Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 7

Analytical Exposition Text

Weather Related Problem

Every year thousands of people die, due to weather related problems. It can happen in
both winter and in summer. Let’s examine the causes for a moment.

The year 2003 was a time of extreme cold in the winter. Extreme, that is by European
standards. In Britain alone, the number of people who died from cold-related illnesses was
described as ‘shameful’. Nearly twenty-five thousand people died from illnesses such as strokes,
heart attacks, bronchitis, flu and pneumonia.

In the summer of t he same year, around twenty-three thousand people died in Europe
due to the sizzling temperatures. France was particulary badly hit, with nearly fifteen thousand
death which were related to the sweltering heat. In Britain, the number of heat-related death was
much lower than the number of winter deaths.

It is important to note that government need to give some advices to people on how to
protect their health.
Teks Eksposisi Analitik

Masalah Terkait Cuaca

Setiap tahun ribuan orang meninggal karena masalah cuaca. Itu bisa terjadi di musim
dingin dan musim panas. Mari kita periksa penyebabnya sejenak.

Tahun 2003 adalah masa yang sangat dingin di musim dingin. Ekstrem, itu menurut
standar Eropa. Di Inggris saja, jumlah orang yang meninggal karena penyakit yang berhubungan
dengan dingin digambarkan sebagai 'memalukan'. Hampir dua puluh lima ribu orang meninggal
karena penyakit seperti stroke, serangan jantung, bronkitis, flu, dan radang paru-paru.

Pada musim panas tahun yang sama, sekitar dua puluh tiga ribu orang meninggal di
Eropa karena suhu yang sangat panas. Khususnya Prancis yang terpukul parah, dengan hampir
lima belas ribu kematian yang terkait dengan panas terik. Di Inggris, jumlah kematian terkait
panas jauh lebih rendah daripada jumlah kematian musim dingin.

Penting untuk dicatat bahwa pemerintah perlu memberikan beberapa saran kepada orang-
orang tentang cara melindungi kesehatan mereka.
Report text

Coro Beach

Tulungagung regency, East Java, has so many hidden natural beautiful tourism places
such as beach, mountain, waterfall, river, lake and caves.

Coro beach is one of those and this beach is no doubt so beautiful where people can find
white sand, corals, forest and also lake near it.

So, in that place people not only can enjoy the beach but also natural scenery surrounds
it. The Coro beach is so quiet and peaceful because this is a new tourism place and only a few
people know about it.

Local people are rarely coming to see that beach except at the holiday so that the best
time to see the beach is not at the holiday.

The location of that beach is also easy to find. It is at the east side of the most famous
beach in Tulungagung, that is Popoh beach and also at the east side of Padepokan Retjo Sewu in
which those are at the same location.

Unfortunately, people have to walk for several minutes after parking their car or motor at
the area of Padepokan Retjo Sewu because there is no way yet to get there using vehicle.

Even though, the walking trip to go to that beach is also exciting because the people can
see beautiful natural forest and the other beautiful scenery.
Report Text

Pantai Coro

Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, memiliki banyak tempat wisata alam tersembunyi
seperti pantai, gunung, air tejun, sungai, danau dan goa.

Pantai coro merupakan salah satu diantaranya dan pantai ini tak diragukan lagi memiliki
keindahan yang mempesona dimana orang-orang bisa menikmati pasir putih, bebatuan karang,
hutan dan juga danau di sekitar area tersebut.

Sehingga, di tempat tersebut orang tak hanya bisa menikmati keindahan pantainya namun
juga bisa menikmati pemandangan alami di sekitarnya.

Pantai Coro sangat tenang dan menentramkan karena hanya sedikit orang yang
mengetahui keberadaan tempat wisata baru tersebut.

Penduduk lokal jarang mendatangi tempat tersebut kecuali pada hari libur sehingga
waktu terbaik untuk menikmati keindahan pantai tersebut bukan pada hari libur.

Lokasi tempat tersebut juga dapat dengan mudah ditemukan. Pantai tersebut berada di
sebelah timur pantai Popoh, yakni pantai yang paling dikenal di Tulungagung, serta sebelah
timur dari Padepokan Retjo Sewu yang berada di lokasi yang sama.

Sayangnya, pengunjung harus berjalan kaki selama beberapa menit untuk mencapai
pantai tersebut setelah memarkir mobil atau motor di area parkir Padepokan Retjo Sewu karena
belum dibuka jalan bagi kendaraan untuk mencapai pantai tersebut.

Meskipun demikian, perjalanan dengan berjalan kaki untuk menuju ke pantai tersebut
juga sangat mengesankan karena pengunjung bisa melihat hutan alami dan pemandangan elok
lainnya.
Bondan Prakoso

Bondan Prakoso was born on May 8, 1984, he is one of the best bass players in
Indonesia. In the past Bondan was a young singer who had spawned a little album Si The
Dolphins. Thanks to the album The Dolphins soared. This D3 alumni of the Dutch Literature at
the University of Indonesia began his teenage and adult career when he formed the Funky
Corporal band from 1999 to 2002. Now he is comfortable with his company, Bondan Prakoso &
Fade 2 Black.
Bondan Prakoso is the second child of three siblings, a couple from Lili Yulianingsih and
Sisco Batara, who began their careers as young singers in the 80s until the early 90s. Her first
album titled Si Dolphins was successful in the market and raised her name.
Bondan Prakoso & Fade 2 Black is a musical collaboration between Bondan Prakoso
(musician, bassist) and Fade 2 Black (rap group of Titz, Santoz and Lezzano).
In 2004 Bondan intends to make a music project that combines various types of music
into a new form of music. He then invited Titz, a rapper who was a campus colleague at the
University of Indonesia to join. But Titz feels that the band will get stronger if his group, Fade 2
Black, joins.
Late in 2004 Bondan & Fade 2 Black began to step into the recording kitchen. They also
created several songs with a touch of Rap, Rock, and Funk. Bondan Prakoso is responsible for
the instrument, looping and arrangement, while Fade 2 Black works on the lyrics of the song.
This process only lasted 4 months, and in August 2005 their first album titled
"RESPECT" was officially released under the auspices of Sony BMG Music Indonesia. The
album was colored by various types of music with rap as the main vocal, with the voice of
Bondan who helped decorate several songs.
With the 12 song album, Bondan Prakoso & Fade 2 Black also reaped various
achievements, including the Best Rap Album Production in the 2006 Indonesian Music Award.
Their second album, "UNITY" was released in November 2007. The album which
championed the song "Keroncong Protol" has increasingly solidified the position of Bondan
Prakoso & Fade 2 Black as a creative band and able to create something different. Thanks to this
album they again won the Best Rap Album Production award at the 2008 Indonesian Music
Award.
In 1999, Bondan formed the band Funky Corporal, as a bassist, and released 3 albums.
Even the band's second album was rewarded with the AMI Sharp Awards in 2001 for the Best
Alternative Group category. In 2003, Funky Corporal released their third album in collaboration
with Setiawan Djodi with hits single Gecko and again rewarded with the AMI Sharp Awards in
2003 for the Best Rock Collaboration category.
Unfortunately, after the release of their third album, the band broke up. Until in 2005 he
formed a new band called Bondan Prakoso & Fade 2 Black with the Pop Rock genre combined
with Rap. With this new band, Bondan was rewarded a similar award, namely the AMI Sharp
Awards in 2008 for the Best Rap Group category.
Previously, in 2006 Bondan with 12 bass players from various bands in Indonesia such as
Thomas "GIGI", Rindra "Padi", Bongky "BIP", Adam Sheila on 7 and other Indonesian bassists
were rewarded by MURI for the most Bassist Appearance awards in one stage.
On December 17, 2007, Bondan married his girlfriend named Margareth or familiarly
called Margie who was located in Cibintung Restaurant, Ciputat, Tangerang, with a dowry in the
form of a set of prayers and 17 grams of gold.
Bondan Prakoso lahir 8 Mei 1984, ia adalah one of the best bass player di Indonesia.
Dulu Bondan adalah penyanyi cilik yang pernah menelurkan album cilik Si Lumba-Lumba.
Berkat album Si Lumba-lumba namanya melambung. Alumni D3 Sastra Belanda Universitas
Indonesia ini memulai karier remaja dan dewasanya saat membentuk band Funky Kopral ditahun
1999 hingga tahun 2002. Kini ia betah dengan besutannya, Bondan Prakoso & Fade 2 Black.
Bondan Prakoso adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan dari Lili Yulianingsih
dan Sisco Batara ini mengawali kariernya sebagai penyanyi cilik di era 80-an hingga awal tahun
90-an. Album perdananya yang bertitel Si Lumba-Lumba sukses dipasaran dan mencuatkan
namanya.
Bondan Prakoso & Fade 2 Black merupakan kolaborasi musikal antara Bondan Prakoso
(musisi, bassis) dan Fade 2 Black (grup rap beranggotakan Titz, Santoz dan Lezzano).
Pada tahun 2004 Bondan berniat membuat proyek musik yang menggabungkan berbagai
jenis musik ke dalam sebuah bentuk musik baru. Dia lalu mengajak Titz, seorang rapper yang
merupakan teman satu kampusnya di Universitas Indonesia untuk bergabung. Namun Titz
merasa kalau band ini akan semakin kuat jika grupnya, Fade 2 Black, turut bergabung.
Akhir tahun 2004 Bondan & Fade 2 Black mulai melangkah ke dapur rekaman. Mereka
pun menciptakan beberapa lagu dengan sentuhan Rap, Rock, dan Funk. Bondan Prakoso
bertanggung jawab di sisi instrumen, looping dan aransemen, sedangkan Fade 2 Black
menggarap lirik lagunya.
Proses ni hanya berlangsung 4 bulan, dan pada bulan Agustus 2005 album perdana
mereka yang bertajuk “RESPECT” resmi dirilis di bawah naungan Sony BMG Music Indonesia.
Album tersebut diwarnai berbagai jenis musik dengan rap sebagai vokal utama, dengan ditimpali
suara Bondan yang turut menghiasi beberapa lagu.
Dengan album bermaterikan 12 lagu itu, Bondan Prakoso & Fade 2 Black pun menuai
beragam prestasi, diantaranya adalah Best Rap Album Production dalam Indonesian Music
Award 2006.
Albumkedua mereka, “UNITY” dirilis pada bulan November 2007. Album yang
menjagokan lagu “Keroncong Protol” ini semakin memantapkan posisi Bondan Prakoso & Fade
2 Black sebagai band yang kreatif dan mampu menciptakan sesuatu yang berbeda. Berkat album
ini mereka kembali meraih penghargaan Best Rap Album Production dalam Indonesian Music
Award 2008.
Ditahun 1999, Bondan membentuk band Funky Kopral , sebagai bassis, hingga merilis 3
buah album. Bahkan album kedua band ini diganjar penghargaan AMI Sharp Awards ditahun
2001 untuk kategori Group Alternatif Terbaik. Ditahun 2003, Funky Kopral merilis album ketiga
mereka dengan kolaborasi bersama Setiawan Djodi dengan hits singel Tokek dan lagi-lagi
diganjar penghargaan AMI Sharp Awards ditahun 2003 untuk kategori Kolaborasi Rock Terbaik.
Sayang, setelah album ketiga mereka dirilis, band ini bubar. Hingga ditahun 2005 ia
memebentuk band baru bernama Bondan Prakoso & Fade 2 Black dengan genre musik Pop Rock
yang dipadu dengan Rap. Dengan band barunya ini, Bondan diganjar penghargaan serupa, yakni
AMI Sharp Awards ditahun 2008 untuk kategori Group Rap Terbaik.
Sebelumnya, ditahun 2006 Bondan bersama 12 orang pemain bass dari berbagai band di
Indonesia seperti Thomas “GIGI”, Rindra “Padi”, Bongky “BIP”, Adam Sheila on 7 dan bassis
Indonesia lainnya diganjar penghargaan oleh MURI untuk penghargaan Penampilan Bassis
terbanyak dalam satu panggung.
Pada tanggal 17 Desember 2007, Bondan menikahi kekasihnya yang bernama Margareth
atau yang akrab disapa Margie yang bertempat di Restoran Cibintung, Ciputat, Tangerang,
dengan mas kawin berupa seperangkat alat salat dan 17 gram emas.

You might also like