Professional Documents
Culture Documents
Komposisi Dan Struktur Pohon Riparian Di Sungai Kahala Kabupaten Kutai Kartanegara
Komposisi Dan Struktur Pohon Riparian Di Sungai Kahala Kabupaten Kutai Kartanegara
Abstract
The aim of this study is to assess the design of physiognomy of riparian trees and the composition and
vegetation structure of riparian trees formation in some forest types in Kahala river of Kutai Kartanegara
district, East Kalimantan. The method used in this study was the vegetation ecology which the quadrant
technique was applied to collect main primary data of the riparian trees. Points of data retrieval were
carried out by as much as 3-point observations at the upper, middle and lower of Kahala river basin. The
location of each point was marked by GPS with the length of each transect was 1 km away. The parameters
of plant composition and structure ware analyzed by measuring density (K-i), frequency (F) and
(dominance). The result showed that physiognomy of riparian trees in 3 main locations was mature
secondary forest (in the upstream), perupuk forest (the midstream) and early immature secondary forest (the
downstream). There were 22 species belonging to 16 families of riparian trees were recorded in Kahala
river. The plant species that have high the importance value (I.V) were recoded namely Antidesma
ghaemsembilla which 122.8 % (in the downstream) and Lophopetalum javanicum which 58.5 % (in the
upstream).
637
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 3, November 2018
638
ISSN e-journal 2579-7557
Basrowi Muhammad: KOMPOSISI DAN STRUKTUR POHON RIPARIAN DI SUNGAI KAHALA
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
639
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 3, November 2018
sampel, kertas koran, label gantung dan Indeks nilai penting (INP)
kerapatan relatif (KR), frekuensi (F), Nilai Penting, berdasarkan pendapat yang
frekuensi relatif (FR), dominansi (D), dikemukakan oleh Sutrisno (1993) dalam
dominansi relatif (DR) dan indeks nilai Heriyanto (2004) bahwa tingkatan
Bratawinata 2001).
640
ISSN e-journal 2579-7557
Basrowi Muhammad: KOMPOSISI DAN STRUKTUR POHON RIPARIAN DI SUNGAI KAHALA
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Kehilangan spesies ini akan berdampak itu, tidak dilakukan perhitungan analisa
terhadap kestabilan ekosistem. vegetasi pada lokasi ini, tetapi tetap
diamati tumbuhan-tumbuhan yang dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN berasosiasi di lokasi tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan Komposisi Vegetasi Pohon Riparian
bahwa kondisi di wilayah hulu Sungai Sungai Kahala
Kahala termasuk kedalam hutan sekunder Komposisi vegetasi pohon riparian
tua yang masih belum banyak gangguan di Sungai Kahala diperoleh bahwa di
di dalamnya, sedangkan di wilayah hilir wilayah hilir paling banyak ditemukan
kondisi hutan termasuk kedalam hutan dari jenis Antidesma ghaesembilla. Hal
campuran antara hutan sekunder dengan ini disebabkan tumbuhan ini dapat
hutan pinggir danau. Pada bagian tengah beradaptasi dengan kondisi habitat yang
sungai yang merupakan wilayah secara berkala tergenang. Jenis yang
pertemuan muara sungai dengan pinggir paling sedikit ditemukan adalah
danau, terbentuk formasi vegetasi yang Lophopetalum javanicum, Mitragyna
khas di dominasi oleh perupuk speciosa dan Pternandra coerulescens.
(Lophopetalum javanicum). Oleh karena
641
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 3, November 2018
642
ISSN e-journal 2579-7557
Basrowi Muhammad: KOMPOSISI DAN STRUKTUR POHON RIPARIAN DI SUNGAI KAHALA
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
643
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 3, November 2018
K–i KR DR FR
Taksa D F INP
(ha) (%) (%) (%)
Antidesma ghaesembilla 290,36 45,00 4,85 39,39 0,84 32,81 117,21
Dilenia excels 48,39 7,50 0,33 2,64 0,24 9,38 19,52
Gardenia tubifera 45,17 7,00 0,20 1,59 0,26 10,16 18,74
Gluta renghas 38,71 6,00 1,86 15,09 0,22 8,59 26,69
Hevea brasiliensis 51,62 8,00 3,08 25,04 0,16 6,25 39,29
Lagerstromia speciosa 35,49 5,50 0,68 5,50 0,16 6,25 17,25
Lophopetalum javanicum 3,23 0,50 0,04 0,32 0,02 0,78 1,60
Mangifera gedebe 12,90 2,00 0,23 1,90 0,08 3,13 7,03
Mitragyna speciosa 3,23 0,50 0,01 0,05 0,02 0,78 1,33
Pternandra coerulescens 3,23 0,50 0,05 0,40 0,02 0,78 1,69
Symplocos sp. 54,85 8,50 0,55 4,46 0,28 10,94 23,90
Syzygium oligomyrum 16,13 2,50 0,08 0,62 0,10 3,91 7,03
Vernonea arborea 3,23 0,50 0,02 0,13 0,02 0,78 1,41
Vitex pinnata 38,71 6,00 0,35 2,85 0,14 5,47 14,32
Total 645,24 100 12,30 100 2,56 100 300
Gardinea tubifera dengan 1 individu dan nilai dominansi yang rendah di wilayah
memiliki nilai 2,28 individu/ha (Tabel 2). hulu yaitu Gardinea tubifera dengan nilai
Nilai frekuensi pada wilayah hulu 0,01 dengan tingkat penutupan sebesar
sungai terdapat 1 jenis yang menyebar 0,05%.speciosa dengan nilai 0,01 dengan
secara luas yaitu jenis tingkat penutupan sebesar 0,05%. Ficus
Antidesma ghaesembilla dengan nilai sp. sangat mendominasi dari tingkat
32,8 %. Jenis yang menyebar secara penguasannya di wilayah hulu Sungai
rendah pada wilayah hilir yaitu Kahala. Ridwan dan Pamungkas (2015)
Lophopetalum javanicum, Mitragyna melaporkan pada penelitiannya di sekitar
speciosa, Pternandra coerulescens dan sumber mata air di kecamatan Panekan,
Vernonea arborea yang masing-masing Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Jenis
memiliki 1 individu dengan nilai 0,02 % ini memiliki nilai 20 – 100 dari total jenis
(Tabel 2). yang di dapatkan dari tempat tersebut.
Jenis Ficus sp. menguasi ruang di Indeks Nilai Penting tertinggi di
bagian hulu Sungai Kahala. Berdasarkan wilayah hulu yaitu jenis Ficus sp.
luas bidang dasarnya yang memiliki memiliki
tingkat penutupan tinggi di wilayah hulu nilai yaitu 51,62 %. Jenis ini sangat
yaitu jenis Ficus sp. dengan nilai sebesar mempengaruhi suatu komunitas
13,07 dengan tingkat penutupan lainnya tumbuhan.
yaitu sebesar 49 %. Jenis yang memiliki
644
ISSN e-journal 2579-7557
Basrowi Muhammad: KOMPOSISI DAN STRUKTUR POHON RIPARIAN DI SUNGAI KAHALA
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Jenis yang memiliki nilai kerapatan spesies yang mempunyai frekuensi 81-
yang tinggi menunjukkan pola 100 % tergolong kategori sangat tinggi.
penyesuaian suatu jenis yang besar Dominansi adalah proporsi antara
terhadap kondisi habitatnya, sehingga luas tempat yang ditutupi oleh spesies
dapat dijadikan salah satu daya dukung tumbuhan dengan luas total habitat. Dari
habitat. hasil ini dapat dikatakan bahwa jenis
Frekuensi suatu jenis menunjukkan yang memiliki nilai dominansi yang
penyebaran suatu jenis dalam suatu areal. tinggi menunjukkan jenis yang dapay
Pengelompokan frekuensi didasarkan beradaptasi dengan baik serta mampu
kepada indriyanto (2006) terdiri atas 5 memanfaatkan semua sumber daya yang
kelas, yaitu: Kelas A adalah spesies yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Jenis
mempunyai frekuensi 1-20 % tergolong ini kurang mampu dalam memanfaatkan
kategori sangat rendah, Kelas B adalah lingkungan yang ditempatinya secara
spesies yang mempunyai frekuensi 21-40 efisien sehingga spesies ini tertekan oleh
% tergolong kategori rendah, Kelas C jenis lain yang mendominasi.
adalah spesies yang mempunyai Indeks nilai penting (INP)
frekuensi 41-60 % tergolong kategori merupakan nilai yang menggambarkan
sedang, Kelas D adalah spesies yang peranan keberadaan suatu jenis dalam
mempunyai frekuensi 61-80 % tergolong komunitas tumbuhan. Jenis yang
kategori tinggi dan Kelas E adalah memiliki INP tertinggi merupakan jenis
645
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 3, November 2018
646
ISSN e-journal 2579-7557
Basrowi Muhammad: KOMPOSISI DAN STRUKTUR POHON RIPARIAN DI SUNGAI KAHALA
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
rawa daratan yang genanggannya tetap. bagian hilir yang tergolong ke dalam
Jenis ini penyebaran tumbuhnya tidak hutan sekunder muda, dan pada bagian
merata atau jarang. Diperkirakan tengah sungai yang didominasi oleh
penyebarannya kelompok perupuk pada Lophopetalum havanicum dan
habitatnya dalam satuan luas 1 Ha hanya membentuk suatu formasi tersendiri pada
20-30 % dan komunitas pun tidak pertemuan sungai Kahala dan bagian
seragam. Kadang hanya ditemukan\ satu pinggir danau. Hal ini mempunyai arti
jenis ke kelompok berikutnya terpisah penting terutama dari segi perlindungan
dengan jarak yang pendek kurang lebih fungsi tata air seperti menjaga kualitas air
200 – 500 m, namun ada juga sampai 1 sungai melalui pengaturan suhu air,
km atau lebih baru dijumpai adanya pengendalian erosi dan sedimentasi,
kelompok perupuk kembali. Pada sebagai sumber serasah (energi) dan
kelompoknya sendiri perupuk tumbuh penyerap pencemar dari daratan yang
sangat rapat sampai ada berjarak 1 meter terbawa ke sungai melalui air limpasan
antar pohon. Satuan ini membentuk suatu (Siahaan, 2014).
formasi tersendiri pada pertemuan sungai
Kahala dan bagian pinggir danau. KESIMPULAN
(Bratawinata, 1994). Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Fisiognomi vegetasi pohon riparian di
ketiga wilayah DAS Kahala yaitu
berupa hutan sekunder tua yang
merupakan hutan campuran di bagian
Gambar 3. Kondisi vegetasi bagian Tengah hulu, hutan dengan dominasi utama
Sungai Kahala pohon Lophopetalum javanicum
Kondisi vegetasi di bagian hulu (perupuk) di bagian tengah dan hutan
yang mana di wilayah ini disusun oleh sekunder muda yang didominasi oleh
tumbuhan hutan sekunder tua yang jenis Antidesma ghaesembilla di
merupakan hutan campuran, dicirikan bagian hilir / pinggir danau.
sebagai daerah konservasi dikarenakan 2. Vegetasi pohon riparian di DAS
spesies-spesies di bagian ini nilai yang di Kahala di dapatkan 22 jenis dari 16
dapatkan lebih tinggi dibandingkan di spesies. Jenis yang memiliki Indeks
647
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 3, November 2018
Nilai Penting (INP) terbesar adalah memberikan ijin penelitian dan seluruh
dari jenis Antidesma ghaemsembilla masyarakat desa Kahala, desa Tubuhan
122,8 % di bagia hilir dan dan desa Semayang yang telah
Lophopetalum javanicum 58,5 % di memberikan bantuan baik secara
bagian hulu. langsung maupun tidak langsung kepada
UCAPAN TERIMA KASIH peneliti.
Terima kasih diucapkan kepada para
kepala desa setempat yang telah
DAFTAR PUSTAKA
Agus dan Ruijter J. 2004. Perhitungan Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan
kebutuhan pupuk. pidra. Konservasi Alam, 1 (2): 5-11
participatory intergrated Indrianto. 2006. Ekologi hutan. Jakarta:
development in rainfed areas. Penerbit Erlangga.
world agroforestry center. Mueller-Dombois, D., Ellenberg H, 1974.
transforming lives and landscapes. Aims and methods of vegetation
Jakarta. ecology. John Willey & Sons, Inc,
Asdak C. 1995. Hidrologi dan New York Chichester Brisbane
pengelolaan daerah aliran sungai. Toronto.
Yogyakarta: Gajah Mada Naiman RJ, Billy RE and Bisson PA.
University Press. 2000. Riparian ecology and
Bengen DG. 2001. Pedoman teknik management in the Pasific Coastal
pengenalan dan pengelolaan Rain Forest. Bioscience, 50
ekosistem mangrove. pusat kajian (11):96-101.
sumber daya pesisir dan laut. Naiman RJ, DeCamps H and McClain
Bogor: Institusi Pertanian Bogor. ME. 2005. Riparia: Ecology,
Bratawinata AA. 1994. Forest structure, Conservation, and Management of
floristic composition and Streamide Communities.
dominance of species of Lowland, Amsterdam: Elsevier Academic
Hilly and Swamp Tropical Rain Press.
Forests in East Kalimantan, Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 2006.
Indonesia. Faculty of Forestry. Pengelolaan daerah aliran sungai
Mulawarman University, 01 (02): dan program penghijauan. Repro:
101 – 102 Ilmu Tanah Universitas Gadjah
Hariyadi, E. Hendra, M. Winata A, Mada. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Rahmatullah K. Mislan, dan Zaii Pertanian UGM.
M. 2015. Profil Vegetasi Riparian Nursal, Suwondo dan Novita I. 2013.
Tanjung Una Kabupaten Kutai Karakteristik Komposisi dan
Kartanegara. Jurnal Bioprospek, 10 Stratifikasi Vegetasi Strata Pohon
(2): 1-6. Riparian Komunitas Riparian di
Heriyanto NM. 2004. Suksesi hutan Kawasan Hutan Wisata Rimbo
bekas tambahan dikelompok Sungai Tujuh Danau Kabupaten Kampar
Lekawi-Sungai Jengonoi, Provinsi Riau. Jurnal Biogenesis, 9
Kabupaten Sintang Kalimantan (2), Februari 2013.
648
ISSN e-journal 2579-7557
Basrowi Muhammad: KOMPOSISI DAN STRUKTUR POHON RIPARIAN DI SUNGAI KAHALA
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Odum EP. 1971. Dasar - dasar ekologi minahasa selatan. Jurnal LPPM
edisi ketiga. Yogyakarta: UGM Bidang Sains dan Teknologi, 1 (1):
Press. 7 – 9.
Ridwan M dan Pamungkas D. 2015. Sinukaban N. 1995. Pengelolaan
Keanekaragaman vegetasi pohon di daerah aliran sungai. Bahan
sekitar sumber mata air di Kuliah pada Program Pascasarjana,
Kecamatan Panekan, Kabupaten IPB, Bogor.
Magetan, Jawa Timur. Pros Sem Slik F. 2018. Plants of Southeast Asia.
Nas Masy Biodiv Indon, 6 (1): Online at www.asianplant.net.
1375 – 1379. Soerianegara I dan A.Indrawan. 1978.
Siahaan R dan Ai NS. 2014. Jenis-jenis Ekologi hutan Indonesia. Bogor:
vegetasi riparian sungai ranoyapo, Fakultas Kehutanan IPB.
649
ISSN e-journal 2579-7557