Disusun Oleh

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

OPTIMASI KONSENTRASI EMULSIFIER TERHADAP TINGKAT

PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA ROTI TAWAR BERBAHAN DASAR

TEPUNG SINGKONG

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :

Rahmatika Nur Aini

J 310 110 074

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015
ii
OPTIMASI KONSENTRASI PENGEMULSI TERHADAP TINGKAT
PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA ROTI TAWAR BERBAHAN DASAR
TEPUNG SINGKONG

Rahmatika Nur Aini (J 310 110 074)


Pembimbing : Rusdin Rauf, S.TP., MP
Eni Purwani, S.Si., M.Si

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pol I Pabelan Surakarta 57102
Email :n.rahmatika@rocketmail.com

ABSTRACT

OPTIMIZATION OF EMULSIFIER CONCENTRATION ON THE


DEVELOPMENT AND ACCEPTABILITY OF WHITE BREAD FROM CASSAVA
FLOUR

White bread is one of the popular product based flour in Indonesia. The
raw material of white bread is wheat flour. Consumption of wheat flour gives a lot
of losses, especially in health, so it needs to be replaced with cassava flour in
making bread. The purpose of the study was to determine the exact
concentration of emulsifier in the cooking of bread based on the expension and
acceptability levels. The completely randomized design was used in the research,
with 3 treatments of emulsifier levels, were 7,5%, 10%, and 12,5%. The result
indicated that the biggest development of bread disployed by 10% emulsifier, was
5,17 cm. the emulsifier 10% gave the highest acceptability of color. While, read
with emulsifier 12,5% showed the highest acceptability in aroma, taste, texture
and overall. Based on this study it can be concluded that there is influence of the
emulsifier concentration on the level development, acceptance attributes color
and taste white bread. While the attributes odor, texture and overall is not affected
by the concentration of emulsifier.

Roti tawar merupakan salah satu produk berbahan dasar tepung terigu
yang digemari di Indonesia. Konsumsi tepung terigu memberikan banyak
kerugian, terutama dibidang kesehatan, sehingga perlu diganti dengan tepung
singkong dalam pembuatan roti tawar. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui konsentrasi pengemulsi yang tepat dalam pembuatan roti tawar
dengan mengevaluasi tingkat pengembangan dan daya terimanya. Penelitian ini
menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan konsentrasi
pengemulsi, yaitu 7,5%, 10%, dan 12,5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat pengembangan roti tawar tertinggi yaitu menggunakan konsentrasi
pengemulsi 10%. Hasil uji daya terima roti tawar menunjukkan bahwa atribut
warna yang paling disukai adalah roti dengan pengemulsi 10%. Sedangkan
atribut aroma, rasa, tekstur dan keseluruhan paling disukai roti dengan

1
pengemulsi 12,5%. Ada pengaruh konsentrasi pengemulsi terhadap tingkat
pengembangan, daya terima atribut warna dan rasa roti tawar. Sedangkan daya
terima aroma, tekstur dan keseluruhan tidak terpengaruh oleh konsentrasi
pengemulsi.

PENDAHULUAN

Gandum merupakan bahan Autisme merupakan gangguan


baku dalam pembuatan tepung terigu. perkembangan fungsi otak yang
Indonesia belum bisa memproduksi berpengaruh pada interaksi sosial dan
sendiri gandum sebagai tanaman keahlian berkomunikasi (Nur dkk.,
penghasil tepung terigu, karena iklim 2005). Menurut Melly dkk., (2002)
yang kurang cocok. Ketersediaan banyak anak autis yang mengalami
gandum di Indonesia diperoleh dari gangguan metabolisme protein.
berbagai negara di dunia dengan cara Penggunaan tepung terigu di
impor. Volume impor gandum dari berbagai jenis makanan dinilai sangat
tahun ke tahun semakin meningkat. ideal, misalnya dalam pembuatan roti
Berdasarkan data APTINDO (2013), tawar. Tepung terigu merupakan
Indonesia mengimpor gandum bahan dasar pembuatan roti tawar
terbanyak dari Australia (70,7%), (Iriyanti, 2012). Roti tawar merupakan
Kanada (14,9%), Amerika Serikat produk yang sangat digemari di
(11%), dan lainnya. Indonesia. Menurut Asimaya (2010),
Kebutuhan terigu di Indonesia roti tawar yaitu makanan yang
terus meningkat, pada tahun 2010, tersusun dari gelembung-gelembung
Indonesia mengimpor gandum gas yang dihasilkan oleh yeast pada
sebanyak 4.669.475MT, ditahun proses fermentasi. Seiring
berikutnya yaitu 2011 menjadi meningkatnya konsumsi roti tawar,
5.475.148MT, dan tahun 2012 ketergantungan akan penggunaan
meningkat menjadi 6,250.489MT tepung terigu juga semakin
(APTINDO, 2013). Menurut Joshep meningkat.
(2008) tahun 2025, diproyeksikan Salah satu upaya mengurangi
impor gandum akan meningkat tiga penggunaan tepung terigu adalah
kali lipat menjadi 18.679 juta ton. melalui subtitusi tepung pangan lokal
Kenaikan konsumsi terigu ini misalnya umbi-umbian. Singkong
merupakan salah satu masalah merupakan komoditas umbi-umbian
pangan yang berdampak pada sisi yang unggul. Menurut Badan Pusat
ekonomi dan gizi di Indonesia. Statistik produk singkong di Indonesia
Tingginya kebutuhan disebabkan oleh pada tahun 2013 mencapai
keunggulan tepung terigu sebagai 23.936.921 ton. Singkong merupakan
bahan makanan yang ideal untuk salah satu makanan yang kaya
berbagai jenis makanan, seperti: mie, karbohidrat, selain itu terdapat
kue, roti dan pasta. Hal ini terkait beberapa kandungan gizi seperti:
dengan komponen khas terigu yaitu protein, vitamin C, kalsium, posfor,
gluten yang tidak dimiliki oleh tepung kalori, lemak, zat besi, kaya serat dan
non-terigu. Namun, keberadaan vitamin B1 (Richana, 2012).
gluten yang relatif tinggi pada tepung Tepung singkong berpotensi
terigu memberikan dampak kurang dalam mensubtitusi tepung terigu
baik terutama pada anak autis pada pembuatan roti tawar. Namun,
(Achadi, 2008). tepung yang diproduksi dalam skala

2
rumah tangga memiliki beberapa untuk mengganti peran gluten dalam
kelemahan, yaitu ukuran partikel yang tepung terigu (Iriyanti, 2012).
tidak seragam dan ketiadaan gluten. Emulsifier mempunyai
Kelemahan pada tepung singkong kemampuan untuk menahan gas lebih
dapat diatasi dengan beberapa banyak dalam gelembung yang lebih
strategi yaitu strategi pembuatan kecil, mengurangi waktu proofing,
tepung dengan menggunakan ayakan membentuk tekstur roti dan
terstandar dan strategi penggunaan memperpanjang masa simpan (Harris,
emulsifier. Strategi pengolahan 2008). Berdasarkan latar belakang
tepung terstandar dimasudkan untuk tersebut perlu dilakukan penelitian
memperoleh hasil tepung yang tentang optimasi konsentrasi
memiliki ukuran partikel yang pengemulsi terhadap tingkat
seragam. Sedangkan strategi pengembangan dan daya terima roti
penggunaan emulsifier dimaksudkan tawar berbahan dasar tepung
singkong.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah karbohidrat), tingkat pengembangan


eksperimen yang bertujuan untuk roti tawar dan daya terima roti tawar.
mengetahui optimasi kosentrasi Variabel kontrolnya adalah tepung
emulsifier terhadap tingkat singkong, yeast, gula, garam,
pengembangan dan daya terima roti margarin, proses pembuatan dan
tawar berbahan dasar tepung pengolahan roti tawar.
singkong. Penelitian ini menggunakan Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap dengan 3 jenis data kuantitatif yaitu data yang
perlakuan konsentrasi emulsifier. diperoleh dari hasil percobaab dan
Penelitian dilakukan pada selalu dinyatakan dalam bentuk
bulan Febuari sampai Maret 2015. angka. Data uji komposisi proksimat
Pengukuran komposisi proksimat didapatkan dengan perhitungan,
dilakukan di Laboratorium Kimia FIK kadar air = berat akhir, kadar abu =
UMS. Pembuatan roti tawar dan uji bobot abu dibagi bobot sampel bebas
daya kembang roti tawar dilakukan di air dikali 100%, kadar lemak = berat
Laboratorium Ilmu Pangan serta konstan dikurangi berat botol dibagi
pengujian daya terima dilakukan di berat sampel dikali 100%, kadar
Laboratorium Penyelenggaraan protein = %N dikali faktor konversi
Makanan Prodi Ilmu Gizi FIK, UMS. (6,25). Data tingkat pengembangan
Sampel penelitian yang akan didapatkan dengan mengambil garis
digunakan adalah tepung singkong. lurus paling puncak. Hasil perhitungan
Variabel bebasnya adalah konsentrasi mengguanakan satuan sentimeter.
pengemulsi. Variabel terikatnya Serta data daya terima didapatkan
adalah komposisi proksimat tepung dengan uji organoleptik.
singkong (air, abu, lemak, protein dan

3
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Komposisi Proksimat
Tabel Komposisi Proksimat Tepung Singkong
Kandungan Gizi Ulang.1 Ulang.2 Ulang.3 Rata-rata
Air (%wb) 10,37% 10,58% 11,47% 10,80%
Abu (%db) 1,99% 1,89% 1,99% 1,96%
Lemak(%db) 0,20% 0,20% 0,25% 0,22%
Protein (%db) 3,18% 3,24% 4,90% 3,77%
Karbohidrat (By diff.) 84,26% 84,09% 81,39% 83,25%

Berdasarkan data penelitian ini lemak yang dihasilkan lebih


dapat dikatakan bahwa tepung rendah dibandingkan dengan
singkong yang dihasilkan standart kadar lemak dari Codex
memenuhi standar mutu SNI dan Stan yaitu sebesar 0,4–0,8%db.
Codex Stan karena rata-rata kadar Menurut Ningrum (2006), lemak
air yang dimiliki <12%wb. Kadar mampu memperbaiki cita rasa,
air yang terlalu tinggi dalam struktur, tekstur, keempukan dan
tepung singkong dapat memperbesar volume roti.
mempermudah pembusukan Kadar protein tepung singkong
bahan (Self, 2005). Selain itu, adalah 3,77%db. Hasil analisa
kadar air dalam tepung singkong protein dalam tepung singkong
dapat mempengaruhi yang dihasilkan lebih tinggi jika
penampakan, tekstur dan cita rasa dibandingkan dengan kadar
produk (Winarno, 2004). protein tepung singkong dari
Kadar abu tepung singkong Codex Stan yaitu 1,2%db. Kadar
memiliki rata-rata 1,96%db. karbohidrat yang terkandung
Analisis kadar abu yang dihasilkan dalam tepung singkong rata-rata
belum memenuhi syarat SNI 06- adalah 83.25%. Hasil analisa
6989.27-2005. Menurut kadar karbohidrat ini telah sesuai
Sulaswatty dkk., (2001), kadar abu jika dilihat berdasarkan kadar
yang terlalu tinggi dapat karbohidrat tepung singkong dari
menghambat proses Codex Stan yang berkisar antara
pengembangan adonan. Mineral 82 - 85%. Karbohidrat berperan
dalam tepung umumnya bersifat penting dalam menentukan
melemahkan struktur jaringan karakteristik roti, seperti rasa,
yang terbentuk dalam adonan. warna, tekstur, dan lain-lain.
Kadar lemak tepung singkong (Hutagalung, 2004).
adalah 0,22%db. Analisis kadar

2. Pengembangan Adonan Roti Tawar

Pada penentuan konsentrasi 5%, 10% dan 15%. Berat


emulsifier digunakan persentase emulsifier didapat dari persentase
emulsifier dengan rentang yaitu tepung singkong yang digunakan.

4
Tabel Tingkat Pengembangan Adonan Roti Tawar dengan Variasi
Konsentrasi Emulsifier

Konsentrasi Emulsifier Pengembangan (cm)


5% ± 0,11
10% ± 0,25
15% ± 0,40
p 0
Notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata pada α=≤0,05
Sumber : Hasil Analisis
Perlakuan penambahan bahan yang diikat, begitu pula
emulsifier 10% memiliki tingkat sebaliknya (Astawan, 2004).
pengembangan yang paling tinggi Emulsifier adalah suatu bahan
jika dibandingkan dengan yang yang mampu membantu
lain. Hal tersebut dikarenakan pengembangan suatu produk
pada konsentrasi tersebut adonan fermentasi. Emulsifier dalam
mengalami pengembangan pembuatan adonan memiliki fungsi
dengan optimal. Kelebihan atau utama untuk memberikan
kekurangan jumlah emulsifier yang kelembutan, meningkatkan volume
digunakan dapat membuat adonan adonan dan meningkatkan
tidak mengembang secara kekuatan adonan (Santoni,2009).
sempurna. Jika jumlahnya berlebih Selain itu, emulsifier berperan
akan membuat tidak mengembang penting dalam penyerapan air,
dengan baik karena jumlah mempercepat waktu fementasi
pengikat dalam proses fermentasi dan meningkatkan volume adonan
lebih sedikit dibandingkan dengan (Adriana dkk., 2002).

3. Tingkat Pengembangan

Tabel Tingkat Pengembangan Roti Tawar dari Tepung Singkong


dengan Variasi Konsentrasi Emulsifier
Konsentrasi Emulsifier Pengembangan (cm)
7,5% ± 0,15
10% ± 0,15
12,5% ± 0,25
p 0
Notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata pada α=≤0,05
Sumber : Hasil Analisis

Roti tawar berbahan dasar emulsifier maka semakin tinggi


tepung singkong dengan roti. Tingkat pengembangan erat
perlakuan emulsifier menghasilkan kaitannya dengan kemampuan
tingkat pengembangan yang adonan menahan gelembung-
berbeda nyata pada semua gelembung CO2 selama proses
perlakuan. Hal ini menunjukkan fermentasi (Wijayanti, 2007).
semakin banyak penambahan

5
4. Daya Terima Roti Tawar
Tabel Daya Terima Roti Tawar dari Tepung Singkong
Emulsifier Skor Daya Terima
Warna Aroma Rasa Tekstur Keseluruhan
7,5%
10%
12,5%
Sign. (p) 0,026 0,708 0,012 0,197 0,152
Notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata pada α=≤0,05

Ada pengaruh variasi ketiga sampel baik dengan


emulsifier dalam pembuatan roti emulsifier 7,5%, 10% dan
tawar terhadap atribut warna dan 12,5%.
rasa. Hal tersebut ditunjukkan oleh c. Rasa
nilai signifikansi warna sebesar Berdasarkan analisis Duncan
p=0,026 dan nilai signifikansi rasa menunjukkan bahwa adanya
sebesar p=0,012 (p≤0,05). perlakuan emulsifier pada
a. Warna pembuatan roti tawar
Berdasarkan analisis Duncan berbahan dasar tepung
menunjukkan bahwa roti tawar singkong berbeda nyata antara
berbahan dasar tepung rasa roti tawar dengan
singkong dengan perlakuan emulsifier 10% dengan
emulsifier yang berbeda emulsifier 12,5%. Sedangkan
menghasilkan warna yang roti tawar dengan emulsifier
berbeda nyata antara sampel 7,5% sama dengan emulsifier
dengan emulsifier 7,5% dan 10% dan emulsifier 12,5%.
emulsifier 10%. Sedangkan Penambahan emulsifier
sampel dengan emulsifier sebanyak 12,5% membuat
12,5% sama dengan emulsifier rasa roti tawar menjadi
7,5% dan emulsifier 10%. berbeda dengan roti tawar
Sebanyak 30% dari 30 panelis lainnya.
menyatakan suka pada Sebanyak 16,67% dari 30
sampel dengan penambahan panelis menyatakan suka pada
emulsifier 7,5%. Pada sampel rasa sampel dengan
dengan emulsifier 10% penambahan emulsifier 7,5%.
sebanyak 66,67% dari 30 Pada sampel dengan
panelis menyatakan suka. emulsifier 10% sebanyak
Sedangkan pada sampel 6,66% dari 30 panelis
dengan emulsifier 12,5% menyatakan suka. Sedangkan
sebanyak 40% dari 30 panelis pada sampel dengan
menyatakan suka. emulsifier 12,5% sebanyak
b. Aroma 23,33% dari 30 panelis
Berdasarkan analisis Duncan menyatakan suka.
menunjukkan bahwa Berdasarkan penilaian dari
perlakuan emulsifier tidak segi rasa, sebagian besar
memberikan pengaruh yang panelis memilih sampel
nyata terhadap aroma roti dengan penambahan 12,5%.
tawar berbahan dasar tepung
singkong yang dihasilkan pada

6
d. Tekstur besar panelis lebih menyukai
Berdasarkan analisis Duncan rasa roti tawar dengan
dapat diketahui bahwa tekstur emulsifier 12,5%.
ketiga roti tawar yang Tidak ada pengaruh variasi
dihasilkan tidak berbeda nyata. emulsifier terhadap daya
Hal ini menunjukkan bahwa terima aroma, tekstur dan
penambahan perlakuan keseluruhan roti tawar.
emulsifier tidak mempengaruhi
tekstur yang dibentuk roti B. Saran
tawar berbahan dasar tepung Pada pembuatan roti tawar
singkong. berbahan dasar tepung
e. Keseluruhan singkong sebaiknya
Berdasarkan analisis Duncan menggunakan emulsifier
secara keseluruhan roti tawar dengan konsentrasi 12,5%
berbahan dasar tepung karena rasa lebih disukai.
singkong tidak memiliki
pengaruh yang nyata pada DAFTAR PUSTAKA
ketiga sampel. Dengan kata
lain perbedaan perlakuan Achadi, E. L. 2008. Gizi dan
emulsifier tidak Kesehatan Masyarakat. PT.
mempengaruhi daya terima Rajagrafindo Persada. Jakarta.
secara keseluruhan roti tawar
berbahan dasar tepung Adriana, A.S, Ortiz, S. E. M.,
singkong. Martınez, E. N., Anon, M.C.
2002. Amaranth Protein
KESIMPULAN DAN SARAN Isolates Modified by Hydrolytic
and Thermal Treatments.
A. Kesimpulan Relationship Between
Kesimpulan dari penelitian ini Structure and Solubility. Food
adalah: Research International (35)
1. Komposisi Proksimat dari :855–862.
tepung singkong per 100 gram Asiamaya. 2010. Nutrisi Roti Tawar.
bahan adalah kadar air www.asiamaya.com. Diakses
10,80%, kadar abu 1,96%, tanggal 25 Agustus 2014.
kadar lemak 0,22%, kadar
protein 3,77%, dan karbohidrat
83,25%.
2. Ada pengaruh konsentrasi Asosiasi Produsen Tepung Terigu
pengemulsi terhadap tingkat Indonesia (APTINDO). 2013.
pengembangan roti tawar Laporan APTINDO Tahun
berbahan dasar tepung 2013. APTINDO. Jakarta.
singkong (p≤0,05). Tingkat
pengembangan paling tinggi Astawan, M. 2004. Kandungan Serat
adalah roti tawar dengan dan Gizi pada Roti Ungguli Mi
variasi emulsifier 12,5% dan Nasi. Departemen
dengan tinggi 5,17cm. Teknologi Pangan dan Gizi
3. Ada pengaruh konsentrasi IPB. Bogor.
pengemulsi terhadap atribut
Dewan Standarisasi Nasional. 2005.
warna p = 0,026 dan rasa p =
Tepung Singkong (SNI 06-
0,012 (p≤0,05). Sebagian
6989.27-2005).

7
Haris, A,W. 2008. Pemanfaatan Nur, M., dan Ibrahim, M. 2005.
Limbah Tulang Ikan Nila Pengajaran Berdasarkan
(Oreochromis niloticus) Masalah. University Press.
Sebagai Gelatin dan Pengaruh Surabaya.
Lama Penyimpanan pada
Suhu Ruang. Bogor : Fakultas Richana, N. 2012. Ubi Kayu & Ubi
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Jalar. NUANSA. Bandung.
Institut Pertanian Bogor.
Rukmana, R. 2001. Membuat Sosis :
Hutagalung, H. 2004. Karbohidrat. Daging Ikan, Tempe Kedelai.
Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kanisius, Yogyakarta.
Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Diakses pada Santoni. 2009. Tips Meningkatkan
tanggal 19 Juli 2014. Mutu Roti. Food Review Vol
IV. No 4 Hal 56-59. Jakarta.
Iriyanti, Y. 2012. Subtitusi Tepung Ubi
Ungu dalam Pembuatan Roti Sulaswatty, A., Idiyanri, T., Susilowati,
Manis, Donat dan Cake Bread. A. 2001. Pemanfaatan Tepung
Program Studi Teknik Boga. Non Terigu sebagai Subtitusi
Fakultas Teknik. Universitas Tepung Terigu dalam
Negeri Yogyakarta. Pembuatan Cookies dan BMC.
Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian. IPB. Bogor.
Joseph P., Cannon. William, D.
Perreault, and Jerome, E. Sumantri, R. A. 2007. Analisis
McCarthy. 2008. Pemasaran Makanan. Gajah Mada
Dasar-Pendekatan University Press. Yogyakarta.
Manajemen Global. Salemba Wahyudi. 2003. Memproduksi Roti.
empat. Jakarta. Direktorat Pendidikan
Melly, B., Paul S., Endang A. 2002. Menengah Kejuruan.
Langkah Awal Menanggulangi Direktorat Jendral Pendidikan
Autisme dengan Memperbaiki Dasar Dan Menengah
Metabolisme Tubuh. Nirmala. Departemen Pendidikan
Jakarta. Nasional. Jakarta.

Mudjajanto, E. Setyo dan L. N. Wijayanti, 2007. Substitusi Tepung


Yulianti. 2008. Membuat Gandum (Triticum aestivum)
Aneka Roti. Penebar Dengan Tepung Garut
Swadaya. Jakarta. (Maranta arundinaceae L)
Pada Pembuatan Roti Tawar.
Ningrum, W. D. 2006. Eksperimen Skripsi S1 Fakultas Teknologi
Pembuatan Roti Tawar Pertanian Universitas Gadjah
dengan Menggunakan Jenis Mada. Yogyakarta.
Lemak yang Berbeda. Skripsi
Fakultas Teknik Universitas Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan
Negeri Semarang. Semarang. dan Gizi. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.

You might also like