Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 22

Jurnal Psikologi

Volume 43, Nomor 2, 2016: 85 – 106

Peranan Kepuasan Kebutuhan Dasar Psikologis dan


Orientasi Tujuan Mastery Approach terhadap Belajar
Berdasar Regulasi Diri
St. Nurjannah Yunus Tekeng1, Asmadi Alsa
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Abstract. This research aims at empirically examining the role of basic psychological need
satisfaction and mastery approach goal orientation toward the self-regulated learning of
the university students. The subject of this research consisted of 240 students the third, the
fifth, and the seventh semester students of the faculty of education and teaching at the
State Islamic University Makassar derived from eight departments. The sample taken by
using multi stage cluster random sampling tecnique. The research instruments used were
the self-regulated learning scale, the psychological basic need scale, and the mastery
approach goal orientation scale. The data analyzed by using multiple regression analysis.
The result shows that the value of Fregression = 115.303, and the value of p < 0.001. This
means that the hypothesis of this research is accepted or the basic psychological need
together with the mastery approach goal orientation can significantly predict the self-
regulated learning of the university students with effective contribution R2 = 0.493 or
49.3%. Partially, the two predictors showed a different contribution where the basic
psychological need satisfaction contributed 4.9% and the mastery approach goal
orientation contributed 44.4% to the self-regulated learning of the university students.
Keywords: basic psychological need satisfaction, goal orientation, mastery approach, self-
regulated learning

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris peranan kepuasan
kebutuhan dasar psikologis dan orientasi tujuan mastery approach sebagai prediktor belajar
berdasar regulasi diri mahasiswa. Subjek penelitian berjumlah 240 mahasiswa semester
III, V, dan VII Fakultas Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Makassar
yang berasal dari delapan prodi. Teknik pengambilan sampel menggunakan multi stage
cluster random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah skala belajar berda-
sar regulasi diri, skala kepuasan kebutuhan dasar psikologis, dan skala orientasi tujuan
mastery approach. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi berganda. Hasilnya
menunjukkan nilai Fregresi = 115,303 dan nilai p < 0,001. Ini berarti bahwa hipotesis peneli-
tian ini dapat diterima atau dengan kata lain kepuasan kebutuhan dasar psikologis dan
orientasi tujuan mastery approach secara bersama dapat secara signifikan memprediksi
belajar berdasar regulasi diri mahasiswa dengan sumbangan efektif sebesar R2 = 0,493
atau 49,3%. Secara parsial, kedua variabel memberikan nilai kontribusi yang berbeda,
dimana kepuasan kebutuhan dasar psikologis memberikan sumbangan efektif sebesar
4,9% dan orientasi tujuan mastery approach memberikan sumbangan efektif sebesar 44,4%
terhadap belajar berdasar regulasi diri mahasiswa.
Kata kunci: belajar berdasar regulasi diri, kepuasan kebutuhan dasar psikologis, orientasi
tujuan mastery approach

1 Korespondensi mengenai isi artikel ini dapat dilakukan melalui: st.nurjannah@uin-alauddin.ac.id,


asmalsa@ugm.ac.id

JURNAL PSIKOLOGI 85
TEKENG & ALSA

Mahasiswa di perguruan tinggi mem- Dukungan terhadap belajar berdasar


butuhkan kemampuan untuk secara man- regulasi diri mahasiswa di perguruan
diri mengarahkan dirinya dalam belajar, tinggi merupakan kepentingan pendi-
atau menstransformasi kemampuan men- dikan yang harus terakomodasi di dalam
tal ke dalam performa akademik atau kurikulum. Dimana mahasiswa tidak
keterampilan yang terkait dengan tugas- hanya dituntut untuk mencapai pengua-
tugasnya. Ini dikenal dengan proses bela- saan akademik, akan tetapi juga menuntut
jar berdasar regulasi diri (Zimmerman, tercapainya kemampuan untuk menguasai
2008). Proses belajar seperti ini sangat hakikat belajar secara berkelanjutan yang
penting bagi mahasiswa, khususnya da- dapat diperoleh melalui kemandirian
lam konteks pembelajaran berpusat pada dalam belajar mencakup keterampilan
mahasiswa (student centered approach). mengarahkan atau meregulasi diri.
Zimmerman (2002) berpendapat bah- Dengan demikian, pencapaian kedua hal
wa belajar berdasar regulasi diri adalah tersebut adalah perwujudan implementasi
penting karena fungsi utama pendidikan kurikulum yang utuh (Lembaga Penelitian
adalah berkembangnya keterampilan UPI, 2010).
belajar seumur hidup. Pendapat yang Namun pada kenyatannya, menurut
sama juga dinyatakan oleh Ifenthaler Valle, dkk. (2008) sebagian besar dari
(2012), bahwa regulasi diri dalam belajar peserta didik yang mencapai studi yang
dianggap sebagai salah satu keterampilan lebih tinggi tidak cukup siap untuk
yang sangat penting dan dibutuhkan menghadapi tuntutan atau tantangan di
untuk proses belajar sepanjang masa, tingkat universitas karena mereka tidak
karena sesuai dengan tujuan utama pendi- mampu untuk meregulasi diri dalam
dikan tinggi yaitu menghasilkan pebelajar proses belajar. Pernyataan ini didukung
seumur hidup (lifelong learners). Maha- oleh fakta di lapangan sebagaimana yang
siswa yang belajar berdasar regulasi diri dilaporkan oleh Ashar (Pembantu Dekan I
menurut Villach dan Lianos (2007) akan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
mampu bersaing dalam era perkem- Brawijaya), bahwa pada tahun 2012, 70
bangan pengetahuan yang pesat dan mahasiswa drop out dengan jumlah
keterampilan dalam karir mereka, karena mahasiswa tahun pertama yang paling
mahasiswa yang demikian dikarakteristik- banyak (33 orang). Menurut Ashar (2012),
kan sebagai pebelajar yang strategik, penyebab permasalahan ini adalah faktor
mampu mengontrol dan bertanggung internal mahasiswa, yaitu minat belajar
jawab terhadap pembelajarannya yang rendah, kegagalan beradaptasi secara
(Arabzadeh, Kadivar, & Dlavar, 2012), akademik dan sosial, serta kurangnya
memiliki motivasi yang superior, metode kemampuan mereka dalam mengarahkan
belajar yang adaptif, sukses secara diri atau belajar mandiri. Hal yang sama
akademik, dan memandang masa depan- juga terjadi di UIN Makassar, dimana
nya secara optimis (Zimmerman, 2002). pada tahun 2014, sekitar tujuh ratus lebih
Pentingnya makna belajar berdasar mahasiswa drop out. Salah satu alasan
regulasi telah menjadikannya sebagai pemutusan studi mereka adalah ketidak-
salah satu fokus utama dalam penelitian mampuan mereka memenuhi tuntutan
psikologi pendidikan (Boekaerts, Pintrich, akademik yaitu, mencapai standar mini-
& Zeidner, 2000). mal indeks prestasi akademik yang
ditetapkan setelah menghabiskan masa

86 JURNAL PSIKOLOGI
KEPUASAN KEBUTUHAN DASAR PSIKOLOGIS, MASTERY APPROACH

studi dua semester (Biro Akademik UIN diri itu sifatnya “ubiquitous” atau ada
Makassar, 2014). dimana-mana atau dimiliki setiap orang,
Temuan penelitian sebelumnya juga maka mengapa tidak semua individu
dilaporkan oleh Peverly, Brobst, Graham, sukses menunjukkan perilaku tersebut.
dan Shaw (2003) bahwa mahasiswa psiko- Temuan hasil penelitian mengindi-
logi masih menunjukkan belajar berdasar kasikan bahwa belajar berdasar regulasi
regulasi diri yang rendah. Penelitian awal diri ditentukan oleh orientasi motivasi dan
juga dilakukan peneliti pada tahun 2014 strategi yang digunakan. Sebagaimana
dan menemukan bahwa mahasiswa yang diyatakan oleh Arabzadeh, dkk.
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN (2012) bahwa umumnya, belajar berdasar
Makassar belum menunjukkan secara regulasi diri dipandang sebagai kombinasi
optimal belajar berdasar regulasi diri. dari keterampilan dan kemauan. Keteram-
Pengembangan kemampuan regulasi pilan mengacu kepada penggunaan stra-
diri sebenarnya bukan saja karena meru- tegi kognitif dan metakognitif yang
pakan prasyarat keberhasilan kesuksesan mencakup penetapan tujuan, perencanaan
belajar individu, akan tetapi yang terpen- dan pengorganisasian belajar, monitor
ting adalah bahwa regulasi diri pada diri, evaluasi diri, manajemen waktu, dan
dasarnya adalah sifat manusia yang khas sumber daya. Sedangkan keinginan meng-
dan sangat adaptif yang memungkinkan- acu kepada orientasi motivasi individu
nya untuk mengganti dan mengubah dalam hal tujuan, nilai, dan pengharapan.
respon mereka, termasuk mengubah diri Oleh karena itu, variasi tingkat belajar
sehingga memenuhi standar sosial dan berdasar regulasi diri mahasiswa sebenar-
yang lainnya. Seperti yang dijelaskan oleh nya menunjukkan isyarat adanya perbeda-
Bandura (1986) bahwa teori sosial kognitif an pada kondisi motivasi dan strategi
beranggapan bahwa manusia tidak hanya mereka. Selain itu, peran lingkungan juga
dibentuk dan diarahkan oleh lingkungan sangat penting dalam memfasilitasi
eksternalnya, akan tetapi mereka memiliki konteks belajar yang mendukung motivasi
potensi untuk mengorganisasikan diri, yang optimal yang mengarahkan kepada
proaktif, dapat merefleksikan dan meregu- keterlibatan yang tinggi dalam belajar
lasi diri. Manusia memiliki kekuatan berdasar regulasi diri.
untuk memengaruhi tindakan mereka Bukti empiris dari temuan hasil pene-
sendiri untuk menghasilkan hasil tertentu. litian sebelumnya, menunjukkan bahwa
Untuk meningkatkan tingkat belajar ada korelasi antara kepuasan kebutuhan
berdasar regulasi mahasiswa, perlu meng- dasar psikologis dengan belajar berdasar
ivestigasi faktor yang berkontribusi. Hal regulasi diri (Sungur & Gungoren, 2009;
ini menurut Sierens, dkk. (2009) dikare- Jang, Reeve, Ryan & Kim, 2009). Demikian
nakan belajar berdasar regulasi diri tidak pula, adopsi orientasi tujuan mastery
terjadi secara otomatis dan tidak mudah approach berkorelasi dengan belajar berda-
diinduksi. Meskipun regulasi diri telah sar regulasi (Pintrich & De Groot, 1990;
menjadi sifat khas manusia, akan tetapi Pintrich, 1999; Somuncuoglu & Yildirim,
pada kenyataannya sebagian manusia 1999; Neuvile, Frenay, & Bougeis, 2007;
mampu meregulasi diri dengan baik dan Sadeghy & Mansouri, 2014), dan belajar
sebagian lainnya kurang menunjukkan berdasar regulasi diri siswa dengan
perilaku tersebut. Winne (2005) menyata- orientasi tujuan mastery approach lebih
kan bahwa jika belajar berdasar regulasi tinggi dibandingkan dengan siswa yang

JURNAL PSIKOLOGI 87
TEKENG & ALSA

mengadopsi orientasi tujuan performansi partisipan aktif dalam pembelajaran; (2),


(Susetyo dan Kumara, 2012). Dengan Memiliki potensi untuk memonitor, me-
mempertimbangkan karakteristik individu ngontrol, dan meregulasi banyak aspek,
dengan kedua variabel ini yang menfasi- yaitu kognisi, memengaruhi, perilaku, dan
litasi prasyarat untuk belajar berdasar konteks; (3), Menentukan berbagai macam
regulasi yang baik, maka penelitian ini tujuan atau standar sebagai pembanding
bertujuan untuk menginvestigasi peranan untuk menentukan apakah mereka harus
kedua variabel independen ini sebagai melanjutkan atau melakukan beberapa
prediktor belajar berdasar regulasi diri. perubahan dalam pembelajaran mereka;
Adapun rumusan masalah penelitian ini dan (4) Bahwa kegiatan belajar berdasar
adalah: apakah kepuasan kebutuhan dasar regulasi diri adalah mediator antara
psikologis dan orientasi tujuan mastery karakteristik individu dan kontekstual
approach secara bersama-sama dapat secara (Pintrich, 2000).
signifikan memprediksi perilaku belajar Belajar berdasar regulasi diri didasar-
berdasar regulasi diri mahasiswa? kan pada teori sosial kognitif yang
Untuk memahami kerangka teoritis berasumsi bahwa belajar berdasar regulasi
penelitian ini, berikut adalah penjelasan diri dapat dijelaskan melalui hubungan
setiap variabel dan keterkaitan antara triadik resiprokal antara personal, perilaku
variabel independen (kepuasan kebutuhan dan lingkungan (Bandura, 1986). Menurut
dasar psikologis dan orientasi tujuan Zimmerman (1989), esensi dari formulasi
mastery approach) dengan variabel depen- triadik Bandura ini adalah bahwa perilaku
den (belajar berdasar regulasi diri). adalah produk dari sumber pengaruh
yang bersifat internal dan eksternal. Oleh
Belajar berdasar regulasi diri karena itu, kunci utama belajar berdasar
regulasi diri adalah saling ketergantungan
Belajar berdasar regulasi diri mengacu
antara peran lingkungan dan pengaruh
kepada menghasilkan pemikiran sendiri,
diri (Zimmerman, 2000).
perasaan, dan tindakan yang terencana
dan dengan secara siklus diadaptasikan Model belajar berdasar regulasi diri
dengan pencapaian tujuan personal yang digunakan dalam penelitian ini
(Zimmerman, 2000). Belajar berdasar didasarkan pada model yang dikemuka-
regulasi diri merupakan suatu proses yang kan oleh Pintrich (2004) bahwa ketika
aktif dan konstruktif dimana peserta didik mahasiswa meregulasi diri dalam belajar,
menetapkan tujuan belajar mereka dan mereka menjalani empat fase siklus (fase
kemudian berusaha untuk memantau, forethought, perencanaan, dan aktivasi, fase
mengatur, dan mengontrol kognisi, moti- monitoring, fase kontrol, dan fase refleksi).
vasi, dan perilaku, dibimbing dan dibatasi Selain itu, mahasiswa juga dapat meng-
oleh tujuan, dan fitur kontekstual dalam atur dirinya sendiri dalam empat area
lingkungan (Pintrich, 2000). regulasi (kognitif, afek, perilaku, dan kon-
teks). Karena fokus penelitian ini hanya
Definisi belajar berdasar regulasi yang
pada tiga aspek regulasi yaitu kognitif,
dikemukakan oleh Pintrich (2000) dida-
perilaku, dan konteks dan mencoba untuk
sarkan pada empat asumsi yang kemudian
menginvestigasi bagaimana pengaruh
menjadi karakteristik belajar berdasar
orientasi motivasi mahasiswa (berdasar-
regulasi diri. Asumsi-asumsi tersebut ada-
kan teori determinasi diri dan teori
lah bahwa individu dalam belajar berdasar
orientasi tujuan) mengarahkan mereka
regulasi diri; (1) Dipandang sebagai

88 JURNAL PSIKOLOGI
KEPUASAN KEBUTUHAN DASAR PSIKOLOGIS, MASTERY APPROACH

untuk terlibat dalam menggunakan stra- pembelajaran dengan tujuan untuk


tegi adaptif pada tiga area regulasi memfasilitasi tingkat kualitas keterlibatan
tersebut. Oleh karena itu, aspek belajar yang tinggi (Niemiec & Ryan, 2009).
berdasar regulasi diri yang diukur adalah Reeve (2012) menyatakan bahwa
aspek kognitif, perilaku, dan konteks. ketiga kebutuhan dasar psikologis adalah
merupakan sumber tendensi motivasi
Kepuasan kebutuhan dasar psikologis intrinsik proaktif yang inheren dan
Kepuasan kebutuhan dasar psikologis mengarahkan individu untuk mengeks-
adalah bagian dari teori determinasi diri plorasi, dan untuk belajar. Manusia
(sebuah teori motivasi) yang menpostulat- berfungsi dan berkembang secara efektif
kan bahwa semua individu tidak peduli sebagai hasil dari usaha lingkungan sosial
usia, gender, status ekonomi, negara, latar dan kapasitasnya untuk memenuhi
belakang budaya memiliki tendensi kepuasan kebutuhan dasar psikologis
inheren untuk berkembang (seperti individu. Teori kebutuhan dasar psiko-
motivasi intrinsik, keingintahuan, dan logis menjelaskan bahwa keterlibatan aktif
kebutuhan dasar psikologis), dan menjadi dan pasif individu dalam belajar terkait
dasar motivasi keterlibatan individu di dengan pemenuhan kepuasan kebutuhan
dalam pembelajaran dengan kualitas yang dasar psikologis ini. Ini berarti bahwa
tinggi dan keberfungsian positif di sekolah kepuasan ketiga kebutuhan ini mempro-
(Reeve, 2012). mosikan keterlibatan academik dan pres-
tasi belajar yang baik. Sebaliknya, jika
Keunikan teori determinasi diri yaitu
tidak terpuasakan akan menghasilkan
penekanannya pada identifikasi, vitalisasi,
ketidakterlibatan secara akademik dan
dan peningkatan sumber motivasi yang
prestasi belajar yang rendah (Niemic &
sudah ada dalam diri peserta didik yang
Ryan, 2009).
bersifat universal (seperti kebutuhan dasar
psikologis, keingintahuan). Oleh karena Premis utama teori ini adalah bahwa
itu, tugas instruksional didesain berdasar- kebutuhan dasar harus diakomodasi agar
kan asumsi tersebut dan tujuannya adalah individu termotivasi untuk bertindak
untuk meningkatkan keterlibatan yang (Guay, Ratelle, & Chanel, 2008). Hasil
tinggi dalam pembelajaran (Reeve & penelitian menunjukkan bahwa jika
Halusic, 2009). terpuaskan, mahasiswa akan termotivasi
Menurut Keblawi (2006), teori ini untuk menggunakan pendekatan belajar
menawarkan pandangan yang menarik mendalam dan penurunan penggunaan
tentang motivasi, yaitu daripada berfokus strategi avoidan. Sebaliknya, jika tidak
pada bagaimana pembelajar memotivasi terpuaskan akan mengarahkan mahasiswa
peserta didik di dalam kelas, teori ini lebih menggunakan pendekatan belajar surface,
berfokus pada bagaimana pembelajar strategi belajar avoidan, dan penurunan
menciptakan kondisi di mana peserta pada pencapaian hasil belajar (Betoret &
didik dapat memotivasi diri sendiri. Ini Artiga, 2012). Selain bukti empiris ini,
berarti bahwa teori ini mencoba untuk Jang, dkk. (2009) melaporkan bahwa: (1)
mengidentifikasi sumber-sumber motivasi Dukungan terhadap otonomi, kompetensi,
dalam diri peserta didik dan memberikan dan keterkaitan merupakan dasar dari
rekomendasi tentang bagaimana pembe- kepuasan yang tinggi dalam pengalaman
lajar meningkatkan, dan memvitalisasi belajar siswa sekolah menengah atas di
sumber-sumber motivasi tersebut selama Korea. Sebaliknya, siswa yang tidak didu-

JURNAL PSIKOLOGI 89
TEKENG & ALSA

kung mengalami kepuasan belajar yang mengerjakan tugas dan mencapai tujuan
rendah; (2) Kepuasan kebutuhan dasar dengan kemampuan terbaiknya. Filak dan
psikologis berkorelasi dengan hasil belajar Sheldon (2003) menyatakan bahwa istilah
siswa yang memuaskan. Selain itu, Lim kompetensi terkait dengan efikasi diri.
dan Wang (2009) juga melaporkan Mendukung kebutuhan ini berarti mem-
pentingnya persepsi siswa terhadap beri keyakinan mahasiswa terhadap
dukungan otonomi dalam meningkatkan kemampuannya untuk mengambil tan-
determinasi diri dalam meregulasi tangan. Niemic dan Ryan (2009) menyata-
perilaku dalam belajar. kan bahwa kebutuhan ini dapat didukung
Kebutuhan dasar psikologis memiliki dengan memperkenalkan mereka dengan
tiga komponen, yaitu: pertama, kebutuhan kegiatan belajar menantang yang
otonomi, yang dikonseptualisasikan seba- memungkinkan mereka untuk menguji
gai pengalaman merasakan adanya pilih- dan mengembangkan kompetensi akad-
an, dukungan, dan kemauan berkaitan emik mereka.
dengan memulai, memelihara, dan meng- Ketiga adalah kebutuhan keterkaitan
akhiri keterlibatan perilaku (Niemic, (need for relatedness), yang didefinisikan
Lynch, Vansteenkistec, Bernstein, Decia, & sebagai kecenderungan yang melekat pada
Ryan, 2006). Otonomi bermakna bahwa individu untuk merasa terhubung dengan
individu adalah inisiator dan sumber dari orang lain, yaitu untuk menjadi anggota
perilakunya (Guay, dkk., 2008). Filak dan kelompok, untuk dicintai, dipeduli, dan
Sheldon (2003) juga menyatakan bahwa diperhatikan (Baumeister & Leary, 1995),
mendukung otonomi berarti mengambil mengacu pada kehangatan dan perhatian
perspektif mahasiswa, memberikan pilih- yang diterima dari interaksi dengan orang
an, dan memberikan alasan jika tidak ada lain, sehingga menghasilkan rasa memiliki
kemungkinan pilihan. Hasil penelitian (Niemic, dkk., 2006), melibatkan kebutuh-
menunjukkan bahwa dukungan terhadap an untuk terkoneksi secara aman dengan
kebutuhan otonomi meningkatan motivasi orang lain dalam lingkungannya dan
intrinsik, memandang diri kompeten, dan mengalami perasaan layak untuk disa-
harga diri dari waktu ke waktu (Niemic & yangi dan di hargai (Osterman, 2000).
Ryan, 2009). Dalam konteks hubungan antara guru dan
Kedua adalah kebutuhan kompetensi murid, dukungan terhadap kebutuhan
yang didefinisikan sebagai keinginan yang keterkaitan memberikan rasa penerimaan,
melekat pada individu untuk merasa dihargai, diperhatikan dan rasa keber-
efektif dalam berinteraksi dengan ling- samaan (Filak & Sheldon, 2003). Furrer
kungan, mencerminkan kebutuhan untuk dan Skinner (2003) mengatakan bahwa
melatih kemampuan, dan mencari tan- kebutuhan keterkaitan memiliki peranan
tangan yang optimal (Reeve & Sickenius, penting terhadap motivasi dan performa
1994; Deci & Ryan, 2000). Kebutuhan siswa. Siswa yang melaporkan perasaan
kompetensi berkaitan dengan keyakinan keterkaitan yang tinggi menunjukkan
individu untuk melakukan tugas tertentu keterlibatan emosional dan behavioral di
secara efisien dan efektif (Guay, dkk, sekolah. Deci, Vallerand, Pelletier, dan
2008). Menurut Deci dan Ryan (2000), Ryan (1991) memprediksikan bahwa jika
indikator kepuasan kebutuhan ini adalah kebutuhan keterkaitan ini tidak terpuas-
ketika individu merasa bahwa mereka kan dalam konteks belajar, maka motivasi
memiliki cukup keterampilan untuk mereka akan menurun, perkembangan

90 JURNAL PSIKOLOGI
KEPUASAN KEBUTUHAN DASAR PSIKOLOGIS, MASTERY APPROACH

yang terhambat, perasaan teralienasi dan penjelasan terhadap perilaku pencapaian,


performa yang buruk. atau menjelaskan belajar dan performa
siswa dalam tugas akademik di sekolah.
Orientasi tujuan mastery approach Oleh karena itu, teori ini merupakan teori
tujuan yang paling relevan dan dapat
Teori orientasi tujuan muncul sebagai
diaplikasikan untuk memahami dan
arah baru dalam penelitian motivasi
meningkatkan proses belajar mengajar
(Dweck & Legget, 1988). Teori ini berkem-
(Pintrich & Schunk, 1996). Livengood
bang dalam kerangka teori sosial kognitif
(1992) menyatakan bahwa salah satu cara
dan merupakan salah satu konstruks
untuk menentukan mahasiswa mana yang
motivasi yang terkait dengan alasan atau
lebih mungkin mengerahkan upaya yang
tujuan individu terlibat dalam sebuah
diperlukan di perguruan tinggi untuk
tugas atau mencoba menjawab pertanyaan
sukses adalah dengan mengetahui tujuan
“Why am I doing this task?” (Miltiadou &
motivasional mahasiswa dan keyakinan
Savenye, 2003). Teori sosial kognitif
tentang usaha dan kemampuannya.
berasumsi bahwa umumnya tindakan
manusia diarahkan oleh tujuan. Teori orientasi tujuan merupakan
salah satu teori yang paling menonjol dan
Orientasi tujuan terkait dengan
aplikatif yang digunakan untuk mema-
persepsi terhadap penyebab mengapa
hami motivasi akademik peserta didik
individu tertarik atau terlibat dalam
(Pintrich & Schunk, 1996), dan
mempelajari sebuah tugas (Marcou &
menjelaskan proses motivasi sebagai
Philippou, 2005), atau terkait dengan
faktor psikologis (selain kemampuan)
tujuan untuk terlibat dalam perilaku
yang menentukan seberapa efektif
pencapaian (Ames, 1992). Oleh karena itu,
individu menggunakan keterampilan
menurut teori orientasi tujuan, ada
(Dweck, 1986). Teori pencapaian tujuan
korelasi antara performa individu dan
menyatakan bahwa individu terlibat
orientasi tujuannya. Orientasi tujuan
dalam kegiatan akademik untuk meme-
merupakan pola keyakinan, atribusi, dan
nuhi standar yang berbeda. Dalam
nilai yang diadopsi individu yang
mengevaluasi kompetensi, menurut
terefleksi dalam perilaku pencapaiannya
Mattern (2005), sebagian mahasiswa
(Elliot, 2005), atau menurut Pintrich dan
termotivasi untuk mendapatkan nilai
Schunk (1996), orientasi tujuan merefleksi-
tinggi untuk menunjukkan kecerdasannya,
kan sebuah jenis standar dimana individu
dan sebagian lainnya lebih mementingkan
akan menilai keyakinannya seperti
pemahaman terhadap materi dan mening-
atribusi, afek, demikian pula performa
katkan kemampuan. Dalam mengevaluasi
aktual dan perilaku. Dweck dan Legget,
kemampuan, individu menggunakan
(1998) menyatakan bahwa tujuan yang
standar yang berbeda. Menurut Mattern
dikejar individu menciptakan kerangka
(2005), sebagian mahasiswa termotivasi
dimana mereka menginterpretasi dan
untuk mendapatkan skor yang tinggi
bereaksi terhadap peristiwa, secara khusus
(kriteria normatif), dan sebagian lainnya
dalam domain pencapaian intelektual.
termotivasi untuk meningkatkan kemam-
Teori orientasi tujuan berbeda dengan puan (kriteria abosolut). Adapun menurut
teori tujuan lainnya. Jika teori tujuan dimensi nilai, sebagian mahasiswa me-
lainnya membahas perilaku manusia ngerjakan tugas karena memandangnya
secara luas, teori ini dikembangkan dalam sebagai sesuatu yang positif dan dibutuh-
konteks sekolah untuk memberikan

JURNAL PSIKOLOGI 91
TEKENG & ALSA

kan, sedangkan sebagian lainnya menun- formulasi triadik Bandura menyatakan


jukkan perilaku menghindari karena bahwa perilaku adalah produk dari
memandang tugas sebagai sesuatu yang sumber pengaruh dari dalam diri dan dari
negatif dan tidak diinginkan (Elliot & luar. Sebagai contoh, sumber dari dalam
McGregor, 2001). Berdasarkan kedua diri seperti motivasi individu merupakan
dimensi ini maka Elliot dan McGregor aspek terpenting dari belajar berdasar
(2001) dalam model 2  2 orientasi tujuan- regulasi diri. Boekaert dan Cascallar
nya mendefinisikan orientasi tujuan (2006), membatasi belajar berdasar
mastery approach sebagai orientasi tujuan regulasi diri hanya pada strategi kognitif
dengan standar absolut-interpersonal dan dan metakognitif dan mengabaikan
nilai positif (positive valence). motivasi sebagai kekuatan pengarah
Berdasarkan temuan hasil penelitian, dalam proses belajar. Teori determinasi
orientasi tujuan mastery approach dikarak- diri menawarkan konsep bahwa untuk
teristikkan sebagai tujuan yang berfokus dapat memberi energi yang mengarahkan
pada peningkatan keterampilan baru, perilaku individu, dapat dilakukan de-
pemahaman, dan penekanan pada makna ngan mengakomodir kepuasan kebutuhan
personal tugas (Ames, 1992; Tapola & dasar psikologisnya yaitu otonomi, kom-
Niemivirta, 2008), memiliki self-esteem petensi, dan keterkaitan.
yang tinggi dan usaha dipandang sebagai Dalam teori determinasi diri, regulasi
bagian dari belajar dan syarat kesuksesan diri dikonseptualisasikan sebagai sebuah
(Tapola & Niemivirta, 2008), memiliki kontinum yang bermakna bahwa individu
preferensi terhadap tugas menantang dan dapat lebih atau kurang meregulasi diri
mengambil risiko (Ames & Archer, 1988; terasosiasi dengan tingkat kepuasan kebu-
Elliot & Dweck, 1988; Dweck & legget, tuhan dasar psikologisnya yang merupa-
1988), memiliki sikap positif dalam belajar kan sumber motivasi intrinsik. Level
(Ames & Archer, 1988), perisisten meski- tertinggi dari pengaturan diri melibatkan
pun mendapatkan kesulitan (Elliott & tindakan yang dilakukan karena orang
Dweck, 1988), keterlibatan aktif dalam merasa tertarik atau penting untuk mela-
mengaplikasikan strategi belajar efektif kukannya, dan tingkat terendah hanya
dan pemecahan masalah, serta kesadaran karena orang tersebut merasa dipaksa oleh
terhadap bagaimana dan kapan beberapa agen eksternal. Menurut Paris
menggunakan strategi belajar berdasar dan Paris (2001), sesuai dengan namanya
regulasi diri (Nolen, 1988; Pintrich & De belajar berdasar regulasi diri menekankan
Groot, 1990; Somuncuoglu & Yildirim, pada otonomi dan kontrol individu yang
1999; Dupeyrat & Marine, 2005;) memonitor, mengarahkan, dan meregulasi
tindakan untuk mencapai tujuan pemero-
Keterkaitan antara kepuasan kebutuhan dasar lehan informasi, mengembangkan keah-
psikologis dan orientasi tujuan mastery lian, dan peningkatan diri. Dengan demi-
approach dengan belajar berdasar regulasi diri kian, kebutuhan otonomi mahasiswa
harus dipenuhi untuk lebih dapat
Teori sosial kognitif menjelaskan bah-
meregulasi diri
wa belajar berdasar regulasi diri didukung
oleh tiga faktor (personal, perilaku, dan Teori determinasi diri mengemukakan
lingkungan) yang memiliki hubungan bahwa usaha untuk mengontrol seseorang
resiprokal (Bandura, 1986). Akan tetapi, akan menguras atau menghabiskan vita-
menurut Zimmerman (1989), bahwa esensi litas dan energi psikologis (Ryan & Decy,

92 JURNAL PSIKOLOGI
KEPUASAN KEBUTUHAN DASAR PSIKOLOGIS, MASTERY APPROACH

2008), dan mengarah kepada rendahnya dkk., 1996) dalam sebuah eksperimen
kualitas perilaku dan bahkan ketidak- yang hasilnya menunjukkan bahwa ketika
terlibatan (disengagement), karena ketika mahasiswa diberitahu bahwa mereka
terkontrol, orang hanya akan cenderung melakukan dengan baik pada kegiatan
melakukan yang diperintahkan saja (Ryan memecahkan teka-teki, mereka menun-
& Deci, 2006). Akan tetapi, ini tidak jukkan bukti keterlibatan yang lebih besar
berlaku bagi regulasi diri yang otonomi. dibandingkan mahasiswa yang tidak
Ini berarti bahwa bentuk-bentuk otonomi menerima umpan balik. Dengan demikian,
atau benar-benar berkehendak dalam mendukung kebutuhan kompetensi
regulasi diri tidak akan menghasilkan melalui tugas yang menantang dan umpan
deplesi ego. Selain itu, mereka mempre- balik positif berarti memberi pengalaman
diksi bahwa kepuasan yang berhubungan kepada mahasiswa untuk meyakini
dengan kebutuhan dasar diri seharusnya kemampuannya.
memelihara atau meningkatkan vitalitas Belajar berdasar regulasi diri juga
dan mempertahankan kapasitas regulasi merupakan bentuk interaksi sosial khusus-
diri. Oleh karena itu, teori determinasi diri nya dalam area regulasi konteks. Oleh
secara khusus memprediksi bahwa ke- karena itu, kebutuhan keterkaitan menjadi
giatan yang memenuhi kepuasan terhadap sangat penting. Ryan, Stiller, dan Lynch
kebutuhan dasar psikologis (otonomi, (1994) menemukan bahwa siswa yang me-
kompetensi, dan keterkaitan) akan meng- rasa aman dengan orang tua dan guru
hasilkan pemeliharaan energi atau mereka, dan dapat meminta bantuan dari
peningkatan keterlibatan. keduanya ketika mendapatkan masalah
Zimmerman (2002) menyatakan cenderung beradaptasi lebih positif de-
bahwa meskipun hubungan kemandirian ngan kegagalan akademik, lebih otonomi
untuk sukses dalam hidup telah diakui dalam meregulasi perilaku mereka di
secara luas, sebagian besar peserta didik sekolah, lebih terlibat dalam belajar, dan
masih berjuang untuk mencapai disiplin merasa lebih baik terhadap diri mereka.
diri dalam metode belajar mereka. Payakachat, dkk. (2013) menemukan
Penelitian kontemporer mengungkapkan bahwa staf pengajar yang dipersepsikan
bahwa kualitas motivasi diri individu mahasiswa menghargai mahasiswanya,
yang meregulasi diri dalam belajar bersedia berbagi, tidak menjaga jarak, dan
bergantung kepada beberapa keyakinan ramah akan meningkatkan perilaku
yang mendasari, termasuk efikasi diri dan mahasiswa dalam mencari bantuan.
minat intrinsik. Zimmerman dan Kitsantas Dukungan sosial ini merupakan bentuk
(2005) menyatakan bahwa karena regulasi pemuasan kebutuhan keterkaitan yang
diri melibatkan inisiasi diri dan kete- dimaknai sebagai perasaan menjadi bagian
kunan, maka keyakinan motivasi diri dari komunitas (Baumeister & Leary,
menjadi sangat penting. Filak dan Sheldon 1995), rasa memiliki (Niemic, dkk., 2006),
(2003) menyatakan bahwa kepuasan terkoneksi dengan yang lain (Osterman,
kebutuhan kompetensi dekat dengan 2000), rasa penerimaan, dihargai,
efikasi diri dan dapat terlihat ketika diperhatikan dan rasa kebersamaan dalam
seseorang mengerjakan tugas yang konteks hubungan pendidik dan peserta
menantang dan pemberian umpan balik didik (Filak & Sheldon, 2003).
positif. Pernyataan ini didukung oleh hasil Newman (2002) menjelaskan bahwa
penelitian yang dilakukan oleh Deci (Deci, salah satu tantangan dalam belajar

JURNAL PSIKOLOGI 93
TEKENG & ALSA

berdasar regulasi diri adalah keterlibatan motivasi yang telah membuktikan adanya
atau persistensi yang tetap ketika meng- korelasi antara orientasi motivasi individu
hadapi masalah dan potensi kegagalan. dengan belajar berdasar regulasi diri.
Oleh karena itu, dia menyarankan bahwa Korelasi yang kuat dan positif antara
ketika seorang mahasiswa mengalami hal orientasi tujuan mastery aproach dengan
tersebut, penting bagi mereka untuk dapat strategi belajar berdasar regulasi diri
berinisiatif mencari bantuan dari pada didukung oleh beberapa penelitian yang
menyerah. Akan tetapi yang menjadi per- dilakukan pada semua tingkatan pendi-
tanyaan adalah mengapa mahasiswa tidak dikan. Sebagai contoh, penelitian Meece,
melakukan hal tersebut. Ada dua faktor dkk. (1988) menemukan bahwa orientasi
yang dianggap berpengaruh terhadap tujuan mastery approach siswa sekolah
perilaku mencari bantuan ini, yaitu faktor dasar memiliki hubungan dengan keter-
personal seperti kurangnya kompetensi libatan kognitif yang aktif dan pengguna-
untuk mengembangkan strategi adaptif an pada strategi regulasi diri. Ames dan
dalam mencari bantuan, dan faktor Archer (1988) juga melaporkan bahwa
lingkungan sosial seperti tidak adanya siswa sekolah menengah yang beorientasi
dukungan dari pendidik dan teman. tujuan ini lebih menggunakan strategi
Selain kepuasan kebutuhan dasar yang efektif, menginginkan tugas yang
psikologis, orientasi tujuan penguasan menantang, memiliki sikap positif terha-
juga erat kaitannya dengan orientasi dap pembelajaran di kelas, dan memiliki
tujuan mastery approach. Pintrich (1999) keyakinan yang kuat bahwa kesuksesan
mengungkapkan bahwa orientasi tujuan berasal dari usaha seseorang. Mereka
sangat sesuai dengan teori belajar berdasar menyimpulkan bahwa orientasi tujuan
regulasi diri. Asumsinya adalah bahwa dapat memfasilitasi terpeliharanya pola-
untuk dapat meregulasi diri dalam belajar, pola motivasi adaptif, hanya jika tujuan
yaitu meregulasi performa, dan perilaku, penguasaan diadopsi oleh siswa.
individu harus memiliki tujuan, standar Somuncuoglu dan Yildirim (1999) mene-
atau kriteria sebagai pembanding terha- mukan bahwa mahasiswa dengan orien-
dap kemajuan yang dicapai. Selain itu, tasi tujuan penguasaan terasosiasi dengan
teori orientasi tujuan memberikan penje- penggunaan strategi belajar kognitif
lasan bahwa adopsi salah satu orientasi mendalam dan strategi metakognisi.
tujuan akan terkait dengan strategi belajar Selanjutnya, Neufille, dkk. (2007) mene-
berdasar regulasi diri yang digunakan. mukan bahwa ada korelasi antara
Pintrich (1999) mengemukakan bahwa ada orientasi tujuan penguasaan dengan
korelasi yang kuat antara tujuan yang komponen belajar berdasar regulasi diri
berbeda dengan regulasi diri. Individu pada mahasiswa psikologi di Belgia.
dengan orientasi tujuan mastery approach Orientasi tujuan mastery approach juga
berorientasi pada peningkatan diri. terbukti memiliki keterkaitan dengan
Dengan orientasi tujuan ini, akan belajar berdasar regulasi diri pada aspek
mendorong individu untuk menunjukkan strategi regulasi perilaku, yaitu adanya
perilaku adaptif dengan menggunakan korelasi antara orientasi tujuan ini dengan
strategi efektif sebagai usaha pencapaian strategi mencari bantuan yang bersifat
tujuan. Teori orientasi tujuan atau disebut adaptif (adaptif help-seeking). Hasil peneli-
juga teori pencapaian tujuan (achievement tian Newman dan Schwager (1995)
goal theory) merupakan salah satu teori menunjukkan bahwa siswa dengan orien-

94 JURNAL PSIKOLOGI
KEPUASAN KEBUTUHAN DASAR PSIKOLOGIS, MASTERY APPROACH

tasi tujuan penguasaan, ketika melakukan penelitian ini terdiri atas 160 (66,7%)
kesalahan, timbul keinginan yang besar perempuan dan 80 (33,3%) laki-laki,
untuk mengkonfirmasi atau menjadi- berusia antara 18 s/d 28 tahun.
kannya sebagai umpan balik atas apa yang
telah mereka lakukan, memandang Instrumen penelitian
kesalahan sebagai sesuatu yang natural,
Skala belajar berdasar regulasi diri
dan cenderung menunjukkan strategi
mencari bantuan yang adaptif dibanding Skala belajar berdasar regulasi diri
dengan siswa dengan orientasi tujuan merupakan self-report yang ini terdiri atas
lainnya. 30 aitem dan menggunakan skala Likert
yang terdiri atas empat pilihan. Skala ini
Pintrich dan De Groot (1990) menya-
adalah hasil adaptasi dari The Motivated
takan bahwa orientasi tujuan mastery
Strategies for Learning Questionnaire
approach terasosiasi dengan motivasi
(MSLQ) yang dikembangkan secara formal
adaptif. Mereka melaporkan bahwa orien-
oleh McKeachie dan Pintrich pada tahun
tasi motivasional individu memengaruhi
1986 di Universitas Michigan. Skala ini
belajar berdasar regulasi diri. Hasil
didesain untuk mengukur orientasi moti-
penelitian lainnya juga dilaporkan oleh
vasi dan penggunaan strategi belajar
Elliot, dkk. (1999), demikian pula Moller
mahasiswa (Pintrich, Smith, Garcia, &
dan Elliot (2006), bahwa tujuan mastery
McKeachie, 1991). Skala ini telah secara
approach memprediksi penggunaan stra-
luas digunakan dalam berbagai penelitian
tegi belajar mendalam (deep learning
dan diberbagai negara dan telah terbukti
strategies), dan tidak berkorelasi dengan
memiliki validitas dan realibilitas yang
disorganisasi, kekhawatiran dan emosio-
baik (Pintrich, dkk., 1991; Artino, 2005).
nalitas, dan kecemasan terhadap ujian.
Sesuai dengan definisi operasional peneli-
Profil motivasi adaptif seperti ini tentu
tian ini, skala ini mengukur belajar
saja dibutuhkan dalam belajar berdasar
berdasar regulasi diri pada area regulasi
regulasi diri.
kognitif, perilaku dan konteks. Komponen
Berdasarkan kerangka teori penelitian strategi regulasi kognitif meliputi strategi
yang diuraikan di atas, dibuat hipotesis mengulang, organisasi, elaborasi, berfikir
penelitian, yaitu kepuasan kebutuhan kritis, dan regulasi diri metakognisi; stra-
dasar psikologis dan orientasi tujuan tegi regulasi perilaku meliputi regulasi
mastery approach secara bersama-sama usaha, kelola waktu dan mencari bantuan;
dapat memprediksi belajar berdasar dan strategi regulasi konteks yang meli-
regulasi diri. puti belajar dengan teman/kelompok dan
kelola lingkungan. Berdasar uji coba yang
Metode peneliti lakukan, skala ini memiliki
koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,896.
Subjek penelitian
Skala Kepuasan Kebutuhan Dasar Psikologis
Subjek penelitian ini berjumlah 240
mahasiswa S1 dari delapan Program Studi Skala kepuasan kebutuhan dasar
yang berbeda pada Fakultas Tarbiyah dan psikologis yang digunakan terdiri atas tiga
Keguruan Universitas Islam Negeri komponen yaitu otonomi, kompetensi dan
Makassar dan berada pada semester III, V, keterkaitan. Skala ini adalah self-report
dan VII tahun akademik 2014/2015. Subjek yang menggunakan skala Likert dengan
empat pilihan. Pengembangan aitem skala

JURNAL PSIKOLOGI 95
TEKENG & ALSA

ini merupakan modifikasi dari aitem skala didapatkan nilai Fregresi sebesar 115.303 dan
yang dikembangkan oleh Ilardi, Leone, nilai p < 0,001. Berdasarkan hasil uji sta-
Kasser, dan Ryan (1993), Broeck, tistik ini maka dapat disimpulkan bahwa
Vansteenkiste, Witte, Soenens, &, Lens hipotesis penelitian ini diterima dimana
(2010), dan Batoret dan Artiga (2011). kepuasan kebutuhan dasar psikologis dan
Adapun realibilitas skala ini setelah diuji orientasi tujuan mastery approach secara
coba adalah 0,927 bersama-sama dapat secara signifikan
memprediksi belajar berdasar regulasi diri
Skala orientasi tujuan mastery approach mahasiswa, dengan sumbangan efektif
Skala orientasi tujuan mastery approach (R²) sebesar 0.493 atau 49.3 %. Selanjutnya,
dalam penelitian ini menggunakan untuk menentukan kontribusi masing-
dimensi yang ditawarkan oleh Pintrich masing variabel prediktor terhadap varia-
and Schunk (1996) yang terdiri atas dua bel kriterium dilakukan uji regresi parsial
dimensi. Pertama, dimensi tujuan yang dan ditemukan sumbangan efektif kepuas-
mencakup sub dimensi pandangan terha- an kebutuhan dasar psikologis sebesar
dap sukses, padangan terhadap tugas, 4,9% dengan nilai p < = 0,01, dan variabel
alasan usaha, pandangan terhadap kesa- orientasi tujuan mastery approach berkon-
lahan, dan kriteria evaluasi. Kedua, tribusi sebesar 44,4% dengan nilai p <
dimensi outcome yaitu atribusi, afek, 0,001.
kognisi, dan perilaku. Dalam mengem-
bangkan skala ini, beberapa aitem yang Diskusi
digunakan juga diambil dari Patterns of
Adaptif Learning Scale (Midgley, Kaplan, Temuan hasil penelitian ini mengin-
Middleton, Maehr, Urdan, & Anderman, dikasikan bahwa untuk mendukung atau
1998), dan Darwati (2003) yang relevan meningkatkan belajar berdasar regulasi
dengan dimensi Pintrich and Schunk diri, mahasiswa perlu mengadopsi orien-
(1996). Realibilitas skala ini setelah diuji tasi tujuan mastery approach dan memiliki
coba adalah 0,939. kepuasan kebutuhan dasar psikologis
karena keduanya secara bersama-sama
memberikan sumbangan efektif yang
Hasil
cukup besar (49,3%). Selain itu, tingkat
Uji hipotesis penelitian ini dilakukan belajar berdasar regulasi diri dapat digam-
dengan menggunakan teknik analisis barkan sebagai kontinum yang bermakna
regresi linier berganda, yaitu suatu cara bahwa semakin tinggi adopsi orientasi
dilakukan untuk memprediksi outcome tujuan mastery approach dan kepuasan
variabel dari beberapa variabel prediktor kebutuhan dasar psikologis mahasiswa,
(Field, 2009). Penggunaan analisis regresi semakin tinggi belajar berdasar regulasi
berganda dalam penelitian ini bertujuan dirinya.
untuk menguji tingkat prediksi secara Jika melihat besarnya kontribusi seca-
bersama-sama kedua variabel independen ra parsial dari variabel orientasi tujuan
(kepuasan kebutuhan dasar psikologis dan mastery approach sebagai salah satu
orientasi tujuan mastery approach) terhadap prediktor dalam model regresi penelitian
variabel dependen (belajar berdasar ini dapat dijelaskan dengan merujuk
regulasi diri). Berdasarkan hasil analisis uji kepada apa yang dikemukakan oleh
regresi menggunakan program SPSS, Pintrich (2000) bahwa meskipun model-

96 JURNAL PSIKOLOGI
KEPUASAN KEBUTUHAN DASAR PSIKOLOGIS, MASTERY APPROACH

model belajar berdasar regulasi diri Selanjutnya, perbedaan outcome moti-


memiliki perbedaan dalam hal konstruk vasi, strategi kognitif, dan perilaku diaki-
akan tetapi semua memiliki kesamaan batkan oleh adanya perbedaan karak-
asumsi diantaranya adalah asumsi tujuan, teristik dari orientasi tujuan yang diadopsi
kriteria, atau standar. Ini bermakna bahwa dalam aspek pandangan terhadap usaha,
semua model tersebut mengasumsikan tugas, kriteria kesuksesan dan kegagalan,
adanya tujuan, kriteria atau standar yang demikian pula pada atribusi, strategi, dan
menjadi acuan atau pembanding ketika perilaku. Oleh karena itu, pemilihan
melakukan evaluasi dalam proses regulasi orientasi tujuan mastery approach sebagai
diri. prediktor dalam penelitian ini didasarkan
Pintrich (1999) mengemukakan pada karakteristiknya yaitu berorientasi
relevansi tujuan dengan belajar berdasar pada penguasaan tugas, belajar, pema-
regulasi diri dan peranan pentingnya haman, menggunakan standar absolut
dalam setiap fasenya. Dia menjelaskan yaitu mengacu pada peningkatan diri,
bahwa untuk dapat belajar berdasar kemajuan, dan pemahaman yang men-
regulasi diri, mahasiswa seharusnya mem- dalam terhadap tugas (Pintrich, 2000).
buat tujuan, kriteria atau standar (fase Dengan karakteristik ini, memungkinkan
forethought dan perencanaan) yang individu yang mengadopsinya untuk
dijadikan sebagai pembanding terhadap terlibat dalam proses belajar berdasar
apa yang telah dicapai (fase monitoring), regulasi diri yang lebih sukses sebagai-
atau untuk menentukan apakah proses mana yang ditunjukkan oleh bukti empiris
belajar harus dilanjutkan atau beberapa hasil penelitian.
perubahan harus dilakukan untuk dapat Untuk mencapai tujuan yang telah
mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditetapkan dalam belajar berdasar regulasi
dengan meregulasi kognisi, motivasi, atau diri, dibutuhkan penggunaan strategi
perilaku (fase kontrol). Ketiga kegiatan ini yang adaptif. Banyak hasil penelitian yang
merupakan bagian dari fase-fase yang menunjukkan bukti empiris bahwa adopsi
penting dalam belajar berdasar regulasi orientasi tujuan mastery approach terasosi-
diri (Zimmerman, 2000; Pintrich, 2004). asi secara kuat dengan penggunaan
Jika asumsi model regulasi ini dikait- strategi kognitif dan metakogniitif yang
kan dengan variabel orientasi tujuan, adaptif (Ames & Archer, 1988; Pintrich &
maka jelas terlihat adanya kesamaan De Groot, 1990; Greene & Miller, 1996;
pandangan dimana teori orientasi tujuan Somuncuoglu & Yildirim, 1999; Dupeyrat
juga memandang bahwa manusia & Marine, 2005; Kahraman, 2011; Gurcay
diarahkan oleh adanya tujuan yang & Balta, 2013; Sadeghy & Mansoury, 2014).
dimaknai sebagai alasan seseorang untuk Selain itu, orientasi tujuan ini juga teraso-
mencapai tujuan tertentu dan menjadi siasi dengan strategi mencari bantuan
standar pencapaian. Selanjutnya, teori yang adaptif yang sangat penting dalam
orientasi tujuan ini lebih jauh menjelaskan area regulasi konteks belajar berdasar
bahwa manusia dapat mengadopsi orien- regulasi diri. menurut Ryan, Pintrich, dan
tasi tujuan yang berbeda dan akan Midgley (2001), hal ini disebabkan oleh
menentukan outcome motivasi, strategi pandangan bahwa strategi mencari
kognitif, dan perilakunya yang akan bantuan penting untuk meningkatkan
tergambar dalam proses regulasi dirinya performa dan pemahaman. Newman dan
dalam belajar. Schwager (1995) melaporkan bahwa siswa

JURNAL PSIKOLOGI 97
TEKENG & ALSA

yang mengadopsi orientasi tujuan ini, mastery approach, Huijun, Dejun, Hongli,
ketika membuat kesalahan, mereka memi- dan Peixia (2006) melaporkan bahwa
liki keinginan yang kuat untuk mengkon- orientasi tujuan ini tidak berkorelasi
firmasi, atau menjadikan kesalahan dengan kekhawatiran dan emosionalitas,
sebagai umpan balik, dan menunjukkan dan menurut Bayrami, Yari, Khani, dan
strategi mencari bantuan. Temuan lainnya Mohammadi (2014), berkorelasi secara
juga menunjukkan bahwa terdapat negatif dengan kecemasan terhadap ujian.
korelasi yang kuat antara orientasi tujuan Hubungan positif yang ditunjukkan
ini dengan perilaku mencari bantuan yang oleh variabel kepuasan kebutuhan dasar
adaptif dalam pembelajaran matematika psikologis terhadap belajar berdasar regu-
(Darwati, 2003), dan bahkan dapat lasi mahasiswa dan berkontribusi terha-
memprediksi persepsi positif dan fre- dap peningkatan belajar berdasar regulasi
kuensi mencari bantuan (Butler, 2007). diri sejalan dengan hasil penelitian
Penjelasan tentang dinamika sebelumnya. Sebagaimana yang dilapor-
hubungan profil motivasi orientasi tujuan kan oleh Betoret dan Ertiga (2011) bahwa
mastery approach dengan belajar berdasar kepuasan kebutuhan dasar psikologis
regulasi diri adalah: pertama, keyakinan dapat meningkatkan belajar berdasar
bahwa sukses terkait dengan usaha atau regulasi melalui penggunaan pendekatan
usaha merupakan pra-syarat sukses (Ames belajar yang mendalam. Selanjutnya, efek
& Archer, 1988; Tapola & Niemivirta, dari pemenuhan ketiga kepuasan ini
2008),), akan memengaruhi keyakinan (otonomi, kompetensi, dan keterkaitan)
kontrol, yaitu pengharapan mahasiswa adalah pertama, belajar berdasar regulasi
bahwa mereka dapat menguasai tugas diri menekankan pada otonomi dan
melalui usaha yang optimal. Ini juga dapat kontrol individu (Paris & Paris, 2001), atau
dijelaskan oleh keyakinan bahwa inte- bersifat autonomous dimana perilaku
ligensi bersifat malleable atau dapat seseorang merupakan hasil dari
dirubah melalui usaha (Dweck, 1986). determinasi diri (Deci & Ryan, 2000). Deci,
Kedua, keyakinan nilai tugas, yaitu suatu dkk. (1996) menyatakan bahwa dalam
bentuk apresiasi, keyakinan bahwa tugas belajar berdasar regulasi diri, seseorang
itu menarik, dan evaluasi tentang butuh pengalaman berkehendak, yaitu
pentingnya fungsi tugas dalam keinginan yang tidak terkontrol untuk
meningkatkan kompetensi (Pintrich & De terlibat dalam suatu tindakan atau
Groot, 1990). Pintrich dan Schunk (1996) mengerjakan sesuatu dengan dukungan
juga mengkarakteristikkan orientasi tujuan penuh. Hal ini sejalan dengan penjelasan
mastery approach dengan persepsi bahwa teori determinasi diri bahwa seseorang
sukses adalah suatu bentuk peningkatan, yang termotivasi secara otonomi, memiliki
kemajuan, kreativitas, inovasi, dan belajar. kehendak atau dukungan untuk bertindak
Ketiga, aspek afektif yaitu reaksi emosio- (Deci & Ryan, 2008). Salah satu hipotesis
nal terhadap tugas. Bembenutty, sentral teori determinasi diri menurut
McKeachie, Karabenick, dan Lin (1998) Guay, dkk. (2008) adalah seseorang yang
menyatakan bahwa kecemasan terhadap belajar berdasar regulasi diri dengan
ujian dapat berdampak negatif terhadap motivasi yang bersifat otonomi akan
penggunaan strategi memperoleh pengeta- menunjukkan konsekuensi positif yang
huan dan penurunan motivasi. Terkait terwujud dalam bentuk behavioral,
dengan karakteristik orientasi tujuan kognitif dan afektif.

98 JURNAL PSIKOLOGI
KEPUASAN KEBUTUHAN DASAR PSIKOLOGIS, MASTERY APPROACH

Kedua, Schunk, dan Zimmerman Ketiga, mencari bantuan akademik


(Cubukcu, 2009) menyatakan bahwa yang termasuk dalam area regulasi
keyakinan personal tentang kemampuan konteks belajar berdasar regulasi diri
seseorang dan penguasan keterampilan menurut Pintrich (2004) sangatlah susah
dibutuhkan dalam belajar berdasar dibanding dengan area regulasi lainnya.
regulasi diri. Ketika seseorang melakukan Hal ini disebabkan karena tidak semua
penilaian diri pada fase rekfleksi diri area regulasi berada dalam kontrol
belajar berdasar regulasi diri, keyakinan individu, tetapi juga ada pada lingkungan.
bahwa mereka telah mengalami pening- Dengan demikian, untuk menfasilitasi
katan dalam belajar, akan meningkatkan mahasiswa dalam area regulasi ini,
efikasi dirinya (Zimmerman, 2000; & kepuasan kebutuhan keterkaitan perlu
Pintrich, 2004). Dalam teori determinasi diakomodir. Mahasiswa perlu merasakan
diri, keyakinan diri dapat diperoleh dukungan atau terkoneksi dengan
melalui kepuasan kebutuhan kompetensi, lingkungan dalam hal ini dosen, teman
yaitu keyakinan bahwa mereka dapat (peer group), atau siapa saja yang terlibat
melakukan tugas tertentu secara efektif dalam pembelajaran mereka. Payakachat,
dan efisien (Guay, dkk., 2008). Eksperimen dkk. (2013) juga melaporkan bahwa
yang dilakukan oleh Deci yang dikutip perilaku mencari bantuan akademik secara
oleh Deci, dkk. (1996), ditemukan bahwa positif berkorelasi dengan hubungan
mahasiswa yang diberitahu bahwa mereka positif antara mahasiswa farmasi dengan
bagus dalam pemecahan masalah teka-teki staf fakultas. Staf pengajar yang
menunjukkan bukti keterlibatan yang dipersepsikan membantu, mudah
lebih tinggi dibanding dengan yang tidak didekati, dan bersahabat meningkatkan
mendapatkan umpan balik tersebut. keterlibatan dalam perilaku mencari
Selain pemenuhan kebutuhan kompe- bantuan yang adaptif.
tensi meningkatkan keyakinan diri, kebu- Jika orientasi tujuan mastery approach
tuhan otonomi juga dapat meningkatkan meningkatkan perilaku mencari bantuan
keyakinan diri. Bukti penelitian yang adaptif karena pandangan bahwa mencari
menunjukkan hal tersebut menunjukkan bantuan merupakan solusi untuk
bahwa kepuasan kebutuhan ootonomi menyelesaikan masalah dan suatu cara
menghasilkan peningkatan motivasi untuk meningkatkan diri atau kesempatan
intrinsik, persepsi diri, dan penghargaan untuk belajar (Newman & Schwager,
diri dari waktu ke waktu (Niemic & Ryan, 1995), Kepuasan kebutuhan keterkaitan
2009), memprediksi efikasi diri mate- menghasilkan persepsi pada individu
matika siswa (Collins & Usher, 2013), tentang adanya kesempatan untuk belajar
peningkatan keyakinan pada kompetensi yang diberikan oleh lingkungan sosial.
dalam belajar, menunjukkan penyesuaian Oleh karena itu, berdasarkan uraian ini,
psikologis seperti kecemasan yang rendah dapat disimpulkan bahwa kombinasi
dan penghargaan diri yang tinggi (William kedua prediktor ini merupakan refleksi
& Deci, 1998), memprediksi peningkatan dari esensi formulasi triadik Bandura
otonomi belajar berdasar regulasi diri, (Zimmerman ,1989). Dengan demikian
perasaan mampu, berminat, dan penu- kata kunci belajar berdasar regulasi diri
runan tingkat kecemasan selama semester adalah saling ketergantungan lingkungan
(Black & Deci, 2000) sosial dengan pengaruh diri (Zimmerman,
2000).

JURNAL PSIKOLOGI 99
TEKENG & ALSA

Kecilnya kontribusi secara parsial liki hubungan yang baik dengan orang
yang disumbangkan oleh variabel yang membuat pilihan untuk mereka,
independen dalam model regresi pene- motivasi mereka akan sama kuatnya dan
litian ini, tentu saja tidak seperti yang mereka seakan telah membuat pilihan sen-
diharapkan karena secara teoritis dan diri. Dalam keadan ini, berarti menurut
adanya dukungan hasil empiris tentang Bao dan Lam (2008) efek pilihan personal
keterkaitan komponen kepuasan kebu- tidak lagi menjadi sesuatu yang superior
tuhan dasar psikologis dengan komponen bagi individu.
belajar berdasar regulasi diri seharusnya Deci dan Ryan (2000) menjelaskan
juga dapat memberikan kontribusi yang bahwa jika individu telah menginternali-
lebih besar. Nilai kontribusi yang kecil ini sasi pilihan yang dibuat oleh orang yang
mungkin dapat dijelaskan oleh beberapa mereka percaya, mereka kemungkinan
hal. Pertama, meskipun teori determinasi besar telah mengalami atau terpenuhi
diri menjelaskan bahwa ketiga kebutuhan kebutuhan otonominya meskipun mereka
ini bersifat universal dan dibutuhkan oleh tidak membuat pilihan. Makna otonomi
setiap individu tanpa mengenal budaya, dalam hal ini dapat berarti sejauh mana
usia maupun gender, namun terkait individu menerima secara penuh, mendu-
dengan otonomi (salah satu jenis kebu- kung, atau menerima aksi seseorang (Deci
tuhan dalam teori determinasi diri yang & Ryan, 2000). Berdasarkan penjelasan
keuniversalannya menjadi perdebatan) kedua hal tersebut di atas, kecilnya kontri-
menurut Deci dan Ryan (2000) mungkin busi secara parsial mungkin dikarenakan
terdapat perbedaan pada bagaimana konstruk otonomi dalam penelitian ini
otonomi diekspresikan dalam budaya lebih bermakna otonomi dalam budaya
individualis dan kolektivis. Dia mencon- individualistis dan tidak termasuk makna
tohkan bahwa pada budaya kolektivis, otonomi seperti yang dikemukakan oleh
individu masih dapat termotivasi ketika Deci dan Ryan (2000) yang mungkin
dia melakukan sesuatu karena tuntutan dialami oleh individu dengan budaya
kelompok. Dalam teori determinasi diri, kolektivis seperti subjek dalam penelitian
hal ini menurut Deci dan Ryan (2000) dise- ini.
babkan karena individu dapat menginter-
nalisasi nilai tersebut atau menjadikannya
Kesimpulan
bagian dari diri mereka. Jika hal tersebut Berdasarkan hasil analisis statistik
terjadi, menurut Bao dan Lam (2008), indi- dan pembahasan dapat disimpulkan
vidu ini akan tetap merasa seakan-akan bahwa kepuasan kebutuhan dasar
mereka memiliki kebebasan memilih psikologis dan orientasi tujuan mastery
meskipun mereka bertindak atas dasar approach secara bersama-sama dapat secara
tuntutan kelompok. Sehingga ada signifikan memprediksi belajar berdasar
kemungkinan subjek penelitian juga regulasi diri. Dengan demikian
berpandangan demikian. Kedua, Bao dan peningkatan belajar berdasar regulasi diri
Lam (2008) melaporkan bahwa dari tiga mahasiswa dapat ditentukan oleh
studi yang dilakukannya pada subjek pemenuhan kepuasaan kebutuhan dasar
dengan budaya kolektivis, mereka mene- psikologis, dan adopsi mahasiswa
mukan secara konsisten efek dari pilihan terhadap orientasi tujuan mastery approach.
dimoderasi oleh keterkaitan sosio- Temuan hasil penelitian ini sangat
emosional individu dengan pembuat penting dan berimplikasi pada
pilihan/keputusan. Ketika mereka memi- pengembangan model pembelajaran di

100 JURNAL PSIKOLOGI


KEPUASAN KEBUTUHAN DASAR PSIKOLOGIS, MASTERY APPROACH

perguruan tinggi yang dapat meningkat- 261-271.


kan kemandirian belajar mahasiswa Arabzadeh, M., Kadivar, P., & Dlavar, A.
dengan belajar berdasar regulasi diri.
(2012). The effects of teaching self-
regulated learning strategy on
Saran students’ academic delay of
gratification. Interdisiplinary Journal Of
Pembelajaran di perguruan tinggi Contemporary Research Business, 4(2).
sebaiknya menciptakan model pembelajar- doi: 10.1111/j.1365-2729.2007.00258.x
an yang menfasilitasi pemenuhan
kepuasan kebutuhan dasar psikologis dan Artino, A. R. (2005). A review of the
menstimulasi adopsi orientasi tujuan motivated strategies for learning
mastery approach untuk meningkatkan questionnaire. ERIC.Ed.Gov. Institute of
belajar berdasar regulasi diri mahasiswa. Education Sciences. ED499083.
Adapun saran untuk penelitian Ashar, K. (2012). Tahun 2012 jumlah
selanjutnya adalah memasukkan variabel mahasiswa S1 FEB UB yang drop out
determinan lainnya yang dapat berkon- sebanyak 70 orang. Diunduh dari:
tribusi terhadap belajar berdasar regulasi http://feb.ub.ac.id/tahun-2012-jumlah-
diri mahasiswa, perlu mendefinisikan
mahasiswa-s1-feb-ub-yang-di-drop-
ulang konsep otonomi menyesuaikan
sebanyak-70- orang. html#. VBY pi6M
konteks budaya subjek penelitian,
ZhOw tanggal 12 September 2014.
mengembangkan skala belajar berdasar
regulasi diri dengan mempertimbangkan Bandura, A. (1986). Social foundations of
kemungkinan adanya variasi pada setiap thought and action: A social cognitive
domain pengetahuan, dan memasukkan theory. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
area regulasi motivasi/afeksi mahasiswa Englewood Cliffs.
yang tidak dibahas dalam penelitian ini
Bao, Xue-hua & Lam, Shui-fong. (2008)
agar mendapatkan gambaran yang
Who Makes the Choice? Rethinking
lengkap tentang regulasi diri mahasiswa
the Role of Autonomy and Related-
dalam semua aspek regulasi pada
pembelajaran di perguruan tinggi. ness in Chinese Children’s Motivation.
Child Development, 79(2), 269 – 283.
Baumeister, R. F., & Leary, M. R. (1995).
Kepustakaan
The need to belong: Desire for
Alm, A. (2006). CALL for autonomy, interpersonal attachment as a funda-
competence and relatedness: Moti- mental human motivation. Psycholo-
vating language learning environ- gical Bulletin, 117(3),497-529.
ments in Web 2.0. The JALT CALL Bayrami, M., Yari, M., Khani, M., &
Journal, 2(3), 29-38. Mohammadi, N. (2014). Prediction of
Ames, C., & Archer, J. (1988). Achievement test anxiety on mathematics achieve-
goals in the classroom: Students' ment goal orientation and self concept.
learning strategies and motivation Indian Journal of Fundamental and
processes. Journal of Educational Applied Life Sciences, 4(3) 24-29.
Psychology, 80(3), 260-267. Bembenutty, H, McKeachie, W. J.,
Ames, C. (1992). Classrooms: Goals, Karabenick, S. A., & Lin, Y. (1998). The
structures, and student motivation. relationship between test anxiety and self-
Joumal of Educational Psychology, 84(3), regulation on students' motivation and
learning. A paper presented at the

JURNAL PSIKOLOGI 101


TEKENG & ALSA

Annual Meeting of the American Cubukcu, F. (2009). Learner autonomy, self


Psychological Society. Washington, regulation and metacognition.
DC. International Electronic Journal of
Betoret, F. D., & Artiga, A. G. (2011). The Elementary Education, 2(1), 54-64.
relationship among student psycho- Darwati, Y. (2003). Kecenderungan mencari
logical need satisfaction, approaches to bantuan dalam belajar matematika
learning, reporting of avoidance ditinjau dari orientasi tujuan. (Tesis,
strategies and achievement. Electronic tidak dipublikasikan). Universitas
Journal of Research in Educational Gadjah Mada.
Psychology, 9(2). Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2000). The
Biro Akademik UIN Makassar. (2014). “what” and “why” of goal pursuits:
Surat keputusan rektor UIN Alauddin Human needs and the self-deter-
Makassar. Nomor: 342 Tahun 2014 mination of behavior. Psychological
tentang pemberhentian (drop out) Inquiry, 11(4), 227–268. doi:10.1006/
sebagai mahasiswa UIN Alauddin ceps.1999.1020.
Makassar Tahun Akademik 2013/2014. Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2008). Self-
Black, A. E., & Deci, E. L. (2000). The effects determination theory: A macrotheory
of instructors’ autonomy support and of human motivation, development,
students’ autonomous motivation on and health. Canadian Psychology, 49(3),
learning organic chemistry: A self- 182–185. doi: 10.1037/a0012801.
determination theory perspective. John Deci, E. L., Vallerand, R. J. Pelletier, L. G.,
Wiley and Sons, Inc. & Ryan, R. M. (1991). Motivation and
Boekaerts, M., Pintrich, P. R., & Zeidner, education: The self-determination
M. (2000). Handbook of self-regulation. perspective. Educational Psychologist,
Sandiego: Academic Press. 26(3-4), 325-346.
Broeck, A. V., Vansteenkiste, M., Witte, Deci, E. L., Ryan, R. M., & William, G. C.
H.D., Soenens, B., &, Lens, W. (2010). (1996). Need satisfaction and the self-
Capturing autonomy, competence, regulated learning. Learning and
and relatedness at work: Construction Individual Differences, 8(3), 165-183.
and initial validation of the Work- Dupeyrat, C,. & Mariné, C. (2005). Implicit
related Basic Need Satisfaction Scale. theories of intelligence, goal orien-
Journal of Occupational and Organi- tation, cognitive engagement, and
zational Psychology, 83, 981–1002. achievement: A test of Dweck’s model
doi:10.1348/096317909X481382. with returning to school adults.
Butler, R. (2007). Teachers' achievement Contemporary Educational Psychology,
goal orientations and associations with 30, 43–59. doi:10.1016/j.cedpsych.
teachers' help seeking: Examination of 2004.01.007.
a novel approach to teacher Dweck, C., & Legget, E. (1988). A social-
motivation. Journal of Educational cognitive approach to motivation and
Psychology, 99(2), 241-252. personality. Psychological Review, 95, 2,
Collins, J. S., & Usher, E.L. (2013). Students’ 256-273.
perceived autonomy support as a possible Dweck, C. S. (1986). Motivational
source of mathematics self-efficacy. processes affecting learning. American
University of Kentucky. Psychologist, 41(10), 1040-1048.

102 JURNAL PSIKOLOGI


KEPUASAN KEBUTUHAN DASAR PSIKOLOGIS, MASTERY APPROACH

Elliot, A.J. (2005) A conceptual history of Hoyle. Rick H. (2006). Personality and self-
the achievement goal construct. Dalam regulation: Trait and information-
Andrew. J. Elliot, Carol .S. Dweck. processing perspectives. Journal of
Handbook of competence and motivation. Personality, 74(6). doi: 10.1111/j.1467-
New York: The Guilford Press. 6494.2006.00418.x.
Elliot, E. S., & McGregor, H. A. (2001). A Huijun, L., Dejun, G., Hongli, L., & Peixia,
2x2 achievement goal framework. G. (2006). Relationship among
Journal of Personality and Social achievement goal orientation, test
Psychology, 80(3), 501-5119. anxiety and working memory. Acta
Elliott, E. S., & Dweck, C. S. (1988). Goals: Psychological Sinica, 38, 254–261.
An approach to motivation and Ifenthaler, D. (2012). Determining the
achievement. Journal of Personality and effectiveness of prompts for self-
Social Psychology, 54, 5–12. regulated learning in problem-solving
Elliott, E. S., McGregor, H. A., & Gabel, S. scenarios. Educational Technology &
(1999). Achievement goals, study Society, 15(1), 38–52.
strategies, and exam performance: A Ilardi, B. C., Leone, D., Kasser, R., & Ryan,
mediational anaylisis. Journal of R. M. (1993). Employee and supervisor
Educational Psychology, 91(3), 549-563. ratings of motivation: Main effects and
Field, A. (2009). Discovering statitistik discrepancies associated with job
using SPSS (Third edition). Los satisfaction and adjustment in a
Angeles: SAGE. factory setting. Journal of Applied Social
Psychology, 23, 1789-1805. doi:
Filak, V. F., & Sheldon, K. M. (2003).
10.1111/j.1559-1816.1993.tb01066.x.
Student psychological need satisfac-
tion and college teacher-course Jang, H., Reeve, J., Ryan, R. M., & Kim, A.
evaluations. Educational Psychology, (2009). Can self-determination theory
23(3). doi: 10.1080/ 014434103 20000 explain what underlies the productive,
60084. satisfying learning experiences of
collectivistically oriented Korean
Furrer, C & Skinner, E. (2003). Sense of
students?. Journal of Educational
relatedness as a factor in children’s
Psychology, 101(3), 644–661. doi:
academic engagement and perfor-
10.1037/a0014241
mance. Journal of Educational Psycho-
logy, 95(1), 148–162. doi: 10.1037/0022- Kahraman, N. (2011). Antecedents and
0663.95.1.148 consequences of achievement goal. A
thesis. The Graduate School of Social
Guay, F., Ratelle, C. F., & Chanal, J. (2008).
Sciences of Middle eat Technical
Optimal learning in optimal contexts:
University.
The role of self-determination in
education. Canadian Psychology, 49(3), Keblawi, F. (2006). A review of language
233-240. doi: 10.1037/a0012758 learning motivation theories. Jameea,
12, 23-57.
Gurcay, D., & Balta, E. (2013). The effect of
Turkish students’ motivational beliefs Lim, B. S. S., & Wang, C. K. J. (2009).
on their metacognitive self-regulation Perceived autonomy support,
in Physics. Asia-Pacific Forum on behavioural regulations in physical
Science Learning and Teaching, 14(2). education and physical activity
intention. Psychology of Sport and

JURNAL PSIKOLOGI 103


TEKENG & ALSA

Exercise, 10, 52–60. doi: 10.1016/ regulated learning, choice, and


j.psychsport.2008.06.003. performance among university
Livengood, J. M. (1992). Students students. Psychologica Belgica, 47(1/2),
motivational goals and belief about 95-117. doi: 10.5334/ pb-47-1-95.
effort an ability as they relate to Newman, R. S.(2002). How self-regulated
college academic success. Research in learners cope with academic difficulty:
Higher Education, 33(2). The role of adaptive help seeking.
Marcou, A., & Philippou, G. (2005). Theory Into Practice, 41(2), 132-138.
Motivational beliefs, self-regulated Newman, R. S., & Schwager, M. T. (1995).
learning and mathematical problem Students' help seeking during problem
solving. Dalam Chick, H. L. & Vincent, solving: Effects of grade, goal, and
J. L. (Eds.). Proceedings of the 29th prior achievement. American Edu-
Conference of the International Group for cational Research Journal, 32(2), 352-376.
the Psychology of Mathematics Education, Niemiec, C. P., & Ryan, R. M. (2009).
3, 297-304. Autonomy, competence, and
Mattern, R. A. (2005). College students’ relatedness in the classroom. Theory
goal orientations and achievement. and Research in Education, 7(2) 133-144.
International Journal of Teaching and doi: 10.1177/1477878509104318.
Learning in Higher Education, 17(1), 27- Nolen, S. B. (1988). Reasons for Studying:
32. Motivational orientations and study
Meece, J. L., Blumenfeld, P. C., & Hoyle, R. strategies. Cognition and Instruction,
H. (1988). Students' goal orientations 5(4), 269-287.
and cognitive engagement in Osterman, K. F. (2000). Students' need for
classroom activities. Journal of belonging in the school community.
Educational Psychology, 80(4), 514-523. Review of Educational Research,. 70(3),
Midgley, C., Kaplan, A., Middleton, M., 323-367. doi: 10.3102/0034654 307000
Maehr, M. L., Urdan, T., & Anderman, 3323.
L. H. (1998). The development and Paris, S. G., & Paris, A. H. (2001)
validation of scales assessing students’ Classroom applications of research on
achievement goal orientations. self-regulated learning. Educational
Contemporary Educational Psychology, Psychologist, 36(2), 89–101.
23, 113-131.
Payakachat, N., Gubbins, P. O., Ragland,
Miltiadou, M., & Savenye, W.C. (2003). D., Norman, S. E., Flowers, S. K.,
Applying social cognitive constructs of Stowe, C. D., ... Hastings, J. K.. (2013).
motivation to enhance student success Academic help-seeking behavior
in online distance education. AACE Among student pharmacists. American
Journal, 11(1), 78-95. Journal of Pharmaceutical Education,
Moller, A. C., & Elliot, A. J. (2006). The 2x2 77(1) Article 7.
achievement goal framework: An overview Peverly, S. T., Brobst, K. E., Graham, M., &
of empirical research. Focus on Shaw, R. (2003) College adults are not
Educational Psychology, pp 307-326. good at self-regulation: A study on the
Neuville, S., Frenay, M., & Bourgeis, E. relationship of self-regulation, note
(2007). Task value, self-efficacy and taking, and test taking. Journal of
goal orientation: Impact on self- Educational Psychology, 95(2), 335–346.

104 JURNAL PSIKOLOGI


KEPUASAN KEBUTUHAN DASAR PSIKOLOGIS, MASTERY APPROACH

doi: 10.1037/0022-0663.95.2.335. 154. DOI: 10.1177/1477878509104319


Pintrich, P. R. (1999). The role of moti- Reeve, J. (2012). A self-determination
vation in promoting and sustaining theory perspective on student
self-regulated learning. International engagement. In S.L. Christenso, A. L.
Journal of Educational Research, 31, 459- Reschly, & C. Wylie (eds.), Handbook of
470. research on student engagement. New
Pintrich, P. R. (2000). The role of goal York: Springer Science and Business
orientation in self-regulated learning. Media, LLC.
Dalam M. Boekaerts, P. R. Pintrich, & Reeve, J., & Sickenius, B. (1994).
M. Zeidner (Eds.), Handbook of self- Development and validation of a brief
regulation (pp. 451–502). San Diego, measure of the three psychological
CA: Academic. need underlying intrinsic motivation:
Pintrich, P. R. (2004). A Conceptual The AFS scales. Educational and
framework for assessing motivation Psychological Measurement, 54(2), 506-
and self-regulated learning in college 515.
students. Educational Psychology Ryan, A. M., Pintrich, P. R., & Midgley, C.
Review, 16(4), 385-407. (2001). Avoiding seeking help in the
Pintrich, P. R., & De Groot, E. V. (1990). classroom: who and why?. Educational
Motivational and self-regulated Psychology Review, 13, 93 -114.
learning components of classroom Ryan, R. M., & Deci, E.L. (2006) Self-
academic performance. Journal of regulation and the problem of human
Educational Psychology, 82(1), 33-40. autonomy: does psychology need
Pintrich, P. R., & Schunk, D. H. (1996). choice, self-determination, and will?.
Motivation in education: Theory, Journal of Personality, 74(6), 1557-1585.
Research, And Aplication. New Jersey: doi: 10.1111/j.1467-6494.2006.00420.x.
Englewood Cliffs. Ryan, R. M. & Deci, E. L. (2008). From ego
Pintrich, P. R., Smith, D. A. F., Garcia, T., & depletion to vitality: Theory and
McKeachie, W. J. (1991). A manual for findings concerning the facilitation of
the use of the motivated strategies for energy available to the self. Social and
learning questionnaire (MSLQ). Ann Personality Psychology Compass, 2(2),
Arbor: University of Michigan, 702–717. doi: 10.1111/j.1751-9004.2008.
National Center for Research to 00098.x.
Improve Postsecondary Teaching and Ryan, R. M., Stiller, J. D., & Lynch, J. H.
Learning. (1994). Representation of relationship
Pusat Penelitian UPI (2010). Efektivitas to teachers, parents, and friends as
model pembelajaran non direktif berbasis predictor of academic motivation and
masalah untuk meningkatkan kemandirian self-esteem. Journal of Early Adolescence,
belajar siswa. Lembaga Penelitian dan 14(2), 226-249.
Pengabdian Masyarakat Universitas Sadeghy, A. R., & Mansouri, A. (2014). The
Indonesia. relationship between learners’ goal
Reeve, J., & Halusic, M. (2009) How K-12 oriented and self-regulated learning
teachers can put self-determination and their endorsement of L2 learning
theory principles into practice. Theory strategies. International Journal of
and Research in Education. Vol 7(2) 145– Language Learning and Applied

JURNAL PSIKOLOGI 105


TEKENG & ALSA

Linguistics World, 5(2). 20(4), 724-731.


Schunk, D. H., & Zimmerman, B. J. (1998) Villach, M. J., & Lianos, M. N. (2007).
Self-regulated learning: From teaching to Fostering self-regulated learning in an
self-reflective practice. New York: assessment situation. Electronic Journal
Guilford. of Research in Educational Psychology,
Sierens, E., Vansteenkiste, M., Goossens, 5(3), 805-824.
L., Soenens, B., & Dochy, P. (2009). The Winne, P. H. (2005). A perspective on
synergistic relationship of perceived state-of-the-art research on self-
autonomy support and structure in the regulated learning. Instructional
prediction of self-regulated learning. Science, 33, 559–565. doi:
British Journal of Educational Psychology, 10.1007/s11251-005-1280-9.
79, 57–68. doi: 10.1348/000709908X304 Zimmerman, B. J. (1989). A social cognitive
398. view of self-regulated academic
Somuncuoglu, Y., & Yildirim, A. (1999). learning. Journal of Educational
Relationship between achievement Psychology, 81(3).
goal orientations and use of learning Zimmerman, B. J. (2000). Attaining self-
strategies. The Journal of Educational regulated :A social cognitive
Research, 92(5), 267-277. perspective. Dalam M. Boekaerts, P. R.
Sungur, S., & Gungoren, S. (2009) The role Pintrich, dan M Zeidner. Handbook of
of classroom environment perceptions Self-Regulation. Sandiego: Academic
in self-regulated learning and science Press. pp. 13-39.
achievement. Elementary Education Zimmerman, B. J. (2002). Becoming a self-
Online, 8(3), 883-900. regulated learner: An overview. Theory
Susetyo, Y. F., & Kumara, A. (2012) Into Practicve, 41(2), 64-70.
Orientasi Tujuan, Atribusi Penyebab, dan
Zimmerman, B. J. (2008). Investigating
Belajar Berdasar Regulasi Diri. Jurnal
Psikologi, 39(1), 95 – 111. self-regulation and motivation:
Historical background,
Tapola, A., & Niemivirta, M. (2008). The
methodological developments, and
role of achievement goal orientations
future prospects. American Educational
in students’ perceptions of and
Research Journal, 45(1), 166 –183. doi:
preferences for classroom
10.3102/0002831207312909.
environment. British Journal of
Educational Psychology , 78, 291–312. Zimmerman, B. J., & Kitsantas, A. (2005).
doi: 10.1348/000709907X205272. The hidden dimension of personal
competence: Self-regulated learning
Valle, A., Núñez, J. C., Cabanach, R. G.,
and practice. Dalam Andrew J. Elliot &
González-Pienda, J. A., Rodríguez, S.,
Carol Dweck. Handbook of competence
Rosário P., ... Muñoz-Cadavid, M. A.
and motivation. New York: The
(2008). Self-regulated profiles and
Guilford Press (pp. 509-526).
academic achievement. Psicothema,

106 JURNAL PSIKOLOGI

You might also like