Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015

UJI EFEKTIVITAS JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava)


TERHADAP LAJU ALIRAN SALIVA PADA PENDERITA
XEROSTOMIA YANG MENGONSUMSI TELMISARTAN

1
Jemima L. Waworuntu
2
Jane Wuisan
3
Christy N. Mintjelungan

1
Kandidat Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokeran
2
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
3
Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi
Email: liviajemima95@gmail.com

Abstract: A study done by National Center for Biotechnologi Information (NCBI) to the user
of antihypertension drugs, 50% of the individuals are suffering xerosomia or dry mouth. The
reduction of saliva because of xerostomia may increase the risk of tooth damage. Vitamin C
contained in red guava (Psidium Guajava) is expected to induce salivary flow rate in
Xerostomia patients who consume antihypertensive Telmisartan.The purpose of this study is
to acknowledge the effect of red guava in increasing salivary flow rate in Xerosotmia patients
who consume antihypertensive Telmisartan. This is a clinical trial study with nonequivalent
control group experimental design. Each group has 15 samples from the population of
hypertensive patients who consume antihypertensive Telmisartan and are suffering
Xerostomia in Pancaran Kasih Hospital and Prof. Dr. RD. Kandou Hospital. The treatment
group is given red guava fruit that is already served as pure juice while the control group is
only given mineral water. Saliva is collected twice, that is before treatment and after treatment.
Saliva is collected by spitting method and the salivary flow rate is measured by using
disposable syringe with the measurement of ml/minute.The result of this study shows that the
average of salivary flow rate before of control group is 0.23 ml/minute and the average of
salivary flow rate after is 0.28 ml/minute. While the average of salivary flow rate before
treatmen in treatment group is 0.24 ml/minute and the average of salivary flow rate after
treatment is 0.83 ml/minute. It can be concluded that red guava has been proved to be
effectively increase salivary flowrate of xerostomia patients who consume antihypertensive
Telmisartan.
Keywords: xerostomia, red guava, salivary flow rate

Abstrak: Sebuah studi yang dilakukan oleh National Center for Biotechnology Information
(NCBI) yang melakukan penelitian terhadap pengguna obat antihipertensi, sebanyak 50%
menderita Xerostomia atau mulut kering. Laju aliran saliva yang menurun akibat Xerostomia
dapat menyebabkan meningkatnya resiko kerusakan gigi. Kandungan vitamin C pada buah
jambu biji merah (Psidium guajava) diharapkan dapat meningkatkan laju aliran saliva pada
penderita xerostomia yang mengonsumsi obat antihipertensi golongan Telmisartan.Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui efek jambu biji merah dalam meningkatkan laju aliran saliva
pada penderita Xerostomia yang mengonsumsi Telmisartan. Penelitian ini adalah penelitian uji
klinis dengan rancangan eksperimental nonequivalent control group design. Setiap kelompok
beranggotakan 15 orang dari populasi pasien pengguna obat antihipertensi golongan
Telmisartan yang menderita Xerostomia di RSU Pancaran Kasih dan RSUP Prof. DR. R. D.
Kandou Malalayang. Kelompok perlakuan mengonsumsi buah jambu biji merah yang
342
Waworuntu, Wuisan, Mintjelungan: Uji efektivitas jambu...

disajikan dalam bentuk jus murni sedangkan kelompok kontrol hanya mengonsumsi air
mineral. Saliva dikumpulkan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah mengonsumsi buah
jambu biji merah. Saliva dikumpulkan dengan metode spitting dan laju aliran saliva diukur
menggunakan disposable syringe dengan satuan ml/ menit.Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rerata laju aliran saliva awal pada kelompok kontrol yaitu 0,23 ml/menit dan laju aliran
saliva akhir kelompok kontrol yaitu 0,28 ml/menit. Sedangkan rerata laju aliran saliva awal
pada kelompok perlakuan yaitu 0,24 ml/menit dan laju aliran saliva akhir kelompok perlakuan
yaitu 0,83 ml/menit. Dapat disimpulkan bahwa buah jambu biji merah dapat meningkatkan
laju aliran saliva pada penderita Xerostomia yang mengonsumsi Telmisartan.
Kata kunci: xerostomia, jambu biji merah, laju aliran saliva.

Hipertensi merupakan penyakit yang makin bernafas melalui mulut, kelainan saraf,
banyak dijumpai di Indonesia, terutama di usia, radiasi pada daerah leher dan kepala,
kota-kota besar. Itu merupakan penyebab dan gangguan lokal pada kelenjar saliva.7
utama peningkatan resiko stroke, penyakit Jumlah aliran saliva yang berkurang
arteri koroner dan komplikasinya, serangan dapat diatasi dengan berbagai cara, salah
jantung, gagal jantung, dan insufisiensi satunya yaitu dengan pemberian asam
ginjal.1,2 askorbat atau biasa dikenal dengan vitamin
Pengobatan hipertensi ditujukan untuk C. Vitamin C biasa digunakan untuk
menurunkan tekanan darah, mengurangi mengobati xerostomia.8 Menurut penelitian
dan mencegah komplikasi akibat hipertensi. yang dilakukan oleh Bjornstorm dkk., asam
Obat-obatan yang biasa dipakai untuk askorbat terbukti lebih efektif dibanding
pengobatan hipertensi atau dikenal dengan saliva buatan.8Vitamin C dapat berupa
antihipertensi yaitu obat diuretika, penyekat tablet atau sirup, namun dapat juga
beta, antagonis kalsium, dan penghambat ditemukan dalam bermacam-macam
Angiotensin Converting Enzyme (ACE sumber makanan seperti paprika, brokoli,
inhibitor).3 Salah satu obat antihipertensi kiwi, stroberi, mangga, jeruk, lemon,
yang digunakan ialah golongan telmisartan. pepaya, dan jambu biji merah.9
Obat-obatan antihipertensi sering Jambu biji merah memiliki rasa yang
menimbulkan efek samping seperti mual, manis sehingga banyak disukai dan sering
muntah, diare, sakit kepala, pusing, letih, diolah menjadi jus. Jambu biji merah
insomnia, hiperkalemia, dan takikardia, memiliki kandungan vitamin C yang paling
serta sering menimbulkan keluhan mulut tinggi dibandingkan dengan buah-buah
kering yang disebut xerostomia.4,5Obat yang lain karena per 100 gram jambu biji
golongan Telmisartan juga dapat merah mengandung 228 mg vitamin C.10
menurunkan laju aliran saliva sehingga Berdasarkan hal tersebut, peneliti
jumlah aliran saliva berkurang dan tertarik untuk melakukan penelitian
menyebabkan mulut kering atau mengenai efektivitas jambu biji merah
xerostomia. Penggunaan obat antihipertensi terhadap laju aliran saliva pada penderita
golongan Telmisartan dalam jangka waktu xerostomia yang mengonsumsi telmisartan.
kurang dari 2 minggu sudah dapat
menimbulkan xerostomia.6 METODE PENELITIAN
Xerostomia merupakan gejala berupa Jenis penelitian ini merupakan
kekeringan pada mulut akibat jumlah aliran penelitian uji klinis (clinical trial) dengan
saliva yang berkurang. Keadaan ini dapat rancangan eksperimental nonequivalent
meningkatkan kejadian kerusakan gigi. control group design. Penelitian
Gejala tersebut dapat terjadi dengan dilaksanakan di poliklinik penyakit dalam
berbagai penyebab, seperti efek samping Rumah Sakit Pancaran Kasih dan RSUP
obat-obatan hipertensi, demam, diare, Prof. DR. R. D. Kandou Manado,Sulawesi
diabetes, gagal ginjal, berolahraga, stres, Utara.

343
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015

Penelitian dilakukan pada bulan Maret- Alat yang digunakan dalam penelitian
September 2015.Populasi dalam penelitian ini yaitu tabung uji untuk menampung
ini ialah seluruh pasien pengguna obat saliva, Pisau untuk mengupas dan
antihipertensi golongan Telmisartan dengan memotong jambu biji merah, Gelas,
gejala xerostomia yang ada di Rumah Sakit Disposable syringe untuk mengukur
Pancaran Kasih dan Rumah Sakit Umum banyaknya saliva dalam satuan ml,Timer
Prof. DR. R. D. Kandou Malalayang untuk menentukan waktu perlakuan dan
selama penelitian dimulai sampai selesai pengambilan saliva, Timbangan untuk
dalam kurun waktu yang ditentukan oleh menimbang takaran jambu biji merah, dan
peneliti.Sampel digunakan pada penelitian Juicer untuk membuat jus murni dari buah
ini ialah minimal sampel yang layak dalam jambu biji merah. Bahan – bahan yang
studi penelitian eksperimen sederhana, digunakan yaitu buah jambu biji merah, air
yaitu berjumlah 15 orang kelompok mineral, tisu, formulir pemeriksaan.
perlakuan dan 15 orang kelompok Pengumpulan data untuk kelompok
kontrol.11Sampel dalam penelitian ini yang mengonsumsi Telmisartan diperoleh
diambil secara purposive sampling yakni dari rekam medik pasien. Pasien yang akan
teknik pengambilan sampel berdasarkan dijadikan sampel diberi informasiawal dan
pertimbangan peneliti sesuai kriteria inklusi diminta persetujuan untuk ikut menjadi
dan eksklusi. subjek penelitian dengan menyatakan
Kriteria inklusi dalam penelitian ini kesediaannya melalui penandatanganan
yaitu pasien yang mengonsumsi obat- informed consent.
obatan antihipertensi golongan Telmisartan Subjek dibagi menjadi dua kelompok,
yang menderita Xerostomia, bersedia yaitu kelompok perlakuan jus murni buah
mengikuti penelitian dengan jambu biji merah dan kelompok kontrol
penandatanganan informed consent, serta dengan aquades. Peneliti melakukan
pasien umur diatas 20 tahun. Kriteria pengukuran laju aliran saliva awal dengan
Eksklusi dalam penelitian ini yaitu pasien mengukur jumlah aliran saliva terstimulasi
yang menjalani terapi radiasi. dengan air mineral menggunakan metode
Variabel penelitian ini ialah laju aliran spitting dan hasil dicatat dalam ml/menit.
saliva pada penderita Xerostomia yang Subjek diinstruksikan untuk mengakumu-
mengonsumsi Telmisartan dan buah jambu lasikan saliva didalam mulut tanpa menelan
biji merah. Laju aliran saliva terstimulasi ludah selama 1 menit kemudian
dengan air mineral pada penderita meludahkan salivanya ke dalam tabung uji
xerostomia yang mengonsumsi Telmisartan melalui corong. Subjek mengulang
yaitu jumlah aliran saliva subjek penelitian prosedur dalam kurun waktu 5 menit.
yang akan diukur dengan metode spitting Setelah itu saliva dipindahkan ke
sebelum dan sesudah mengonsumsi jus disposable syringe kemudian diukur ml
murni buah jambu biji merah. Laju aliran saliva yang terkumpul per satuan
saliva sebelum mengonsumsi jus murni menit.Kelompok perlakuan diinstruksikan
buah jambu biji merah yaitu kurang atau untuk mengonsumsi 100 gram buah jambu
sama dengan 0,5ml/menit dan setelah biji merah yang telah dibuat jus murni dan
mengonsumsi jus murni buah jambu biji langsung diukur kembali laju aliran saliva
merah, laju aliran saliva bisa saja menurun dengan metode spitting. Kelompok kontrol
<0,5 ml/menit atau diharapkan meningkat diinstruksikan untuk mengonsumsi air
menjadi >0,5 ml/menit.Buah jambu biji mineral dan langsung diukur kembali laju
merah yaitu buah yang disajikan dalam aliran saliva dengan metode spitting.Data
bentuk jus murni dengan takaran 100gram diolah dan dianalisis menggunakan
dan akan dikonsumsi oleh subjek penelitian program komputer dan disajikan dalam
untuk diuji efektivitasnya terhadap laju bentuk tabel dan diagram.
aliran saliva.

344
Waworuntu, Wuisan, Mintjelungan: Uji efektivitas jambu...

HASIL PENELITIAN perempuan (60%) dan pada kelompok


Berdasarkan hasil penelitian yang kontrol responden terbanyak juga berjenis
dilakukan pada pasien yang mengonsumsi kelamin perempuan (86,7%).
telmisartan di RSU Pancaran Kasih Tabel 2 menunjukkan bahwapada
Manado, diperoleh gambaran karakteristik kelompok perlakuan, respondenterbanyak
sampel berdasarkan jenis kelamin dan usia berusia 51-60 tahun dengan jumlah 8 orang
(Tabel 1 dan Tabel 2). (53,4%). Pada kelompok kontrol,
Tabel 1 menunjukkan bahwa responden terbanyak berusia 41-50 tahun
responden terbanyak menurut jenis kelamin dengan jumlah 5 (33,3%).
pada kelompok perlakuan ialah responden

Tabel 1. Distribusi karakteristik responden menurut jenis kelamin

Kelompok perlakuan Kelompok kontrol


Jenis kelamin n % n %
Perempuan 9 60 13 86,7
Laki-laki 6 40 2 13,3
Jumlah 15 100 15 100

Tabel 2. Distribusi karakteristik responden menurut usia

Kelompok perlakuan Kelompok kontrol


Usia (Tahun) n % n %
30-40 3 20 1 6,7
41-50 4 26,6 5 33,3
51-60 8 53,4 9 60
Jumlah 15 100 15 100

Uji normalitas dilakukan menggunakan laju aliran saliva akhir kelompok kontrol
teknik Kolmogorov-Smirnov. Kriteria (O4). Kriteria pengujian yaitu kedua
pengujian normalitas yaitu data kelompok data homogen bila F hitung < F
berdistribusi normal bila nilai signifikansi tabel pada taraf kesalahan tertentu.12Bila
>0,05.12Perhitungan lengkap dapat dilihat ditetapkan taraf kesalahan 0,5% maka F
dalam lampiran 4. Nilai signifikansi laju tabel adalah 3,74.
aliran saliva awal kelompok perlakuan, laju Pasangan kelompok data O1 dan O3
aliran saliva akhir kelompok perlakuan, memiliki nilai F hitung 1, dan pasangan
laju aliran saliva awal kelompok kontrol, kelompok data O2 dan O4 memiliki nilai F
dan laku aliran saliva akhir kelompok hitung 1,5. Dengan demikian, setiap
kontrol ialah >0,05. Maka dapat pasangan kelompok data memliki F hitung
disimpulkan bahwa semua kelompok data < F tabel. Maka dapat disimpulkan bahwa
berdistribusi normal. setiap pasangan kelompok data homogen.
Uji homogenitas dilakukan mengguna- Tabel perhitungan lengkap dapat dilihat
kan uji Fmax dengan cara menghitung nilai pada lampiran 4.
varians.12 Kelompok data yang diuji Efektivitas jambu biji merah terhadap
homogenitasnya adalah antara data laju laju aliran saliva pada penderita xerostomia
aliran saliva awal kelompok perlakuan (O1) yang mengonsumsi Telmisartan diuji
dan laju aliran saliva awal kelompok menggunakan paired sample t-test dengan
kontrol (O3); juga antara data laju aliran membandingkan data antara laju aliran
saliva akhir kelompok perlakuan (O2) dan saliva awal kelompok perlakuan (O1) dan
345
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015

laju aliran saliva awal kelompok kontrol derajat kebebasan n-1 atau 15-1 = 14. Tabel
(O3) sertalaju aliran saliva akhir kelompok 3 menunjukkan bahwa dengan pengujian 2
perlakuan (O2) dan laju aliran saliva akhir sisi (signifikansi = 0,25) maka hasil
kelompok kontrol (O4). Kriteria pengujian diperoleh untuk t tabel yaitu 2,14.
yaitu apabila t hitung < t tabel, p > 0,05, Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat
maka ditentukan bahwa tidak ada bahwa pasangan kelompok data O1 dan O3
perbedaan antara rata-rata jumlah aliran memiliki nilai t hitung < t tabel dengan
saliva pada setiap pasangan kelompok data. nilai p 0,161 atau > 0,05. Maka dapat
Sebaliknya, apabila t hitung > t tabel, p < disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
0,05, maka ditentukan bahwa ada antara laju aliran saliva awal pada
perbedaan antara rata-rata jumlah aliran kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
saliva pada setiap pasangan kelompok Hal ini menunjukkan bahwa sampel
data.12 kelompok perlakuan (O1) dan kelompok
Tabel distribusi t dicari pada taraf kontrol (O2) memiliki keadaan awal yang
kesalahan 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan sama.

Tabel 3. Uji paired sample t-test

Pasangan kelompok t hitung t tabel P


data
O1 dan O3 1,48 2,14 >0,05
O2 dan O4 12,18 2,14 <0,05

Tabel 4. Rerata laju aliran saliva pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
Laju aliran saliva
Kelompok Sebelum Sesudah Selisih
Perlakuan 0,24 0,83 0,59
Kontrol 0,23 0,28 0,05

Pasangan kelompok data O2 dan O4 awal kelompok kontrol adalah 0,23


memiliki nilai t hitung > t tabel dengan ml/menit dan laju aliran saliva akhir adalah
nilai p 0,00 atau < 0,05. Maka dapat 0,28 ml/menit. Laju aliran saliva awal dan
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan akhir pada kelompok kontrol memiliki
yang bermakna antara laju aliran saliva selisih 0,05 ml/menit (dapat dilihat pada
awal pada kelompok perlakuan dan Tabel 4).
kelompok kontrol. Karena rerata O2> rerata Rerata laju aliran saliva pada
O4 (tabel 3) maka laju aliran saliva kelompok perlakuan jus jambu biji merah
kelompok perlakukan lebih besar dari pada dan kelompok kontrol digambarkan dalam
kelompok kontrol. Ini menunjukkan adanya grafik sebagai berikut. (Gambar 4).
pengaruh perlakuan jus jambu biji merah
terhadap laju aliran saliva.
Rerata laju aliran saliva sebelum 1
mengonsumsi jus jambu biji merah pada 0,8
Laju aliran saliva
kelompok perlakuan ialah 0,24 ml/menit, 0,6 awal
dan setelah mengonsumsi jus jambu biji 0,4
0,2 Laju aliran saliva
merah rerata laju aliran saliva ialah 0,83 akhir
0
ml/menit. Laju aliran saliva sebelum dan
Jus jambu Kelompok
sesudah mengonsumsi jus jambu biji merah biji merah Kontrol
pada kelompok perlakuan memiliki selisih
0,59 ml/menit. Rerata laju aliran saliva Gambar 4. Diagram rerata laju aliran saliva
346
Waworuntu, Wuisan, Mintjelungan: Uji efektivitas jambu...

Diagram rerata laju aliran saliva di atas Semua responden menderita Xerostomia
dapat dilihat perbedaan yang jelas dari dua berdasarkan pengukuran laju aliran saliva.
kelompok. Pada kelompok kontrol tidak Dalam penelitian ini distribusi responden
terjadi peningkatan laju aliran saliva yang berdasarkan jenis kelamin penderita
bermakna yaitu dari 0,23 ml/menit menjadi Xerostomia yang mengonsumsi Telmisartan
0,28 ml/menit. Sedangkan pada kelompok terbanyak yaitu perempuan dengan jumlah 9
perlakuan yang diberikan jus jambu biji orang pada kelompok perlakuan dan 13
merah terjadi peningkatan laju aliran saliva orang pada kelompok kontrol. Sedangkan
yang sangat signifikan yaitu dari 0,24 distribusi responden berdasarkan usia
ml/menit menjadi 0,83 ml/menit. terbanyak pada umur 51 kontrol. Sedangkan
distribusi responden berdasarkan usia
BAHASAN terbanyak pada umur 51 sampai 60 tahun
Obat antihipertensi termasuk yaitu berjumlah 8 orang pada kelompok
Telmisartan dapat memengaruhi laju aliran perlakuan dan 9 orang pada kelompok
saliva. Obat ini dapat mempengaruhi aliran kontrol.
saliva secara langsung dan tidak langsung. Pada penelitian, pertama kali diukur
Bila secara langsung akan mempengaruhi laju aliran saliva awal dari penderita
aliran saliva dengan meniru aksi sistem Xerostomia yang mengonsumsi Telmisartan
syaraf autonom atau dengan bereaksi pada baik pada kelompok perlakuan maupun
proses seluler yang diperlukan untuk saliva. kelompok kontrol. Setelah dilakukan
Stimulasi saraf parasimpatis menyebabkan pengukuran saliva awal, kelompok
sekresi yang lebih cair dan saraf simpatis perlakuan mengonsumsi jus jambu biji
memproduksi saliva yang lebih sedikit dan merah sedangkan kelompok kontrol
kental. Sedangkan secara tidak langsung mengonsumsi aquades. Setelah itu
akan mempengaruhi saliva dengan dilakukan pengukuran kembali laju aliran
mengubah keseimbangan cairan dan saliva akhir dari kedua kelompok.
elektrolit atau dengan mempengaruhi aliran Data hasil penelitian dianalisis
darah ke kelenjar.13 menggunakan program komputer dengan
Jambu biji merah merupakan sumber membandingkan laju aliran saliva awal
vitamin C alamiah yang memiliki kadar penderita Xerostomia yang mengonsumsi
vitamin C sangat tinggi dibandingkan buah- Telmisartan pada kelompok perlakuan dan
buah yang lain seperti jeruk atau pepaya. kelompok kontrol. Hal ini dilakukan untuk
Kandungan tertinggi yang terdapat dalam melihat keadaan awal dari kedua kelompok.
buah jambu biji merah adalah vitamin C Analisis penelitian menunjukkan tidak
dengan takaran 228 mg per 100 gram buah adanya perbedaan antara O1 (laju aliran
jambu biji merah. saliva awal kelompok perlakuan) dan O3
Penelitian mengenai efek vitamin C (laju aliran saliva awal kelompok kontrol)
terhadap peningkatan laju aliran saliva telah yaitu t hitung < t tabel dan p 0,161 atau >
banyak dilakukan namun menggunakan 0,05. Tidak adanya perbedaan antara O1 dan
perlakuan melalui suplemen. Penelitian oleh O3 tersebut menunjukkan bahwa sebelum
Bjornstorm tentang vitamin C juga pernah kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
dilakukan yaitu membandingkan diberikan apapun keadaan awal yang
peningkatan laju aliran saliva antara dimiliki sama.
mengonsumsi vitamin C dan memakai Analisis penelitian dilakukan dengan
saliva buatan. Penelitian ini membuktikan membandingkan laju aliran saliva akhir
bahwa vitamin C lebih efektif dibandingkan penderita Xerostomia yang mengonsumsi
saliva buatan sehingga biasa digunakan Telmisartan pada kelompok perlakuan dan
untuk mengobati xerostomia. kelompok kontrol. Analisis penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 30 orang menunjukkan adanya perbedaan yang
responden mengonsumsi Telmisartan. sangat signifikan antara O2 (laju aliran

347
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015

saliva akhir kelompok perlakuan) dan O4 lanjutan tentang rentang waktu


(laju aliran saliva akhir kelompok kontrol) efektivitas jambu biji merah atau
yaitu t hitung > t tabel dan p 0,00 atau < membandingkan efektivitas jambu biji
0,05. merah dengan sumber vitamin C yang
Rerata laju aliran saliva awal kelompok lain.
kontrol adalah 0,23 ml/menit. Hal ini sesuai 3. Disarankan untuk dilakukan penelitian
dengan indikator laju aliran saliva yang lanjutan dengan kontrol yang berbeda
tidak normal pada penderita Xerostomia untuk lebih meniliti pengaruh vitamin C
yaitu kurang dari 0,5 ml/menit. Laju aliran yang dikandung oleh buah jambu biji
saliva akhir kelompok kontrol adalah 0,28 merah terhadap peningkatan laju aliran
ml/menit. Dapat dilihat bahwa laju aliran saliva.
saliva akhir kelompok kontrol masih tetap
tergolong tidak normal. DAFTAR PUSTAKA
Rerata laju aliran saliva responden pada 1. Tambayong J. Patofisiologi untuk
kelompok perlakuan sebelum diberikan jus keperawatan. Jakarta: EGC, 2000; p.
jambu biji merah adalah 0,24 ml/menit. 94.
2. Laurence B, Donald B, Iain B, Keith P.
Rerata laju aliran saliva responden setelah
Goodman and Gilman manual
diberikan jus jambu biji merah adalah 0,83 farmakologi dan terapi. Jakarta: EGC,
ml/menit. Dapat dilihat bahwa setelah 2008; p. 507.
mengonsumsi jus jambu biji merah, laju 3. Gunawan L. Hipertensi: Tekanan darah
aliran saliva responden sangat meningkat tinggi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
bahkan menjadi lebih dari 0,5 ml/menit. 2007, p. 28.
Dengan demikian dapat disimpulkan 4. Offermanns, Rosenthal E. Encyclopedia of
bahwa jambu biji merah efektif terhadap molecular pharmacology. 2nd Edition.
laju aliran saliva pada penderita Xerostomia Berlin: Springer, 2008; p. 142.
yang mengonsumsi Telmisartan. Oleh 5. Fox PC. Xerostomia. Supplement to access.
karena vitamin C merupakan kandungan America: ADH association, 2008; 1-3.
tertinggi yang dimiliki oleh buah jambu biji 6. Nonzee V. Xerostomia, hypo salivation and
merah, juga jambu biji merah tergolong oral microbiota in patients using
buah yang mengandung vitamin C antihypertensive medications.
terbanyak dibanding dengan buah-buahan Thailand; National Center for
yang lain, maka diduga bahwa peningkatan Biotechnology Information, 2010;
95(1): 96-104.
laju aliran saliva pada penderita Xerostomia
7. Guggenheimer. Xerostomia: Etiology,
yang mengonsumsi Telmisartan disebabkan recognition and treatment. J Am
oleh vitamin C dari jus jambu biji merah Dental Association. 2003;134(1):61-9.
yang dikonsumsi oleh responden pada 8. Bjornstorm M, Axel T, Birkhed D.
kelompok perlakuan. Comparison between saliva
stimultants and saliva substitutes in
SIMPULAN patients with symptoms related to dry
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan mouth. In: Visvanathan V, Nix P.
bahwa jambu biji merah efektif terhadap Managing the patient presenting with
laju aliran saliva penderita xerosomia yang xerostomia. Int J Clin Pract. 2010;
mengonsumsi telmisartan. 64(3): 404-407.
9. Stegeman C. A, Davs J. R. The Dental
SARAN Hygienist’s Guide To Nutritional
1. Jus jambu biji merah disarankan agar Care. Edisi 3. Canada: Elsevier Inc.,
menjadi alternatif untuk meningkatkan 2010; p.140.
laju aliran saliva penderita Xerostomia
10. Soedjito. Budi Daya Jambu biji merah.
yang mengonsumsi Telmisartan.
Yogyakarta: Kanisius, 2012; p. 10
2. Disarankan untuk dilakukan penelitian 11. Frankel JP, Wallen NE. How to design and

348
Waworuntu, Wuisan, Mintjelungan: Uji efektivitas jambu...

evaluate research in education. New MediaKom, 2010: p. 11-37.


York: McGraw-Hill Companies, Inc., 13. Hadyanto L. Farmakologi Kardiovaskuler.
2008: p. 92. Edisi 2. Jakarta: Sofmedia,2009; p. 61-
12. Priyanto D. Paham analisa statistik data 3.
dengan SPSS. Yogyakarta:

349

You might also like