Professional Documents
Culture Documents
Peranan Kepuasan Kebutuhan Dasar Psikologis Dan Orientasi Tujuan Mastery Approach Terhadap Belajar Berdasar Regulasi Diri
Peranan Kepuasan Kebutuhan Dasar Psikologis Dan Orientasi Tujuan Mastery Approach Terhadap Belajar Berdasar Regulasi Diri
Abstract. This research aims at empirically examining the role of basic psychological need
satisfaction and mastery approach goal orientation toward the self-regulated learning of
the university students. The subject of this research consisted of 240 students the third, the
fifth, and the seventh semester students of the faculty of education and teaching at the
State Islamic University Makassar derived from eight departments. The sample taken by
using multi stage cluster random sampling tecnique. The research instruments used were
the self-regulated learning scale, the psychological basic need scale, and the mastery
approach goal orientation scale. The data analyzed by using multiple regression analysis.
The result shows that the value of Fregression = 115.303, and the value of p < 0.001. This
means that the hypothesis of this research is accepted or the basic psychological need
together with the mastery approach goal orientation can significantly predict the self-
regulated learning of the university students with effective contribution R2 = 0.493 or
49.3%. Partially, the two predictors showed a different contribution where the basic
psychological need satisfaction contributed 4.9% and the mastery approach goal
orientation contributed 44.4% to the self-regulated learning of the university students.
Keywords: basic psychological need satisfaction, goal orientation, mastery approach, self-
regulated learning
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris peranan kepuasan
kebutuhan dasar psikologis dan orientasi tujuan mastery approach sebagai prediktor belajar
berdasar regulasi diri mahasiswa. Subjek penelitian berjumlah 240 mahasiswa semester
III, V, dan VII Fakultas Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Makassar
yang berasal dari delapan prodi. Teknik pengambilan sampel menggunakan multi stage
cluster random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah skala belajar berda-
sar regulasi diri, skala kepuasan kebutuhan dasar psikologis, dan skala orientasi tujuan
mastery approach. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi berganda. Hasilnya
menunjukkan nilai Fregresi = 115,303 dan nilai p < 0,001. Ini berarti bahwa hipotesis peneli-
tian ini dapat diterima atau dengan kata lain kepuasan kebutuhan dasar psikologis dan
orientasi tujuan mastery approach secara bersama dapat secara signifikan memprediksi
belajar berdasar regulasi diri mahasiswa dengan sumbangan efektif sebesar R2 = 0,493
atau 49,3%. Secara parsial, kedua variabel memberikan nilai kontribusi yang berbeda,
dimana kepuasan kebutuhan dasar psikologis memberikan sumbangan efektif sebesar
4,9% dan orientasi tujuan mastery approach memberikan sumbangan efektif sebesar 44,4%
terhadap belajar berdasar regulasi diri mahasiswa.
Kata kunci: belajar berdasar regulasi diri, kepuasan kebutuhan dasar psikologis, orientasi
tujuan mastery approach
JURNAL PSIKOLOGI 85
TEKENG & ALSA
86 JURNAL PSIKOLOGI
KEPUASAN KEBUTUHAN DASAR PSIKOLOGIS, MASTERY APPROACH
studi dua semester (Biro Akademik UIN diri itu sifatnya “ubiquitous” atau ada
Makassar, 2014). dimana-mana atau dimiliki setiap orang,
Temuan penelitian sebelumnya juga maka mengapa tidak semua individu
dilaporkan oleh Peverly, Brobst, Graham, sukses menunjukkan perilaku tersebut.
dan Shaw (2003) bahwa mahasiswa psiko- Temuan hasil penelitian mengindi-
logi masih menunjukkan belajar berdasar kasikan bahwa belajar berdasar regulasi
regulasi diri yang rendah. Penelitian awal diri ditentukan oleh orientasi motivasi dan
juga dilakukan peneliti pada tahun 2014 strategi yang digunakan. Sebagaimana
dan menemukan bahwa mahasiswa yang diyatakan oleh Arabzadeh, dkk.
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN (2012) bahwa umumnya, belajar berdasar
Makassar belum menunjukkan secara regulasi diri dipandang sebagai kombinasi
optimal belajar berdasar regulasi diri. dari keterampilan dan kemauan. Keteram-
Pengembangan kemampuan regulasi pilan mengacu kepada penggunaan stra-
diri sebenarnya bukan saja karena meru- tegi kognitif dan metakognitif yang
pakan prasyarat keberhasilan kesuksesan mencakup penetapan tujuan, perencanaan
belajar individu, akan tetapi yang terpen- dan pengorganisasian belajar, monitor
ting adalah bahwa regulasi diri pada diri, evaluasi diri, manajemen waktu, dan
dasarnya adalah sifat manusia yang khas sumber daya. Sedangkan keinginan meng-
dan sangat adaptif yang memungkinkan- acu kepada orientasi motivasi individu
nya untuk mengganti dan mengubah dalam hal tujuan, nilai, dan pengharapan.
respon mereka, termasuk mengubah diri Oleh karena itu, variasi tingkat belajar
sehingga memenuhi standar sosial dan berdasar regulasi diri mahasiswa sebenar-
yang lainnya. Seperti yang dijelaskan oleh nya menunjukkan isyarat adanya perbeda-
Bandura (1986) bahwa teori sosial kognitif an pada kondisi motivasi dan strategi
beranggapan bahwa manusia tidak hanya mereka. Selain itu, peran lingkungan juga
dibentuk dan diarahkan oleh lingkungan sangat penting dalam memfasilitasi
eksternalnya, akan tetapi mereka memiliki konteks belajar yang mendukung motivasi
potensi untuk mengorganisasikan diri, yang optimal yang mengarahkan kepada
proaktif, dapat merefleksikan dan meregu- keterlibatan yang tinggi dalam belajar
lasi diri. Manusia memiliki kekuatan berdasar regulasi diri.
untuk memengaruhi tindakan mereka Bukti empiris dari temuan hasil pene-
sendiri untuk menghasilkan hasil tertentu. litian sebelumnya, menunjukkan bahwa
Untuk meningkatkan tingkat belajar ada korelasi antara kepuasan kebutuhan
berdasar regulasi mahasiswa, perlu meng- dasar psikologis dengan belajar berdasar
ivestigasi faktor yang berkontribusi. Hal regulasi diri (Sungur & Gungoren, 2009;
ini menurut Sierens, dkk. (2009) dikare- Jang, Reeve, Ryan & Kim, 2009). Demikian
nakan belajar berdasar regulasi diri tidak pula, adopsi orientasi tujuan mastery
terjadi secara otomatis dan tidak mudah approach berkorelasi dengan belajar berda-
diinduksi. Meskipun regulasi diri telah sar regulasi (Pintrich & De Groot, 1990;
menjadi sifat khas manusia, akan tetapi Pintrich, 1999; Somuncuoglu & Yildirim,
pada kenyataannya sebagian manusia 1999; Neuvile, Frenay, & Bougeis, 2007;
mampu meregulasi diri dengan baik dan Sadeghy & Mansouri, 2014), dan belajar
sebagian lainnya kurang menunjukkan berdasar regulasi diri siswa dengan
perilaku tersebut. Winne (2005) menyata- orientasi tujuan mastery approach lebih
kan bahwa jika belajar berdasar regulasi tinggi dibandingkan dengan siswa yang
JURNAL PSIKOLOGI 87
TEKENG & ALSA
88 JURNAL PSIKOLOGI
KEPUASAN KEBUTUHAN DASAR PSIKOLOGIS, MASTERY APPROACH
JURNAL PSIKOLOGI 89
TEKENG & ALSA
kung mengalami kepuasan belajar yang mengerjakan tugas dan mencapai tujuan
rendah; (2) Kepuasan kebutuhan dasar dengan kemampuan terbaiknya. Filak dan
psikologis berkorelasi dengan hasil belajar Sheldon (2003) menyatakan bahwa istilah
siswa yang memuaskan. Selain itu, Lim kompetensi terkait dengan efikasi diri.
dan Wang (2009) juga melaporkan Mendukung kebutuhan ini berarti mem-
pentingnya persepsi siswa terhadap beri keyakinan mahasiswa terhadap
dukungan otonomi dalam meningkatkan kemampuannya untuk mengambil tan-
determinasi diri dalam meregulasi tangan. Niemic dan Ryan (2009) menyata-
perilaku dalam belajar. kan bahwa kebutuhan ini dapat didukung
Kebutuhan dasar psikologis memiliki dengan memperkenalkan mereka dengan
tiga komponen, yaitu: pertama, kebutuhan kegiatan belajar menantang yang
otonomi, yang dikonseptualisasikan seba- memungkinkan mereka untuk menguji
gai pengalaman merasakan adanya pilih- dan mengembangkan kompetensi akad-
an, dukungan, dan kemauan berkaitan emik mereka.
dengan memulai, memelihara, dan meng- Ketiga adalah kebutuhan keterkaitan
akhiri keterlibatan perilaku (Niemic, (need for relatedness), yang didefinisikan
Lynch, Vansteenkistec, Bernstein, Decia, & sebagai kecenderungan yang melekat pada
Ryan, 2006). Otonomi bermakna bahwa individu untuk merasa terhubung dengan
individu adalah inisiator dan sumber dari orang lain, yaitu untuk menjadi anggota
perilakunya (Guay, dkk., 2008). Filak dan kelompok, untuk dicintai, dipeduli, dan
Sheldon (2003) juga menyatakan bahwa diperhatikan (Baumeister & Leary, 1995),
mendukung otonomi berarti mengambil mengacu pada kehangatan dan perhatian
perspektif mahasiswa, memberikan pilih- yang diterima dari interaksi dengan orang
an, dan memberikan alasan jika tidak ada lain, sehingga menghasilkan rasa memiliki
kemungkinan pilihan. Hasil penelitian (Niemic, dkk., 2006), melibatkan kebutuh-
menunjukkan bahwa dukungan terhadap an untuk terkoneksi secara aman dengan
kebutuhan otonomi meningkatan motivasi orang lain dalam lingkungannya dan
intrinsik, memandang diri kompeten, dan mengalami perasaan layak untuk disa-
harga diri dari waktu ke waktu (Niemic & yangi dan di hargai (Osterman, 2000).
Ryan, 2009). Dalam konteks hubungan antara guru dan
Kedua adalah kebutuhan kompetensi murid, dukungan terhadap kebutuhan
yang didefinisikan sebagai keinginan yang keterkaitan memberikan rasa penerimaan,
melekat pada individu untuk merasa dihargai, diperhatikan dan rasa keber-
efektif dalam berinteraksi dengan ling- samaan (Filak & Sheldon, 2003). Furrer
kungan, mencerminkan kebutuhan untuk dan Skinner (2003) mengatakan bahwa
melatih kemampuan, dan mencari tan- kebutuhan keterkaitan memiliki peranan
tangan yang optimal (Reeve & Sickenius, penting terhadap motivasi dan performa
1994; Deci & Ryan, 2000). Kebutuhan siswa. Siswa yang melaporkan perasaan
kompetensi berkaitan dengan keyakinan keterkaitan yang tinggi menunjukkan
individu untuk melakukan tugas tertentu keterlibatan emosional dan behavioral di
secara efisien dan efektif (Guay, dkk, sekolah. Deci, Vallerand, Pelletier, dan
2008). Menurut Deci dan Ryan (2000), Ryan (1991) memprediksikan bahwa jika
indikator kepuasan kebutuhan ini adalah kebutuhan keterkaitan ini tidak terpuas-
ketika individu merasa bahwa mereka kan dalam konteks belajar, maka motivasi
memiliki cukup keterampilan untuk mereka akan menurun, perkembangan
90 JURNAL PSIKOLOGI
KEPUASAN KEBUTUHAN DASAR PSIKOLOGIS, MASTERY APPROACH
JURNAL PSIKOLOGI 91
TEKENG & ALSA
92 JURNAL PSIKOLOGI
KEPUASAN KEBUTUHAN DASAR PSIKOLOGIS, MASTERY APPROACH
2008), dan mengarah kepada rendahnya dkk., 1996) dalam sebuah eksperimen
kualitas perilaku dan bahkan ketidak- yang hasilnya menunjukkan bahwa ketika
terlibatan (disengagement), karena ketika mahasiswa diberitahu bahwa mereka
terkontrol, orang hanya akan cenderung melakukan dengan baik pada kegiatan
melakukan yang diperintahkan saja (Ryan memecahkan teka-teki, mereka menun-
& Deci, 2006). Akan tetapi, ini tidak jukkan bukti keterlibatan yang lebih besar
berlaku bagi regulasi diri yang otonomi. dibandingkan mahasiswa yang tidak
Ini berarti bahwa bentuk-bentuk otonomi menerima umpan balik. Dengan demikian,
atau benar-benar berkehendak dalam mendukung kebutuhan kompetensi
regulasi diri tidak akan menghasilkan melalui tugas yang menantang dan umpan
deplesi ego. Selain itu, mereka mempre- balik positif berarti memberi pengalaman
diksi bahwa kepuasan yang berhubungan kepada mahasiswa untuk meyakini
dengan kebutuhan dasar diri seharusnya kemampuannya.
memelihara atau meningkatkan vitalitas Belajar berdasar regulasi diri juga
dan mempertahankan kapasitas regulasi merupakan bentuk interaksi sosial khusus-
diri. Oleh karena itu, teori determinasi diri nya dalam area regulasi konteks. Oleh
secara khusus memprediksi bahwa ke- karena itu, kebutuhan keterkaitan menjadi
giatan yang memenuhi kepuasan terhadap sangat penting. Ryan, Stiller, dan Lynch
kebutuhan dasar psikologis (otonomi, (1994) menemukan bahwa siswa yang me-
kompetensi, dan keterkaitan) akan meng- rasa aman dengan orang tua dan guru
hasilkan pemeliharaan energi atau mereka, dan dapat meminta bantuan dari
peningkatan keterlibatan. keduanya ketika mendapatkan masalah
Zimmerman (2002) menyatakan cenderung beradaptasi lebih positif de-
bahwa meskipun hubungan kemandirian ngan kegagalan akademik, lebih otonomi
untuk sukses dalam hidup telah diakui dalam meregulasi perilaku mereka di
secara luas, sebagian besar peserta didik sekolah, lebih terlibat dalam belajar, dan
masih berjuang untuk mencapai disiplin merasa lebih baik terhadap diri mereka.
diri dalam metode belajar mereka. Payakachat, dkk. (2013) menemukan
Penelitian kontemporer mengungkapkan bahwa staf pengajar yang dipersepsikan
bahwa kualitas motivasi diri individu mahasiswa menghargai mahasiswanya,
yang meregulasi diri dalam belajar bersedia berbagi, tidak menjaga jarak, dan
bergantung kepada beberapa keyakinan ramah akan meningkatkan perilaku
yang mendasari, termasuk efikasi diri dan mahasiswa dalam mencari bantuan.
minat intrinsik. Zimmerman dan Kitsantas Dukungan sosial ini merupakan bentuk
(2005) menyatakan bahwa karena regulasi pemuasan kebutuhan keterkaitan yang
diri melibatkan inisiasi diri dan kete- dimaknai sebagai perasaan menjadi bagian
kunan, maka keyakinan motivasi diri dari komunitas (Baumeister & Leary,
menjadi sangat penting. Filak dan Sheldon 1995), rasa memiliki (Niemic, dkk., 2006),
(2003) menyatakan bahwa kepuasan terkoneksi dengan yang lain (Osterman,
kebutuhan kompetensi dekat dengan 2000), rasa penerimaan, dihargai,
efikasi diri dan dapat terlihat ketika diperhatikan dan rasa kebersamaan dalam
seseorang mengerjakan tugas yang konteks hubungan pendidik dan peserta
menantang dan pemberian umpan balik didik (Filak & Sheldon, 2003).
positif. Pernyataan ini didukung oleh hasil Newman (2002) menjelaskan bahwa
penelitian yang dilakukan oleh Deci (Deci, salah satu tantangan dalam belajar
JURNAL PSIKOLOGI 93
TEKENG & ALSA
berdasar regulasi diri adalah keterlibatan motivasi yang telah membuktikan adanya
atau persistensi yang tetap ketika meng- korelasi antara orientasi motivasi individu
hadapi masalah dan potensi kegagalan. dengan belajar berdasar regulasi diri.
Oleh karena itu, dia menyarankan bahwa Korelasi yang kuat dan positif antara
ketika seorang mahasiswa mengalami hal orientasi tujuan mastery aproach dengan
tersebut, penting bagi mereka untuk dapat strategi belajar berdasar regulasi diri
berinisiatif mencari bantuan dari pada didukung oleh beberapa penelitian yang
menyerah. Akan tetapi yang menjadi per- dilakukan pada semua tingkatan pendi-
tanyaan adalah mengapa mahasiswa tidak dikan. Sebagai contoh, penelitian Meece,
melakukan hal tersebut. Ada dua faktor dkk. (1988) menemukan bahwa orientasi
yang dianggap berpengaruh terhadap tujuan mastery approach siswa sekolah
perilaku mencari bantuan ini, yaitu faktor dasar memiliki hubungan dengan keter-
personal seperti kurangnya kompetensi libatan kognitif yang aktif dan pengguna-
untuk mengembangkan strategi adaptif an pada strategi regulasi diri. Ames dan
dalam mencari bantuan, dan faktor Archer (1988) juga melaporkan bahwa
lingkungan sosial seperti tidak adanya siswa sekolah menengah yang beorientasi
dukungan dari pendidik dan teman. tujuan ini lebih menggunakan strategi
Selain kepuasan kebutuhan dasar yang efektif, menginginkan tugas yang
psikologis, orientasi tujuan penguasan menantang, memiliki sikap positif terha-
juga erat kaitannya dengan orientasi dap pembelajaran di kelas, dan memiliki
tujuan mastery approach. Pintrich (1999) keyakinan yang kuat bahwa kesuksesan
mengungkapkan bahwa orientasi tujuan berasal dari usaha seseorang. Mereka
sangat sesuai dengan teori belajar berdasar menyimpulkan bahwa orientasi tujuan
regulasi diri. Asumsinya adalah bahwa dapat memfasilitasi terpeliharanya pola-
untuk dapat meregulasi diri dalam belajar, pola motivasi adaptif, hanya jika tujuan
yaitu meregulasi performa, dan perilaku, penguasaan diadopsi oleh siswa.
individu harus memiliki tujuan, standar Somuncuoglu dan Yildirim (1999) mene-
atau kriteria sebagai pembanding terha- mukan bahwa mahasiswa dengan orien-
dap kemajuan yang dicapai. Selain itu, tasi tujuan penguasaan terasosiasi dengan
teori orientasi tujuan memberikan penje- penggunaan strategi belajar kognitif
lasan bahwa adopsi salah satu orientasi mendalam dan strategi metakognisi.
tujuan akan terkait dengan strategi belajar Selanjutnya, Neufille, dkk. (2007) mene-
berdasar regulasi diri yang digunakan. mukan bahwa ada korelasi antara
Pintrich (1999) mengemukakan bahwa ada orientasi tujuan penguasaan dengan
korelasi yang kuat antara tujuan yang komponen belajar berdasar regulasi diri
berbeda dengan regulasi diri. Individu pada mahasiswa psikologi di Belgia.
dengan orientasi tujuan mastery approach Orientasi tujuan mastery approach juga
berorientasi pada peningkatan diri. terbukti memiliki keterkaitan dengan
Dengan orientasi tujuan ini, akan belajar berdasar regulasi diri pada aspek
mendorong individu untuk menunjukkan strategi regulasi perilaku, yaitu adanya
perilaku adaptif dengan menggunakan korelasi antara orientasi tujuan ini dengan
strategi efektif sebagai usaha pencapaian strategi mencari bantuan yang bersifat
tujuan. Teori orientasi tujuan atau disebut adaptif (adaptif help-seeking). Hasil peneli-
juga teori pencapaian tujuan (achievement tian Newman dan Schwager (1995)
goal theory) merupakan salah satu teori menunjukkan bahwa siswa dengan orien-
94 JURNAL PSIKOLOGI
KEPUASAN KEBUTUHAN DASAR PSIKOLOGIS, MASTERY APPROACH
tasi tujuan penguasaan, ketika melakukan penelitian ini terdiri atas 160 (66,7%)
kesalahan, timbul keinginan yang besar perempuan dan 80 (33,3%) laki-laki,
untuk mengkonfirmasi atau menjadi- berusia antara 18 s/d 28 tahun.
kannya sebagai umpan balik atas apa yang
telah mereka lakukan, memandang Instrumen penelitian
kesalahan sebagai sesuatu yang natural,
Skala belajar berdasar regulasi diri
dan cenderung menunjukkan strategi
mencari bantuan yang adaptif dibanding Skala belajar berdasar regulasi diri
dengan siswa dengan orientasi tujuan merupakan self-report yang ini terdiri atas
lainnya. 30 aitem dan menggunakan skala Likert
yang terdiri atas empat pilihan. Skala ini
Pintrich dan De Groot (1990) menya-
adalah hasil adaptasi dari The Motivated
takan bahwa orientasi tujuan mastery
Strategies for Learning Questionnaire
approach terasosiasi dengan motivasi
(MSLQ) yang dikembangkan secara formal
adaptif. Mereka melaporkan bahwa orien-
oleh McKeachie dan Pintrich pada tahun
tasi motivasional individu memengaruhi
1986 di Universitas Michigan. Skala ini
belajar berdasar regulasi diri. Hasil
didesain untuk mengukur orientasi moti-
penelitian lainnya juga dilaporkan oleh
vasi dan penggunaan strategi belajar
Elliot, dkk. (1999), demikian pula Moller
mahasiswa (Pintrich, Smith, Garcia, &
dan Elliot (2006), bahwa tujuan mastery
McKeachie, 1991). Skala ini telah secara
approach memprediksi penggunaan stra-
luas digunakan dalam berbagai penelitian
tegi belajar mendalam (deep learning
dan diberbagai negara dan telah terbukti
strategies), dan tidak berkorelasi dengan
memiliki validitas dan realibilitas yang
disorganisasi, kekhawatiran dan emosio-
baik (Pintrich, dkk., 1991; Artino, 2005).
nalitas, dan kecemasan terhadap ujian.
Sesuai dengan definisi operasional peneli-
Profil motivasi adaptif seperti ini tentu
tian ini, skala ini mengukur belajar
saja dibutuhkan dalam belajar berdasar
berdasar regulasi diri pada area regulasi
regulasi diri.
kognitif, perilaku dan konteks. Komponen
Berdasarkan kerangka teori penelitian strategi regulasi kognitif meliputi strategi
yang diuraikan di atas, dibuat hipotesis mengulang, organisasi, elaborasi, berfikir
penelitian, yaitu kepuasan kebutuhan kritis, dan regulasi diri metakognisi; stra-
dasar psikologis dan orientasi tujuan tegi regulasi perilaku meliputi regulasi
mastery approach secara bersama-sama usaha, kelola waktu dan mencari bantuan;
dapat memprediksi belajar berdasar dan strategi regulasi konteks yang meli-
regulasi diri. puti belajar dengan teman/kelompok dan
kelola lingkungan. Berdasar uji coba yang
Metode peneliti lakukan, skala ini memiliki
koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,896.
Subjek penelitian
Skala Kepuasan Kebutuhan Dasar Psikologis
Subjek penelitian ini berjumlah 240
mahasiswa S1 dari delapan Program Studi Skala kepuasan kebutuhan dasar
yang berbeda pada Fakultas Tarbiyah dan psikologis yang digunakan terdiri atas tiga
Keguruan Universitas Islam Negeri komponen yaitu otonomi, kompetensi dan
Makassar dan berada pada semester III, V, keterkaitan. Skala ini adalah self-report
dan VII tahun akademik 2014/2015. Subjek yang menggunakan skala Likert dengan
empat pilihan. Pengembangan aitem skala
JURNAL PSIKOLOGI 95
TEKENG & ALSA
ini merupakan modifikasi dari aitem skala didapatkan nilai Fregresi sebesar 115.303 dan
yang dikembangkan oleh Ilardi, Leone, nilai p < 0,001. Berdasarkan hasil uji sta-
Kasser, dan Ryan (1993), Broeck, tistik ini maka dapat disimpulkan bahwa
Vansteenkiste, Witte, Soenens, &, Lens hipotesis penelitian ini diterima dimana
(2010), dan Batoret dan Artiga (2011). kepuasan kebutuhan dasar psikologis dan
Adapun realibilitas skala ini setelah diuji orientasi tujuan mastery approach secara
coba adalah 0,927 bersama-sama dapat secara signifikan
memprediksi belajar berdasar regulasi diri
Skala orientasi tujuan mastery approach mahasiswa, dengan sumbangan efektif
Skala orientasi tujuan mastery approach (R²) sebesar 0.493 atau 49.3 %. Selanjutnya,
dalam penelitian ini menggunakan untuk menentukan kontribusi masing-
dimensi yang ditawarkan oleh Pintrich masing variabel prediktor terhadap varia-
and Schunk (1996) yang terdiri atas dua bel kriterium dilakukan uji regresi parsial
dimensi. Pertama, dimensi tujuan yang dan ditemukan sumbangan efektif kepuas-
mencakup sub dimensi pandangan terha- an kebutuhan dasar psikologis sebesar
dap sukses, padangan terhadap tugas, 4,9% dengan nilai p < = 0,01, dan variabel
alasan usaha, pandangan terhadap kesa- orientasi tujuan mastery approach berkon-
lahan, dan kriteria evaluasi. Kedua, tribusi sebesar 44,4% dengan nilai p <
dimensi outcome yaitu atribusi, afek, 0,001.
kognisi, dan perilaku. Dalam mengem-
bangkan skala ini, beberapa aitem yang Diskusi
digunakan juga diambil dari Patterns of
Adaptif Learning Scale (Midgley, Kaplan, Temuan hasil penelitian ini mengin-
Middleton, Maehr, Urdan, & Anderman, dikasikan bahwa untuk mendukung atau
1998), dan Darwati (2003) yang relevan meningkatkan belajar berdasar regulasi
dengan dimensi Pintrich and Schunk diri, mahasiswa perlu mengadopsi orien-
(1996). Realibilitas skala ini setelah diuji tasi tujuan mastery approach dan memiliki
coba adalah 0,939. kepuasan kebutuhan dasar psikologis
karena keduanya secara bersama-sama
memberikan sumbangan efektif yang
Hasil
cukup besar (49,3%). Selain itu, tingkat
Uji hipotesis penelitian ini dilakukan belajar berdasar regulasi diri dapat digam-
dengan menggunakan teknik analisis barkan sebagai kontinum yang bermakna
regresi linier berganda, yaitu suatu cara bahwa semakin tinggi adopsi orientasi
dilakukan untuk memprediksi outcome tujuan mastery approach dan kepuasan
variabel dari beberapa variabel prediktor kebutuhan dasar psikologis mahasiswa,
(Field, 2009). Penggunaan analisis regresi semakin tinggi belajar berdasar regulasi
berganda dalam penelitian ini bertujuan dirinya.
untuk menguji tingkat prediksi secara Jika melihat besarnya kontribusi seca-
bersama-sama kedua variabel independen ra parsial dari variabel orientasi tujuan
(kepuasan kebutuhan dasar psikologis dan mastery approach sebagai salah satu
orientasi tujuan mastery approach) terhadap prediktor dalam model regresi penelitian
variabel dependen (belajar berdasar ini dapat dijelaskan dengan merujuk
regulasi diri). Berdasarkan hasil analisis uji kepada apa yang dikemukakan oleh
regresi menggunakan program SPSS, Pintrich (2000) bahwa meskipun model-
96 JURNAL PSIKOLOGI
KEPUASAN KEBUTUHAN DASAR PSIKOLOGIS, MASTERY APPROACH
JURNAL PSIKOLOGI 97
TEKENG & ALSA
yang mengadopsi orientasi tujuan ini, mastery approach, Huijun, Dejun, Hongli,
ketika membuat kesalahan, mereka memi- dan Peixia (2006) melaporkan bahwa
liki keinginan yang kuat untuk mengkon- orientasi tujuan ini tidak berkorelasi
firmasi, atau menjadikan kesalahan dengan kekhawatiran dan emosionalitas,
sebagai umpan balik, dan menunjukkan dan menurut Bayrami, Yari, Khani, dan
strategi mencari bantuan. Temuan lainnya Mohammadi (2014), berkorelasi secara
juga menunjukkan bahwa terdapat negatif dengan kecemasan terhadap ujian.
korelasi yang kuat antara orientasi tujuan Hubungan positif yang ditunjukkan
ini dengan perilaku mencari bantuan yang oleh variabel kepuasan kebutuhan dasar
adaptif dalam pembelajaran matematika psikologis terhadap belajar berdasar regu-
(Darwati, 2003), dan bahkan dapat lasi mahasiswa dan berkontribusi terha-
memprediksi persepsi positif dan fre- dap peningkatan belajar berdasar regulasi
kuensi mencari bantuan (Butler, 2007). diri sejalan dengan hasil penelitian
Penjelasan tentang dinamika sebelumnya. Sebagaimana yang dilapor-
hubungan profil motivasi orientasi tujuan kan oleh Betoret dan Ertiga (2011) bahwa
mastery approach dengan belajar berdasar kepuasan kebutuhan dasar psikologis
regulasi diri adalah: pertama, keyakinan dapat meningkatkan belajar berdasar
bahwa sukses terkait dengan usaha atau regulasi melalui penggunaan pendekatan
usaha merupakan pra-syarat sukses (Ames belajar yang mendalam. Selanjutnya, efek
& Archer, 1988; Tapola & Niemivirta, dari pemenuhan ketiga kepuasan ini
2008),), akan memengaruhi keyakinan (otonomi, kompetensi, dan keterkaitan)
kontrol, yaitu pengharapan mahasiswa adalah pertama, belajar berdasar regulasi
bahwa mereka dapat menguasai tugas diri menekankan pada otonomi dan
melalui usaha yang optimal. Ini juga dapat kontrol individu (Paris & Paris, 2001), atau
dijelaskan oleh keyakinan bahwa inte- bersifat autonomous dimana perilaku
ligensi bersifat malleable atau dapat seseorang merupakan hasil dari
dirubah melalui usaha (Dweck, 1986). determinasi diri (Deci & Ryan, 2000). Deci,
Kedua, keyakinan nilai tugas, yaitu suatu dkk. (1996) menyatakan bahwa dalam
bentuk apresiasi, keyakinan bahwa tugas belajar berdasar regulasi diri, seseorang
itu menarik, dan evaluasi tentang butuh pengalaman berkehendak, yaitu
pentingnya fungsi tugas dalam keinginan yang tidak terkontrol untuk
meningkatkan kompetensi (Pintrich & De terlibat dalam suatu tindakan atau
Groot, 1990). Pintrich dan Schunk (1996) mengerjakan sesuatu dengan dukungan
juga mengkarakteristikkan orientasi tujuan penuh. Hal ini sejalan dengan penjelasan
mastery approach dengan persepsi bahwa teori determinasi diri bahwa seseorang
sukses adalah suatu bentuk peningkatan, yang termotivasi secara otonomi, memiliki
kemajuan, kreativitas, inovasi, dan belajar. kehendak atau dukungan untuk bertindak
Ketiga, aspek afektif yaitu reaksi emosio- (Deci & Ryan, 2008). Salah satu hipotesis
nal terhadap tugas. Bembenutty, sentral teori determinasi diri menurut
McKeachie, Karabenick, dan Lin (1998) Guay, dkk. (2008) adalah seseorang yang
menyatakan bahwa kecemasan terhadap belajar berdasar regulasi diri dengan
ujian dapat berdampak negatif terhadap motivasi yang bersifat otonomi akan
penggunaan strategi memperoleh pengeta- menunjukkan konsekuensi positif yang
huan dan penurunan motivasi. Terkait terwujud dalam bentuk behavioral,
dengan karakteristik orientasi tujuan kognitif dan afektif.
98 JURNAL PSIKOLOGI
KEPUASAN KEBUTUHAN DASAR PSIKOLOGIS, MASTERY APPROACH
JURNAL PSIKOLOGI 99
TEKENG & ALSA
Kecilnya kontribusi secara parsial liki hubungan yang baik dengan orang
yang disumbangkan oleh variabel yang membuat pilihan untuk mereka,
independen dalam model regresi pene- motivasi mereka akan sama kuatnya dan
litian ini, tentu saja tidak seperti yang mereka seakan telah membuat pilihan sen-
diharapkan karena secara teoritis dan diri. Dalam keadan ini, berarti menurut
adanya dukungan hasil empiris tentang Bao dan Lam (2008) efek pilihan personal
keterkaitan komponen kepuasan kebu- tidak lagi menjadi sesuatu yang superior
tuhan dasar psikologis dengan komponen bagi individu.
belajar berdasar regulasi diri seharusnya Deci dan Ryan (2000) menjelaskan
juga dapat memberikan kontribusi yang bahwa jika individu telah menginternali-
lebih besar. Nilai kontribusi yang kecil ini sasi pilihan yang dibuat oleh orang yang
mungkin dapat dijelaskan oleh beberapa mereka percaya, mereka kemungkinan
hal. Pertama, meskipun teori determinasi besar telah mengalami atau terpenuhi
diri menjelaskan bahwa ketiga kebutuhan kebutuhan otonominya meskipun mereka
ini bersifat universal dan dibutuhkan oleh tidak membuat pilihan. Makna otonomi
setiap individu tanpa mengenal budaya, dalam hal ini dapat berarti sejauh mana
usia maupun gender, namun terkait individu menerima secara penuh, mendu-
dengan otonomi (salah satu jenis kebu- kung, atau menerima aksi seseorang (Deci
tuhan dalam teori determinasi diri yang & Ryan, 2000). Berdasarkan penjelasan
keuniversalannya menjadi perdebatan) kedua hal tersebut di atas, kecilnya kontri-
menurut Deci dan Ryan (2000) mungkin busi secara parsial mungkin dikarenakan
terdapat perbedaan pada bagaimana konstruk otonomi dalam penelitian ini
otonomi diekspresikan dalam budaya lebih bermakna otonomi dalam budaya
individualis dan kolektivis. Dia mencon- individualistis dan tidak termasuk makna
tohkan bahwa pada budaya kolektivis, otonomi seperti yang dikemukakan oleh
individu masih dapat termotivasi ketika Deci dan Ryan (2000) yang mungkin
dia melakukan sesuatu karena tuntutan dialami oleh individu dengan budaya
kelompok. Dalam teori determinasi diri, kolektivis seperti subjek dalam penelitian
hal ini menurut Deci dan Ryan (2000) dise- ini.
babkan karena individu dapat menginter-
nalisasi nilai tersebut atau menjadikannya
Kesimpulan
bagian dari diri mereka. Jika hal tersebut Berdasarkan hasil analisis statistik
terjadi, menurut Bao dan Lam (2008), indi- dan pembahasan dapat disimpulkan
vidu ini akan tetap merasa seakan-akan bahwa kepuasan kebutuhan dasar
mereka memiliki kebebasan memilih psikologis dan orientasi tujuan mastery
meskipun mereka bertindak atas dasar approach secara bersama-sama dapat secara
tuntutan kelompok. Sehingga ada signifikan memprediksi belajar berdasar
kemungkinan subjek penelitian juga regulasi diri. Dengan demikian
berpandangan demikian. Kedua, Bao dan peningkatan belajar berdasar regulasi diri
Lam (2008) melaporkan bahwa dari tiga mahasiswa dapat ditentukan oleh
studi yang dilakukannya pada subjek pemenuhan kepuasaan kebutuhan dasar
dengan budaya kolektivis, mereka mene- psikologis, dan adopsi mahasiswa
mukan secara konsisten efek dari pilihan terhadap orientasi tujuan mastery approach.
dimoderasi oleh keterkaitan sosio- Temuan hasil penelitian ini sangat
emosional individu dengan pembuat penting dan berimplikasi pada
pilihan/keputusan. Ketika mereka memi- pengembangan model pembelajaran di
Elliot, A.J. (2005) A conceptual history of Hoyle. Rick H. (2006). Personality and self-
the achievement goal construct. Dalam regulation: Trait and information-
Andrew. J. Elliot, Carol .S. Dweck. processing perspectives. Journal of
Handbook of competence and motivation. Personality, 74(6). doi: 10.1111/j.1467-
New York: The Guilford Press. 6494.2006.00418.x.
Elliot, E. S., & McGregor, H. A. (2001). A Huijun, L., Dejun, G., Hongli, L., & Peixia,
2x2 achievement goal framework. G. (2006). Relationship among
Journal of Personality and Social achievement goal orientation, test
Psychology, 80(3), 501-5119. anxiety and working memory. Acta
Elliott, E. S., & Dweck, C. S. (1988). Goals: Psychological Sinica, 38, 254–261.
An approach to motivation and Ifenthaler, D. (2012). Determining the
achievement. Journal of Personality and effectiveness of prompts for self-
Social Psychology, 54, 5–12. regulated learning in problem-solving
Elliott, E. S., McGregor, H. A., & Gabel, S. scenarios. Educational Technology &
(1999). Achievement goals, study Society, 15(1), 38–52.
strategies, and exam performance: A Ilardi, B. C., Leone, D., Kasser, R., & Ryan,
mediational anaylisis. Journal of R. M. (1993). Employee and supervisor
Educational Psychology, 91(3), 549-563. ratings of motivation: Main effects and
Field, A. (2009). Discovering statitistik discrepancies associated with job
using SPSS (Third edition). Los satisfaction and adjustment in a
Angeles: SAGE. factory setting. Journal of Applied Social
Psychology, 23, 1789-1805. doi:
Filak, V. F., & Sheldon, K. M. (2003).
10.1111/j.1559-1816.1993.tb01066.x.
Student psychological need satisfac-
tion and college teacher-course Jang, H., Reeve, J., Ryan, R. M., & Kim, A.
evaluations. Educational Psychology, (2009). Can self-determination theory
23(3). doi: 10.1080/ 014434103 20000 explain what underlies the productive,
60084. satisfying learning experiences of
collectivistically oriented Korean
Furrer, C & Skinner, E. (2003). Sense of
students?. Journal of Educational
relatedness as a factor in children’s
Psychology, 101(3), 644–661. doi:
academic engagement and perfor-
10.1037/a0014241
mance. Journal of Educational Psycho-
logy, 95(1), 148–162. doi: 10.1037/0022- Kahraman, N. (2011). Antecedents and
0663.95.1.148 consequences of achievement goal. A
thesis. The Graduate School of Social
Guay, F., Ratelle, C. F., & Chanal, J. (2008).
Sciences of Middle eat Technical
Optimal learning in optimal contexts:
University.
The role of self-determination in
education. Canadian Psychology, 49(3), Keblawi, F. (2006). A review of language
233-240. doi: 10.1037/a0012758 learning motivation theories. Jameea,
12, 23-57.
Gurcay, D., & Balta, E. (2013). The effect of
Turkish students’ motivational beliefs Lim, B. S. S., & Wang, C. K. J. (2009).
on their metacognitive self-regulation Perceived autonomy support,
in Physics. Asia-Pacific Forum on behavioural regulations in physical
Science Learning and Teaching, 14(2). education and physical activity
intention. Psychology of Sport and