Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

HOLISTIK, Vol. 12 No.

2/ April – Juni 2019

PROSES PERGESERAN ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT SANGOWO


DI KECAMATAN MOROTAI TIMUR KABUPATEN PULAU MOROTAI

Oleh
Risaldi Posu 1
A. Purwanto 2 Evie A. A Suwu 3

ABSTRACT

The marriage of an important transition in the life of man, namely the transition
from teenage level towards the level of family life. Undeniable that marriage is
an instinctive need for every living being. The transition in life are usually
characterized by the presence of religious ceremonies to support the marriage
process. Every wedding ceremony that's so important both for those concerned
as well as for members of the kinship of both parties.
A series of organizing the process of marriage particularly Morotai Sangowo
community consists of several stages, ranging from the proposal to the marriage
taking place. A normal marriage are usually preceded by the time of the
engagement/promise of connective between the men with the woman the length
of about one year. Then proceed with the wedding or the inauguration.
The culture of marriage and the rules applicable to the community Sangowo that
is inseparable from the influences and its environment. Where the community is
located as well as the guidelines of the society, influenced by the knowledge,
experiences, religious beliefs and embraced by the community Sangowo itself.
The custom of marriage Sangowo is a regional cultural heritage of their
predecessors who have cultural values and must be preserved and conserved but
customs and cultures that how they should preserve and they preserve. Shift the
value of marriage in this custom also caused because more and more people who
have attended the world of education so that more understanding of the pattern
to put forward something that is practical.

Keywords: marriage, cultural heritage, religious ceremonies

1
Mahasiswa Sosiologi Fispol Unsrat
2
Dosen Pembimbing I KTIS
3
Dosen Pembimbing II KTIS

1
ISSN 1979-0481

Pendahuluan Setelah prosesi tersebut,


Perkawinan suatu peralihan kedua mempelai boleh bertemu
yang terpenting dalam hidup kembali di rumah baru mereka
manusia, yaitu peralihan dari tingkat ataupun secara bergiliran tinggal di
remaja menuju tingkat hidup rumah pasangan masing-masing.
berkeluarga. tidak dapat dipungkiri Biasanya seminggu pertama mereka
lagi bahwa perkawinan merupakan berdua tinggal di rumah si mempelai
suatu kebutuhan yang naluriah bagi perempuan. Lantas seminggu kemu-
setiap makhluk hidup. dian tinggal di rumah mempelai laki-
laki. Hal tersebut dilakukan agar
Undang-undang Nomor 1
kedua belah pihak pengantin dapat
Tahun 1974 tentang Perkawinan,
saling mengenal dan bersilaturahmi
perkawinan adalah ikatan lahir batin
pada keluarga masing-masing.
antara seorang pria dan seorang
Minggu ketiga perkawinan biasanya
wanita sebagai suami istri dengan
mereka tinggal di rumah baru
tujuan membentuk keluarga atau
mereka, tinggal di sana selamanya
rumah tangga yang bahagia dan
dan membina rumah tangga tanpa
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
lagi kembali ke rumah orang tua.
Maha Esa.
Peralihan dalam kehidupan
Berbagai macam adat per-
tersebut biasanya ditandai dengan
kawinan bagi masyarakat Sangowo
adanya upacara-upacara keagamaan
terdapat pula Ada beberapa ritual
untuk mendukung proses per-
yang tetap dilakukan, namun ada
kawinan tersebut. Upacara adalah
beberapa ritual juga yang sengaja
sistem aktivitas atau rangkaian
tidak dilakukan dengan alasan
tindakan yang ditata oleh adat atau
efisiensi waktu dan tenaga. Ada juga
hukum yang berlaku dalam
suatu alasan yang menyatakan
masyarakat yang berhubungan
bahwa tidak perlunya mengadakan
dengan berbagai macam peristiwa
perkawinan beradatkan Sangowo
yang biasanya terjadi di dalam
dikarenakan agar semakin sedikit
masyarakat yang bersangkutan, atau
pula uang yang akan dikeluarkan
dengan kata lain suatu kegiatan
demi prosesi pernikahan tersebut.
pesta tradisional yang diatur

2
HOLISTIK, Vol. 12 No. 2/ April – Juni 2019

menurut tata adat atau hukum yang perubahan-perubahan yang terjadi


berlaku di dalam masyarakat dengan dalam struktur dan fungsi masya-
tujuan memperingati peristiwa rakat.
sesuai dengan ketentuan adat yang Perubahan sosial merupakan
bersangkutan. bagian dari perubahan budaya.
Dari berbagai macam ke- Perubahan dalam kebudayaan men-
tentuan yang telah berlaku di atas cakup semua bagian, yang meliputi
maka jika dilihat dalam pandangan kesenian, ilmu pengetahuan,
sosiologi merujuk pada masyarakat teknologi, filsafat dan lainnya. Akan
yang dijadikan sebagai suatu tetapi perubahan tersebut tidak
kepercayaan yang dapat diukur mempengaruhi organisasi sosial
untuk mengembangkan adat masyarakatnya. Ruang lingkup
perkawinan yang ada satu-satunya perubahan kebudayaan lebih luas
di Sangowo. Dan penting dalam dibandingkan perubahan sosial.
pemeliharaan adat/tradisi yang Namun demikian dalam prakteknya
berlaku sehingga dapat berfungsi di lapangan kedua jenis perubahan
sebagai suatu pedoman yang perubahan tersebut sangat sulit
memberi arah dan orientasi pada untuk dipisahkan (Soekanto, 1990).
kehidupan warga masyarakat. Perubahan dari suatu tradisi
Perubahan Adat Perkawinan adat perkawinan dalam masyarakat
terjadi seiring dengan pengaruh dari
William F. Ogburn dalam
globalisasi dan pengaruh budaya
Moore, (2002), berusaha memberi-
lain. Perubahan-perubahan tersebut
kan suatu pengertian tentang
otomatis menggeser nilai-nilai tra-
perubahan sosial. Ruang lingkup
disi adat perkawinan dalam
perubahan sosial meliputi unsur-
masyarakat yang mengalami peru-
unsur kebudayaan baik yang
bahan-perubahan.
material maupun immaterial. Pene-
Perubahan-perubahan tradisi
kannya adalah pada pengaruh besar
adalah perubahan nilai budaya dari
unsur-unsur kebudayaan material
nilai yang kurang baik menjadi baik
terhadap unsur-unsur immaterial.
ataupun sebaliknya. Salah satu aspek
Perubahan sosial diartikan sebagai
yang berubah dalam kehidupan

3
ISSN 1979-0481

masyarakat dewasa ini sistem letaknya di luar (faktor intern).


budaya yang menjadi ciri khas dari Sebab-sebab itu antara lain adalah:
suatu keluarga tertentu. Keluarga 1. Dari Dalam Masyarakat
lebih banyak dimasuki oleh budaya a. Mobilitas penduduk adalah
dari luar sehingga nilai budaya yang Mobilitas penduduk ini meli-
telah tertanam sejak dahulu kala dan puti bukan hanya perpin-
merupakan warisan leluhur hampir- dahan penduduk dari desa ke
hampir dilupakan oleh generasi kota atau sebaliknya, tetapi
sekarang ini.
juga bertambah dan ber-
Sejarah pemikiran dan kurangnya penduduk
kebudayaan yang dibangun di atas b. Penemuan-penemuan baru
prinsip-prinsip modernitas selanjut- (inovasi) Adanya penemuan
nya merasuk ke berbagai bidang teknologi baru, misalnya
kehidupan. Seni modern hadir teknologi plastik. Jika dulu
sebagai kekuatan emansipatoris daun jati, daun pisang dan
yang menghantar manusia pada biting (lidi) dapat diper-
realitas baru. (Awuy, 1995). dagangkan secara besar-
Penyebab Yang Mempengaruhi besaran maka sekarang tidak
Perubahan Adat Perkawinan lagi.
Selo Soemardjan, 2003.
Suatu proses sosial peru-
Secara umum, sebab terjadinya
bahan yang terjadi secara
suatu perubahan dalam masyarakat
besar-besaran dan dalam
adalah karena adanya sesuatu yang
jangka waktu yang tidak
dianggap sudah tidak memuaskan
terlalu lama sering disebut
lagi. Mungkin saja karena ada faktor
dengan inovasi atau ino-
baru yang lebih memuaskan
vation. Penemuan-penemuan
masyarakat sebagai pengganti
baru sebagai sebab terjadinya
faktor yang lama. Pada umumnya
perubahan-perubahan dapat
dapat dikatakan bahwa sebab-sebab
dibedakan dalam pengertian-
tersebut mungkin bersumber pada
pengertian Discovery dan
masyarakat itu sendiri dan ada yang
Invention

4
HOLISTIK, Vol. 12 No. 2/ April – Juni 2019

Discovery adalah penemuan 2. Dari Luar Masyarakat


unsur kebudayaan baru baik a. Peperangan adalah Negara
berupa alat ataupun gagasan yang menang dalam pepe-
yang diciptakan oleh seorang rangan pasti akan menanam-
individu atau serangkaian kan nilai-nilai sosial dan
ciptaan para individu. kebudayaannya.

Discovery baru menjadi b. Lingkungan adalah Terjadinya


invention kalau masyarakat banjir, gunung meletus,
sudah mengakui dan mene- gempa bumi, dll. yang
rapkan penemuan baru itu. mengakibatkan penduduk di
wilayah tersebut harus pindah
c. Pertentangan masyarakat
ke wilayah lain. Jika wilayah
adalah Pertentangan dapat
baru keadaan alamnya tidak
terjadi antara individu dengan
sama dengan wilayah asal
kelompok atau antara kelom-
mereka, maka mereka harus
pok dengan kelompok.
menyesuaikan diri dengan
d. Terjadinya pemberontakan
keadaan di wilayah yang baru
atau revolusi adalah Pembe-
guna kelangsungan kehi-
rontakan dari para maha-
dupannya.
siswa, menurunkan rezim
Suharto pada jaman orde c. Kebudayaan lain adalah
baru. Munculah perubahan Masuknya kebudayaan Barat
yang sangat besar pada dalam kehidupan masyarakat
Negara di mana sistem di Indonesia menyebabkan
pemerintahan yang milite- terjadinya perubahan.
risme berubah menjadi de-
Adat Perkawinan Masyarakat
mokrasi pada jaman refor- Sangowo
masi. Sistem komunikasi Dalam perkawinan meru-
antara birokrat dan rakyat pakan salah satu tahap ini masih
menjadi berubah (Menunggu dalam daur kehidupan manusia yang
apa yang dikatakan pe- sangat penting. Melalui perkawinan
mimpin berubah sebagai abdi seseorang akan mengalami peru-
masyarakat).

5
ISSN 1979-0481

bahan status, yakni dari status tahap, mulai dari Minang hingga
bujangan menjadi berkeluarga, pernikahan berlangsung. Sebuah
dengan demikian pasangan tersebut perkawinan yang normal biasanya
diakui dan diperlukan sebagai didahului dengan masa pertu-
anggota penuh dalam masyarakat. nangan/ikat janji antara pihak pria
Dalam sistem kekerabatan, per- dengan pihak wanita yang lamanya
kawinan seseorang juga akan sekitar satu tahun. Kemudian
mempengaruhi sifat hubungan dilanjutkan dengan pernikahan atau
kekeluargaan, bahkan dapat pula peresmian. Dalam pelaksanaan
menggeser hak serta kewajiban upacara perkawinan yang direstui
untuk sementara anggota kerabat kedua orang tua ataupun keluarga
lainnya. Misalnya seorang abang masing-masing pihak, biasanya
yang tadinya bertanggung jawab dilaksanakan menurut tata cara atau
atas adiknya seorang gadis, tetapi adat istiadat perkawinan masyarakat
dengan terjadinya ikatan tali Sangowo yang berlandaskan kepada
perkawinan maka hak dan kewajiban kaidah-kaidah ajaran adat istiadat
seorang abang sudah berpindah serta pengaruh tradisional.
kepada suami sang adik.
Pergeseran Adat Perkawinan
Setiap upacara perkawinan itu Masyarakat Morotai Pada Masa
Sekarang
begitu penting baik bagi yang
bersangkutan maupun bagi anggota Perbandingan antara pelak-
kekerabatan kedua belah pihak sanaan upacara adat Morotai dulu
pengantin. Sehingga dalam proses dan sekarang, khususnya di berbagai
pelaksanaannya harus memper- macam Daerah sangatlah diper-
hatikan serangkaian aturan atau tata hatikan. Pelaksanaan upacara
cara biasanya sudah ditentukan perkawinan adat Morotai contohnya
secara adat yang berdasarkan di kota-kota besar yang sudah tidak
kepada hukum-hukum agama. berkembang lagi yang begitu
terdapat perbedaan yang signifikan
Rangkaian penyelenggaraan
dengan pelaksanaannya berpuluh
proses perkawinan masyarakat
tahun silam. Pembedanya yang
Morotai khususnya masyarakat
paling konkret adalah variasi alat
Sangowo terdiri dari beberapa

6
HOLISTIK, Vol. 12 No. 2/ April – Juni 2019

musik pengiring tari-tarian dan lagu daerah tersebut justru saat ini
pengantar pelaminan dan gedung semakin menunjukkan ketidak
tempat perhelatan upacaranya asliannya di beberapa tempat di
sudah berada di ruangan tertutup kota-kota besar khususnya di
dan besar, terlebih cenderung Maluku Utara. Media massa
menggunakan gedung luas dan khususnya Koran-koran Pulau
memiliki panggung sebagai tempat Morotai seperti Radar Morotai
pelaminan pengantin. sebaiknya memberikan beberapa
halaman untuk mengangkat kembali
Dalam hal penyajian makanan
citra dan budaya Morotai yang asli di
pun sudah mulai terlihat jauh lebih
kalangan para pembaca Koran
beda dari sebelumnya dan kurang
tersebut. Selain itu sebaiknya tidak
menjaga kekuatan adat Morotai
hanya mempublikasikan adanya
yang telah berbaur dengan
perhelatan upacara adat yang besar
lingkungan suku-suku lainnya.
dan mewah untuk memperbaiki
Misalnya menikah di Kota Ternate,
perspektif masyarakat suku Morotai
Meskipun daerah ini sangat kaya dan
atas kesakralan dan tujuan utama
kental dengan budaya, pelaksanaan
dari upacara perkawinan adat
perhelatan perkawinan adat Morotai
Morotai itu sendiri.
sudah sedikit mulai mengalami
pergeseran adat terutama dalam hal Ketentuan Adat Dalam Suku
penyajian makanan untuk rekan dan Morotai
kerabat yang berasal dari suku dan Ketentuan adat yang telah
ras di luar Morotai, artinya adanya berlaku sejak zaman nenek moyang
pengaruh penyajian masakan dari mereka pada umumnya merupakan
daerah lain bahkan negara lain. sebuah aturan yang seharusnya di
Selain itu dekorasi pada pelaminan patuhi oleh orang lain, karena
pengantin juga sudah menggunakan ketentuan ini berlaku di saat terjadi
tenti dikarenakan perkembangan prosesi tahap jalannya perkawinan
zaman, beda dengan zaman dahulu bagi masyarakat Sangowo secara
kala seperti atap rumah. turun temurun. Adapun ketentuan
yang berlaku dalam adat perkawinan
Beberapa ciri khas dari
Sangowo adalah sebagai berikut :
perhelatan upacara adat Morotai di

7
ISSN 1979-0481

1. Mas kawin Denda-Denda Dalam Pelanggaran


Maskawin bagi masyarakat Adat Perkawinan
Sangowo terdapat beberapa Berlakunya suatu sistem per-
ketentuan yang dipenuhi dalam kawinan bagi masyarakat sangowo
adat perkawinan yaitu; (a). 1 pes di mana larangan-larangan yang
kain putih (tetoron atau here). (b). terdapat dalam pelanggaran adat
1 (satu) lusin piring batu putih merupakan suatu kehormatan agar
polos atau piring batu putih tercapainya keluarga yang rukun dan
berbunga. (c). Uang tunai sebesar agar tidak terdapat perbedaan
Rp 600. 000 (didapat dari 30 rial x pendapat oleh pihak perempuan
Rp 20. 000). dan pihak laki. Sistem denda suku
2. Kerugian Morotai berdasarkan hukum adat,
Bagi orang Sangowo kerugian yang berlaku dan harus diperhatikan
diminta dalam bentuk uang tunai, beberapa denda dalam adat
tidak ditentukan jumlahnya. perkawinan yaitu :
Tergantung permintaan pihak 1. Siloda (kawin lari)
perempuan akan tetapi diha-
a. Jiko/doku mabobangu sebesar
rapkan tidak memberatkan,
15 rial (ini jikalau perempuan
kerugian itu ada balasannya.
dibawa lari laki-laki dari desa
3. Permintaan /Gogogolo /daerah lain)
Gogolo atau permintaan ini b. siloda mabubangu (denda
berdasarkan gogaho de sininga kawin lari) sebesar 30 rial
(saling pengertian) gogolo ini 2. Sidatago (kawin tangkap)
diminta oleh salah satu atau a. di kamar keluarga (modoka)
beberapa orang dari keluarga b. saat tidak ada modoka harus
perempuan tentang sesuatu membayar ngihi mabobangu
benda atau barang dan akan sebesar 30 rial dan jika terdapat
dibalas (sima) dengan barang ada modoka (perempuan)
tertentu oleh pihak yang sebesar 60 rial.
meminta.
c. terdapat diruang tamu/fores.

8
HOLISTIK, Vol. 12 No. 2/ April – Juni 2019

d. yasitolom (disatukan) tidak ada Proses Pergeseran Adat


denda Perkawinan Tradisional
e. karena laki-laki tidak mau maka Berbicara mengenai proses
wajib dikenakan denda 15 rial pelaksanaan perkawinan secara adat
f. karena perempuan tidak mau oleh suatu daerah maka tidaklah
maka dendanya tidak ada. terlepas dari apa dan bagaimana
3. Yatago/mitago (ditangkap dan tahapan-tahapan pelaksanaan
kami tangkap) prosesi perkawinan menurut adat
Perempuan berada di suatu desa yang kian lama dipertahankan oleh
lain dan di tahan oleh seorang laki masyarakat. Prosesi adat perkawinan

laki maka harus membayar denda Morotai semakin lama dan begitu

diantaranya: cepatnya laju perkembangan jaman


tentunya ada beberapa komponen-
a. Jiko mabubangu/ doku
komponen warisan budaya yang
mabubangu (dendan desa)
sudah mulai terkikis. tradisi serta
sebesar 15 rial
nilai-nilai perkawinan secara adat
b. Ya tago/ mi tago mabobangu
masyarakat Sangowo mulai jarang
(ditangkap denda) 30 rial
digunakan. bahkan ada sebagian
4. Denda kasus saat peminangan
dari item-item upacara secara adat
Seorang laki-laki membuat kasus
sudah tidak dipakai lagi pada
di suatu kampung tertentu, lalu
upacara perkawinan di masa
ada seorang laki-laki yang
sekarang. Setiap tahapan dalam
sekampung dengan laki-laki
prosesi perkawinan secara adat dari
pembuat kasus tadi kawin di
suatu kelompok masyarakat tertentu
mana kasus itu dibuat atau
pastilah mengandung nilai-nilai
bahkan laki-laki yang bersangku-
sosial yang membawa dampak
tanlah yang pernah membuat
positif bagi kehidupan baik pada
kasus di kampung di mana ia akan
tatanan sosial maupun kehidupan
kawin, maka pada saat
individu.
peminangan jika hal itu
Namun demikian seiring
dimunculkan maka dikenakan
dengan perubahan pola pikir masya-
denda sebesar 30 rial.
rakat dengan adanya pengaruh-

9
ISSN 1979-0481

pengaruh perubahan kondisi sosial perkawinan dilakukan menurut


maka banyak nilai-nilai tersebut agama dan kepercayaan yang
yang telah ditinggalkan atau dicatat menurut peraturan perun-
mengalami pergeseran sehingga dang-undangan yang berlaku.
baik secara langsung maupun tidak Selain masalah perkem-
langsung akan turut juga bangan zaman dan masalah
menghilangkan nilai-nilai sosial yang pendidikan, salah satu faktor yang
terkandung pada nilai luhur budaya juga turut memberikan andil besar
tersebut.
dalam pergeseran nilai adat
Pergeseran nilai perkawinan perkawinan ini adalah faktor
secara adat ini juga diakibatkan ekonom. Upacara perkawinan secara
karena semakin banyak orang yang adat bagi masyarakat Sangowo
telah mengenyam dunia pendidikan memerlukan biaya yang sangat
sehingga pola pemahaman lebih besar yang harus dipersiapkan baik
mengedepankan sesuatu yang itu dalam bentuk bahan maupun
bersifat praktis. adat perkawinan dalam bentuk uang harus dipenuhi
Sangowo adalah merupakan suatu oleh karena itu, masyarakat yang
budaya daerah warisan dari tidak mampu akan melak-
pendahulu mereka yang memiliki sanakannya, apalagi para generasi
nilai-nilai budaya yang tinggi dan muda yang belum mempunyai
harus dijaga serta dilestarikan tetapi pekerjaan yang tetap tidak mampu
adat serta budaya yang bagaimana untuk melaksanakan upacara adat
yang harus mereka pertahankan dan tersebut.
mereka lestarikan. Jikalau adat atau Budaya perkawinan dan
budaya bertentangan dengan aturannya yang berlaku pada
keyakinan dan dapat memberatkan masyarakat Sangowo yang tidak
atau menyusahkan dalam hal terlepas dari pengaruh dan
kemampuan mereka untuk melak- lingkungannya. Di mana masyarakat
sanakan adat tersebut. seharusnya itu berada serta pergaulan
tidak perlu dilaksanakan,karena masyarakatnya, dipengaruhi oleh
perkawinan akan sah tanpa harus pengetahuan, pengalaman,
melalui proses adat,karena sahnya kepercayaan dan keagamaan yang

10
HOLISTIK, Vol. 12 No. 2/ April – Juni 2019

dianut oleh masyarakat Sangowo itu pernikahan tradisional. Adapun tata


sendiri. cara pernikahan yang dilakukan
adalah Acara pernikahan dilakukan
Berdasarkan pengetahuan,
di rumah pihak perempuan,
pengalaman, kepercayaan serta
kemudian yang memandu akad
keagamaan di atas masing-masing
nikah pernikahan adalah penghulu
mempelai mengadakan resepsi di
yang disebut dengan khadi, yaitu
rumah masing-masing. Seperti acara
orang yang dipandang mengerti
resepsi pada umumnya, dalam
masalah agama dan telah diangkat
resepsi tersebut terdapat tenda,
oleh musyawarah kerapatan adat
pelaminan, dan acara perjamuan
beserta wali.
makan pada umumnya. Namun yang
berbeda adalah masing-masing Dalam Upacara adat
pengantin masih berada di rumah perkawinan Sangowo tradisi cuci
masing-masing, mengadakan re- kaki ini adalah peristiwa fokus dari
sepsi masing-masing. Selain itu, semua kegiatan yang merupakan
mempelai juga masih menggunakan pernikahan. Bila waktu untuk acara
pakaian biasa, dan masih belum ini tiba, anggota masyarakat menjadi
menggunakan pakaian pengantin sangat sibuk, Mereka mendirikan
adat Sangowo. Sang pengantin, sebuah tenda di depan rumah
menjamu tamu dengan saling mereka dan mempersiapkan untuk
mengobrol dengan para tamu yang upacara cuci kaki untuk pengantin
hadir. Pada saat itulah para tetangga wanita {mi tiodo, 'dia dibersihkan').
berdatangan untuk memberikan Pada sore hari prosesi besar
selamat pada pengantin tersebut. kerabat pengantin akan
Sekitar pukul 9 pagi, masing-masing meninggalkan rumah pengantin
pengantin mulai berdandan dan perempuan untuk melanjutkan ke
mulai memakai pakaian adat rumah pengantin pria. Sepanjang
Sangowo. jalan pengantin wanita akan berjalan
Tahap upacara perkawinan di di atas tikar sampai ia mencapai
mana mempelai berkunjung ke rumah suami barunya. Kerabat-nya
kerabat pengantin merupakan akan membawa mereka hadiah
bagian penting dari upacara sebagai kontra-hadiah, yang terdiri

11
ISSN 1979-0481

beras dalam keranjang (o Sigi mengikuti mempelai pria (suami).


poroco), beras dimasak dengan Tradisi ini dilakukan dengan harapan
santan kelapa ngopedeka o ma perempuan yang sudah masuk
giamajojobo (produk wanita tangan dalam lingkar keluarga laki-laki
sebuah'). Prosesi diatur dengan cara memiliki hati yang bersih untuk
sebagai berikut. Poroco Sigi adalah memulai rumah tangga mereka di
dilakukan di depan, diikuti oleh lingkungan keluarga laki-laki. Untuk
daroko, orang-orang membawa alat mencuci kaki perempuan dalam
dan peralatan, maka pengantin, dan
tradisi ini hanya boleh dilakukan oleh
akhirnya kerabat pengantin akan
anak gadis yang belum balik atau
mengenakan gelang, anting-anting,
yang masih perawan sedangkan
kalung dan gelang,semua dari emas.
anak laki-laki tidak diperbolehkan,
Prosesi ini menunjukkan kekayaan
dengan didampingi orang tua yang
sosial, status dan kesuburan
bertugas memantra-mantrai air
keluarganya. setelah itu ia akan
dalam gelas lalu kemudian
muncul kembali dalam ruang duduk
menyerahkannya kepada anak gadis
dan kursi pengantin atas kursi. Kursi
untuk menyiram kaki perempuan
ini dikelilingi oleh upacara peralatan
yang diperlukan untuk mencuci kaki. tersebut. Tradisi ini sampai sekarang
masih terlihat saat acara perkawinan
Tradisi cuci kaki memiliki
di Desa Sangowo yang memakai
makna filosofis pembersihan/
adat Morotai.
penyucian. Tradisi ini dilakukan
secara simbolis mencuci kaki dengan Tradisi bungkus tikar adalah

air saat hari-hari tertentu yaitu pada salah satu tradisi suku Morotai yang

saat penjemputan tamu kehormatan terjadi saat ronggeng adat (tari adat)

dan pada saat selesai seluruh tide-tide di setiap perayaan

rangkaian acara perkawinan. Untuk berlangsung. Tradisi bungkus tikar

cuci kaki acara perkawinan hanya dimaksud agar orang yang dibalut

dilakukan untuk mempelai wanita dengan tikar mengetahui bahwa

karena mempelai wanita (istri) telah dialah yang dibebankan. dalam

keluar dari rumah orang tua untuk artian, dialah yang diharapkan
memberikan semacam sumbangan

12
HOLISTIK, Vol. 12 No. 2/ April – Juni 2019

atau bantuan terhadap pihak Faktor-Faktor Yang Mempe-


penyelenggara acara. Biasanya yang ngaruhi Proses Pergeseran Adat
Perkawinan Masyarakat Sangowo.
dibalut dengan tikar pada tradisi ini
Setiap masyarakat selalu
adalah tamu undangan yang berasal
mengalami perubahan,baik yang
dari pemerintahan yang memiliki
terjadi secara lambat maupun cepat.
jabatan strategis, misalnya Bupati,
Apalagi pada zaman modern
Kabag, Kadis dan lain-lain dan atau
sekarang ini,manusia tidak pernah
yang dinilai oleh penyelenggara
puas sehingga selalu berupaya
bahwa orang tersebut bisa mem-
untuk menemukan hal-hal yang baru
berikan sumbangan atau bantuan
biasanya berasal dari penambahan
kepada pihak penyelenggara.
yang pernah ada, pengaruh
Jika seseorang yang dibalut pengurangan yang telah ada pene-
dengan tikar ingin memberikan rimaan dari luar atau menciptakan
bantuan berupa uang dan dia tidak yang tidak ada menjadi ada. hal
membawa uang maka dapat inilah yang menyebabkan terjadinya
diberikan kesempatan kapan yang perubahan dalam berbagai bidang
bersangkutan bisa memenuhi kewa- kehidupan yang berarti menyangkut
jibannya sesuai dengan sebisanya. perubahan dalam bidang kebu-

Dan jika seseorang yang dibalut tikar dayaan (budaya tradisional) yang di

ingin memberikan uang tunai dan dalamnya juga termasuk pada


upacara adat perkawinan. Pelak-
dia membawanya saat acara, maka
sanaan perkawinan secara adat di
bisa juga diberikan dalam bentuk
Morotai khususnya di desa Sangowo
“Tombong” kepada pihak penye-
sudah sangat jarang digunakan. hal
lenggara atau kalau dalam acara
tersebut disebabkan karena pe-
perkawinan berarti kepada kedua
ngaruh dari dalam masyarakat yang
mempelai yang saat itu sedang
bersangkutan maupun dari luar
mengikuti tarian tersebut dengan
pendukung kebudayaan tersebut.
jumlah yang harus lebih banyak dari
Adapun faktor-faktor yang
penari-penari yang lain.
mempengaruhi terjadinya perge-
seran nilai adat perkawinan masya-

13
ISSN 1979-0481

rakat Morotai di antaranya adalah Berbagai macam perhelatan


sebagai berikut: (1) invensi yaitu panjang di jaman sekarang alat
proses di mana ide-ide baru tradisional kini mulai mengalami
diciptakan dan dikembangkan, (2) pergeseran dengan adanya
difusi, ialah proses di mana ide-ide perkembangan jaman, seperti Tide-
baru itu dikomunikasikan ke dalam tide jenis ini biasanya dilaksanakan
Sistem sosial, dan (3) konsekuensi pada saat perayaan pesta
yakni perubahan-perubahan yang pernikahan. Penari terdiri dari laki-
terjadi dalam sistem sosial sebagai laki dan perempuan (pemuda-
akibat pengadopsian atau peno- pemudi dan orang tua) yang saling
lakan inovasi. Perubahan terjadi jika berhadapan dan biasanya pengantin
penggunaan atau penolakan ide diposisikan di bagian tengah antara
baru itu mempunyai akibat. Karena laki-laki dan perempuan. Pada saat
itu perubahan sosial adalah akibat menari, tradisi “tombong”
komunikasi sosial. diwajibkan untuk laki-laki. Tradisi
“tombong” adalah tradisi di mana
Pesatnya peningkatan hasil
laki-laki diwajibkan memberikan
produk yang bernuansa teknologi
uang dengan jumlah yang tidak
seperti media komunikasi dan
ditentukan (sukarela) kepada
informasi misalnya televisi, internet,
perempuan siapa saja yang dia
radio, hand phone (HP) dan surat
inginkan. Pada tradisi ini, laki-laki
kabar juga menjadi alasan
yang belum berkeluarga (belum
merosotnya nilai-nilai budaya
menikah) melakukan “tombong”
daerah karena masyarakat cepat
pada perempuan yang belum
terpengaruh dengan apa yang
menikah (gadis) maka berarti hal
mereka dengar dan saksikan
tersebut merupakan isyarat bahwa si
misalnya budaya luar atau asing
laki-laki menyukai si perempuan dan
yang mereka lihat dan di anggap
siap untuk ditindaklanjuti oleh
rasional (menurut mereka)
keluarga. Alat musik yang digunakan
selanjutnya budaya tersebut
pada tide-tide jenis ini adalah tifa
diterapkannya dalam kehidupan
dan biola buatan sendiri yang
sehari-hari.
semestinya dimainkan manual oleh

14
HOLISTIK, Vol. 12 No. 2/ April – Juni 2019

ahlinya. Hanya saja seiring dengan yaitu, pentas seni budaya, selingan
kemajuan teknologi, sekarang acara, penyambutan tamu kehor-
musiknya tidak dimainkan secara matan, penyambutan pengantin dan
manual akan tetapi sudah memakai lain-lain. Tarian ini sedikit memiliki
VCD begitu juga dengan tarian perbedaan antara suku Morotai dan
cakalele. Tobelo, di mana suku Tobelo saat
berputar dalam menari sampai pada
Tarian cakalele dikenal
1800 (Penuh) sedangkan suku
sebagai tari peperangan. Karena di
Morotai 900 (½ lingkaran) dan pada
sinilah terletak kedigdayaan seorang
alat musik Morotai memakai dua stik
lelaki, di sini pula melambangkan
sedangkan Tobelo memakai satu
keperkasaan para leluhur melalui
stik. Alat musik yang dipakai pada
simbol yang dibawa baik berupa
tarian ini hanya dua jenis yaitu Tifa
pakaian atau senjata lainnya. Tarian
dan Gong (Tobelo dan Morotai
ini juga melambangkan sebuah
sama). Penari pada tarian ini
kekuatan besar dan keberanian
umumnya memegang Parang
dalam membela harga diri. Karena
(Pedang) dan Salawaku (Tameng)
perang bukan terjadi karena satu
sebagai simbol dari alat perang yang
penyebab saja namun karena banyak
terbuat dari kayu. Akan tetapi dalam
sebab. Intinya, peperangan akan
kondisi tertentu sebagai pengganti
terjadi karena pembelaan diri.
simbol alat perang sering memakai
Cakalele berasal dari dua kosa
daun ranting sebagai pengganti
kata yaitu Caka dan lele yang artinya
pedang dan benda (kayu) yang bisa
Roh mengamuk. Maka arti cakalele
di pegang sebagai pengganti
secara harfiah adalah Roh atau Setan
tameng.
yang mengamuk. Dengan demikian
Faktor Pendidikan
atraksi cakalele adalah manusia yang
kesurupan yang haus akan darah Tujuan pengembangan pen-
manusia. didikan mengarahkan pemikiran
manusia ke arah yang lebih mandiri
Di Morotai pada umumnya,
serta kreatif dalam menyikapi
tarian cakalele biasanya dilakukan
berbagai tantangan global. Dari
pada hari-hari perayaan tertentu
jenjang pendidikan masyarakat akan

15
ISSN 1979-0481

mengalami peningkatan penge- Faktor Ekonomi


tahuan serta wawasan yang Persoalan ekonomi meru-
mendalam akan suatu hal. Dengan pakan persoalan yang sangat
pendidikan pula masyarakat mulai penting sehubungan dengan
memilih serta memilah item-item kelangsungan hidup manusia. Di
budaya mana yang masih atau sudah mana persoalan ini menyentuh
tidak relevan lagi dengan per- langsung dengan kehidupan masya-
kembangan zaman. rakat itu sendiri. Di dalam
Wawasan yang makin luas penggunaan kebutuhan terdapat
seiring dengan tingginya tingkat perbedaan yang sangat mendalam
pendidikan yang ditempuh oleh karena tidak semua masyarakat
generasi mudah di segala bidang dapat memenuhi kebutuhan hidup-
ilmu seperti ilmu-ilmu agama serta nya dengan baik (layak) tetapi
ilmu pengetahuan umum lainnya disesuaikan dengan kemampuan
mendorong mereka untuk menge- dan status sosialnya. Seperti halnya
depankan sikap yang lebih bersifat terdapat di desa Sangowo yang
rasionalitas. sebagian besar masyarakatnya
merupakan masyarakat yang tingkat
Faktor pendidikan dapat
ekonominya tergolong lemah me-
merubah wawasan berpikir masya-
rasa tidak mampu untuk melak-
rakat. Untuk masyarakat di desa
sanakan perkawinan menurut adat
Sangowo, sebagian besar masya-
dengan baik dan sempurna.
rakat khususnya generasi muda
sudah banyak yang menempuh Dari sejumlah faktor pan-
pendidikan baik pendidikan dasar dangan di atas maka faktor ekonomi
hingga tingkat pendidikan yang di nilai sebagai salah satu faktor
lebih tinggi. Hal ini tentunya yang sangat berpengaruh pada
membawa dampak yang signifikan pembentukan pola berpikir masya-
dalam mengubah wawasan serta rakat dalam menempatkan kebe-
pola pikir mereka tentang nilai-nilai radaan nilai-nilai adat. Faktor
budaya terutama nilai perkawinan ekonomi juga berpotensi meng-
secara adat yang merupakan budaya gusur segala upaya dalam peles-
asli daerah. tarian adat suatu kelompok
masyarakat.

16
HOLISTIK, Vol. 12 No. 2/ April – Juni 2019

Kesimpulan mengalami pergeseran yaitu masahi


Pelaksanaan adat Perkawinan (kain linen putih pelat), lelenga dema
di desa Sangowo masih meng- pipi (piring dan uang).
gunakan adat Morotai, karena Adapun penyebab terjadinya
sebagian besar penduduknya masih pergeseran dalam pelaksanaan adat
suku Morotai dan sebagian besar perkawinan perkembangan zaman,
juga penduduknya memeluk agama pendidikan serta mengurangi biaya
Islam dan Kristen. perekonomian dan untuk
Proses pelaksanaan adat
mempersingkat waktu.
perkawinan di Sangowo sudah
mengalami pergeseran. Adapun
tahapan pernikahan yang sudah

17
ISSN 1979-0481

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis.


Berry, D. 2003. Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi Cetakan Ke-4 Penerbit PT
Raja Grafindo, Jakarta.
Bruce J, C. 2003. Aplikas Fungsi Peranan Gramedia Gunung Mulia Jakarta.
Faisal, S. 1990. Penelitian Kualitatif, Dasar dan Aplikasi, Malang: Yayasan
Asah Asih Asuh.
Hadari, N. 2005. Metedologi Penelitian Bidan g Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada
Universitas Press.
Irawan, Dan Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu
Sosial, Depok: DIA FISIP UI.
Irawan, Dan Prasetya. 2007. Metode Eksperimen Untuk Ilmu-ilmu Sosial,Jakarta:
UMJ Press.
Kamanto, S. 2004. Pengantar Sosiologi Jakarta.
Kapita, O, H. 2009. Masyarakat Morotai dan Adat Istiadatnya. BPK Gunung Mulia
Jakarta.
Koentjaraningrat, 2005. Pengantar Antropologi II. Jakarta. Rineka Cipta.
Margaret M. P, 2010. Sosiologi Kontemporer, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Selo Soemardjan, 2003. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta. Prenada Media
Grup.
Marzuki 2010. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, CV Bandar Maju,
Bandung.
Marzuki, 2010. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda.
Piotr , S. 1993. Sosiologi Perubahan Sosial. Prenada.
Rusdiana S. S, 2009. Dasar-Dasar Sosiologi. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Soekanto, Soerjono 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. CV. Rajawali
Soerojo, W. 1984. Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat. Jakarta: Gunung
Agung.
William F. Ogburn Dan Moore. 2002. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta.
Prenada Media Grup.

18

You might also like