Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Terhadap Masyarakat Miskin Di Provinsi Gorontalo

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Publik ISSN :2301-573X

Jurnal Ilmu Administrasi

OPTIMALISASI PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP


MASYARAKAT MISKIN DI PROVINSI GORONTALO

Harson Gasim

Widyaiswara Badan Kepegawaian Pendidikan Dan Pelatihan Daerah Provinsi Gorontalo


Email : harson_gasim@yahoo.co.id

Abstract

The main problems of the current health services among others are still high disparity between the health status
of the population had a high socioeconomic level of the population has a low socioeconomic level or poor. Low
health status of the poor is closely related to limited access to health care, either because of geographical
constraints or cost constraints (cost barrier). In other words, that the biggest obstacle facing the poor people to
obtain health care facilities is the lack of cost, distance to health care facilities are too far away, as well as
barriers to the means of transport or transport. To that end the Provincial Government through the Department
of Health has Goorntalo optimizing health care for the poor with concrete actions such as (1) Equity in health
services for the poor through the placement of doctors and paramedics, especially in health centers and
hospitals in underdeveloped areas; increase the availability, equity, quality, and affordability of drugs and
medical supplies, especially for the poor; and improving the quality of community pharmacy services and
hospitals; (2) Improving the equity and affordability of health care; (3) Improve the quality of health services;
(4) Improving hygienic behavior and healthy; (5) Improving the prevention and eradication of disease; (6)
Improving the nutritional state of society; (7) Improving the handling of health problems in the affected areas.

Keyword : Health services, poor, socioeconomic level

PENDAHULUAN terutama bagi orang-orang miskin yang kurang


mampu untuk membayar pengobatan apalagi
Masalah kesehatan merupakan salah satu
jika masalah kesehatan itu sudah menyangkut
kebutuhan yang sangat penting bagi upaya
nyawa.
untuk mencapai kemampuan hidup sehat setiap
Selama ini masalah kesehatan masih
orang. Dalam rangka usaha ini, maka perlu
didominasi oleh pemerintah, khususnya
beberapa upaya yang harus dilakukan sebaik-
menyangkut kesehatan masyarakat miskin.
baiknya oleh pemerintah meliputi peningkatan;
Sebagian masyarakat memandang bahwa
pencegahan; penyembuhan; maupun upaya
persoalan kesehatan membutuhkan biaya yang
pemulihan yang bersifat menyeluruh, terpadu
cukup besar. Anggapan tersebut berkaitan
dan berkesinambungan. Hal ini beralasan
dengan pengalaman khsususnya bagi yang
karena kebijakan program di bidang kesehatan
pernah mengidap penyakit, bahwa sudah
cukup luas dan membutuhkan perhatian serius,
banyak mengeluarkan biaya yang sangat besar,
oleh sebab itu, tugas ini bukan saja menjadi
bahkan ada yang sudah menghabiskan harta
tanggungjawab pemerintah tetapi juga segenap
benda yang dimilikinya. Namun belum juga
lapisan masyarakat.
menampkan hasil yang menggembirakan
Seperti yang telah kita ketahui biaya
bahkan ada diantaranya yang mengalami hal
berobat yang semakin mahal selalu menjadi
yang fatal sampai akhir hidupnya, penyakitnya
perbincangan di beberapa belahan masyarakat
tidak pernah sembuh.
terutama di Indonesia, apalagi di jaman yang
Bagi masyarakat yang mempunyai
sekarang ini banyak sekali bermunculan jenis-
kemampuan dana yang lebih, hal seperti itu
jenis penyakit baru yang semakin mengerikan,
bukanlah bermasalah. Namun bagi masyarakat
kurangnya perhatian serta penanggulangan
miskin khususnya di daerah pedesaan, masalah
pemerintah terhadap permasalahan kesehatan,
kesehatan menjadi barang yang sulit diperoleh.
karena selain permasalahan ekonomi di
Berbagai alasan yang dikemukakan antara lain
Indonesia permasalahan yang tidak kalah
tidak memiliki biaya bukan hanya untuk
pentingnya yaitu adalah masalah kesehatan

Volume 4 Nomor 1 Juni 2015


Publik ISSN :2301-573X
Jurnal Ilmu Administrasi

membeli obat, tapi untuk mendatangi tempat- baik melalui buku-buku, dokumen dan majalah
tempat pelayanan kesehatan pun mereka tidak serta internet (web); (2) Menganalisa data-data
mampu. Bahkan ada sebagian masyarakat rela tersebut sehingga bisa menyimpulkan tentang
berjalan kaki berpuluh kilometer hanya ingin masalah yang dikaji.
memperoleh pelayanan kesehatan, karena Setelah dilakukan pengumpulan data,
kondisi kesehatan mereka sudah harus maka data tersebut dianalisis untuk
membutuhkan pelayanan medis. mendaptkan kesimpulan dengan menggunakan
Namun jika keadaan masih bisa teknik analisis yaitu: (1) Analisis Deskriptif
diselesaikan dengan cara tradisional misalnya yaitu usaha untuk mengumpulkan dan
berobat ke dukun, maka mereka tidak akan menyusun suatu data, kemudian dilakukan
mengunjungi pusat pelayanan kesehatan yang analisis terhadap data tersebut (Surachman.
sulit dijangkau. Permasalahan yang demikian 2005:139). Analisis deskriptif yakni data yang
itu sehingga bagi mereka memperoleh dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar
pelayanan kesehatan yang memadai, adalah dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan
sesuatu yang langka. oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain
Oleh sebab itu, pemerintah telah itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan
mengeluarkan suatu kebijakan pelayanan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti
kesehatan bagi masyarakat miskin tahun 2007 (Moleong. 2007:11); (2) Analisis Isi, dimana
melalui program asuransi kesehatan masyarakat data deskriptif sering hanya dianalisis menurut
miskin, dan tahun 2009 dikenal dengan Jaminan isinya, dan karena itu analisis macam ini juga
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) serta di disebut analisis isi (content analysis)
daerah dikenal dengan Jaminan Kesehatan (Suryabrata , 2010:94).
Masyarakat Daerah (Jamkesda). Burhan Bungin mendefenisikan content
analysis adalah teknik penelitian untuk
membuat inferensi- inferensi yang dapat ditiru
METODE PENELITIAN (replicabel), dan sahih data dengan
memperhatikan konteksnya. Analisa isi
Penelitian ini adalah library research
berhubungan dengan komunikasi atau isi
(penelitian kepustakaan) yaitu penelitian yang
komunikasi (Bungin, 2007:230). Dalam
dilaksanakan dengan menggunakan literatur
penelitian kualitatif, analisis isi ditekankan pada
(kepustakaan) baik berupa buku, catatan,
bagaimana peneliti melihat keajegan isi
maupun laporan hasil dari penelitian terdahulu
komunikasi secara kualitatif, pada bagaimana
(Hasan, 2002:11).
peneliti memaknakan isi komunikasi interaksi
Data dan sumber data diperoleh dan
simbolik yang terjadi dalam komunikasi
bersumber dari studi dokumentasi adalah teknik
(Bungin, 2007:231).
pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan pada sebuah penelitian, namun
melalui dokumen. Dokumen yang digunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
dapat berupa buku harian, surat pribadi,
laporan, notulen rapat, catatan khusus dalam Konsep dan Definisi Kemiskinan
pekerjaan sosial dan dokumen lainnya (Hasan, Kemiskinan merupakan suatu kondisi
2002:11). Jadi semua dokumentasi diposisikan ketidakmampuan secara ekonomi untuk
setara tergantung ketersambungan dengan topik memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di
utama penelitian. suatu daerah. Fenomena seperti ini biasa terjadi
Adapun teknik pengumpulan data dengan dikarenakan rendahnya pendapatan masyarakat
cara mengidentifikasi wacana dari buku-buku, dalam memenuhi kebutuhan pokok baik papan,
makalah atau artikel, majalah, jurnal, web sandang, maupun pangan dan juga rendahnya
(internet), ataupun informasi lainnya yang kualitas sumber daya manusia itu sendiri.
berhubungan dengan judul penulisan untuk Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga
mencari hal-hal atau variabel berupa catatan, akan berdampak pada berkurangnya
transkrip, buku, surat kabar, majalah dan kemampuan untuk memenuhi standar hidup
sebagainya yang berkaitan dengan kajian rata-rata seperti standar kesehatan dan standar
tentang pelayanan kesehatan terhadap pendidikan.
masyarakat miskin di Provinsi Gorontalo. Menurut Chambers (1998) dalam Wini
Untuk itu dilakukan langkah-langkah sebagai (2010:24-25), kemiskinan adalah suatu
berikut: (1) Mengumpulkan data-data yang ada kesatuan konsep (integrated concept) yang

Volume 4 Nomor 1 Juni 2015


Publik ISSN :2301-573X
Jurnal Ilmu Administrasi

memiliki lima dimensi, yaitu: (1) Kemiskinan tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan
(proper) adalah kondisi ketidakmampuan yang memadai. Makna "memadai" disini sangat
pendapatan untuk mencukupi berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik
kebutuhankebutuhan pokok. Konsep atau dan ekonomi di seluruh dunia.
pandangan ini berlaku tidak hanya pada
kelompok yang tidak memiliki pendapatan, Indikator Kemiskinan
akan tetapi dapat berlaku pula pada kelompok Berdasarkan pendekatan kebutuhan
yang telah memiliki pendapatan; (2) dasar, BPS (2007:54-55) menggunakan tiga
Ketidakberdayaan (powerless) adalah indikator kemiskinan, yaitu (1) Head count
rendahnya kemampuan pendapatan akan index, yaitu persentase penduduk yang berada
berdampak pada kekuatan sosial (social power) di bawah garis kemiskinan; (2) Poverty gap
dari seseorang atau sekelompok orang terutama index (Indeks Kedalaman Kemiskinan) yang
dalam memperoleh keadilan ataupun persamaan merupakan ukuran rata-rata kesenjangan
hak untuk mendapatkan penghidupan yang pengeluaran masingmasing penduduk miskin
layak bagi kemanusiaan; (3) Kerentanan terhadap garis kemiskinan; (3) Poverty severity
menghadapi situasi darurat (state of emergency) index (Indeks Keparahan Kemiskinan) yang
adalah seseorang atau sekelompok orang yang memberikan gambaran mengenai penyebaran
disebut miskin tidak memiliki kemampuan pengeluaran diantara penduduk miskin (Gambar
untuk menghadapi situasi yang tidak terduga, di 1).
mana situasi ini membutuhkan alokasi Dari ketiga pendekatan tersebut
pendapatan untuk menyelesaikannya; (4) Mudrajad (2006:115) menyatakan bahwa cara
Ketergantungan (dependency) adalah yang paling sederhana untuk mengukur
keterbatasan kemampuan pendapatan ataupun kemiskinan adalah dengan ukuran Head count
kekuatan sosial dari seseorang atau sekelompok index. Di samping itu, untuk mengukur tingkat
orang yang disebut miskin tadi menyebabkan kemiskinan BPS menggunakan konsep
tingkat ketergantungan terhadap pihak lain kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic
adalah sangat tinggi. Mereka tidak memiliki needs approach). Dengan pendekatan ini,
kemampuan atau kekuatan untuk menciptakan kemiskinan dipandang sebagai
solusi atau penyelesaian masalah terutama yang ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
berkaitan dengan penciptaan pendapatan baru. memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan
Bantuan pihak lain sangat diperlukan untuk makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
mengatasi persoalan-persoalan terutama yang Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan
berkaitan dengan kebutuhan akan sumber patokan 2.100 kalori per orang per hari.
pendapatan; (5) Keterasingan (isolation) adalah Sedangkan untuk kebutuhan minimum bukan
faktor lokasi yang menyebabkan seseorang atau makanan meliputi pengeluaran untuk
sekelompok orang menjadi miskin. Pada perumahan, sandang, serta aneka barang dan
umumnya, masyarakat yang disebut miskin ini jasa lainnya. Jadi penduduk miskin adalah
berada pada daerah yang jauh dari pusat-pusat penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
pertumbuhan ekonomi. per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Masalah kemiskinan dapat dipahami Pada umumnya terdapat dua indikator
dalam berbagai cara, pemahaman utamanya utama untuk mengukur tingkat kemiskinan di
mencakup beberapa hal sebagai berikut suatu wilayah. Menurut Arsad (2010), indikator
(wikipedia.com): (1) Gambaran kekurangan kemiskinan yang umum digunakan dapat
materi, yang biasanya mencakup kebutuhan dibedakan menjadi dua yaitu: (1) Kemiskinan
pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan Absolut adalah seseorang termasuk golongan
pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini miskin absolut apabila hasil pendapatannya
dipahami sebagai situasi kelangkaan barang- berada di bawah garis kemiskinan dan tidak
barang dan pelayanan dasar; (2) Gambaran cukup untuk menentukan kebutuhan dasar
tentang kebutuhan sosial termasuk keterkucilan hidupnya; (2) Kemiskinan Relatif adalah
sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan seseorang termasuk golongan miskin relatif
untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini apabila telah dapat memenuhi
termasuk pendidikan dan informasi. kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh
Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari lebih rendah dibandingkan dengan keadaan
kemiskinan, karena hal ini mencakup masyarakat sekitarnya.
masalahmasalah politik dan moral, dan tidak Ukuran kemiskinan didasarkan pada
dibatasi pada bidang ekonomi; (3) Gambaran jumlah rupiah pengeluaran rumah tangga yang

Volume 4 Nomor 1 Juni 2015


Publik ISSN :2301-573X
Jurnal Ilmu Administrasi

disetarakan dengan jumlah kilogram konsumsi ukuran kemiskinan Sajogyo mendapatkan


beras per orang per tahun dan dibagi wilayah banyak dikritik karena hanya mengandalkan
pedesaan dan perkotaan. Seseorang dikatakan pada satu harga (harga beras), di mana beras
miskin apabila konsumsi per kapita setara merupakan makanan pokok sebagian besar
dengan 20 kg beras untuk daerah pedesaan dan penduduk Indonesia sehingga untuk keluarga
30 kg beras untuk daerah perkotaan. Namun miskin porsinya akan menurun secara cepat.

Gambar 1. Lingkaran setan kemiskinan versi Nurske (Sumber: Mudrajad, 2006)

Penyebab Kemiskinan sumberdaya manusia yang rendah berdampak


Menurut Todaro dan Smith (2006), pada produktivitas yang rendah, dan kemudian
kemiskinan yang terjadi di negara-negara mengakibatkan upah yang diterima juga rendah.
berkembang diakibatkan karena interaksi antara Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini
6 karakteristik berikut yaitu: (1) Tingkat karena rendahnya pendidikan, nasib yang
pendapatan nasional di negara berkembang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau
terbilang rendah dan laju pertumbuhan karena keturunan; (3) Kemiskinan muncul
ekonominya tergolong lambat; (2) Pendapatan akibat perbedaan akses dalam modal.
per kapita di negara berkembang juga masih Ketiga penyebab kemiskinan ini
rendah dan pertumbuhannya amat sangat bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan
lambat, bahkan ada beberapa yang mengalami (vicious circle of poverty). Teori ini ditemukan
stagnasi; (3) Distribusi pendapatan amat sangat oleh Ragnar Nurkse agnar Nurkse (1953) dalam
timpang atau sangat tidak merata; Kuncoro (2009:121), yang mengatakan: “a poor
(4) Mayoritas penduduk di negara berkembang country is poor because it is poor” (negara
harus hidup dibawah tekanan kemiskinan miskin itu miskin karena dia miskin). Adanya
absolut; (5) Fasilitas dan pelayanan kesehatan keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan
buruk dan sangat terbatas, kekurangan gizi dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya
banyaknya wabah penyakit sehingga tingkat produktivitas. Rendahnya produktivitas
kematian bayi di negara-negara berkembang mengakibatkan rendahnya pendapatan yang
sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan dengan diterima. Rendahnya pendapatan akan
yang ada di negara maju; (6) Fasilitas berimplikasi pada rendahnya tabungan dan
pendidikan dikebanyakan negara-negara investasi. Rendahnya investasi berakibat pada
berkembang maupun isi kurikulumnya relatif keterbelakangan dan seterusnya.
masih kurang relevan dan kurang memadai.
Penyebab kemiskinan dipandang dari sisi Layanan Kesehatan Bagi Penduduk Miskin
ekonomi: (1) Secara mikro, kemiskinan muncul Kesehatan merupakan hal yang sangat
karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan penting bagi semua umat manusia tanpa
sumberdaya yang menyebabkan distribusi membedakan status sosialnya. Jika seseorang
pendapatan yang timpang. Penduduk miskin sakit, dia tidak akan mampu melaksanakan
hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah berbagai tugas dan kewajibannya. Hal tersebut
terbatas dan kualitasnya rendah; (2) akan berdampak bagi kelangsungan hidupnya
Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam dan keluarganya. Oleh karena itu, semua orang
kualitas sumberdaya manusia. Kualitas berlomba-lomba menjaga kesehatan mereka.

Volume 4 Nomor 1 Juni 2015


Publik ISSN :2301-573X
Jurnal Ilmu Administrasi

Tapi sayang sekali, penyakit sering tiba-tiba Pada tahun 2002 untuk setiap 100.000
datang dalam kehidupan manusia. Bagi orang penduduk hanya tersedia 3,5 puskesmas. Itu
yang mampu, mereka dapat dengan mudah pun sebagian penduduk, terutama yang tinggal
memperoleh perawatan atau pengobatan dengan daerah terpencil, tidak memanfaatkan
biaya mereka sendiri. Tetapi, bagaimana Puskesmas karena keterbatasan sarana
dengan nasib warga miskin?. Bagi mereka transportasi dan kendala geografis. Menurut
kesehatan adalah hal yang sangat mahal. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
Apabila mereka terkena penyakit, hal tersebut (SDKI) 2002-2003, angka kematian bayi pada
merupakan hal yang sangat menakutkan. kelompok termiskin adalah 61 berbanding 17
Mereka akan sangat sulit untuk mendapatkan per 1.000 kelahiran hidup pada kelompok
kesembuhan dari penyakit tersebut karena terkaya. Demikian juga, angka kematian balita
buruknya pelayanan kesehatan di negara kita pada penduduk termiskin (77 per 1.000
terutama bagi golongan seperti mereka. kelahiran hidup) jauh lebih tinggi daripada
Bagi warga miskin untuk mendapatkan angka kematian balita pada penduduk terkaya
pelayanan kesehatan yang memuaskan adalah (22 per 1.000 kelahiran hidup). Penyakit infeksi
hal yang sangat sulit. Mereka harus memenuhi yang merupakan penyebab kematian utama
berbagai macam syarat yang ditentukan oleh pada bayi dan balita, seperti ISPA, diare,
pihak rumah sakit. Syarat-syarat tersebut tetanus neonatorum dan penyulit kelahiran, juga
menjadi alat untuk mempersulit pasien dari lebih sering terjadi pada penduduk miskin.
warga miskin untuk memperoleh pelayanan Rendahnya status kesehatan penduduk
kesehatan. Pihak rumah sakit terlalu miskin terkait erat dengan terbatasnya akses
mementingkan syarat daripada pelayanan yang terhadap pelayanan kesehatan, baik karena
diberikan. kendala geografis maupun kendala biaya (cost
Pasien kalangan kurang mampu barrier). Data SDKI 2002-2003 di atas
seringkali mendapat perlakuan yang berbeda menunjukkan bahwa kendala terbesar yang
dari pihak rumah sakit. Mereka dijadikan pasien dihadapi penduduk miskin untuk mendapatkan
kelas dua. Pihak rumah sakit lebih fasilitas pelayanan kesehatan adalah ketiadaan
mendahulukan pasien yang memiliki uang uang (34 persen), jarak ke fasilitas pelayanan
daripada pasien yang menggunakan kesehatan yang terlalu jauh (18 persen), serta
Jamkesmas. Walaupun mereka dalam keadaan adanya hambatan dengan sarana angkutan atau
sekarat, mereka harus rela menunggu setelah transportasi (16 persen).
pasien yang mimiliki uang tersebut. Data Susenas 2004 menunjukkan bahwa
Diskriminasi dalam hal pelayanan inilah yang kendala biaya menjadi permasalahan yang
membuat masyarakat kecewa dengan kinerja cukup serius, terutama bagi penduduk miskin,
pemerintah khususnya di bidang kesehatan. karena selama ini sebagian besar (87,2 persen)
Permasalahan utama pelayanan kesehatan pembiayaan kesehatan bersumber dari
saat ini antara lain adalah masih tingginya penghasilan penduduk sendiri. Pembiayaan
disparitas status kesehatan antar tingkat sosial yang berasal dari jaminan pemeliharaan
ekonomi, antar kawasan, dan antara perkotaan kesehatan (kartu sehat yang dikeluarkan
dengan perdesaan. Secara umum status Pemerintah) hanya sebesar 6,3 persen dan yang
kesehatan penduduk dengan tingkat sosial berasal dari asuransi sebesar 5,2 persen.
ekonomi tinggi, di kawasan barat Indonesia, Artinya, penduduk harus menanggung biaya
dan di kawasan perkotaan, cenderung lebih yang besar untuk mendapatkan pelayanan
baik. Sebaliknya, status kesehatan penduduk kesehatan. Hal ini tentu amat memberatkan bagi
dengan sosial ekonomi rendah, di kawasan penduduk miskin karena mereka harus
timur Indonesia dan di daerah perdesaan masih mengeluarkan biaya yang besar untuk
tertinggal. memperoleh pelayanan kesehatan yang layak.
Di sisi lain, kualitas, pemerataan, dan Masalah kesehatan yang menimbulkan
keterjangkauan pelayanan kesehatan juga masih perhatian masyarakat cukup besar akhir-akhir
rendah. Kualitas pelayanan menjadi kendala ini adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk.
karena tenaga medis sangat terbatas dan Walaupun sejak tahun 1989 telah terjadi
peralatan kurang memadai. Dari sisi jumlah, penurunan prevalensi gizi kurang yang relatif
rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah tajam, mulai tahun 1999 penurunan prevalensi
penduduk yang harus dilayani masih rendah. gizi kurang dan gizi buruk pada balita relatif
Keterjangkauan pelayanan terkait erat dengan lamban dan cenderung tidak berubah. Saat ini
jumlah dan pemerataan fasilitas kesehatan. terdapat 10 provinsi dengan prevalensi gizi

Volume 4 Nomor 1 Juni 2015


Publik ISSN :2301-573X
Jurnal Ilmu Administrasi

kurang di atas 30, dan bahkan ada yang di atas oleh pihak rumah sakit. Dalam hal ini,
40 persen, yaitu di Provinsi Gorontalo, Nusa pemerintah perlu meninjau kembali kinerja
Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur rumah sakit khususnya dalam pelayanan
(NTT), dan Papua. Menurut Data Badan Pusat terhadap warga kurang mampu.
Statistik periode Maret 2013 menunjukkan Upaya dalam rangka peningkatan
bahwa presentase jumlah penduduk 2013 pemerataan, pelayanan kesehatan dilaksanakan
sebesar 22,84%. melalui penempatan tenaga dokter dan
Masalah busung lapar terutama dialami paramedis terutama di puskesmas dan rumah
oleh anak balita yang berasal dari keluarga sakit di daerah tertinggal; peningkatan
miskin. Dua faktor penyebab utama terjadinya ketersediaan, pemerataan, mutu, dan
gizi buruk tersebut adalah rendahnya konsumsi keterjangkauan harga obat dan perbekalan
energi dan protein dalam makanan sehari-hari kesehatan, terutama untuk penduduk miskin;
dan terjadi dalam kurun waktu yang lama. dan peningkatan mutu pelayanan farmasi
Penyebab kedua adalah terjadinya serangan komunitas dan rumah sakit. Melalui
penyakit infeksi yang berulang. Kedua faktor pelaksanaan berbagai kebijakan itu dan
ini disebabkan oleh tiga hal secara tidak dibarengi dengan kemajuan di bidang sosial dan
langsung, yaitu (1) ketersediaan pangan yang ekonomi, diharapkan taraf kesehatan penduduk
rendah pada tingkat keluarga; (2) pola asuh ibu miskin akan menjadi lebih baik.
dalam perawatan anak yang kurang memadai; Selanjutnya, dalam Dokumen Renja
dan (3) ketersediaan air bersih, sarana sanitasi, Kerja (Renja Bapppeda Provinsi Gorontalo,
dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang Tahun 2012) disebutkan bahwa tindak lanjut
terbatas. Penyebab tidak langsung tersebut optimalisasi pelayanan bagi penduduk miskin,
merupakan konsekuensi dari pokok masalah pemerintah Provinsi Gorontalo melalui Dinas
dalam masyarakat, yaitu tingginya Kesehatan telah melakukan langkah-langkah
pengangguran, tingginya kemiskinan, dan sebagai berikut:
kurangnya pangan.
1. Meningkatkan Pemerataan dan
Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan
Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Bagi Peningkatkan pemerataan dan
Keluarga Miskin keterjangkauan pelayanan kesehatan
Upaya pemerintah untuk memberikan masyarakat dilaksanakan antara lain melalui
pelayanan kesehatan kepada warga miskin penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis
melalui Jamkesmas masih belum dapat bagi penduduk miskin di puskesmas dan
terealisasi dengan baik. Banyak pasien jaringannya, serta kelas III rumah sakit. Melalui
pengguna Jamkesmas masih saja dipersulit upaya ini diharapkan tingkat disparitas status
dengan urusan administrasi. Selain itu, sistem kesehatan antara penduduk kaya dan miskin
pendataan Jamkesmas pada masyrakat miskin semakin berkurang. Untuk mengantisipasi
masih belum tuntas adanya fungsi ganda dari berbagai kendala teknis di lapangan yang
penyelenggara, baik sebagai pengelola maupun dihadapi oleh masyarakat miskin dalam
pembayar, verifikasi tidak berjalan optimal, mendapatkan pelayanan yang layak, misalnya
paket pelayanan belum diimbangi dengan hambatan administrasi dan prosedural,
kebutuhan dana yang memadai, serta soISAlisasi dan advokasi kepada institusi
penyelenggara tidak menanggung resiko. penyelenggara akan lebih ditingkatkan, di
Pemerintah perlu memberikan perhatian khusus samping memperkuat pemantauan dan safe
dalam menangani masalah ini. Hal ini karena guarding.
kesehatan merupakan hak dasar setiap warga Selain itu, juga dilaksanakan peningkatan
negara. Negara wajib memberikan jaminan sarana dan prasarana puskesmas dan
kesehatan kepada warganya, termaksuk warga jaringannya; pembangunan dan perbaikan
miskin. rumah sakit terutama di daerah bencana dan
Pelayanan kesehatan bagi masyarakat tertinggal secara selektif; pengadaan obat,
miskin masih belum dapat dirasakan pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan;
sebagaimana mestinya. Masyarakat golongan dan penyediaan biaya operasional dan
miskin seringkali tidak mendapatkan pelayanan pemeliharaan.
yang layak. Mereka harus dihadapkan dengan Selanjutnya, perlu ditingkatkan
berbagai syarat yang mempersulit. Ditambah pelayanan kesehatan dasar yang mencakup
lagi dengan sikap diskriminasi yang dilakukan sekurang-kurangnya peningkatan promosi

Volume 4 Nomor 1 Juni 2015


Publik ISSN :2301-573X
Jurnal Ilmu Administrasi

kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga lingkungan; pengendalian dampak resiko
berencana, perbaikan gizi, kesehatan pencemaran lingkungan; dan pengembangan
lingkungan, pemberantasan penyakit menular, wilayah sehat.
dan pengobatan dasar; peningkatan pelayanan
kesehatan rujukan; pengembangan pelayanan 4. Meningkatkan Upaya Pencegahan dan
dokter keluarga; serta peningkatan peran serta Pemberantasan Penyakit.
masyarakat dan sektor swasta dalam Untuk menurunkan angka kesakitan,
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. kematian, dan kecacatan akibat penyakit
Upaya lainnya dalam rangka peningkatan menular dan penyakit tidak menular upaya yang
pemerataan, pelayanan kesehatan dilaksanakan perlu dilakukan antara lain pencegahan dan
melalui penempatan tenaga dokter dan penanggulangan faktor risiko; peningkatan
paramedis terutama di puskesmas dan rumah imunisasi; penemuan dan tatalaksana penderita;
sakit di daerah tertinggal; peningkatan peningkatan surveilans epidemiologi dan
ketersediaan, pemerataan, mutu, dan penanggulangan wabah; dan peningkatan
keterjangkauan harga obat dan perbekalan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)
kesehatan, terutama untuk penduduk miskin; pencegahan dan pemberantasan penyakit.
dan peningkatan mutu pelayanan farmasi
komunitas dan rumah sakit. 5. Meningkatkan Keadaan Gizi Masyarakat
Melalui pelaksanaan berbagai kebijakan Dalam rangka meningkatkan status gizi
itu dan dibarengi dengan kemajuan di bidang mayarakat terutama pada ibu hamil, bayi, dan
soISAl dan ekonomi, diharapkan taraf anak balita perlu dilakukan pendidikan gizi dan
kesehatan penduduk miskin akan menjadi lebih pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian
baik. keluarga sadar gizi. Penanggulangan kurang
energi protein, anemia gizi besi, gangguan
2. Meningkatkan Kualitas Pelayanan akibat kurang yodium, kurang vitamin A, dan
Kesehatan kekurangan zat gizi mikro lainnya perlu
Dalam rangka peningkatan kualitas ditingkatkan, sejalan dengan penanggulangan
pelayanan kesehatan, upaya yang akan gizi-lebih, dan surveilans gizi.
dilakukan adalah pengangkatan dan Untuk mengatasi masalah busung lapar
penempatan tenaga kesehatan, seperti dokter atau kurang energi dan protein tingkat berat di
dan tenaga keperawatan terutama di daerah berbagai daerah di Indonesia telah dilakukan
terpencil, peningkatan proporsi puskesmas yang langkah darurat berupa perawatan penderita di
memiliki tenaga dokter; peningkatan proporsi rumah sakit dan pemberian makanan tambahan.
rumah sakit kabupaten/kota yang memiliki Upaya berikutnya adalah menyusun rencana
tenaga dokter spesialis dasar, dan peningkatan secara terpadu untuk menangani masalah ini
mutu pendidikan dan pelatihan tenaga mulai dari aspek produksi, distribusi sampai
kesehatan. dengan konsumsi dan bersifat lintas sektor.

3. Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih 6. Meningkatkan Penanganan Masalah


dan Sehat Kesehatan di Daerah Bencana
Dalam rangka meningkatkan perilaku Dalam rangka penanggulangan akibat
hidup bersih dan sehat akan dilaksanakan bencana yang terjadi di berbagai daerah, upaya-
kegiatan (1) pengembangan media promosi upaya yang akan terus dilanjutkan antara lain
kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi, adalah rehabilitasi dan rekonstruksi sarana
dan edukasi (KIE); (2) pengembangan upaya pelayanan kesehatan yang rusak, pemenuhan
kesehatan bersumber masyarakat, (seperti pos tenaga kesehatan, pencegahan dan
pelayanan terpadu, pondok bersalin desa, dan pemberantasan penyakit, penyediaan obat dan
usaha kesehatan sekolah) dan generasi muda; peralatan kesehatan, perbaikan gizi, serta upaya
dan (3) peningkatan pendidikan kesehatan untuk memulihkan fungsi pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. di daerah bencana.
Upaya peningkatan perilaku hidup bersih
dan sehat, perlu didukung oleh peningkatan
kualitas lingkungan hidup yang dilaksanakan KESIMPULAN
melalui penyediaan sarana air bersih dan
Optimalisasi pelayanan bagi penduduk
sanitasi dasar terutama bagi masyarakat miskin;
miskin di Provinsi Gorontalo telah dilakukan
pemeliharaan dan pengawasan kualitas

Volume 4 Nomor 1 Juni 2015


Publik ISSN :2301-573X
Jurnal Ilmu Administrasi

langkah-langkah sebagai berikut: (1) BPS,2007. Data dan informasi


Peningkatan pemerataan, pelayanan kesehatan Kemiskinan Tahun 2005-2006. Buku 1
bagi penduduk miskin dilaksanakan melalui [DIKES] Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo,
penempatan tenaga dokter dan paramedis 2012, Dokumen Perencanaan Renja
terutama di puskesmas dan rumah sakit di Kerja (Renja). Dikes Provinsi
daerah tertinggal; peningkatan ketersediaan, Gorontalo.
pemerataan, mutu, dan keterjangkauan harga
obat dan perbekalan kesehatan, terutama untuk WEB.
penduduk miskin; dan peningkatan mutu http:// www. Wikipedia.com., diakses tanggal
pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit; 24 Januari 2016, pukul 21.30 Wita.
(2) Selanjutnya, dalam rangka tindak lanjut http://www.bkkbn.go.id diakses tanggal 26
optimalisasi pelayanan bagi penduduk miskin, Januari 2016, pukul 09.00 Wita.
pemerintah Provinsi Gorontalo dalam Dinas www.bappenas.go.id/index.php/download,
Kesehatan telah melakukan langkah-langkah diakses tanggal 24 Januari 2016 pukul
sebagai berikut: (a) Meningkatkan pemerataan 10.00. Wita
dan keterjangkauan pelayanan kesehatan; (b) www.datastatistik-indoneISA.com diakses
Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan; (c) tanggal 13 Januari 2016, pukul 21.00
Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat; Wita
(d) 4. Meningkatkan upaya pencegahan dan www.depkes.go.id.diakses tanggal 13 Januari
pemberantasan penyakit; (e) Meningkatkan 2016, pukul 22.00 Wita, pukul 22.00
keadaan gizi masyarakat; (f) Meningkatkan Wita
penanganan masalah kesehatan di daerah www.tnp2k.go.id., diakses tanggal tanggal 26
bencana. Januari 2016, pukul 09.00. Wita

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad L. 2010. Ekonomi pembangunan.
Yogyakarta.
Bungin B. 2007. Penelitian Kualitatif:
Komunikai, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu SoISAl, Jakarta: Kencana
Prenama Media Group.
Chambers J L C. 1998. Sedimentation In The
Modern and Miocene. Mahakam Delta.
IndoneISAn Petroleum Association.
Hasan M I. 2002. Pokok-pokok Materi
Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,
Ghalia. IndoneISA, Bogor.
Moleong L J. 2007. Metodologi Penelitian
Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Rosda
Karya.
Kuncoro M. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis
& Ekonomi. Penerbit. Erlangga. Jakarta
Surachman W. 2005. Pengantar Penelitian
Ilmiah: Dasar, Metode dan Tekhnik,
Bandung: Tarsito.
Suryabrata S. 2010. Metodologi Penelitian.
Jakarta. CV. Rajawali.
Todaro M P. dan Smith, S.C. 2006.
Pembangunan Ekonomi. Jilid I Edisi
Kesembilan. Haris Munandar
(penerjemah). Erlangga, Jakarta.
BKKBN. 2010. Penyiapan Kehidupan
Berkeluarga Bagi Remaja. Direktorat
Remaja dan Perlindungan Hak-hak
Reproduksi. Jakarta

Volume 4 Nomor 1 Juni 2015

You might also like