Professional Documents
Culture Documents
89 1 264 1 10 20170614 PDF
89 1 264 1 10 20170614 PDF
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Alergi pada Bayi dan Anak
Usia 7-60 Bulan di RSIA Kota Kediri
Abstract
The prevalence of allergic reaction in this world reported to have increased
dramatically in recent years. Currently, allergic becomes common disease for babies and
infants. Infants younger than six months has limited choice of food be consumed. This
limitation is due to the baby's immature gastrointestinal system. This will greatly facilitate
the foreign protein to penetrate the baby's intestines, so it can cause allergies. One of the
factors of allergies in babies and infants are breastfeeding, because protein contained in the
breast milk is perfect for baby's body and almost entirely absorbed by the baby's digestive
system. This study aims to determine the correlation of exclusive breastfeeding and
allergic reaction in babies and infants (age 7-60 months) at RSIA Kediri City. The design
used was a retrospective cohort. The population in this study were all mothers whose
children examined aged 7-60 months in RSIA Kediri city. The sampling technique used is
the Systematic Random Sampling, with a sample of 80 people. From this study showed
that the majority of infants and children who are exclusively breastfed do not have allergies
(68,75%). Through the Chi-Square correlation test, showed that there is a correlation
between exclusive breastfeeding and allergic reaction in babies and infant age 7-60
months. This is because breast milk is basically naturally produced according to baby's
needs, and contains proteins that helps to reduce the risk of allergies. Therefore,
cooperation between health workers, the mother nearby, and public figures have a very
important role in the success of exclusive breastfeeding.
1 Pemberian ASI
Populasi dalam penelitian ini adalah Pengumpulan data mengenai
semua ibu yang memeriksakan anaknya pemberian ASI pada bayi dan anak usia 7-
usia 7-60 bulan di RSIA Kota Kediri. 60 bulan yang didapatkan dari hasil
Populasi prediksi sebanyak 100 orang. kuesioner dapat disajikan dalam tabel 1
Jumlah populasi ini didapat dari studi tentang Distribusi Pemberian ASI sebagai
pendahuluan yang dilakukan peneliti berikut:
selama lima hari
Tabel 1 Distribusi Pemberian ASI Tabel 3 Tabulasi Silang ASI Eksklusif dengan Kejadian
Alergi pada Bayi dan Anak Usia 7-60
Riwayat Bulan di RSIA Kota Kediri
Jumlah Presentase Pemberian ASI Tingkat Alergi Jum
Pemberian ASI lah
E6 61 76,25 %
Tabel 4 Pemberian ASI denga Tingkat Keparahan Alergi
TOTAL 80 100 %
Tingkat Keparahan Alergi
Pemberian
(Data Primer Peneliti, 2015) Alergi Alergi Alergi
ASI Jumlah
Ringan Sedang Berat
E0 3 (3,75%) 0 (0%) 0 (0%) 3 (3,75%)
Berdasarkan tabel 1 di atas, angka E1
E2
0 (0,%)
0 (0%)
0 (0 %)
0 (0 %)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
tertinggi terletak pada pemberian ASI E3
E4
5 (6,25 %)
4 (5%)
0 (0 %)
0 (0 %)
0 (0%)
0 (0%)
5 (6,25%)
4 (5%)
selama enam bulan yaitu sebanyak E5
E6
3 (3,75%)
6 (7,5%)
0 (0 %)
0 (0 %)
0 (0%)
0 (0%)
3 (3,75%)
6 (7,5%)
76,25%, sedangkan sisanya 23,75% tidak TOTAL 21(26,25%) 0 (0 %) 0 (0%) 21 (26,25%)
memberikan ASI eksklusif, dengan angka (Data Primer Peneliti, 2015)
cepat merasa lelah, sehingga merasa tidak sedangkan sisanya 4 anak tidak memiliki
punya tenaga untuk menyusui. riwayat alergi dari orang tua (5 %).
Selain faktor dari ibu, tenaga Sedangkan dari 19 anak yang tidak
kesehatan, dan keluarga, Syamsianah mendapatkan ASI eksklusif seluruhnya
(2010) menambahkan, faktor pendekatan tidak ada riwayat alergi dari orang tuanya.
informal dari tokoh masyarakat setempat Dari data di atas, dapat dilihat bahwa
juga diperlukan guna memotivasi ibu agar meskipun anak telah diberi ASI eksklusif
lebih memperhatikan dan mengutamakan dan tidak memiliki riwayat alergi dari
kesehatan buah hatinya serta memupus keluarga, tetapi anak dapat mengalami
anggapan bahwa pemberian susu formula alergi karena pada dasarnya alergi adalah
pada bayi dapat meningkatkan derajat salah satu jenis gangguan dari sistem
sosial keluarga. kekebalan. Alergi dapat terjadi bila sistem
Dari data dan konsep yang ada, kekebalan seseorang memiliki sensitivitas
peneliti menyimpulkan bahwa pencapaian yang berlebihan terhadap protein asing
pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh yang bagi orang lain tidak menimbulkan
beberapa faktor. Faktor-faktor yang masalah. Jadi, alergi tergantung dari
berpengaruh tersebut adalah faktor ibu sistem kekebalan pada tubuh seseorang
bekerja, kebiasaan pemberian susu dan gejala alergi tersebut dapat muncul
formula di rumah sakit, dan faktor kapan saja, baik pada masa bayi, anak-
dukungan dari tenaga kesehatan, orang anak, remaja, maupun dewasa. Bisa saja
terdekat atau keluarga serta dukungan dari saat bayi tidak mengalami alergi, tetapi
tokoh masyarakat. pada saat remaja atau dewasa gejala alergi
tersebut baru muncul.
2 Kejadian Alergi Pendapat tersebut didukung oleh
Dari hasil penelitian didapatkan Espeland (2008) yang menyatakan bahwa
bahwa terdapat sejumlah 21 anak alergi pada dasarnya merupakan reaksi
mengalami alergi (26,25%). Angka ini tubuh terhadap zat (alergen) yang pada
lebih rendah dibandingkan dengan jumlah umumnya tidak menyebabkan efek yang
anak yang tidak mengalami alergi, yakni merusak dalam sebagian orang. Ketika
sebanyak 59 anak (73,75 %). Berdasarkan mengalami alergi, sistem kekebalan tubuh
hasil penelitian yang dilakukan, dari 59 memberikan reaksi yang berlebihan,
anak yang tidak mengalami alergi tersebut sehingga tubuh menghasilkan antibodi.
terdapat 55 anak yang mendapatkan ASI Antibodi-antibodi yang bereaksi terhadap
eksklusif, sedangkan sisanya 4 anak tidak alergen disebut IgE. Antibodi IgE
mendapatkan ASI eksklusif (5 %). Jika mengikat dan bereaksi pada permukaan
ditinjau dari faktor genetis, dari 51 anak sel-sel khusus yang disebut mast cell,
yang tidak mengalami alergi, tidak ada yang ditemukan pada lapisan hidung,
anak yang memiliki riwayat alergi dari paru-paru, kulit, dan usus. Begitu alergen
keluarga (0%). Hal ini karena didalam berhubungan sel-sel ini, mereka
ASI mengandung bahan kekebalan non melepaskan banyak zat kimia, termasuk
spesifik antara lain : faktor bifidus, histamin, yang dapat menghasilkan
lactoferin dan lizosim. perubahan-perubahan di berbagai macam
Jika dilihat dari 21 anak yang bagian tubuh, seperti penyakit galegata,
mengalami alergi terdapat 6 anak yang pembengkakan pada hidung, dan lapisan-
mendapatkan ASI eksklusif (7,5%), lapisan dada serta meningkatnya produksi
sedangkan sisanya 15 anak tidak lendir. Perubahan-perubahan ini dapat
mendapatkan ASI eksklusif (18,75%). menyebabkan berbagai macam gejala.
Dari 6 anak yang mendapatkan ASI Tidak ada usia yang pasti kapan seseorang
eksklusif terdapat 2 anak yang memiliki menderita alergi. Gejala alergi dapat
riwayat alergi dari orang tua (2,5 %),
muncul selama masa anak-anak, remaja, tertentu dalam jumlah besar yang
atau pada usia dewasa (Espeland, 2008). dikonsumsi ibunya.
Kemunculan atau semakin parahnya Faktor lain yang dapat mempengaruhi
gejala alergi pada anak dapat disebabkan kejadian alergi adalah adanya riwayat
oleh tekanan fisik atau tekanan psikis. alergi dalam keluarga. Widjaja
Namun, tekanan-tekanan tersebut akan mamaparkan bahwa jika kedua orang tua
secara efektif memicu gejala alergi bila tidak ada riwayat alergi, maka
terjadinya bersamaan dengan kondisi anak kemungkinan anak terkena alergi adalah
yang sedang terpapar dan mengalami sebesar 12,5%. Pada anak yang salah satu
sensitivitas terhadap alergen makanan, dari orang tuanya menderita alergi,
bulu binatang, debu rumah, atau alergen kemungkinannya menjadi 19,8%. Jika
lain. Tekanan fisik dapat terjadi dalam terdapat saudara kandung yang memiliki
bentuk kedinginan, kepanasan, sakit riwayat alergi, kemungkinan anak terkena
influenza, kelelahan akibat beraktivitas alergi sebesar 30% dan jika kedua orang
fisik seperti berlari, berenang, dan olah tuanya menderita alergi, kemungkinan
fisik lainnya. Tekanan psikis dalam anak menderita alergi bertambah lagi
bentuk menangis, ketakutan, marah atau menjadi 42,9%. Faktor lain yang juga
bahkan karena tertawa terbahak-bahak sering menjadi pencetus alergi adalah
(IDAI, 2013). gangguan kejiwaan, seperti rasa cemas,
Faktor pemberian ASI secara tidak marah, dan takut (IDAI, 2013).
langsung juga dapat mempengaruhi Dari data dan konsep yang ada,
kejadian alergi yang timbul pada bayi. Hal peneliti menyimpulkan bahwa kejadian
tersebut dapat terjadi dari pengaruh alergi pada bayi dan anak dapat dipicu
makanan yang dikonsumsi oleh ibu yang oleh beberapa faktor. Faktor penyebab
kemungkinan dapat menjadi alergen pada alergi yang harus diwaspadai tersebut
tubuh bayi. Zat makanan yang terkandung adalah faktor dietik atau pemberian ASI,
dapat disalurkan dari ibu ke bayi melalui faktor keturunan (genetis), dan faktor
ASI, sehingga apabila bayi sensitif kejiwaan.
terhadap bahan makanan tertentu yang
dikonsumsi oleh ibu, dapat menyebabkan 3 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif
respon tubuh yang tidak biasa dan dengan Kejadian Alergi
muncullah gejala alergi pada tubuh bayi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
Pengaruh makanan ibu dapat menggunakan uji korelasi Chi- Square,
menyebabkan alergi dijelaskan oleh diperoleh hasil ada hubungan antara
Simkin (2007) yang menyatakan bahwa pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
pada keadaan tertentu, makanan yang alergi pada bayi dan anak usia 7-60 bulan.
dikonsumsi ibu dapat berpengaruh buruk Menurut hasil kuesioner, diperoleh
terhadap bayi dan bayi akan mengalami sebanyak 61 bayi dan anak yang
ruam, hidung yang terus-menerus mendapatkan ASI eksklusif (76,25 %).
beringus, diare, atau kegelisahan berlebih. Dari 61 bayi dan anak yang mendapatkan
Seorang bayi yang mempunyai riwayat ASI eksklusif tersebut, terdapat sebanyak
keluarga yang kuat dalam hal makanan 55 bayi dan anak tidak mempunyai alergi
dapat bereaksi terhadap beberapa jenis (68,75 %), sedangkan sisanya 6 anak
makanan, pengawet makanan, pewarna mempunyai alergi (7,5%). Jika dilihat dari
makanan, dan zat aditif makanan dari 19 anak yang tidak mendapatkan ASI
makanan yang dikonsumsi ibunya. eksklusif terdapat 15 anak mengalami
Makanan yang paling berpotensi untuk alergi. Dari sejumlah anak tersebut
menimbulkan reaksi ini adalah susu sapi, terdapat 3 anak yang sepenuhnya diberi
telur, ikan, kerang, dan kacang. Beberapa susu formula dan makanan padat mulai
bayi ini bereaksi terhadap makanan dari lahir (3,75 %), sedangkan sisanya 12
anak sesekali diberi ASI, susu formula, difteria, diare, obesitas, diabetes, limfoma,
madu, air putih, dan makanan padat dan leukemia.
(15%). Dari data dan konsep yang ada,
Susu formula yang biasa dikonsumsi peneliti menyimpulkan bahwa pemberian
mengandung protein susu sapi yang tidak ASI eksklusif hingga bayi berumur enam
cocok untuk tubuh bayi. Pada beberapa bulan dapat mengurangi risiko kejadian
kondisi tubuh tertentu, pajanan oleh alergi karena pada dasarnya ASI secara
protein susu sapi dapat menjadi alergen, alami diproduksi sesuai dengan kebutuhan
sehingga dapat terjadi alergi. Penelitian bayi, serta mengandung protein yang
terkait mengenai protein susu sapi sebagai berperan untuk mengurangi risiko alergi.
salah satu faktor penyebab alergi adalah Sehingga pemberian ASI eksklusif sangat
penelitian pada tahun 2007 yang bermanfaat untuk mencegah terjadinya
menyebutkan bahwa alergi susu sapi alergi sejak dini.
merupakan bentuk alergi makanan yang
paling sering ditemukan pada anak berusia Kesimpulan dan Saran
kurang dari 2 tahun, diperkirakan 2,75% 1 KESIMPULAN
anak dalam kelompok umur ini Dari hasil penelitian yang dilakukan
mengalami alergi protein susu sapi di RSIA Kota Kediri, dapat ditarik
(Yuliarti, 2010). kesimpulan sebagai berikut:
Protein yang terkandung dalam susu 1. Sebagian besar responden memberikan
sapi tidak dapat diarbsorbsi secara ASI eksklusif.
sempurna oleh tubuh bayi. Sedangkan 2. Sebagian kecil bayi dan anak
protein yang terkandung dalam ASI mengalami alergi.
sangat cocok karena unsur protein di 3. Hasil analisis yang dilakukan
dalamnya hampir seluruhnya terserap oleh menunjukkan bahwa ada hubungan
sistem pencernaan bayi. Hal ini antara pemberian ASI eksklusif dengan
disebabkan oleh protein ASI yang kejadian alergi pada bayi dan anak.
merupakan kelompok protein whey. 2 SARAN
Kelompok whey merupakan protein yang Berdasarkan penjelasan pada bab
sangat halus, lembut, dan mudah dicerna, sebelumnya, maka peneliti memberikan
sedangkan komposisi protein yang ada saran kepada pihak-pihak terkait antara
dalam air susu sapi adalah kelompok lain:
kasein yang kasar, bergumpal, dan sangat 1. Bagi Peneliti Selanjutnya
sukar dicerna oleh usus bayi. Diharapkan penelitian ini dapat
Perbandingan protein unsur whey dan dikembangkan lagi oleh peneliti
kasein dalam ASI adalah 60:40, selanjutnya tentang faktor-faktor yang
sedangkan di dalam air susu sapi 20:80 mempengaruhi kejadian alergi pada anak,
(Sri Purwanti, 2004). Artinya, protein misalnya faktor genetik dan faktor
pada air susu sapi hanya 1/3nya protein kejiwaan serta dapat dilakukan penelitian
ASI yang dapat diserap oleh sistem observasional mengenai hubungan
pencernaan bayi dan harus membuang dua pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
kali lebih banyak protein yang sukar alergi.
diresorbsi dan harus dikeluarkan dari
sistem pencernaan yang tentunya akan Daftar Pustaka
menimbulkan gangguan metabolisme dan
membebani sistem pencernaan (ekologi) Agusjaya Mataram, I Komang. 2011.
usus bayi. Damayanti juga berpendapat Aspek Imunologi Air Susu Ibu.
bahwa ASI dapat melindungi bayi dari Jurnal Ilmu Gizi Volume 2 No.1.
berbagai penyakit, seperti alergi (asma, Halaman 37-48.
eksim, alergi makanan), influenza,
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Bayi dan Anak. Jakarta: Balai
Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: penerbit FKUI
EGC.
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2008. Riset
Behrman,dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Keperawatan dan Teknik Penulisan
Anak. Jakarta: EGC Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
Brooks, Geo F, dkk. 2005. Mikrobiologi IDAI Cabang Jatim IV dan IDI Kediri.
Kedokteran. Jakarta: Salemba 2013. Cough and Respiratory
Medika. Problem in Children. Jawa Timur:
IDI dan IDAI.
Damayanti, Diana. 2010. Asyiknya
Minum ASI. Jakarta: Gramedia Indonesian Children, 2009. Angka
Pustaka Utama. Kejadian Alergi.
<http://childrenallergyclinic.wordpre
Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2014. ss.com/2009/05/16/angka-kejadian-
Pembahasan Hasil Survei Kadarzi alergi/> Diakses tanggal 14/01/2014
di Jawa Timur pukul 17.00 WIB
<http://dinkes.jatimprov.go.id/useri
mage/PEMBAHASAN%20HASIL Kemenkes RI, 2012. ASI Eksklusif Bayi
%20SURVEI%20KADARZI%20% Cerdas, Ibu pun Sehat.
20DI%20JAWA%20TIMUR.pdf> <adv_pp_asi.pdf> Diakses tanggal
Diakses tanggal 14/11/2013 pukul 14/01/2014 pukul 17.30 WIB
04.00 WIB
Judarwanto, Widodo.2009. Angka
Dinas Kesehatan Kota Kediri. 2014. Data Kejadian Alergi.
Kunjungan Penderita Dermatitis <http://childrenallergyclinic.wordpr
Kontak Alergi di Puskesmas. ess.com/2009/05/16/angka-kejadian-
alergi/> Diakses tanggal 14/02/2014
Espeland, Nancy. 2008. Petunjuk Lengkap pukul 04.20 WIB
Mengatasi Alergi dan Asma pada
Anak. Jakarta: Prestasi Pustakarya. Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2007.
Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:
Fikawati, Sandra, dan Shafiq, Ahmad. EGC.
2010. Kajian Implementasi dan
Kebijakan Air Susu Ibu. Makara Notoadmodjo, Soekidjo. 2012.
Kesehatan Volume 14 No.1. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Halaman 17-24 Jakarta: Rineka Cipta.
FKUI. 2009. Imunologi Dasar Edisi 8. Oemiati, Ratih, dkk. 2010. Faktor-Faktor
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. yang Berhubungan dengan Penyakit
Asma di Indonesia. Halaman 41-49
Gitta.2012. ASI Kurangi Kejadian Alergi.
<http://www.nutriclub.co.id/alergi/ar Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan
ticle/allergy> Diakses tanggal Metodologi Penelitian Ilmu
15/02/2014 pukul 19.00 WIB Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
H.Effendi, Evita. 2004. Peran Uji Kulit
pada Dermatitis Atopik. Dalam S.A. Pdpersi.2012. Setiap Tahun, Penderita
Boediardja, dkk: Dermatitis pada Alergi di Indonesia Bertambah 30 Persen.