Peran Bank Sentral Dalam Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Dan Implementasi Jaring Pengaman Sektor Keuangan (JPSK)

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13, No.3 September 2009, hal.

518 – 533
Terakreditasi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007

PERAN BANK SENTRAL DALAM


STABILITAS SISTEM KEUANGAN (SSK)
DAN IMPLEMENTASI JARING PENGAMAN
SEKTOR KEUANGAN (JPSK)

Suhartono
STIE Perbanas Surabaya
Jl. Nginden Semolo No.36 Surabaya

Abstract: The Government and Bank Indonesia developed a framework for the Draft Law on the
Financial System Safety Net. The framework clearly specified the tasks and responsibilities of the rel-
evant institutions involved in the operation of the Safety Net. In principle, the Ministry of Finance was
responsible for drafting legislation for the financial sector and providing funds for crisis resolution.
BI, the central bank, was responsible for safeguarding monetary stability, maintaining a sound bank-
ing system and ensuring the secure and robust operation of the payment system. The DIC (Deposit
Insurance Corporation), on the other hand, had responsibility for guaranteeing bank customer de-
posits and resolution of problem banks. The Financial System Safety Net framework was set out in the
Draft Law on the Financial System Safety Net, which was currently undergoing a consultation process.
In this way, the Financial System Safety Net Law would provide a strong foundation for the financial
system stability policies and regulations to be established by the relevant authorities. The Draft Law
specified all components of the FSSN: (1) effective bank regulation and supervision; (2) lender of last
resort; (3) adequate deposit insurance scheme; and (4) effective mechanism for resolution of crisis.

Key words : central bank, financial system safety net, regulation, monetary stability

Realita bahwa globalisasi ini telah membawa Berkembangnya liberalisasi terutama pasar
manfaat bagi banyak negara di dunia dengan keuangan tidak membuat pertumbuhan ekonomi
mendorong peningkatan Gross Domestic Product dan kemakmuran meningkat tetapi mendorong
(GDP) di beberapa negara disertai dengan kenaikan terjadinya instabilitas (Stiglitz, 2006). Krisis keuangan
produksi barang dan jasa. Globalisasi juga membuka makin sering terjadi dengan dampak skala yang
akses yang lebih lebar bagi negara-negara di dunia makin besar. Volatilitas aliran modal internasional
terhadap pasar global. Meski demikian, globalisasi makin tinggi dan dalam sekejap menyebabkan suatu
yang terjadi bukan tanpa cela. Stiglitz (2006) negara mengalami krisis utamanya krisis likuiditas.
menyatakan aturan main globalisasi cenderung tidak Melihat pengalaman selama ini bahwa
adil dan menguntungkan negara-negara industri setiap instabilitas atau krisis selalu membawa
maju dan hanya mengutamakan nilai-nilai material dampak kerugian yang besar, semua negara selalu
dibandingkan nilai-nilai lainnya, seperti perhatian berusaha melakukan upaya untuk mencegah jangan
terhadap aspek lingkungan. sampai krisis terjadi. Upaya menjaga stabilitas ini

Korespondensi dengan Penulis:


Suhartono: Telp. +62 31 594 7151, Fax.+62 31 599 2985
E-mail: haryati@perbanas.ac.id
PERBANKAN

menempatkan bank sentral pada posisi terdepan maka bank sentral memiliki mandat untuk menjaga
dalam upaya mencegah jangan sampai krisis terjadi. kestabilan harga nilai uang atau yang dikenal
Peran dan tugas bank sentral sangat tergantung sebagai stabilitas moneter (monetary stability).
kepada bagaimana lingkungan politik dan ekonomi Berdasarkan praktiknya, bank sentral tidak
mempengaruhi peran dan tugas bank sentral. Namun semua menjalankan tiga tugas utama tersebut.
demikian bank sentral pada umumnya mempunyai Beberapa bank sentral mengemban dua tugas
tiga tugas utama yang meliputi pengendalian utama, bahkan ada juga bank sentral yang hanya
moneter, pengaturan dan pengawasan perbankan, mengemban satu tugas utama, seperti yang
serta pengaturan sistem pembayaran. Dalam konteks ditunjukkan pada Tabel 1.
bank sentral bertugas untuk pengendalian moneter,

Tabel 1. Mandat Bank Sentral Berbagai Negara


Otoritas Pengatur Sistem
Negara
Moneter Bank Pembayaran
Brunei Ya Tidak Tidak
Hong Kong Ya Tidak Tidak
Inggris Ya Tidak Tidak
Australia Ya Tidak Ya
Jepang Ya Tidak Ya
Amerika Ya Sebagian Sebagian
Prancis Ya Sebagian Sebagian
Belanda Ya Sebagian Ya
Italia Ya Sebagian Ya
Jerman Ya Sebagian Ya
Afrika Selatan Ya Ya Tidak
Brazil Ya Ya Sebagian
India Ya Ya Sebagian
Singapura Ya Ya Sebagian
Indonesia Ya Ya Ya
Malaysia Ya Ya Ya
Selandia Baru Ya Ya Ya
Sumber: Warjiyo (2004).

Walaupun kalau dilihat dari mandat bank


sentral antar negara berbeda dalam fungsi masing- BANK INDONESIA: PERAN DAN TUGAS
masing, namun ada kesepakatan global bahwa bank
sentral memiliki tugas sebagai stabilisator ekonomi
makro (Healey, 2001). Artinya walaupun mungkin Rumusan pada UU No.23 Tahun 1999 itu
secara eksplisit tidak dijelaskan dalam perundangan merupakan pedoman yang dipakai Bank Indonesia
bahwa bank sentral harus menjaga stabilitas dalam menetapkan misi dan visinya. Penetapan
keuangan namun secara implisit harus dipahami misi dan visi dimaksudkan lebih memperjelas tujuan
peran bank sentral dalam menjaga stabilitas organisasi, mempermudah perencanaan dan proses
ekonomi. pengambilan keputusan, serta mempermudah
pengoordinasian unit-unit dalam organisasi. Visi

PERAN BANK SENTRAL DALAM STABILITAS SISTEM KEUANGAN (SSK) 519


DAN IMPLEMENTASI JARING PENGAMAN SEKTOR KEUANGAN (JPSK)

Suhartono
PERBANKAN

tersebut dikembangkan dalam misi Bank Indonesia. Tabel 2. Biaya Krisis: Rekapitalisasi Bank
Misi Bank Indonesia adalah : (1) menetapkan Episode Crisis % dari GDP
dan menjaga konsistensi, serta kejelasan tujuan Tequila Crisis
organisasi; (2) memberikan referensi untuk Chile 1983 15%
perencanaan dan proses pengambilan keputusan; Mexico 1995 13.50%
(3) memperoleh komitmen para anggota Dewan Asian Crisis
Gubernur dan seluruh pegawai, melalui komunikasi Indonesia 1997-1998 34,50%
Korea 24.50%
yang jelas tentang tugas organisasi; dan (4)
Malaysia 19.50%
memperoleh dukungan dan pengertian dari pihak-
Thailand 34.50%
pihak yang berkepentingan terhadap pelaksanaan
Sumber: Caprio & Klingebiel (1996) and World Bank, Asian
tugas organisasi (Warjiyo, 2004).
Growth and Recovery Initiative, 1999

Di Asia, Bank Indonesia termasuk bank sentral


KRISIS KEUANGAN
yang sejak awal menjadi pioner dalam melakukan
kajian stabilitas sistem keuangan dengan didirikannya
Biro Stabilitas Sistem Keuangan. Saat ini hampir
Krisis keuangan yang terjadi di berbagai
seluruh bank sentral dunia bergerak menjadikan
belahan dunia termasuk Indonesia seperti yang
isu stabilitas sistem keuangan sebagai tema utama
terjadi pada tahun 1997 tampaknya akan makin
kebijakan ekonomi. Hampir semua bank-bank
sering terjadi. Krisis keuangan global yang terbaru
sentral maupun organisasi keuangan internasional
yang dipicu oleh krisis kredit perumahan di Amerika
seperti IMF dan Bank Pembangungan Asia (ADB)
Serikat telah membawa dampak yang luar biasa
secara khusus membentuk divisi/unit khusus untuk
di perekonomian global. Krisis ini menyadarkan
memonitor dan menilai kondisi keuangan negara
pemerintah, parlemen dan kalangan industri
masing-masing dan menerbitkannya dalam suatu
tentang pentingnya menjaga stabilitas sistem
laporan stabilitas keuangan.
keuangan sebagai tugas bersama. Lebih buruk lagi
Krisis keuangan dapat menyebabkan hilangnya
adalah setiap krisis, karena kerugian yang dialami,
kepercayaan masyarakat terutama penabung dan
menimbulkan dampak yang sangat buruk yakni
investor sehingga menimbulkan “run” terhadap
hilangnya kepercayaan masyarakat dan menurunnya
perbankan maupun pasar modal. Proses intermediasi
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan. Belum
terganggu karena bank menjadi terlalu berhati-
lagi setelah krisis usai, biaya untuk pemulihan
hati. Hilangnya kepercayaan juga membuat alokasi
ekonomi khususnya sektor keuangan sangat besar.
sumber daya ekonomi terganggu karena pemilik
Oleh karena itulah saat ini berkembang pemikiran
dana cenderung melakukan “hoarding”. Hal-hal
stabilitas sistem keuangan sebagai barang publik
tersebut membuat kebijakan moneter menjadi tidak
yang wajib dipelihara untuk menjamin kepentingan
efektif lagi karena publik dan lembaga keuangan
publik.
kehilangan kepercayaan (Tadjudin, 2003).

520 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN

Vol. 13, No. 3, September 2009: 518 – 533


PERBANKAN

bukti berjalannya teori kelemahan sistem keuangan


SEBAB KETIDAKSTABILAN: global oleh Mishkin (2001).
PANDANGAN TEORI Dari sisi sumber Krisis FSI (1997) menyatakan
krisis dipicu oleh kerawanan ekonomi makro di
antaranya inflasi, liberalisasi sektor keuangan yang
Krugman (1973) menyatakan krisis
terlalu cepat dan kegagalan dalam merancang
terjadi karena kebijakan ekonomi yang salah.
instrumen kebijakan ekonomi makro yang disiplin.
Ketidakstabilan ekonomi makro pada tahun 1970 di
Sementara dari sisi sektoral terutama sektor
mana kebijakan moneter dan fiskal yang ekspansif
keuangan, kegagalan dalam menerapkan tata
dengan sistem kurs tetap menyebabkan terjadinya
kelola perusahaan dan manajer yang sadar risiko,
krisis nilai tukar pada tahun 1980-an. Demikian
infrastruktur pasar yang tidak memadai dan disiplin
juga dengan krisis perbankan terjadi karena bank
pasar yang tidak berjalan diikuti dengan peraturan
membeli surat utang negara yang dijual pemerintah
dan pengawasan yang tidak efektif membuat krisis
untuk membiayai APBN.
terjadi.
Pandangan lain terhadap sumber krisis
adalah kerapuhan sistem keuangan (financial
vulnerability). Dalam teori ini, krisis terjadi karena STABILITAS SISTEM KEUANGAN (SSK)
kelemahan struktur lembaga keuangan. Perbankan
di negara Asia seperti Korea dan Indonesia yang
mengandalkan pada dana jangka pendek sangat Chant (2003) menyatakan instabilitas adalah
rawan terhadap krisis kepercayaan dan “bank keadaan pasar yang merugikan perekonomian yang
run”. Goldstein & Turner (2003) menyatakan bahwa mengancam kinerja ekonomi sehingga melumpuhkan
ketidakseimbangan valuta asing dalam suatu negara kondisi keuangan rumah tangga, perusahaan dan
merupakan sumber kerawanan yang paling penting pemerintah dan membuat arus dana terbatas.
dan dapat mendorong krisis nilai tukar. Ketika aset Keadaan juga mengganggu fungsi dan operasi
bank dalam mata uang lokal dan dibiayai dengan lembaga keuangan. Crockett (1996) mendefinisikan
Deposito dalam valuta asing, dapat menimbulkan stabilitas keuangan sebagai ketiadaan instabilitas.
krisis karena adanya harapan akan krisis (self Instabilitas sebagai situasi ekonomi yang terganggu
fulfilling) oleh investor sehingga akhirnya krisis nilai karena fluktuasi harga aset keuangan yang besar
tukar terjadi. Teori ini mengusulkan agar prinsip atau ketika lembaga keuangan gagal memenuhi
kehati-hatian diterapkan lebih luas pada sektor kewajiban yang sudah diperjanjikan.
perbankan. Sementara Deutsche Bundesbank (2003) meng-
Teori kerawanan sistem keuangan diperparah gambarkan stabilitas keuangan sebagai keadaan
oleh rendahnya kesadaran tata kelola (governance) seimbang sistem keuangan sehingga berfungsi
manajer lembaga keuangan serta kelemahan efisien dalam alokasi sumber dan mengelola risiko
institusi pengawasan Bank. Krisis keuangan juga dan menjalankan fungsi pembayaran, mampu
dapat dijelaskan oleh teori ini kelemahan pasar mengatasi kejutan ekonomi, kebangkrutan dan
keuangan global. Teori ini menjelaskan keterkaitan perubahan struktural yang mendasar.
struktur operasional sistem keuangan global Mishkin (1999) menyatakan instabilitas
dengan krisis karena adanya asymetric information keuangan terjadi ketika kejutan terhadap sistem
sehingga pelaku pasar tidak mampu menilai risiko keuangan karena masalah arus informasi sehingga
atas investasinya. Perkembangan derivatif dan sistem keuangan tidak mampu menjalankan fungsinya
terbongkarnya skema Ponzi oleh Mardoff merupakan menyalurkan dana ke dalam investasi produktif.

PERAN BANK SENTRAL DALAM STABILITAS SISTEM KEUANGAN (SSK) 521


DAN IMPLEMENTASI JARING PENGAMAN SEKTOR KEUANGAN (JPSK)

Suhartono
PERBANKAN

Sementara itu, Schinasi (2006) mendefinisikan yaitu pembiayaan akan masuk ke sekitar ekonomi
stabilitas keuangan sebagai kondisi di mana sistem yang berisiko yang menghasilkan hasil yang tinggi
keuangan: (1) secara efisien memfasilitasi alokasi saja. Fungsinya ketidakpastian ekonomi, inflasi
sumber daya dari waktu ke waktu, dari deposan ke yang tinggi juga menyebabkan intermediasi waktu
investor, dan alokasi sumber daya ekonomi secara (maturity transformation) yang dilakukan oleh
keseluruhan; (2) dapat menilai/mengidentifikasi sistem keuangan tidak berjalan. Akibatnya investasi
dan mengelola risiko-risiko keuangan; (3) dapat jangka panjang menurun drastis sehingga proses
dengan baik menyerap gejolak yang terjadi pada pertumbuhan ekonomi tidak terjadi.
sektor keuangan dan ekonomi. Dari semua definisi Schwartz (1988) menjadikan perlunya Bank
di atas dapat diringkas secara sederhana kestabilan Sentral menjaga inflasi dengan kebijakan moneter
keuangan adalah tidak adanya krisis yang berarti yang tepat. Bank Sentral yang dapat menjaga
situasi di mana ketahanan sistem keuangan terhadap stabilitas dan juga menjaga likuiditas perbankan
guncangan perekonomian, sehingga fungsi melalui lender of the last resort. Krisis keuangan
intermediasi, sistem pembayaran dan penyebaran pada level apapun akan diperburuk dengan kenaikan
risiko tetap berjalan dengan semestinya. tingkat inflasi, karena kebijakan moneter berusaha
menjaga stabilitas hanya menjadikan upaya tidak
langsung Bank Sentral dalam menjaga jangan
STABILITAS MONETER DAN DAMPAKNYA sampai krisis keuangan terjadi.
Diamond & Dybiyg (1983) menyatakan lembaga
keuangan selalu menghadapi maturity mismatch
Stabilitas moneter (monetary stability) yaitu kerugian jatuh tempo lebih cepat daripada
didefinisikan sebagai setabilitas harga dimana aset kredit, keadaan ini akan menjadi sumber krisis.
perekonomian mengalami inflasi dalam jumlah Keadaan ini menyebabkan bank rawan terhadap
yang relatif kecil yaitu 1-2% setahun. Deflasi juga risiko likuiditas ketika inflasi tinggi maka suku
ancaman terhadap stabilitas moneter namun bunga akan naik lebih cepat daripada suku bunga
karena isu deflasi sangat jarang terjadi maka kredit sehingga bank akan menjadi net interest
kurang menjadi perhatian. Tugas Bank Indonesia margin yang makin kecil, ini berarti mengganggu
yaitu menjaga stabilitas nilai rupiah maka secara potensi pendapatan bank yang sebelumnya dapat
singkat merupakan upaya mengurangi inflasi diramalkan ke situasi ketidakpastian. Penelitian
menjadi dasar bagi pertumbuhan ekonomi jangka membuktikan bahwa ketidakstabilan harga atau
panjang yang berkelanjutan (sustainable economic inflasi telah menyebabkan krisis keuangan di
growth). Pertumbuhan ekonomi menjadi isu global berbagai negara ini berarti kebijakan moneter yang
dan nasional saat ini secara politik penentu selalu mengarah pada penetapan stabilitas hingga akan
menjalankan pertumbuhan ekonomi sebagai bukti mendorong tercapainya stabilitas sistem keuangan.
keberhasilan dalam pembangunan. Cook (2004) melakukan kajian tentang
Hubungan antar inflasi dan pertumbuhan penyebab berbagai kolektibilitas variabel ekonomi
ekonomi juga dibahas cukup lengkap oleh Mc.Kinon dan pengaruhnya terhadap perekonomian atau
(1973) yang menekankan perlunya stabilitas. Hanya pertumbuhan, adalah bahwa stabilitas nilai tukar
dalam mendorong agar intermediasi berjalan dan yaitu pada sistem kurs tetap membuat pertumbuhan
makin dalam (financial deepening), inflasi yang tinggi ekonomi yang tinggi daripada inflasi dan suku
membuat agen akan bertindak dalam perspektif bunga. Sebaliknya Devereux (2006) menyatakan
jangka pendek dan moral hazard tidak berjalannya bahwa kebijakan harga suku bunga memiliki
informasi dan ekspektasi ekonomi membuat sistem dampak yang lebih baik daripada kebijakan kurs.
kerja makin tidak efisien dalam alokasi sumber daya Dari simulasi kebijakan menunjukkan kebijakan

522 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN

Vol. 13, No. 3, September 2009: 518 – 533


PERBANKAN

stabilisasi harga (inflasi) melalui mekanisme suku Stabilitas moneter dan stabilitas sistem
bunga menghasilkan dampak stabilisasi lebih baik keuangan ibarat dua sisi dari satu koin yang saling
daripada kebijakan nilai tukar. mempengaruhi satu terhadap yang lain. Namun
demikian, terdapat perbedaan mendasar antara
keduanya.

Tabel 3. Perbandingan Stabilitas Moneter dan Stabilitas Keuangan


Stabilitas Moneter Stabilitas Keuangan
Definisi Stabilnya harga untuk mengen- Kestabilan institusi dan pasar keuangan dan
dalikan inflasi tiadanya tekanan dan pergerakan harga yang
mengendalikan deflasi berpotensi menyebabkan guncangan pereko-
nomian
Instrumen pengontrol Kebijakan moneter Sangat terbatas, dan sulit untuk disesuaikan:
Suku bunga Fasilitas Pembiayaan Darurat
Operasi pasar

Struktur Proyeksi Trend, Central tendency of Tails of distribution, Extreme event


distribution
Alat Proyeksi Teknik peramalan standar Simulasi , Stress test
Sumber: Diadaptasi dari Aspach, et al. (2006) dan Schioppa (2002).

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG STABILITAS MENGAPA STABILITAS SISTEM


SISTEM KEUANGAN KEUANGAN PENTING

Santoso & Batunanggar (2006) menyatakan Houben, Kakes & Schinasi (2004) menyatakan
terdapat empat faktor terkait yang mendukung tiga alasan SSK penting: (1) stabilitas moneter
terciptanya stabilitas sistem keuangan, yaitu: hanya dapat terwujud dengan adanya stabilitas
(1) lingkungan ekonomi makro yang stabil; (2) keuangan, karena sistem keuangan merupakan
lembaga keuangan yang dikelola dengan baik; (3) transmisi kebijakan moneter; (2) perkembangan
pengawasan institusi keuangan yang efektif; dan (4) ekonomi ditandai dengan meningkatnya risiko bagi
sistem pembayaran yang aman dan handal. Adanya perekonomian suatu negara di antaranya adalah
permasalahan di salah satu dari empat komponen perkembangan sektor keuangan yang sangat
tersebut berdampak pada faktor lainnya dan akan signifikan dibanding perkembangan ekonomi, proses
mengancam stabilitas sistem keuangan. financial deepening sangat cepat yang ditandai
Financial Stability Forum (2008) menyatakan dengan berubahnya komposisi aset dalam sistem
ada lima faktor yaitu: (1) pengawasan lembaga keuangan di mana pangsa monetary assets (agregat)
keuangan terkait dengan likuiditas, kredit dan semakin turun sementara pangsa non-monetary
manajemen risiko; (2) transparansi dan penilaian; assets sehingga semakin meningkatkan monetary
(3) penggunaan lembaga pemeringkat (rating) yang base. Keadaan diperparah dengan Globalisasi dan
berhati hati; (4) Pengawasan yang komprehensif cross border integration menyebabkan semakin
terhadap lembaga keuangan; dan (5) protokol terintegrasinya sistem keuangan nasional ke dalam
penyelesaian krisis sistem keuangan yang baik. sistem keuangan global yang biasa dikatakan tanpa
sistem; (3) keterkaitan terjadinya kenaikan transaksi

PERAN BANK SENTRAL DALAM STABILITAS SISTEM KEUANGAN (SSK) 523


DAN IMPLEMENTASI JARING PENGAMAN SEKTOR KEUANGAN (JPSK)

Suhartono
PERBANKAN

antar industri dan antar pasar antar negara membuat


makin terintegrasinya pasar keuangan sehingga PIHAK-PIHAK YANG BERTANGGUNG JAWAB
kegagalan satu pasar di luar negeri biasa menjadi
TERHADAP SSK
sumber krisis di dalam negeri; (4) sistem keuangan
makin kompleks di mana unsur menyembunyikan
Sebagai barang publik maka adanya free rider
risiko, keragaman aktivitas dan investasi serta siapa
tidak dapat dihindari. Kestabilan sistem keuangan
yang menanggung risiko akhir makin tidak jelas.
sebagai barang publik karena ketidakstabilan
Dari keempat alasan tersebut terlihat bahwa
cenderung menyebar dan menular ke tempat lain.
stabilitas keuangan makin rawan karena sistem
Karena itu stabilitas harus dipandang sebagai tugas
keuangan berkembang lebih cepat dari ekonomi
bersama (shared responsibility). Sebagai barang
riil dan bahkan cenderung terjadi pemisahan
publik maka stabilitas sistem keuangan merupakan
(decoupling), terjadinya kenaikan kedalaman
kebijakan publik (Crockett, 1997), sehingga secara
keuangan (financial deepening) dan komposisi
umum semua pihak yang terkait dengan sistem
aset yang berubah serta pasar yang makin luas dan
keuangan, pihak yang ikut bertanggung jawab
terkait menyebabkan proses penularan (contagion)
yaitu: (1) otoritas keuangan (pemerintah, bank
berjalan makin cepat.
sentral, lembaga penjamin simpanan, dan lain-
Sistem keuangan yang stabil akan menjadi
lain); (2) pelaku keuangan (bank, pasar modal,
fondasi berjalannya aktivitas ekonomi keuangan
lembaga keuangan non bank); (3) publik, khususnya
yang efisien (Santoso & Batunanggar, 2006). Sistem
pengguna jasa keuangan.
keuangan yang stabil menciptakan kepercayaan
Namun demikian, Healey & Sinclair (2001)
dan lingkungan yang mendukung bagi nasabah
menyatakan pelaksanaan fungsi mendorong
penyimpan dan investor untuk menanamkan
terciptanya stabilitas sistem keuangan dilakukan
dananya pada lembaga keuangan, termasuk
oleh bank sentral karena bank sentral memiliki
menjamin kepentingan masyarakat terutama
kemampuan dalam melakukan tugas ini baik karena
nasabah kecil. Pada akhirnya mendorong fungsi
keahlian maupun kecukupan informasi. Bank sentral
intermediasi keuangan yang efisien sehingga pada
dapat dengan cepat memitigasi dampak terjadinya
akhirnya mendorong investasi dan pertumbuhan
instabilitas terhadap ekonomi melalui instrumen
ekonomi. Dari sisi efisiensi alokasi, stabilitas
yang secara legal dimilikinya untuk mengurangi
sistem keuangan yang terjaga juga mendorong
tekanan likuiditas maupun mempercepat pemulihan
beroperasinya pasar dan memperbaiki alokasi
kepercayaan masyarakat. Permasalahan likuiditas
sumber daya perekonomian.
dapat diatasi dengan open market operations dan
Dalam mencapai stabilitas sistem keuangan,
bantuan likuiditas melalui lender-of-last-resort
MacFarlane (1999) menyatakan ada beberapa syarat
atau discount window. Kewenangan bank sentral
yang harus ada yaitu: (1) stabilitas lingkungan
untuk melaksanakan kebijakan moneter melalui
makroekonomi yang dicirikan dengan rendah dan
penyesuaian reserve requirements atau dengan
stabilnya inflasi, stabilnya suku bunga dan kuatnya
kebijakan suku bunga untuk mendorong ekonomi
keseimbangan internasional; (2) kesehatan kondisi
bergerak kearah normal terkait dengan peran
lembaga keuangan terkait aspek prudensial, efisiensi
mencapai stabilitas keuangan.
dan tata kelola; (3) efisiensi pasar keuangan yang
Ferguson (2003) menyatakan adanya
ditandai dengan bekerjanya lembaga keuangan
kecenderungan bank sentral diberi mandat lebih
secara efisien; (4) pengawasan yang baik dan
jelas dalam perundangan tentang perannya dalam
pruden oleh otoritas pengawas keuangan; (5) sistem
menjaga stabilitas sistem keuangan. Selama ini pada
pembayaran yang aman dan akurat.

524 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN

Vol. 13, No. 3, September 2009: 518 – 533


PERBANKAN

umumnya peran bank sentral lebih berasal dari


interpretasi perundangan yang ada. DUA PENDEKATAN: MAKROPRUDENSIAL
Keterlibatan Bank sentral akan menjaga DAN MIKROPRUDENSIAL
stabilitas sistem keuangan sebenarnya dimulai
ketika Bank sentral mencetak uang kertas
(Banknote) setelah ditinggalkannya uang kertas Hilbers, Kruenger & Moretti (2000) menyatakan
yang berbasis komoditas seperti emas dan perak. macro prudential indicator (MPI) adalah indikator
Peran ini makin tinggi setelah simpanan dana dalam tentang kesehatan dan stabilitas sistem keuangan
sistem perbankan telah melampaui jumlah uang sehingga dapat membantu suatu negara untuk
kertas yang beredar. Perkembangan ini membuat menilai apakah sistem keuangan mereka rawan krisis.
peran bank sentral lebih besar dalam menjaga Indikator MPI memberikan nilai objektif kesehatan
kestabilan sistem keuangan suatu Negara (Schooppa suatu sistem dan dapat dibandingkan antar negara.
: 2002). Dengan demikian keterlibatan bank sentral Namun demikian kendala dari penerapan MPI adalah
dalam menciptakan dan menjaga stabilitas sistem belum seragamnya sistem akuntansi dan statistik,
keuangan merupakan tugas mendasar dan peran ini kualitas data dan inovasi keuangan melalui derivatif
tidak boleh dipisahkan dari kebijakan bank sentral dan off balance sheet.
Indonesia. Ryback (2006) menyatakan sebenarnya
Tugas baru di bidang stabilitas sistem keuangan makroprudensial hanya nama baru untuk
tersebut dinyatakan baik secara implisit maupun pengelolaan ekonomi yang berhati-hati. Ada
eksplisit dalam tujuan, misi atau tugas bank sentral. beberapa aspek tujuan yang terkait dengan
Ditingkat global, beberapa bank sentral negara kebijakan makroprudensial yaitu membatasi distress
Eropa mendirikan organisasi non profit: Financial pada seluruh sistem keuangan bukan individual
Stability Forum pada April 1999 sebagai respon atas bank, berusaha mencegah krisis dan biaya krisis
krisis Asia 1997-1998. FSF beranggotakan hampir yang besar, mengidentifikasi risiko dari sistem bukan
seluruh bank sentral, departemen keuangan, lembaga individu dan mengkaji risiko menyeluruh
otoritas pengawasan keuangan di dunia. FSF sebagai akibat dari interaksi lembaga keuangan dan
bertujuan mempromosikan pentingnya stabilitas sistem keuangan.
keuangan dalam skala internasional. Sementara itu, Secara umum, sumber instabilitas dapat dibagi
IMF bekerjasama dengan World Bank mengeluarkan dua yaitu risiko endogen dan risiko eksogen. Risiko
program Financial Sector Assessment Program yang eksogen yaitu risiko yang timbul di luar sektor
bertujuan menilai kestabilan sistem keuangan keuangan, seperti gangguan karena ekonomi
disuatu negara. makro atau risiko kejadian seperti adanya bencana
alam. Risiko endogen yaitu risiko yang berada di
dalam sektor keuangan itu sendiri seperti dari
perbankan seperti risiko kredit, risiko pasar, dan
risiko operasional. Pemantauan dan penilaian
terhadap ketahanan sistem keuangan dilakukan
dengan dua pendekatan, yaitu makroprudensial
dan mikroprudensial. Operasionalisasi pendekatan
ini ditampilkan pada Gambar 1.

PERAN BANK SENTRAL DALAM STABILITAS SISTEM KEUANGAN (SSK) 525


DAN IMPLEMENTASI JARING PENGAMAN SEKTOR KEUANGAN (JPSK)

Suhartono
PERBANKAN

Microprudential

Macro level assessments of : Micro level assessments of :


Exogenous and endogenous Risk areas and risk
risks and vulnerabilities FINANCIAL management practices
Contagion effects, STABILITY Business strategy and
transmission channels and SURVEILLANCE governance issues
impact on financial Risk absorbing capacity
institutions and systemic
stability

Macroprudential

Macro-Surveillance Activities Macroprudential Analysis


Monitoring Monitoring Historical and Forward looking
macro- and evaluating current
financial development Static and trend Macro stress test
linkages and of sector analyses Resilience Score
assessing specific issues Market Vulnerability
potential and their intelligence Indicator of
contagion potential Banking Sector
from the real impact on
and external system wide
sectors stability
Gambar 1. Dua Pendekatan : Mikroprudensial dan Makroprudensial

melakukan pengawasan agar sistem pembayaran


PERAN BANK INDONESIA DALAM nasional bisa berjalan efisien dan aman. Dengan
MEMELIHARA SSK begitu dominannya perbankan dalam sistem
pembayaran di Indonesia, BI memiliki tanggung
jawab untuk mencegah jangan sampai risiko
BI memiliki posisi yang unik yaitu sistemis karena gagalnya sistem pembayaran dapat
merupakan otoritas moneter, perbankan dan dihindari.
lalu lintas pembayaran dalam kaitan dari KSK. BI Kestabilan sistem keuangan merupakan hasil
merupakan lembaga yang memiliki hak untuk dari suatu proses yang terencana dan merupakan
menciptakan uang. Artinya hanya BI yang neraca hasil dari sinergi bank sentral, pemerintah, lembaga
sisi kewajibannya merupakan penyedia likuiditas keuangan dan semua perilaku alami. Untuk
dari perolehan nasional. Seperti diketahui inti dari mencapai dan mempertahankan stabilitas sistem
krisis keuangan umumnya adalah krisis likuiditas keuangan, diperlukan intervensi kebijakan. Upaya
sehingga BI satu-satunya lembaga yang mampu untuk mewujudkan sasaran tersebut, terdapat 4
melakukan pengurangan (containment) krisis strategi yang diadopsi oleh Bank Indonesia dalam
dengan menyediakan alat liquid. BI memiliki peran usahanya menjaga stabilitas sistem keuangan,
yang lebih dari sekadar penyedia likuiditas. Fungsi BI yaitu: (1) pemantapan regulasi dan standar; sebagai
dalam sistem pembayaran mengharuskan BI untuk bagian penting untuk mencapai stabilitas keuangan;

526 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN

Vol. 13, No. 3, September 2009: 518 – 533


PERBANKAN

(2) peningkatan riset dan surveilance; yang meliputi pengaman dan penyelesaian krisis, yang didalamnya
penilaian, monitoring, pengukuran atas indikator termasuk sebagai fungsi bank sentral dalam Lender
ekonomi yang bisa membawa ketidakstabilan of The Last Resort (LOR); (5) Fasilitas Pembiayaan
termasuk melakukan stress testing; (3) Peningkatan Darurat (FPD) dan mekanisme penggunaan dana
koordinasi dan kerjasama; dengan otoritas seperti publik untuk penyelesaian krisis keuangan. Kerangka
Bapepam – LK dan LPS; dan (4) penetapan jaring kerja SSK Bank Indonesia ditunjukkan pada Gambar 2.

“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui kestabilan moneter dan
Misi BI
pengembangan stabilitas system keuangan untuk pembangunan nasional jangka
panjang yang berkesinambungan”

Tujuan SSK Turut aktif menciptakan dan memelihara system keuangan yang stabil dan sehat

Pemantapan Peningkatan Peningkatan Penetapan jaring


Regulasi & Riset & Koordinasi pengaman &
Strategi SSK Standar Surveillance & penyelesaian Krisis
Kerjasama

Regulasi & Sistem Koordinasi Lender of last resort


standar Deteksi Dini internal Kondisi


spt. Basle Indikator Normal


Koordinasi
Core Makropru Krisis
eksternal 

Principles densial Sistemik


, CPSIP, Indikator Penyelesaian Krisis
Instrumen Mikroprud
IAS, ISA, 

Jaring
dsb ensial
Pengaman
Disiplin (aggregat)
Pasar
Gambar 2. Kerangka Stabilitas Keuangan Bank Indonesia

kultur pengawasan sehingga tegas sekaligus sangat


Strategi 1. Pemantapan regulasi dan standar membantu. Paling tidak ada 12 standar kunci
dan disiplin pasar. yang harus diikuti meliputi aspek makro ekonomi,
Implentasi best practice regulasi dan kelembagaan dan pasar serta pengaturan dan
pengawasan akan dilakukan dengan meningkatkan pengawasan (Tabel 4).

PERAN BANK SENTRAL DALAM STABILITAS SISTEM KEUANGAN (SSK) 527


DAN IMPLEMENTASI JARING PENGAMAN SEKTOR KEUANGAN (JPSK)

Suhartono
PERBANKAN

Tabel 4. Key Standard di Sektor Keuangan


Macroeconomic Policies & Prudential Financial Regulation
Institutional & Market Infrastructure
Data Transparency & Supervision
• Code of Good Practice of Transparency • Principles of Corporate Governance • Core Principles for Effective
in Monetary and Financial Policies • Core Principles for Systemically Impor- Banking Supervision
• Code of Good Practice in Fiscal Trans- tant Payment System • Principles of Securities Regula-
parency • Market Integrity (Financial Action Task tion
• Data Dissemination Standard Force/FATF on Anti Money Laundering) • Core Principles for Insurance
• Insolvency Supervision
• International Accounting
• International Standard on Auditing (ISA)

Sumber: Santoso & Batunanggar (2006).

Strategi 2. Peningkatan Riset dan Surveillance


Sebagai bagian dari input untuk kebijakan,
Kebijakan yang baik adalah kebijakan yang
maka hasil riset dan surveillance digunakan sebagai
berbasis pada riset. Sementara kebijakan akan
input untuk menentukan jenis kebijakan yang akan
berhasil jika bermasalah ditemukan sejak dari awal.
diambil : pencegahan (prevention), correction,
Peningkatan riset dan surveillance ditujukan untuk
atau penyelesaian krisis (crisis resolution). Selama
mengidentifikasi, mengukur dan memonitor risiko-
ini hasil dari pemantauan dan riset dipublikasikan
risiko yang dapat mengancam kestabilan keuangan.
dalam bentuk Laporan Mingguan, Bahan Rapat
Secara umum terdapat dua aktivitas riset yakni
Dewan Gubernur Bulanan, Triwulanan, Tahunan
mengembangkan perangkat pendukung (tools)
dan Kajian Stabilitas Keuangan. Untuk memperkuat
dalam rangka penilaian SSK dan mengidentifikasikan
derajad akurasi surveillance, BI telah melakukan
permasalahan yang dapat membahayakan SSK.
berbagai survei seperti pemetaan konglomerasi,
Produk yang dihasilkan dari kegiatan riset ini
survei properti dan indeks kepercayaan konsumen
di antaranya: tools, working paper, artikel dan
dan lain-lain. Untuk pemanfaatan yang lebih luas
rekomendasi kebijakan terkait dengan SSK.
diharapkan hal ini dapat menjadi pertimbangan
Sementara terkait dengan pemantauan
dalam desain kebijakan sektoral agar terjadi sinergi
(surveillance) difokuskan pada dua sasaran pokok,
antar kebijakan dengan tujuan akhir yang sama.
yaitu: (1) Menilai dan memantau permasalahan dan
risiko-risiko yang dapat membahayakan SSK; (2)
Strategi 3. Peningkatan Koordinasi dan
Merekomendasikan dan memberi masukan untuk Kerjasama
perumusan kebijakan dalam rangka memelihara
SSK. Instrumen yang digunakan untuk melakukan Hal ini antara lain dilakukan dengan membentuk
fungsi surveillance terdiri dari macroprudential suatu Forum Stabilitas Sistem Keuangan (FSSK)
dan microprudential indicators, Financial yang beranggotakan Bank Indonesia, Departemen
Soundness Indicators (FSI) dan stress test. Indikator Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
mikroprudensial dianalisis secara agregat maupun Forum ini memberikan informasi dan rekomendasi
secara individual untuk bank-bank besar yang terhadap masalah-masalah yang terkait stabilitas
berpotensi menimbulkan dampak sistemis terhadap sistem keuangan. FSSK merupakan institusi formal
perekonomian. Kondisi ekonomi makro agregat crisis management di Indonesia.
dipantau perkembangannya karena potensinya
mempengaruhi stabilitas sektor keuangan.

528 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN

Vol. 13, No. 3, September 2009: 518 – 533


PERBANKAN

Tabel 5. Indikator Agregat Mikroprudensial dan Makroekonomi

Indikator Agregat Mikroprudensial Indikator Makroekonomi


Kecukupan permodalan (Capital Adequacy) Pertumbuhan ekonomi

Kualitas Aset Neraca Pembayaran (Balance of Payment)


- Defisit transaksi berjalan
- Cadangan valas
- Utang LN
- Komposisi dan jatuh tempo aliran modal

Kreditor : Inflasi
- NPL dan provision
- Kredit dalam valas
- Konsentrasi kredit sektoral debitur.
- Rasio utang terhadap saham (DER), keuntungan
perusahaan, dll.

Manajemen Suku bunga dan nilai tukar


- Pertumbuhan jumlah institusi keuangan, dll - Volatilitas suku bunga dan nilai tukar
- Tingkat suku bunga dalam negeri
- Jaminan nilai tukar

Pendapatan (earnings) Contagion effect


- RoA, RoE, rasio pendapatan terhadap pengelu- - Spillover effect
aran, dll - Korelasi pasar keuangan
Likuiditas Faktor lain
- LDR, struktur jatuh tempo antara asset dan kewa- - Pemberianpinjamandaninvestasilangsung
jiban, dll - Sumberdayapemerintahpadaperbankan

Indikator pasar lain


- Harga pasar instrument keuangan, rating kredit,
beda hasil obligasi pemerintah.

Sumber: Santoso & Batunanggar (2006)

Strategi 4. Penetapan Jaring Pengaman dan


Krisis Manajemen PENTINGNYA PENYEDIAAN LIKUIDITAS
Terkait hal ini, terdapat dua fungsi utama yang
dilakukan oleh bank sentral : crisis prevention dan
Respons mencegah atau mengatasi krisis
crisis resolution. Jaring Pengaman Sektor Keuangan
yang dilakukan kebanyakan bank sentral adalah
(JPSK) yang komprehensif terdiri dari empat elemen,
penyediaan pinjaman darurat (lender of the last
yakni (1) pengawasan yang independen dan efektif;
resort) yang bertujuan mencegah jangan sampai
(2) lender of the last resort, (3) skema penjaminan
bank yang memiliki solvabilitas cukup terseret
simpanan; dan (4) manajemen krisis yang efektif.
krisis karena kesulitan likuiditas. Miskin (2001)
menyatakan bank sentral dapat mempercepat
pemulihan krisis dengan memberikan pinjaman

PERAN BANK SENTRAL DALAM STABILITAS SISTEM KEUANGAN (SSK) 529


DAN IMPLEMENTASI JARING PENGAMAN SEKTOR KEUANGAN (JPSK)

Suhartono
PERBANKAN

dalam rangka penyediaan pinjaman darurat. Namun mengambil tindakan yang tujuannya mencegah
demikian untuk mengurangi kerugian dari praktik jangan sampai krisis terjadi. Namun demikian
pinjaman darurat bank sentral perlu meminta proses pencegahan tidak selalu berhasil sehingga
agunan yang cukup. Enoch (2001) mengkritik krisis terjadi. Ketika krisis sudah terjadi kebijakan
pelaksanaan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia diarahkan untuk mengurangi dampak kerugian dari
pada 1998 karena pengawasan penggunaannya krisis yang terjadi.
kurang jelas. Karena itu penetapan kriteria fasilitas Mengingat kompleksitas kebijakan moneter,
likuiditas perlu dilakukan. Ini berarti ketentuan maka transmisi kebijakan moneter menurut (Mishkin,
yang ada pada UU No. 23 Tahun 1999 tentang LLR 1995) sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu (1)
perlu diatas lebih detail. Pengalaman krisis berbagai perubahan perilaku bank sentral, perbankan dan
negara membuktikan bahwa fungsi LLR yang tepat perilaku ekonomi dalam aktivitas perekonomian
mencegah terjadinya kepanikan yang merupakan dan keuangan. (2) Lamanya tenggat waktu (time
propogasi krisis paling penting (Bordo, 2002). lag) sejak tindakan otoritas moneter sampai
Namun demikian perlu dicegah jangan sampai bank dengan tercapainya sasaran akhir dan (3) terjadinya
melakukan moral hazard karena fasilitas ini dengan perubahan pada saluran-saluran transmisi moneter
sengaja mengabaikan manajemen likuiditas. itu sendiri sesuai dengan perkembangan ekonomi
dan keuangan negara tersebut.
Saat ini belum ada mekanisme baku tentang
PERLUNYA UU JPSK bagaimana mekanisme penggunaan dana publik
untuk membiayai krisis. Kita memerlukan Jaring
Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) sebagai suatu
Secara umum instrumen untuk pemantauan mekanisme pengamanan sistem keuangan dari krisis
krisis yang dilakukan BI cukup maju dan memberikan baik untuk pencegahan maupun penanganan krisis.
informasi yang komprehensif. Apa yang dilakukan Saat ini yang dipergunakan adalah Perppu Nomor
BI melebihi apa yang dilakukan Bank Sentral Asia 4/2008 tentang JPSK. Mengingat penanganan krisis
lainnya. Menurut laporan Working Party on Financial memerlukan payung undang-undang maka peran
Stability (1997) Strategi untuk mendorong stabilitas DPR sangat menentukan. Menurut Pasal 20A Undang-
sistem keuangan perlu didasari pada pengembangan Undang Dasar 1945 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
praktik yang baik yang didasari pada prinsip dan memiliki fungsi legislatif, fungsi anggaran, dan
norma yang ketat dan berhati-hati. Prinsip ini fungsi pengawasan. Seluruh fungsi tersebut terkait
diikuti dengan adopsi dan penerapan praktik yang dengan penyelesaian krisis ekonomi global yang
baik dalam struktur yang handal. Wilayah yang mulai mempengaruhi Indonesia. Fungsi legislatif
perlu menjadi perhatian adalah kelembagaan dan diperlukan untuk membuat undang-undang sebagai
infrastruktur pasar. Persaingan yang sehat dan payung hukum dalam penyelesaian krisis, sehingga
disiplin pasar yang kuat dilandasi keterbukaan krisis dapat diselesaikan dengan baik, tanpa
informasi tentu saja perbaikan sistem peraturan dan menimbulkan masalah-masalah hukum di kemudian
pengawasan menjadi landasan dari semua upaya hari. Sementara fungsi anggaran diperlukan
menciptakan stabilitas sistem keuangan. ketika untuk penanganan krisis pemerintah harus
Menjaga stabilitas keuangan merupakan proses menggunakan dana publik.
terus menerus dan dalam perjalanannya tidak akan Makanya UU tentang Jaring Pengaman Sektor
selalu berhasil. Ketika dalam proses identifikasi dan Keuangan sangat diperlukan dalam penyelesaian
pemantauan ditemukan tanda bahwa ada ancaman krisis. Idealnya UU JPSK mengatur pemberian
terhadap krisis keuangan, maka otoritas akan wewenang lebih besar saat krisis untuk melakukan

530 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN

Vol. 13, No. 3, September 2009: 518 – 533


PERBANKAN

tindakan demi penyelesaian krisis. Contohnya adalah Misi Bank Indonesia yaitu mencapai
adanya kewenangan kepada pemerintah dan Bank dan memelihara kestabilan nilai rupiah
Indonesia untuk memberikan injeksi dana pada melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan
industri keuangan. Hal ini sejalan dengan Pasal 12 pengembangan kestabilan sistem keuangan
UUD 1945 yang mengenal adanya keadaan darurat. untuk pembangunan nasional jangka panjang
yang berkesinambungan. Saat ini sudah terdapat
kesepakatan bahwa stabilitas merupakan barang
PENUTUP publik bahkan secara global. Sebagai barang publik
maka adanya free rider tidak dapat dihindari.
Kestabilan sistem keuangan sebagai barang publik
Krisis keuangan merupakan suatu keniscayaan karena ketidakstabilan cenderung menyebar
dan setelah globalisasi makin luas, krisis akan terjadi dan menular ke tempat lain. Karena itu stabilitas
dengan frekuensi yang lebih sering dengan biaya harus dipandang sebagai tugas bersama (shared
yang lebih luas. Dengan melihat pengalaman selama responsibility).
ini setiap instabilitas atau krisis selalu membawa Bank Indonesia melakukan inisiatif untuk
dampak kerugian yang besar, semua Negara selalu melakukan upaya menciptakan stabilitas sistem
berusaha melakukan upaya untuk mencegah jangan keuangan. BI memiliki peran yang lebih dari
sampai krisis terjadi. sekadar penyedia likuiditas. Fungsi BI dalam sistem
Upaya menjaga stabilitas ini menempatkan pembayaran mengharuskan BI untuk melakukan
bank sentral pada posisi terdepan dalam upaya pengawasan agar sistem pembayaran nasional bisa
mencegah jangan sampai krisis terjadi. Mengingat berjalan efisien dan aman. Riset dan pemantauan
Bank sentral merupakan institusi ekonomi penting BI relatif cukup komprehensif serta didukung jaring
yang menandai berdirinya suatu negara. Namun pengaman sektor keuangan seperti LPS. Koordinasi
demikian juga peran dan tugas bank sentral sangat dalam bentuk KKSK telah dibentuk sehingga
tergantung kepada bagaimana lingkungan politik koordinasi antar lembaga makin mudah. Namun
dan ekonomi mempengaruhi peran dan tugas bank demikian masih ada ruang untuk perbaikan agar
sentral. Pada umumnya mempunyai tiga tugas utama proses ini makin baik.
yang meliputi pengendalian moneter, pengaturan Saat ini belum ada mekanisme baku tentang
dan pengawasan perbankan, dan pengaturan sistem bagaimana mekanisme penggunaan dana publik
pembayaran. untuk membiayai krisis. Diperlukan Jaring Pengaman
Dalam konteks bank sentral bertugas untuk Sistem Keuangan (JPSK) sebagai suatu mekanisme
pengendalian moneter, maka bank sentral memiliki pengamanan sistem keuangan dari krisis baik
mandat untuk menjaga kestabilan harga nilai untuk pencegahan maupun penanganan krisis.
uang atau yang dikenal sebagai stabilitas moneter Saat ini yang dipergunakan adalah Perpu Nomor
(monetary stability). Stabilitas harga ini diperlukan 4/2008 tentang JPSK. Mengingat penanganan krisis
untuk menjamin tercapainya pertumbuhan ekonomi memerlukan payung undang-undang maka peran
jangka panjang yang sustainable. Sementara tugas DPR sangat menentukan. Aturan hukum diperlukan
dalam pengaturan dan pengawasan perbankan agar ketika bertindak untuk menyelamatkan krisis
berarti bank sentral memiliki mandat untuk menjaga tidak terjadi pelanggaran hukum. Idealnya UU JPSK
kestabilan sistem perbankan dari gangguan yang mengatur pemberian wewenang lebih besar saat
berasal dari individual bank maupun dari gangguan krisis untuk melakukan tindakan demi penyelesaian
industri. krisis. Kita tidak imun dari pengaruh krisis keuangan
global sehingga lebih baik disediakan infrastruktur

PERAN BANK SENTRAL DALAM STABILITAS SISTEM KEUANGAN (SSK) 531


DAN IMPLEMENTASI JARING PENGAMAN SEKTOR KEUANGAN (JPSK)

Suhartono
PERBANKAN

hukum agar ada arahan apa yang seharusnya


dilakukan. Infrastruktur penyelesaian krisis yang baik DAFTAR PUSTAKA
mempercepat penanganan krisis dan mengurangi
biaya krisis.
Mengingat bahwa dampak krisis sangat Batunanggar S. 2004. Indonesia’s Banking Crisis
mempengaruhi kondisi perekonomian secara Resolution: Prosess, Issues and Lessons
keseluruhan, maka diperlukan adanya kebijakan yang Learnt. Financial Stability Review, May, Bank
bersifat mix policy dengan menghindarkan arogansi Indonesia.
sektoral atau kelembagaan, agar produk kebijakan Caprio, G. Jr., & Klingebiel, D. 1996. Bank Insolvencies,
dan aturan hukum merupakan kebijakan yang Cross-Country Experience. World Bank Policy
harmonis yang dalam penerapannya dapat menjamin Research Paper, No.1620, July.
pencapaian sasaran akhir yang ditetapkan tanpa
menimbulkan permasalahan yang lebih besar dalam Chant, J. 2003. Financial Stability as a Policy Goal in:
perjalanannya, untuk itu mengingat kompleksitas J. Chant, A. Lai M. Illing and F. Daniel (eds).
dalam formulasi dan mengonstruksikan UU JPSK Essays on Financial Stability. Bank of Canada
yang bertujuan untuk mendorong proses recovery Technical Report, No. 95. Ottawa.
dan penguatan perekonomian secara menyeluruh
Crockett, A. 1997. Why is Financial Stability a Goal of
yang dipengaruhi berbagai variabel, sebaiknya harus
Public Policy?. Paper Presented at Maintaining
diformulasi melalui proses koordinasi kelembagaan
Financial Stability in a Global Economy
secara proporsional.
Symposium. The Federal Reserve Bank of
Proses pencapaian sasaran kebijakan dan
Kansas City, August 28-30.
aturan hukum memerlukan tenggat waktu (time lag)
dan melalui proses transmisi yang sangat dipengaruhi _________. 1997. The Theory and Practice of Financial
oleh berbagai variabel dengan ketidakpastian yang Stability. Essays in International Finance’
sangat tinggi serta implikasi social cost yang besar, International Finance Section. Department of
maka yang penting bukan bagaimana melahirkan UU Economics. New Jersey: Princeton University.
JPSK tetapi bagaimana proses implementasi dalam
_________. 1996. The Theory and Practice of Financial
rangka pencapaian sasaran berjalan secara konsisten
Stability. De Economist, Vol. 144, No. 4, Kluwer
sesuai dengan scenario yang ditetapkan, untuk itu
Academic Publishers, Dordrecht.
dalam formulasinya diperlukan kajian dan diskusi
yang mendalam serta keberhati-hatian dengan Deutsche, Bundesbank. 2003. Report on The Stability
memberi ruang yang lebih besar kepada pihak/ of The German Financial System. Monthly
lembaga dengan kompetensi dan profesionalisme Report, December.
khusus, sehingga identifikasi terhadap potensi
masalah dalam setiap tahapan proses dapat Diamond, D.W. & Dybvig, P.H. 1983. Bank Runs,
dilakukan secara sensitive dan penanganan dini, Deposit Insurance and Liquidity. Journal of
sehingga potensi masalah menjadi lebih besar tidak Political Economy, No. 91.
terjadi (controllable).
Mishkin, F. 2001. Financial Policies and The
Prevention of Financial Crises in Emerging
Market Countries. NBER Working Paper, No.
8087, January.

532 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN

Vol. 13, No. 3, September 2009: 518 – 533


PERBANKAN

_________. 1999. Global Financial Instability: Sinclair, P.J.N. 2000. Central Banks and Financial
Framework, Events, Issues. Journal of Economic Stability. Bank of England Quarterly Bulletin,
Perspectives, Vol.13, No.4. Vol.40, No.4 (November).

Mongid, A. 2004. Roads to Achieve Financial System Stiglitz, J. 1999. Lesson from East Asia. Journal of
Stability In ASEAN. Paper for the 16th MEA Policy Modeling, Vol.21, No.3, pp.311-330.
Convention on December 9, 2004 and the
__________. 2002. Globalization and its Discontents,
29th Conference of the Federation of ASEAN
W.W. Northon & Co.
Economic Associations (FAEA). Institute
Integrity of Malaysia, Persiaran Duta, Off Jalan Tadjudin, A. 2003. The Role of Central Bank in
Duta, Kuala Lumpur, Malaysia, December 10- Maintaing Financial. Pidato pada APEC Annual
11. Forum, Shanghai 15 Oktober.
Ryback, W. 2006. Macro Prudential Policy – New Tommaso, P.S. 2002. Central Banks and Financial
name for some old Ways of Thinking. Pidato Stability: Exploring a Land in Between. Second
pada Konferensi ‘Challenge for Financial ECB Central Banking Conference. (October).
Supervision, (Nopember). Seoul.

Santoso, W. 2007. Effective Financial System Stability


Framework. The SEACEN Centre. Occasional
Paper, No.45 (September).

PERAN BANK SENTRAL DALAM STABILITAS SISTEM KEUANGAN (SSK) 533


DAN IMPLEMENTASI JARING PENGAMAN SEKTOR KEUANGAN (JPSK)

Suhartono

You might also like