Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Pemilu Dalam Perspektif Prinsip Kedaulatan Rakyat

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PEMILU

DALAM PERSPEKTIF PRINSIP KEDAULATAN RAKYAT

Ismail1 dan Fakhris Lutfianto Hapsoro2


Fakultas Hukum Universitas Bung Karno, Fakultas Hukum Universitas Padjajaran

Abstract
In practice, the election is often found with numerous violations and even criminal
acts in it, therefore contains provisions legislator criminal election in the Electoral Law
to maintain the principle of popular sovereignty of a criminal offense. Instead, in the
Electoral Law contained provisions that criminal election has the potential to reduce the
values ​​of the principle of popular sovereignty itself. As found in Article 509 related to
the prohibition of the announcement of survey or poll at quiet times. Based on that, the
authors are interested in analyzing the provisions of the criminal election in perspective
the principle of sovereignty of the people in Indonesia. The results of this paper are
the relevant provisions of the announcement of a survey or poll at a quiet time in the
perspective of principle of popular sovereignty is a provision that reduces the development
of democracy in Indonesia, because it restricts the freedom of citizens to access and
distribute information especially by using scientific methodology. With the existence of
this writing, it is expected to legislators for more attention to the principle of sovereignty
of the people is also principle of legal certainty in making provisions of criminal election
in the Electoral Law.
Keywords: Crime; Elections; Sovereignty of the People.

Abstrak
Dalam pelaksanaannya, pemilu sering dijumpai dengan berbagai pelanggaran bahkan
tindak pidana di dalamnya, oleh karena itu legislator memuat ketentuan tindak
pidana pemilu di dalam Undang-Undang Pemilu untuk menjaga prinsip kedaulatan
rakyat dari tindak pidana. Alih-alih demikian, di dalam Undang-Undang Pemilu
terdapat ketentuan tindak pidana pemilu yang justru berpotensi mereduksi nilai-
nilai prinsip kedaulatan rakyat itu sendiri. Seperti dijumpai pada Pasal 509 terkait
larangan pengumuman hasil survei atau jajak pendapat di masa tenang. Berdasarkan
hal itu maka penulis tertarik menganalisis ketentuan tindak pidana pemilu tersebut
dalam perspektif prinsip kedaulatan rakyat di Indonesia. Hasil dari tulisan ini adalah
ketentuan terkait pengumuman survei atau jajak pendapat di masa tenang dalam
perspektif prinsip kedaulatan rakyat merupakan suatu ketentuan yang mereduksi
perkembangan demokrasi di Indonesia, karena membatasi kebebasan masyarakat
dalam mendapatkan dan menyebarkan informasi terlebih dengan menggunakan
metodologi ilmiah. Dengan adanya tulisan ini, maka diharapkan kepada legislator agar
lebih memperhatikan prinsip kedaulatan rakyat juga asas kepastian hukum dalam
membuat ketentuan tindak pidana pemilu di dalam Undang-Undang Pemilu.
Kata Kunci: Tindak Pidana; Pemilu; Kedaulatan Rakyat.
1
Magister Ilmu Hukum Universitas Bung Karno, E-mail Korespondensi : Ismailubk@gmail.com
2
Magister Ilmu Hukum Universitas Padjadjaran, Email Korespondensi: fakhris18001@mail.unpad.ac.id

55
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019

A. Pendahuluan Wakil Presiden; Undang-Undang Nomor


Prinsip kedaulatan rakyat 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara
sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 Pemilihan Umum; dan Undang-Undang
ayat (2) UUD 1945 yang menegaskan Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan
bahwa “Kedaulatan di tangan rakyat dan Umum Anggota Dewan Perwakilan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dasar”, selain itu berdasarkan Pasal 1 ayat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
(1) UUD 1945 Indonesia juga menganut Dalam pelaksanaannya, pemilihan
bentuk pemerintahan republik sehingga u mu m s e r i n g d iju mp ai b e r b a g ai
pemilihan umum merupakan pranata pelanggaran bahkan tindak pidana
terpenting bagi pemenuhan tiga prinsip di dalamnya. Pelanggaran memang
pokok demokrasi dalam pemerintahan sulit dihindari, yang dapat terjadi
yang berbentuk republik yaitu kedaulatan karena adanya unsur kesengajaan
rakyat; keabsahan pemerintahan; dan maupun kelalaian. Pelanggaran pemilu
pergantian pemerintahan secara teratur.3 dapat dilakukan oleh banyak pihak
Adanya pemilihan umum untuk bahkan dapat dikatakan semua orang
memilih wakil-wakil rakyat dalam memiliki potensi untuk menjadi pelaku
kehidupan ketatanegaraan merupakan pelanggaran pemilu. Undang-Undang
keharusan konstitusional. Undang- Pemilu telah mengatur mengenai
Un d a n g D a s a r Ne g a r a R e p u b l i k kewajiban dan larangan pada setiap
Indonesia Tahun 1945 menghendaki tahapan yang disertai dengan ancaman
agar pemilihan umum menjadi praktik sanksi. Dengan banyak sekali bentuk
demokrasi yang diselenggarakan setiap pelanggaran yang dapat terjadi dalam
lima tahun sekali.4 Untuk melaksanakan pemilu, maka Undang-Undang Pemilu
amanat konstitusi tersebut, maka DPR mengk lasif ikasikannya menjadi
bersama Presiden membuat undang- pelanggaran kode etik penyelenggara
undang pelaksana pemilihan umum pemilu, pelanggaran administratif
yang diundangkan dengan nomor 7 pemilu, dan tindak pidana pemilu.
tahun 2017 dan ditandatangani oleh Dengan diaturnya ketentuan tindak
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia pidana dalam pemilu, hal ini menunjukkan
Republik Indonesia, Yasonna H. Laoly. bahwa legislator menganggap pemilihan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 umum merupakan hal yang sangat
tentang Pemilihan Umum merupakan penting dalam kehidupan demokrasi di
penyederhanaan dan penggabungan Indonesia, sehingga pemilihan umum
dari 3 (tiga) buah undang-undang, yaitu wajib diupayakan untuk terlaksana secara
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 bersih dari tindak pidana. Jika dilihat
tentang Pemilihan Umum Presiden dan dari aspek politik hukum, ketentuan
3
Fadjar, A. Mukthie, “Pemilu yang Demokratis dan
tindak pidana pemilu dimuat dalam
Berkualitas: Penyelesaian Hukum dan PHPU”, Undang-Undang Pemilu bertujuan agar
Jurnal Konstitusi, Vol. 6 No. 1, 2009, hlm. 89.
4
Pasal 22E ayat (1) UUD 1945. menjaga nilai-nilai demokrasi. Alih-alih

56
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019

mengimplementasikan tujuannya untuk yang mungkin sama pembahasannya


menjaga prinsip kedaulatan rakyat, mengenai tindak pidana pemilu dalam
Undang-Undang Pemilu memiliki satu perspektif demokrasi di Indonesia.
ketentuan tindak pidana pemilu yang Peneliti menjumpai satu penelitian yang
justru berpotensi mereduksi prinsip hampir serupa yaitu Jurnal Seminar
kedaulatan rakyat itu sendiri. Seperti Nasional Hukum Universitas Negeri
dijumpai pada Pasal 509 Undang-Undang Semarang oleh Ayon Diniyanto dengan
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu judul “Tindak Pidana Pemilu dalam
yang menyatakan bahwa, setiap orang Perspektif Negara Demokrasi Indonesia”.
yang mengumumkan hasil survei atau Perbedaan dengan penelitian ini adalah
jajak pendapat tentang pemilu dalam pada penelitian ini akan disebutkan
masa tenang sebagaimana dimaksud alasan mengapa legislator memasukkan
dalam Pasal 449 ayat (2), dipidana ketentuan tersebut ke dalam tindak pidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 pemilu, juga mengelaborasi argumentasi
(satu) tahun dan denda paling banyak yang membantah kekhawatiran legislator
Rp. 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah). dalam memasukkan materi muatan
Survei atau jajak pendapat merupakan tindak pidana pemilu tersebut. Dengan
salah satu bentuk dari penyampaian adanya penelitian ini maka diharapkan
aspirasi dan pendapat oleh masyarakat kepada legislator dalam membuat
dimana hal itu adalah bagian dari ketentuan tindak pidana pemilu tetap
demokrasi yang telah dijamin oleh harus memperhatikan nilai-nilai yang
Konstitusi. hidup di masyarakat5 terutama dengan
Meskipun hanya sebuah potensi prinsip kedaulatan rakyat yang telah
untuk mereduksi prinsip kedaulatan dijamin oleh Konstitusi.
rakyat, hal ters ebut bar u s ebat as Berdasarkan latar belakang masalah
kekhawatiran tetapi ada kemungkinan yang telah diuraikan, artikel ini akan
menjadi kenyataan jika tidak diantisipasi. membahas terkait dengan tindak pidana
Dengan adanya pasal atau ketentuan pemilu dari prespektif prinsip kedaulatan
tindak pidana pemilu dalam Undang- rakyat dalam menentukan tindak pidana
Un d ang Pe m i lu y ang b e r p ot e ns i pemilu yang dimuat dalam Undang-
mereduksi prinsip kedaulatan rakyat Undang Pemilu.
atau nilai-nilai demokrasi di Indonesia,
maka peneliti tertarik untuk segera B. Metode
mengidentifikasi dan menganalisis Penelitian ini menggunakan metode
ketentuan tindak pidana pemilu tersebut penelitian yuridis normatif (legal research)
dalam perspektif prinsip kedaulatan yang bersifat deskriptif, menjabarkan
rakyat di Indonesia. penelitian secara kualitatif. Pengumpulan
Dalam menjaga orisinalitas 5
Prianter Jaya Hairi, “Kontradiksi Pengaturan
penelitian, maka peneliti melakukan Hukum yang Hidup di Masyarakat Sebagai Bagian
dari Asas Legalitas Hukum Pidana Indonesia”,
penelusuran terkait sejumlah penelitian Negara Hukum, Vol. 7 No. 1, 2016, hlm. 90.

57
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019

data sekunder yang digunakan dalam Di era modern seperti sekarang,


penelitian ini difokuskan pada: (a) demokrasi memiliki arti penting bagi
bahan hukum primer, berupa peraturan masyarakat kerena memberikan hak
perundang-undangan yang terkait kepada masyarakat untuk menentukan
dengan tema penelitian; dan (b) bahan sendiri jalannya organisasi negara.
hukum sekunder, berupa buku referensi Oleh karena itu, demokrasi juga dapat
dan jurnal yang terkait dengan tema dikatakan sebagai bentuk atau mekanisme
penelitian dan menguraikan lebih lanjut sistem pemerintahan suatu negara
bahan hukum primer dalam konteks sebagai upaya mewujudkan kedaulatan
teoritis. rakyat atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintah tersebut. Pada umumnya,
C. Hasil Penelitian negara-negara modern pada saat ini
Kedaulatan rakyat pada prinsipnya sudah menganut ajaran kedaulatan
adalah cara atau sistem yang bagaimana rakyat, meskipun pengejawantahannya
pemecahan sesuatu soal menurut cara di satu negara dengan negara lain
atau sistem tertentu yang memenuhi berbeda-beda10 atau bersifat kondisional,
kehendak umum, sebagaimana menurut artinya harus disesuaikan dengan situasi
JJ. Rosseau dalam teori kedaulatan negara dan kondisi masyarakat masing-
rakyat. 6 Kedaulatan rakyat memiliki masing.11
akar paradigma yang sama dengan Untuk mewujudkan kedaulatan
demokrasi, berarti kemampuan atau rakyat, maka salah satu upaya
kesadaran warga negara untuk menilai adalah dengan diselenggarakannya
jalannya pemerintahan7 yang dibatasi pemilihan umum, yang selanjutnya
kekuasaannya oleh konstitusi agar tidak disebut dengan pemilu. Pemilu adalah
terjadi kesewenang-wenangan terhadap bentuk partisipasi politik rakyat atau
warga negaranya. 8 Praktik demokrasi warga negara yang paling dasar untuk
juga menjadi suatu hak asasi bagi setiap menentukan pemerintahan dan program
warga negara untuk menentukan nasib yang sesuai dengan keinginannya,
bangsanya sendiri yang dilindungi oleh paling tidak pemerintah atau program
Hukum Internasional.9 yang dapat diterimanya. 12 Menurut
Conyers sebagaimana dikutip oleh Daud
bahwa, ada tiga alasan utama mengapa
6
M. Hutauruk, 1978, Asas-Asas Ilmu Negara,
Cetakan Kedua, Erlangga, Jakarta, hlm. 25. partisipasi masyarakat mempunyai sifat
7
Joko Riskiyono, “Hak Publik Berpartisipasi
M e w u j u d k a n Pe ny e l e n g ga ra a n Pe m i l u 10
Miriam Budiardjo, Op.Cit., hlm. 69.
Demokratis”, Jurnal Pemilu & Demokrasi, Vol. 11
Sarbaini, “Demokratisasi dan Kebebasan Memilih
6, 2013, hlm. 127. Warga Negara Dalam Pemilihan Umum”, Jurnal
8
Miriam Budiardjo, 1998, Dasar-Dasar Ilmu Inovatif, Vol. VIII No. I, 2015, hlm. 111.
Politik, Cetakan Kesembilan belas, Gramedia 12
Ismail, 2016, Kedudukan dan Kewenangan Badan
Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 52. Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Dalam
9
Father Robert Araujo, “Sovereignty, Human Penindakan Pelanggaran Pemilihan Umum
Rights, and Self-Determination: The Meaning of Untuk Mewujudkan Pemilihan Umum yang
International Law”, Fordham International Law Demokratis, Disertasi, Program Doktor Hukum
Journal, Vol. 24, Issue 5, hlm. 1482-1483. Universitas Jayabaya, Jakarta, hlm. 73.

58
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019

sangat penting. Pertama, partisipasi sarana pengawasan bagi rakyat terhadap


masyarakat merupakan suatu alat wakilnya. Pengawasan yang dimaksud
guna memperoleh informasi mengenai adalah rakyat dapat melakukan kajian
kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat terhadap kinerja dan wakil rakyat
setempat, yang tanpa kehadirannya dari partai, jadi seharusnya pemilih
program pembangunan serta proyek- mempunyai rekam jejak dari semua
proyek akan gagal. Kedua, masyarakat partai dan calon pemimpin dan/atau
akan lebih mempercayai proyek atau wakil rakyat,15 demi menciptakan hasil
program pembangunan jika merasa pemilu yang baik. Untuk menghasilkan
dilibatkan dalam proses persiapan dan pemilu yang baik, maka harus
perencanaannya, karena mereka akan diketahui apa saja yang menjadi tujuan
lebih mengetahui seluk beluk proyek diselenggarakannya pemilu, agar pemilu
tersebut dan akan mempunyai rasa yang diselenggarakan dapat memberikan
memiliki terhadap proyek tersebut. Ketiga, manfaat bagi masyarakat.
timbul anggapan bahwa merupakan Tujuan dari penyelenggaraan pemilu
suatu hak demokrasi bila masyarakat sebagaimana yang diutarakan oleh Joko
dilibatkan dalam pembangunan Prihatmoko yang menyebutkan 3 (tiga)
masyarakat mereka sendiri. Dapat tujuan pemilu yaitu pertama, sebagai
dirasakan bahwa merekapun mempunyai mekanisme untuk menyeleksi para
hak untuk turut memberikan saran pemimpin pemerintahan dan alternatif
dalam menentukan jenis pembangunan kebijakan umum (public policy). Kedua,
yang akan dilaksanakan.13 pemilihan umum merupakan mekanisme
Pada hakikatnya, pemilu di mana memindahkan konflik kepentingan
pun memiliki esensi yang sama, yaitu (conflict of interest) dari masyarakat
p enyamp ai an su ara ra kyat untu k ke p a d a b a d an - b a d an p e r w a k i l an
membentuk lembaga perwakilan dan rakyat melalui wakil-wakil terpilih
pemerintahan sebagai penyelenggara atau partai yang memenangkan kursi
negara. Suara rakyat diwujudkan dalam sehingga integritas atau satu kesatuan
bentuk hak pilih, yaitu hak untuk masyarakat tetap terjamin. Ketiga,
memilih wakil dari berbagai calon yang pemilihan merupakan sarana mobilisasi,
ada. Sebagai suatu hak, hak memilih menggerakan atau menggalang
harus dipenuhi dan sesuai dengan dukungan rakyat terhadap negara dalam
amanat konstitusi.14 pemerintahan dengan jalan ikut serta
Pemilu harus dilakukan secara dalam proses politik.16
berkala, karena memiliki fungsi sebagai Pelaksanaan pemilu di Indonesia
13
Daud M. Liando, “Pemilu Dan Partisipasi Politik
memiliki landasan konstitusional yaitu
Masyarakat (Studi Pada Pemilihan Anggota ketentuan pada Pasal 22E Perubahan
Legislatif Dan PemilihanPresiden Dan Calon
Wakil Presiden Di Kabupaten Minahasa Tahun 15
Ismail, Op.cit., hlm. 50.
2014)”, Jurnal LPPM Bidang EkoSosBudKum, Vol. 16
Khairul Fahmi, 2012, Pemilihan Umum &
3 No. 2, 2016, hlm. 22. Kedaulatan Rakyat, Erlangga, Jakarta, hlm. 276-
14
Sarbaini, Op.cit., hlm. 112. 277.

59
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019

Tahap Ketiga Undang-Undang Dasar bertujuan sebagai formula alternatif


1945, Pemilu untuk memilih Presiden bagi penguatan sistem presidensial
dan Wakil Presiden, anggota DPR, di Indonesia dan membuka ruang
anggota DPD, serta anggota DPRD partisipasi bagi menguatnya preferensi
diselenggarakan berlandaskan asas dan startegi rakyat (pemilih) pada pemilu
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur berdasarkan isu lokal maupun nasional,18
dan adil setiap lima tahun sekali. Pada namun regulasi desain pemilu serentak
pelaksanaan pemilu tahun 2019 memiliki tersebut masih belum mampu menjawab
p erb e d aan d ar ip ad a p el a ks anaan kekhawatiran atas berbagai permasalahan
pemilu-pemilu sebelumnya, dimana dalam penyelenggaraan pemilu selama
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden ini seperti, kejenuhan masyarakat
dilaksanakan secara serentak dengan dengan politik, meminimalisasi politik
pemilihan Anggota DPR, DPD, dan uang, memangkas politisasi birokrasi19
DPRD. Hal ini merujuk pada Putusan dan efisiensi dalam penyelenggaraannya,
Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU- alih-alih memangkas anggaran justru
XI/2013, yang memutuskan bahwa anggaran penyelenggaraan pemilu
Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan serentak 2019 lalu lebih tinggi daripada
Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) anggaran pada pemilu sebelumnya.20
untuk tahun 2019 dan selanjutnya harus Di dalam Undang-Undang Nomor
dilaksanakan secara serentak. Oleh 7 Tahun 2017 tentang Pemilu terdapat
sebab itu, sebagai regulasi pelaksanaan ketentuan-ketentuan tindak pidana
pemilu serentak maka DPR bersama pemilu yang dimuat secara lebih rinci
Presiden menyederhanakan undang- dan tegas daripada pengaturan tindak
undang pemilu menjadi Undang-Undang pemilu sebelumnya yang hanya terdapat
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu. di dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Penggunaan desain pemilu serentak Pidana (KUHP), tepatnya pada Pasal 148,
dapat pula dijumpai di berbagai negara, Pasal 149 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 150,
Amerika Serikat misalnya. Di beberapa Pasal 151 dan Pasal 152 Kitab Undang-
negara bagian di Amerika Serikat, Undang Hukum Pidana (KUHP).
tidak hanya memilih presiden, anggota Adapun ketentuan yang mengatur
kongres dan senat di tingkat pusat, tindak pidana pemilu dalam Undang-
melainkan dalam satu waktu bersamaan Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
juga menyelenggarakan pemilihan Pemilu, terdapat pada Buku Kelima
gubernur dan legislator di tingkat negara Undang-Undang Pemilu yang terdiri
bagian.17
Pembuatan regulasi pelaksanaan 18
Ratnia Solihah, Idem.
19
Ratnia Solihah, Ibid., hlm. 81.
pemilu dilaksanakan secara serentak 20
Humas Sekretaris Kabinet RI, “Naik 61% dibanding
2014, Anggaran Penyelenggaraan Pemilu 2019
17
Ratnia Solihah, “Peluang dan Tantangan Pemilu Capai 2559 triliun”, https://setkab.go.id/naik-
Serentak 2019 dalam Perspektif Politik”, Jurnal 61-dibanding-2014-anggaran-penyelenggaraan-
Ilmiah Ilmu Pemerintahan, Vol. 3 No. 1, 2018, pemilu-2019-capai-rp2559-triliun/, diakses 27
hlm. 76. Juli 2019.

60
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019

dari Bab I Penanganan Tindak Pemilu dilakukan melalui pencacahan sampel


dan Bab II Ketentuan Pidana Pemilu. untuk memperkirakan karakteristik
Pada Bab I Penanganan Tindak Pemilu suatu populasi pada saat tertentu. Definisi
terdiri dari Bagian Kesatu Tata Cara tersebut memberikan arti bahwa survei
Penanganan Tindak Pidana Pemilu yang merupakan kegiatan ilmiah dengan
memuat 9 (sembilan) pasal yaitu Pasal menggunakan metodologi statistik.
476 hingga Pasal 484, kemudian Bagian Kegiatan statistik menurut Undang-
Kedua Majelis Khusus Tindak Pidana Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang
Pemilu yang hanya memuat 1 (satu) Statistik dibagi menjadi tiga jenis yaitu
pasal yaitu Pasal 485, dan bagian terakhir statistik dasar yang diselenggarakan oleh
yaitu Bagian Ketiga Sentra Penegakan Badan Pusat Statistik (BPS), statistik
Hukum Terpadu yang memuat 2 (dua) sektoral yang diselenggarakan oleh
pasal yaitu Pasal 486 dan 487. Pada Bab instansi pemerintah sesuai dengan ruang
II Ketentuan Pidana Pemilu memuat 67 lingkup tugas dan fungsinya, dan statistik
(enam puluh tujuh) pasal yaitu Pasal 488 khusus yang diselenggarakan oleh
hingga Pasal 554. masyarakat baik lembaga, organisasi,
Ketentuan tindak pidana pemilu perorangan maupun unsur masyrakat
d i m u a t d a l a m Un d a n g - Un d a n g lainnya secara mandiri atau bersama
Pemilu bertujuan agar menjaga prinsip dengan suatu badan. Berdasarkan Pasal
kedaulatan rakyat. Alih-alih mewujudkan 13 Undang-Undang Statistik, kegiatan
tujuan tersebut, Undang-Undang Pemilu survei yang dilakukan oleh lembaga survei
memiliki satu ketentuan tindak pidana politik termasuk ke dalam jenis statistik
pemilu yang justru berpotensi mereduksi khusus. Oleh karena itu, kegiatan survei
nilai-nilai prinsip kedaulatan rakyat itu politik terikat kepada hukum statistik,
sendiri. Seperti yang dijumpai pada Pasal sehingga dalam penyelenggaraannya
509 Undang-Undang Nomor 7 Tahun har us memp erhatikan ketentuan-
2017 tentang Pemilu yang menyatakan ketentuan yang ada pada peraturan
bahwa, setiap orang yang mengumumkan perundang-undangan tentang
hasil survei atau jajak pendapat tentang statistik. Oleh sebab itu, maka perlu
pemilu dalam masa tenang sebagaimana ditekankan bahwa survei merupakan
dimaksud dalam Pasal 449 ayat (2), bagian dari partisipasi masyarakat yang
dipidana dengan pidana kurungan paling dilakukan secara ilmiah dan dapat
lama 1 (satu) tahun dan denda paling dipertanggungjawabkan sehingga tidak
banyak Rp. 12.000.000,00 (dua belas juta dapat dikategorisasikan sebagai tindak
rupiah). pidana pemilu. Survei harus dibedakan
Sebelum mengkritisi ketentuan pada dengan kampanye, hal tersebut berbeda
pasal tersebut, perlu diketahui bahwa dengan kampanye yang jelas mengajak
definisi survei menurut Undang-Undang masyarakat untuk memilih orang atau
Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik partai politik tertentu, artinya yang
adalah cara pengumpulan data yang dilarang dilakukan pada masa tenang

61
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019

adalah kampanye dan politik uang serta Guru Besar Psikologi Politik Hamdi
politik transaksional lainnya. Walaupun Muluk menilai bahwa publik sebenarnya
demikian pelaksanaan survei dan hasil tidak terlalu mudah untuk dipengaruhi
survei juga harus dilakukan melalui oleh hasil survei, tetapi secara psikologis,
metode ilmiah agar hasil survei yang orang yang tidak punya penilaian yang
disampaikan memang berdasarkan tegas dan melihat ke mana kebanyakan
dengan sampel fakta di lapangan. orang memilih, dapat dipengaruhi
Adanya ketentuan tindak pidana oleh faktor-faktor konfirmasi sosial. 23
pemilu terkait survei tersebut dibuat Berdasarkan keterangan tersebut, maka
dalam rangka meminimalisasi adanya dapat dikatakan bahwa survei ‘pesanan’
gangguan terhadap ketertiban umum, dilakukan untuk mempengaruhi para
Direktur Litigasi Peraturan Perundang- swing-voters. Berbeda dengan Hamdi,
undangan Kemenkumham Ardiansyah Pengamat Politik dari Indo Barometer
menegaskan bahwa pelarangan Muhammad Qadari menilai hasil survei
pengumuman hasil sur vei pada tidak akan mempengaruhi masyarakat
masa tenang agar dapat mewujudkan dalam memilih. Menurutnya para
penyelenggaraan pemilu yang baik sesuai pemilih memilih seseorang bukan karena
dengan asas-asas pemilu,21 karena perlu hasil survei tetapi karena penilaian
disadari bahwa pihak penyelenggara mereka terhadap kepribadian calon yang
pemilu khawatir akan banyak lembaga bersangkutan, kompetensi kinerja, atau
sur vei ‘pesanan’ dari para peserta pengaruh-pengaruh primodial yang
pemilu sehingga penyampaian hasil sifatnya sosiologis seperti suku dan
sur vei dianggap seperti kampanye agama. Masyarakat memilih karena suka
atau mempublikasikan keunggulan- dengan kandidat yang dicalonkan.24
keunggulan peserta pemilu tertentu Kembali berbicara terkait ketentuan
yang bertujuan mempengaruhi pilihan Pasal 509 Undang-Undang Pemilu
masyarakat dalam pelaksanaan pemilu yang menyatakan bahwa, setiap orang
tetapi, apakah dengan adanya survei yang mengumumkan hasil survei atau
‘pesanan’ tersebut dapat mempengaruhi jajak pendapat tentang pemilu dalam
masyarakat sebagai calon pemilih? masa tenang sebagaimana dimaksud
Untuk menjawab hal itu, Zuhro dari dalam Pasal 449 ayat (2), dipidana
Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia dengan pidana kurungan paling lama 1
(LIPI) mengutarakan bahwa,besar kecil (satu) tahun dan denda paling banyak
pengaruh survei terhadap publik masih
Cara Mengetahuinya dan Mencegahnya?’, https://
diperlukan penelitian khusus,22 sementara www.bbc.com/indonesia/indonesia-43371435,
diakses pada 5 Maret 2019.
21
Aida Mardatillah, “Pemerintah Jelaskan 23
Liston, Idem.
Rasionalitas Larangan Pengumuman Survei Hasil 24
Fathiyah Wardah, “Pengamat: Hasil Survei
Pemilu”, https://www.hukumonline.com/berita/ Pilpres Tak Pengaruhi Pilihan Masyarakat”,
baca/lt5cb04e81bf78a/pemerintah-jelaskan- https://www.voaindonesia.com/a/pengamat-
rasionalitas-larangan-pengumuman-survei- hasil-survei-pilpres-tak-pengaruhi-pilihan-
hasil-pemilu/, diakses 5 Juli 2019. masyarakat/4604444.html, diakses pada 5
22
Liston P. Siregar, ‘Survei Abal-Abal: Bagaimana Maret 2019.

62
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019

Rp. 12.000.000,00 (dua belas juta digarisbawahi frasa ‘dalam masa tenang’
rupiah). Ketentuan tersebut merupakan yang menimbulkan pertanyaan apa
ketentuan tindak pidana pemilu yang urgensi yang menyebabkan apabila
sama dengan ketentuan tindak pidana seseorang mengumumkan hasil survei
pemilu yang disebutkan dalam Undang- atau jajak pendapat dalam masa tenang
Undang Pemilu sebelumnya, yaitu menjadi sesuatu yang dilarang, bahkan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 pelanggarnya dapat diberi sanksi pidana?
dimana ketentuan tindak pidana pemilu S e c a r a u mu m , t i n d a k p i d a n a
dalam undang-undang tersebut telah merupakan salah satu bentuk dari
dibatalkan oleh putusan Mahkamah perilaku menyimpang yang menjadi
Konstitusi Nomor 24/PUU-XII/2014 ancaman nyata atau ancaman norma-
tentang Pengujian Undang-Undang norma sosial yang dapat menimbulkan
Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan ketegangan-ketegangan sosial
Umum Anggota Dewan Perwakilan dan merupakan ancaman riil bagi
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, berlangsungnya ketertiban sosial. 25
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. B erd as arkan ha l itu, ma ka d ap at
Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut dilihat apakah pada masa tenang pada
dinilai sebagai adanya perkembangan Pemilu 2019 kemarin terjadi gangguan
demokrasi di Indonesia, yang seharusnya ketertiban umum akibat adanya lembaga
menjadi pertimbangan bagi legislator survei yang melakukan pengumuman
untuk menentukan politik hukumnya jajak pendapat? Gangguan ketertiban
demi menjaga perkembangan demokrasi umum malah terjadi pasca pengumuman
di Indonesia. Hal ini menimbulkan hasil riil dari KPU pada 21 Mei 2019 yang
rasa kecewa kepada legislator, alih- menyebabkan 9 (sembilan) orang tewas.26
alih mematuhi putusan Mahkamah Oleh karena itu, hal yang dikhawatirkan
Konstitusi, ketentuan yang telah dinilai oleh Ardiansyah di atas tidak dapat
in konst itusiona l oleh Ma h kama h membenarkan bahwa pengumuman hasil
Konstitusi tersebut justru dihidupkan survei di masa tenang dikategorisasikan
kembali melalui instrumen yang baru. sebagai tindak pidana pemilu.
Hal tersebut membuktikan bahwa Pengumuman hasil sur vei pada
legislator telah mengabaikan asas m a s a te n ang ju g a d i n i l ai te r l a lu
kepastian hukum dalam pembuatan berlebihan karena dapat berpotensi
undang-undang sebagaimana disebutkan mereduksi demokrasi yang diterapkan di
dalam Pasal 6 ayat (1) huruf (i) Undang- Indonesia. Hal tersebut disamping dapat
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang- 25
Supriyadi, “Penetapan Tindak Pidana Sebagai
Kejahatan dan Pelanggaran Dalam Undang-
undangan. Undang Pidana Khusus”, Mimbar Hukum, Vol.
27 No. 3, 2015, hlm. 390).
Terkait ketentuan Pasal 509 Undang- 26
Mohammad Bernie, “FPI Bakal Lapor Komnas
Undang Pemilu yang melarang adanya HAM Terkait Korban Kerusuhan 21-22 Mei 2019”,
https://tirto.id/fpi-bakal-lapor-komnas-ham-
survei ketika masa tenang, maka perlu terkait-korban-kerusuhan-21-22-mei-2019-eddA,
diakses pada 5 Juli 2019.

63
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019

mereduksi demokrasi juga berpotensi D. Kesimpulan


terjadinya kriminalisasi. Oleh karena itu Berdasarkan uraian pada bagian-
pelanggaran terkait dengan partisipasi bagian sebelumnya, dapat disimpulkan
masyarakat dan penyampaian hasl survei bahwa kaitan antara tindak pidana
pada masa tenang tidak perlu dilakukan pemilu dalam perspektif kedaulatan
dengan tindak pidana. rakyat di Indonesia adalah pengaturan
Secara teoritis, demokrasi sejatinya tindak pidana pemilu yang tidak boleh
menjamin kebebasan masyarakat, karena menyimpang dari demokrasi yang
demokrasi merupakan seperangkat diterapkan di Indonesia. Demokrasi
gagasan dan prinsip tentang kebebasan. yang diterapkan di Indonesia tentu
Kebebasan untuk berpendapat, kebebasan berdasarkan konstitusi dan tidak boleh
untuk berkespresi, kebebasan untuk dieliminasi dengan adanya tindak
memperoleh informasi, dan sebagainya pidana pemilu. Jadi pengaturan tindak
yang telah dijamin oleh Konstitusi. pidana pemilu boleh dilakukan asal
Seperti hak untuk berkomunikasi tidak mengurangi atau menghilangkan
dan memperoleh informasi untuk kedaulatan rakyat yang dilaksanakan
mengembangkan pribadi dan berdasarkan Undang-Undang Dasar
lingkungan sosialnya, serta berhak untuk 1945. Ketentuan terkait pengumuman
mengembangkan pribadi dan lingkungan survei atau jajak pendapat di masa tenang
sosialnya, serta berhak untuk mencari, dalam perspektif prinsip kedaulatan
memperoleh, memiliki, menyimpan, rakyat merupakan suatu ketentuan yang
mengolah, dan menyampaikan informasi mereduksi perkembangan demokrasi di
dengan menggunakan segala jenis Indonesia, karena membatasi kebebasan
saluran yang tersedia telah dijamin oleh masyarakat dalam mendapatkan dan
Pasal 28F Perubahan Tahap Kedua UUD menyebarkan informasi terlebih dengan
1945. menggunakan metodologi ilmiah. Sikap
B e rd as ark an te or i d e mok r as i, khawatir pihak penyelenggara pemilu
seharusnya sebelum membuat kebijakan mengkhawatirkan akan dengan adanya
akan ketentuan terkait survei atau jajak survei atau jajak pendapat tersebut dapat
pendapat dan penghitungan hasil cepat, mempengaruhi pilihan publik, sangat
legislator dan pihak penyelenggara tidak logis karena publik memilih karena
pemilu mampu memberikan ketentuan- suka terhadap satu kandidat tertentu,
ke te ntu an y ang l e bi h su b st ant i f, baik dari faktor pengaruh primodial
bukan hanya secara teknis bahkan yang sifatnya sosiologis seperti suku
menghidupkan kembali sanksi pidana dan agama maupun faktor yang lebih
yang mereduksi demokrasi di Indonesia kritis berdasarkan kepribadian calon
sebagaimana yang telah dinyatakan yang bersangkutan, riwayat kompetensi
inkonstitusional dalam Putusan kinerja, visi dan misi para kandidat,
Mahkamah Konstitusi Nomor 24/PUU- dan bukan berdasarkan hasil survei.
XII/2014. B erdasarkan uraian di atas, maka

64
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019

diharapkan kepada legislator agar lebih PemilihanPresiden Dan Calon Wakil


memperhatikan prinsip kedaulatan Presiden Di Kabupaten Minahasa
rakyat juga asas kepastian hukum dalam Tahun 2014)”, Jurnal LPPM Bidang
membuat ketentuan tindak pidana EkoSosBudKum, Vol. 3 No. 2, 2016.
pemilu di dalam Undang-Undang Riskiyono, Joko, “Hak Publik
Pemilu. B er par tisipasi Me wujudkan
Penyelenggaraan Pemilu
E. Daftar Pustaka Demokratis”, Jurnal Pemilu &
Buku: Demokrasi , Vol. 6, 2013.
Budiardjo, Miriam, 1998, Dasar-Dasar Sarbaini, “Demokratisasi dan Kebebasan
Ilmu Politik, Cetakan Kesembilan Memilih Warga Negara Dalam
belas, Gramedia Pustaka Utama, Pemilihan Umum”, Jurnal Inovatif,
Jakarta. Vol. VIII No. I, 2015.
Fahmi, Khairul, 2012, Pemilihan Umum Solihah, Ratna, “Peluang dan Tantangan
& Kedaulatan Rakyat, Erlangga, Pe m i lu S e re nt a k 2 0 1 9 d a l am
Jakarta. Perspektif Politik”, Jurnal Ilmiah
Hutauruk, M., 1978, Asas-Asas Ilmu Ilmu Pemerintahan, Vol. 3 No. 1,
Negara, Cetakan Kedua, Erlangga, 2018.
Jakarta. Supriyadi, “Penetapan Tindak Pidana
Sebagai Kejahatan dan Pelanggaran
Jurnal: Dalam Undang-Undang Pidana
Araujo, Father Robert, “Sovereignty, Khusus”, Mimbar Hukum, Vol. 27
Human R ig hts, and S elf- No. 3, 2015.
D eter minat ion: The Me aning
of International Law”, Fordham Hasil Penelitian: Disertasi
International Law Journal, Vol. 24, Ismail, 2016, Kedudukan dan Kewenangan
Issue 5. Badan Pengawas Pemilihan Umum
Fadjar, A. Mukthie, “Pemilu yang (Bawaslu) D alam Penindakan
D e m ok r at i s d an B e r ku a l it a s : Pelang garan Pemilihan Umum
Penyelesaian Hukum dan PHPU”, Untuk Mewujudkan Pemilihan
Jurnal Konstitusi, Vol. 6 No. 1, 2009. Umum yang Demokratis, Disertasi,
Hairi, Prianter Jaya, “Kontradiksi Program Doktor Hukum Universitas
Pengaturan Hukum yang Hidup di Jayabaya, Jakarta.
Masyarakat Sebagai Bagian dari Asas
Legalitas Hukum Pidana Indonesia”, Peraturan Perundang-undangan
Negara Hukum, Vol. 7, No. 1, 2016. Undang-Undang Dasar 1945 Perubahan.
Liando, Daud M., “Pemilu Dan Partisipasi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Politik Masyarakat (Studi Pada Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997
Pemilihan Anggota Legislatif Dan tentang Statistik (Lembaran Negara

65
Republik Indonesia Tahun 1997 hukumonline.com/berita/baca/
Nomor 39). lt 5 cb 0 4 e 8 1 bf 7 8 a / p e m e r int ah -
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 jelaskan-rasionalitas-larangan-
tentang Pemilu (Lembaran Negara pengumuman-survei-hasil-pemilu/,
Republik Indonesia Tahun 2017 diakses 5 Juli 2019.
Nomor 182). Siregar, Liston P., BB C Indonesia
Und ang - Und ang Nomor 8 t a hu n ‘Survei Abal-Abal: Bagaimana Cara
2012 tentang Pemilihan Umum Mengetahuinya dan Mencegahnya?’,
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, https://www.bbc.com/indonesia/
Dewan Perwakilan Daerah, dan indonesia-43371435, diakses pada
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 5 Maret 2019.
( L e m b a r a n Ne g a r a R e p u b l i k Wardah, Fathiyah, “Pengamat: Hasil
Indonesia Tahun 2012 Nomor 117). Sur vei Pilpres Tak Pengar uhi
Pilihan Masyarakat”, https://www.
Putusan Mahkamah Konstitusi voaindonesia.com/a/pengamat-
hasil-survei-pilpres-tak-pengaruhi-
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
pilihan-masyarakat/4604444.html,
14/PUU-XI/2013 tentang Pengujian
diakses pada 5 Maret 2019.
Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2008 tentang Pemilihan Umum Humas Sekretaris Kabinet RI, “Naik
Presiden dan Wakil Presiden. 61% dibanding 2014, Anggaran
Penyelenggaraan Pemilu 2019 Capai
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
2559 triliun”, https://setkab.go.id/
24/PUU-XII/2014 tentang Pengujian
naik-61-dibanding-2014-anggaran-
Undang-Undang Nomor 8 Tahun
penyelenggaraan-pemilu-2019-
2012 tentang Pemilihan Umum
capai-rp2559-triliun/, diakses 27
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Juli 2019.
Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Internet
Bernie, Mohammad, “FPI Bakal Lapor
Komnas HAM Terkait Korban
Kerusuhan 21-22 Mei 2019”, https://
tirto.id/fpi-bakal-lapor-komnas-
ham-terkait-korban-kerusuhan-21-
22-mei-2019-eddA, diakses pada 5
Juli 2019.
Mardatillah, Aida, “Pemerintah Jelaskan
Rasionalitas Larangan Pengumuman
Survei Hasil Pemilu”, https://www.

You might also like