Professional Documents
Culture Documents
Ekstradisi Sebagai Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Kejahatan Internasional
Ekstradisi Sebagai Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Kejahatan Internasional
Ekstradisi Sebagai Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Kejahatan Internasional
*made.setyarini@gmail.com
How To Cite:
Setyarini, D, M., Mahendrawati, N, L, M., Arini, D, G, D.(2019). Ekstradisi Sebagai Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Kejahatan Inter-
nasiona. Jurnal Analogi Hukum. 2 (1). 17-21. Doi: http://dx.doi.org/10.22225/.2.1.1610.17-21
Abstract-The presence of a person to a country to escape resulted in the creation of many criminal crimes on
an international scale, this requires special treatment, such as the existence of an international agreement, one
of which is Extradition. Then it must be reviewed in advance regarding regulation and then move on to
understanding the practice of extradition in preventing and combating international crime. The problems in this
study are first, how is the regulation of extradition in preventing and combating international crime, second,
how is the practice of extradition between countries in preventing and combating international crime. The
research method used is a type of Normative research by using a statutory approach, conceptual approach and
case approach which are analyzed using systematic techniques by being presented descriptively-analytically
assisted with primary, secondary and tertiary legal sources which are collected and then interpreted. Focused
on understanding and fulfilling the principles and procedures for compliance with international laws and
conventions governing extradition and also focusing on cooperation between interested countries, in
collaboration with ICPO-INTERPOL and NCB-INTERPOL who are competent in carrying out extradition.
Keywords: Between Countries, Extradition, International Crime.
Abstrak-Kehadiran seseorang ke suatu negara untuk melarikan diri mengakibatkan terciptanya banyak
kejahatan-kejahatan pidana dengan skala internasional, ini membutuhkan penanganan khusus, seperti adanya
perjanjian internasional salah satunya Ekstradisi. Maka wajiblah dikaji terlebih dahulu mengenai pengaturan
lalu beranjak ke pemahaman praktek ekstradisi dalam mencegah dan memberantas kejahatan internasional.
Adapun permasalah yang didapat dalam penelitian ini pertama, bagaimanakah pengaturan ekstradisi dalam
mencegah dan memberantas kejahatan internasional, kedua, bagaimanakah praktek ekstradisi antar negara
dalam mencegah dan memberantas kejahatan internasional. Metode penelitian yang digunakan merupakan tipe
penelitian Normatif dengan melakukan pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual dan
pendekatan kasus yang dianalisis menggunakan teknik bersifat sistematis dengan disajikan secara deskriptif-
analitis dibantu dengan sumber bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang dikumpulkan lalu ditafsirkan.
Difokuskan kepada pemahaman dan pemenuhan prinsip-prinsip serta tatacara pelaksanaan sesuai Undang-
Undang dan konvensi Internasioal yang mengatur tentang Ekstradisi dan difokuskan pula kepada kerjasama
antar negara yang berkepentingan, bekerjasama dengan ICPO-INTERPOL dan NCB-INTERPOL yang
berkompeten dalam melaksanakan ekstradisi.
Kata Kunci: Antar Negara, Ekstradisi, Kejahatan Internasional.
(Atmasasmita, 1995). Namun terjadinya sebagai pranata hukum yang mandiri berupa
perbedaan hukum negara- negara didunia praktik-praktik tentang pengambilan dan
menjadi kendala dalam pencegahan dan penyerahan atau membawa kembali seorang
pemberantasan terhadap kejahatan pidana yang pelaku kejahatan dari suatu negara yang
dilakukan dengan dimensi Internasional. merupakan tempatnya melarikan diri dan
Perbedaan ini disebabkan karena setiap Negara mencari perlindungan ke negara lain yang
yang berdaulat mempunyai Yuridiksi Kriminal memiliki yurisdiksi criminal (Sunarso, 2009).
berdasarkan Asast Teritorial yang sepenuhnya
memiliki kedaulatan territorial atau yuridiksi Berdasarkan atas dasar pemikiran tersebut,
teritorial (territorial sovereignty) (Parthiana, maka dapat dikaji lebih lanjut dengan menelaah
2015). permasalahan yaitu pertama, bagaimanakah
pengaturan ekstradisi dalam mencegah dan
Suatu Negara berdasarkan yuridiksi memberantas kejahatan internasional, kedua,
teritorial meemiliki hak, kekuasaan, atau bagaimanakah praktek ekstradisi antar negara
kewenangan untuk membuat atau menetapkan dalam mencegah dan memberantas kejahatan
peraturan perundang-undangan atau keputusan- internasional. Dengan tujuan mengidentifikasi
keputusan untuk diberlakukan dalam batas dan menjelaskan pengaturan dan Menganalisis
teritorialnya, dilaksanakan terhadap orang dana Praktek Ekstradisi antar Negara dalam
tau badan badan hukum serta mengadili pelaku Mencegah dan Memberantas Kejahatan
kejahatan dimuka penegak hukum yang Internasional, serta sebagai referensi tambahan
berwenang dalam teritorialnya (Parthiana, bagi yang berminat dalam bidang kajian yang
2015). Akan tetapi, tidak dapat sering dilakukan sama dan pendukung dalam pengembangan
dikarenakan pelaku kejahatan telah melarikan pemikiran konseptual pada bidang yang sama.
atau disebut fugitive ke yuridiksi territorial
negara lain (Anwar, 2011). Maka dari itu, suatu 2. Metode
negara tidak dapat secara semena-mena Penelitian ini bertolak kepada
melaksanakan penegakan hukumnya yang menggunakan tipe penelitian normatif yang
bersifat kedaulatan diwilayah negara lain disebut juga penelitian hukum doctrinal. Alasan
(Starke, 1989). Aparat penegak hukum suatu menggunakan tipe penelitian ini dikarenakan
negara ketika penangkapan pelaku kejahatan terjadi kekaburan norma untuk menegaskan
hampir mustahil atau sulit dilakukan karena lebih lanjut Undang-Undang Ekstradisi yang
yuridiksi teritorialnya, maka suatu kerjasama dalam penjelasanan mekanisme dan
antara aparat penegak hukum setiap negara pelaksanaan pemrmintaan ekstradisi dari
merupakan salah satu solusi yang Indonesia ke negara lain yang mana akan diatur
memungkinkan untuk mencegah dan dengan Peraturan Pemerintah. Akan tetapi
memberantas pelaku kejahatan yang melarikan sampai saat ini, mandat yuridis formal yang
diri. Apparat penegak hukum setiap negara ditetapkan Undang-Undang Ekstradisi tentang
yang dimaksud adalah Internasonal Criminal Ekstradisi sesuai Pasal 46 Undang-Undang No
Police Organisation (ICPO-INTERPOL) yang 1 Tahun 1979 yang telah menegaskan bahwa
meamanatkan National Central Bureau (NCB- tata acara permintaan penyerahan dan
INTERPOL) sebagai instansi yang berada di penerimaan seseorang yang diserahkan kepada
setiap negara anggota yang mempunyai tujuan Pemerintahan Republik Indonesia akan diatur
untuk meminimalisasi hambatan yuridiksi dengan Peraturan Pemerintah (PP). Namun
teritorial tersebut dalam mencegah dan dalam kenyataannya Pemerintahan Republik
memberantas kejahatan di dunia (Widyawati, Indonesia telah banyak membuat Undang-
2014). Undang tentang Ekstradisi khususnya dengan
Kerjasama Internasional dalam keadaan negara-negara Asean, baik yag sudah
tersebut dipilih oleh pengambil keputusan diratifikasi ke dalam Undang-Undang, maupun
setiap negara demi kepentingan bersama dalam ada yang belum diratifikasi. Dalam pelaksanaan
mencegah, memberantas kejahatan di dunia ekstradisi di Indonesia baik sebagai Pihak
sekaligus menegakan hukum, ketertiban dan Peminta maupun Pihak Diminta, lebih banyaj
keadilan, ini ditekankan kedalam Pasal 11 Ayat memanfaatkan kebiasaan yang selama ini
(1), (2) dan (3) Undang-Undang Dasar Negara dijalankan, dengan melalui sarana ICPO-
Republik Indoneisa Tahun 1945. Maka suatu INTERPOL. Tipe penelitian ini merupakan
Kerjasama untuk mengatasi yuridiksi territorial penelitian yang berfokus pada masalah yang
sebagai penghambat, dalam konteks mencari, meneliti masalah didasarkan pada teori. Dari
menangkap, menahan, dan menyerahkan pelaku sudut ilmu yang dipergunakan dalam penelitian
kejahatan yang melarikan diri, dikenal dengan ini bersifat monodisipliner dalam arti bahwa
istilah Ekstradisi yang secara singkat diartikan ada satu disiplin ilmu yang digunakan yaitu
pada saat ratifikasi konvensi tersebut, dapat baik, pihak yang mengupayakan terlaksananya
menganggap konvensi tersebut sebagai pencegahan dan pemberantasan kejahatan
perjanjian ekstradisi dengan negara-negara internasional adalah ICPO-INTERPOL dan
pihak lainnya. Di dalam UNTOC masalah NCB-INTERPOL disetiap Negara (Jendra,
ekstradisi diatur di dalam Pasal 16 dan masalah 2018), yang menyalurkan pengumuman tentang
ekstradisi diatur dalam Pasal 44 UNCAC. Daftar Pencarian Orang atau disebut dengan
Red Notice yang merupakan salah satu upaya
pemberantasan kejahatan Internaional
Praktek Ekstradisi Dalam Mencegah Dan (Widyawati, 2014).
Memberantas Kejahatan Internasional
2. Simpulan
Kejahtaan Ekstradisi yang dimintakan
dapat dikabulkan jika terhadap kejahatan Berdasarkan uraian dalam pembahasan,
tersebut terdapat dalam lampiran daftar dapat dibuat simpulan, sebagai
kejahatan yang tercantum dalam Undang- berikut: Pengaturan Ekstradisi dalam
Undnag Ekstradisi atau atas dasar mencegah dan memberantas kejahatan
kebijaksanaan dari negara-diminta. Dalam Internasional harus memperhatikan prinsip-
memproses ekstradisi ada tatacara yang harus prinsip Ekstradisi yang terdapat dalam Undang-
diikuti dalam penegakan hukum, perlindungan Undang Ekstradisi yang tercantum dalam BAB
Hak Asasi Manusia (HAM) sekaligus II tentang azas-azas Ekstradisi dari Pasal 2 s.d
pencegahan dan pemberantasan Kejahatan Pasal 17 Undang-Undang No. 1 Tahun 1979
Internasional yang mana setiap kedudukan Tentang Ekstradisi. Dalam system pidana
negara sebagai subyek memiliki tatacara yang menunjukan gambaran bahwa pada umumnya
berbeda dalam memproses Ekstradisi. Proses ekstradisi terdapat dua model yaitu berdasarkan
Ekstradisi saat kedudukan Indonesia sebagai hanya atas perjanjian ekstradisi (extradition
Negara Diminta, yaitu: diterimanya Permintaan treaty) dan berdasarkan hubungan baik (non
Penahanan dan Penangkapan; dilakukan treaty). Dalam bidang pidana terdapat bentuk
Penangkapan dan Penahanan Sementara; perjanjian kerjasama selain Ekstradisi yaitu
perpanjangan Penangkapan dan Penahanan; Memorandum of Understanding (MoU) Mutual
Permintaan Ekstradisi; Proses pemeriksan di Legal Assistence (MLA) dan Transfer of
pengadilan; Proses pengambilan Keputusan dan Sentenced Prisoners. Dalam perkembangan
Pelaksanaan Ekstradisi (Maringka, 2018). ekstradisi, Konvensi yang mendorong
Sedangkapn Proses Ekstradisi saat kedudukan efektifitas ekstradisi yang dapat dikatakan
Indonesia sebagai Negara Peminta, yaitu: memberikan landasan bagi pengembangan
permintaan pencarian sekaligus penangkapan ekstradisi adalah Konvensi PBB tentang
dan penahanan; penyiapan persyaratan Kejahatan Transnasional disingkat UNTOC
permintaan Ekstradisi, Pemeriksaan Permintaan khususnya Pasal 16 dan Konvensi PBB tentang
oleh Mentri Hukum dan HAM; diperiksa dan di Anti Korupsi disingkat UNCAC khususnya
kirim secara formal oleh Menteri Luar Negeri Pasal 44.
kepada Negara Diminta (bagi yang telah
memiliki Perjanjian), dikirim secra formal Praktek Ekstradisi dalam mencegah dan
melalui saluran diplomatic NCB-INTERPOL memberantas kejahtan Internasional harus
Negara-Diminta (bagi yang tidak memiliki dilaksanakan secara formal mengikuti proses
Perjanjian); Pemeriksaan dipengadilan di Ekstradisi sesuai kedudukan Negara. Proses
Negara-Diminta; Putusan Pengadilan; Ekstradisi saat kedudukan Indonesia sebagai
disalurkan ke Menteri Kehakiman di Negara Negara Diminta, yaitu: diterimanya Permintaan
Diminta; pelaksanaan Ekstradiis (Sunarso, Penahanan dan Penangkapan; dilakukan
2009). Dalam satu Kasus dimana Negara Penangkapan dan Penahanan Sementara;
Republik Indonesia sebaga Negara-Diminta dan perpanjangan Penangkapan dan Penahanan;
Negara Republik Federal Jerman sebagai Permintaan Ekstradisi; Proses pemeriksan di
Negara-Peminta yang belum mempunyai pengadilan; Proses pengambilan Keputusan dan
perjanjian Ekstradisi, Ektradisi oleh Negara Pelaksanaan Ekstradisi. Sedangkan Proses
republic Indonesia dikabulkan dikarenakan Ekstradisi saat kedudukan Indonesia sebagai
telah memenuhi syarat dan tidka menyimpang Negara Peminta, yaitu: permintaan pencarian
dari prinsip dan kaidah yang harus diperhatikan. sekaligus penangkapan dan penahanan;
Ekstradisi dikabulakn dengan berdasarkan penyiapan persyaratan permintaan Ekstradisi;
hubungan baik (Jendra, 2018). Pelaksanaan diperiksa dan di kirim secara formal oleh
Ekstradisi dalam kasus ini, pelaksanaan Menteri Luar Negeri kepada Negara Diminta
Ekstradisi dapat terlaksana dengan baik (bagi yang telah memiliki Perjanjian), dikirim
dikarenakan setiap pihak bekerja sama dengan secara formal melalui saluran diplomatic NCB-