Professional Documents
Culture Documents
Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Nelayan Tradisional Di Desa Arungkeke Kecamatan Arungkeke
Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Nelayan Tradisional Di Desa Arungkeke Kecamatan Arungkeke
ABSTRACT
It is so ironic to know that Indonesia as a maritime nation with its area of 5.8 km squares
and abundant sea resources, but in reality most fishermen live in poverty and experience limits
either in economic, social, or in politic. Eradicating poverty gives the emphasis on the
participation of the entire society including the poor society in order to help them selves being
free from the poverty. The research is done purposively in Desa Arungkeke Kecamatan Arungkeke
Kabupaten Jeneponto. The research population is taken from the 30 traditional fishermen who
are head of family and several informants from related institutions, public figures, and social
organizations which are concerned on fishermen. The data are taken by conducting interview
and equipped with document study. The data analysis is done in two approaches i.e. qualitative
description and product moment analysis.
The research results that the fishermen pape’kang and parawe’ have participated in
improving alternatif occupation by cultivating seaweed. The traditional fishermen participation
in the effort of developing alternatif occupation positively correlates to the improvement of
traditional fishermen welfare.
It is recommended that the alternatif occupation development in improving the traditional
fishermen social welfare does not fully draw the fishermen from the fishery and nautical field.
Then, it needs further development on skill and competence in the field of fishery and seaweed
covering from the methods and cultivation managerial strategies so that the products can
compete with the others. Also, the support and policy consistency of the Local Government are
highly needed to develop the coastal area in Kecamatan Arungkeke. Last, related institutions
as well as Social Organizations in the local area are to interlink partnership in the effort of
helping fishermen community to be free from poverty.
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara maritim dengan luas mencapai 5,8 kilometer persegi
dan memiliki sumber daya kelautan yang sangat melimpah, namun sangatlah ironis untuk
mengetahui bahwa pada kenyataannya kebanyakan nelayan Indonesia hidup dalam kemiskinan
* Tateki Yoga Tursilarini, adalah Peneliti Muda pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan
Sosial (B2P3KS), Yogyakarta.
53
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011
dan mengalami banyak keterbatasan baik dalam bidang ekonomi, sosial, atau dalam bidang
politik. Upaya menghapuskan kemiskinan memerlukan partisipasi seluruh anggota masyarakat
temasuk masyarakat miskin untuk membantu diri mereka sendiri lepas dari jeratan kemiskinan.
Penelitian ini dilakukan di Desa Arungkeke Kecamatan Arungkeke Kabupaten Janeponto.
Populasi dalam penelitian ini diambil dari 30 nelayan tradisional yang juga merupakan kepala
keluarga dan beberapa informan dari institusi-institusi yang terkait, tokoh masyarakat, dan
organisasi sosial yang bergerak dalam bidang perikanan dan nelayan. Analisis data dilakukan
dalam dua pendekatan yaitu deskripsi kualitatif dan analisis produk waktu.
Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa pape’kang dan parawe’ para nelayan ikut
berperan serta dalam memberikan mata pencaharian tambahan bagi para nelayan dengan
membudidayakan rumput laut. Partisipasi nelayan tradisional dalam usaha menyediakan mata
pencaharian tambahan secara positif berkorelasi dengan peningkatan kesejahteraan nelayan.
Namun sangat direkomendasikan agar penyediaan mata pencaharian tambahan bagi
para nelayan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan para nelayan agar tidak
mengalihkan perhatian para nelayan dari mata pencaharian utama mereka yaitu perikanan.
Selain itu diperlukan juga peningkatan kemampuan dan kompetensi dalam bidang perikanan
dan rumput laut yang mencakup metode dan strategi pengaturan pembudidayaan sehingga
prouk yang mereka hasilkan dapat bersaing dengan produsen lain. Selain itu, dukunagn dan
kebijakan yang sesuai dari Pemerintah Daerah juga diperlukan untuk membangun kawasan
pesisir yang terdapat di Kecamatan Arungkeke. Terakhir, juga diperlukan kerjasama dari
instutusi-institusi yang terkait termasuk di dalamnya Organisasi Sosial lokal untuk bersama-
sama membantu dalam uapaya membebaskan komunitas nelayan dari kemiskinan.
Kata-kata kunci: mata pencaharian tambahan, kesejahteraan sosial, nelayan tradisional.
A. PENDAHULUAN
sumber daya laut lainnya yang siap untuk
Dalam pembahasan tentang kelautan dan dieksploitasi oleh para nelayan, tetapi
perikanan, Indonesia merupakan negara yang kenyataannya sebagian besar nelayan masih
senantiasa menjadi perhatian dunia. Hal ini hidup miskin dalam berbagai keterbatasan, baik
paling tidak disebabkan oleh tiga hal, yaitu : 1 ekonomi, sosial, politik maupun pendidikan.
Bahwa keberanian dan ketangguhan pelaut-
pelaut Indonesia sudah sejak lama dikenal di Beber apa hasil penelitian tentang
berbagai belahan bumi, bahkan di beberapa kemiskinan yang menemukan bahwa di antara
wilayah tertentu seolah telah menjadi legenda kelompok masyarakat miskin, kelompok
; 2. Indonesia memiliki wilayah perairan seluas nelayan tradisional merupakan kelompok yang
± 5,8 juta km², dan ; 3. Indonesia memiliki paling miskin serta merupakan kelompok sosial
potensi sumber daya dan produksi ikan yang terbesar dalam populasi masyarakat nelayan
sangat besar dan merupakan negara penghasil di Indonesia. Kondisi ini disebabkan oleh
ikan nomor lima terbesar di dunia setelah Cina, tingginya ketergantungan nelayan tradisional
Peru, Chili dan Amerika Serikat. kepada keadaan alam. Artinya, dalam
melaksanakan kegiatan usahanya nelayan
Ironisnya adalah di negeri yang luas lautnya tradisional sangat tergantung pada kondisi alam.
sekitar 5,8 juta km², dengan potensi sumber Apabila cuaca buruk, maka aktivitas bekerja
daya laut yang berlimpah ruah seperti, ikan, nelayan tradisional akan mengalami hambatan.
kepiting, udang, kerang-kerangan dan berbagai Keadaan tersebut terjadi bersamaan dengan
54
Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif untuk Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Nelayan Tradisional
(Tateki Yoga Tursilarini)
55
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011
56
Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif untuk Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Nelayan Tradisional
(Tateki Yoga Tursilarini)
57
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011
58
Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif untuk Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Nelayan Tradisional
(Tateki Yoga Tursilarini)
59
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011
60
Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif untuk Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Nelayan Tradisional
(Tateki Yoga Tursilarini)
61
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011
wisata pantai berupa aspal, jalan beton, fasilitas penangkapan terdiri dari 2-3 orang.
MCK dan 144 unit sambungan listrik PLN. (b) Nelayan melaut pada malam hari
Untuk menunjang upaya pengembangan mata (berangkat sore pulang pagi). Kelompok ini
pencaharianalternatif, pada tahun anggaran dikenal dengan nama Parawe’. Alat
2011 direncanakan pembangunan lantai jemur tangkap yang digunakan sedikit lebih maju
rumput laut di Dusun Lassang-Lassang. dibanding dengan nelayan pape’kang,
perahu yang digunakan berukuran lebih
2) Partisipasi Masyarakat
besar (Jolloro’: istilah lokal) bermesin 12
Partisipasi masyarakat merupakan faktor PK, organisasi penangkapan beranggota
penentu utama bagi keberhasilan pelaksanaan antara 5-6 orang. Hasil tangkapan berupa
suatu program pembangunan masyarakat. ikan palagis kecil, seperti, selar, lemuru,
Sebaik apapun suatu program pembangunan, katamba, dan udang.
apabila tanpa dukungan partisipasi masyarakat
Sebagian besar nelayan tradisional dan
maka sulit diharapkan untuk mencapai hasil yang
nelayan buruh di Desa Arungkeke telah
optimal. Sementara itu, partisipasi masyarakat
berpartisipasi dalam usaha budi daya rumput
dalam suatu program pembangunan tidak
laut sebagai pekerjaan sampingan. Data tentang
tumbuh begitu saja melainkan melalui suatu
pekerjaan dan mata pencaharian nelayan
proses mengikuti model teori nilai harapan
tradisional secara langsung menjelaskan
(value-expectancy theory). Teori ini
mengenai partisipasinya dalam mata
memprediksi sikap manusia terhadap obyek dan
pencaharian alternatif baik bidang perikanan
tindakan. Teori ini sangat penting untuk
maupun di luar perikanan, sebagaimana
mengetahui expectancy (harapan), value (nilai),
disajikan dalam tabel 3 berikut,
beliefs (keyakinan), attitude (sikap), dan
gratification sought (pencarian kepuasan).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nelayan Tradisional
Seseorang akan berpartisipasi dalam suatu (Kepala Keluarga) Menurut Mata Pencaharian
kegiatan apabila ia mengharapkan suatu nilai Pokok dan Sampingan di Desa Arungkeke
dari kegiatan tersebut. Dengan kata lain, bahwa No. Jenis Mata Pencaharian Pokok Sampingan
nelayan tradisional akan berpartisipasi dalam 1. Nelayan 30 -
mata pencaharian di luar bidang perikanan 2. Tani Rumput Laut - 27
apabila ia mengharapkan suatu nilai tambah dari 3. Pertanian sawah/ladang - 4
mata pencaharian tersebut. 4. Pertukangan - 2
5. Dagang - 1
Secara umum nelayan tradisional di Desa 6. Transportasi - 2
Arungkeke, dapat dibedakan menjadi dua Jumlah 30 36
kelompok, yaitu, Sumber Data Hasil Wawancara Tahun 2010
(a) Nelayan yang mulai melaut pada pagi hari
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa
dan pulang pada siang hari (rata-rata 4-6
seluruh nelayan tradisional sebagai kepala
jam). Alat tangkap yang digunakan sangat
keluarga di Desa Arungkeke memiliki pekerjaan
sederhana, seperti perahu bermesin tempel
sampingan di luar pekerjaan sebagai nelayan,
ber-PK kecil (katinting: istilah lokal), bahkan terdapat 6 orang (20 %) yang memiliki
pancing, dan jaring bentang berukuran kecil. lebih dari satu pekerjaan sampingan. Hal ini
Kelompok ini dikenal sebagai nelayan menggambarkan bahwa nelayan tradisional di
Pape’kang (pemancing). Jarak jelajah Desa Arungkeke tidak hanya sekedar bersikap
nelayan ini dalam mencari ikan hanya positif terhadap mata pencaharian alternatif
sekitar 1-3 mil dari pantai dengan organisasi melainkan telah berpartisipasi dan berperan di
62
Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif untuk Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Nelayan Tradisional
(Tateki Yoga Tursilarini)
dalam mengembangkan mata pencaharian operasional. Dari usaha mencari ikan nelayan
alternatif baik di bidang perikanan maupun di pape’kang ini memperoleh penghasilan rata-
luar bidang perikanan. rata antara Rp.10.000, s.d. Rp. 15.000,- per
hari. Dalam kerjasama ini selanjutnya nelayan
b. Peningkatan K esejahteraan pape’kang dapat menggunakan perahu
Sosial Nelayan Tradisional (katinting) untuk mengurus tanaman laut
Keterpurukan nelayan tradisional Desa miliknya tanpaharus menyewa, dan sebagai
Arungkeke mulai terasa pada tahun 2004. Hal imbalannya nelayan berkewajiban mengurus
ini disebabkan oleh banyaknya pemilik kapal tanaman rumput laut kepunyaan pemilik
penangkap ikan yang meng-alihfungsikan perahu, dari mulai menanam, merawat sampai
kapalnya menjadi kapal pengangkut kayu dan memanen.
banyaknya pemilik kapal yang menjual kapalnya Lain halnya dengan nelayan parawe’ tetap
kepada pengusaha perikanan dari daerah lain. menggunakan pola lama (pola Juragan-sawi),
Akibatnya, banyak nelayan tradisional dan di mana pembagian hasil adalah 1:2, satu bagian
nelayan buruh yang terpaksa menganggur. untuk juragan (pemilik perahu) dan dua bagian
Sebagian besar nelayan tradisional dan nelayan untuk sawi (awak perahu). Kelompok nelayan
buruh berada dalam kondisi yang sangat miskin, parawe’ ini memang tidak pernah benar-benar
sehingga untuk memenuhi kebutuhan makan terpuruk karena mereka tidak pernah
sehari-hari saja terasa sulit. kehilangan mata pencaharian. Dari usaha
Sebagian nelayan tradisional dan nelayan mencari ikan, nelayan parawe’ memperoleh
buruh Desa Arungkeke yang kehilangan mata penghasilan antara Rp. 30.000, s.d. Rp. 40.000,-
pencaharian mulai melirik usaha budi daya per hari. Penghasilan tersebut belum termasuk
rumput laut. Akan tetapi untuk menjadi petani penghasilan dari usaha budi daya rumput laut.
rumput laut bukanlah tanpa hambatan. Dari pembahasan di atas jelas
Dibutuhkan modal untuk memulai usaha budi menunjukkan bahwa baik nelayan pape’kang
daya rumput laut, padahal diketahui bahwa maupun nelayan parawe’ Desa Arungkeke,
masalah utama yang dihadapi oleh nelayan mengalami peningkatan pendapatan setelah
tradisional dan nelayan buruh adalah tidak berpartisipasi dalam mata pencaharian
dimilikinya peralatan kerja seperti perahu serta alternatif berupa usaha budi daya rumput laut.
terbatasnya akses ke lembaga-lembaga Dengan meningkatnya pendapatan nelayan
permodalan. maka akan semakin banyak kebutuhan dasar
Seiring berjalannya usaha budi daya yang dapat dipenuhi.
rumput laut di Desa Arungkeke, terbentuk suatu Melalui wawancara terhadap 30 orang
model pola hubungan baru antara nelayan Kepala Keluarga nelayan tradisional Desa
pemilik per ahu dengan nelayan buruh. Arungkeke diperoleh data yang menunjukkan
Beberapa nelayan pemilik perahu bermesin bahwa sejak melibatkan diri dalam mata
tempel ber PK kecil memilih berhenti melaut pencaharian alternatif berupa usaha budi daya
dan menjalin kerjasama dengan nelayan buruh rumput laut, baik nelayan pape’kang maupun
yang tidak memiliki alat tangkap. Pemilik perahu parawe’ pada umumnya merasa telah mampu
menyerahkan alat perahunya untuk digunakan memenuhi kebutuhan dasar hidupnya berupa
oleh nelayan yang dengan sistem bagi hasil kebutuhan pangan, sandang, dan papan serta
yang berbeda dengan sistem yang berlaku kebutuhan sosial berupa pemenuhan biaya
sebelumnya. Ikan hasil tangkapan dibagi rata pendidikan anak sampai setingkat SLTA dan
antara pemilik perahu dengan nelayan buruh pemenuhan biaya kesehatan.
setelah dikeluarkan untuk biaya-biaya
63
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011
64
Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif untuk Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Nelayan Tradisional
(Tateki Yoga Tursilarini)
tingkat pendidikan yang rendah, dan semua itu mobilization (partisipasi mandiri), di mana
menjadikan nelayan semakin sulit dalam masyarakat berpartisipasi dengan jalan
menjalani kehidupan. mengambil inisiatif secara independen untuk
merubah sistem.
Nelayan tetap hidup dalam
ketidakberdayaan dan keterbatasan ekonomi, Di tengah ketidakpastian akan nasib
sosial, politik dan pendidikan. Keterbatasan nelayan yang hanya mengandalkan bidang
tersebut terwujud pada ketidakmampuan perikanan saja, pengembangan mata
nelayan ikut ambil bagian di dalam ekonomi pencaharian alternatif di luar bidang perikanan
pasar yang dapat menguntungkan bagi dirinya, merupakan salah satu alternatif bagi nelayan
tidak dilibatkannya dalam pengambilan tradisional dan buruh nelayan untuk
keputusan meskipun semua itu untuk meningkatkan kesejahteraan sosialnya. Secara
kepentingan mereka sendiri. Demikian juga umum, tujuan pengembangan mata
kebijakan tentang pengkaplingan wilayah pencaharian alternatif memberikan perluasan
perairan yang dilakukan oleh pengusaha kesempatan kerja dan berusaha di kalangan
perikanan yang berskala besar, yang tentunya nelayan tradisional. Perluasan kesempatan
kebijakan tersebut tidak bisa melindungi hak- kerja dan berusaha diharapkan akan lebih
hak nelayan lokal yang memiliki banyak berkembangnya usaha penangkapan ikan yang
keterbatasan. lebih produktif dan berwawasan lingkungan;
berkembangnya usaha budi daya pantai dan
Program pemberdayaan nelayan miskin,
laut; berkembangnya usaha pengelolaan pasca
memberi penekanan pada partisipasi seluruh
panen; dan berkembangnya wisata laut.
masyarakat dalam kegiatan pengentasan
kemiskinan, termasuk di dalamnya partisipasi dari Berbagai keterbatasan dan
rakyat miskin itu sendiri. Mengacu pada teori ketidakberdayaan, tidak serta merta menjadikan
value-expectancy theory, partisipasi muncul nelayan tidak memiliki kemauan untuk merubah
apabila ada harapan yang lebih baik dari dari nasib agar lebih baik. Nelayan tradisional di
program yang dilaksanakan. Tingginya Desa Arungkeke yang terikat oleh kebudayaan
partisipasi nelayan tradisional dalam program Bugis-Makassar yang cenderung ekspresif dan
pengembangan mata pencaharian alternatif lebih terbuka serta memiliki keberanian
(MPA) didorong oleh besarnya nilai harapan menantang alam, kegigihan dan ketangguhan
terhadap MPA baik di bidang perikanan maupun dalam bekerja. Nilai-nilai tersebut telah diwarisi
di luar perikanan yang dapat meningkatkan dari orangtua bahkan dari nenek moyang
kesejahteraan nelayan tradisional. mereka. Hal ini dibuktikan ketika pada tahun
2004 nelayan di Kabupaten Jeneponto
Program pengentasan kemiskinan harus
mengalami penurunan produksi sumber daya
bersifat partisipatif, dalam arti membuka
ikan (SDI), mereka bangkit untuk memilih
kesempatan seluas-luasnya kepada rakyat
alternatif pekerjaan lain di luar bidang perikanan
miskin untuk membantu dirinya sendiri keluar
yaitu mulai dikembangkan budi daya rumput
dari keadaan kemiskinan yang dialami.
laut. Meskipun baru dalam tataran budi daya
Pengembangan mata pencaharian alternatif
belum sampai ke proses pengolahan rumput
(MPA), yang bertujuan untuk perluasan
laut, akan tetapi peningkatan pendapatan
kesempatan kerja dan berusaha di kalangan
nelayan mulai dirasakan oleh sebagian besar
nelayan tradisional, hanya akan berhasil apabila
nelayan di Desa Arungkeke.
didukung oleh partisipasi masyarakat. Dalam
kaitannya dengan pengembangan mata Upaya pengembangan mata pencaharian
pencaharian alternatif, partisipasi self- alternatif yang dilaksanakan secara lebih
65
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011
intensif di Desa Arungkeke yang berupa budi a. Nelayan tradisional Desa Arungkeke dapat
daya rumput laut dalam kenyataan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu,
menunjukkan bahwa usaha budi daya tersebut nelayan pape’kang, nelayan yang melaut
cukup menjanjikan untuk peningkatan pada pagi hari dan melakukan aktivitas
kesejahteraan, dan mendorong sebagian mencari ikan antara 4-6 jam per hari;
nelayan untuk ikut melakukan usaha budidaya nelayan dan parawe,’ nelayan yang melaut
rumput laut. Hal ini dibuktikan oleh sebagian mulai sore hari dan pulang pada pagi hari,
besar nelayan tradisional Desa Arungkeke, baik melakukan aktivitas menangkap ikan antara
nelayan pape’kang maupun nelayan parawe’ 12-14 jam per hari.
yang telah menjadikan usaha budi daya rumput b. Upaya pengembangan mata pencaharian
laut sebagai pekerjaan sampingan. Setelah alternatif bagi nelayan tradisional di
nelayan memiliki mata pencaharian alternatif Kabupaten Jeneponto telah dilaksanakan
berupa usaha budi daya rumput laut, baik
sejak tahun 2004, yaitu sejak menurunnya
nelayan pape’kang maupun parawe’ pada
produksi perikanan Kabupaten Jeneponto
umumnya merasa telah mampu memenuhi
dan dilaksanakan secara lebih intensif di
kebutuhan dasar hidupnya.
Desa Arungkeke sejak tahun 2006.
Pengembangan mata pencaharian c. Karena mempunyai waktu luang yang lebih
alternatif di Desa Arungkeke akan dapat banyak, nelayan pape’kang yang pada
diperluas lagi setelah tersedianya berbagai umumnya merupakan korban PHK akibat
sarana dan prasarana jalan, unit rumah bagi banyaknya pemilik kapal penangkap ikan
nelayan miskin, dermaga kayu, MCK, listrik mengalihfungsikan atau menjual kapalnya,
yang dapat dikembangkan menjadi wisata pantai nelayan pape’kang lebih dulu berpartisipasi
dan lebih berkembangnya usaha budi daya dalam mata pencaharian alternatif khusus
pantai dan laut, serta pembuatan lantai jemur usaha budi daya rumput laut. Nelayan
rumput laut untuk meningkatkan kualitas parawe’ berpartisipasi dalam usaha budi
rumput laut agar harga jual rumput laut menjadi daya rumput laut sejak dilaksanakannya
lebih tinggi.
upaya pengembangan mata pencaharian
Tentunya apabila Desa Arungkeke dapat alternatif secara intensif di Desa Arungkeke
dikembangkan sebagai daerah wisata pantai, pada tahun 2006.
akan membuka peluang dan menarik investor d. Partisipasi nelayan dalam upaya
untuk mendorong dinamika pembangunan pengembangan mata pencaharian alternatif
kawasan pesisir pantai Kecamatan Arungkeke. khususnya usaha budi daya rumput laut
Dengan semakin berkembangnya kawasan berkorelasi positif dengan meningkatnya
tersebut akan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan sosial nelayan tradisional
kesejahteraan nelayan tradisional khususnya Desa Arungkeke, baik bagi nelayan
Desa Arungkeke dan Kabupaten Jeneponto pape’kang maupun nelayan parawe’.
pada umumnya. Analisis statistik dengan teknik korelasi
product moment menghasilkan angka
F. PENUTUP korelasi 0,850 dan angka probabilitas 0,000.
Artinya, pengembangan mata pencaharian
1. Kesimpulan
alternatif berpengaruh secara signifikan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat terhadap peningkatan kesejahteraan sosial
disimpulkan dan direkomendasikan sebagai nelayan tradisional Desa Arungkeke.
berikut:
e. Sesuai dengan value-expectancy theory
66
Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif untuk Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Nelayan Tradisional
(Tateki Yoga Tursilarini)
67
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011
BIBLIOGRAFI
Avenroza, Ahmad dkk, 2007, Analisis dan Perhitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2007,
Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Abidin, A.Z, 2002, Kebijakan Publik, Yayasan Pancur Siwah, Yogyakarta.
Andi Adri Arief, Modernisasi Perikanan: Apa Yang Terjadi? (http://www.scribd.com/doc/14684717/
Modernisasi-Perikanan, tanggal 16/10/2010).
Consuelo G. Sevilla, dkk, 1993, Pengantar Metode Penelitian, UI Press, Jakarta.
DKP dan BPN kerjasama Pengembangan Usaha Ekonomi bagi Nelayan, Data Penduduk Miskin
Indonesia, Departemen Komunikasi dan Informatika RI.
Fishbein, M & Azjen, I,1975, Belief, Attitude, Intention and Behavior : An Introduction to
Theory and Research, Addison-Wiley Publising Company, Massachusetts.
Pretty, Jules, N, 1995. “Participatory Learning for Suistanable Agriculture”, Suistinable
Agriculture Programme, International Institute for Enviroment and Development, 3
Endsleigh Street, London.
Kecamatan Arungkeke Dalam Angka Tahun 2009. Koordinator Statistik Kecamatan
Arungkeke dan BPS Kabupaten Jeneponto.
Kusnadi, 2008, Akar Kemiskinan Nelayan, LKiS, Yogyakarta.
Salim, Agus, 2001, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (dari Denzin Guba dan
Penerapannya), Tiara Wacana, Yogyakarta.
Suyanto, Bagong,1996, Kemiskinan dan Kebijakan Pembangunan, Aditya Media, Yogyakarta.
Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
68