Professional Documents
Culture Documents
ID Stigma Terhadap Orang Dengan Hivaids Odh
ID Stigma Terhadap Orang Dengan Hivaids Odh
81-88
Stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sebagai Hambatan ... (Irfan Ardani dan Sri Handayani)
Abstract
The number of people living with HIV/AIDS (PLWH) in Indonesia has been increasing every year. One of the
main causes of HIV cases was the use of non sterile needles among injecting drug users. Many people still
considered HIV/AIDS as a stigmatized disease. The people tend to hide their HIV status to their family, friends,
other people and health providers. PLWH and their family were vulnerable from stigma and discrimination;
therefore, they had barriers of HIV/AIDS to receive treatments. A qualitative research has been conducted in
Jakarta with in-depth interview and observation as methods for data collection. The informants have been
selected purposively, which are PLWH among injecting drug users (IDU’s) and former IDU’s. Stigmatization
among PLWH from IDU’s group consisted of self stigmatization and social stigmatization. Self stigmatization
aroused from the IDU’s fearness of rejection from other people and the result of external stigma’s
internalization. Social stigmatization included discrimination, intimidation and indifferent behavior toward
PLWH from IDU’s group. As a conclusion, PLWH from IDU’s group tended
not seeking help, delayed or ended their HIV/AIDS treatment because they had been stigmatized.
Self-efficacy of PLWH from IDU’s group also limited as a result of stigmatization.
Abstrak
Jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya. Salah
satu penyebab penularan HIV/AIDS adalah penggunaan jarum suntik tidak steril pada pecandu
narkoba suntik (penasun). HIV dan AIDS masih dianggap penyakit yang tabu dibicarakan secara
terbuka kepada orang tua, masyarakat dan bahkan pelayanan kesehatan. Hal ini membuat ODHA dan
keluarganya rentan terhadap stigma dan diskriminasi yang berakibat pada hambatan memperoleh
perawatan dan pengobatan. Penelitian dilakukan di Jakarta dengan metode wawancara dan observasi
pada komunitas penasun. Sampel diambil secara purposif dengan kriteria penasun atau mantan
penasun yang sudah terinfeksi HIV. Stigma memiliki dua jenis yaitu stigma yang berasal dari dalam
diri sendiri dan yang berasal dari luar diri. Stigma dari dalam muncul dari rasa ketakutan dalam diri
ODHA dan juga hasil dari internalisasi stigma dari luar. Stigma dari luar diterima ODHA penasun
dalam bentuk diskriminasi, intimidasi dan pembiaran. Sebagai kesimpulan ODHA penasun yang
merasa terstigma akan mengurangi kemungkinan untuk mencari bantuan, menunda pengobatan atau
memilih mengakhiri pengobatan. Kepercayaan diri ODHA penasun untuk mengatasi masalah adiksi
mereka juga akan berkurang akibat stigma yang mereka dapat.
81
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 45, No. 2, Juni 2017: 81 - 88
82
Stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sebagai Hambatan ... (Irfan Ardani dan Sri Handayani)
di Jakarta dengan desain penelitian kualitatif. terdekat, teman dan tetangga, serta dari akses
Pengumpulan data dilakukan pada bulan April layanan publik. Stigma dari keluarga diterima
sampai dengan bulan Agustus 2014 dengan ODHA pecandu narkoba suntik dalam bentuk
metode wawancara mendalam dan observasi. diskriminasi dan pembiaran. Diskriminasi terjadi
Instrumen yang digunakan adalah panduan karena keluarga merasa takut tertular infeksi virus
wawancara semi terstruktur dan daftar observasi. HIV. Bentuk deskriminasi seperti barang-barang
Wawancara dilakukan kepada pengguna narkoba yang dipisahkan penggunaannya, barang yang
suntik yang secara medis dinyatakan terinfeksi disentuh ODHA langsung dibersihkan, dan
HIV. Validasi dilakukan dengan triangulasi dikucilkan dengan tidak membolehkan anak-anak
sumber melalui wawancara mendalam terhadap bermain bersama ODHA.
keluarga dan petugas kesehatan.
Pembiaran oleh keluarga yang diterima
Informan dipilih secara purposif dengan ODHA pecandu narkoba suntik berupa anggapan
kriteria masih aktif atau pernah aktif menggunakan oleh keluarga bahwa ODHA bersangkutan
narkoba suntik, pernah melakukan tes CD4 dan
dianggap tidak ada dalam keluarga meskipun secara
positif terinfeksi HIV, belum mengalami infeksi
fisik ia ada dalam lingkungan keluarga. Stigma
oportunistik, serta bersedia berpartisipasi dalam
kegiatan penelitian. Informan dari keluarga dipilih dari teman atau tetangga yang diterima ODHA
dengan kriteria sering berinteraksi setiap hari dengan pecandu narkoba suntik berbentuk diskriminasi
ODHA pecandu narkoba suntik. Informan petugas dan intimidasi (bullying). Diskriminasi tidak
kesehatan dipilih dengan kriteria pernah berinteraksi hanya pada saat ODHA masih hidup, tetapi juga
dan memberi pelayanan kesehatan terhadap ODHA pada saat sudah meninggal. ODHA juga
pecandu narkoba suntik. menerima intimidasi dalam bentuk kata-kata
yang merendahkan.
HASIL Perlakuan berbeda kepada ODHA pecandu
narkoba suntik menurut keluarga merupakan
Sebanyak 14 informan ODHA pengguna reaksi dari penerimaan kondisi ODHA dan
narkoba suntik berpartisipasi dalam penelitian ini, kurangnya informasi tentang HIV/AIDS yang
terdiri dari 3 orang perempuan dan 11 orang laki- diderita anggota keluarganya. Reaksi keluarga saat
laki. Usia paling muda 18 tahun dan paling tua 36 mengetahui anggota keluarganya terinfeksi HIV
tahun. Sebagian besar informan saat wawancara adalah kaget, marah dan sedih. Perasaan ini
dilakukan tidak memiliki pekerjaan tetap. Rata-rata kemudian diekspresikan secara beragam. Ada
bekerja di sektor informal seperti tukang parkir, pak keluarga yang bisa menerima kondisi ODHA dan
ogah di pertigaan dan perempatan jalan, dan mendukung pengobatannya.
mengaku menganggur. Empat orang dari total “Ya agak kaget sedikit tapi kita kan
informan ODHA pecandu narkoba suntik sedang bersyukur pada Allah, ya habis bagaimana,
atau pernah mengakses terapi Antiretroviral. jalannya kalau sudah mengidap virus HIVnya
Tiga orang informan dari keluarga ODHA masa mau didiamkan. Harus kita diobati, ya
pecandu narkoba suntik bersedia berpartisipasi ada obatnya untuk menidurkan virus-virusnya,
dalam penelitian ini. Dua orang merupakan orang bukan untuk menyembuhkan”. Ibu Fr – Keluarga
tua dari ODHA, dan satu orang merupakan ODHA di Jakarta.
pasangan dari ODHA. Informan petugas kesehatan Namun ada pula keluarga yang tidak bisa
sebanyak dua orang, satu orang merupakan
menerima kondisi anggota keluarganya yang terinfeksi
petugas konselor adiksi pecandu narkona suntik,
HIV. Sering kali kekerasan fisik menjadi
dan satu orang lainnya adalah dokter pada rumah
sakit yang memberikan pelayanan terapi cara untuk mengekspresikan kondisi tersebut.
Antiretroviral (ARV). “Saya marah sambil nangis, kalau bapak sering
marah, sering mukul juga” Ibu Ha – Keluarga
Stigma masyarakat ODHA di Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan stigma Stigma juga diterima ODHA pecandu
dari masyarakat bisa berasal dari keluarga narkoba suntik dari pelayanan kesehatan dan
83
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 45, No. 2, Juni 2017: 81 - 88
panti rehabilitasi pecandu narkoba. Stigma yang “Ada pasien yang nggak patuh (terapi)…
diterima berupa kata-kata dan tindakan yang takutnya itu ya resisten karena dia udah stop ini
merendahkan, perlakuan kasar, disamakan (ARV) nggak diterusin. Kita marahin…jadinya
dengan pasien gangguan mental, dan pendapat susah ya enggak dikasih juga salah dikasih juga
yang tidak dipercaya. Akibat perlakuan tersebut, maksudnya udah kesel gitu harus menanyakan
beberapa informan mengaku tidak ingin berhentinya seharusnya dia masih pake itu.…
melanjutkan pengobatan. Ada juga yang ngomongnya keras-keras lah…
Menurut petugas kesehatan, tidak ada ngomongnya agak sedikit ini, nggak sopan, jadi
perlakuan yang berbeda yang diberikan kepada ya kayak gitulah, suka kesel”. Dokter RSPAD
pasien biasa dengan pasien ODHA pecandu di Jakarta.
narkoba suntik. Perlakuan berbeda hanya Berikut ini adalah tabel pernyataan
diberikan kepada pasien ODHA pecandu beberapa informan terkait dengan adanya stigma
narkoba suntik yang tidak patuh pada tahapan dari keluarga, masyarakat dan petugas kesehatan:
terapi atau yang memberikan sikap kasar.
84
Stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sebagai Hambatan ... (Irfan Ardani dan Sri Handayani)
“Takut, wah ini minum obat seumur hidup, seperti penerimaan label negatif dan berbagai
sempet mikirin terus, pikirannya ah nanti aja bentuk diskriminasi dari lingkungan. HIV dan
gue masih sehat nanti aja kalau udah ngedrop AIDS dianggap sebagai penyakit kutukan akibat
baru minum”, Fr – ODHA di Jakarta. perbuatan menyimpang karena penyakit HIV dan
Selain ketakutan terhadap proses terapi AIDS begitu melekat pada orang-orang yang
obat, informan juga mengaku takut terhadap melakukan penyimpangan seperti PSK (Pekerja
penerimaan masyarakat tentang kondisinya Seks Komersial), gay, pelaku seks bebas dan
sebagai ODHA. Seorang informan berusia pengguna narkoba suntik.9 HIV dan AIDS masih
remaja mengaku bahwa ia belum memberi tahu dianggap sebagai sesuatu penyakit yang tabu yang
statusnya sebagai ODHA kepada keluarga tidak dibicarakan secara terbuka dengan para
maupun lingkungan sosialnya. orang tua, guru, masyarakat dan bahkan dengan
“Saya belum open status, ada ketakutan penyedia pelayanan kesehatan. Anggapan tabu
tersendiri buat open status. Masalahnya saya inilah yang membuat ODHA dan keluarganya
belum siap, saya masih mikir gitu entar kalau rentan terhadap stigma dan diskriminasi, 11 yang
saya lagi nongkrong ya kan, jam sembilan saya berakibat pada berkurangnya akses ke layanan,
bilang mau minum obat dulu, obat apan nih, kehilangan martabat dan meningkatnya
obat ARV, ya gimana ya masih belum siap lah”, deskriminasi. Stigma yang dialami ODHA
Al – ODHA di Jakarta. pecandu narkoba di Jakarta menghambat mereka
Selain dari rasa takut, self stigma juga untuk mengakses pelayanan kesehatan.
berupa internalisasi ODHA terhadap cap negatif
dari lingkungan sosialnya. ODHA menerima dan Stigma masyarakat
meyakini bahwa cap negatif dari masyarakat Stigma masyarakat merupakan perasaan
terhadap dirinya memang merupakan sifat aslinya. bahwa seseorang atau kelompok merasa mereka
“Mau saya lakuin apa aja sedangkan orang- lebih unggul dari yang lain dan menyebabkan
orang di lingkungan saya enggak percaya sama seseorang atau kelompok lain dikucilkan secara
saya maupun keluarga gitu. Akhirnya saya udah sosial yang pada akhirnya mengarah kepada
dicap emang lo mah nggak bakalan berhenti lo terjadinya ketimpangan sosial.12 Stigma
percuma lo. Akhirnya timbul rasa putus asa,… ini masyarakat terhadap ODHA dipengaruhi beberapa
karena apa ya, image pikiran gitu ya. Oh ternyata anggapan seperti, penyakit yang tidak dapat
orang nggak suka sama saya, enggak ada dicegah atau dikendalikan, penyakit akibat dari
dukungan apa pun”, Ha – ODHA di Jakarta. “orang yang tidak bermoral”, dan penyakit yang
Pada ODHA pecandu narkoba suntik di mudah menular kepada orang lain. Stigma ini
Jakarta hampir semua informan mengalami self mencerminkan bias kelas sosial yang mendalam.
stigma berupa ketakutan untuk memulai Penyakit ini sering dikaitkan dengan kemiskinan
pengobatan. Alasan paling banyak adalah takut dan menjadi pembenaran untuk ketidakadilan
tidak bisa konsisten mengkonsumsi obat. sosial. ODHA sering diberi label sebagai 'yang
Ketakutan lainnya adalah penerimaan lain'. Ia adalah ras yang lain, manusia yang lain,
masyarakat tentang statusnya sebagai ODHA. atau kelompok yang lain. Tak pelak lokus
Seorang informan remaja mengatakan bahwa ia menyalahkan juga terkait dengan masalah
belum berniat membuka statusnya sebagai ideologi, politik dan sosial tertentu. 13
ODHA, akibatnya adalah ia juga belum akan Stigma dari masyarakat tercermin dari
memulai melakukan pengobatan. persepsi perlakuan negatif berupa penghindaran,
penghinaan, penolakan dalam pergaulan sosial,
PEMBAHASAN dan kehilangan pekerjaan.10 Perlakuan negatif
muncul dari ketakutan tertular, dimana
Permasalahan yang dihadapi ODHA bukan seseorang merasa tidak nyaman pada saat
hanya permasalahan kondisi fisik yang semakin kontak langsung dengan ODHA maupun dengan
menurun, namun juga timbul permasalahan sosial benda-benda yang digunakan oleh ODHA.14
85
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 45, No. 2, Juni 2017: 81 - 88
86
Stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sebagai Hambatan ... (Irfan Ardani dan Sri Handayani)
kembali ODHA di dalam masyarakat. Agar penulis sampaikan kepada Yayasan Karisma
terjadi kepatuhan pada ODHA yang mengikuti Jakarta sebagai fasilitator yang menghubungkan
pengobatan maka partner memiliki peran sosial penulis dengan informan, dan segenap informan
yang sangat penting. Mereka akan memotivasi yang bersedia berbagi pengalaman hidup mereka.
ODHA untuk patuh terhadap pengobatan,
memberantas stigma, mengembalikan harapan DAFTAR RUJUKAN
dan mengurangi perbedaan sosial. Semua cara
ini dilakukan untuk melakukan normalisasi 1. Kementerian Kesehatan. Laporan Situasi
terhadap ODHA dalam rangka menghilangkan Perkembangan HIV & AIDS di Indonesia
isolasi sosial dan mengembalikan koneksi Tahun 2015. Jakarta: Direktorat Jenderal
ODHA dengan orang lain.21 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit; 2016.
2. Badan Narkotika Nasional. Laporan Akhir
KESIMPULAN Survei Nasional Perkembangan
Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: Badan
Stigma yang diterima oleh ODHA Narkotika Nasional Republik Indonesia; 2014.
pecandu narkoba suntik di Jakarta terdiri dari 3. Avert.org. Stigma, Discrimination and HIV
stigma dari masyarakat dan self stigma. Stigma 2016 [updated 16 Desember 2016; cited
dari masyarakat bisa berasal dari keluarga 2016 27 Desember 2016]. Available from:
terdekat, teman dan tetangga, serta dari petugas http:// www.avert.org/professionals/hiv-
kesehatan. Stigma masyarakat yang diterima social-issues/stigma-discrimination.
ODHA pecandu narkoba suntik di Jakarta berupa 4. Mason T. Stigma and Social Exclusion in
diskriminasi, perlakuan yang merendahkan, Healthcare. s.l: Psychology Press; 2001.
perlakuan kasar, dan pembiaran baik di dalam 5. Goffman E. Stigma. Notes on the
keluarga, lingkungan sosial maupun pelayanan Management of Spoiled Identity. New York:
kesehatan. Self stigma berupa perasaan takut Simon and Shuster. Inc; 1963.
terhadap kondisi diri sendiri dan takut terhadap 6. Phillips LA. Stigma and Substance Use
penerimaan masyarakat, serta internalisasi stigma Disorders: Research, Implications, and
masyarakat atau mengganggap bahwa cap negatif PotentialL Solutions. Journal of Drug
masyarakat terhadap mereka adalah benar. Addiction, Education, and Eradication.
Kedua jenis stigma ini mempengaruhi 2011;7(2):91.
upaya ODHA pecandu narkoba suntik di Jakarta 7. Amin M, MacLachlan M, Mannan H, Tayeb
untuk mencari pengobatan atas infeksi HIV yang SE, Khatim AE, Swartz L, et al. EquiFrame:
diderita serta pengobatan atas adiksi narkoba. A framework for analysis of the inclusion of
ODHA pecandu narkoba yang merasa terstigma human rights and vulnerable groups in
akan mengurangi kemungkinan untuk mencari health policies. Health and Human Rights.
pengobatan, bagi yang telah menjalani pengobatan 2011;13(2):82-101.
mungkin akan memilih mengakhiri pengobatan, 8. Burkholder GJ, Harlow LL, Washkwich JL.
dan mungkin akan mengurangi kepercayaan diri Social Stigma, HIV/AIDS Knowledge, and
mereka untuk menolak adiksi narkoba. Sexual Risk1. Journal of Applied
Biobehavioral Research. 1999;4(1):27-44.
UCAPAN TERIMAKASIH 9. Sarikusuma H, Hasanah N, Herani I. Konsep
diri orang dengan HIV dan AIDS (ODHA)
Penulis mengucapkan terimakasih kepada yang menerima label negatif dan diskriminasi
segenap pimpinan Pusat Penelitian dan dari lingkungan sosial. Psikologia: Jurnal
Pengembangan Humaniora dan Manajemen Pemikiran dan Penelitian Psikologi. 2012;7(1).
Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan 10. Li X, Wang H, He G, Fennie K, Williams AB.
Kesehatan, segenap rekan peneliti yang tergabung Shadow on my heart: a culturally grounded
dalam penelitian ini. Ucapan terimakasih juga concept of HIV stigma among Chinese
87
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 45, No. 2, Juni 2017: 81 - 88
injection drug users. Journal of the Association 16. Steward WT, Herek GM, Ramakrishna J,
of Nurses in AIDS Care. 2012;23(1):52-62. Bharat S, Chandy S, Wrubel J, et al. HIV-
11. Thi MDA, Brickley DB, Vinh DTN, Colby Related Stigma: Adapting a Theoretical
DJ, Sohn AH, Trung NQ, et al. A qualitative Framework for Use in India. Social science
study of stigma and discrimination against & medicine. 2008;67(8):1225-35.
people living with HIV in Ho Chi Minh 17. Vogel DL, Wade NG. Stigma and Help-
City, Vietnam. AIDS and Behavior. Seeking. The Psychologist. 2009.
2008;12(1):63-70. 18. Butt L, Morin J, Numbery G, Peyon I, Goo
12. Parker R, Aggleton P. HIV and AIDS-related A. Stigma and HIV/AIDS in Highlands
stigma and discrimination: a conceptual Papua. Pusat Studi Kependudukan–
framework and implications for action. Social Universitas Cenderawasih and University of
science & medicine. 2003;57(1):13-24. Victoria Canada: UNCEN UoV; 2010.
13. Deacon H, Stephney I. HIV/AIDS, Stigma 19. Shaluhiyah Z, Musthofa SB, Widjanarko B.
and Children: A Literature Review. Cape Stigma Masyarakat Terhadap Orang Dengan
Town:HRC Press; 2007 HIV/AIDS. Kesmas: Jurnal Kesehatan
14. Bogart LM, Cowgill BO, Kennedy D, Ryan Masyarakat Nasional. 2015;9(4):333-9.
G, Murphy DA, Elijah J, et al. HIV-Related 20. Vogel DL, Wade NG, Haake S. Measuring
Stigma Among People With HIV and Their The Self-Stigma Associated With Seeking
Families: A Qualitative Analysis. AIDS and Psychological Help. Journal of Counseling
Behavior. 2008;12(2):244-54. Psychology. 2006;53(3):325.
15. Ford K, Wirawan DN, Sumantera GM, Sawitri 21. O’Laughlin KN, Wyatt MA, Kaaya S,
AAS, Stahre M. Voluntary HIV Testing, Bangsberg DR, Ware NC. How Treatment
Disclosure, and Stigma Among Injection Drug Partners Help: Social Analysis of an African
Users in Bali, Indonesia. AIDS Education and Adherence Support Intervention. AIDS and
prevention. 2004;16(6):487-98. Behavior. 2012;16(5):1308-15.
88