Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Meni Handayani,

DOI Pemanfaatan Sarana Laboratorium di SMA Yang Telah dan Belum Melaksanakan Kurikulum 2013
: 10.24832/jpnk.v3i2.658

PEMANFAATAN SARANA LABORATORIUM DI SMA YANG TELAH DAN BELUM


MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013

THE UTILIZATION OF LABORATORY IN THE SENIOR SECONDARY SCHOOL


THAT HAVE AND HAVE NOT IMPLEMENTED THE 2013 CURRICULUM

Meni Handayani
Pusat Penelitian dan Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan
Jl. Jenderal Sudirman – Senayan – Jakarta Pusat
E-mail: meni_handayani@yahoo.com

Naskah diterima tanggal: 18-09-2017, disetujui tanggal: 13-11-2018

Abstract: This study aims to analyze the utilization of laboratory Physics, Chemistry, Biology
and Language in senior secondary school. The research used a survey method in 23
regencies/cities. Sample was 184 schools that had implemented the Curriculum 2013 and
those had not. The results show that the utilization of Biology, Chemistry, and Physics
laboratories in schools that had implemented the curriculum was higher than the utilization
in schools that had not implemented it. However, among those which had implemented
the curriculum, some still did not have a laboratory because it had been used for classroom
or damaged and they were more likely to practice in the classroom comparing to those that
had not implemented the curriculum. The utilization of language laboratory in schools that
implement the curriculum were more frequent than schools that have not implemented
the curriculum because many them did not have Language laboratories. Most of the school’s
language laboratories were in disrepair. To conclude, the use of laboratories in senior
secondary schools that have implemented the Curriculum 2013 is more frequent than
schools that have not.

Keywords: Utilization of laboratory, Curriculum 2013, Senior Secondary School

Abstrak: Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat pemanfaatan laboratorium Fisika,


Kimia, Biologi, dan Bahasa di SMA. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei
di 23 kabupaten/kota. Sampel yang diambil untuk penelitian sebanyak 184 sekolah yang
sudah melaksanakan Kurikulum 2013 dan yang belum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemanfaatan laboratorium Biologi, Kimia, dan Fisika di sekolah yang telah melaksanakan
Kurikulum 2013 persentasenya lebih tinggi daripada pemanfaatan di sekolah yang belum
melaksanakan kurikulum 2013. Di antara sekolah yang telah melaksanakan kurikulum
2013 masih ada yang tidak memiliki laboratorium karena digunakan untuk kelas atau
rusak. Mereka sering melaksanakan praktik di kelas dibandingkan dengan sekolah yang
belum melaksanakan Kurikulum 2013. Pemanfaatan laboratorium bahasa di sekolah yang
melaksanakan Kurikulum 2013 lebih banyak daripada sekolah yang belum melaksanakan
kurikulum 2013. Sekolah yang belum melaksanakan kurikulum 2013 banyak yang tidak
memiliki laboratorium bahasa. Sebagian besar laboratorium bahasa yang dimiliki sekolah
dalam keadaan rusak. Kesimpulan, pemanfaatan laboratorium pada SMA yang melaksanakan
Kurikukum 2013 lebih banyak daripada sekolah yang belum melaksanakannya.

Kata Kunci: Pemanfaatan sarana laboratorium, kurikulum 2013, SMA

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 3, Nomor 2, Desember 2018 117


Meni Handayani, Pemanfaatan Sarana Laboratorium di SMA Yang Telah dan Belum Melaksanakan Kurikulum 2013

PENDAHULUAN Untuk mencapai SKL yang dicita-citakan K-


Prinsip pembelajaran Kurikulum 2013 (K-13) 13, siswa dapat belajar dari berbagai macam
antara lain menekankan proses sebagai metode pembelajaran. Metode demonstrasi dan
penguatan penggunaan pendekatan ilmiah dan metode eksperimen terutama untuk mata
memberikan pembelajaran keterampilan aplikatif. pelajaran yang di dalam kompetensi dasarnya
Prinsip tersebut didukung dengan pemanfaatan terdapat materi yang harus dipraktikkan.
sarana yang dimiliki oleh sekolah seperti Implementasi K-13 berimplikasi pada kebutuhan
laboratorium. Jika sekolah tidak memiliki labo- tersedianya sarana dan prasarana sebagai salah
ratorium, maka guru dapat mencari alternatif satu dari delapan standar pendidikan. Sarana
yang sederhana. Dalam K-13 Standar Kompe- prasarana sangat membantu guru dalam
tensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan dan penyampaian materi dan pemahaman kepada
Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi siswa. Guru berperan dalam memanfaatkan
Lu lusa n. Semua mata pelaj aran harus sarana yang dimiliki sekolah. Guru berperan pula
berkontribusi terhadap pembentukan sikap, secara kreatif mengadakan sarana belajar yang
keterampilan, dan pengetahuan. Berkaitan dapat membantu dalam memberi pemahaman
dengan Kurikulum dan Standar Kompetensi kepada siswa.
Lulusan, Indriyanto (2013) menjelaskan: Penelitian Handayani (2015) yang berkaitan
Kurikulum sebagai instrumen peningkatan dengan ketersediaan sarana di 210 SMA pada
mutu pendidikan terdiri dari tiga entitas tahun 2015 menunjukkan bahwa ketersediaan
yaitu tujuan, metode, dan isi. Peningkatan laboratorium Biologi 85,71%, laboratorium Fisika
kompetensi guru dan penyediaan sarana dan 80,48%, laboratorium Kimia 80,95%, dan
prasarana pendidikan hanya akan mem- laboratorium bahasa 52,86%. Ketersediaan
berikan makna bagi peserta didik jika laboratorium Biologi paling tinggi dibandingkan
di arah kan pada pen capa i an tujuan dengan laboratorium lainnya. Dalam penelitian
pendidikan yang dirumuskan dalam kurikulum ini terdapat kecenderungan semakin tinggi
(Indriyanto, 2013). Pada konteks Sistem tingkat ketersediaan laboratorium Biologi,
Pendidikan Nasional rumusan tersebut semakin tinggi nilai ujian nasionalnya.
dirumuskan pada Standar Kompetensi Ada sekolah yang memiliki sarana labo-
Lulusan (SKL). Pada Peraturan Pemerintah ratorium dan ada yang tidak. Dalam kaitan
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar dengan tuntutan K-13 maka penting untuk
Nasional Pendidikan Bab Ketentuan Umum, diketahui, hal-hal berikut, yaitu (a) sejauhmana
SKL didefinisikan sebagai “kualifikasi sekol ah telah mengapl ikasikan metode
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan K-
pengetahuan, dan keterampilan”. Untuk 13; (b) bagaimana sekolah memanfaatkan
menjamin agar SKL tersebut dapat dicapai, laboratorium dalam praktik menerapkan K-13;
maka kegiatan belajar mengajar dilengkapi (c) bagaimana sekolah yang tidak memiliki
dengan tujuh standar yaitu standar isi, sarana laboratorium; (d) Apa yang dapat
standar proses, standar pendidik dan dilakukan oleh sekolah agar siswa memahami
tenaga kependidikan, standar sarana dan materi yang dipraktikkan? Agar dapat berjalan
prasarana, standar pengelolaan, standar lebih baik, maka perlu diketahui apakah
pembiayaan, standar penilaian pendidikan. pemanfaatan sarana laboratorium, yang juga
Keberadaan standar-standar ini telah dijamin menunjang metode pembelajaran yang sejalan
dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor dengan K-13, telah optimal atau tidak.
19 Tahun 2005.

118 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 3, Nomor 2, Desember 2018


Meni Handayani, Pemanfaatan Sarana Laboratorium di SMA Yang Telah dan Belum Melaksanakan Kurikulum 2013

Berkaitan dengan K-13 dan tingkat Barnawi & Arifin (2016) mengemukakan hal-
ketersediaan laboratorium, timbul permasalahan hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
utama yaitu bagaimana pemanfaatan sarana sarana dan prasarana yaitu: 1) Penyusunan
laboratorium di sekolah. Sarana yang tersedia jadwal penggunaan harus menghindari benturan
harus mampu dimanfaatkan oleh guru agar dengan kelompok lainnya, 2) Hendaknya
transfer ilmu pengetahuan dapat berlangsung kegiatan-kegiatan pokok sekolah merupakan
secara maksimal. Pertanyaan lebih rincinya prioritas pertama, 3) Waktu/jadwal penggu-
dapat dibagi menjadi: Berapa kali seharusnya naan hendaknya diajukan pada awal tahun
pemanfaatan laboratorium atau praktik yang ajaran, 4) Penugasan/penunjukkan personel
dilakukan oleh guru dan siswa di kelas XI SMA sesuai dengan keahlian pada bidangnya,
untuk mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi, dan misalnya petugas laboratorium, perpustakaan,
Bahasa Inggris berdasarkan analisis kompetensi operator dan sebagainya, dan 5) Penjadwalan
dasar. Bagaimana pemanfaataan sarana dalam penggunaan sarana dan prasarana
laboratorium di sekolah yang telah melaksanakan sekolah antara kegiatan intrakurikuler dengan
K-13 dengan sekolah yang belum melaksanakan ekstrakurikuler harus jelas. Berdasarkan uraian
K-13. tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan
Tujuan penelitian ini difokuskan pada sarana dan prasarana sesuai dengan prinsip
pertama, menganalisis kompetensi dasar mata penggunaan yang efisien dan efektif. Dalam
pelajaran Fisika, Kimia, Biologi, dan Bahasa penggunaan sarana dan prasarana dilakukan
Inggris kelas XI SMA yang seharusnya meng- penjadwalan dan membuat skala prioritas. Selain
gunakan laboratorium atau dipraktikkan. Kedua, itu, penggunaan alat melibatkan siswa dalam
menganalisis frekuensi praktik yang dilakukan pengaturannya.
sekolah khusus kelas XI SMA untuk mata Terdapat dua cara dalam memanfaatkan
pelajaran Fisika, Kimia, Biologi dan Bahasa fasilitias dan sumber belajar untuk menyuk-
Inggris. Penelitian ini fokus pada jenjang seskan implementasi kurikulum. Pertama, mem-
pendidikan menengah. Satuan pendidikan yang bawa sumber belajar ke dalam kelas misalnya
diambil adalah SMA negeri dan swasta baik yang membawa tape recorder atau menghadirkan
sudah maupun yang belum mengimple- tokoh masyarakat sebagai manusia sumber.
mentasikan K-13 selama tiga semester. Kedua, membawa kelas ke lapangan tempat
sumber belajar berada. Adakalanya terdapat
Pemanfaatan Sarana Pembelajaran sumber belajar yang sangat penting dan
Penggunaan perlengkapan lembaga sekolah menunjang tujuan belajar tetapi tidak dapat
harus memperhatikan prinsip-prinsip efektivitas dibawa ke dalam kelas misalnya museum,
dan efisiensi. Prinsip efektivitas berarti semua Mulyasa (2013).
penggunaan harus ditujukan semata-mata untuk Pemanfaatan fasilitas dan sumber belajar
memperlancar pencapaian tujuan pendidikan. seperti laboratorium agar optimal berdasarkan
Prinsip efisiensi berarti penggunaan semua fasilitas yang tersedia maka perlu ada penjad-
perlengkapan secara hemat dan hati-hati. Hal walan dan skala prioritas. Jika ada benturan
ini berarti bahwa perlengkapan yang digunakan jadwal maka sumber belajar dapat dibawa ke
harus sesuai dengan fungsinya sehingga dapat dalam kelas atau dapat melakukan praktik di
mengurangi kerusakan pada alat tersebut. dalam kelas dengan membawa perlengkapan
Misalnya, penggunaan komputer yang digunakan praktik selama tidak membahayakan.
untuk keperluan kantor, bukan untuk yang
lainnya.

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 3, Nomor 2, Desember 2018 119


Meni Handayani, Pemanfaatan Sarana Laboratorium di SMA Yang Telah dan Belum Melaksanakan Kurikulum 2013

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan maupun global, karena persaingan sumber daya
(KTSP), Kurikulum 2006, dan Kurikulum manusia. KTSP adalah kurikulum operasional
2013 yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing
Pengertian kurikulum menurut pandangan satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan
tradisional merumuskan sejumlah mata pelajaran pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur,
yang harus ditempuh oleh murid untuk dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
memperoleh ijazah (Hamalik, 2008). Dalam kalender pendidikan, dan silabus (Badan Standar
pandangan ini, kurikulum hanya dilihat sebagai Nasional Pendidikan, 2006).
sejumlah mata pelajaran yang harus diselesaikan Berdasarkan panduan penyusunan KTSP dari
oleh peserta didik. Ijazah dipandang sebagai Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP),
satu bukti pencapaian belajar yang telah mereka KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya
lalui. Dalam perkembangan selanjutnya, oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan.
kurikulum semakin memberikan pengertian yang Koordinasi dan supervisi di bawah dinas
lebih luas dan penekanan yang semakin spesifik. pendidikan atau kantor Departemen Agama
Kurikulum tidak lagi dipandang sebagai kumpulan Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan
mata pelajaran yang harus diselesaikan. provinsi untuk pendidikan menengah. Pengem-
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan bangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan berpedoman pada panduan penyusunan
pelajaran. Kurikulum juga digunakan sebagai kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembe- memperhatikan pertimbangan komite sekolah/
lajaran untuk mencapai tujuan pendidikan madrasah. Penyusunan KTSP untuk pendidikan
tertentu (Republik Indonesia, 2005). khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas
KTSP dalam Peraturan Pemerintah Nomor pendidikan provinsi dan berpedoman pada
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional standar isi (SI) dan SKL serta panduan penyu-
Pendidikan (Republik Indonesia, 2005) disebut- sunan kurikulum yang disusun oleh BSNP.
kan bahwa KTSP adalah kurikulum operasional KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-
yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing prinsip sebagai berikut: 1) Berpusat pada
satuan pendidikan. KTSP merupakan salah satu potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
bentuk realisasi kebijakan desentralisasi di kepentingan peserta didik dan lingkungannya,
bidang pendidikan agar kurikulum benar-benar 2) Beragam dan terpadu, 3) Tanggap terhadap
sesuai dengan kebutuhan pengembangan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
potensi peserta didik. Melalui KTSP, setiap seni, 4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan,
sekolah diberi peluang untuk menyusun 5) Menyeluruh dan berkesinambungan, 6) Belajar
kurikulumnya sendiri. Oleh karena itu, guru sepanjang hayat, dan 7) Seimbang antara
dituntut untuk memiliki kemampuan dalam kepentingan nasional dan kepentingan daerah
perencanaan, pelaksanaan, maupun pengem- (BSNP, 2006). Kurikulum yang baik tidak hanya
bangan kurikulum. diukur dari isi silabus, yang terpenting adalah
KTSP menekankan pada kemampuan praktik pembelajarannya di kelas. Sebaik apapun
(kompetensi) yang harus dicapai dan dimiliki oleh isi dan perspektif kurikulum, akan tidak efektif
lulusan suatu jenjang pendidikan. Kemampuan jika praktik pembelajaran di kelasnya lemah.
lulusan dinyatakan dengan standar kompetensi, Oleh karena itu, interaksi antara guru dan
yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai peserta didik di kelas berperan penting dalam
lulusan. Standar kompetensi lulusan merupakan menentukan keberhasilan atau kegagalan
modal utama untuk bersaing di tingkat regional kurikulum.

120 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 3, Nomor 2, Desember 2018


Meni Handayani, Pemanfaatan Sarana Laboratorium di SMA Yang Telah dan Belum Melaksanakan Kurikulum 2013

K-13 secara resmi diimplementasikan pada penelitian ini digunakan untuk menjelaskan
tanggal 15 Juli 2013 dan terbatas pada sekolah- bagaimana sarana laboratorium di sekolah
sekolah tertentu. K-13 merupakan sebuah dimanfaatkan oleh guru dan siswa. Penggunaan
kurikulum yang mengutamakan pemaha- metode survei ini dengan pertimbangan untuk
man, skill, dan pendidikan berkarakter. Siswa memperoleh jawa ban tentang derajat
dituntut untuk paham materi, aktif dalam kemanfaatan sarana laboratorium di sekolah.
berdiskusi dan presentasi, memiliki sopan santun, Karena menggunakan metode survei, data
dan berdisiplin tinggi. Kurikulum ini meng- diperoleh berdasarkan sampel. Instrumen yang
gantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan digunakan berupa daftar isian untuk memperoleh
(KTSP). K-13 mempunyai perbedaan dengan data tentang pemanfaatan sarana. Kuesioner
KTSP 2006 meskipun pada dasarnya K-13 tentang pemanfaataan sarana diberikan kepada
merupakan penyempurnaan dari KBK dan guru mata pelajaran. Sebelum menentukan
Kurikulum 2006. berapa kali seharusnya praktik atau pemanfaatan
Persamaan esensi Kurikulum 2006 dan K-13 sarana laboratorium maka dilakukan analisis
yaitu pada standar kompetensi lulusan yang terhadap kompetensi dasar (KD) mata pelajaran
mencakup sikap, pengetahuan, dan kete- Fisika, Kimia, Biologi, dan Bahasa Inggris. Praktik
rampilan. Masalah pendekatan dalam mencapai yang seharusnya dilakukan berdasarkan analisis
kompetensi siswa sebenarnya bukan masalah KD di bandi ngka n deng an pemanfaatan
kurikulum, tetapi masalah implementasi yang laboratorium yang dilakukan secara faktual di
tidak bisa diterapkan di kelas. Pendekatan ilmiah sekolah.
yang diperkenalkan pada K-13 akan bernasib Populasi dalam penelitian ini adalah SMA
sama dengan pendekatan-pendekatan kurikulum yang sudah mengimplementasikan K-13 dan
terdahulu apabila guru tidak paham dan tidak sekolah yang belum melaksanakan kurikulum
bisa menerapkannya dalam pembelajaran di 2013. Populasi sasaran dalam kajian ini adalah
kelas. guru yang mengajar mata pelajaran Fisika,
Implementasi K-13 tidak memerlukan sarana Kimia, Biologi, dan Bahasa Inggris tingkat satuan
khusus. Namun pembelajaran dalam melak- pendidikan SMA kelas XI dan kepala sekolah.
sanakan K-13 akan lebih memudahkan siswa Pemilihan sampel dalam penelitian ini
dalam memahami materi jika menggunakan dilakukan dangan cara menentukan proporsi
sarana. Dengan demikian K-13 mengharapkan kelompok sampel secara purposif berdasarkan
guru-guru memanfaatkan sarana yang sudah sekolah yang telah melaksanakan K-13 dan yang
tersedia di sekolah atau mencari alternatif untuk belum. Kabupaten/kota yang dijadikan sampel
memenuhi sarana yang tidak ada. Dalam berjumlah 23. Masing-masing kabupaten/kota
implementasi K-13 diperlukan guru yang dapat diambil 8 sekolah negeri dan swasta yang telah
memanfaatkan sarana sesuai dengan tuntutan melaksanakan K-13 dan yang belum mulai tahun
materi dalam kurikulum. Penelitian ini juga 2013 sampai 2014. Jumlah sekolah sebanyak
mengkaji materi apa saja dalam kompetensi 184 dan guru sebanyak 1288. Setiap sekolah
dasar mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi, diambil 4 guru dan kepala sekolah untuk menjadi
Matemati ka , da n Bahas a In ggri s ya ng responden. Guru yang dijadikan responden
memerlukan praktik di laboratorium. adalah guru Fisika, Kimia, Biologi, dan Bahasa
Inggris.
METODE Data diperoleh langsung dari responden dan
Metode penelitian yang digunakan adalah melalui dokumen yang ada di sekolah. Data
metode survei di 23 kabupaten/kota. Metode primer diperoleh melalui kuesioner dan daftar

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 3, Nomor 2, Desember 2018 121


Meni Handayani, Pemanfaatan Sarana Laboratorium di SMA Yang Telah dan Belum Melaksanakan Kurikulum 2013

isian. Pengumpulan data dengan menggunakan Fisika, Biologi, Kimia, dan Bahasa Inggris.
kuesioner tertutup dan terbuka sesuai masalah. Frekuensi pratikum yang sebenarnya diperoleh
Tujuan dan indikator yang disusun berdasarkan dari analisis Kerangka Dasar Kurikulum
operasionalisasi konsep. Kompetensi SMA Peraturan Menteri Pendidikan
Kuesioner diberikan kepada guru untuk dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang
mendapat data tentang pemanfaatan sarana Kerangka Dasar Kurikulum Kompetensi SMA dan
secara faktual. Penelitian ini juga menggunakan diskusi dengan guru yang berkaitan. Apabila
data sekunder seperti data Standar Isi dan sekolah memiliki perencanaan pembelajaran
Kompetensi Dasar mata pelajaran Fisika, Kimia, yang ideal maka dapat disesuaikan dengan
Biologi, dan Bahasa Inggris. Data sekunder yang tingkat kemampuan guru, jumlah jam yang
dibutuhkan dalam kajian ini berupa rekam jejak, disediakan oleh sekolah, dan tingkat kepadatan
kebijakan, dan bukti otentik proses penilaian pemakaian laboratorium. Jika sekolah memiliki
dan sebagainya. sumber daya guru yang dapat memberikan
Analisis data dibagi menjadi analisis pratikum di luar jam sekolah maka hal tersebut
deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi merupakan kelebihan sekolah tersebut.
pemanfaatan sarana laboratorium. Data
dibedakan berdasarkan sekolah yang yang telah Pemanfaatan Sarana Laboratorium
menjalankan K-13 dan yang belum dilanjutkan (Frekuensi Pemanfaatan) Secara Faktual
dengan analisis intensitas pemanfaatan sarana. Pemanfaatan laboratorium faktual adalah
Data sekunder berupa Standar Isi dan pemanfaatan yang sebenarnya dilakukan oleh
Kompetensi Dasar yang dianalisis dengan guru dan siswa di laboratorium Biologi, Fisika,
menggunakan analisis isi untuk mengetahui Kimia, dan Bahasa Inggris.
kompetensi dasar yang materinya harus
diadakan di laboratorium dengan pratikum. Laboratorium Biologi
Kompetensi dasar yang dianalisis khusus kelas Frekuensi praktik yang dilakukan kelas XI SMA
XI. untuk mata pelajaran Biologi dapat dilihat pada
Tabel 2. Pemanfaatan laboratorium Biologi dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN dilihat dari frekuensi praktik yang dilakukan oleh
Berdasarkan masalah penelitian diperoleh siswa. Frekuensi praktik faktual yang ideal dapat
jawaban tentang berapa kali frekuensi pratikum dilihat dengan membandingkan frekuensi praktik
yang sebaiknya dilakukan di kelas XI SMA dan yang seharusnya dilakukan dengan frekuensi
bagaimana pemanfaatan sarana laboratorium praktik faktual yang dilakukan di laboratorium.
dalam pelaksanaan pratikum secara faktual di Sekolah yang telah melaksanakan K-13
SMA. sebagian besar telah menjalankan praktik Biologi
sesuai dengan kebutuhan praktik yang ada
Frekuensi Pratikum yang Seharusnya dalam kompetensi dasar. Sekolah yang belum
Berdasarkan tujuan penelitian analisis kom- melaksanakan K-13 sebagian besar menjalankan
petensi dasar dan materi mata pelajaran Fisika, praktik di bawah frekuensi pemanfaatan yang
Biologi, Kimia, dan Bahasa Inggris yang seha- seharusnya. Sekolah negeri dan swasta yang
rusnya dipraktikkan, ditemukan beberapa telah siap menjalankan K-13 pada tahun
kompetensi dasar dan materi yang dipraktikkan berikutnya sudah menggunakan laboratorium
seperti yang terlihat pada Tabel 1. lebih dari frekuensi yang seharusnya. Pengawas
Frekuensi pratikum minimal yang seharusnya dan kepala sekolah berperan dalam supervisi
dilakukan di kelas XI SMA dalam mata pelajaran pembelajaran di sekolah untuk mengingatkan

122 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 3, Nomor 2, Desember 2018


Meni Handayani, Pemanfaatan Sarana Laboratorium di SMA Yang Telah dan Belum Melaksanakan Kurikulum 2013

Tabel 1 Frekuensi Praktikum Mata Pelajaran Fisika, Biologi, Kimia, dan Bahasa Inggris
SMA Kelas XI

No. Mata Pelajaran Frekuensi Praktikum Materi


1. Kimia 7 kali dalam 1 tahun a. Hidrokarbon,
b. Entalpi,
c. Lajureaksi,
d. Kesetimbangan
e. Asam basa
f. Garam dan kelarutan
g. Koloid
2. Biologi 7 kali dalam 1 tahun a. Komponen dan proses pada sel
makluk hidup
b. Struktur dan Fungsi Jaringan pada
Tumbuhan dan Hewan
c. Organ sistem gerak dan sirkulasi
d. Organ sistem pencernaan dan
respirasi
e. Organ sistem ekskresi dan sistem
koordinasi, serta senyawa
psikotropika
f. Organ reproduksi
g. Sistem imun

3. Fisika 11 kali dalam 1 tahun a. Analisis vector untuk, gerak parabola


dan gerak melingkar
b. Hukum Newton tentang Gravitasi
c. Usaha dan energi
d. Getaran Harmonis
e. Impuls, momentum dan tumbukan
f. Keseimbangan dan dinamika Rotasi
g. Fluida Dinamik
h. Persamaan keadaan gas
i. Teori kinetik gas
j. Gejala pemanasan global
k. Karakteristik gelombang

4. Bahasa Inggris 11 kali dalam 1 tahun a. Teks Pemaparan Jati Diri


b. Ungkapan Memuji Bersayap
c. Ungkapan Perhatian
d. Ungkapan niat untuk melakukan
sesuatu
e. Ungkapan selamat bersayap
f. Past tense
g. Teks Deskriptif
h. Announcement
i. Teks Recount
j. Teks Naratif
k. Lagu

Sumber: Hasil Anallisis Kompetensi Dasar dalam Standar Isi tentang Materi yang dipraktikkan

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 3, Nomor 2, Desember 2018 123


Meni Handayani, Pemanfaatan Sarana Laboratorium di SMA Yang Telah dan Belum Melaksanakan Kurikulum 2013

guru yang pemanfaatan laboratoriumnya belum praktikum yang dilaksanakan juga sangat
maksimal. terbatas.
Terdapat sekolah yang tidak memiliki Kendala yang dihadapi guru adalah sarana
laboratorium namun melaksanakan praktik di prasarana dan sumber daya manusia. Ber-
kelas. Sekolah yang telah melaksanakan K-13, dasarkan data tentang evaluasi kendala-kendala
masih ada yang tidak memiliki laboratorium yang dihadapi guru dalam memanfaatkan
karena digunakan untuk kelas atau rusak. laboratorium, diperoleh persentase sangat tinggi
Sekolah yang telah melaksanakan K-13 dan sebesar 16,67%, tinggi sebesar 16,67%, dan
tidak memiliki laboratorium Biologi lebih sering cukup sebesar 58,33% selebihnya adalah
melaksanakan praktik di kelas dibandingkan rendah. Data tersebut menunjukkan bahwa
dengan sekolah yang belum melaksanakan K- kendala-kendala yang dihadapi guru di lapangan
2013. Sekolah yang tidak memiliki ruang cenderung tinggi. Berdasarkan penelitian Nuada
laboratorium biasanya membeli alat dan bahan & Harahap (2015) ditemukan bahwa faktor-
praktik yang sudah berbentuk paket sesuai faktor yang menjadi penghambat dalam
dengan kebutuhan kompetensi dasar yang harus pemanfaatan laboratorium di SMA se-kota
diajarkan. Hal ini dilakukan karena lebih praktis Tanjungbalai antara lain: 1) perlengkapan yang
dan mudah dibawa dari satu kelas ke kelas lain tidak memadai; 2) tidak adanya pengelola atau
tanpa harus memiliki ruang praktik tersendiri. laboran biologi; 3) kompetensi guru (tenaga
Tabel 3 adalah sekolah yang tidak memiliki ruang pengajar) yang masih kurang dalam memahami
laboratorium melaksanakan praktik. penggunaan alat dan bahan; 4) kurangnya
Penelitian yang dilakukan oleh Sundari waktu pelaksanaan praktikum.
(2008) mengungkap bahwa pelaksanaan Ketersediaan laboratorium memotivasi guru
praktikum rata-rata belum terencana dengan dan siswa untuk melaksanakan pratikum. Hal
baik. Hal ini bisa terjadi karena tidak ada ini ditunjukkan dengan hasil penelitian Sobiroh
perencanaan untuk kegiatan laboratorium dan (2 006) yakni, intensi tas p eman faatan
kendala yang dihadapi guru karena terbatasnya laboratorium cukup tinggi adalah di SMA yang
waktu atau keterbatasan alat bahan yang laboratorium biologinya telah menempati
tersedia di laboratorium sehingga kegiatan ruangan tersendiri atau satu ruang dengan

Tabel 2 Pemanfaatan Laboratorium Biologi Berdasarkan Sekolah Implementasi K-13

Melaksanakan 1-5 kali 6-10 kali 11-25 kali Total


K-13 Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah
Tidak 15 13 10 38
Ya 11 45 9 67
Total 26 58 19 105

Tabel 3 Sekolah yang Tidak Memiliki Ruang Laboratorium Melaksanakan Praktik

Tidak Melakukan
Melaksanakan 1-5 Kali 6-10 Kali 11-25 Kali Total
Praktik
K-13
F % F % F % F % F %
Tidak 6 24,0% 4 16,0% 2 8,0% 13 52,0% 25 100,0%
Ya 4 33,3% 2 16,7% 1 8,3% 5 41,7% 12 100,0%
Total 10 27,0% 6 16,2% 3 8,1% 18 48,6% 37 100,0%

124 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 3, Nomor 2, Desember 2018


Meni Handayani, Pemanfaatan Sarana Laboratorium di SMA Yang Telah dan Belum Melaksanakan Kurikulum 2013

laboratorium kimia. Dari hasil observasi terhadap tersebut tetap melakukan praktik di kelas karena
beberapa alat dan bahan praktikum biologi tidak memiliki alat dan bahan praktik. Sekolah yang
semua SMA telah memilikinya dengan lengkap. belum menjalankan K-13 masih banyak yang
Karena ket erbatasa n, praktikum ya ng belum memiliki ruang laboratorium, namun 48%
dilaksanakan hanya yang alat dan bahannya sekolah tetap melakukan praktik dengan
ada di laboratorium. Selain itu, dilaksanakan pula menggunakan alat dan bahan yang ada.
praktikum dengan siswa yang mengusahakan Frekuensi praktik di sekolah yang tidak
sendiri alat dan bahannya, yaitu untuk praktikum memiliki laboratorium 35,7% dan 22,5%
yang cukup sederhana. dilakukan 1 sampai dengan 4 kali, baik di sekolah
yang sudah melaksanakan K-13 maupun yang
Laboratorium Fisika belum. Namun demikian tetap lebih besar
Tabel 4 menunjukkan bahwa SMA yang telah frekuensi sekolah yang tidak melakukan praktik.
melaksanakan K13 lebih banyak melaksanakan Sekolah yang tidak melakukan praktik di
praktik di laboratorium Fisika dibanding sekolah laboratorium karena memang tidak memiliki ruang
yang belum melaksanakan kuikulum 2013. Bagi laboratorium, alat, dan bahan. Perlu kreativitas
sekolah yang belum melaksanakan kurikukulum dan kemauan yang kuat untuk menggunakan
2013, tetapi telah memiliki laboratorium sudah alat dan bahan yang tidak ada tetapi diusahakan
siap mengimplementasikan K-13 pada tahun untuk ada. Untuk dapat melaksanakan K-13,
berikutnya. Hal tersebut jika dilihat frekuensi minimal alat dan bahan praktik dimiliki oleh
praktik yang sebagian besar sudah sesuai sekolah agar proses pembelajaran dapat diikuti
dengan tuntutan kompetensi dasar. oleh siswa. Cara lain yang dapat dilakukan
Sekolah yang tidak memiliki laboratorium adalah menggunakan media laboratorium virtual
Fisika namun memiliki alat dan bahan praktik yang memerlukan kreativitas guru dalam
seperti yang terlihat pada Tabel 5 juga melaksanakannya.
melaksanakan praktik. Sekolah yang telah Antisipasi terhadap kurangnya ruang
melaksanakan K-13 masih ada yang tidak laboratorium, alat, dan bahan praktik dapat
memiliki laboratorium dan sebagian besar sekolah digunakan laboratorium virtual. Berdasarkan

Tabel 4 Pemanfaatan Laboratorium Fisika Berdasarkan Impelementasi K-13

Melaksanakan 1-4 kali 5-8 kali 9-19 kali Total


K13 Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah
Tidak 7 7 9 23
Ya 17 28 18 65
Total 24 35 27 88

Tabel 5 Sekolah yang Tidak Memiliki Ruang Laboratorium Melaksanakan Praktik

Tidak
Melaksanakan
1-4 Kali 5-8 Kali 9-19 Kali Melakukan Total
K-13
Praktik
F % F % F % F % F %
Tidak 9 22,5% 7 17,5% 3 7,5% 21 52,5% 40 100%
Ya 5 35,7% 1 7,1% 2 14,3% 6 42,9% 14 100%
Total 14 25,9% 8 14,8% 5 9,3% 27 50,0% 54 100%

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 3, Nomor 2, Desember 2018 125


Meni Handayani, Pemanfaatan Sarana Laboratorium di SMA Yang Telah dan Belum Melaksanakan Kurikulum 2013

penelitian Safitri (2011), penggunaan labo- menyebabkan pemanfaatan laboratorium fisika


ratorium virtual dapat menumbuhkan minat dan belum optimal; dan 3) proses evaluasi aktivitas
menghindarkan siswa dari kejenuhan. Siswa di laboratorium belum memadai (Susila, 2012).
selalu membutuhkan hal-hal yang baru, menarik, Pemanfaatan laboratorium Fisika penting
dan dapat dinikmati ketika siswa sedang belajar. dalam memberikan pemahaman konsep, apalagi
Selain itu, pembelajaran yang menggunakan untuk materi yang seharusnya dipraktikkan. Jika
laboratorium virtual mampu memberikan variasi- tidak memiliki bahan dan alat dapat meng-
variasi dalam proses pembelajaran Fisika, karena gunakan laboratorium virtual. Berdasarkan
laboratorium dapat menggambarkan secara penelitian Simbolon & Syahyar (2015) terdapat
vi sual l an gkah-lan gkah pra kti kum dan perbedaan yang signifikan antara gain hasil
pengambilan data praktikum secara cepat. belajar atau peningkatan hasil belajar Fisika
Laboratorium virtual dapat juga digunakan siswa yang diajar dengan menggunakan model
untuk praktik laboratorium yang berbahaya jika pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
dilakukan langsung di kelas seperti materi eksperimen riil dan laboratorium virtual
aktivitas zat radioaktif dan daya tembus sinar dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan
radioaktif. Penelitian Swandi, Hidayah & Irsan menggunakan model pembelajaran langsung
(2014) menyatakan media laboratorium virtual (Direct Instruction).
dikembangkan dalam program pembelajaran Berdasarkan peneli tian Fachrudi n &
dengan tiga menu utama di setiap pembahasan Supriyono, kegiatan laboratorium riil dan
yaitu kompetensi, pendahuluan, dan percobaan kegiatan laboratorium virtual memiliki pengaruh
virtual. Karakteristik perangkat pembelajaran yang sama terhadap hasil belajar siswa dengan
berbasis media laboratorium virtual meliputi uji dua rata-rata t sebesar 0,46. Pada bagian
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan tertentu yaitu kegiatan laboratorium riil
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang di- melatihkan keterampilan menggunakan alat ukur
rancang dengan memadukan sesi kelas dengan lebih baik dibanding kegiatan laboratorium virtual
sesi percobaan menggunakan laboratorium (2015).
virtual. Materi terkait dalam percobaan virtual
disertakan dalam perangkat pembelajaran yang Laboratorium Kimia
dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta Mata pelajaran Kimia merupakan mata pelajaran
didik. dengan jumlah praktik yang cukup banyak
Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi terutama pada sekolah yang memiliki program
yang sering dilakukan oleh Direktorat Pendidikan studi Matematika IPA (MIA). Berdasarkan
Menengah Umum dan Inspektorat Jendral pengalaman guru yang telah melaksanakan K-
diperoleh informasi bahwa masih banyak 13, praktik yang dilakukan pada mata pelajaran
laboratorium Físika yang belum dimanfaatkan Kimia kelas XI berkisar pada rata-rata 7 kali
sebagaimana mestinya. Pengelolaan dan pertemuan selama satu tahun.
pemanfaatannya sebagai sumber belajar belum Pada Tabel 6 menunjukkan sebagian besar
optimal atau ada yang belum digunakan sama sekolah yang telah melaksanakan K-13
sekali. Masalah tersebut disebabkan oleh melakukan praktik sesuai dengan tuntutan
beberapa faktor, antara lain: 1) kemampuan dan kompetensi dasar. Kompetensi dasar yang
penguasaan guru terhadap peralatan dan seharusnya dipraktikkan yakni berkisar antara
pemanfaatan bahan praktik laboratorium físika 6–10 kali sampai dengan 11–20 kali. Sedangkan
masih belum memadai; 2) kualitas maupun sekolah yang belum K-13 melaksanakan praktik
kuantitas tenaga laboratorium kurang memadai kurang dari tuntutan kompetensi dasar yakni 1

126 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 3, Nomor 2, Desember 2018


Meni Handayani, Pemanfaatan Sarana Laboratorium di SMA Yang Telah dan Belum Melaksanakan Kurikulum 2013

– 5 kali. Pemanfaatan laboratorium Kimia yang maka dapat dikondisikan dengan mendahulukan
dilihat dari frekuensi praktik yang dilakukan materi yang harus dipraktikkan di laboratorium.
menunjukkan lebih sering dilakukan oleh sekolah Pemanfaatan laboratorium kimia berdasarkan
K-13. Hal ini berkaitan dengan komitmen guru pelakasanaan K-13 terdapat pada Tabel 6.
dalam menuntaskan materi dengan metode Sekolah yang tidak memiliki laboratorium
mengajar yang sesuai. Kimia juga dilihat apakah melakukan praktik atau
Agar siswa dapat memahami materi tidak seperti yang tertera pada Tabel 7.
pembelajaran Kimia, misalnya tentang asam Sebagian besar sekolah yang telah melak-
basa, sistem koloid dan jenis-jenisnya maka sanakan K-13 dan tidak memiliki laboratorium
praktik di laboratorium sangat membantu siswa Kimia tetap melaksanakan praktik paling sedikit
dan mempermudah guru mengajar berdasarkan 1 sampai dengan 5 kali pertemuan. Sedangkan
pengalaman nyata. Pemanfaatan laboratorium sekolah yang belum melaksanakan K-13 dan
secara maksimal akan memaksimalkan pula tidak memiliki ruang laboratorium Kimia, sebagian
kompetensi siswa dari segi pengetahuan, memilih tidak melakukan praktik. Sekolah yang
keterampilan disertai dengan sikap sungguh- tidak memiliki ruang laboratorium tetapi
sungguh dan bertanggung jawab. melakukan praktik karena sekolah tersebut
Sekolah yang memiliki jumlah rombongan menyediakan alat dan bahan yang dapat
belajar lebih dari 12 harus dapat mengatur dipraktikan di kelas. Praktik di dalam kelas dapat
jadwal penggunaan laboratorium dengan dilakukan untuk bahan-bahan yang tidak
menerapkan skala prioritas. Sebagian besar membahayakan karena alat-alat yang digunakan
sekolah memiliki satu laboratorium Fisika, satu belum semuanya lengkap. Sekolah yang belum
laboratorium Kimia, dan satu laboratorium memiliki laboratorium kesulitan menyimpan
Biologi. Pengaturan jadwal penggunaan bahan dan alat praktik sehingga hal ini
laboratorium menjadi tantangan tersendiri. Jika menghambat sekolah yang tidak memiliki
ada materi yang dapat dipraktikkan di kelas laboratorium untuk melakukan praktik. Bagi

Tabel 6 Pemanfaatan Laboratorium Kimia Berdasarkan Pelakasanaan Kurikulum 2013

1-5 Kali 6-10 Kali 11-20 Kali Total


Melaksanakan
K-13 Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Sekolah Sekolah Sekolah Sekolah
Tidak 13 10 2 25
Ya 11 30 15 56
Total 24 40 17 81

Tabel 7 Pelaksanaan Praktik Kimia Pada Sekolah yang Tidak Memiliki Laboratorium Berdasarkan
Pelaksanaan Kurikulum 2013

Tidak Me-
Melaksanakan 1-5 Kali 6-10 Kali 11-20 Kali Total
manfaatkan
K-13
F % F % F % F % F %
Tidak 11 29,7% 6 16,2% 1 2,7% 19 51,4% 37 100,0%
Ya 6 42,9% 4 28,6% 0 0,0% 4 28,6% 14 100,0%
Total 17 33,3% 10 19,6% 1 2,0% 23 45,1% 51 100,0%

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 3, Nomor 2, Desember 2018 127


Meni Handayani, Pemanfaatan Sarana Laboratorium di SMA Yang Telah dan Belum Melaksanakan Kurikulum 2013

sekolah yang tetap melaksanakan praktik melakukan pengamatan belum mencapai hasil
menyimpan bahan dan alat di lemari di sudut yang optimal jika dibandingkan dengan
ruangan yang masing kosong. persiapan.
Tabel 7 adalah pelaksanaan praktik kimia Berdasarkan hasil penelitian Darsana, Sadia,
pada sekolah yang tidak memiliki laboratorium & Tika (2014) di Bangli Bali penggunakan
berdasarkan pelaksanaan K-13. laboratorium kelas XI SMA untuk mata pelajaran
Berdasarkan penelitian Aprilia (2015), Kimia tergolong rendah. Efektivitas dari
prestasi kognitif siswa yang menggunakan media intensitas pemanfaatan alat/bahan laboratorium
laboratorium virtual lebih baik daripada yang Kimia tergolong kualifikasi rendah. Faktor-faktor
menggunakan laboratorium riil. Siswa yang penghambat dalam pelaksanaan kegiatan
menggunakan laboratorium riil masih banyak praktikum kimia yang dialami oleh tenaga
kendala teknis yang menghambat proses pendidik adalah sebagian besar pada masalah
percobaan. Selain itu siswa masih banyak yang waktu, kurang profesionalnya tenaga laboran,
belum memahami cara menggunakan alat-alat dan ruang laboratorium yang tidak difungsikan
laboratorium dengan benar sehingga meng- secara khusus. Sedangkan faktor lainnya yang
akibatkan hasil percobaan tidak akurat dan juga merupakan hambatan walaupun masuk
waktu percobaan menjadi lebih lama. Sementara katagori kecil yaitu tidak terbiasanya siswa
siswa yang menggunakan laboratorium virtual menggunakan alat praktikum kimia. Jumlah siswa
tidak ditemui kendala teknis karena semua siswa dalam setiap rombongan belajar di atas 32
sudah mempunyai dasar pengoperasian kom- orang. Hambatan terkecil adalah ketersediaan
puter dengan baik. Siswa juga dapat melakukan jumlah alat dan bahan praktikum.
percobaan berulang-ulang sampai merasa Wiratma (2014) mengemukakan bahwa
paham tanpa menghabiskan waktu untuk proses pembelajaran praktikum di laboratorium
mempersiapkan pengulangan. bertujuan mengasah ketiga ranah kecerdasan
Berdasarkan penelitian Rahmiyati (2008), siswa yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal
membukt ikan bahw a kemampu an guru lain yang diperoleh dalam praktikum di
melakukan pembelajaran di laboratorium sudah laboratorium adalah pemahaman yang lebih
baik. Dalam mempersiapkan dan melaksanakan bermakna mengenai fenomena alam yang
tugas termasuk pengorganisasian waktu dan dipelajari secara teoritis. Laboratorium adalah
ruang, guru telah melakukan dengan baik. tempat untuk melakukan berbagai manipulasi
Namun, dalam membimbing siswa mengumpulkan percobaan, bai k bersi fat pembukti an
dan mencatat data serta membimbing siswa (verificative) maupun penemuan (discovery).

Tabel 8 Pemanfaatan Laboratorium Bahasa Berdasarkan Pelaksanaan Kurikulum 2013

Tidak
1-2 kali 3-7 kali 8-20 kali Melaksanakan Total
Melaksanakan
praktik
K-13
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Jumlah Sekolah
Sekolah Sekolah Sekolah Sekolah
Tidak 1 0 1 1 3
Ya 6 7 13 1 27
Total 7 7 14 2 30

128 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 3, Nomor 2, Desember 2018


Meni Handayani, Pemanfaatan Sarana Laboratorium di SMA Yang Telah dan Belum Melaksanakan Kurikulum 2013

Tabel 9 Pelaksanaan Praktik Bahasa Pada Sekolah yang Tidak Memiliki Laboratorium Berdasarkan
Pelaksanaan Kurikulum 2013

Tidak
Melaksanakan 1-2 Kali 3-7 Kali 8-20 Kali Melakukan Total
K-13 Praktik
F % F % F % F % F %
Tidak 4 7,1% 6 10,7% 3 5,4% 43 76,8% 56 100.0%
Ya 2 5,3% 6 15,8% 2 5,3% 28 73,7% 39 100.0%
Total 6 6,4% 12 12,8% 5 5,3% 71 75,5% 95 100.0%

Dalam pembelajaran sains, tidak terkecuali ilmu Sebagian besar laboratorium bahasa yang
kimia, laboratorium merupakan bagian yang tidak dimiliki sekolah dalam keadaan rusak. Hal ini
terpisahkan karena laboratorium hadir sebagai menyebabkan praktik dilakukan di dalam kelas
wahana pembuktian konsep-konsep sains yang dengan menggunakan tape recorder. Sebagian
dipelajari oleh siswa secara teoretis di kelas. besar sekolah yang tidak memiliki laboratorium
bahasa tidak melakukan praktik. Diperlukan
Laboratorium Bahasa usaha tersendiri untuk mengadakan alat praktik
Sekolah yang memiliki laboratorium bahasa jika di sekolah tidak memiliki. Kreativitas dan
sebanyak 47 dari 142 sekolah. Pemanfaatan usaha guru untuk mengadakan alat praktik agar
laboratorium dibedakan berdasarkan pelaksanaan siswa dapat memahami pelajaran merupakan nilai
K-13. Sekolah yang belum melaksanakan K-13 lebih bagi guru.
lebih banyak belum memiliki laboratorium bahasa. Pemanfaatan laboratorium meningkatkan
Pemanfaatan laboratorium bahasa di sekolah motivasi siswa dalam belajar. Hal ini dibuktikan
yang melaksanakan K-13 lebih sering di- oleh Wijaya (2016) yang menemukan bahwa
bandingkan dengan yang tidak melaksanakan terdapat perbedaan motivasi yang signifikan
K-13, hal ini dapat dilihat pada Tabel 8. antara kelompok kontrol (yang tidak meman-
Pemanfaatan laboratorium bahasa dapat dilihat faatkan laboratorium bahasa) dengan kelompok
dari frekuensi praktik yang dilakukan sekolah. eksperimen (yang memanfaatkan laboratorium
Pemanfaatan tertinggi berada pada frekuensi bahasa). Terdapat perbedaan yang signifikan
praktik 8-20 kal i adal ah sekol ah yang terhadap motivasi belajar bahasa Arab antara
melaksanakan K-13. Ada satu sekolah yang kelompok eksperimen (yang memanfaatkan
memiliki laboratorium bahasa tetapi tidak laboratorium bahasa) dan kelompok kontrol
melaksanakan praktik di laboratorium karena (yang tidak memanfaatkan laboratorium
keadaan ruangan yang tidak ada pendingin dan bahasa). Dengan demikian, pemanfaatan
didesain tidak ada jendela. Kenyamanan dan laboratorium bahasa dapat mempengaruhi
sirkulasi udara dalam belajar juga mempengaruhi motivasi belajar bahasa.
siswa dalam menerima pelajaran.
Pada Tabel 9 terlihat bahwa sekolah yang SIMPULAN DAN SARAN
tidak memiliki laboratorium bahasa sebagian Simpulan
besar tidak melakukan praktik baik di sekolah Pemanfaatan laboratorium pada sekolah yang
yang melaksanakan K-13 maupun sekolah yang melaksanakan K-13 lebih banyak daripada
tidak melaksanakan K-13. sekolah yang belum melaksanakan K-13. Sekolah
yang telah melaksanakan K-13 dan tidak memiliki

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 3, Nomor 2, Desember 2018 129


Meni Handayani, Pemanfaatan Sarana Laboratorium di SMA Yang Telah dan Belum Melaksanakan Kurikulum 2013

laboratorium lebih sering melaksanakan praktik dasar yang seharusnya dipraktikkan. Media
di kelas dengan alat dan bahan praktik yang laboratorium virtual dapat juga menjadi salah
ada dibandingkan dengan sekolah yang belum satu solusi bagi sekolah yang tidak memiliki alat
melaksanakan K-13. Sekolah yang belum dan bahan untuk praktik. Kelebihannya dapat
menjalankan K-13 banyak yang tidak memiliki dilakukan praktik berulang-ulang sesuai
laboratorium dan melaksanakan praktik kurang keinginan siswa tanpa harus mempersiapkan
dari tuntutan kompetensi dasar. alat dan bahan praktik. Selain itu, Pemanfaatan
laboratorium komputer dapat dimaksimalkan
Saran dengan menjadikannya multifungsi yang disebut
Bagi sekolah yang tidak memiliki laboratorium laboratorium bahasa komputer. Laboratorium ini
dapat melakukan praktik di dalam kelas sejauh dapat digunakan untuk pembelajaran bahasa
tidak membahayakan dengan menggunakan kit maupun komputer.
yang sudah satu paket per materi kompetensi

PUSTAKA ACUAN
Aprilia, S. (2015). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dengan
Menggunakan Laboratorium Real dan Virtual Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa di SMA Negeri
1 Boja Tahun Pelajaran 2010/2011. Jurnal Profesi Pendidik, 2(2) 40-49.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Barnawi & M. Arifin. (2016). Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media
Darsana, I.W., Sadia, I.W., Tika, I.N. (2014). Analisis standar kebutuhan laboratorium kimia
dalam implementasi kurikulum 2013 pada SMA Negeri di Kabupaten Bangli. Jurnal Program
Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, 4(1) 1-10.
Fachrudin, R.& Supriyono. 2015. Studi komparasi hasil belajar siswa kelas X SMA dengan model
guided discovery berbasis kegiatan laboratorium riil dan kegiatan laboratorium virtual pada
materi listrik dinamis. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), 04(01) 42-46.
Hamalik, O. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Bumi Aksara.
Handayani, M. (2015). Ketersediaan laboratorium dibandingkan dengan hasil belajar siswa di
sekolah menengah atas. Jurnal Data dan Statistik Pendidikan, 3(1) 89-101.
Indriyanto, B. (2013). Kurikulum 2013: Instrumen Peningkatan Mutu Pendidikan. http://
kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-kurikulum-bambang-indriyanto, diakses 10 Maret
2014.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Lampiran peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan republik indonesia nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan
dasar dan menengah.
Nuada, I.M., Harahap, F. (2015). Analisis sarana dan intensitas penggunaan laboratorium
terhadap keterampilan proses sains siswa SMA Negeri Se-Kota Tanjungbalai. Jurnal
Tabularasa PPS Unimed, 12(1) 89-106.
Rahmiyati, S. (2008). Keefektifan pemanfaatan laboratorium di Madrasah Aliyah Yogyakarta.
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 11(1) 88-100.

130 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 3, Nomor 2, Desember 2018


Meni Handayani, Pemanfaatan Sarana Laboratorium di SMA Yang Telah dan Belum Melaksanakan Kurikulum 2013

Republik Indonesia. (2005). Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan.
Safitri, H. & Herawati. (2011). Persepsi siswa terhadap pemanfaatan laboratorium virtual dalam
pembelajaran fisika topik gerak lurus (survey terhadap siswa kelas X SMAN 87 Jakarta
Selatan). Jurnal Pendidikan, 12(2) 97-101.
Sobiroh, A. (2006). Pemanfaatan laboratorium untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa
kelas 2 SMA Se-Kabupaten Banjarnegara semester 1 Tahun 2004/2005. Skripsi, Jurusan
Biologi, Fakultas MIPA. Universitas Negeri Semarang.
Simbolon, D.H. & Syahyar. (2014). Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
eksperimen riil dan laboratorium virtual terhadap hasil belajar fisika siswa. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, 21(3) 299-315.
Sundari, R. (2008). Evaluasi pemanfaatan laboratorium dalam pembelajaran biologi di Madrasah
Aliyah Negeri sekabupaten Sleman. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 2(XII) 196-
212.
Susila, I.K. (2012). Pengembangan instrumen penilaian unjuk kerja (performance assesment)
laboratorium pada mata pelajaran fisika sesuai kurikulum tingkat satuan pendidikan SMA kelas X
di Kabupaten Gianyar. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia, 2(2) 1-15.
Swandi A., Hidayah, S.N. & Irsan, L.J. (2014). Pengembangan media pembelajaran laboratorium
virtual untuk mengatasi miskonsepsi pada materi fisika inti di SMAN 1 Binamu, Jeneponto.
Jurnal Fisika Indonesia, 18 (52) 20-24.
Wijaya, F.A. (2016). Pengaruh pemanfaatan laboratorium bahasa terhadap peningkatan motivasi
belajar bahasa arab siswa kelas XI MAN 1 Banjarnegara tahun pelajaran 2015/2016.
Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Wiratma, I.G.L. (2014). Pengelolaan laboratorium kimia pada sma negeri di Kota Singaraja: acuan
pengembangan model panduan pengelolaan laboratorium kimia berbasis kearifan lokal tri
sakti). Jurnal Pendidikan Indonesia. 3(2) 425-436.

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 3, Nomor 2, Desember 2018 131

You might also like