Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.

2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

Defisit Anggaran dan Implikasinya terhadap Perkembangan Ekonomi dan Kinerja


Keuangan Kabupaten Tebo

Astuti Prihatiningsih, M. Rachmad R, Syamsuddin HM


Program Magister Ilmu Ekonomi Fak. Ekonomi Universitas Jambi

Abstract. This study aims to 1) To analyze the determinants that will influence the budget
deficit in Tebo district budget. 2) To analyze whether there is a correlation between the
budget deficit with Tebo regency economic development. 3) To analyze whether there is a
correlation between the financial performance of the budget deficit with Tebo regency. The
method used in this study is a secondary data analysis methods. Based on the results of
testing the model regression shows the value of the F-count is high at 12 130. With an
alpha of 0.05 df1 = 3, DF2 = 4 obtained F-table at 6:59. so the F-count> F-table. this
indicates that the independent variables are jointly significant effect on the dependent
variable, so that personnel expenditure, capital expenditure and spending on goods and
services during the period 2004-2011 are jointly significant effect on the budget deficit in
Tebo regency. Each there is an increase of 1 billion budget deficit, it will cause a reduction
in personnel expenses amounted to 4.52 billion Tebo regency. Any increased capital
expenditure budget of 1 billion budget deficit will increase by 5.01 billion. Any increased
budget allocation of goods and services amounted to 1 billion, the budget deficit will
increase by 8.17 billion. the greatest influence on the budget deficit from the budget
allocation of goods and services. The results of the analysis of the budget deficit
relationship with economic development in Tebo regency during 2006-2010 showed that
the budget deficit by using a simple Pearson correlation test has a relationship of -0.07986.
These results illustrate that the budget deficit has a negative relationship with economic
development. The results of the analysis of the relationship with the budget deficit in the
region's financial performance during the period 2006-2010 Tebo regency showed that the
budget deficit with the financial performance using tools Pearson correlation test has a
relationship of -0.04703. The results illustrate that the budget deficit has a negative
relationship with financial performance.

Keywords: budget deficit, budget allocation, capital expenditure budget

PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi bertujuan pembangunan agar berjalan dengan efektif,
untuk meningkatkan pendapatan dan efisien, dan sesuai dengan sasarannya
kesejahteraan masyarakat (Sukirno, 1998), adalah dengan melaksanakan otonomi
diuraikan bahwa pembangunan ekonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Tujuan
perlu dipandang sebagai kenaikan dari desentralisasi fiskal adalah untuk
pendapatan perkapita, karena kenaikkan memberikan pelayanan publik yang lebih
pendapatan perkapita merupakan cerminan demokratis. Dalam prakteknya,
dari timbulnya kesejahteraan masyarakat. desentralisasi diwujudkan dengan melalui
Salah satu kebijakan yang diambil pelimpahan kewenangan dari pemerintahan
oleh pemerintah dalam rangka mewujudkan yang lebih tinggi kepada pemerintahan
cita-cita dan tujuan nasional serta dibawahnya untuk melakukan
memberikan arah bagi pelaksanaan pembelanjaan, pemungutan pajak yang

97
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

menjadi kewenangan daerah, pembentukan money should follow function merupakan


Dewan yang dipilih rakyat serta pemilihan salah satu prinsip yang perlu diperhatikan
kepala daerah. Selain itu, pelaksanaan dan dilaksanakan. Artinya, setiap
desentralisasi juga diwujudkan melalui penyerahan atau pelimpahan wewenang
pemberian bantuan dalam bentuk transfer pemerintahan membawa konsekuensi pada
dari pemerintah pusat. anggaran yang diperlukan untuk
Otonomi daerah yang diterapkan di melaksanakan kewenangan tersebut.
Indonesia hingga saat ini merupakan wujud Sebagai salah satu perangkat
dari diberlakukannya disentralisasi. kebijakan ekonomi makro untuk mencapai
Otonomi daerah ini selaras dengan sasaran pembangunan, kebijakan fiskal
diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 yang dituangkan dalam bentuk
tentang pemerintah daerah yang merupakan APBN/APBD mempunyai tiga fungsi
penyempurnaan atas UU No. 22 Tahun utama, yaitu fungsi alokasi anggaran untuk
1999 dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang tujuan pembangunan, fungsi distribusi
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah pendapatan dan subsidi dalam upaya
Pusat dan Pemerintah Daerah (UU No. 25 peningkatan kesejahteraan rakyat. Dan
Tahun 1999). Otonomi daerah bertujuan fungsi stabilisasi ekonomi makro dalam
untuk mewujudkan kemandirian daerah upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi.
sehingga daerah bebas untuk mengatur Samuelson (1997), mendefinisikan
dirinya tanpa ada campur tangan kebijakan fiskal sebagai salah satu proses
pemerintah pusat. pemebentukan perpajakan dan pengeluaran
Kebijakan desentralisasi fiskal publik. Proses tersebut merupakan upaya
memberi wewenang kepada pemerintah menekan fluktuasi siklus ekonomi, dan ikut
daerah untuk mengatur sumber penerimaan berperan menjaga ekonomi yang tumbuh
dan pengeluaran daerah. Pada sektor dengan penggunaan tenaga kerja penuh
penerimaan pemerintah daerah berusaha dimana tidak terjadi laju inflasi yang tinggi
memperoleh penerimaan dari potensi dan berubah-ubah.
daerah yang dapat menghasilkan Permasalahan dalam bidang fiskal
penerimaan terutama dari pajak dan tidak hanya mencakup kompleksitas
retribusi. Pemungutan pajak dan retribusi memformulasikan besaran penerimaan dan
pemerintah mempertimbangkan kondisi mengatur kombinasi alokasi pengeluaran
perekonomian yang dilihat dari PDRB per negara yang optimal, melainkan lebih
kapita. Penerimaan dari bagi hasil dan dana menonjol adalah kearah upaya menutup
alokasi umum untuk pemerintah daerah kekurangan pembiayaan (financing gap)
didasarkan pada kemampuan berkaitan dengan pembayaran utang.
perekonomian daerah serta jumlah Sehingga tantangan kebijakan fiskal ke
penduduk. depan tidak hanya dalam penentuan strategi
Menurut Darumurti dan Rauta pembiayaan yang tepat tetapi juga pada
(2000), implikasi dari adanya kewenangan masalah pengendalian defisit anggaran
urusan pemerintah yang begitu luas yang (Departemen Keuangan, 2004).
diberikan kepada daerah dalam rangka Hingga saat ini otonomi daerah
otonomi daerah merupakan beban yang memang sudah berjalan di tiap kabupaten
menuntut kesiapan daerah untuk dan kota di Indonesia. Realitas
melaksanakannya, karena semakin menunjukkan bahwa pemerintah daerah
bertambahnya urusan pemerintah yang belum dapat sepenuhnya lepas dari
menjadi tanggung jawab pemerintah pemerintah pusat dalam mengatur rumah
daerah. tangga daerah. Simanjuntak (2001), hal ini
Bahl (2000) mengatakan, dalam tidak hanya terlihat dalam konteks
melaksanakan desentralisasi fiskal, prinsip kerangka hubungan politis dan wewenang

98
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

daerah, namun juga terlihat dalam keputusan politik. Kepala daerah selaku
hubungan keuangan antara pusat dan pejabat publik tentu akan merealisasikan
daerah. janji politiknya dengan berbagai program
Menurut UU No. 33 Tahun 2004 yang akan mendukung pencitraan dirinya.
tentang Perimbangan Keuangan antara Dengan membuat program baru untuk
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah meraih simpati masyarakat. DPRD dengan
Daerah Pasal 1 Ayat 3, bahwa hak budgetnya memiliki peranan penting
Perimbangan keuangan antara Pemerintah dalam menentukan alokasi dana program
Pusat dan Pemerintahan Daerah adalah tertentu selain yang diajukan pemerintah
suatu sistem pembagian keuangan yang daerah. Namun pada prakteknya hak
adil, proporsional, demokratis, transparan, budget tersebut sering digunakan untuk
dan efisien dalam rangka pendanaan kepentingan politik praktis dengan
penyelenggaraan Desentralisasi, dengan mengatas namakan aspirasi masyarakat
mempertimbangkan potensi, kondisi, dan yang diwakilinya sehingga hal ini akan
kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan menambah beban anggaran belanja.
penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Struktur belanja Pemerintah
Pembantuan. Dana Perimbangan bertujuan Kabupaten Tebo selama lima tahun terakhir
mengurangi kesenjangan fiskal antara (tahun 2006-2010) menunjukan jumlah
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan yang berfluktuasi demikian halnya dengan
Daerah, Pasal 3 Ayat (2). jumlah anggaran pendapatannya dan
Melalui penerapan UU No. 32 Tahun perkembangan ekonominya jika dilihat dari
2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 2 pertumbuhan ekonominya. Selain itu,
Ayat (2) di mana Pemerintahan daerah selama periode tersebut anggaran pada
berhak mengatur dan mengurus sendiri APBD Kabupaten Tebo selalu mengalami
urusan pemerintahan menurut asas otonomi defisit.
dan tugas pembatuan. Sedangkan pada Tabel 1. APBD, Defisit Anggaran dalam APBD
Pasal 2 Ayat (3) menjelaskan bahwa dan PDRB Kabupaten Tebo Selama Periode
Pemerintah Daerah berhak menjalankan 2006-2010 (Rp 000.000,-)
otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan Anggaran Anggaran Defisit
pemerintahan yang menjadi urusan Tahun PDRB
Pendapatan Belanja Anggaran
Pemerintah, dengan tujuan meningkatkan 2006 334.886 379.672 (45.231) 64.246
kesejahteraan masyarakat, pelayanan 2007 377.232 427.901 (50.689) 43.279
umum, dan daya saing daerah. Berbagai 2008 474.328 555.001 (80.672) 46.843
kebijakan yang diambil oleh pemerintah 2009 478.989 505.588 (26.598) 40.941
maupun pemerintah daerah sendiri sebagai 2010 567.205 576.430 (9.225) 52.628
implementasi dari kebijakan otonomi Sumber: DPPKAD Kabupaten Tebo
daerah dan desentralisasi fiskal, tentu saja
hal ini akan berpengaruh terhadap Berdasarkan latar belakang tersebut
kebijakan fiskal berupa anggaran maka penelitian ini bertujuan untuk
pendapatan dan belanja melalui instrumen menganalisis: (1) determinan apa saja yang
APBD. Berbagai kebijakan tersebut mempengaruhi defisit anggaran pada
membawa dampak terhadap perubahan APBD Kabupaten Tebo; (2) korelasi antara
pada besarnya defisit anggaran disetiap defisit anggaran dengan perkembangan
tahunnya. ekonomi pada APBD Kabupaten Tebo; (3)
Namun dalam pengambilan korelasi antara defisit anggaran dengan
kebijakan fiskalnya pemerintah daerah kinerja keuangan daerah Kabupaten Tebo.
dipengaruhi oleh kondisi dimana pada saat Dengan adanya penelitian ini
ini APBD bukan hanya menyangkut diharapkan dapat bermanfaat: (1) Bagi
keputusan ekonomi tapi juga menyangkut kalangan akademisi, sebagai referensi bagi

99
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

peneliti selanjutnya yang berminat daerah dengan defisit anggaran Kabupaten


menganalisis mengenai penelitian yang Tebo selama periode 2006-2010,
berhubungan dengan defisit anggaran, menggunakan alat uji korelasi sederhana
perkembangan ekonomi, dan kinerja Pearson.
keuangan; (2) Bagi kalangan praktisi, Besarnya koefisien korelasi (r),antara
diharapkan dapat bermanfaat bagi dua buah variabel (y dan x) adalah nol
pengambil kebijakan dalam merumuskan sampai dengan lebih kurang 1. Apabila dua
kebijakan, khususnya untuk mengatasi buah variabel (y dan x) mempunyai nilai r
defisit anggaran dan peningkatan kinerja = 0 berarti variabel-variabel tersebut tidak
keuangan dan perkembangan ekonomi. ada hubungan. Apabila variabel-variabel
itu mempunyai r = lebih kurang 1, maka
METODE PENELITIAN kedua variabel tersebut mempunyai
Jenis dan Sumber Data hubungan yang sempurna.
Data yang dipergunakan adalah data Tabel 2. Interpretasi Koefisien korelasi
periode Tahun 2006-2010 yang mencakup: Interval Koefisien Tingkat Hubungan
1. APBD Kabupaten Tebo 0,80 – 1,000 Sangat Kuat
2. Pendapatan Domestik Regional Bruto 0,60 – 0,799 Kuat
Kabupaten Tebo 0,40 – 0,599 Cukup Kuat
0,20 – 0,399 Rendah
3. Realisasi anggaran Kabupaten Tebo.
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
4. Tebo Dalam Angka.
Data bersumber dan diperoldeh dari:
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kantor BPS Kabupaten Tebo
Defisit Anggaran
2. Kantor DPPKAD Kabupaten Tebo
Defisit anggaran merupakan selisih
Metode Analisis Data antara anggaran pendapatan dengan
Analisis Pertama anggaran belanja yang nilainya negatif. Hal
Metode yang digunakan adalah ini berarti anggaran pendapatan nilainya
metode analisis regresi berganda. Untuk lebih kecil dari anggaran belanja. Untuk
menganalisis pengaruh belanja pegawai, menganalisis faktor apa saja yang dominan
belanja barang dan jasa, dan belanja modal terhadap timbulnya defisit anggaran dapat
terhadap defisit anggaran. Persamaan dilihat sejauhmana pertumbuhan dari setiap
regresi berganda adalah: komponen pendapatan dan belanja setiap
Y = a0 + a1 X1 + a2 X2 + a3 X3 + e tahunnya.
Di mana: Besarnya perkembangan defisit
Y = defisit anggaran anggaran dan pertumbuhannya pada
X1= belanja pegawai Kabupaten Tebo selama periode tahun
X2= belanja barang dan jasa 2006-2010 bisa dilihat pada tabel 3 berikut:
X3= belanja modal Tabel 3. Defisit Anggaran Kabupaten Tebo
e = error term Periode 2006-2010 (Rp 000,-)
Analisis Ke Dua dan Ketiga
Pertumbuhan
Untuk menghitung besaran nilai Tahun Defisit
Nominal Persentase
hubungan atau korelasi perkembangan
2006 45.231.294 - -
ekonomi dengan defisit anggaran
Kabupaten Tebo selama periode 2006-2010 2007 50.668.752 5.437.458 12,02
dengan menggunakan metode korelasi 2008 80.672.162 30.003.410 59,21
sederhana Pearson (Product Momment 2009 26.598.211 (54.073.951) (67,02)
Coeficient of Correlation). Begitu pula 2010 9.224.610 (17.373.601) (65,31)
dengan metode yang digunakan dalam Rata-
42.479.006 (9.001.671) (15,27)
rata
menghitung besaran nilai hubungan
Sumber: DPPKAD Kabupaten Tebo (data diolah)
korelasi berbagai rasio kinerja keuangan

100
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat tahun 2009 yakni sebesar Rp 4.661 jutaatau
bahwa selama periode tahun 2006-2010 sebesar 0,98 persen.
defisit anggaran pada Kabupaten Tebo rata- Pertumbuhan anggaran belanja lebih
rata sebesar Rp 42.479.006.000. dominan daripada anggaran pendapatan
Mengalami pertumbuhan defisit rata-rata terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar - Rp
sebesar minus Rp 9.001.671.000 atau 29.545 juta. Selama periode 2006-2010
sebesar minus 15,27 persen. anggaran belanja pada Kabupaten Tebo
Defisit anggaran tertinggi terjadi memilki rata-rata pertumbuhan sebesar Rp
pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 49.189 juta. Pertumbuhan anggaran belanja
80.672.162.000 dan terendah terjadi pada tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu
tahun 2010 yaitu sebesar Rp sebesar Rp 86.032 juta atau sebesar 29,70
9.224.610.000. Jika dilihat dari persen dan terendah terjadi pada tahun
pertumbuhannya secara nominal, defisit 2009 yaitu sebesar – Rp 29.545 juta atau
anggaran mengalami pertumbuhan tertinggi 8,90 persen. Sedangkan anggaran
pada tahun 2009 yaitu sebesar minus Rp pendapatan lebih dominan terjadi pada
54.073.951.000 dan terendah terjadi pada tahun 2008 hingga tahun 2010.
tahun 2007 yaitu sebesar Rp 5.437.458.000 Untuk melihat pertumbuhan anggaran
Selama periode tahun 2006-2010 belanja tidak langsung (BTL) dan
pertumbuhan anggaran pendapatan dan pertumbuhan anggaran belanja langsung
anggaran belanja dalam APBD Kabupaten (BL) pada Kabupaten Tebo selama periode
Tebo diberikan pada tabel 4 berikut: tahun 2006-2010 dapat dilihat dalam tabel
Tabel 4. Pertumbuhanan Anggaran Pendapatan 5 berikut:
dan Anggaran Belanja Kabupaten Tebo selama Tabel 5. Pertumbuhan anggaran BTL dan
tahun 2006-2010 (Rp 000.000,-) pertumbuhan anggaran BL Kabupaten Tebo
Pertumbuhan Pertumbuhan periode tahun 2006-2010 (Rp 000.000,-)
Tahun Anggaran Pendapatan Anggaran Belanja Pertumbuhan Pertumbuhan
Nominal (%) Nominal (%) Tahun
Anggaran BTL Anggaran BL
2006 - - - - Nominal % Nominal %
2007 42.346 12,69 48.229 12,70 2006 - - - -
2008 97.096 25,74 86.032 29,70 2007 21.137 17,12 27.092 10,57
2009 4.661 0,98 (29.545) (8,90) 2008 39.413 27,26 87.687 30,95
2010 88.216 18,42 28.952 14,01 2009 6.419 3,48 (55.832) (15,05)
Rata- 2010 59.294 31,14 549 0,17
58.080 14,44 49.190 11,88
rata
Rata-rata 31.566 19,75 14.874 6.66
Sumber: DPPKAD Kabupaten Tebo (data diolah)
Sumber: DPPKAD Kabupaten Tebo (diolah)
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat
Rata-rata pertumbuhan anggaran
tingkat pertumbuhan anggaran pendapatan
Belanja Tidak Langsung baik secara
maupun anggaran belanja selama periode
nominal maupun secara persentase selama
2006-2010. Anggaran pendapatan pada
periode tahun 2006-2010 lebih tinggi bila
Kabupaten Tebo memiliki rata-rata lebih
dibandingkan rata-rata pertumbuhan
tinggi bila dibandingkan dengan anggaran
anggaran Belanja Langsung, yaitu sebesar
belanja. Jika dilihat dari pertumbuhan
Rp 31.566 juta atau 19,75 persen.
anggaran pendapatan pada Kabupaten Tebo
Sedangkan anggaran Belanja Langsung
selama periode 2006-2010 memiliki rata-
mengalami pertumbuhan rata-rata secara
rata pertumbuhan sebesar Rp 58.080 juta
nominal sebesar Rp 14.874 juta atau 6,66
atau sebesar 14,44 persen. Pertumbuhan
persen. Belanja tidak langsung mengalami
tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu
pertumbuhan tertinggi pada tahun 2010
sebesar Rp 97.096 juta atau sebesar 25,74
yaitu sebesar Rp 59.294 juta atau sebesar
persen. Pertumbuhan terendah terjadi pada
31,14 persen. Pertumbuhan terendah terjadi
101
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 6.419 pertumbuhan sebesar Rp -212.500.000,-,


juta atau sebesar 3,48 persen. Belanja Rp -1.948.523.000,-, dan Rp -
langsung selama periode 2006-2010 1.022.446.000. Sedangkan anggaran
mengalami pertumbuhan tertinggi pada belanja pada belanja bunga dan belanja
tahun 2008 yaitu sebesar Rp 87.687 juta bagi hasil ke desa tidak ada. Dengan
atau sebesar 30,95 persen. Terendah terjadi demikian ada tiga komponen anggaran
pada tahun 2009 yaitu sebesar - Rp 55.832 belanja tidak langsung yang
juta atau sebesar 15,05 persen. pertumbuhannya menyebabkan
Untuk melihat pertumbuhan peningkatan defisit anggaran.
komponen anggaran belanja tidak langsung
dan komponen belanja apa saja yang lebih Perbandingan Defisit Anggaran dengan
dominan dalam menyebabkan terjadinya Realisasinya
defisit anggaran pada Kabupaten Tebo Dalam pelaksanaanya, realisasi
selama tahun 2006-2010 dapat dilihat pada pendapatan dan belanja tidak selalu sama
tabel 6 berikut: dengan anggarannya. Bisa saja terjadi
Tabel 6. Pertumbuhan Komponen Anggaran pelampauan target pendapatan atau
BTL Kabupaten Tebo tahun 2006-2010 (Rp 000) penghematan belanja. Defisit anggaran
pada saat APBD disusun tidak selalu sama
Komponen Belanja Rata-rata pertumbuhan
Tidak Langsung
besar nilainya dengan realisasinya.
Nominal %
Berbagai kebijakan fiskal yang diambil
Belanja Pegawai 28.398.401 19,39
selama tahun berjalan selama tahun
Belanja Subsidi (212.500) 33,97 berjalan bisa mempengaruhi sisi
Belanja Hibah (1.948.523) 201,49 pendapatan dan belanja sehingga
Belanja Bansos (1.022.446) 150,99 menyebabkan terjadinya perubahan defisit
Belanja Bantuan anggaran. pada umumnya setelah
3.475.000 239,6
Keuangan Ke Desa
direalisasikan defisit anggaran berubah
Belanja Tidak Terduga 205.309 10,08
menjadi surplus yang dapat dilihat dalam
Sumber: DPPKAD Kabupaten Tebo (data diolah)
Laporan Realisasi Anggaran.
Pertumbuhan anggaran belanja pada Mengacu pada struktur Permendagri
Kabupaten Tebo selama periode tahun No. 13 Tahun 2006 mengenai Laporan
2006-2010 baik anggaran belanja pegawai Realisasi Anggaran, perkembangan defisit
berupa gaji dan tunjangan Pegawai Negeri anggaran pada saat APBD disusun dan
Sipil, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, direalisasikan bisa dilihat dalam tabel 7
dan Bupati termasuk tambahan penghasilan berikut:
kepada Pegawai Negeri Sipil, secara rata-
Tabel 7. Perbandingan Defisit Anggaran dan
rata mengalami pertumbuhan sebesar Rp Realisasi Kabupaten Tebo Tahun 2006-2010 (Rp
28.398.401.000,- atau sebesar 19,39 persen. 000.000,-)
Anggaran belanja pegawai lebih dominan Target
dalam membentuk defsit anggaran pada Tahun Realisasi Selisih %
Defisit
Kabupaten Tebo selama periode tahun 2006 (45.231) 20.817 66.049 (146,02)
2006-2010. Sedangkan pertumbuhan 2007 (50.669) (69.079) (18.411) 36,33
belanja bantuan keuangan ke desa dan 2008 (80.672) (51.991) 28.682 (35,55)
belanja tidak terduga masing-masing 2009 (26.598) (17.355) 9.243 (34,75)
mengalami pertumbuhan sebesar Rp 2010 (9.245) (6.569) 2.656 (28,79)
3.475.000.000,- atau 239,6 persen dan Rp Rata-
(42.483) (24.835) 17.644 (41,53)
205.309.000,- atau sebesar 10,08 persen. rata
Untuk anggaran belanja subsidi, hibah dan Sumber: DPPKAD Kabupaten Tebo (data diolah)
bansos mengalami pertumbuhan yang Secara umum pada saat disusun
negatif, yaitu masing-masing mengalami APBD dalam kondisi defisit, namun setelah

102
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

direalisasikan ada yang mengalami surplus. dengan SILPA tahun berjalan dikarenakan
Selama lima tahun terakhir setelah realisasi terdapat pelampauan pengeluaran
defisit anggaran pada Kabupaten Tebo pembiayaan berupa penyertaan modal
mengalami surplus pada tahun 2006, pemerintah daerah dan pembiayaan pokok
sedangkan pada tahun 2007-2010 hutang. Sementara itu untuk tahun 2007-
mengalami defisit anggaran, yang 2010 terjadi pelampauan pengeluaran
disebabkan karena realisasi pendapatan pembiayaan atau terdapat rencana
lebih kecil bila dibandingkan dengan penerimaan pembiayaan yang tidak
realisasi belanja. terealisasi.
Dalam lima tahun terakhir terlihat
Determinan Defisit Anggaran
penyimpangan (selisih antara realisasi
Untuk melihat pengaruh belanja
dengan target defisit anggaran) defisit
pegawai, belanja barang dan jasa dan
anggaran setelah direalisasikan
belanja modal terhadap defisit anggaran
dibandingkan dengan saat APBD disusun
selama periode tahun 2004-2011 untuk
rata-rata -41,53 persen. Penyimpangan
defisit anggaran menggunakan variabel
defisit tertinggi terjadi ada tahun 2006 yaitu
dummy karena pada tahun 2004, 2005 dan
sebesar -146.02 persen, dan penyimpangan
2011 tidak mengalami defisit anggaran.
defisit terendah terjadi pada tahun 2010
untuk melihat pengaruh tersebut digunakan
yaitu sebesar -28,79 persen. Tingginya
alat uji regresi berganda yang hasilnya
penyimpangan defisit anggaran bisa
sebagai berikut:
disebabkan karena kurang cermatnya
Y = - 0,156588 – 4,52 X1 + 5,01 X 2 + 8,17 X3
penetapan angka defisit anggaran dan bisa (-3,062) (4,214) (4,337)
juga disebabkan karena adanya kebijakan
fiskal luar biasa yang telah diambil oleh Dari hasil pengujian diperoleh
pemerintah daerah sehingga defisit adjusted R squared sebesar 0,826. Hal ini
anggaran dapat ditekan. berarti 82,6 persen variasi defisit anggaran
Perbandingan penyimpangan defisit dapat dijelaskan dari ke tiga variabel
anggaran dengan SILPA tahun berkenaan independen yakni belanja pegawai, belanja
dalam laporan Realisasi Anggaran modal dan belanja barang dan jasa.
Kabupaten Tebo Periode tahun 2006-2010 Sedangkan sisanya sebesar 17,4 persen
bisa dilihat pada tabel 8 berikut: dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
Tabel 8. Penyimpangan Defisit Anggaran dengan dimasukkan dalam model ini. Dari uji F-
SILPA Kabupaten Tebo, 2006-2010 (Rp 000) test didapatkan nilai F-hitung sebesar 12,
Penyimpangan SILPA 13082 dengan probabilitas sebesar 0,017.
Tahun Defisit Tahun Selisih Untuk koefisien determinasi
Anggaran Berkenaan 
2006 66.048.603 66.055.489 (6.886)
(R dipergunakan untuk melihat berapa
besar variabel dependen mampu
2007 (18.410.522) 14.650 (18.425.172)
mempengaruhi variasi besar kecilnya
2008 28.681.615 26.589.211 2.083.404
perubahan defisit anggaran. Berdasarkan
2009 9.242.889 9.224.610 18.279
hasil pengujian di atas maka diperoleh nilai
2010 2.676.094 2.656.094 20.000
koefisien determinasi sebesar 0,9009. Hal
Rata-
rata
17.643.736 20.908.011 (3.262.075) ini berarti 90,09 persen variasi besar
Sumber: DPPKAD Kabupaten Tebo (data diolah) kecilnya defisit anggaran dipengaruhi oleh
variabel belanja pegawai, belanja modal
Dari tabel 8 terlihat bahwa dan belanja barang dan jasa. Sementara
penyimpangan defisit anggaran telah sisanya 9,01 persen lainnya dipengaruhi
memberikan kontribusi terhadap timbulnya oleh variabel yang tidak dimasukkan ke
SILPA tahun berkenaan. Pada tahun 2006 dalam model persamaan ini. Hasil
terjadi penyimpangan defisit anggaran perhitungan yang didapat adalah F-Hitung

103
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

= 12.130, sedangkan F-Tabel = 6.59 (α = terjadi kenaikan defisit anggaran sebesar 1


0,05; 3, 4 ), sehingga F-Hitung >F-Tabel. miliar maka akan menyebabkan
Perbandingan antara F-Hitung dengan F- pengurangan belanja pegawai di Kabupaten
Tabel yang menunjukkan bahwa F-Hitung Tebo sebesar 4,52 miliar. Setiap terjadi
>F-Tabel, menandakan bahwa variabel peningkatan alokasi anggaran belanja
independen secara bersama berpengaruh modal sebesar 1 miliar maka defisit
signifikan terhadap variabel dependen, anggaran akan mengalami peningkatan
sehingga bahwa belanja pegawai, belanja sebesar 5,01 miliar. Setiap terjadi
modal dan belanja barang dan jasa selama peningkatan alokasi belanja barang dan
periode 2004-2011 secara bersama-sama jasa sebesar 1 miliar maka defisit anggaran
berpengaruh signifikan terhadap terjadinya akan mengalami peningkatan sebesar 8,17
defisit anggaran di Kabupaten Tebo. miliar. Pengaruh terbesar terhadap defisit
Berdasarkan hasil pengujian model anggaran berasal dari alokasi anggaran
persamaan regresi di atas tergambar nilai t belanja barang dan jasa.
hitung dari ke tiga variabel independen.
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai Hubungan Defisit Anggaran Terhadap
t hitung untuk variabel belanja pegawai Perkembangan Ekonomi
adalah sebesar -3,062, nilai t hitung belanja Perkembangan ekonomi merupakan
modal sebesar 4,214 dan nilai t hitung pada salah satu cara untuk melihat keberhasilan
belanja barang dan jasa sebesar 4,337. pembangunan suatu daerah. Perkembangan
Dengan tingkat keyakinan 95 persen df= n- ekonomi yang baik salah satunya ditandai
k diperoleh t tabel sebesar 2,132. Dengan dengan adanya peningkatan pada
demikian nilai t hitung pada variabel pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan
belanja modal dan variabel belanja barang ekonomi suatu daerah bisa dilihat dari
dan jasa lebih besar daripada nilai t tabel. pertumbuhan Pendapatan Domestik
Hal ini berarti variabel belanja modal dan Regional Bruto daerah tersebut.
variabel belanja barang dan jasa tersebut Defisit anggaran pada suatu daerah
secara bersama-sama berpengaruh secara bisa disebabkan karena adanya kebijakan
signifikan terhadap defisit anggaran pada dari pemerintah dalam rangka
Kabupaten Tebo selama periode tahun mempercepat pembangunan, dimana
2004-2011. Sedangkan nilai t hitung pada diperlukan investasi yang besar dan dana
variabel belanja pegawai lebih kecil bila yang besar pula. Apabila dana yang
dibandingkan dengan nilai t tabel. Hal ini dimiliki oleh daerah tidak mencukupi maka
berarti variabel belanja pegawai tidak daerah akan mengalami defisit anggaran.
berpengaruh secara signifikan terhadap Untuk melihat hubungan defisit
defisit anggaran pada Kabupaten Tebo anggaran dengan perkembangan ekonomi
selama periode tahun 2004-2011. pada Kabupaten Tebo selama periode
Penafsiran model persamaan regresi 2006-2010 dipergunakan alat uji korelasi
berdasarkan hasil pengujian yang telah sederhana Pearson (Product Moment
dilakukan diperoleh persamaan mengenai Coefficient of Correlation). Berdasarkan
pengaruh variabel belanja pegawai (x1), hasil pengujian diperoleh nilai koefisien
belanja modal (x2) dan belanja barang dan korelasi sebesar -0,07986. Nilai koefisien
jasa (x3) terhadap defisit anggaran korelasi ini jauh dari angka yang sempurna,
Kabupaten Tebo. Berdasarkan hasil model yaitu satu.
persamaan tersebut dapat ditafsirkan Untuk menguji signifikansi koefisien
sebagai berikut: berdasarkan hasil korelasi Pearson tersebut digunakan alat uji
persamaan regresi Y = - 0,156588 – 4,52 t. Setelah dilakukan pengujian diperoleh t
X1 + 5,01 X 2 + 8,17 X3 dapat hitung sebesar -0,1387. Dengan
diterjemahkan sebagai berikut: setiap menggunakan tingkat keyakinan 95 persen

104
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

df= n-k (α= 0,05; 3) diperoleh t tabel defisit anggaran harus difokuskan pada
sebesar 2,353. Dengan demikian t hitung < pengurangan anggaran belanja daerah
t tabel, hal ini berarti tidak ada hubungan khususnya pada belanja barang dan jasa
yang signifikan antara defisit anggaran dan belanja modal. Adapun upaya yang
dengan perkembangan ekonomi pada bisa dilakukan dalam mengendalikan
Kabupaten Tebo selama periode tahun defisit anggaran adalah sebagai berikut:
2006-2010. 1. Anggaran belanja barang dan jasa
merupakan faktor utama penyebab
Hubungan Defisit Anggaran Terhadap terjadinya defisit anggaran pada
Kinerja Keuangan Kabupaten Tebo selama periode tahun
Kinerja keuangan merupakan salah 2004-2011. Anggaran belanja barang
satu ukuran untuk melihat kemampuan dan jasa memiliki hubungan yang
suatu daerah dalam menjalankan otonomi positif dengan defisit anggaran.
daerah, dapat dilihat dengan menghitung Apabila anggaran belanja barang dan
tingkat kemandirian daerah (Derajat jasa meningkat maka defisit anggaran
Desentralisasi Fiskal) daerah tersebut. juga akan mengalami peningkatan.
Untuk melihat hubungan defisit anggaran Keterbatasan kemampuan keuangan
dengan kinerja keuangan daerah pada pemerintah dan tingginya tuntutan
Kabupaten Tebo selama periode tahun masyarakat terhadap akuntabilitas
2006-2010 dipergunakan alat uji korelasi kinerja pemerintah mengharuskan
sederhana Pearson (Product Moment pemerintah melaksanakan belanja
Cofficient of Correlation). Berdasarkan barang dan jasa secara efisien dan
hasil pengujian diperoleh nilai koefisien efektif. Melalui proses belanja barang
korelasi sebesar -0,04703. Nilai koefisien dan jasa pemerintah daerah dituntut
korelasi tersebut jauh dari angka yang untuk menghindari pemborosan
sempurna, yaitu 1. sekaligus mampu memelihara dan
Untuk menguji signifikansi koefisien meningkatkan kondisi perekonomian
korelasi Pearson tersebut digunakan alat uji daerah. Proses belanja barang dan jasa
t. Setelah dilakukan pengujian diperoleh t di lingkungan instansi pemerintah
hitung sebesar -0,0815. Dengan bukan hanya merupakan kegiatan rutin
menggunakan tingkat keyakinan 95 persen dalam memenuhi kebutuhan instansi,
df= n-k (α= 0,05; 3) diperoleh t tabel tetapi merupakan suatu kegiatan
sebesar 2,353. Dengan demikian t hitung < strategis dalam upaya memberi
t tabel, hal ini berarti tidak ada hubungan pelayanan kepada masyarakat. adanya
yang signifikan antara defisit anggaran sistem penilaian kinerja kantor yang
dengan kinerja keuangan pada Kabupaten sering mendasarkan penilaian pada
Tebo selama periode tahun 2006-2010. percepatan penyerapan dana anggaran.
Akibatnya pelaksanaan anggaran lebih
Implikasi Kebijakan mengutamakan jumlah realisasi
Berdasarkan hasil pembahasan di atas ketimbang pemilihan jenis barang/jasa
dapat diidentifikasi penyebab dominan yang sesuai kebutuhan. Pembelian
terciptanya defisit anggaran. Secara barang dan jasa dilakukan dengan
statistik pengaruh terbesar dari terciptanya tujuan agar dana yang ada dapat segera
defsit anggaran berasal dari besarnya dicairkan, tanpa mempertimbangkan
belanja barang dan jasa dan belanja modal. apakah barang dan jasa yang dibeli
Dengan koefisien regresi sebesar 8,17 bermanfaat dalam menunjang kinerja
untuk anggaran belanja barang dan jasa dan instansi. Akibatnya jumlah barang dan
sebesar 5,01 untuk anggaran belanja modal. jasa yang tidak begitu penting bisa jadi
Implikasinya, upaya untuk mengendalikan berlebihan sementara barang lainnya

105
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

yang sangat dibutuhkan tidak tersedia modal dan belanja barang dan jasa
dengan cukup. selama periode 2004-2011 secara
2. Anggaran belanja modal merupakan bersama-sama berpengaruh
faktor kedua yang menjadi penyebab signifikan terhadap terjadinya defisit
terjadinya defisit anggaran pada anggaran di Kabupaten Tebo. Dengan
Kabupaten Tebo selama periode tahun demikian faktor utama penyebab
2004-2011. Anggaran belanja modal defisit anggaran pada Kabupaten
memilki hubungan yang positif dengan Tebo selama periode tahun 2004-
defisit anggaran. Jika terjadi 2011 adalah belanja barang dan jasa.
peningkatan pada anggaran belanja Faktor penyebab yang ke dua defisit
modal maka defisit anggaran juga akan anggaran adalah belanja modal.
mengalami peningkatan. Anggaran 2. Hasil analisis mengenai hubungan
belanja modal dilakukan untuk defisit anggaran dengan
membiayai kegiatan investasi perkembangan ekonomi pada
(menambah aset) yang ditujukan untuk Kabupaten Tebo selama tahun 2006-
peningkatan sarana dan prasarana 2010 menunjukkan, bahwa defisit
publik yang hasilnya dapat digunakan anggaran dengan perkembangan
langsung oleh masyarakat. ekonomi dengan menggunakan alat
Keterbatasan kemampuan keuangan uji korelasi sederhana Pearson
pemerintah daerah mengharuskan memiliki hubungan sebesar -0,07986.
pemerintah daerah melaksanakan Setelah dilakukan pengujian
belanja modal secara efektif dan diperoleh t hitung sebesar -0,1387.
efisien. Dengan menggunakan tingkat
3. Anggaran Belanja pegawai pada keyakinan 95 persen df= n-k (α=
Kabupaten Tebo selama periode tahun 0,05; 3) diperoleh t tabel sebesar
2004-2011 bukan merupakan faktor 2,353. Dengan demikian t hitung < t
utama penyebab defisit anggaran, tabel, hal ini berarti tidak ada
karena anggaran belanja pegawai hubungan yang signifikan antara
memiliki hubungan yang negatif defisit anggaran dengan
dengan defsit anggaran. perkembangan ekonomi pada
Kabupaten Tebo selama periode
tahun 2006-2010.
KESIMPULAN DAN SARAN 3. Hasil analisis mengenai hubungan
Kesimpulan defisit anggaran dengan kinerja
Berdasarkan hasil analisis dan keuangan daerah pada Kabupaten
pembahasan yang telah dilakukan maka Tebo selama tahun 2006-2010
sesuai hasil penghitungan dan pengujian menunjukkan, bahwa defisit
dapat disimpulkan sebagai berikut: anggaran dengan kinerja keuangan
1. 90,09 persen variasi besar kecilnya dengan menggunakan alat uji korelasi
defisit anggaran dipengaruhi oleh sederhana pearson memiliki
variabel belanja pegawai, belanja hubungan sebesar -0,04703. Setelah
modal dan belanja barang dan jasa. dilakukan pengujian diperoleh t
Sementara sisanya 9,01 persen hitung sebesar -0,0815. Dengan
lainnya dipengaruhi oleh variabel menggunakan tingkat keyakinan 95
lain. F-Hitung >F-Tabel, menandakan persen df= n-k (α= 0,05; 3) diperoleh
bahwa variabel independen secara t tabel sebesar 2,353. Dengan
bersama berpengaruh signifikan demikian t hitung < t tabel, hal ini
terhadap variabel dependen, sehingga berarti tidak ada hubungan yang
bahwa belanja pegawai, belanja signifikan antara defisit anggaran

106
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

dengan kinerja keuangan pada DAFTAR PUSTAKA


Kabupaten Tebo selama periode
tahun 2006-2010. Bratakusumah, Deddi Supriadi dan Solihin,
Dadang. 2001. Otonomi
Saran Penyelenggaraan Pemerintah
Berdasarkan pembahasan dan Daerah. Gramedia. Jakarta.
kesimpulan dalam penelitian ini dapat Bhendriyadi.2101.bhendriyadi.blogspot.co
dikemukakan beberapa saran dan m/2011/04/pajakfiskaldaerah.html
rekomendasi berkenaan dengan /m=1
pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Depdagri. 1997. Kepmendagri No.
Tebo, sebagai berikut: 690.900.327.1996. Pedoman
1. Mengingat keterbatasan kemampuan Penilaian dan Kinerja Keuangan.
keuangan pemerintah dan tingginya Depdagri. 2004. Undang-undang No. 32
tuntutan masyarakat terhadap Tahun 2004. Tentang
akuntabilitas kinerja pemerintah Pemerintahan Daerah dan
mengharuskan pemerintah Otonomi Daerah.
melaksanakan belanja barang dan jasa Depdagri. 2004. Undang-undang No. 33
secara efisien dan efektif. Melalui Tahun 2004. Tentang
proses belanja barang dan jasa Perimbangan Keuangan Antara
pemerintah daerah dituntut untuk Pemerintah Pusat dan Daerah.
menghindari pemborosan sekaligus Depdagri. 2005. Peraturan Pemerintah No.
mampu memelihara dan meningkatkan 58 Tahun 2005. Tentang
kondisi perekonomian daerah. Pengelolaan Keuangan Daerah.
2. Perlunya pemerintah mencari terobosan DPPKAD Kabupaten Tebo. 2006-2011.
dalam meningkatkan pendapatan Anggaran Pendapatan dan
daerah dikarenakan pertumbuhan Belanja Daerah. Tebo.
anggaran belanja menunjukkan
kecenderungan lebih tinggi dari Halim, A. 2001. Manajemen Keuangan
pertumbuhan anggaran pendapatan. Daerah. Edisi Revisi, UPP AMP
Karena adanya defisit anggaran akan YKPN, Bunga Rampai.
mempengaruhi terlaksananya kegiatan Yogyakarta.
peningkatan ekonomi penunjang Mandica, R. 2000. Prospek Desentralisasi
pertumbuhan ekonomi daerah. Karena di Indonesia Ditinjau dari Segi
anggaran belanja modal yang Pemerataan Antar Daerah dan
dilakukan untuk membiayai kegiatan Peningkatan Efisiensi. Analisis
investasi (menambah aset) yang CSIS, Jakarta, Tahun XXIX, No.
ditujukan untuk peningkatan sarana 1, 54-56.
dan prasarana publik yang hasilnya Mardismo. 2000. Prospek Desentralisasi
dapat digunakan langsung oleh Sistem dan Desentralisasi Fiskal.
masyarakat membutuhkan dana yang Makalah, FE-UGM, Yogyakarta.
besar.
3. Untuk meningkatkan kinerja keuangan Devas, Nick, Brian Binder, Anne Booth,
daerah Pemerintah Daerah perlu Kenneth Davey and Roy Kelly,
mengadakan pelatihan dan bimbingan 1989. Keuangan Pemerintah
teknis serta sosialisi secara intensif Daerah di Indonesia. Terjemahan
kepada para pengelola keuangan oleh Masri Maris, UI-Press,
daerah agar mereka bisa lebih hati-hati Jakarta.
dalam melakukan penyusunan APBD. Rachmat, Muhammad. 2012. Analisis
Defisit Anggaran Serta

107
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

Hubungannya Dengan Kebijakan Domestic Trade, Decentralization


Fiskal dan Kinerja Keuangan and Globalization: One Day
Daerah pada Kabupaten Bungo. Conference. LPEM-UI. Jakarta.
Tesis Program Magister Sukirno, Sadono.1998. Pengantar Teori
Ekonomika Pembangunan. Makro Ekonomi. Grafika. Jakarta.
Universitas Jambi, Jambi Wibowo, Zico. 2010. Analisis Dampak
Sawitri, H. Hendrin. 2006. Dampak Defisit Anggaran Terhadap Penurunan
Anggaran Terhadap Pertumbuhan Investasi Swasta (Crowding Out)
Ekonomi. Universitas Terbuka. dan Pertumbuhan Ekonomi di
Lppm.ut.ac.id/htmpublikasi/01- Indonesia. Tesis. Universitas
hendrin.pdf Muhammadiyah Surakarta.
Simanjuntak, Dr. Robert. 2001. Kebijakan http://etd.eprints.ums.ac.id/12555/
Pungutan Daerah di Era Otonomi,

108

You might also like