Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

PENGEMBANGAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF UNTUK

MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL NELAYAN TRADISIONAL


DI DESAARUNGKEKE KECAMATAN ARUNGKEKE
Tateki Yoga Tursilarini*

ABSTRACT
It is so ironic to know that Indonesia as a maritime nation with its area of 5.8 km squares
and abundant sea resources, but in reality most fishermen live in poverty and experience limits
either in economic, social, or in politic. Eradicating poverty gives the emphasis on the
participation of the entire society including the poor society in order to help them selves being
free from the poverty. The research is done purposively in Desa Arungkeke Kecamatan Arungkeke
Kabupaten Jeneponto. The research population is taken from the 30 traditional fishermen who
are head of family and several informants from related institutions, public figures, and social
organizations which are concerned on fishermen. The data are taken by conducting interview
and equipped with document study. The data analysis is done in two approaches i.e. qualitative
description and product moment analysis.
The research results that the fishermen pape’kang and parawe’ have participated in
improving alternatif occupation by cultivating seaweed. The traditional fishermen participation
in the effort of developing alternatif occupation positively correlates to the improvement of
traditional fishermen welfare.
It is recommended that the alternatif occupation development in improving the traditional
fishermen social welfare does not fully draw the fishermen from the fishery and nautical field.
Then, it needs further development on skill and competence in the field of fishery and seaweed
covering from the methods and cultivation managerial strategies so that the products can
compete with the others. Also, the support and policy consistency of the Local Government are
highly needed to develop the coastal area in Kecamatan Arungkeke. Last, related institutions
as well as Social Organizations in the local area are to interlink partnership in the effort of
helping fishermen community to be free from poverty.

Keywords: alternatif occupation, social welfare, traditional fishermen

ABSTRAK
Indonesia merupakan negara maritim dengan luas mencapai 5,8 kilometer persegi
dan memiliki sumber daya kelautan yang sangat melimpah, namun sangatlah ironis untuk
mengetahui bahwa pada kenyataannya kebanyakan nelayan Indonesia hidup dalam kemiskinan

* Tateki Yoga Tursilarini, adalah Peneliti Muda pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan
Sosial (B2P3KS), Yogyakarta.

53
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011

dan mengalami banyak keterbatasan baik dalam bidang ekonomi, sosial, atau dalam bidang
politik. Upaya menghapuskan kemiskinan memerlukan partisipasi seluruh anggota masyarakat
temasuk masyarakat miskin untuk membantu diri mereka sendiri lepas dari jeratan kemiskinan.
Penelitian ini dilakukan di Desa Arungkeke Kecamatan Arungkeke Kabupaten Janeponto.
Populasi dalam penelitian ini diambil dari 30 nelayan tradisional yang juga merupakan kepala
keluarga dan beberapa informan dari institusi-institusi yang terkait, tokoh masyarakat, dan
organisasi sosial yang bergerak dalam bidang perikanan dan nelayan. Analisis data dilakukan
dalam dua pendekatan yaitu deskripsi kualitatif dan analisis produk waktu.
Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa pape’kang dan parawe’ para nelayan ikut
berperan serta dalam memberikan mata pencaharian tambahan bagi para nelayan dengan
membudidayakan rumput laut. Partisipasi nelayan tradisional dalam usaha menyediakan mata
pencaharian tambahan secara positif berkorelasi dengan peningkatan kesejahteraan nelayan.
Namun sangat direkomendasikan agar penyediaan mata pencaharian tambahan bagi
para nelayan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan para nelayan agar tidak
mengalihkan perhatian para nelayan dari mata pencaharian utama mereka yaitu perikanan.
Selain itu diperlukan juga peningkatan kemampuan dan kompetensi dalam bidang perikanan
dan rumput laut yang mencakup metode dan strategi pengaturan pembudidayaan sehingga
prouk yang mereka hasilkan dapat bersaing dengan produsen lain. Selain itu, dukunagn dan
kebijakan yang sesuai dari Pemerintah Daerah juga diperlukan untuk membangun kawasan
pesisir yang terdapat di Kecamatan Arungkeke. Terakhir, juga diperlukan kerjasama dari
instutusi-institusi yang terkait termasuk di dalamnya Organisasi Sosial lokal untuk bersama-
sama membantu dalam uapaya membebaskan komunitas nelayan dari kemiskinan.
Kata-kata kunci: mata pencaharian tambahan, kesejahteraan sosial, nelayan tradisional.

A. PENDAHULUAN
sumber daya laut lainnya yang siap untuk
Dalam pembahasan tentang kelautan dan dieksploitasi oleh para nelayan, tetapi
perikanan, Indonesia merupakan negara yang kenyataannya sebagian besar nelayan masih
senantiasa menjadi perhatian dunia. Hal ini hidup miskin dalam berbagai keterbatasan, baik
paling tidak disebabkan oleh tiga hal, yaitu : 1 ekonomi, sosial, politik maupun pendidikan.
Bahwa keberanian dan ketangguhan pelaut-
pelaut Indonesia sudah sejak lama dikenal di Beber apa hasil penelitian tentang
berbagai belahan bumi, bahkan di beberapa kemiskinan yang menemukan bahwa di antara
wilayah tertentu seolah telah menjadi legenda kelompok masyarakat miskin, kelompok
; 2. Indonesia memiliki wilayah perairan seluas nelayan tradisional merupakan kelompok yang
± 5,8 juta km², dan ; 3. Indonesia memiliki paling miskin serta merupakan kelompok sosial
potensi sumber daya dan produksi ikan yang terbesar dalam populasi masyarakat nelayan
sangat besar dan merupakan negara penghasil di Indonesia. Kondisi ini disebabkan oleh
ikan nomor lima terbesar di dunia setelah Cina, tingginya ketergantungan nelayan tradisional
Peru, Chili dan Amerika Serikat. kepada keadaan alam. Artinya, dalam
melaksanakan kegiatan usahanya nelayan
Ironisnya adalah di negeri yang luas lautnya tradisional sangat tergantung pada kondisi alam.
sekitar 5,8 juta km², dengan potensi sumber Apabila cuaca buruk, maka aktivitas bekerja
daya laut yang berlimpah ruah seperti, ikan, nelayan tradisional akan mengalami hambatan.
kepiting, udang, kerang-kerangan dan berbagai Keadaan tersebut terjadi bersamaan dengan

54
Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif untuk Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Nelayan Tradisional
(Tateki Yoga Tursilarini)

rendahnya kemampuan, pengetahuan, dan Pada tahun 1980-1996 kebijakan ini


ketr ampilan nelayan tradisional untuk diperbaharui lagi dengan diluncurkannya
melakukan pekerjaan ekonomis produktif di luar deregulasi perikanan yang mencakup
kegiatan mencari ikan. pengembangan alat tangkap, pembangunan
pelabuhan dan penambahan ar mada
Menurut data DKP dan BPN (2009),
penangkapan ikan melalui kemampuan produksi
37.09 % penduduk Indonesia adalah penduduk
dalam negeri maupun impor kapal bekas serta
miskin, 66 % di antaranya merupakan
pemberian izin kapal asing. Dalam
penduduk pedesaan termasuk di dalamnya
perkembangan revolusi biru, pemerintah tidak
nelayan, masyarakat pesisir, dan pembudidaya
hanya mengintervensi nelayan melalui
perikanan. Dari keseluruhan penduduk miskin
modernisasi perikanan, tetapi juga
di pedesaan, ternyata 90 % di antaranya
mengeluarkan berbagai regulasi hukum,
bekerja tetapi tetap miskin karena mereka tidak
misalnya Keputusan Presiden No. 39 Tahun
mempunyai akses yang nyata terhadap sumber-
1980 yang melarang pengoperasian jaring
sumber ekonomi, tanah, modal dan teknologi.
trawl (pukat harimau), pembuatan Undang-
Sejumlah konsep pengentasan kemiskinan Undang Perikanan tahun 1995 dan sebagainya.
yang dikemukakan oleh para ahli pada dasarnya
Dalam kenyataanya kebijakan revolusi biru
memberi penekanan pada partisipasi seluruh
serta berbagai regulasi hukum yang dikeluarkan
masyarakat dalam kegiatan pengentasan
pemerintah belum sepenuhnya menunjukkan
kemiskinan, termasuk di dalamnya partisipasi
signifikansi yang nyata dalam kehidupan
dari rakyat miskin itu sendiri. Artinya, bahwa
masyarakat nelayan khususnya nelayan grassroot
setiap program atau kegiatan pengentasan
sebagai common people. Sebagian besar nelayan
kemiskinan harus melibatkan seluruh
tradisional di Indonesia sampai saat ini masih hidup
masyarakat dan rakyat miskin itu sendiri.
dalam situasi sosial dan ekonomi di bawah standar
Program pengentasan kemiskinan harus
(taraf hidup yang subsisten dan situasi sosial yang
bersifat partisipatif, dalam arti membuka
tertinggal) dan cenderung tereksploitasi. (http://
kesempatan seluas-luasnya kepada rakyat
www.scribd.com/doc/14684717/Modernisasi-
miskin untuk membantu dirinya sendiri keluar
Perikanan, diakses 16/10/2010).
dari keadaan kemiskinan yang dialami.
Saat ini selayaknyalah dipikirkan strategi-
Belajar dari pengalaman masa lalu di era
strategi lain untuk meningkatkan kesejahteraan
tahun 70-an, pada saat dicanangkan kebijakan
sosial nelayan tradisional. Strategi diversifikasi,
nasional tentang motorisasi perahu dan
yaitu peluasan alternatif pilihan mata
modernisasi peralatan tangkap yang lebih
pencaharian yang dilakukan oleh nelayan
dikenal dengan istilah revolusi biru (blue
tradisional, baik di bidang perikanan maupun
revolution), maka strategi pemberdayaan
non perikanan, tampaknya lebih sesuai untuk
nelayan miskin perlu ditinjau kembali. Di satu
memberdayakan nelayan tradisional. Strategi
sisi kebijakan motorisasi perahu dan
diver sifikasi dilaksanakan dengan
modernisasi peralatan tangkap telah
mengupayakan penganekaragaman jenis mata
menyebabkan meningkatnya produksi
pencaharian dan menciptakan mata
perikanan, tetapi di sisi lain kebijakan revolusi
pencaharian alternatif.
biru telah pula meningkatkan kemiskinan
nelayan tradisional karena kalah bersaing Mengacu pada konsep pengentasan
dengan nelayan bermodal, serta meningkatnya kemiskinan tersebut di atas, dan realitas
kerusakan lingkungan karena eksploitasi kekurangber hasilan sejumlah program
sumber daya laut yang tidak beraturan. pemberdayaan nelayan tradisional, maka

55
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011

penelitian tentang pengembangan mata pemerintah. Menurut Thomas Dye dalam


pencaharian alter natif (MPA) untuk Abidin (2004), kebijakan merupakan pilihan
meningkatkan kesejahteraan sosial nelayan pemerintah untuk melakukan atau tidak
tradisional cukup relevan untuk dilaksanakan. melakukan sesuatu (whatever government
choose to do or not to do). Secara umum,
Berdasarkan latar belakang masalah,
kebijakan dapat dibedakan dalam tingkatan,
terdapat sejumlah isu yang dapat dijadikan
yaitu : 1. Kebijakan umum yang mengambil
acuan dalam merumuskan masalah penelitian,
Undang-Undang atau Keputusan Presiden; 2.
antara lain: 1. Nelayan tradisional pada
Kebijakan pelaksanaan merupakan penjabaran
umumnya adalah nelayan miskin yang berdiam
kebijaksanaan umum berupa Peraturan
di pesisir pantai yang sebagian besar
Pemerintah atau Peraturan Daerah; 3.
merupakan kawasan tangkap lebih
Kebijakan teknis yang merupakan kebijakan
(overfishing); 2. Strategi pemberdayaan
operasional, berada di bawah kebijakan
nelayan dengan model intensifikasi untuk
pelaksanaan, mengambil bentuk berupa
meningkatkan produksi perikanan tidak sesuai
petunjuk teknis dan petunjuk operasional.
dengan nelayan tradisional yang pada umumnya
memiliki keterbatasan sosial,ekonomi, politik, Pengembangan mata pencaharian
maupun pendidikan. alternatif (MPA) merupakan kebijakan
pemerintah di bidang kelautan dan perikanan,
Permasalahan yang kemudian perlu
sedangkan peningkatan kesejahteraan sosial
dicarikan jawabannya dalam penelitian ini,
nelayan tradisional merupakan kebijakan
dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana
pemerintah di bidang kesejahteraan sosial.
perkembangan mata pencaharian alternatif di
Kebijakan pengembangan mata pencaharian
lokasi penelitian; 2. Bagaimanakah partisipasi
alternatif merupakan penjabaran isi Undang-
nelayan tradisional dalam pengembangan mata
Undang RI Nomor 31 tahun 2004 tentang
pencaharian alternatif; 3. Apakah
Perikanan, sedangkan kebijakan pengentasan
pengembangan mata pencaharian alternatif
kemiskinan merupakan penjabaran isi Undang-
berpengaruh terhadap peningkatan
Undang RI Nomor 11 tahun 2009 tentang
kesejahteraan sosial nelayan tradisional. Dalam
Kesejahteraan Sosial, “Kesejahteraan Sosial
penelitian ini tujuan yang akan dicapai antara
merupakan suatu kondisi terpenuhinya
lain 1. Mengetahui perkembangan mata
kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga
pencaharian alternatif; 2. Mengetahui
Negara agar dapat hidup layak dan mampu
partisipasi nelayan tradisional dalam
mengembangkan dir i, sehingga dapat
pengembangan mata pencaharian alternatif; 3.
melaksanakan fungsi sosialnya”.
Mengetahui pengembangan mata pencaharian
alternatif berpengaruh terhadap peningkatan Pengembangan MPA sebagai suatu
kesejahteraan sosial nelayan tradisional. kebijakan pemerintah di bidang kelautan dan
perikanan yang bertujuan untuk perluasan
B. KAJIAN PUSTAKA kesempatan kerja dan berusaha di kalangan
nelayan tradisional, hanya akan berhasil apabila
Penelitian tentang pengembangan mata
didukung oleh partisipasi masyarakat. Untuk
pencaharian alternatif dan peningkatan
mengetahui tingkat partisipasi masyarakat
kesejahteraan sosial nelayan tradisional dapat
Pretty (1995) mengemukakan, partisipasi dapat
pula dikategorikan sebagai suatu kebijakan,
dibagi dalam tujuh tipe, yaitu: manipulative
karena pengembangan mata pencaharian
participation, passive participation,
alternatif dan peningkatan kesejahteraan sosial
participation by concultation, participation
nelayan tradisional merupakan suatu kebijakan
for material incentives, functional

56
Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif untuk Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Nelayan Tradisional
(Tateki Yoga Tursilarini)

participation, interactive participation, dan Mengenai kemiskinan nelayan tradisional,


self-mobilization. Dalam kaitannya dengan dapat digambarkan bahwa kehidupan nelayan
pengembangan mata pencaharian alternatif, tradisional dan buruh nelayan memiliki tingkat
tipe partisipasi yang diharapkan adalah self- kerentanan yang tinggi, karena sedikit
mobilization (partisipasi mandiri), di mana goncangan atau kebutuhan mendadak, mereka
masyarakat berpartisipasi dengan jalan akan collapse. Faktor penyebabnya adalah
mengambil inisiatif secara independen untuk karena akumulasi faktor yang sangat kompleks,
mengubah sistem. mulai dari kungkungan alam dan irama musim
yang sulit ditebak, ketinggalan teknologi,
Nelayan tradisional adalah nelayan yang
kekurangan modal, tingkat pendidikan yang
memanfaatkan sumber daya perikanan dengan
rendah, penghisapan dan posisi tawar-menawar
peralatan tangkap tradisional, modal usaha
yang lemah (Suyanto,1996:7-15). Membahas
yang kecil, dan organisasi penangkapan yang
lebih jauh tentang kemiskinan nelayan
sederhana. Ciri-ciri usaha nelayan tradisional
tradisional, Kusnadi (2008:19), mengemukakan
adalah 1) Teknologi penangkapan yang
bahwa kemiskinan nelayan terjadi karena
digunakan bersifat sederhana dengan ukuran
sebab-sebab yang kompleks yang dapat
perahu yang kecil, daya jelajah terbatas, daya
dikategorikan menjadi sebab internal dan
muat perahu sedikit, daya jangkauan alat
eksternal. Sebab kemiskinan yang bersifat
tangkap terbatas, dan perahu dilajukan dengan
internal berkaitan dengan kondisi internal
layar, dayung, atau mesin ber-PK kecil; 2)
sumber daya manusia nelayan dan aktivitas
Besaran modal usaha terbatas; 3) Jumlah
kerja mereka, yang menyangkut masalah: a)
anggota organisasi penangkapan kecil antara
keterbatasan kualitas sumber daya manusia
2-3 orang, dengan pembagian peran bersifat
nelayan; b) keterbatasan kemampuan modal
kolektif (nonspesifik) dan umumnya berbasis
usaha dan teknologi penangkapan; c) hubungan
kerabat, tetangga dekat, dan atau teman dekat;
kerja (pemilik perahu nelayan buruh) dalam
4) Orientasi ekonomisnya terutama diarahkan
organisasi penangkapan yang dianggap kurang
untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari.
menguntungkan nelayan buruh; d) kesulitan
(Kusnadi, 2008 : 85-86).
melakukan diversifikasi usaha penangkapan; e)
Kemiskinan sering dikaitkan dengan sifat ketergantungan yang tinggi terhadap okupasi
kekurangan dan ketidakberdayaan. Kemiskinan melaut; f) gaya hidup yang dipandang “boros”
dapat digolongkan menjadi dua yaitu sehingga kurang berorientasi ke masa depan.
kemiskinan absolut dan struktural. Kemiskinan
Sebab kemiskinan yang bersifat eksternal
absolut adalah kemiskinan yang ditentukan
berkaitan dengan kondisi di luar diri dan
berdasarkan ketidakmampuan untuk
aktivitas kerja nelayan, yang menyangkut
mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti
masalah: a) kebijakan pembangunan perikanan
pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan
yang lebih berorientasi pada produktivitas untuk
pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup
menunjang pertumbuhan ekonomi nasional dan
dan bekerja. Kebutuhan pokok minimum
parsial; b) sistem pemasaran hasil perikanan
diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam
yang lebih menguntungkan pedagang perantara;
bentuk uang. Nilai kebutuhan minimum
c) kerusakan ekosistem pesisir dan laut karena
kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah
pencemaran dari wilayah darat, praktik
garis kemiskinan. Penduduk yang
penangkapan dengan bahan kimia, perusakan
pendapatannya di bawah garis kemiskinan
terumbu karang, dan konversi hutan bakau di
digolongkan sebagai penduduk miskin
kawasan pesisir; d) penggunaan peralatan
(Avenroza, dkk, 2007:6).
tangkap yang tidak ramah lingkungan; e)

57
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011

penegakan hukum yang lemah terhadap pengembangan mata pencaharian alternatif


perusakan lingkungan; f) terbatasnya teknologi adalah perluasan kesempatan kerja dan berusaha
pengolahan hasil tangkapan pasca panen; g) dikalangan nelayan tradisional. Indikatornya
terbatasnya peluang-peluang kerja di sektor adalah: 1. Berkembangnya usaha penangkapan
nonperikanan yang tersedia di desa-desa ikan yang lebih produktif dan berwawasan
nelayan; h) kondisi alam dan fluktuasi musim lingkungan; 2. Berkembangnya usaha budi daya
yang tidak memungkinkan nelayan melaut pantai dan laut; 3. Berkembangnya usaha
sepanjang tahun; i) isolasi geografis desa pengelolaan pasca panen; 4. Berkembangnya
nelayan yang mengganggu mobilitas barang, wisata laut.
jasa, modal, dan manusia.
Strategi diversifikasi dalam rangka C. Metode Penelitian
pemberdayaan nelayan tradisional pada dasarnya Penelitian ini dirancang sebagai penelitian
merupakan perluasan alternatif pilihan mata deskriptif-kualitatif yaitu penelitian dengan
pencaharian. Strategi diversifikasi ini berkaitan tujuan utama menggambarkan suatu masalah
erat dengan perubahan sikap dan proses persuasi. pada saat penelitian sedang dilakukan, melihat
Sehubungan dengan sikap dan persuasi sejumlah sebab-sebab dari masalah dan menjawab
teori telah dikemukakan oleh para ahli psikologi. pertanyaan penelitian yang terkait dengan
Pada awal tahun 1970-an Dr. Martin Fishbein masalah tersebut (Travers, 1978 dan Gay, 1976
mengemukakan teori nilai harapan (value- dalam Consuelo G Savila, 1993:70).
expectancy theory). Sejak pertama kali Lokasi penelitian ditentukan secara
dikemukakan pasa awal tahun 1970-an, value- purposive yaitu memilih daerah/wilayah pesisir
expectancy theory telah mengalami pantai yang sebagian besar penduduk bermata-
perkembangan. Berbagai penelitian telah pencaharian sebagai nelayan tradisional, dan
dilakukan untuk menguji keabsahan teori ini. Tidak merupakan salah satu dari 50 kabupaten
mengherankan jika latar belakang teori ini adalah tertinggal di Indonesia. Dalam hal ini dipakai
psikologi, karena teori ini dikemukakan oeleh typical purposive, karena ciri di atas
beberapa psikolog terkemuka, seperti Martin merupakan ciri yang telah melekat pada daerah
Fishbein, Icek Ajzen dan Philip Palmgreen. Teori penelitian dalam waktu yang lama.
ini memprediksi sikap manusia terhadap obyek Berdasarkan kriteria tersebut, dipilih Desa
dan tindakan. Teori ini sangat penting untuk Arungkeke, Kecamatan Arungkeke,
mengetahui expectancy (harapan), values (nilai), Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi
beliefs (keyakinan), attitude (sikap), dan Selatan sebagai lokasi penelitian.
gratification sought (pencarian kepuasan).
Sumber data penelitian ini, yaitu informan
Dalam penelitian tentang pengembangan yang dapat memberikan informasi secara
mata pencaharian alternatif (MPA), untuk langsung berkaitan dengan permasalahan
meningkatkan kesejahteraan sosial nelayan nelayan tradisional yang ada di lokasi penelitian.
tradisional, value-expectancy theory dijadikan Instansi/lembaga terkait meliputi Dinas Sosial,
landasan berpikir terutama untuk mengkaji sikap Dinas Kelautan dan Perikanan, Aparat
nelayan tradisional terhadap mata pencaharian Kecamatan Ar ungkeke, Aparat Desa
alternatif. Penelitian ini mengasumsikan bahwa Arungkeke, tokoh masyarakat, lembaga sosial
nelayan tradisional akan memiliki sikap menerima yang peduli terhadap nelayan. Sumber data
terhadap mata pencaharian alternatif apabila ia primer adalah Kepala Keluarga (KK) nelayan
meyakini pekerjaan lain di luar pekerjaan mencari tradisional, yang dalam hal ini ditentukan 30
ikan dapat membawa ke tingkat kesejahteraan orang Kepala Keluarga nelayan tradisional.
sosial yang lebih baik. Secara umum, tujuan

58
Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif untuk Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Nelayan Tradisional
(Tateki Yoga Tursilarini)

Pengumpulan data dilakukan dengan Arungkeke terletak memanjang di pesisir pantai


menggunakan beber apa teknik, yaitu Laut Flores dengan panjang garis pantai lebih
wawancara dengan menggunakan panduan kurang 2 km². Luas Desa Arungkeke adalah
wawancara, studi dokumen untuk 3,09 km², dengan pemanfaatan berupa
mengumpulkan data sekunder yang meliputi sawahseluas 136 ha; tambak seluas 129 ha;
populasi nelayan tradisional, profil lokasi tegalan seluas 23,25 ha; pemukiman dan
penelitian, potensi sumber daya yang tersedia pekarangan seluas 6,75 ha dan fasilitas umum
serta dokumen-dokumen lain yang dapat (jalan, makam dan lain-lain) seluas 1,4 ha.
melengkapi data dalam penelitian ini.
Wilayah Desa Arungkeke merupakan
Penelitian ini, menggunakan dua dataran rendah beriklim tropis dengan curah
pendekatan analisis, yaitu : hujan sebanyak 2.980 mm, jumlah rata-rata hari
hujan selama setahun sebanyak 19 hari.
1. Analisis deskriptif kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi untuk menganalisis
2. Kondisi Demografi
tentang persepsi nelayan tradisional dan
keluarga terhadap upaya penganekaragaman Desa Arungkeke berpenduduk 4.114 jiwa,
jenis mata pencaharian dan sikap nelayan terdiri dari 2.000 orang laki-laki dan 2.114 orang
perempuan. Ditinjau dari segi mata pencaharian
tradisional dan keluarga terhadap upaya
penduduk, penduduk Desa Arungkeke yang
penyediaan mata pencaharian alternatif, serta
bermata pencaharian sebagai petani sebanyak
kesejahteraan sosial nelayan tradisional.
731 orang, nelayan 300 orang, petani tambak
Dalam hal ini peneliti tidak menerima begitu
121 orang, petani ternak 43 orang, pedagang 104
saja segala informasi yang diberikan oleh
orang, angkutan 118 orang, dan jasa 59 orang.
sumber data, melainkan berupaya
mengungkap kebenaran dengan 3. Potensi Sumber Daya
memfokuskan diri pada menemukan a. Potensi Sumber Daya Alam
permasalahan. Pendekatan fenomenologi
1). Sumber Daya Perikanan
dalam analisis data lebih condong ke realistic
phenomenology yang menekankan pada Tidak diperoleh data tentang potensi
pencarian secara universal mengenai lestari perikanan yang telah dimanfaatkan
persoalan nelayan tradisional yang meliputi dan belum dimanfaatkan. Di Desa
tindakan, motif tindakannya dan nilai Arungkeke terdapat 129 ha tambak, 121
kepribadiannya (Salim, 2001). orang petani tambak, dan 300 orang
nelayan. Pada tahun 2009, produksi
2. Analisis korelasi dengan teknik korelasi
perikanan Desa Arungkeke disajikan
product moment untuk mengetahui
dalam tabel 1 berikut ini,
hubungan antara sikap terhadap mata
pencaharian alternatif dan kesejahteraan Tabel 1. Produksi Perikanan Desa
sosial nelayan tradisional. Arungkeke Tahun 2009
No. Jenis Produksi Jumlah (ton)
D. Deskripsi Wilayah Penelitian 1. Ikan Laut 1.016,7
1. Kondisi Geografi 2. Rumput Laut 277,7
Desa Arungkeke merupakan salah satu 3. Bandeng 98,84
dari enam desa di Kecamatan Arungkeke, 4. Udang windu 23,42
Kabupaten Jeneponto Propinsi Sulawesi Sumber: Monografi Kecamatan Arungkeke
Selatan. Sebagai desa nelayan, Desa Tahun 2009

59
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011

2). Sumber Daya Pertanian b. Potensi Sumber Daya Sosial


Kontribusi Desa Arungkeke dalam Dalam penelitian ini potensi sumber daya
produksi pertanian dan perkebunan sosial diukur dengan melihat ketersediaan
Kecamatan Arungkeke terbilang sangat sarana dan prasarana pendidikan dan
kecil, hanya sekitar 2-3 % dari seluruh kesehatan. Secara umum tingkat pendidikan
produksi pertanian dan perkebunan di penduduk Desa Arungkeke relatif rendah.
Kecamatan Arungkeke. Tidak ada Sebagian besar penduduk hanya berpendidikan
komoditi pertanian dan perkebunan yang SD. Akan tetapi saat ini hampir tidak ada lagi
menjadi andalan Desa Arungkeke padahal anak usia sekolah yang tidak bersekolah. Bila
166 ha (53,72 %) dari seluruh wilayah dilihat dari pemilikan sarana dan prasarana
Desa Arungkeke adalah areal pertanian, pendidikan sudah cukup memadai dengan
dan 731 (17,77 %) dari seluruh penduduk adanya dua TK, tiga SD, satu madrasah
Desa Arungkeke bermata pencaharian tsanawiyah dan satu madrasah aliyah.
pokok sebagai petani. Produksi pertanian
Sarana dan prasarana kesehatan yang
dan perkebunan Desa Arungkeke tahun
terdapat di Desa Arungkeke adalah satu
2009 dapat dibaca dalam tabel 2 berikut,
Puskesmas, enam posyandu, satu klinik KB,
dan enam pos KB. Adapun tenaga kesehatan
Tabel 2. Produksi Pertanian dan Perkebunan yang tersedia adalah seorang dokter umum,
Desa Arungkeke delapan orang perawat, dua orang bidan, tiga
No. Jenis Produksi Jumlah (ton) orang dukun bayi. Untuk ukuran sebuah desa,
1. Padi 627,5 pemilikan sarana dan prasarana pendidikan dan
2. Jagung 162,0 kesehatan Desa Arungkeke tergolong cukup
3. Ubi Kayu 4,5
memadai.
4. Bawang Merah 1,85
5. Lombok 3,0 c. Potensi Sumber Daya Fisik
6. Kelapa 40,0 Sumber daya fisik merupakan faktor
7. Kapas 61,0
penunjang utama dalam pengembangan
Sumber: Monografi Kecamatan Arungkeke wilayah. Salah satu sumber daya fisik yang
Tahun 2009
merupakan faktor penting yang dapat berfungsi
menunjang pengembangan wilayah adalah
3). Pariwisata Pantai tersedianya sarana dan prasarana transportasi.
Dari tujuh desa di Kecamatan Arungkeke, Jaringan transportasi jalan raya mulai dari Ibu
enam diantaranya merupakan desa pantai, Kota Kabupaten Jeneponto (Bontosungguh)
namun untuk saat ini hanya Desa Arungkeke sampai ke Desa Arungkeke, seluruhnya
yang memiliki potensi pariwisata pantai yang merupakan jalan aspal. Hal ini memberi
cukup besar. Selain memiliki pantai yang indah harapan bagi pengembangan wilayah Desa
dan bersih, Desa Arungkeke memiliki sarana Arungkeke, karena ketersediaan jaringan
dan prasarana wisata pantai yang memadai transportasi jalan raya yang cukup bagus
berupa dermaga kayu sepanjang 70 m yang memudahkan mobilitas manusia, barang, jasa
dapat dijadikan tempat berlindung dari panas dan kapital.
dan hujan serta dapat digunakan untuk Selain jaringan transportasi jalan raya,
memandang keindahan pantai dari laut tanpa Desa Arungkeke memiliki sebuah pasar.
harus turun ke laut. Ada 144 unit rumah nelayan Kemudian kepemilikan sarana komunikasi
yang tertata rapi, tersedia prasarana penduduk tersedia 120 sambungan telepon, 247
transportasi dan komunikasi yang memadai. pesawat TV, dan 226 buah radio.

60
Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif untuk Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Nelayan Tradisional
(Tateki Yoga Tursilarini)

E. HASIL PENELITIAN DAN dibarengi oleh ekspansi daerah


ANALISIS penangkapan.
(b) Kurang berkembangnya usaha budi daya
1. Data Temuan Penelitian pantai dan laut akibat kurangnya
a. Pengembangan Mata Pencaharian kemampuan teknis dan modal usaha
Alternatif (MPA) (c) Kurang berkembangnya usaha pengelolaan
1) Kebijakan Pemerintah Daerah panca panen
Kabupaten Jeneponto (d) Tidak berkembangnya sektor pariwisata laut
Penurunan produksi perikanan tangkap karena terbatasnya sarana dan prasarana.
Kabupaten Jeneponto sejak tahun 2004 telah Padahal potensi wisata laut berupa
menggugah kesadaran Pemerintah Daerah ekowisata dan wisata untuk mancing yang
Kabupaten Jeneponto untuk meningkatkan atau tersedia cukup besar.
setidaknya mempertahankan tingkat Dihadapkan pada kenyataan bahwa upaya
kesejahteraan nelayan tradisional. Kebijakan pengembangan mata pencaharian alternatif
pengembangan mata pencaharian alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan
menjadi pilihan utama dalam penanganan tradisional cenderung mengalami stagnasi,
masalah kesejahteraan nelayan tradisional. Pemerintah Daerah Kabupate Jeneponto
Berbagai upaya telah dilakukan oleh mengambil kebijakan untuk memfokuskan
Pemerintah Daerah Kabupaten Jeneponto program pengembangan mata pencaharian
melalui Dinas Kelautan dan Perikanan alternatif pada wilayah yang dipandang paling
Kabupaten Jeneponto bekerjasama dengan potensial. Untuk itu dipilih Desa Arungkeke,
dinas-dinas terkait maupun lembaga-lembaga Kecamatan Arungkeke, Kabupaten Jeneponto.
non pemerintah lainnya. Berbagai program
Di Desa Arungkeke terdapat dua Dusun
pemberdayaan nelayan tradisional telah
yang memiliki potensi kelautan dan perikanan
dilaksanakan, antara lain penyelenggaraan
yang cukup besar, yaitu Dusun Lassang-Lassang
pelatihan berbagai jenis keterampilan kerja bagi
dan Dusun Sicini. Oleh sebab itu Pemerintah
nelayan tradisional dan keluarganya agar
Daerah Kabupaten Jeneponto memfokuskan
nelayan tradisional memiliki pilihan jenis mata
program Pengembangan Mata Pencaharian
pencaharian baik di bidang perikanan maupun
Alternatif di dua Dusun tersebut. Dusun
di luar bidang perikanan. Akan tetapi sampai
Lassang-Lassang untuk lokasi pengembangan
dengan tahun 2006, tidak tampak adanya
budi daya rumput laut dan Dusun Sicini untuk
perkembangan yang signifikan bagi peningkatan
lokasi pengembangan wisata pantai.
kesejahteraan nelayan tradisional Kabupaten
Jeneponto pada umumnya dan nelayan Untuk pengembangan wisata pantai di
tradisional Arungkeke pada khusunya. Desa Arungkeke, pada tahun anggaran 2007
Pemerintah Daerah Kabupaten Jeneponto
Sampai dengan tahun 2006, secara umum
mengalokasikan dana APBD untuk
keadaan pengelolaan laut dan perikanan
pembangunan 40 unit rumah nelayan dan
Kabupaten Jeneponto tidak mengalami
pembangunan dermaga kayu sepanjang 70 m
perkembangan yang berarti. Hal ini ditandai
di Dusun Sicini. Selanjutnya pada tahun
dengan keadaan sebagai berikut,
anggaran 2008 dan 2009 dialokasikan dana
(a) Hasil tangkapan per unit usaha cenderung APBD Kabupaten Jeneponto untuk
menurun akibat degradasi lingkungan yang pembangunan 104 unit untuk rumah nelayan,
disebabkan oleh praktik penangkapan ilegal serta dana bantuan Bank Dunia untuk
dan bertambahnya uit penangkapan tanpa pembangunan sarana dan prasarana penunjang

61
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011

wisata pantai berupa aspal, jalan beton, fasilitas penangkapan terdiri dari 2-3 orang.
MCK dan 144 unit sambungan listrik PLN. (b) Nelayan melaut pada malam hari
Untuk menunjang upaya pengembangan mata (berangkat sore pulang pagi). Kelompok ini
pencaharianalternatif, pada tahun anggaran dikenal dengan nama Parawe’. Alat
2011 direncanakan pembangunan lantai jemur tangkap yang digunakan sedikit lebih maju
rumput laut di Dusun Lassang-Lassang. dibanding dengan nelayan pape’kang,
perahu yang digunakan berukuran lebih
2) Partisipasi Masyarakat
besar (Jolloro’: istilah lokal) bermesin 12
Partisipasi masyarakat merupakan faktor PK, organisasi penangkapan beranggota
penentu utama bagi keberhasilan pelaksanaan antara 5-6 orang. Hasil tangkapan berupa
suatu program pembangunan masyarakat. ikan palagis kecil, seperti, selar, lemuru,
Sebaik apapun suatu program pembangunan, katamba, dan udang.
apabila tanpa dukungan partisipasi masyarakat
Sebagian besar nelayan tradisional dan
maka sulit diharapkan untuk mencapai hasil yang
nelayan buruh di Desa Arungkeke telah
optimal. Sementara itu, partisipasi masyarakat
berpartisipasi dalam usaha budi daya rumput
dalam suatu program pembangunan tidak
laut sebagai pekerjaan sampingan. Data tentang
tumbuh begitu saja melainkan melalui suatu
pekerjaan dan mata pencaharian nelayan
proses mengikuti model teori nilai harapan
tradisional secara langsung menjelaskan
(value-expectancy theory). Teori ini
mengenai partisipasinya dalam mata
memprediksi sikap manusia terhadap obyek dan
pencaharian alternatif baik bidang perikanan
tindakan. Teori ini sangat penting untuk
maupun di luar perikanan, sebagaimana
mengetahui expectancy (harapan), value (nilai),
disajikan dalam tabel 3 berikut,
beliefs (keyakinan), attitude (sikap), dan
gratification sought (pencarian kepuasan).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nelayan Tradisional
Seseorang akan berpartisipasi dalam suatu (Kepala Keluarga) Menurut Mata Pencaharian
kegiatan apabila ia mengharapkan suatu nilai Pokok dan Sampingan di Desa Arungkeke
dari kegiatan tersebut. Dengan kata lain, bahwa No. Jenis Mata Pencaharian Pokok Sampingan
nelayan tradisional akan berpartisipasi dalam 1. Nelayan 30 -
mata pencaharian di luar bidang perikanan 2. Tani Rumput Laut - 27
apabila ia mengharapkan suatu nilai tambah dari 3. Pertanian sawah/ladang - 4
mata pencaharian tersebut. 4. Pertukangan - 2
5. Dagang - 1
Secara umum nelayan tradisional di Desa 6. Transportasi - 2
Arungkeke, dapat dibedakan menjadi dua Jumlah 30 36
kelompok, yaitu, Sumber Data Hasil Wawancara Tahun 2010
(a) Nelayan yang mulai melaut pada pagi hari
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa
dan pulang pada siang hari (rata-rata 4-6
seluruh nelayan tradisional sebagai kepala
jam). Alat tangkap yang digunakan sangat
keluarga di Desa Arungkeke memiliki pekerjaan
sederhana, seperti perahu bermesin tempel
sampingan di luar pekerjaan sebagai nelayan,
ber-PK kecil (katinting: istilah lokal), bahkan terdapat 6 orang (20 %) yang memiliki
pancing, dan jaring bentang berukuran kecil. lebih dari satu pekerjaan sampingan. Hal ini
Kelompok ini dikenal sebagai nelayan menggambarkan bahwa nelayan tradisional di
Pape’kang (pemancing). Jarak jelajah Desa Arungkeke tidak hanya sekedar bersikap
nelayan ini dalam mencari ikan hanya positif terhadap mata pencaharian alternatif
sekitar 1-3 mil dari pantai dengan organisasi melainkan telah berpartisipasi dan berperan di

62
Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif untuk Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Nelayan Tradisional
(Tateki Yoga Tursilarini)

dalam mengembangkan mata pencaharian operasional. Dari usaha mencari ikan nelayan
alternatif baik di bidang perikanan maupun di pape’kang ini memperoleh penghasilan rata-
luar bidang perikanan. rata antara Rp.10.000, s.d. Rp. 15.000,- per
hari. Dalam kerjasama ini selanjutnya nelayan
b. Peningkatan K esejahteraan pape’kang dapat menggunakan perahu
Sosial Nelayan Tradisional (katinting) untuk mengurus tanaman laut
Keterpurukan nelayan tradisional Desa miliknya tanpaharus menyewa, dan sebagai
Arungkeke mulai terasa pada tahun 2004. Hal imbalannya nelayan berkewajiban mengurus
ini disebabkan oleh banyaknya pemilik kapal tanaman rumput laut kepunyaan pemilik
penangkap ikan yang meng-alihfungsikan perahu, dari mulai menanam, merawat sampai
kapalnya menjadi kapal pengangkut kayu dan memanen.
banyaknya pemilik kapal yang menjual kapalnya Lain halnya dengan nelayan parawe’ tetap
kepada pengusaha perikanan dari daerah lain. menggunakan pola lama (pola Juragan-sawi),
Akibatnya, banyak nelayan tradisional dan di mana pembagian hasil adalah 1:2, satu bagian
nelayan buruh yang terpaksa menganggur. untuk juragan (pemilik perahu) dan dua bagian
Sebagian besar nelayan tradisional dan nelayan untuk sawi (awak perahu). Kelompok nelayan
buruh berada dalam kondisi yang sangat miskin, parawe’ ini memang tidak pernah benar-benar
sehingga untuk memenuhi kebutuhan makan terpuruk karena mereka tidak pernah
sehari-hari saja terasa sulit. kehilangan mata pencaharian. Dari usaha
Sebagian nelayan tradisional dan nelayan mencari ikan, nelayan parawe’ memperoleh
buruh Desa Arungkeke yang kehilangan mata penghasilan antara Rp. 30.000, s.d. Rp. 40.000,-
pencaharian mulai melirik usaha budi daya per hari. Penghasilan tersebut belum termasuk
rumput laut. Akan tetapi untuk menjadi petani penghasilan dari usaha budi daya rumput laut.
rumput laut bukanlah tanpa hambatan. Dari pembahasan di atas jelas
Dibutuhkan modal untuk memulai usaha budi menunjukkan bahwa baik nelayan pape’kang
daya rumput laut, padahal diketahui bahwa maupun nelayan parawe’ Desa Arungkeke,
masalah utama yang dihadapi oleh nelayan mengalami peningkatan pendapatan setelah
tradisional dan nelayan buruh adalah tidak berpartisipasi dalam mata pencaharian
dimilikinya peralatan kerja seperti perahu serta alternatif berupa usaha budi daya rumput laut.
terbatasnya akses ke lembaga-lembaga Dengan meningkatnya pendapatan nelayan
permodalan. maka akan semakin banyak kebutuhan dasar
Seiring berjalannya usaha budi daya yang dapat dipenuhi.
rumput laut di Desa Arungkeke, terbentuk suatu Melalui wawancara terhadap 30 orang
model pola hubungan baru antara nelayan Kepala Keluarga nelayan tradisional Desa
pemilik per ahu dengan nelayan buruh. Arungkeke diperoleh data yang menunjukkan
Beberapa nelayan pemilik perahu bermesin bahwa sejak melibatkan diri dalam mata
tempel ber PK kecil memilih berhenti melaut pencaharian alternatif berupa usaha budi daya
dan menjalin kerjasama dengan nelayan buruh rumput laut, baik nelayan pape’kang maupun
yang tidak memiliki alat tangkap. Pemilik perahu parawe’ pada umumnya merasa telah mampu
menyerahkan alat perahunya untuk digunakan memenuhi kebutuhan dasar hidupnya berupa
oleh nelayan yang dengan sistem bagi hasil kebutuhan pangan, sandang, dan papan serta
yang berbeda dengan sistem yang berlaku kebutuhan sosial berupa pemenuhan biaya
sebelumnya. Ikan hasil tangkapan dibagi rata pendidikan anak sampai setingkat SLTA dan
antara pemilik perahu dengan nelayan buruh pemenuhan biaya kesehatan.
setelah dikeluarkan untuk biaya-biaya

63
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011

c. Pengaruh Pengembangan Mata Untuk mengetahui seberapa besar


Pencaharian Alternatif terhadap Peningkatan pengaruh pengembangan mata pencaharian
Kesejahteraan Sosial Nelayan Tradisional alternatif terhadap peningkatan kesejahteraan
Penurunan produksi ikan Kabupaten sosial nelayan tradisional Desa Arungkeke,
Jeneponto pada tahun 2004 telah membawa dilakukan uji statistik dengan teknik korelasi
pengaruh yang signifikan bagi kesejahteraan product moment. Hasil analisis korelasi
sebagian nelayan tradisional Desa Arungkeke. product moment untuk mengetahui pengaruh
Banyak nelayan tradisional yang terkena PHK variabel bebas pengembangan mata
karena banyak pemilik kapal yang pencaharian alternatif (X) terhadap variabel
mengalihfungsikan kapalnya menjadi kapal terikat (Y) kesejahteraan sosial nelayan
pengangkut kayu atau menjual kapalnya kepada tradisional menghasilkan angka korelasi 0,850
pengusaha perikanan di daerah lain. Sebagai dan angka probabilitas 0,000. Karena angka
solusi atas banyaknya nelayan buruh yang probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka
kehilangan mata pencaharian. Pemerintah kesimpulan yang dapat diambil adalah variabel
Kabupaten Jeneponto melalui Dinas Kelautan bebas (X) pengembangan mata pencaharian
dan Perikanan mencanangkan program alternatif berpengaruh terhadap variabel terikat
pengembangan mata pencaharian alternatif. (Y) kesejahteraan sosial nelayan tradisional dan
Program tersebut disambut baik oleh sebagian signifikan pada taraf signifikansi 95 %.
nelayan Desa Arungkeke terutama nelayan
buruh yang memang sudah kehilangan mata 2. Analisis Teoretis Atas Temuan
pencaharian. Penelitian
Usaha budi daya rumput laut bagi sebagan Kebijakan pemerintah dengan istilah
nelayan Desa Arungkeke pada awalnya hanya revolusi biru tentang motorisasi perahu dan
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari modernisasi alat tangkap, diharapkan akan
sehingga sulit bagi nelayan pembudidaya meningkatkan hasil tangkapan sehingga
rumput laut untuk mengembangkan usahanya pendapatan nelayan semakin meningkat. Akan
karena keterbatasan modal. Hal ini mendorong tetapi di sisi lain kebijakan tersebut hanya dapat
sebagian besar nelayan untuk kembali mencari dinikmati dan dirasakan oleh sebagian kecil
ikan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, nelayan yaitu kelompok nelayan yang memiliki
sehingga tidak perlu lagi berhutang, dan hasil modal besar, memiliki alat-alat tangkap modern
panen rumput laut setiap 45 hari dapat dan kemampuan kapal jelajah yang dimiliki dapat
digunakan untuk memperbesar modal usaha. mencapai hingga ke lepas pantai (off shore).
Dalam kenyataannya populasi terbesar nelayan
Upaya pengembangan mata pencaharian
adalah nelayan tradisional dan nelayan buruh,
alternatif yang dilaksanakan secara lebih
mereka memiliki kemampuan peralatan tangkap
intensif di Desa Arungkeke pada tahun 2006,
dan modal usaha yang sangat terbatas, sehingga
dan kenyataan yang menunjukkan bahwa usaha
kebijakan yang diharapkan dapat dirasakan oleh
budi daya rumput laut cukup menjanjikan untuk
seluruh masyarakat nelayan tersebut hanya
peningkatan kesejahteraan, mendorong
dirasakan oleh sebagian kecil nelayan (nelayan
sebagian nelayan untuk ikut melakukan usaha
bermodal besar).
budidaya rumput laut. Dengan demikian
sebagian besar nelayan tradisional Desa Selain kebijakan yang belum dirasakan
Arungkeke, baik nelayan pape’kang maupun manfaatnya oleh nelayan tradisional faktor
nelayan parawe’ telah menjadikan usaha budi penyebab lainnya, adalah kondisi alam dan
daya rumput laut sebagai pekerjaan sampingan. irama musim yang sulit ditebak, ketinggalan
teknologi alat tangkap, kekurangan modal,

64
Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif untuk Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Nelayan Tradisional
(Tateki Yoga Tursilarini)

tingkat pendidikan yang rendah, dan semua itu mobilization (partisipasi mandiri), di mana
menjadikan nelayan semakin sulit dalam masyarakat berpartisipasi dengan jalan
menjalani kehidupan. mengambil inisiatif secara independen untuk
merubah sistem.
Nelayan tetap hidup dalam
ketidakberdayaan dan keterbatasan ekonomi, Di tengah ketidakpastian akan nasib
sosial, politik dan pendidikan. Keterbatasan nelayan yang hanya mengandalkan bidang
tersebut terwujud pada ketidakmampuan perikanan saja, pengembangan mata
nelayan ikut ambil bagian di dalam ekonomi pencaharian alternatif di luar bidang perikanan
pasar yang dapat menguntungkan bagi dirinya, merupakan salah satu alternatif bagi nelayan
tidak dilibatkannya dalam pengambilan tradisional dan buruh nelayan untuk
keputusan meskipun semua itu untuk meningkatkan kesejahteraan sosialnya. Secara
kepentingan mereka sendiri. Demikian juga umum, tujuan pengembangan mata
kebijakan tentang pengkaplingan wilayah pencaharian alternatif memberikan perluasan
perairan yang dilakukan oleh pengusaha kesempatan kerja dan berusaha di kalangan
perikanan yang berskala besar, yang tentunya nelayan tradisional. Perluasan kesempatan
kebijakan tersebut tidak bisa melindungi hak- kerja dan berusaha diharapkan akan lebih
hak nelayan lokal yang memiliki banyak berkembangnya usaha penangkapan ikan yang
keterbatasan. lebih produktif dan berwawasan lingkungan;
berkembangnya usaha budi daya pantai dan
Program pemberdayaan nelayan miskin,
laut; berkembangnya usaha pengelolaan pasca
memberi penekanan pada partisipasi seluruh
panen; dan berkembangnya wisata laut.
masyarakat dalam kegiatan pengentasan
kemiskinan, termasuk di dalamnya partisipasi dari Berbagai keterbatasan dan
rakyat miskin itu sendiri. Mengacu pada teori ketidakberdayaan, tidak serta merta menjadikan
value-expectancy theory, partisipasi muncul nelayan tidak memiliki kemauan untuk merubah
apabila ada harapan yang lebih baik dari dari nasib agar lebih baik. Nelayan tradisional di
program yang dilaksanakan. Tingginya Desa Arungkeke yang terikat oleh kebudayaan
partisipasi nelayan tradisional dalam program Bugis-Makassar yang cenderung ekspresif dan
pengembangan mata pencaharian alternatif lebih terbuka serta memiliki keberanian
(MPA) didorong oleh besarnya nilai harapan menantang alam, kegigihan dan ketangguhan
terhadap MPA baik di bidang perikanan maupun dalam bekerja. Nilai-nilai tersebut telah diwarisi
di luar perikanan yang dapat meningkatkan dari orangtua bahkan dari nenek moyang
kesejahteraan nelayan tradisional. mereka. Hal ini dibuktikan ketika pada tahun
2004 nelayan di Kabupaten Jeneponto
Program pengentasan kemiskinan harus
mengalami penurunan produksi sumber daya
bersifat partisipatif, dalam arti membuka
ikan (SDI), mereka bangkit untuk memilih
kesempatan seluas-luasnya kepada rakyat
alternatif pekerjaan lain di luar bidang perikanan
miskin untuk membantu dirinya sendiri keluar
yaitu mulai dikembangkan budi daya rumput
dari keadaan kemiskinan yang dialami.
laut. Meskipun baru dalam tataran budi daya
Pengembangan mata pencaharian alternatif
belum sampai ke proses pengolahan rumput
(MPA), yang bertujuan untuk perluasan
laut, akan tetapi peningkatan pendapatan
kesempatan kerja dan berusaha di kalangan
nelayan mulai dirasakan oleh sebagian besar
nelayan tradisional, hanya akan berhasil apabila
nelayan di Desa Arungkeke.
didukung oleh partisipasi masyarakat. Dalam
kaitannya dengan pengembangan mata Upaya pengembangan mata pencaharian
pencaharian alternatif, partisipasi self- alternatif yang dilaksanakan secara lebih

65
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011

intensif di Desa Arungkeke yang berupa budi a. Nelayan tradisional Desa Arungkeke dapat
daya rumput laut dalam kenyataan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu,
menunjukkan bahwa usaha budi daya tersebut nelayan pape’kang, nelayan yang melaut
cukup menjanjikan untuk peningkatan pada pagi hari dan melakukan aktivitas
kesejahteraan, dan mendorong sebagian mencari ikan antara 4-6 jam per hari;
nelayan untuk ikut melakukan usaha budidaya nelayan dan parawe,’ nelayan yang melaut
rumput laut. Hal ini dibuktikan oleh sebagian mulai sore hari dan pulang pada pagi hari,
besar nelayan tradisional Desa Arungkeke, baik melakukan aktivitas menangkap ikan antara
nelayan pape’kang maupun nelayan parawe’ 12-14 jam per hari.
yang telah menjadikan usaha budi daya rumput b. Upaya pengembangan mata pencaharian
laut sebagai pekerjaan sampingan. Setelah alternatif bagi nelayan tradisional di
nelayan memiliki mata pencaharian alternatif Kabupaten Jeneponto telah dilaksanakan
berupa usaha budi daya rumput laut, baik
sejak tahun 2004, yaitu sejak menurunnya
nelayan pape’kang maupun parawe’ pada
produksi perikanan Kabupaten Jeneponto
umumnya merasa telah mampu memenuhi
dan dilaksanakan secara lebih intensif di
kebutuhan dasar hidupnya.
Desa Arungkeke sejak tahun 2006.
Pengembangan mata pencaharian c. Karena mempunyai waktu luang yang lebih
alternatif di Desa Arungkeke akan dapat banyak, nelayan pape’kang yang pada
diperluas lagi setelah tersedianya berbagai umumnya merupakan korban PHK akibat
sarana dan prasarana jalan, unit rumah bagi banyaknya pemilik kapal penangkap ikan
nelayan miskin, dermaga kayu, MCK, listrik mengalihfungsikan atau menjual kapalnya,
yang dapat dikembangkan menjadi wisata pantai nelayan pape’kang lebih dulu berpartisipasi
dan lebih berkembangnya usaha budi daya dalam mata pencaharian alternatif khusus
pantai dan laut, serta pembuatan lantai jemur usaha budi daya rumput laut. Nelayan
rumput laut untuk meningkatkan kualitas parawe’ berpartisipasi dalam usaha budi
rumput laut agar harga jual rumput laut menjadi daya rumput laut sejak dilaksanakannya
lebih tinggi.
upaya pengembangan mata pencaharian
Tentunya apabila Desa Arungkeke dapat alternatif secara intensif di Desa Arungkeke
dikembangkan sebagai daerah wisata pantai, pada tahun 2006.
akan membuka peluang dan menarik investor d. Partisipasi nelayan dalam upaya
untuk mendorong dinamika pembangunan pengembangan mata pencaharian alternatif
kawasan pesisir pantai Kecamatan Arungkeke. khususnya usaha budi daya rumput laut
Dengan semakin berkembangnya kawasan berkorelasi positif dengan meningkatnya
tersebut akan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan sosial nelayan tradisional
kesejahteraan nelayan tradisional khususnya Desa Arungkeke, baik bagi nelayan
Desa Arungkeke dan Kabupaten Jeneponto pape’kang maupun nelayan parawe’.
pada umumnya. Analisis statistik dengan teknik korelasi
product moment menghasilkan angka
F. PENUTUP korelasi 0,850 dan angka probabilitas 0,000.
Artinya, pengembangan mata pencaharian
1. Kesimpulan
alternatif berpengaruh secara signifikan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat terhadap peningkatan kesejahteraan sosial
disimpulkan dan direkomendasikan sebagai nelayan tradisional Desa Arungkeke.
berikut:
e. Sesuai dengan value-expectancy theory

66
Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif untuk Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Nelayan Tradisional
(Tateki Yoga Tursilarini)

(teori nilai harapan), partisipasi muncul maksimal untuk meningkatkan


apabila ada harapan yang cukup dari kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
program yang dilaksanakan. Tingginya Kebijakan pengembangan kawasan
partisipasi nelayan tradisional dalam tersebut dengan telah tersedianya berbagai
program pengembangan mata pencaharian sarana jalan, perumahan nelayan, fasilitas
alternatif (MPA) didorong oleh besarnya dermaga kayu, fasilitas umum untuk
harapan bahwa MPA akan meningkatkan mendukung pengembangan usaha kecil dan
pendapatan dan kesejahteraan nelayan memperluas kesempatan kerja sehingga
tradisional. akan menarik minat para investor untuk
mendorong pembangunan di kawasan
2. Rekomendasi pesisir di Kecamatan Arungkeke.
Dari kesimpulan tersebut, diajukan e. Bagi Instansi terkait seperti Dinas Sosial,
beberapa rekomendasi sebagai berikut, Dinas Kelautan dan Perikanan, instansi yang
a. Oleh karena pada umumnya nelayan Desa lain serta lembaga sosial yang ada di daerah
Arungkeke belum pernah bekerja di luar yang concern pada masyarakat nelayan
bidang perikanan, partisipasi mereka dalam hendaknya memiliki komitmen yang sama
mata pencaharian alternatif (MPA) pada untuk menjalin kemitraan antar instansi,
dasarnya dilandasi dengan menurunnya lembaga sosial dalam upaya membantu
pendapatan dari perikanan dengan harapan ke masyarakat nelayan keluar dari belenggu
depan mendapatkan kehidupan yang lebih kemiskinan dengan membuat kebijakan
baik. Oleh sebab itu diperlukan penelitian lebih yang lebih bisa memahami karakteristik
jauh tentang efektivitas pengembangan mata masyarakat nelayan yang sangat berbeda
pencaharian alternatif dalam meningkatkan dengan masyarakat lainnya. Program
kesejahteraan sosial nelayan tradisional. pemberdayaan masyar akat nelayan
b. Pengembangan mata pencaharian alternatif seharusnya bisa menjadi suatu kegiatan
(MPA) dalam rangka peningkatan pengembangan yang lebih mengarah pada
kesejahteraan sosial nelayan tradisional kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat
seyogyanya tidak sepenuhnya menarik nelayan, dan mereka dilatih untuk bisa
nelayan dari bidang perikanan dan kelautan. mencari alternatif pemecahan sendiri, agar
mereka tetap dapat survive dalam
c. Diperlukan pengembangan ketrampilan dan
menghadapi permasalahan hidupnya. Tugas
keahlian di bidang budidaya perikanan dan
pemerintah serta pihak lain adalah
budidaya rumput laut yang meliputi metode
membantu agar alternatif pemecahan
dan strategi manajemen budidaya tersebut
tersebut bisa dilaksanakan di samping
sehingga produk perikanan dan rumput laut
memberikan alternatif pilihan lainnya yang
yang dihasilkan mampu bersaing dengan
selama ini belum dilakukan oleh masyarakat
produk lainnya.
nelayan.
d. Dukungan dan konsistensi kebijakan
Pemerintah Daerah Kabupaten Jeneponto ***
sangat dibutuhkan untuk pengembangan
kawasan pesisir Kecamatan Arungkeke
yaitu Desa Lassang-Lassang dan Desa
Sicini agar potensi sumber daya baik
perikanan, rumput laut dan sumber daya
yang lainnya dapat dimanfaatkan secara

67
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011

BIBLIOGRAFI

Avenroza, Ahmad dkk, 2007, Analisis dan Perhitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2007,
Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Abidin, A.Z, 2002, Kebijakan Publik, Yayasan Pancur Siwah, Yogyakarta.
Andi Adri Arief, Modernisasi Perikanan: Apa Yang Terjadi? (http://www.scribd.com/doc/14684717/
Modernisasi-Perikanan, tanggal 16/10/2010).
Consuelo G. Sevilla, dkk, 1993, Pengantar Metode Penelitian, UI Press, Jakarta.
DKP dan BPN kerjasama Pengembangan Usaha Ekonomi bagi Nelayan, Data Penduduk Miskin
Indonesia, Departemen Komunikasi dan Informatika RI.
Fishbein, M & Azjen, I,1975, Belief, Attitude, Intention and Behavior : An Introduction to
Theory and Research, Addison-Wiley Publising Company, Massachusetts.
Pretty, Jules, N, 1995. “Participatory Learning for Suistanable Agriculture”, Suistinable
Agriculture Programme, International Institute for Enviroment and Development, 3
Endsleigh Street, London.
Kecamatan Arungkeke Dalam Angka Tahun 2009. Koordinator Statistik Kecamatan
Arungkeke dan BPS Kabupaten Jeneponto.
Kusnadi, 2008, Akar Kemiskinan Nelayan, LKiS, Yogyakarta.
Salim, Agus, 2001, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (dari Denzin Guba dan
Penerapannya), Tiara Wacana, Yogyakarta.
Suyanto, Bagong,1996, Kemiskinan dan Kebijakan Pembangunan, Aditya Media, Yogyakarta.
Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

68

You might also like