Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

HUBUNGAN TEKNIK PERLEKATAN MENYUSUI

DENGAN KEJADIAN REGURGITASI


PADA BAYI USIA 0-2 BULAN

Yovia Rahayu1, Riri Novayelinda2, Agrina3


Fakultas Keperawatan
Universitas Riau
Email: yoviarahayu282@gmail.com

Abstract

Latch-on technique is important aspects that determine the success of breastfeeding. Latch-on technique can increase
the comfort of the baby while breastfeeding and decrease breastfeeding problems. The aim of this research was to
identify the relationship of breastfeeding latch-on technique towards the regurgitation incidence among 0-2 months
infant. The design was descriptive correlational research with cross sectional approach. The sampling technique
purposive sampling involving 34 breastfeeding mother who have babies 0-2 month in Puskesmas Harapan Raya, that
was selected based on inclusion criteria. This research used observation sheet adopted from LATCH Score that already
tested for validity and reliability. This research using univariate and bivariate analysis with chi-square test with
alternative test using hipotesis komparatif kategorik test. The results of this study indicate that 17 respondents (50%)
showed breastfeeding latch-on techniques in good categories during observation, while the rest in the less good
categories. As many as 19 respondents (55,9%) who experienced regurgitation. The results showed that p value was
0,000 (p value< 0,05), which means that there is a relationship between breastfeeding latch-on technique towards the
regurgitation incidence among 0-2 months infant. Based on the results of this study is expected to the public, especially
mothers who have babies properly and pay attention to the technique of latch-on breastfeeding to avoid health
problems, especially the incidence of regurgitation.

Keywords: Early infant, Latch-on techniques, LATCH Score, Regurgitation,

PENDAHULUAN manfaat menyusui bagi ibu dapat


Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi mengurangi perdarahan setelah melahirkan
alamiah terbaik dan paling tepat untuk bayi dan mempercepat involusi uterus (pengecilan
karena ASI mengandung kebutuhan energi, rahim seperti semula), membantu
mempunyai nilai gizi yang tinggi, dan zat mengembalikan tubuh seperti keadaan
yang dibutuhkan tubuh bayi terutama selama sebelum hamil, menjadikan hubungan ibu
enam bulan pertama kehidupan bayi. ASI dan bayi semakin dekat, menunda
eksklusif adalah pemberian ASI saja, tanpa kehamilan, dan mengurangi resiko kanker
makanan dan minuman tambahan (MP-ASI) payudara dan ovarium (Syafrudin,
sampai usia bayi sekitar 6 bulan (Nazarina, Rusmartini, & Mulyati, 2015).
2008). Kandungan-kandungan zat gizi yang Menyusui memiliki banyak manfaat
terkandung dalam ASI berperan penting bagi bayi itu sendiri, akan tetapi dalam
dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi. menyusui banyak hal yang harus
ASI diberikan secara langsung oleh ibu diperhatikan seperti teknik menyusui, teknik
kepada bayi melalui payudaranya dengan perlekatan, dan posisi ibu saat menyusui
proses menyusui. Menyusui bayi secara bayinya. Apabila hal tersebut tidak
langsung tanpa perantara botol susu sangat diperhatikan, bisa menimbulkan masalah
menguntungkan bagi bayi maupun ibu itu salah satunya adalah bayi dapat mengalami
sendiri (Yuniarini, 2012). Manfaat menyusui regurgitasi sesaat setelah bayi minum ASI.
secara langsung untuk bayi adalah makanan Regurgitasi adalah keluarnya kembali
terbaik bagi bayi yang mudah dicerna, (tumpah/gumoh) susu yang telah ditelan
menyempurnakan pertumbuhan bayi ketika atau beberapa saat setelah menyusui
sehingga menjadikan bayi sehat dan cerdas, dalam jumlah hanya sedikit (Sukarni &
bayi yang menyusu jarang mengalami diare Wahyu, 2013). Regurgitasi merupakan
dan jarang terkena alergi. Sedangkan keadaan yang fisiologis pada bayi berusia

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 363


kurang dari satu tahun, terutama kurang dari memberikan manfaat bagi ibu dan bayi. Pada
dua bulan, tapi akan menghilang dengan saat menyusui hal yang harus diperhatikan
sendirinya seiring bertambahnya usia bayi. yaitu proses mengulum dan perlekatan bibir
Regurgitasi dapat terjadi karena pada teknik bayi pada areola ibu, karena mengulum dan
menyusuinya belum benar, seperti teknik perlekatan merupakan kunci keberhasilan
perlekatan (latch-on). Penelitian Azizah dalam teknik menyusui agar tidak terjadi
(2014) didapatkan hasil teknik menyusui masalah dalam menyusui.
yang benar pada bayi dengan kejadian tidak Agar dapat menyusui secara langsung
regurgitasi sebesar 80%, jauh dibandingkan dengan benar, maka diperlukan teknik
dengan teknik menyusui yang salah pada perlekatan yang tepat. Bayi yang telah
bayi dengan kejadian regurgitasi 20%. menyusu dengan perlekatan yang tepat akan
Penelitian lain juga dilakukan oleh Pertiwi, menunjukkan tanda-tanda seperti: bayi
Solehati, dan Widiasih (2012) dengan hasil tampak tenang, badan bayi menempel pada
bahwa 55% ibu gagal dalam pemberian ASI perut ibu, mulut bayi terbuka lebar, dagu
karena teknik menyusui yang kurang baik. menempel pada payudara ibu, sebagian besar
Depkes (2010) mengatakan bahwa areola payudara masuk ke dalam mulut bayi,
sekitar bayi berumur dibawah 4 bulan bayi tampak menghisap kuat dengan irama
mengalami regurgitasi minimal 1 kali dalam perlahan, puting susu ibu tidak terasa nyeri,
sehari sekitar 70% dan akan berkurang telinga dan lengan bayi terletak pada satu
seiring dengan bertambahnya usia sekitar 8- garis lurus. Sedangkan menurut WHO
10% pada umur 9-12 bulan dan sekitar 5% (2009) teknik menyusui yang tepat adalah
pada umur 18 bulan. Menurut penelitian para badan bayi telah menempel pada perut ibu,
ahli hampir 50% bayi pernah mengalami posisi hidung dan dagu bayi menghadap ke
regurgitasi atau gumoh dalam tiga bulan payudara ibu dengan mulut bayi menempel
pertama setelah kelahirannya (Putra, 2012). sebagian ke bagian puting susu ibu.
Sedangkan menurut Dogra, Lad and Sirisena Teknik perlekatan menyusui sangat
(2011) bahwa bayi mengalami regurgitasi perlu diketahui sejak awal kelahiran oleh ibu
sebanyak 50% pada usia 0-3 bulan, 67% yang memiliki bayi terutama yang berusia 0-
pada usia 4 bulan, dan 5% ada usia 10-12 2 bulan untuk mencegah permasalahan
bulan. terjadinya dalam pemberian ASI. Hal ini
Ilmiasih, Susanti, dan Damayanti sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
(2017) juga telah melakukan penelitian I Mannan dkk (2008) hasil dari penelitiannya
terkait analisis faktor yang mempengaruhi yaitu 12-15% dari 486.351 responden
regurgitasi pada bayi ASI eksklusif usia 0-6 ditemukan masalah tentang teknik perlekatan
bulan di Wilayah Puskesmas Pajarakan dan posisi menyusui, ibu postpartum yang
Kabupaten Probolinggo yang didapatkan mendapat kunjungan rumah tentang teknik
hasil bahwa faktor posisi bibir bayi saat perlekatan dan posisi menyusui selama tiga
mengulum dan perlekatan bibir bayi pada kali dalam minggu pertama kelahiran hanya
puting ibu secara bersama-sama mengalami permasalahan pemberian ASI
mempengaruhi regurgitasi pada bayi usia 0-6 sebanyak 6% dibandingkan ibu yang tidak
bulan. Hal ini didapat dari hasil uji regresi kunjungan rumah (34%). Hal ini
logistic bahwa nilai signifiksi sebesar 0,999. menjelaskan bahwa perlu dilakukan
Posisi menyusui yang kurang tepat dimana observasi tentang teknik perlekatan terhadap
bayi tidak menghadap payudara secara ibu yang memiliki bayi usia 0-2 bulan guna
sempurna akan mengakibatkan proses mencegah permasalahan dalam pemberian
mengulum dan perlekatan bibir bayi pada ASI seperti kejadian regurgitasi.
puting ibu tidak melekat dengan baik dapat Studi pendahuluan dilakukan pada
menyebabkan udara masuk dari sela-sela bulan Januari hingga Februari 2018 dengan
puting pada saat bayi menghisap puting ibu. metode wawancara terhadap 7 ibu menyusui
Teknik menyusui merupakan hal yang harus yang mempunyai anak usia 0-2 bulan,
diperhatikan oleh ibu agar proses menyusui didapatkan hasil bahwa terdapat 6 bayi yang
dilakukan dengan tepat dan dapat pernah mengalami regurgitasi. Diantara 6
JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 364
bayi yang mengalami regurgitasi terdapat 4 menggunakan distribusi frekuensi dan
orang ibu yang menyusui dengan perlekatan analisis bivariat dengan uji statistik chi-
hanya pada puting saja dan hanya 2 orang square.
ibu yang menyusui dengan perlekatan areola.
Hasil studi pendahuluan tersebut HASIL PENELITIAN
mengungkapkan bahwa teknik perlekatan Hasil penelitian yang dilakukan bulan
merupakan bagian penting dalam menyusui, Februari sampai Juli 2018 pada 34 responden
fenomena inilah yang menarik peneliti untuk ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-2
meneliti tentang “Hubungan teknik bulan di Puskesmas Harapan Raya, dengan
perlekatan menyusui dengan kejadian data yang diperoleh sebagai berikut:
regurgitasi pada bayi usia 0-2 bulan”.
Analisis Univariat
Tujuan penelitian ini adalah untuk
1. Karakteristik Responden
mengidentifikasi hubungan teknik perlekatan
Tabel 1
menyusui dengan kejadian regurgitasi pada
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
bayi usia 0-2 bulan. Hasil penelitian ini
Data Demografi (n=34)
diharapkan dapat memberikan pemikiran dan
No Persentase
acuan bagi ilmu pengetahuan tentang Data Demografi Frekuensi
(%)
pentingnya penggunaan teknik perlekatan yang 1 Usia
tepat dalam menyusui untuk mengurangi Remaja awal 1 3,0
kejadian regurgitasi pada bayi usia 0-2 bulan. (12-16 tahun)
Remaja akhir 8 23,5
METODE PENELITIAN (17-25 tahun)
Desain pada penelitian ini adalah Dewasa awal 25 73,5
deskriptif korelasi dengan menggunakan (26-35 tahun)
pendekatan cross sectional. Populasi dalam 2 Pekerjaan
penelitian ini adalah ibu menyusui yang IRT 18 52,9
memilki bayi usia 0-2 bulan di Puskesmas PNS 4 11,8
Honorer 9 26,5
Harapan Raya dengan jumlah populasi pada
Wiraswasta 3 8,8
bulan Februari tahun 2018 adalah 50 orang. 3 Jenis kelamin bayi
Sampel penelitian adalah ibu menyusui yang Laki-laki 18 52,9
memiliki bayi usia 0-2 bulan di Puskesmas Perempuan 16 47,1
Harapan Raya diambil dengan teknik 4 Usia bayi
purposive sampling dengan jumlah sampel Neonatus 18 52,9
34 orang. Alat pengumpulan data (0-28 hari)
menggunakan lembar observasi yang Infant 16 47,1
diadopsi dari LATCH Score yang terdiri dari (29-360 hari)
5 item yaitu latch (perlekatan), audible 5 Berat badan lahir
swallowing (bunyi menelan), type of nipple Normal 66 100
(kenyamanan puting susu), dan hold
positioning (bantuan yang dibutuhkan ibu Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa
untuk memperoleh posisi yang nyaman untuk kategori usia responden yang terbanyak
ketika menyusui). masing-masing item yaitu berada pada rentang dewasa awal (26-35
mempunyai skor 0-2 sehingga total skor tahun) berjumlah 25 responden (73,5%), dan
yang diperoleh antara 0-10. Berdasarkan yang paling sedikit yaitu berada pada rentang
total skor tersebut, dikategorikan menjadi remaja awal (12-16 tahun) berjumlah 1
teknik perlekatan menyusui kurang baik responden (3,0%). Berdasarkan jenis pekerjaan
(skor 0-6) dan teknik perlekatan menyusui responden, yang terbanyak yaitu IRT
baik (skor 7-10) dan cara menilai kejadian berjumlah 18 responden (52,9%) dan paling
regurgitasi adalah melihat apakah bayi sedikit yaitu wiraswasta berjumlah 3
mengalami regurgitasi sesaat atau 1-2 jam responden (8,8%). Berdasarkan jenis kelamin
setelah menyusui. Analisis data yang bayi yang terbanyak yaitu jenis kelamin laki-
digunakan yaitu analisis univariat laki berjumlah 18 responden (52,9%) dan yang
JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 365
paling sedikit yaitu jenis kelamin perempuan Tabel 4 menggambarkan hubungan
berjumlah 16 responden (47,1%). antara teknik perlekatan menyusui dengan
Berdasarkan usia bayi yang terbanyak kejadian regurgitasi pada bayi usia 0-2 bulan.
yaitu usia neonatus (0-28 hari) berjumlah 18 Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan
responden (52,9%), dan yang paling sedikit uji chi square dengan p value diperoleh nilai
yaitu usia infant (29-360 hari) berjumlah 16 0,000 (p value < 0,05), maka dapat
responden (47,1%). Berdasarkan berat badan disimpulkan bahwa ada hubungan antara
bayi lahir semuanya memilki berat badan lahir teknik perlekatan menyusui dengan kejadian
normal berjumlah 34 responden (100%). regurgitasi pada bayi usia 0-2 bulan.
PEMBAHASAN
2. Teknik Perlekatan Menyusui A. Karakteristik Responden
Tabel 2 1. Umur Ibu
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Berdasarkan hasil penelitian yang
Teknik Perlekatan Menyusui (n=34) dilakukan pada 34 responden ibu yang
No Teknik Frekuensi Persentase
menyusui bayi 0-2 bulan di Puskesmas
Perlekatan (%)
Harapan Raya, didapatkan hasil bahwa
1 Kurang Baik 17 50
2 Baik 17 50 mayoritas responden (ibu menyusui)
berusia pada rentang dewasa awal (26-35
tahun) dan paling sedikit yaitu berada pada
Berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa
rentang remaja awal (12-16 tahun). Hal ini
dari 34 responden yang diteliti, yang
diperoleh karena jadwal penelitian
menggunakan teknik perlekatan menyusui baik
bertepatan dengan jadwal imunisasi BCG
berjumlah 17 responden (50%), dan yang
dan DPT untuk bayi dibawah usia 2 bulan
menggunakan teknik perlekatan menyusui
di Puskesmas Harapan Raya.
kurang baik berjumlah 17 responden (50%).
Hal ini juga mewakili hasil dari Pusat
Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
3. Kejadian Regurgitasi
Republik Indonesia (2013) bahwa
Tabel 3
kelompok usia 25-29 tahun adalah
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
kelompok terbanyak direntang usia
Kejadian Regurgitasi (n=34)
produktif. Umur ibu sangat menentukan
No Kejadian Frekuensi Persentase
Regurgitasi (%)
kesehatan maternal dan berkaitan dengan
1 Ya 19 55,9 kondisi kehamilan, persalinan dan nifas
2 Tidak 15 44,1 serta cara mengasuh dan menyusui bayinya.
Penelitian BKKBN (2012) yang
menyatakan bahwa usia ideal wanita untuk
Berdasarkan tabel 3 didapatkan bahwa hamil dan melahirkan adalah pada rentang
dari 34 responden yang di teliti, kejadian usia 20-35 tahun, dimana pada usia tersebut
regurgitasi berjumlah 19 responden (55,9) dan merupakan masa kesuburan yang tinggi,
yang tidak mengalami regurgitasi berjumlah sehingga pada rentang usia ini fisiologi
15 responden (44,1%). payudara masih optimal dan produksi ASI
A. Analisis Bivariat juga masih baik.
Tabel 4 2. Pekerjaan Ibu
Hubungan antara Teknik Perlekatan Menyusui Berdasarkan pekerjaan responden, yang
dengan Kejadian Regurgitasi pada Bayi Usia terbanyak responden tidak bekerja (ibu
0-2 Bulan rumah tangga) yang artinya ibu mempunyai
Kejadian Regurgitasi banyak waktu untuk menyusui bayinya. Ibu
Teknik Total
No
Perlekatan
Ya Tidak p value rumah tangga umumnya memiliki waktu
n % n % n % lebih banyak dalam mengurus kesehatan
1 Kurang
Baik
16 94,1 1 5,9 17 100 keluarga terutama dalam mengurus anak.
0,000
2 Baik 3 17,6 14 82,4 17 100 Presentase ini mewakili data Badan Pusat
Total 19 55,9 15 44,1 34 100 Statistik Provinsi Riau (2013) menunjukkan

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 366


bahwa di Provinsi Riau sebagian besar Menurut teori Kosim dkk (2008)
penduduk perempuannya tidak bekerja atau bahwa beberapa faktor determinan yang
sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT). potensial mempengaruhi berat bayi lahir
3. Jenis Kelamin Bayi antara lain: antropometri ibu, asupan
Berdasarkan data yang didapatkan jenis makanan (energi, protein, sumber makanan
kelamin responden (bayi) yang terbanyak hewani atau nabati), status sosial ekonomi.
jenis kelamin laki-laki. Hal ini didukung Berat badan lahir bayi tidak mempengaruhi
dari data yang didapatkan di Puskesmas teknik perlekatan menyusui ibu. Hal ini
Harapan Raya jumlah bayi laki-laki 29 dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
jumlah bayi perempuan 21 bayi. Hal Rinata, Rusdyati, dan Sari (2016)
tersebut sesuai dengan data Badan Pusat mengatakan tidak ada hubungan antara berat
Statistik (BPS) kota Pekanbaru tahun 2018 badan lahir dengan perlekatan menyusui
menyatakan jumlah laki-laki (505.769) (P=0,059).
lebih banyak dibandingkan perempuan 6. Teknik Perlekatan Menyusui
(478.905). Hidayat (2014) menyatakan Berdasarkan hasil penelitian yang
perkembangan anak laki-laki akan dilakukan pada 34 responden ibu menyusui
cenderung lebih cepat dibandingkan dengan yang memiliki bayi 0-2 bulan di Puskesmas
anak perempuan dan akan bertahan sampai Harapan Raya, didapatkan hasil bahwa 50%
usia tertentu, mengingat anak perempuan teknik perlekatan menyusui sudah dalam
akan mengalami pubertas lebih dulu. Hal kategori baik. Teknik perlekatan adalah
ini sejalan dengan teori Soetjiningsih dan bagian yang penting dalam proses menyusui.
Ranuh (2016) menyatakan bahwa anak laki- Perlekatan yang tepat memungkinkan mulut
laki lebih aktif bila dibandingkan dengan bayi mampu menghisap dengan baik pula,
anak perempuan. dimana hisapan bayi ini yang akan
4. Usia Bayi menstimulasi ujung syaraf puting untuk
Berdasarkan usia responden (bayi) membuat pesan terkirim ke otak. Otak akan
yang terbanyak yaitu usia neonantus, memerintahkan hipotalamus anterior untuk
asupan makanan yang tepat untuk bayi mengeluarkan hormon prolaktin dan
yaitu Air Susu Ibu. Air Susu Ibu merupakan hipotalamus posterior untuk mengeluarkan
makanan yang ideal untuk bayi terutama hormon oksitosin. Hormon prolaktin akan
untuk bulan-bulan pertama. Pada umur ini, merangsang alveoli payudara untuk
ASI merupakan makanan utama bagi bayi. menghasilkan ASI sedangkan hormon
Usia bayi 0-6 bulan memiliki refleks dalam oksitosin yang akan menyebabkan otot-otot
menyusui diantara refleks mencari (Rooting disekitar alveoli berkontraksi sehingga ASI
Refleks) yaitu kemampuan bayi untuk akan terdorong ke ductus laktiferus dan siap
mencari puting, kemudian refleks untuk dihisap bayi. Semakin bayi menghisap
menghisap (Sucking Refleks) yaitu refleks maka semakin tinggi produksi ASI
mengisap ASI dari puting ibu dan terakhir selanjutnya (Reeder, Martin, & Griffin,
refleks menelan (Swallowing Refleks) 2011).
(Sukarni & Wahyu, 2013). Hal ini sejalan dengan penelitian Fitria
5. Berat Badan Bayi Lahir (2011) terkai faktor-faktor yang
Berdasarkan berat badan bayi lahir mempengaruhi pemberian ASI yang
responden (bayi) yaitu semua responden menyatakan bahwa keadaan lecet puting
memiliki berat badan lahir normal (2500- merupakan salah satu faktor yang
4000 gram). Berat badan lahir memiliki menghambat pemberian ASI dan penyebab
dampak dan pengaruh yang besar terhadap utama terjadinya lecet puting adalah
pertumbuhan dan perkembangan bayi. perlekatan yang tidak baik. Hasil penelitian
Berat badan lahir merupakan salah satu Coca (2009), menemukan hubungan yang
indikator dalam tumbuh kembang anak bermakna antara perlekatan yang tidak tepat
hingga masa dewasanya dan dengan kejadian lecet puting dan mastitis.
menggambarkan status gizi yang diperoleh Perlekatan yang benar juga menghindari luka
janin selama dalam kandungan. pada puting, karena pada perlekatan yang
JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 367
benar, puting tidak akan bergesekan dengan lambung. Kondisi ini wajar ditemukan pada
langit-langit bayi yang keras, melainkan jatuh bayi dan akan berkurang hingga
ditengah rongga tenggorokan bayi, sehingga menghilang saat usia enam bulan sampai
tidak akan tergesek dan tidak akan luka. Oleh satu tahun (Irianto, 2014).
karena itu perlekatan menyusui dapat Regurgitasi sebenarnya adalah kejadian
dikatakan adalah jantungnya proses menyusui yang normal, namun regurgitasi yang
(Sulystyawati, 2009). berlebihan dapat menyebabkan komplikasi
7. Kejadian Regurgitasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi
Berdasarkan hasil penelitian yang bila cairan yang keluar tidak seimbang
dilakukan pada 34 responden ibu menyusui dengan cairan yang masuk ke tubuh bayi.
yang memiliki bayi 0-2 bulan di Puskesmas Hal tersebut seperti dikemukakan oleh
Harapan Raya, didapatkan hasil bahwa Aydogan, Kalender, Yengil, Dokuyucan,
mayoritas ibu menyusui bayi usia 0-2 bulan dan Tutanc (2014) yang menyatakan bahwa
mengalami kejadian regurgitasi yaitu bayi yang mengalami regurgitasi lebih dari
berjumlah 19 responden (55,9%). Kejadian 4 kali dalam sehari memiliki kemungkinan
regurgitasi yang ditemukan pada saat 2 kali lebih besar mengalami gizi kurang
penelitian ada yang terjadi saat menyusui, dibandingkan dengan yang mengalami
ada yang terjadi beberapa menit setelah regugitasi kurang dari 4 kali dalam sehari.
menyusui, tetapi jarang 1-2 jam setelah Asam lambung yang ikut keluar juga dapat
menyusui. Hasil penelitian ini sejalan mengiritasi dan merusak dinding
dengan penelitian Samsuri (2016) terkait kerongkongan. Hal tersebut seperti
hubungan menyendawakan setelah dikemukakan oleh Hasibuan, Hegar, dan
menyusui dengan kejadian regurgitasi pada Kadim (2012) yang menyatakan bahwa
bayi usia 0-6 bulan didapatkan hasil bahwa kerusakan mukosa esophagus akibat refluks
dari 30 bayi yang sering disendawakan esophagus pada anak merupakan keadaan
jarang mengalami kejadian regurgitasi yang perlu diwaspadai pada setiap anak
sebanyak 90%. Dari 20 bayi yang jarang dengan gejala klinis regurgitasi dengan
disendawakan sering mengalami kejadian volume dan frekuensi berlebihan.
regurgitasi sebanyak 89,5%.
Regurgitasi ini terjadi karena B. Hubungan teknik perlekatan menyusui
dipengaruhi beberapa faktor. Berdasarkan dengan kejadian regurgitasi pada bayi
hasil penelitian didapatkan faktor posisi usia 0-2 bulan
bibir bayi saat mengulum dan perlekatan Berdasarkan hasil penelitian yang
bibir bayi pada puting ibu secara bersama- dilakukan pada 34 responden ibu menyusui
sama mempengaruhi regurgitasi pada bayi. yang memiliki bayi usia 0-2 bulan di
Posisi menyusui yang kurang tepat yaitu Puskesmas Harapan Raya, didapatkan hasil
bayi tidak menghadap payudara secara analisis hubungan antara teknik perlekatan
sempurna sehingga proses mengulum dan menyusui dengan kejadian regurgitasi pada
perlekatan bibir bayi pada puting ibu tidak bayi usia 0-2 bulan diperoleh bahwa ada
melekat dengan baik dapat menyebabkan sebanyak 16 (94,1%) orang responden yang
udara masuk dari sela-sela puting pada saat menggunakan teknik perlekatan menyusui
bayi menghisap puting ibu. Hal ini sesuai yang kurang baik bayinya mengalami
dengan penelitian Dogra, Lad and Sirisena regurgitasi, Sedangkan diantara ibu yang
(2011) bahwa bayi mengalami regurgitasi menggunakan teknik perlekatan menyusui
sebanyak 50% pada usia 0-3 bulan, 67% baik, ada 3 (7,6%) bayinya yang mengalami
pada usia 4 bulan dan 5% pada usia 10-12 regurgitasi. Hasil uji statistik menggunakan
bulan. Menurut Dewi (2012) regurgitasi uji chi-square dengan uji alternatif uji
adalah keluarnya kembali sebagian isi hipotesis komparatif kategorik diperoleh
lambung berapa saat setelah susu masuk nilai p=0,000 maka dapat disimpulkan ada
kedalam lambung. Hal tersebut akibat perbedaan proporsi kejadian regurgitasi
belum sempurnanya kerja katub yang antara teknik perlekatan menyusui kurang
membuka tutup jalan antara esophagus dan baik dengan teknik perlekatan baik (ada
JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 368
hubungan yang signifikan antara teknik yang lama dapat menyebabkan tubuh
perlekatan menyusui dengan kejadian kekurangan cairan karena asupan gizi yang
regurgitasi pada bayi 0-2 bulan). diperoleh oleh bayi sebagian keluar
Dalam menyusui hal yang harus kembali. Asam lambung yang ikut keluar
diperhatikan yaitu proses mengulum dan juga dapat mengiritasi dan merusak dinding
perlekatan bibir bayi pada areola ibu. kerongkongan.
Mengulum dan perlekatan merupakan kunci Berdasarkan analisis bivariat yang telah
keberhasilan dalam teknik menyusui agar dilakukan peneliti, ternyata didapatkan hasil
tidak terjadi regurgitasi pada bayi. Hal ini dimana pada kategori teknik perlekatan
sejalan dengan teori Dwienda, (2014) menyusui kurang baik terdapat 16
mengatakan posisi menyusui dengan responden yang mengalami kejadian
perlekatan yang tidak tepat yaitu saat regurgitasi, sedangkan pada kategori teknik
mengulum bibir bayi tidak membuka keluar perlekatan menyusui baik masih terdapat 3
dan tidak menutupi setengah dari areola responden yang mengalami kejadian
payudara ibu dengan baik akan regurgitasi, sehingga peneliti berasumsi
mengakibatkan udara terhisap sama ASI. bahwa selain teknik perlekatan menyusui
Udara tersebut masuk kedalam lambung ada faktor lain yang juga dapat
dan akan mendorong isi lambung sehingga mempengaruhi teknik perlekatan menyusui
bayi mengalami regurgitasi (Indrio et al, pada bayi usia 0-2 bulan. Faktor lain yang
2009). Teknik perlekatan yang tepat dapat mempengaruhi kejadian regurgitasi selain
membuat ASI yang diminum bayi langsung dari teknik perlekatan adalah
masuk kedalam lambung, sehingga bayi menyendawakan bayi. Menyendawakan
tidak rewel dan bayi mendapatkan ASI setelah menyusui membebaskan saluran
yang cukup untuk meningkatkan daya tahan pencernaan dari udara yang tertelan saat
tubuh dan pertumbuhannya. Teknik menyusui dan ASI bisa masuk kedalam
perlekatan yang tepat memudahkan ASI lambung tidak tertahan pada kerongkongan.
masuk sempurna kedalam lambung bayi Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh
dan tidak akan menyebabkan regurgitasi Tilong (2014) bahwa cara mencegah
karena bayi mengunci rapat areola mame regurgitasi adalah dengan menyendawakan
saat menyusu yang tidak menyebabkan cela bayi setiap selesai minum susu agar udara
udara yang dapat masuk kedalam lambung yang ikut masuk kedalam lambung keluar.
bayi. Sendawa memiliki manfaat yaitu mampu
Penelitian ini didukung oleh penelitian mengeluarkan udara yang tertelan oleh bayi
yang dilakukan oleh Ilmiasih, Susanti, dan ketika bayi menyusu. Hal ini juga sejalan
Damayanti (2017) terkait analisis faktor dengan penelitian Samsuri (2016) terdapat
yang mempengaruhi regurgitasi pada bayi hubungan menyendawakan bayi setelah
ASI eksklusif usia 0-6 bulan didapatkan menyusui dengan kejadian regurgitasi pada
hasil bahwa faktor posisi bibir bayi saat bayi usia 0-6 bulan.
mengulum dan perlekatan bibir bayi pada
puting ibu secara bersama-sama SIMPULAN
mempengaruhi regurgitasi. Hal ini didapat Berdasarkan hasil penelitian yang
dari hasil uji regresi logistic bahwa nilai dilakukan terhadap 34 responden yaitu ibu
signifikan sebesar 0,999. Posisi menyusui menyusui yang memiliki bayi usia 0-2 bulan
yang kurang tepat dimana bayi tidak pada bulan Februari 2018 hingga Juli 2018,
menghadap payudara secara sempurna akan secara statistik didapatkan hasil bahwa
mengakibatkan proses mengulum dan sebagian besar responden berada pada rentang
perlekatan bibir bayi pada puting ibu tidak usia dewasa awal (26-35 tahun) berjumlah
melekat dengan baik dapat menyebabkan (73,5%). Berdasarkan pekerjaan, sebagian
udara masuk dari sela-sela puting pada saat besar pekerjaan responden adalah ibu rumah
bayi menghisap puting ibu. Rukiyah dan tangga berjumlah (52,9%). Berdasarkan jenis
Yulianti (2013) juga mengatakan bahwa kelamin bayi, sebagian besar jenis kelamin
regurgitasi yang berlebih serta dalam waktu responden adalah laki-laki berjumlah
JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 369
(52,9%). Berdasarkan usia bayi, sebagian beberapa kali observasi ataupun dengan
besar usia bayi adalah neonatus berjumlah menggunakan instrument yang berbeda,
(52,9%). Berdasarkan berat badan lahir bayi, misalnya dengan kuesioner dan teknik
seluruh bayi memiliki berat badan lahir wawancara.
normal berjumlah (100%).
Berdasarkan hasil gambaran variabel UCAPAN TERIMA KASIH
penelitian teknik perlekatan menyusui, Terima kasih yang tak terhingga atas bantuan
setengah dari responden menggunakan teknik dan bimbingan dari berbagai pihak dalam
perlekatan menyusui efektif berjumlah (50%). penyelesaian laporan penelitian ini
1
Gambaran kejadian regurgitasi pada bayi usia Yovia Rahayu: Fakultas Keperawatan
Universitas Riau, Indonesia.
0-2 bulan, sebagian besar mengalami 2
Riri Novayelinda, S.Kp., M.Ng: Dosen
regurgitasi berjumlah (55,9%).
Bidang Keilmuan Keperawatan Anak
Berdasarkan uji statistik tentang
Fakultas Keperawatan Universitas Riau,
hubungan antara teknik perlekatan menyusui Indonesia.
dengan kejadian regurgitasi pada bayi usia 0- 3
Ns. Agrina, M.Kep., Sp.Kom, PhD: Dosen
2 bulan diperoleh nilai p value 0,000 (p value Bidang Keilmuan Keperawatan Komunitas
< 0,05), artinya H0 ditolak, maka dapat Fakultas Keperawatan Universitas Riau,
disimpulkan bahwa ada hubungan antara Indonesia.
teknik perlekatan menyusui dengan kejadian
regurgitasi pada bayi usia 0-2 bulan. DAFTAR PUSTAKA
. Aydogan, F., Kalender, E., Yengil, E., Dokuyucu,
SARAN R & Tutanc, M. (2014). Gastroesophageal
1. Bagi ilmu keperawatan Reflux Frequency of Children in Hatay.
Bagi ilmu keperawatan agar dapat Eastern Journal of Medicine, Vol. 19 hal
dijadikan pemkiran dan acuan bagi ilmu 146-149
pengetahuan tentang pentingnya Azizah, N. (2014). Teknik menyusui dengan
penggunaan teknik perlekatan yang tepat kejadian regurgitasi pada bayi umur 0-12
dalam menyusui untuk mengurangi bulan, 4(1). Retrieved from
kejadian regurgitasi pada bayi usia 0-2 http://download.portalgaruda.org/article.php
bulan. ?article=5318&title=TEKNIK MENYUSUI
2. Bagi institusi yang menjadi tempat DENGAN KEJADIAN REGURGITASI
penelitian PADA BAYI UMUR 0-12 BULAN
Bagi institusi yang menjadi tempat Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. (2013). Bab
penelitian agar dapat dijadikan referensi IV penduduk dan ketenagakerjaan.
tentang hubungan teknik perlekatan Diperoleh tanggal 1 Juli 2018 dari
dengan kejadian regurgitasi pada bayi usia http://riau.bps.go.id
0-2 bulan. BKKBN. (2012). Kehamilan ideal usia 20-35
3. Bagi masyarakat tahun. Diperoleh tangggal 2 Juli 2018 dari
Bagi masyarakat khususnya ibu http://www.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?A
menyusui agar dapat melakukan teknik rtikelID=64
perlekatan menyusui yang tepat supaya BPS. (2018). Jumlah penduduk Provinsi Riau
dapat mengurangi kejadian regurgitasi menurut jenis kelamin dan kabupaten/kota
pada bayi usia 0-2 bulan. 2016. Diperoleh pada tanggal 6 juni 2018
4. Bagi peneliti berikutnya dari http://riau.bps.go.id
Bagi peneliti berikutnya agar dapat Coca, K.P. (2009). J. Pediatric. Factors
melakukan penelitian tentang hubungan Associated with Nipple trauma in The
teknik perlekatan menyusui dengan Maternity Unit, 85: 34: 1-5
kejadian regurgitasi pada bayi usia 0-2 Depkes RI. (2010). Riset kesehatan dasar 2010.
bulan hendaknya menyempurnakan hasil Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
penelitian ini dengan menggunakan sampel Departemen Kesehatan RI
yang lebih besar dan memerlukan waktu
JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 370
Dewi, V.N.L. (2012). Asuhan Neonantus Bayi http://www.depkes.go.id/downloads/kunker/r
dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika iau.pdf
Dogra, H., Lad, B., & Sirisena, D. (2011). Putra, S. R. (2012). Asuhan neonatus bayi
Pediatric Gastro-oesophageal reflux dan balita untuk keperawatan dan
Disease. British Journal of Medical kebidanan. Yogyakarta: D-Medika
Practitioners, Vol.5, No.2: 412 Reeder, S.J., Martin, L., & Griffin, D. K.
Dwienda, O., Maita, L., Saputri, E. M., & (2011). Maternity nursing: family,
Yulviana, R. (2015). Asuhan kebidanan newborn, and women’s health care (18th
neonatus, bayi/balita dan anak prasekolah ed) (Yati Afiyanti dkk, Penerjemah).
untuk parabidan. Yogyakarta: Budi Utama Jakarta:EGC
Fitria, S. (2011). Efectiveness of Early Initiation Rinata, E., Rusdyati, T., & Sari, P. A. (2016).
in Breastmilk Production. Unpublished Teknik menyusui posisi, perlekatan dan
manuscript, University of Sumatera Utara, keefektifan menghisap-studi pada ibu
North Sumatera. menyusui di RSUD Sidoarjo, 128–139.
Hasibuan, B., Hegar, B., & Kadim, M. (2012). Retrieved from
Derajat Kerusakan Mukosa Esofagus pada https://media.neliti.com/media/publicatio
Anak dengan Penyakit Refluks ns/169879-ID-teknik-menyusui-posisi-
Gastroesofagus. Journal of Seri Pediatrik, perlekatan-dan-ke.pdf
Vol.14, No.1 Rukiyah, A.Y., & Yulianti, L. (2013). Asuhan
Ilmiasih, R., Susanti, H. D., & Damayanti, V. T. Neonatus Bayi dan Anak Balita (3th ed).
(2017). Analisis faktor yang mempengaruhi Jakarta: TIM
regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di Soetjiningsih & Ranuh Ig.N.G. (2016).
wilayah puskesmas pajarakan kabupaten Tumbuh kembang anak edisi 2. Jakarta:
probolinggo, 8, 33–44. Retrieved from EGC
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperaw Sukarni, K, I & Wahyu, P. (2013). Buku ajar
atan/article/download/4013/4381 keperawatan maternitas. Yogyakarta:
Indrio, F., Riezzo, G., Raimondi, F., Cavallo, L., Nuha Medika
& Francavilla R. (2009). Regurgiation in Syafrudin, Rusmartini, & Mulyati, S. (2015).
Healthy and non-Healthy Infants. Journal of Praktik kebidanan komunitas dengan
the Biomed Central Pediatrics pendekatan PKMD. Jakarta: CV. Trans
Irianto, K. (2014). Ilmu kesehatan anak. Info Media
Bandung: Alfabeta Sulystyawati. (2009). Asuhan Kebidanan
I Mannan, dkk. (2008). Can early postpartum pada Ibu Nifas. Yogyakarta: CV. Andi
home visits by trained community health Offset
workers improve breastfeeding of new born. WHO. (2009). Global and Strategy for Infant
Journal of Perinatology. Diperoleh tanggal and Young Child Feeding. Geneva.
29 Desember 2017 dari http:// Switzerland: World Health Organization
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed Yuniarini. (2012). Breastfeeding: pengikat
Nazarina. (2008). Menu sehat dan aman untuk cinta ibu dan bayi. DI Aceh:
bayi 6-12 bulan. Jakarta: Mizan Publika Widyaiswara Pertama BKKBN Provinsi
Pertiwi, S. H., Solehati, T., & Widiasih, R. Aceh. Diperoleh tanggal 2 Januari 2018
(2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi dari
proses laktasi ibu dengan bayi usia 0-6 bulan http://nad.bkkbn,go.id/_layouts/mobile/di
di desa cibeusi kecamatan jatinangor, 1–15. spform.aspx?List=8c526a76%2D8b88%2
Retrieved from D44fe%2D8f81%2D2085df5b7dc7&ID=
http://journals.unpad.ac.id/ejournal/article/vie 1404
wFile/697/743
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. (2013). Ringkasan
eksekutif: data dan informasi kesehaan
Provinsi Riau. Diperoleh tanggal 6 juli 2018
dari
JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 371

You might also like