatmodjo, S. 2003. Pengantar
Jajanan. Jakarta. Direktorat Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Jenderal Pembinaan Kesehatan Perilaku. Jakarta. PT Rineka Cipta.
Masyarakat.
Notoatmodjo S. 2005. Promosi Kesehatan
Teori dan Aplikasi. Jakarta. PT
Rineka Cipta.
Ekaputra E. 2004. Pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap perubahan Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan
pengetahuam sikap dan tindakan & Ilmu Perilaku. Jakarta. PT Rineka
mobilisasi dini pada pasien pasca Cipta.
operasi herniotomi di ruang B C dan
di ruang IRNA Bedah RSU Dr. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
Soetomo Surabaya. Skripsi Tidak Metodologi Penelitian Ilmu
Dipublikasikan untuk Gelar S1 Keperawatan. Jakarta. Salemba
Medika
Fata, H.U. 2009. Pengaruh peer group
support terhadap perubahan Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
respons psikologis dan respons Metodologi Penelitian Ilmu
social pada masa persiapan pension Keperawatan. Jakarta. Salemba
(MPP) di RSD Mardiwaluyo Blitar. Medika.
Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Surabaya. Fakultas Keperawatan Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan:
Universitas Airlangga. Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta.
Haryati, M. 2010. Modal dan teknik Salemba Medika.
penilaian pada tingkat satuan
pendidikan. Jakarta. Gaung Persada Oktaviana. 2008, Analisis Faktor Pola
Press. Didik Orang Tua Dan Kebiasaan
Anak. Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Hurlock, E. 2010. Psikologi Perkembangan Surabaya. Fakultas Keperawatan
Anak, jilid 2. Jakarta. Erlangga. Universitas Airlangga.

Judarwanto, W. 2006. Perilaku Makan Peplau,et all. 1992. Social Psychology


Anak Sekolah. seventh edision. New Jersey.
http://www.kesulitanmakan.braveho Prentice Hall
st.com. ( akses tanggal 24 Maret
2012 jam 11.14 ) Purtiantini. 2010. Hubungan pengetahuan
dan sikap mengenai pemilihan
Khomsan , A. 2006. Solusi Makanan Sehat. makanan jajanan dengan perilaku
Jakarta. Raja Grafindo Persada anak memilih makanan di SDIT
Muhammadiyah Al Kautsar
Muscari, 2005. Panduan Gumpang Kartasura.
BelajarKeperawatan Pediatrik Edisi http://www.scribd.com/purtiantini.
3. Jakarta. EGC. ( akses tanggal 22 Maret 2012 jam
14.30 )
National Association of School Nurses.
2009. Role of The School Nurse. Qonita, N. 2010. Hubungan kontribusi
http://www.nasn.org energi dan protein dari makanan
jajanan dengan status gizi anak
SDN 30 Labui Banda Aceh. Training in Human Rights and Citizenship
www.scribd.com/nita_qonita. ( education Council of Europe.1997.
akses tanggal 28 Maret 2012 jam “Peer Group Support”, (online)
12.56) (http://www.dadalos.org, diakses
tanggal 20 Desember 2011, jam
Rakhmat, J. 2005. Psikologi Komunikasi 20.00 WIB)
Edisi Revisi. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya. Walgito,Bimo. 2003. Psikologi Sosial
(Suatu Pengantar). Cet. Keempat.
Randall, M.C. 2003. “Support Group:What Yogyakarta. C.V Andi Offset.
They Are and What They Do”,
(online), (www.genetichelath.com , WHO. 2005. Penyakit Bawaan Makanan.
diakses tanggal 20 Desember 2011 , Jakarta. EGC
jam 21.00)
Wong, D.L. 2003. Pedoman Klinis
Robles, Cellin J. 1999. School Health Keperawatan Pediatrik. Jakarta.
Nursing. Manila. Mehan Garden. EGC.

Rogers, E. M. 2003. Diffusion of


Innovations: Fifth Edition. New
York. Free Press.

Santoso, S. 1999. Dinamika kelompok.


Jakarta. Bumi Aksara

Santoso, S. 2004. Dinamika kelompok.


Jakarta. Bumi Aksara

Santrock. 2005. Psychology. Boston.


McGraw-Hill.

Setiawati dan Dermawan, 2008. Proses


Pembelajaran Dalam Pendidikan
Kesehatan. Jakarta. Trans Info
Media.

Sihadi. 2004. Makanan Jajanan Bagi Anak


Sekolah. Jurnal Kedokteran
YARSI. 12(2: 91-95)

Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan.


Jakarta. PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.

Soekanto, S. 1994. Kamus sosiologi.


Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Suhardjo. 2003. Perencanaan Pangan dan


Gizi. Jakarta. Bumi Aksara.

You might also like