Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 28

Volume XVIII No.

3, Desember 2015 ISSN 1979 - 6471

FAKTOR-FAKTOR PENENTU TINGKAT PEMAHAMAN


AKUNTANSI

Edy Suprianto
Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Sultan Agung
edy_2806@yahoo.co.id

Septian Harryoga
Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Sultan Agung

ABSTRACT
Framework for the Development of Accounting Education Research which is
promulgated by the American Accounting Association (AAA), state that special
research for accounting education is a need. Tikollah et al. (2006) found that the
degree of accounting knowledge is increased by emotional intelligence and students’
self-confidence. This study tries to evaluate the effect of emotional intelligence, study
behavior, and culture to the degree of accounting knowledge that is moderated by
self confidence. The research population is all of the students in Semarang. While the
samples were collected using purposive sampling method. There are two criteria to
choose the samples; which are (1) student from the accounting department in sixth
until eighth semester, and (2) the students in Sultan Agung Islamic University,
Diponegoro University and Semarang State University. Based on these criteria, the
samples are counted by 96 students. The result revealed that emotional intelligence
and study behavior has a significant positive effect to the degree of accounting
knowledge. Culture does not have a significant effect to the the degree of accounting
knowledge. Moreover, the research could not provide evidence that self-confidence
is a moderating variable to increase degree of accounting knowledge.
Keywords: emotional intelligence, study behaviour, culture, accounting knowledge,
self-confidence

PENDAHULUAN
Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan tertinggi dalam sistem
pendidikan nasional Indonesia, yang diharapkan akan menciptakan manusia
berkualitas dan intelektual sehingga mampu mengubah masa depan bangsa yang
lebih baik. Hal ini juga sesuai dengan yang dinyatakan oleh Suwardjono (2004)
bahwa mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi dituntut tidak hanya mempunyai
keterampilan teknis tetapi juga memiliki daya dan kerangka pikir serta sikap mental
dan kepribadian tertentu, sehingga mempunyai wawasan luas dalam menghadapi
masalah-masalah dalam dunia nyata (masyarakat). Salah satu faktor yang dapat

Jurnal Ekonomi dan Bisnis 75


Volume XVIII No. 3, Desember 2015 ISSN 1979 - 6471

mendukung keberhasilan pendidikan tinggi akuntansi adalah sikap, mental serta


kemampuan membaca diri sendiri. Dalam kaitannya dengan aspek psikologi
personal, pengertian tersebut sering diistilahkan dengan emotional quotient (EQ).
Selanjutnya penelitian ini mencoba menganalisis bagaimana perguruan tinggi dapat
mencapai tujuan yang diharapkan tersebut.
Menurut Goleman (2000), kecerdasan emosional merupakan kemampuan
merasakan dan memahami secara efektif dalam hal penerapan daya dan kepekaan
emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi.
Dengan kemampuan tersebut maka mahasiswa akan mampu mengenal siapa dirinya,
mengendalikan diri, memotivasi diri, berempati terhadap lingkungan sekitarnya dan
memiliki keterampilan bersosialisasi berdasarkan kemampuan untuk meningkatkan
kualitas pemahaman mereka tentang akuntansi. Kemampuan ini mendukung
mahasiswa dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.
Goleman (2000) menyatakan bahwa kemampuan akademik bawaan, nilai
rapor dan prediksi kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi seberapa baik
kinerja seseorang sudah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang dicapainya dalam
hidup. Kecerdasan emosional menentukan seberapa baik seseorang menggunakan
keterampilan-keterampilan yang dimilikinya, termasuk keterampilan intelektual.
Paradigma lama menganggap bahwa kondisi ideal adalah adanya nalar yang bebas
dari emosi. Namun paradigma baru menganggap perlunya kesesuaian antara kepala
dan hati. Hal ini didukung oleh hasil survei yang dilakukan di Amerika serikat
tentang kecerdasan emosional, yang menjelaskan bahwa apa yang diinginkan oleh
pemberi kerja tidak hanya keterampilan teknik saja, tetapi juga dibutuhkan
kemampuan dasar untuk belajar dalam pekerjaan yang bersangkutan. Kemampuan
dasar tersebut diantaranya adalah kemampuan mendengarkan dan berkomunikasi
lisan, adaptasi, kreatifitas, ketahanan mental terhadap kegagalan, kepercayaan diri,
motivasi, kerjasama tim dan keinginan memberi kontribusi terhadap perusahaan.
Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu
mengendalikan emosinya sehingga dapat menghasilkan optimalisasi pada fungsi
kerjanya.
Selain faktor kecerdasaan emosional, penelitian ini juga dimaksudkan untuk
mencari jawaban atas fenomena tersebut dengan menambahkan variabel perilaku
belajar mahasiswa akuntansi di perguruan tinggi. Perilaku belajar mahasiswa dapat
berupa kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke
perpustakaan dan kebiasaan menghadapi ujian. Variabel perilaku belajar di
perguruan tinggi ini merupakan pemikiran Suwardjono (2004) tentang perilaku
belajar di perguruan tinggi, yang menggugat sistem pembelajaran perguruan tinggi
yang belum memenuhi standar proses belajar mengajar dengan benar dan ideal,
sehingga hasil belajar di perguruan tinggi tidak maksimal.

76 Jurnal Ekonomi dan Bisnis


Volume XVIII No. 3, Desember 2015 ISSN 1979 - 6471

Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu privilege, karena hanya orang


yang memenuhi syarat saja yang berhak belajar di perguruan tinggi. Privelege yang
melekat pada mereka yang belajar di suatu perguruan tinggi tidak hanya terletak pada
kondisi fisik dan sumber daya manusia yang disediakan saja, tetapi juga pada
pengakuan secara formal bahwa seseorang telah menjalani belajar dan pelatihan
tertentu (Suwardjono 2004).
Hamalik (2001) dalam Suyanti (2006) menyatakan bahwa salah satu faktor
yang bersumber dari dalam diri sendiri adalah kebiasaan belajar atau perilaku belajar.
Perilaku belajar merupakan kebiasaan belajar yang dilakukan oleh individu secara
berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau berlangsung secara spontan. Perilaku
belajar tidak dirasakan sebagai beban melainkan sebagai kebutuhan. Hal ini tercipta
karena secara terus-menerus dilakukan dengan bimbingan dan pengawasan serta
keteladanan dalam semua aspek dan kreatifitas pendidikan. Selain itu terdapat
kondisi dan situasi perkuliahan yang diciptakan untuk mendukung berlangsungnya
kreatifitas dan kegiatan-kegiatan lain dalam konteks pembelajaran.
Boyer (1990) dalam Suyanti (2006) menyatakan bahwa “the work of
professor consists of four overlaping function: the advancement of knowledge, the
synthesis of knowledge, the application of knowledge, and the communication of
knowledge to those world learn”. Dengan demikian, pendidikan akuntansi mencakup
dimensi pengajaran (teaching) dan riset. Riset dalam pendidikan akuntansi bukan
semata-mata mengajarkan hasil penelitian kepada mahasiswa, tetapi lebih jauh
memahami perilaku dan presentasi mahasiswa melalui riset yang pada akhirnya
disampaikan kepada mahasiswa dalam bentuk kebijakan, misalnya seperti kurikulum
(Albrecht et al., 1994 dalam Suyanti 2006).
Hal ini sejalan dengan usulan Framework for the Development of Accounting
Education Research yang dikeluarakan oleh American Accounting Association
(AAA). William et al. (1985) dalam Suyanti (2006) menyatakan adanya kebutuhan
riset pendidikan akuntansi tambahan tentang pengaruh demografi terhadap prestasi
akademik mahasiswa. Namun setelah di tijau dari berbagai aspek, lingkup demografi
masih terlalu luas untuk diteliti. Oleh karena itu lingkup demografi akan diturunkan
menjadi tataran empiris sesuai dasar penelitian sebelumnya yang menyebutkan
bahwa faktor budaya yang merupakan salah satu dimensi dari demografi yang
mampu memengaruhi tingkat pemahaman akuntansi (Gray 2001 dalam Suyanti
2006).
Terdapat banyak perbedaan mengenai budaya dalam berperilaku seperti
dalam cara berpikir, memahami dan berperilaku budaya. Sebagian besar konsep
tersebut berasal dari ranah antropologi, namun hanya sedikit kesepakatan mengenai
definisinya (Choi 1995 dalam Muhibbin 2000). Budaya didefinisikan sebagai
kompleksitas yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat,
kemampuan lain dan kebiasaan yang diakuisisi oleh manusia sebagai anggota

Jurnal Ekonomi dan Bisnis 77


Volume XVIII No. 3, Desember 2015 ISSN 1979 - 6471

masyarakat (Tylor 1871 dalam Slameta 1991). Kroeber dan Kluckhohn (1952) dalam
Slameta (1991) menunjukkan bahwa budaya dapat dilihat sebagai produk perilaku
yang membentuk perilaku seseorang.
Budaya yang berbeda juga membawa variasi dalam cara dan preferensi siswa
dalam belajar. Conlan (1996) dalam Suyanti (2006) menunjukkan bahwa pendekatan
belajar yang diadopsi oleh siswa berlatar belakang budaya Asia pada umumnya
melibatkan menghafal materi belajar. Sebaliknya, banyak siswa dan orang-orang dari
latar belakang budaya barat telah didorong untuk belajar melalui fakta dan
pertanyaan pemahaman tentang konsep.
Setiap orang memiliki latar belakang budaya yang dipelihara oleh
pengalaman pendidikan mereka, sehingga harus diakui bahwa orang-orang dibentuk
oleh kebudayaan walaupun mereka masih individu yang unik. Chin et al. (2000)
dalam Suryaningsum et al. (2004) melaporkan bahwa siswa dari latar belakang
budaya barat tampak lebih percaya diri dalam menggunakan bahan berbasis web,
namun siswa Asia terbukti lebih sedikit mengakses materi berbasis web. Temuan ini
menguatkan temuan Hofstede (seperti dikutip dalam Chin et al., 2000) bahwa
pembelajaran gaya barat lebih terbiasa berpusat pada siswa, sedangkan pembelajaran
dalam budaya Asia lebih berpusat pada guru (Maryati 2008). Dari situasi seperti
yang diungkapkan diatas terungkap bahwa masih ada banyak perbedaan mengenai
budaya dalam berperilaku, cara berpikir, memahami suatu proses atau fenomena dan
berperilaku budaya. Penelitian ini berusaha untuk memperbesar ruang lingkup studi
dengan mencakup sejumlah besar mahasiswa di tiga perguruan tinggi di Semarang
yaitu Universitas Islam Sultan Agung, Universitas Diponegoro dan Universitas
Negeri Semarang. Penelitian ini difokuskan pada mahasiswa akuntansi (S1) guna
mengidentifikasi apakah variabel budaya berpengaruh terhadap tingkat pemahaman
akuntansi mereka.
Penelitian ini diperkuat dengan adanya kepercayaan diri sebagai variabel
moderasi yang mampu memberikan efek memperkuat ataupun memperlemah
hubungan antara kecerdasaan emosional, perilaku belajar dan budaya terhadap
tingkat pemahaman akuntansi. Secara teoretis, kepercayaan diri memiliki peran yang
penting dalam memahami tingkatan akuntansi dimana seorang mahasiswa
membutuhkan mental yang kuat guna menunjang kecerdasaan emosional, perilaku
belajar dan kemampuan mengintuisi budaya.
Mengacu pada penjelasan yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini
dimaksudkan untuk menguji pengaruh kecerdasan emosional, perilaku belajar serta
budaya terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Penelitian ini juga melihat pengaruh
kepercayaan diri sebagai variabel moderating yang memengaruhi hubungan
kecerdasan emosional, perilaku belajar dan budaya terhadap tingkat pemahaman
akuntansi.

78 Jurnal Ekonomi dan Bisnis


Volume XVIII No. 3, Desember 2015 ISSN 1979 - 6471

TELAAH PUSTAKA
Pemahaman Akuntansi
American Accounting Association mendefinisikan akuntansi sebagai “suatu
proses pengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk
memungkinkan adanya penelitian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka
yang menggunakan informasi tersebut” (Lutfi 2007).
Pendidikan tinggi mengadakan program pendidikan dengan mengacu pada
link dan match. Pengertian link dan match yang dimaksud adalah keterkaitan antara
produktifitas baik mencakup kuantitas, kualitas, kualifikasi yang dibutuhkan, dunia
industri, masyarakat maupun individu lulusan perguruan tinggi yang bersangkutan.
Kenyataannya pasar kerja dan dunia kerja tidak hanya membutuhkan lulusan
perguruan tinggi yang semata-mata memiliki penguasaan akan ilmu pengetahuan,
tetapi dibutuhkan juga sejumlah kompensasi lain yang tidak dihubungkan dengan
ilmu pengetahuan secara langsung. The Institute of Chartered Accountant in
Australia (ICAA) dan Accounting Education Change Comission (AECC) yang
dibentuk di Amerika Serikat menyatakan bahwa pendidikan akuntansi setidaknya
harus dapat mempersiapkan peserta didik untuk mulai dan mengembangkan
keanekaragaman karier professional dalam bidang akuntansi. Untuk itu diperlukan
tidak semata-mata pengetahuan bisnis dan akuntansi, tetapi juga penguasaan
keterampilan intelektual, interpersonal dan komunikasi serta orientasi professional
(Trisniwati dan Suryaningsum 2003).
Pengaruh Kecerdasaan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi
Kecerdasaan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri
dan orang lain, memotivasi diri sendiri serta mengelola emosi dengan baik pada diri
sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain (Goleman 2000). Kecerdasan
emosional memiliki peran lebih dari 80 persen dalam mencapai kesuksesan hidup,
baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan profesional. Untuk menjadi
seorang lulusan akuntansi yang berkualitas, diperlukan waktu yang panjang dan
usaha yang keras serta dukungan dari pihak lain yang akan memengaruhi
pengalaman hidup lulusan tersebut. Pengukuran prestasi akademik juga sama
pentingnya untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai mahasiswa dalam
belajar (Suwardjono 2004; Goleman 2000). Semakin tinggi tingkat kecerdasan
emosional mahasiswa, maka akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman
akuntansinya (Tikollah et al., 2006). Dari uraian di atas maka hipotesis pertama
dinyatakan sebagai berikut.
H1: Kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap tingkat
pemahaman mahasiswa akuntansi.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis 79


Volume XVIII No. 3, Desember 2015 ISSN 1979 - 6471

Pengaruh Perilaku Belajar terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi


Suwardjono (2004) menyatakan bahwa aspek dalam belajar di perguruan
tinggi meliputi makna kuliah, pengalaman belajar atau nilai, konsepsi dosen,
kemandirian dalam belajar, konsep memiliki buku dan kemampuan berbahasa.
Dalam semua aspek tersebut, pengukuran prestasi akademik merupakan hal yang
penting untuk mengetahui tingkat keberhasilan mahasiswa dalam belajar. Marita dan
Shaalih (2008) menyimpulkan bahwa perilaku belajar berpengaruh terhadap tingkat
stres kuliah mahasiswa. Jadi jika mahasiswa telah melalui serangkaian proses belajar
yang ditempuhnya dengan baik, maka prestasi akademik mahasiswa akan semakin
baik. Dari uraian di atas maka hipotesis dua dinyatakan sebagai berikut.
H2: Perilaku belajar berpengaruh positif terhadap tingkat pemahaman
mahasiswa akuntansi.
Pengaruh Budaya terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi
Budaya dapat didefinisikan sebagai pemrograman kolektif dari pikiran yang
membedakan anggota satu kelompok manusia dari yang lain (Hofstede 1980). Setiap
kelompok manusia memiliki norma-normanya sendiri, yang terdiri dari karakteristik
umum, seperti sistem nilai yang diadopsi oleh mayoritas konstituen. Gray
berpendapat bahwa nilai-nilai budaya dalam akuntansi pada gilirannya dapat
memengaruhi sifat bangsa (Doupnik dan Tsakumis 2004 dalam Marita dan Shaalih
2008). Mahasiswa yang memiliki budaya belajar lebih bagus atau modern, akan lebih
bagus dalam memahami mata kuliah akuntansi dibandingkan dengan mahasiswa
yang memiliki budaya belajar yang tertinggal. Dari uraian di atas maka hipotesis tiga
dinyatakan sebagai berikut.
H3: Budaya berpengaruh positif terhadap tingkat pemahaman mahasiswa
akuntansi.
Pengaruh Kecerdasaan Emosi terhadap Tingkat Pemahaman Mahasiswa
Akuntansi dengan Kepercayaan Diri sebagai Variabel Pemoderasi
Terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi kecerdasan emosional.
Dalam penelitian ini kepercayaan diri dipilih sebagai salah satu faktor yang akan
memengaruhi kecerdasan emosional karena merujuk pada penelitian Goleman
(2000). Penelitian tersebut menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah kesadaran
yang kuat tentang harga dan kemampuan diri sendiri atau kemampuan yang dapat
memperkuat atau melemahkan seorang mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman
akuntansinya dan mencapai tujuan dan cita-citanya. Kepercayaan diri akan menjadi
pendorong mahasiswa untuk lebih memahami akuntansi (Maryati 2008). Orang
dengan kecakapan ini akan berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan
keberadaannya, berani menyuarakan pandangan yang tidak populer, bersedia
berkorban demi kebenaran serta tegas dan mampu membuat keputusan yang baik

80 Jurnal Ekonomi dan Bisnis


Volume XVIII No. 3, Desember 2015 ISSN 1979 - 6471

kendati dalam keadaan tidak pasti. Dari berbagai studi diatas maka hipotesis empat
yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai beikut.
H4: Kepercayaan diri mahasiswa akuntansi memiliki pengaruh sebagai
variabel pemoderasi yang memengaruhi hubungan kecerdasan
emosional terhadap tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi.
Pengaruh Perilaku Belajar terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi dengan
Kepercayaan Diri sebagai Variabel Pemoderasi
Berbagai penelitian telah dilakukan berkenaan dengan faktor-faktor yang
memengaruhi perilaku dan prestasi belajar. Wienn et al. (2006) dalam Maryati
(2008) menemukan bahwa masalah-masalah pokok yang mengganggu prestasi
akademik mahasiswa di Amerika adalah kebiasaan belajar yang kurang baik yaitu
waktu belajar yang tidak teratur (58 persen) dan kebiasaan membaca yang buruk (30
persen). Dampak kebiasaan belajar yang buruk bertambah berat ketika mahasiswa
yang berada dalam kebiasaan buruk tersebut berhasil lulus (Calhoun dan Acocella
1995). Menurut Rini (2002) kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu
yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap
diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Hal ini
bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala
sesuatu seorang diri. Dari berbagai studi diatas, maka hipotesis yang akan diuji
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
H5: Kepercayaan diri mahasiswa akuntansi memiliki pengaruh sebagai
variabel moderating yang memengaruhi hubungan perilaku belajar
terhadap tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi.
Pengaruh Budaya terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi dengan
Kepercayaan Diri sebagai Variabel Pemoderasi
Setiap individu membawa budaya asal mereka masing-masing dalam dunia
kerja, yang mencerminkan perilaku sejarah mereka dalam konteks budaya sehingga
menjadi budaya nasional (Brannen 1994). Dasar dari pendekatan kognitif budaya
adalah bahwa kerangka proses diakuisisi pada satu budaya, kemudian bertahan dan
memengaruhi perilaku bahkan mengubah keadaan kontekstual pribadi seseorang. Hal
ini kemudian mampu memperkuat atau melemahkan pola pemikiran seseorang dalam
menyelesaikan suatu permasalahan atau memahami suatu konsep. Meskipun
memiliki budaya belajar yang kurang, namun jika ditunjang dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi, kemungkinan mahasiswa akan termotivasi untuk lebih
memahami akuntansi. Dari penjelasan diatas maka hipotesis yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
H6: Kepercayaan diri mahasiswa akuntansi memiliki pengaruh sebagai
variabel pemoderasi yang memengaruhi hubungan budaya terhadap
tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis 81


Volume XVIII No. 3, Desember 2015 ISSN 1979 - 6471

METODA PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini meliputi mahasiswa program akuntansi di
Semarang, Jawa Tengah. Dari seluruh jumlah mahasiswa akuntansi di Semarang,
diambil sampel dengan menggunakan metode purposive sampling. Purposive
sampling atau pemilihan sampel bertujuan digunakan dalam pemilihan sampel secara
tidak acak dengan beberapa kriteria. Kriteria tersebut adalah mahasiswa akuntansi
semester VI-VIII, sehingga dapat dianggap telah mendapat manfaat yang maksimal
dari mata kuliah yang bermuatan akuntansi dan memiliki diversifikasi tujuan, cita-
cita dan impian hidup, berpikir rasional sebelum bertindak yang semuanya dapat
dihubungkan dengan muatan akuntansinya. Kriteria selanjutnya adalah mahasiswa
jurusan akuntansi tingkat akhir yang telah menempuh minimal 120 SKS. Mahasiswa
yang dipilih diambil dari satu perguruan tinggi swasta dan dua perguruan tinggi
negeri di Semarang, yaitu mahasiswa tingkat akhir jurusan akuntansi di Universitas
Islam Sultan Agung, Universitas Negeri Semarang dan Universitas Diponegoro.
Pemilihan perguruan tinggi tersebut didasarkan oleh pertimbangan sebagai berikut.
a. Perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta di Semarang yang
terakreditasi A oleh BAN-PT.
b. Perguruan tinggi tersebut memiliki jurusan S1 akuntansi.
c. Perguruan tinggi ini terjangkau oleh peneliti, sehingga mempermudah
pengumpulan data.
d. Perguruan tinggi tersebut memiliki lebih dari 200 mahasiswa akuntansi.
Metoda Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui survei dengan menyebarkan kuesioner kepada
responden baik melalui perantara (contact person) maupun diberikan secara langsung
kepada individu yang bersangkutan. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan
mendatangi satu persatu calon responden, mengecek apakah calon memenuhi
persyaratan sebagai calon responden, lalu menanyakan kesediaanya untuk mengisi
kuesioner. Penyebaran kuesioner ini dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh
sejumlah rekan peneliti.
Definisi Operasional Variabel
Variabel kecerdasan emosional diukur dengan lima dimensi kecerdasan
emosional (EQ), yang keseluruhannya diturunkan menjadi dua puluh lima
kompetensi (Melandy et al., 2007). Kelima dimensi atau komponen tersebut adalah
sebagai berikut: pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan
kemampuan sosial. Variabel perilaku belajar diukur dari empat dimensi yang
berhubungan erat dengan perilaku belajar yaitu: kebiasaan mengikuti pelajaran,
kebiasaan memantapkan pelajaran, kebiasaan membaca buku, kebiasaan menyiapkan
karya tulis serta kebiasaan menghadapi ujian (Suwarjono 2004).

82 Jurnal Ekonomi dan Bisnis


Volume XVIII No. 3, Desember 2015 ISSN 1979 - 6471

Variabel budaya akan lebih dispesifikan dalam segi pengukurannya yaitu dengan
menggunakan variabel dummy dengan nilai 1 apabila berlatar belakang suku Jawa
dan nilai 0 jika selain suku Jawa. Variabel tingkat pemahaman akuntansi diukur
dengan nilai rata-rata mata kuliah Pengantar Akuntansi, Pengantar Akuntansi,
Akuntansi Keuangan Menengah, Akuntansi Keuangan Lanjutan, Auditing dan Teori
Akuntansi. Variabel kepercayaan diri diukur dengan mengadopdsi 25 pertanyaan
berdasarkan penelitian Lauster (2003).
Alat Analisis
Dalam rangka menguji hipotesis maka model penelitian disajikan pada
Gambar 1.

KECERDASAN
EMOSIONAL

PERILAKU TINGKAT
BELAJAR PEMAHAMAN
AKUNTANSI

BUDAYA

KEPERCAYAAN
DIRI

Gambar 1
Kerangka Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan kepada sebanyak 120 orang mahasiswa tingkat akhir
yang terdiri dari masing-masing 40 orang mahasiswa dari Universitas Islam Sultan
Agung, Universitas Negeri Semarang dan Universitas Diponegoro. Dari 120
kuesioner yang disebarkan, sebanyak 18 kuesioner tidak kembali dan 6 kuesioner
kembali tetapi tidak dapat digunakan sehingga sebanyak 96 kuesioner yang
digunakan. Dengan demikian penelitian ini memiliki respon rate sebesar 80 persen.
Berdasarkan data penelitian, responden yang berasal dari suku/etnik Jawa sebanyak
43 orang atau 44,79 persen. Adapun responden dari suku lainnya (Batak, Tionghoa,
Bugis dan suku lain) sebanyak 53 responden atau 55,21 persen. Untuk dapat diuji
dengan alat analisis regresi, data penelitian harus lolos uji asumsi klasi. Data dalam
penelitian ini sudah bebas dari masalah normalitas, multikolinearitas dan
heteroskedalisitas. Dengan demikian uji regresi layak dijalankan, yang hasilnya
disajikan dalam Tabel 1 dan Gambar 2 pada lampiran.
Berdasarkan hasil pengujian atas hipotesis pertama (H1) diperoleh nilai t
sebesar 2,401 dan nilai signifikansi α sebesar 0,007. Nilai signifikansi pengujian

Jurnal Ekonomi dan Bisnis 83


Volume XVIII No. 3, Desember 2015 ISSN 1979 - 6471

hipotesis pertama ternyata lebih kecil dibandingkan nilai taraf signifikansi 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H1 didukung oleh hasil penelitian,
sehingga terbukti bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara
kecerdasaan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Artinya dengan
semakin tinggi kecerdasan emosional mahasiswa tersebut, maka akan semakin tinggi
pula pemahaman yang ia miliki. Dengan demikian kemampuan-kemampuan yang
ada dapat menunjang seorang mahasiswa untuk mencapai tujuan dan cita-citanya.
Hal ini mengindikasikan bahwa seorang mahasiswa yang kecerdasan emosionalnya
tinggi akan berdampak positif pada dirinya untuk mengelola perasaannya,
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, kesanggupan untuk tegar dalam
menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan
sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja sama
dengan orang lain. Kemampuan-kemampuan ini mendukung seorang mahasiswa
dalam berbagai aspek.
Tabel 2
Hasil Pengujian Regresi Berganda

Variabel Nilai t Sig. α Hasil


Kecerdasan emosional 2,401 0,007 Hipotesis 1 didukung
Perilaku belajar 3,230 0,002 Hipotesis 2 didukung
Budaya 1,365 0,176 Hipotesis 3 tidak didukung
Kecerdasan emosional-kepercayaan diri 0,009 0,993 Hipotesis 4 tidak didukung
Perilaku belajar-kepercayaan diri 2,907 0,005 Hipotesis 5 didukung
Budaya-kepercayaan diri -1,216 0,227 Hipotesis 6 tidak didukung
Sumber: hasil pengolahan data penelitian

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ke dua (H2), diperoleh nilai t hitung


sebesar 3,230 dan nilai signifikansi α sebesar 0,002. Nilai signifikansi pengujian
hipotesis ke dua ternyata lebih kecil dibandingkan nilai taraf signifikansi 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H2 didukung oleh hasil penelitian,
sehingga terbukti ada pengaruh positif yang signifikan antara perilaku belajar
terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Semakin tinggi perilaku belajar mahasiswa,
maka akan semakin tinggi pula pemahaman yang ia miliki. Dengan demikian
kemampuan-kemampuan yang ada dapat menunjang seorang mahasiswa untuk
mencapai tujuan dan cita-citanya. Suwardjono (2004) menyatakan bahwa belajar di
perguruan tinggi merupakan suatu pilihan srategis dalam mencapai tujuan individual
seseorang. Semangat, cara belajar dan sikap mahasiswa terhadap belajar sangat
dipengaruhi oleh kesadaran akan adanya tujuan individual dan tujuan lembaga
pendidikan yang jelas. Proses belajar mengajar di perguruan tinggi pun jelas
merupakan salah satu solusi yang akan membekali mahasiswa dengan ilmu
pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan teknis sesuai bidangnya untuk
mengkonfirmasi pemahaman mahasiswa dalam proses belajar mandiri. Kemudian

84 Jurnal Ekonomi dan Bisnis


Volume XVIII No. 3, Desember 2015 ISSN 1979 - 6471

seorang mahasiswa harus merefleksikan kemauan tersebut dalam sesuatu yang


hendak dicapainya dengan suatu perbuatan yang apabila tercapai akan memuaskan
dirinya sendiri.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ke tiga (H3), diperoleh nilai t hitung
sebesar 1,365 dan nilai signifikansi α sebesar 0,176. Nilai signifikansi pengujian
hipotesis ke tiga ternyata lebih besar dibandingkan nilai taraf signifikansi 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H3 tidak didukung hasil penelitian,
sehingga tidak terbukti adanya pengaruh positif yang signifikan antara budaya
terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Variabel budaya yang indikatornya terdiri
dari Jawa dan selain Jawa belum bisa dioperasionalkan secara empiris untuk
dijadikan tolok ukur yang signifikan dalam hal pengaruhnya terhadap sistem
perkembangan akuntansi. Hal ini disebabkan karena setiap etnis/suku memiliki cara
masing-masing dalam proses belajar mengajarnya guna mencapai cita-cita yang
diinginkan serta mempunyai implementasi kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas kehidupan etnis itu sendiri. Penjelasan diatas pun
didukung bahwa budaya telah didefinisikan sebagai pemrograman kolektif pikiran
yang membedakan antara satu kelompok atau individu manusia yang satu dengan
yang lainnya sedangkan tingkat integrasi dan kemampuan berfikir masing-masing
budaya bervariasi antara masyarakat/individu yang satu dengan yang lainnya
(Hofstede 1980).
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ke empat (H4) diperoleh nilai t hitung
sebesar 0,009 dan nilai signifikansi α sebesar 0,993. Nilai signifikansi pengujian
hipotesis ke empat ternyata lebih besar dibandingkan nilai taraf signifikansi 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H4 ditolak, sehingga kepercayaan diri
bukan merupakan variabel moderating antara kecerdasan emosional dengan tingkat
pemahaman akuntansi. Kecerdasaan emosional yang tinggi dengan kepercayaan diri
yang lemah, tidak akan menutup kemampuan seorang mahasiswa untuk tidak mampu
memahami bidang yang akan ia tempuh. Hal ini disebabkan karena pemahaman
akuntansi yang ditinjau dari mata kuliah seperti Pengantar Akuntansi, Akuntansi
Keuangan Menengah, Akuntansi Keuangan Lanjutan dan Auditing sarat dengan
ilmu-ilmu teknis yang dapat diartikan bahwa ilmu-ilmu tersebut selalu berhubungan
dengan angka, logika, analitis dan teori-teori yang keseluruhannya selalu
menggunakan otak kiri. Adapun kepercayaan diri tergolong dalam feeling atau
perasaan dan intuisi yang keyakinannya selalu menggunakan otak kanan dalam
mengolah atau mengeksplorasi segala jenis permasalahan yang dihadapi. Berbeda
dengan kecerdasaan emosional yang apabila kadarnya semakin tinggi berarti
kecerdasaan emosional tersebut dikendalikan oleh logika yang artinya menggunakan
otak kiri untuk berfikir. Sebaliknya apabila kadar emosionalnya semakin rendah,
berarti kecerdasaan emosional tersebut dikendalikan oleh feeling yang artinya
menggunakan otak kanan untuk berfikir (Djamarah 2002).

Jurnal Ekonomi dan Bisnis 85


Volume XVIII No. 3, Desember 2015 ISSN 1979 - 6471

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ke lima (H5), diperoleh nilai t hitung


sebesar 2,907 dan nilai signifikansi α sebesar 0,005. Nilai signifikansi pengujian
hipotesis ke lima ternyata lebih kecil dibandingkan nilai taraf signifikansi 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H5 didukung hasil penelitian, sehingga
terbukti bahwa kepercayaan diri merupakan variabel moderating antara perilaku
dengan tingkat pemahaman akuntansi. Kepercayaan diri memiliki pengaruh yang
signifikan dalam hal memoderasi antara perilaku belajar terhadap pemahaman
akuntansi. Sehingga apabila kepercayaan diri mahasiswa tersebut semakin kuat maka
akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman yang ia miliki. Hal ini disebabkan
karena kepercayaan diri adalah sikap positif seseorang individu yang memampukan
dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa
individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri. Hasil
ini mendukung penelitian yang menyatakan perilaku belajar berpengaruh terhadap
tingkat pemahaman akuntansi.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ke enam (H6) diperoleh nilai t hitung
sebesar -1,216 dan nilai signifikansi α sebesar 0,227. Nilai signifikansi pengujian
hipotesis ke enam ternyata lebih besar dibandingkan nilai taraf signifikansi 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H6 tidak didukung oleh hasil penelitian,
sehingga kepercayaan diri bukan merupakan variabel moderating antara budaya
dengan tingkat pemahaman akuntansi. Kepercayaan diri tidak memiliki pengaruh
yang signifikan dalam hal memoderasi antara budaya terhadap pemahaman
akuntansi. Sehingga apabila kepercayaan diri mahasiswa tersebut tinggi maka tidak
akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan pemahaman yang ia miliki. Hal ini
sering disebabkan karena kepercayaan diri mempunyai banyak karakteriristik sifat
yang dapat berubah sewaktu-waktu tergantung mood (mobile feel) atau tidak selalu
bersifat positif. Mereka mempercayai diri sendiri sebagai katalisator, penggerak dan
pelopor, serta merasa bahwa kemampuan-kemampuan mereka lebih unggul
dibanding kebanyakan orang lain. Orang yang terlalu percaya diri, ada kalanya sering
bertindak tidak hati-hati dan bertingkah laku seenaknya. Tingkah laku mereka sering
menyebabkan konflik dengan orang lain. Seseorang yang bertindak dengan
kepercayaan pada diri sendiri yang berlebihan, sering memberikan kesan kejam dan
lebih banyak punya lawan dari pada teman (Lauster 2003).

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dibuat
simpulan sebagai berikut ini. Pertama, terdapat pengaruh positif secara signifikan
antara kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Kedua, terdapat
pengaruh positif secara signifikan antara perilaku belajar terhadap tingkat
pemahaman akuntansi. Ketiga, tidak terdapat pengaruh positif secara signifikan

86 Jurnal Ekonomi dan Bisnis


Volume XVIII No. 3, Desember 2015 ISSN 1979 - 6471

antara budaya terhadap tingkat pemahaman akuntansi dan variabel moderating antara
kecerdasan emosional dengan tingkat pemahaman akuntansi. Variabel kepercayaan
diri merupakan variabel moderating antara perilaku belajar dengan tingkat
pemahaman akuntansi. Variabel kepercayaan diri bukan merupakan variabel
moderating antara budaya dengan tingkat pemahaman akuntansi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
diberikan untuk penelitian selanjutnya dapat berusaha menambah jumlah sampel dan
jumlah sampel atau memperluas daerah penelitian agar diperoleh hasil yang lebih
bervariasi misalnya: membandingkan universitas berbasis religiositas dan universitas
non religiositas (nasional).

DAFTAR PUSTAKA
Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Goleman, D. 2000. Working With Emotional Intelegence. Terjemahan Alex Tri
Kantjono W. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kroeber, A. L. dan C. Kluckhohn. 1952. Culture: A Critical Review of Concepts and
Action. Cambridge: The Museum.
Lutfi, A. A. 2007. Pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap
tingkat pemahaman akuntansi. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Sultan Agung. Semarang (tidak dipublikasikan).
Marita, S. S., dan H. S. Shaalih. 2008. Kajian empiris atas perilaku belajar dan
kecerdasaan emosional dalam mempengaruhi stres kuliah. Prosiding
Simposium Nasional Akuntansi VII.
Maryati, I. 2008. Hubungan antara kecerdasan emosi dan keyakinan diri (self
efficacy) dengan kreativitas pada siswa akselerasi. Skripsi. Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah. Surakarta (tidak dipublikasikan).
Melandy, R., F. Widiastuti, dan N. Aziza. 2007. Sinkronisasi komponen kecerdasan
emosional dan pengaruhnya terhadap tingkat pemahaman akuntansi dalam
sistem pendidikan tinggi akuntansi. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi
X.
Suryaningsum, S., S. Heriningsih, dan A. Afuah. 2004. Pengaruh pendidikan tinggi
akuntansi terhadap kecerdasan emosional mahasiswa. Prosiding Simposium
Nasional Akuntansi VII.
Suyanti, E. 2006. Pengaruh perilaku belajar terhadap prestasi akademik mahasiswa
akutansi. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung,
Semarang (tidak dipublikasikan).

Jurnal Ekonomi dan Bisnis 87


Volume XVIII No. 3, Desember 2015 ISSN 1979 - 6471

Tikollah, M. R., I. Triyuwono, dan U. Ludigdo. 2006. Pengaruh kecerdasan


intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap sikap
etis mahasiswa akuntansi. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi IX.
Trisniwati, I. E., dan S. Suryaningsum. 2003. Pengaruh kecerdasan emosional
terhadap tingkat pemahaman akutansi. Prosiding Simposium Nasional
Akuntansi VII.
Yulianti. 2002. Kecerdasan emosional dan stres kerja. Tesis. Pascasarjana MM
UGM.

88 Jurnal Ekonomi dan Bisnis


Volume XVIII No. 3, Desember 2015 ISSN 1979 - 6471

LAMPIRAN
Tabel 1
Hasil Normalitas dan Multikolinearitas

Indikator Nilai Statistik


Pengujian One-Sample Kolmogorov Smirnov
Nilai Z 0,792
Signifikansi 2 sisi 0,557
Pengujian Multikolinearitas
VIF kecerdasan emosional 2,518
VIF perilaku belajar 2,888
VIF budaya 1,015
VIF kepercayaan diri 2,459
Sumber: data primer yang diolah

Scatterplot

Dependent Variable: Tingkat pemahaman akuntan

3
Regression Standardized Predicted

1
Value

-1

-2

-3 -2 -1 0 1 2 3

Regression Studentized Residual

Gambar 2
Scatterplot Pengujian Heteroskedastisitas

Jurnal Ekonomi dan Bisnis 89


Volume XVIII No. 3, Desember 2015 ISSN 1979 - 6471

90 Jurnal Ekonomi dan Bisnis


ISSN 2303-1174 Erwin Budiman, S. Pangemanan, S. Tangkuman, Analisis Perlakuan Akuntansi…

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA


PT. HASJRAT MULTIFINANCE MANADO 2012

Oleh:
Erwin Budiman1
Sifrid Pangemanan2
Steven Tangkuman3
1,2,3
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Sam Ratulangi Manado
email : 1erwin_boanerges@yahoo.co.id
2
sifrid_s@unsrat.ac.id
3
epenkz@yahoo.com

ABSTRAK

Aktiva tetap adalah salah satu bagian utama dari kekayaan perusahaan yang berjumlah besar dan mengalami
penyusutan dalam satu periode akuntansi (accounting period). Aktiva tetap dapat diperoleh dengan beberapa cara
seperti membeli secara tunai, secara kredit atau angsuran, pertukaran, penerbitan surat berharga, dibangun
sendiri, sewa guna usaha atau leasing dan donasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perlakuan
akuntansi aktiva tetap sudah memadai pada PT. Hasjrat Multifinance Manado 2012. Metode analisis data yang
digunakan adalah metode deskriptif yaitu metode untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian
tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif
dengan sumber data primer dan data sekunder, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik dokumentasi
dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan akuntansi aktiva tetap pada PT. Hasjrat Multifinance
Manado, perusahaan menetapkan harga perolehan untuk aktiva tetap terkadang tidak terjadi penyeragaman untuk
harga perolehan aktiva tetap, begitu juga dengan pengukuran penurunan nilai dan penghentian aktiva tetap. Perlu
adanya internal kontrol yang baik serta dilakukan pemeriksaan daftar aktiva tetap 1 tahun sekali yang dibuat
dengan membandingkan jumlah nilai fisik aktiva tetap diperusahaan dengan daftar kartu aktiva tetap, sehingga
dapat diketahui aktiva tetap yang mana, yang mengalami penurunan nilai yang sudah tidak sesuai dengan harga
pasar (nilai wajar) serta aktiva tetap yang mana yang umur ekonomisnya sudah habis dan sudah tidak bisa
digunakan (sudah rusak).

Kata kunci: perlakuan akuntansi aktiva tetap

ABSTRACT

Fixed assets are one of the main parts of the large amounts of corporate wealth and shrinking in one
accounting period (the accounting period). Fixed assets can be obtained in several ways such as buying in cash,
on credit or installments, exchanges, securities issuance, built his own, lease or lease and donations. This study
aims to determine whether the accounting treatment of fixed assets are adequate at. Hasjrat Multifinance
Manado 2012. Data analysis method used is descriptive method is a method to describe or analyze the results of
the study but was not used to make broader conclusions. The type of data used is the qualitative data with the
primary data source and secondary data, engineering data collection performed is engineering documentation
and interviews. The results showed the accounting treatment of fixed assets at PT. Hasjrat Multifinance
Manado, the company set the price for the acquisition of fixed assets is sometimes not the case for the
unification of the historical cost of fixed assets, as well as the measurement of impairment of fixed assets and
termination. It needs a good internal control and inspection list of fixed assets 1 year once made by comparing
the total value of physical assets in the company with a list of card fixed assets, fixed assets so as to know which
one, which decreased the value of which is not in accordance with the market price (fair value ) as well as fixed
assets which economic life is out of stock and can not be used (already damaged).

Keywords: accounting treatment of fixed assets

Jurnal EMBA 411


Vol.2 No.1 Maret 2014, Hal. 411-420
ISSN 2303-1174 Erwin Budiman, S. Pangemanan, S. Tangkuman, Analisis Perlakuan Akuntansi…

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Aktiva tetap adalah salah satu bagian utama dari kekayaan perusahaan yang berjumlah besar dan
mengalami penyusutan dalam satu periode akuntansi (accounting period). Aktiva tetap dapat diperoleh dengan
beberapa cara seperti membeli secara tunai, membeli secara kredit atau angsuran, pertukaran, penerbitan surat
berharga, dibangun sendiri, sewa guna usaha atau leasing dan donasi. Cara perolehan aktiva tetap yang
digunakan di dalam perusahaan, baik yang masih baru dipakai maupun yang lama memerlukan biaya perawatan
dan pemeliharaan agar manfaat aktiva tetap tersebut sesuai dengan perencanaan. Oleh sebab itu harus diadakan
penyusutan aset tetap sesuai dengan umur dan masa manfaatnya.
Beban penyusutan adalah pembebanan yang dilakukan perusahaan dalam suatu periode akuntansi.
Perusahaan dapat menggunakan metode-metode penyusutan berdasarkan ketentuan standar akuntansi keuangan
yang berlaku secara umum dan digunakan secara konsisten sehingga laporan keuangan yang disajikan adalah
wajar. PT.Hasjrat Multifinance Manado, merupakan perusahaan yang usahanya bergerak dibidang pembiayaan
mobil dan motor. Perusahaan tersebut memiliki berbagai jenis aktiva tetap. Salah satu aktiva yang sangat
penting bagi kegiatan usaha perusahaan adalah kendaraan roda empat, kendaraan roda dua dan inventaris kantor.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk menganalisis perlakuan akuntasi aktiva tetap yang dilakukan pada PT.Hasjrat
Multifinance Manado 2012 apakah telah sesuai dengan Standar Akuntansi yang berlaku umum.

TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi
Suwardjono (2013:4), mengatakan kata akuntansi berasal dari kata bahasa Inggris to account yang
berarti memperhitungkan atau mempertangungjawabkan. Kata akuntansi sebenarnya diserap dari kata
accountancy yang berarti hal-hal yang bersangkutan dengan accountant (akuntan) atau bersangkutan dengan
hal-hal yang dikerjakan oleh akuntan dalam menjalankan profesinya.
Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat
keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang dan penginterpretasian hasil proses
tersebut. Pengertian seni dalam definisi tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa akuntansi bukan
merupakan ilmu pengetahuan eksata atau sains karena dalam proses penalaran dan perancangan akuntansi
banyak terlibat unsur pertimbangan (judgment). Seni dalam definisi diatas lebih mempunyai konotasi sebagai
kerajinan dan keterampilan atau pengetahuan terapan yang isi dan strukturnya disesuaikan dengan kebutuhan
untuk mencapai suatu tujuan. Ismail (2010:2), mengatakan akuntansi adalah seni dalam mencatat,
menggolongkan dan mengikhtisarkan semua transaksi-transaksi yang terkait dengan keuangan yang telah terjadi
dengan suatu cara yang bermakna dan dalam satuan uang.

Aktiva Tetap
Suhayati (2009: 68), mengatakan aktiva tetap adalah aktiva yang dapat digunakan oleh perusahaan
dalam menjalankan aktivitas usaha dan sifatnya relative tetap atau jangka waktu perputarannya lebih dari satu
tahun. Firdaus (2010:177), mengatakan aktiva tetap adalah aset yang diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan
perusahaan untuk jangka waktu yang lebih dari satu tahun, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam
kegiatan normal perusahaan, dan merupakan pengeluaran yang nilainya besar atau material.

Penyusutan
Sugiri (2009:158), mengatakan penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari
suatu aset selama umur manfaatnya. Hery (2011:170), mengatakan pembebanan penyusutan merupakan
pengakuan terjadinya penurunan nilai atas potensi manfaat (jasa) suatu aktiva. Pengalokasian beban penyusutan
mencakup beberapa periode pendapatan sehingga banyak faktor yang harus dipertimbangkan oleh manajemen
untuk menghitung besarnya beban penyusutan periodic secara tepat. Beban penyusutan periodik secara tepat
dari pemakaian suatu aktiva, dapat dipertimbangkan dari 3 (tiga) faktor yaitu:
1. Nilai perolehan aktiva (asset cost)

412 Jurnal EMBA


Vol.2 No.1 Maret 2014, Hal. 411-420
ISSN 2303-1174 Erwin Budiman, S. Pangemanan, S. Tangkuman, Analisis Perlakuan Akuntansi…
Suatu aktiva mencakup seluruh pengeluaran yang terkait dengan perolehannya dan persiapannya sampai
aktiva dapat digunakan. Nilai perolehan ini yang sifatnya objektif, dikurangi dengan estimasi nilai residu
adalah merupakan dasar harga perolehan aktiva yang dapat disusutkan. Nilai perolehan dikatakan obyektif
karena sifatnya dapat dijual oleh siapapun dan menghasilkan nilai yang sama.
2. Nilai residu (residual or salvage value)
Merupakan estimasi nilai realisasi pada saat aktiva tidak dipakai lagi. Dengan kata lain nilai residu ini
mencerminkan nilai estimasi dimana aktiva dapat dijual kembali ketika aktiva tetap tersebut dihentikan dari
pemakaiannya. Besarnya estimasi nilai residu sangat tergantung kebijakan manajemen mengenai
penghentian aktiva dan juga tergantung pada kondisi sektor pasar lainnya.
3. Umur Ekonomis (economic life)
Dalam menghitung beban penyusutan umur ekonomis dapat diartikan sebagai suatu periode/umur fisik
dimana perusahaan dapat memanfaatkan aktiva tetapnya dan juga berarti sebagai jumlah unit produksi atau
jumlah operasional yang diharapkan diperoleh dari aktiva.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beban Penyusutan


Pembebanan penyusutan merupakan pengakuan terjadinya penurunan nilai atas potensi manfaat (jasa)
suatu aktiva. Pengalokasian beban penyusutan mencakup beberapa periode pendapatan sehingga banyak faktor
yang harus dipertimbangkan oleh manajemen untuk menghitung besarnya beban penyusutan periodic secara
tepat.

Metode Perhitungan Penyusutan

Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Metode aktivitas (Activity Method)
Metode aktivitas (activity method ), juga disebut pendekatan beban variable, mengasumsikan
bahwa penyusutan adalah fungsi dari penggunaan atau produktivitas bukan dari berlalunya waktu. Rumus
metode aktivitas adalah:
Beban penyusutan = ( biaya - nilai sisa) x jam tahun ini
Total estimasi jam
2. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode garis lurus mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi dari waktu, bukan fungsi dari
penggunaan. Metode ini telah diguanakan secara luas dalam prakteknya karena kemudahannya. Prosedur
garis lurus secara konseptual seringkali juga merupakan prosedur yang paling sesuai. rumus metode garis
lurus adalah:
Beban penyusutan = biaya dikurangi nilai sisa
Estimasi umur pelayanan
3. Metode Beban Menurun (Decreasing Charge Method)
Metode beban menurun (Decreasing Charge Method), yang seringkali disebut metode penyusutan
dipercepat menyediakan biaya penyusutan yang lebih tinggi pada tahun tahun awal dan beban yang lebih
rendah pada periode mendatang. Secara umum satu dari dua metode beban menurun digunakan yaitu:
metode jumlah angka tahun atau metode saldo menurun.
a. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of The Year Digits)
Metode jumlah angka tahun menghasilkan beban penyusutan yang menurun berdasarkan pecahan
yang menurun dari biaya yang dapat disusutkan. Setiap pecahan menggunakan jumlah angka tahun sebagai
penyebut (5+4+3+2+1= 15) dan jumlah tahun estimasi umur yang tersisa pada awal tahun sebagai pembilang.
Dengan metode ini, pembilang menurun tahun demi tahun dan penyebut tetap konstan (5/15, 4/15, 3/15, 2/15,
dan 1/15). Pada akhir masa manfaat aktiva, saldo yang tersisa harus sama dengan nilai sisa.
Sum of the year digits = N (N + 1)
2
N= masa manfaat

b. Metode Saldo Menurun


Metode beban menurun lainnya adalah metode saldo menurun (declining balance method),
yang menggunakan tarif penyusutan berupa beberapa kelipatan dari metode garis lurus. Rumus metode
saldo menurun adalah sebagai berikut:

Jurnal EMBA 413


Vol.2 No.1 Maret 2014, Hal. 411-420
ISSN 2303-1174 Erwin Budiman, S. Pangemanan, S. Tangkuman, Analisis Perlakuan Akuntansi…

Beban penyusutan = 2 x tarif garis lurus x nilai buku awal tahun

4. Metode Penyusutan Khusus


Perusahaan tidak memilih salah satu dari metode penyusutan yang lebih populer karena aktiva yang
terlibat memiliki karakteristik yang unik, atau sifat industrinya mengharuskan penerapan metode
penyusutan khusus.
a. Metode Kelompok Dan Gabungan
Akun aktiva seringkali disusutkan dengan satu tarif. Terdapat dua metode penyusutan untuk
beberapa akun aktiva yang digunakan, yaitu metode kelompok dan metode gabungan. Metode
kelompok sering digunakan apabila aktiva bersangkutan cukup homogen dan memiliki masa manfaat
yang hampir sama. Pendekatan gabungan digunakan apabila aktiva bersifat heterogen dan memiliki
umur manfaat yang berbeda.
b. Metode Campuran atau Kombinasi
Metode penyusutan yang sudah diterangkan diatas, perusahaan bebas mengembangkan metode
penyusutan sendiri yang khusus atau dibuat khusus. Prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum
hanya mensyaratkan bahwa metode itu menghasilkan pengalokasian biaya aktiva selama umur aktiva
dengan cara yang sistematis dan rasional.

Penghentian Pemakaian Aktiva Tetap

Efraim (2012:234), mengatakan ada beberapa transaksi yang menghentikan pemakaian aset tetap, yaitu:
a. Penjualan Aset Tetap
Jika penggunaan aset tetap tertentu dihentikan, rekening-rekening yang bersangkutan dengan aset tetap
tersebut harus dihapuskan. Jika penghentian disebabkan transaksi penjualan, selisih antara harga jual dengan
nilai buku aset tetap yang tersisa harus diakui sebagai laba atau rugi. Jika nilai buku aset lebih kecil
dibandingkan dengan kas/aset lain yang diterima, timbul keuntungan. Sebaliknya jika nilai buku aset lebih
besar dibandingkan dengan kas/aset lain yang diterima, timbul kerugian.
b. Berakhirnya Masa Manfaat Aset Tetap
Apabila aset tetap dihentikan karena berakhirnya masa manfaatnya, semua akun yang berkaitan dengan aset
tetap tersebut harus dihapus. Dalam transaksi ini, saat aset tetap dihentikan masa pemakaiannya masih
memiliki nilai residu, harus diakui sebagai rugi penghentian aset tetap.
c. Pertukaran Dengan Aset Lain
Harga pertukaran aset tetap yang didapat melalui pertukaran dengan surat berharga diukur dengan jumlah
uang yang dapat direalisasikan apabila surat berharga tersebut dijual. Jika harga pasar surat-surat berharga
tidak dapat ditentukan , harga pasar aset tetap yang diperoleh menjadi dasar pencatatan aset yang
bersangkutan. Jika harga pasar kedua aset tersebut tidak ada maka aset tetap tersebut harus ditaksir oleh
pihak yang independen, misalnya oleh penilai (appraiser).

Penelitian Terdahulu
1. Donald (2009) dengan judul: Analisis Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. Agro Makmur Raya Medan.
Tujuan Penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perlakuan akuntansi aktiva tetap
sesuai dengan PSAK No. 16 & 17 (2009). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.
Hasil dari penelitian yang dilakukan yaitu perlakuan akuntansi terhadap aset tetap telah memadai sesuai
prinsip akuntansi yang berlaku umum, walaupun masih ada hal-hal yang belum dilaksanakan tetap
perusahaan berusaha menyempurnakannya. Terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang
dilakukan penulis. Persamaannya yaitu metode dan teknik analisis data berhubungan dengan aktiva tetap
adalah sama. Perbedaannya, penulis melihat untuk pengakuan terhadap harga perolehan aktiva tetap
terkadang tidak terjadi penyeragaman, dan tidak pernah dilakukan pengukuran nilai aset serta penghentian
aktiva tetap.
2. Nur Fadillah (2010) dengan judul: Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap dan Hubungannya Terhadap Kewajaran
Penyusutan Laporan Keuangan pada CV. Bayu Cahaya Abadi Surabaya. Tujuan Penulis melakukan penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah perlakuan akuntansi aktiva tetap memiliki pengaruh terhadap laporan keuangan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil dari penelitian yang dilakukan yaitu pencatatan
aset tetap dan pencatatan biaya pemeliharaan yang tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

414 Jurnal EMBA


Vol.2 No.1 Maret 2014, Hal. 411-420
ISSN 2303-1174 Erwin Budiman, S. Pangemanan, S. Tangkuman, Analisis Perlakuan Akuntansi…
Terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Persamaannya yaitu metode dan
teknis analis data berhubungan dengan aktiva tetap adalah sama. Perbedaannya, terletak pada objek penelitian yang
hanya meneliti perlakuan akuntansi aktiva tetap pada PT. Hasjrat Multifinance Manado.

Hubungan Aktiva Tetap dengan Peningkatan Laba Perusahaan


Skousen dan Stice (2011:27), mengatakan laba adalah suatu kenaikan dalam entitas (atau aktiva neto)
dari peripheral atau transaksi insidental sebuah entitas dan dari semua transaksi lain dan peristiwa lain serta
keadaan yang mempengaruhi entitas kecuali yang terjadi dari pendapatan( revenue) atau investasi oleh para
pemilik. Laporan rugi-laba, biaya yang dikaitkan dengan penggunaan aktiva tetap seperti biaya depresiasi dan
biaya pemeliharaan merupakan salah satu komponen biaya yang cukup tinggi. Semakin tinggi biaya depresiasi
aktiva tetap sebuah perusahaan, laba akan semakin berkurang. Sebaliknya semakin rendah biaya depresiasi,
maka akan semakin besar laba yang diperoleh perusahaan. Selain biaya depresiasi, biaya lain dari komponen
aktiva tetap yang dapat mengurangi laba adalah biaya pemeliharaan, pajak bumi dan bangunan (PBB) serta
pajak kendaraan bermotor.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data merupakan keterangan atau sumber informasi mengenai objek yang akan diteliti dan sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan. Jenis dan sumber data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Jenis Data
a. Data kualitatif adalah data yang bersumber dari lokasi penelitian yang diperoleh melalui wawancara dan
tanya jawab dengan manajer dan karyawan yang terkait dengan objek penelitian serta penelitian secara
langsung mengenai siklus kerja dalam perusahaan yang terkait dengan penelitian. Disajikan tidak dalam
bentuk angka-angka.
b. Data kuantitatif adalah data yang bersumber dari data perusahaan berupa, transaksi-transaksi/ jurnal
pada saat dijadikan aset tetap, laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca, rugi/laba,arus kas dan
daftar aktiva tetap perusahaan.
Jenis data yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah jenis data kualitatif, dengan PT.
Hasjrat Multifinance Manado sebagai objek penelitian.
2. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu :
a. Data primer adalah data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk data mentah atau belum diolah
seperti dokumen atau keterangan informasi yang diperoleh langsung dari bagian accounting PT. Hasjrat
Multifinance Manado.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk yang sudah jadi berupa neraca,
laporan laba rugi, daftar aktiva tetap, sejarah singkat berdirinya perusahaan serta struktur organisasi
perusahaan.

Teknik Pengumpulan Data

1. Survey Pendahuluan
Kegiatan awal yang peneliti lakukan untuk meneliti permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan.
Dalam hal ini penulis memilih PT.Hasjrat Multifinance Manado sebagai objek penelitian. Permasalahan
yang dihadapi oleh perusahaan kemudian diangkat sebagai judul penelitian dengan menentukan batasan atau
rumusan masalah agar penelitian menjadi lebih fokus.
2. Survei Lapangan
Suatu metode pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung ke tempat objek
yang diteliti dengan cara :
a. Teknik Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui buku-buku, jurnal, internet dan dengan melakukan
penelitian terhadap dokumen-dokumen dan laporan-laporan perusahaan yang berkaitan dengan
penelitian.

Jurnal EMBA 415


Vol.2 No.1 Maret 2014, Hal. 411-420
ISSN 2303-1174 Erwin Budiman, S. Pangemanan, S. Tangkuman, Analisis Perlakuan Akuntansi…

b. Teknik Wawancara
Penulis melakukan tanya jawab secara langsung dengan staf bagian keuangan dan pembukuan untuk
mendapatkan penjelasan mengenai cara perolehan aktiva tetap, metode penyusutan aset tetap dan cara
pencatatannya pada laporan keuangan seperti laporan laba rugi dan neraca.

Metode Analisis Data


Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode deskriptif yaitu untuk
menggambarkan secara sistematis, faktual mengenai perlakuan akuntansi aktiva tetap berwujud pada PT.
Hasjrat Multifiance Manado dengan membandingkan perlakuan akuntansi sesuai dengan PSAK (Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan) yang menyatakan bahwa “Aktiva tetap disajikan berdasarkan nilai perolehan
aktiva tersebut dikurangi dengan akumulasi penyusutan”

Teknik Analisis Data


Penerapan sistem dengan menggunakan tahap penelitian yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti, adalah sebagai berikut :
1. Pengakuan aset tetap dengan cara membandingkan pengakuan aset tetap yang diterapkan oleh PT. Hasjrat
Multifinance Manado dengan standar akuntansi yang berlaku umum.
2. Pengukuran jumlah yang harus dicatat atas aktiva tetap, apakah sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku umum.
3. Aktiva tetap selama pemilikan yang terdiri dari 2 (dua) yaitu sebagai berikut.
a. Metode penyusutan apa yang digunakan ?
b. Pengeluaran-Pengeluaran yang berhubungan dengan aktiva tetap yang terdiri dari pengeluaran modal
(capital expenditure) dan pengeluaran pendapatan (revenue expenditure).
4. Penghentian aktiva tetap yang diterapkan oleh perusahaan, apakah sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku umum.

Pelaporan dan pengungkapan aktiva tetap pada PT. Hasjrat Multifinance Manado.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

PT. Hasjrat Multifinance ini berlokasi di Jl. Jend. Sudirman Manado, pertama kali didirikan dengan
Akte Notaris Romanus Harmaka Hardaseputra, SH di Manad, Akte nomor 7 tanggal 7 September 1990 dengan
memakai nama Perseroan Terbatas” PT. Hasjrat Finance Company” dengan modal dasar perseroan yaitu
berjumlah Rp. 20.000.000.000 terbagi atas 20.000.000 lembar saham. Dan kemudian diadakan perubahan pada
tanggal 21 November 1990 dengan akte nomor 23 yang dibuat oleh Notaris Romanus Harmaka Hardaseputra,
SH dengan nama “ PT. Hasjrat Multifinance”. Selanjutnya pada tanggal 4 Januari 1991 telah diadakan
perubahan akte dihadapan Notaris Romanus Harmaka Hardaseputra, SH akte nomor 2 tentang perubahan
Anggaran Dasar PT.Hasjrat Multifinance.
PT. Hasjrat Multifinance ini adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembiayaan. Maksud dari
perusahaan pembiayaan adalah suatu bentuk perusahaan yang memfokuskan bisnisnya kepada pemberian dana
atau pembiayaan kepada pihak lain atas suatu benda atau barang yang akan dibeli atau dimiliki oleh pihak
tersebut. Selain itu perusahaan juga melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal
secara finance lease (kegiatan sewa guna usaha dimana penyewaan sewa guna usaha pada akhir masa kontrak
mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama)
maupun secara operating lease (kegiatan sewa guna, dimana penyewa guna usaha tidak mempunyai hak opsi
untuk membeli objek sewa guna usaha). PT. Hasjrat Multifinance mempunyai fokus bisnis memberikan
pembiayaan untuk pembelian kendaraan beroda dua dan empat yaitu untuk merk kendaraan Yamaha dan
Toyota.
1. Bidang Usaha
PT. Hasjrat Multifinance kini telah berkembang menjadi kurang lebih 26 cabang yang tersebar di wilayah
Sulawesi, Papua, Maluku, dan NTT. Perusahaan ini bergerak dalam badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana bagi konsumen untuk pembelian barang berdasarkan kebutuhan
dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen.

416 Jurnal EMBA


Vol.2 No.1 Maret 2014, Hal. 411-420
ISSN 2303-1174 Erwin Budiman, S. Pangemanan, S. Tangkuman, Analisis Perlakuan Akuntansi…
2. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas
Struktur organisasi yang dianut oleh PT. Hasjrat Multifinance berbentuk lini dengan 3 bagian utama yaitu
bagian marketing dan adm kredit, bagian pembukuan, dan bagian umum. Internal audit berada dibawah
general manager yang berkantor di Jakarta. Organisasi lini adalah bentuk organisasi dimana hubungan
antara atasan dan bawahan dilakukan secara langsung.

Pengakuan Harga Perolehan Aktiva Tetap


PT. Hasjrat Multifinance mengklasifikasikan berdasarkan umur ekonomis dari masing-masing aset.
Manajemen perusahaan telah menggolongkan setiap aset tetap yang ada dalam beberapa fungsi. Berikut ini
adalah tabel daftar aktiva tetap pada PT. Hasjrat Multifinance Manado yang diambil dari 6 (enam) transaksi
yang terdiri dari kendaraan roda 4 (empat) dan inventaris kantor

Tabel.1. Daftar Aktiva Tetap PT. Hasjrat Multifinance Manado 2012


Nama Tgl Jml Harga Sisa masa % By Penyusutan
Perolehan Unit Perolehan manfaat Penyusutan (Rp)
Mesin Fotocopy 1135 mfp 30/11/12 1 Rp. 9.800.000 7 12,5% Rp. 1.225.000
Komputer 25/09/12 1 Rp. 4.000.000 7 12,5% Rp. 500.000
Ups Vektor Alto 1200 22/05/12 4 Rp. 4.200.000 7 12,5% Rp. 525.000
Handhphone Samsung 12/11/12 3 Rp. 3.900.000 7 12,5% Rp. 487.500
Filing Cabinet 4 Laci 29/11/12 2 Rp. 4.350.000 7 12,5% Rp. 543.750
Mobil Pickup Grand Max 2011 1 Rp. 98.200.000 3 12,5% Rp. 12.275.000
Sumber: PT. Hasjrat Multifinance Manado.

Perhitungan penentuan besarnya harga perolehan aktiva tetap, terutama yang diambil 6 (enam)
contoh transaksi yang terjadi selama tahun 2012 terdapat ketidaktepatan dalam menentukan besarnya harga
perolehan aktiva tetap. Hal ini jelas terlihat dalam mengkapitalisasi biaya-biaya untuk menentukan besarnya
harga perolehan aktiva tetap dimana harga perolehannya tidak hanya berasal dari harga beli saja, tetapi ditambah
biaya yang terjadi dalam rangka menempatkan aktiva tetap tersebut pada kondisi dan tempat, sehingga siap
untuk digunakan. Tanggal 30 November 2012 PT. Hasjrat Multifinance Manado yg berkantor cabang di Jakarta
membeli mesin fotocopy fs113mfp untuk Kantor Pusat Manado seharga Rp. 9.800.000, pembayaran dilakukan
via bank, ditambah dengan biaya pengiriman ke manado Rp. 240.750. Ayat jurnal untuk pembelian mesin
fotocopy pada PT. Hasjrat Multifinance adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Jurnal Pembelian Mesin Fotocopy PT.Hasjrat Multifinance Manado


Keterangan Debet Kredit
Inventaris Kantor (mesin fotocopy) Rp. 9.800.750
Biaya Pos & Pengiriman Rp. 240.750
Bank Rp. 10.040.750
Sumber: PT. Hasjrat Multifinance Manado

Pencatatan atas pembelian mesin fotocopy pada PT. Hasjrat Multifinance belum sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) no. 16 tahun 2007 karena perusahaan mencatat harga perolehan sebesar
Rp. 9.800.000, akan tetapi menurut SAK harga perolehan aktiva tersebut sebesar Rp. Rp. 10.040.750, sehingga
ada perbedaan nilai menurut PT. Hasjrat Multifinance Manado dengan Standar Akuntansi Keuangan. Selisih Rp.
240.750,- oleh perusahaan dibebankan kepada Biaya Usaha yaitu rekening Biaya Pos dan Pengiriman
Dokumen, yang seharusnya dimasukkan ke dalam harga perolehan. Ayat jurnal atas pembelian mesin fotocopy
menurut Penulis adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Jurnal Pembelian Mesin Fotocopy (menurut penulis)
Keterangan Debet Kredit
Inventaris Kantor (mesin fotocopy) Rp. 10.040.750
Bank Rp. 10.040.750
Sumber: Data Olahan

Jurnal EMBA 417


Vol.2 No.1 Maret 2014, Hal. 411-420
ISSN 2303-1174 Erwin Budiman, S. Pangemanan, S. Tangkuman, Analisis Perlakuan Akuntansi…

Pengukuran Jumlah yang Harus Dicatat atas Aktiva Tetap


Pengukuran jumlah yang harus dicatat atas aktiva tetap, pihak manajemen perusahaan menggunakan
metode biaya historis (historical cost), aset tetap dicatat pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan.
Pihak manajemen perusahaan tidak pernah melakukan pengukuran/pengujian terhadap seluruh aktiva tetap pada
setiap tanggal neraca (minimal setahun sekali dilakukan pemeriksaan), baik kendaraan roda 4 (empat), dan
inventaris kantor, apakah aktiva tetap tersebut mengalami penurunan atau tidak, dengan menaksir jumlah yang
dapat diperoleh kembali dari aset tersebut.

Penghentian Aktiva Tetap


Penelitian yang penulis lakukan pada PT. Hasjrat Multifinance Manado dari tahun 2005 s/d 2012,
didapati bahwa pihak manajamen perusahaan tidak pernah melakukan penghentian aset tetap. Hal tersebut
dilihat dari pengambilan sampel untuk 6 (enam) transaksi dari daftar aktiva tetap dari tahun 2005 s/d 2012,
terdapat beberapa aset tetap yang umur ekonomisnya telah habis (nilai perolehan telah habis disusutkan), dan
sudah tidak dapat digunakan lagi, tetapi masih ada di dalam daftar aktiva tetap perusahaan.

Tabel 4. Daftar Aktiva Tetap PT. Hasjrat Multifiance Manado tahun 2005 s/d 2012
Nama Tgl Jml Harga Sisa masa % By Penyusutan
Perolehan Unit Perolehan manfaat Penyusutan (Rp)
Printer Epson LX-300 24/07/05 1 Rp. 1.480.000 - 12,5% Rp. 185.000
Kamera digital samsung 30/06/05 1 Rp. 1.750.000 - 12,5% Rp. 218.750
Printer Epson 2180 31/12/05 1 Rp. 5.722.000 - 12,5% Rp. 715.286
Komputer P4 ram 256 31/12/05 1 Rp. 5.244.400 - 12,5% Rp. 655.550
Komputer 31/12/05 1 Rp. 4.775.000 - 12,5% Rp. 596.875
Amplifier TOA 31/12/05 1 Rp. 3.450.000 - 12,5% Rp. 431.259
Sumber: PT. Hasjrat Multifinance Manado

Pelaporan dan Pengungkapan Aktiva Tetap


Penelitian yang penulis lakukan pada PT. Hasjrat Multifinance Manado, yang berhubungan dengan
aktiva tetap disajikan di dalam laporan neraca perusahaan serta laporan rugi laba. Hal tersebut dapat dilihat dari
beberapa transaksi- transaksi yang berhubungan dengan aset tetap yang diungkapkan di dalam laporan keuangan
yaitu sebagai berikut.
1. Pengakuan harga perolehan aset tetap, dicatat sebesar harga perolehan sekalipun ada beberapa transaksi
yang berhubungan dengan aktiva tetap dicatat tidak sesuai dengan harga perolehan.
2. Metode penyusutan yang digunakan
Metode penyusutan yang digunakan adalah metode penyusutan garis lurus dengan tarif penyusutan
a. Kendaraan roda empat dengan tarif penyusutan 12,5% dengan masa manfaat 8 tahun.
b. Kendaraan roda dua dengan tarif penyusutan 25% dengan masa manfaat 4 tahun.
c. Untuk inventaris kantor dengan tarif penyusutan 12,5% dengan masa manfaat 8 tahun
3. Pengakuan biaya penyusutan dibebankan langsung ke laporan laba rugi dengan mendebet akun biaya
penyusutan.
4. Pengakuan akumulasi penyusutan yang dicatat pada akhir periode dengan mengurangi harga perolehan aset
tetap pada neraca perusahaan.
5. Pengakuan penurunan nilai aset tidak diungkapkan di dalam laporan keuangan, karena pihak manajemen
perusahaan tidak pernah melakukan pemeriksaan setahun sekali terhadap aset tetapnya. Dalam hal ini pihak
manajemen perusahaan tidak pernah mengakui adanya penurunan nilai aset dengan mendebet akumulasi
penyusutan dan mengkredit kerugian atas penurunan nilai aset.
6. Penghentian aktiva tetap, tidak diungkapkan dalam laporan keuangan, karena pihak manajemen perusahaan
tidak pernah melakukan penghapusan aset tetap, sekalipun aset tersebut masa manfaatnya sudah habis.
Pengungkapan mengenai pencatatan jurnal penghentian aset tetap tidak dilakukan oleh pihak manajemen
perusahaan dengan mendebet akumulasi penyusutan dan mengkredit aktiva tetap.
Pembahasan
Penelitian yang penulis lakukan pada PT. Hasjrat Multifinance Manado bila dibandingkan dengan
penelitian yang sebelumnya, mengenai perlakuan akuntansi aktiva tetap terdapat beberapa persamaan dan
perbedaan, yaitu:

418 Jurnal EMBA


Vol.2 No.1 Maret 2014, Hal. 411-420
ISSN 2303-1174 Erwin Budiman, S. Pangemanan, S. Tangkuman, Analisis Perlakuan Akuntansi…
1. PT. Argo Makmur Raya
Persamaan
a. Penelitian sebelumnnya melakukan penelitian terhadap faktor yang sama yaitu yang berhubungan dengan
Aktiva tetap.
Perbedaan
a. Penelitian yang sebelumnya pada PT. Argo Makmur Raya Medan, mengenai perlakuan akuntansi aktiva
tetap telah sesuai dengan SAK (Standar Akuntansi Keuangan). Sedangkan pada PT. Hasjrat Multifinance
Manado belum sesuai dengan SAK (standar akuntansi keuangan) yang berhubungan dengan pengakuan
harga perolehan, penurunan nilai aset serta penghentian aktiva tetap.

2. CV. Bayu Makmur Raya


Persamaan
a. Penelitian sebelumnnya melakukan penelitian terhadap faktor yang sama yaitu yang berhubungan dengan
Aktiva tetap.
Perbedaan
a. Perbedaan
Penelitian sebelumnya pada CV. Bayu Makmur Raya Surabaya, menekankan pada pencatatan biaya
pemeliharaan yang berhubungan dengan aktiva tetap yang dapat mempengaruhi penyajian dalam laporan
keuangan sedangkan pada PT. Hasjrat Multifinance lebih menekankan pada perlakuan akuntansi aktiva
tetap.

Kebijakan akuntansi mengenai perlakuan akuntansi aktiva tetap pada PT. Hasjrat Multifinance Manado
belum sepenuhnya sesuai dengan SAK (Standar Akuntansi Keuangan). Hal tersebut dapat dilihat dari perlakuan
akuntansi aktiva tetap yang diterapkan perusahaan, yaitu:

1. Pengakuan Harga Perolehan Aktiva Tetap PT. Hasjrat Multifinance Manado, terjadi ketidaktepatan didalam
menentukan harga perolehan. Sesuai dengan PSAK No. 16 tahun 2007 aktiva tetap dicatat sebesar harga
perolehan yang meliputi seluruh jumlah yang dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva tersebut. Aktiva tetap
akan dilaporkan dalam neraca tidak hanya sebesar harga belinya saja, tetapi juga termasuk seluruh biaya
yang dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut siap untuk dipakai.

2. Pengukuran Jumlah Yang Harus Dicatat Atas Aktiva Tetap PT. Hasjrat Multifinance Manado, manajemen
perusahaan tidak pernah melakukan pengukuran nilai aset. Sesuai dengan PSAK No. 48 tentang penurunan
nilai aset, dimana pihak perusahaan harus melakukan pengujian atas kemungkinan terjadinya penurunan
nilai, jika terdapat perubahan yang signifikan, baik dalam penggunaan aktiva atau perubahan dalam
lingkungan bisnis.

3. Penghentian Aktiva Tetap PT. Hasjrat Multifinance Manado, manajemen perusahaan tidak pernah
melakukan penghentian aktiva tetap. Hal tersebut terlihat dari daftar aktiva tetap yang diambil oleh penulis
dari tahun 2005 s/d 2012. Sesuai dengan PSAK No. 16 tahun 2007 tentang penghentian aktiva tetap bahwa;
1. jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat:
(a) dilepas; atau
(b) telah habis umur ekonomisnya (nilai perolehan telah habis disusutkan)
(c) mengalami keusangan karena kemajuan teknologi
2. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap harus dimasukkan dalam laporan laba
rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya (kecuali transaksi jual sewa balik).
3. Laba tidak boleh diklasifikasi sebagai pendapatan.

4. Pelaporan dan Pengungkapan Aktiva Tetap PT. Hasjrat Multifinance Manado. Pelaporan dan pengungkapan
yang berhubungan dengan aktiva tetap, disajikan di dalam laporan neraca perusahaan serta laporan rugi
laba. Sekalipun manajemen perusahaan tidak pernah mengungkapkan atau memberikan penjelasan
mengenai aktiva yang mengalami penurunan nilai serta penghentian aktiva tetap.

Jurnal EMBA 419


Vol.2 No.1 Maret 2014, Hal. 411-420
ISSN 2303-1174 Erwin Budiman, S. Pangemanan, S. Tangkuman, Analisis Perlakuan Akuntansi…

PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil peneliti berdasarkan hasil penelitian adalah:
1. PT. Hasjrat Multifinance Manado hanya mencatat perolehan aktiva tetap, dicatat sebesar harga beli
sedangkan biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan perolehan aktiva tetap tersebut dianggap
sebagai biaya operasional, sekalipun tidak semua transaksi-transaksi yang berhubungan dengan aktiva tetap
dicatat hanya sebesar harga beli, ada juga aktiva tetap yang dicatat sesuai dengan harga perolehannya (sudah
termasuk harga beli, biaya pengiriman, asuransi dan pajak). Hal tersebut perlu adanya penyeragaman yang
dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan, agar pencatatan harga perolehan aktiva tetap sesuai dengan
SAK, sehingga tidak akan terdapat perbedaan yang cukup mendasar antara laporan keuangan perusahaan
dengan standar.
2. Perlakuan akuntansi aktiva tetap sangat berpengaruh dalam laporan keuangan, yang berhubungan dengan
harga perolehan aktiva tetap yang tidak sesuai dengan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) menyebabkan
nilai aktiva tetap yang dilaporkan pada laporan keuangan tidak sesuai. Hal ini mempengaruhi biaya
operasional dan jumlah laba yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan.

Saran
Perlu adanya internal kontrol yang baik, untuk perlakuan aktiva tetap, dimulai dengan penetapan harga
perolehan untuk aktiva yang dibeli, supaya terjadi penyeragaman didalam pencatatan nilai perolehan, serta perlu
dilakukan pemeriksaan daftar aktiva tetap 1 tahun sekali yang dibuat dengan membandingkan jumlah nilai fisik
yang ada diperusahaan dengan daftar kartu aktiva tetap, sehingga dapat diketahui yang mana, yang sudah
mengalami penurunan nilai yang sudah tidak sesuai dengan harga pasar (nilai wajar) serta aktiva tetap yang
mana yang umur ekonomisnya sudah habis dan sudah tidak bisa digunakan (sudah rusak), agar dilakukan
penghapusan aktiva tetap, dengan demikian penyajian di dalam laporan keuangan dapat menunjukkan nilai yang
sebenarnya dari aktiva tetap tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anthoni, Donal Fredy. 2009. Analisis Akuntansi Aset Tetap pada PT. Argo Makmur Raya Medan. Skripsi
Universitas Sumatera Utara, Medan http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&so
urce=web&cd=1&ved=0CCMQFjAA&url=http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream
%2F123456789%2F24924%2F6%2FCover.pdf&ei=FOUOU6PwB469iAe_hIGQCA&usg=AFQ
jCNFs3nN4aXXuJrdc4DIarwg5g1dbQ&bvm=bv.61965928,d.aGc. tanggal akses 10 Januari 2014.
Hal.3
Ferdinan, Efraim Giri. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah 1. UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Firdaus, Dunia A. 2010. Ikhtisar Lengkap Pengantar Akuntansi. Edisi Ketiga. Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta.
Hery. 2011. Akuntansi Aktiva,Hutang dan Modal. Edisi Kesebelas. Penerbit Gava Media, Jakarta.
Ismail. 2010. Akuntansi Bank. PT Kencana, Surabaya.
Nur, Fadilah. 2010. Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap dan Hubungannya Terhadap Kewajaran Penyusutan
Laporan Keuangan pada CV. Bayu Cahaya Abadi. Skripsi Universitas Narotama, Surabaya.
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCMQFjAA&
url=http%3A%2F%2Fskripsi.narotama.ac.id%2Ffiles%2F01103047.doc&ei=3eUOU6z0NsWYiA
e_9oCoBw&usg=AFQjCNG0FL2L5NibfscGdEMcw0LPEaLVw&bvm=bv.61965928,d.aGc,
tanggal akses 22 Januari 2014. Hal.4
Skousen, Fred. Stice, Earl K. dan Stice, James D. 2011. Akuntansi Keuangan Menengah. Salemba Empat,
Jakarta.
Sugiri, Slamet. 2009. Akuntansi Suatu Pengantar 2. Edisi Kelima. UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Suhayati, Ely. 2009. Akuntansi Keuangan. Edisi Pertama. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Suwardjono. 2013. Akuntansi Pengantar. Edisi Keenam. Penerbit BPFE, Yogyakarta.

420 Jurnal EMBA


Vol.2 No.1 Maret 2014, Hal. 411-420

You might also like